Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu

(1)

Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan

Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus

Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan

Kabupaten Labuhan Batu

SKRIPSI

Oleh

Dessy Mastika Sari 081121063

Skripsi

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(2)

Judul : Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Nama Mahasiswa : Dessy Mastika Sari

NIM : 081121063

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Tahun : 2010

Tanggal Lulus : 03 Juli 2010

Pembimbing Penguji I

Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp, MNS Mula Tarigan, S.Kp

NIP : 19740826 200212 1 002 NIP. 19741002 200112 1 001 PengujiII

Rosina Tarigan S.Kp. M.Kep. Sp. KMB NIP : 19731021 200112 2 002

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, Juli 2010 Pembantu Dekan I,

Erniyati, S.Kp, MNS


(3)

Judul : Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Peneliti : Dessy Mastika Sari

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia ( kadar glukosa dalam darah meningkat). Tanaman lidah buaya (Aloe

vera) secara tradisional telah digunakan sebagai obat anti diabetes. Lidah buaya

mengandung chromium yang mampu berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah dan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya dengan menggunakan desain Deskriptif observasional. Responden dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes mellitus tipe II di Kecamatan Rantau Selatan yang berjumlah 17 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (1.785<OR<336.227), maka didapatkan OR sebesar 24.5 dengan Asymp. Sig:0.017, artinya terdapat 24,5 kali lebih besar responden mengalami penurunan kadar gula darah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan lidah buaya yang menunjukkan bahwa lidah buaya mampu menurunkan kadar gula darah. Pada perbedaan kadar gula darah diperoleh nilai p untuk kelompok yang memanfaatkan p (0.001)< 0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah awal dan akhir pemanfaatan. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan nilai p(0.084)> 0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada awal maupun di akhir pemanfaatan lidah buaya.

Penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pendidikan keperawatan maupun praktek keperawatan dan bagi peneliti selanjutnya serta masyarakat pada umumnya.


(4)

PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdullillah segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT karena atas rahmat, ridho dan hidayahNya yang telah dilimpahkan selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu” serta sholawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai persyaratan menuju sarjana S1 Keperawatan USU.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Bapak Ikhsanuddin A.H, S.Kp, MNS selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu, masukan dan saran yang berharga bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya serta berbagai pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Kepada Bapak Mula Tarigan, S.Kp dan Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku Penguji saya. Kepada Bapak Ngadio selaku sKepala Kelurahan di Kecamatan Rantau Selatan, kepada Bapak Dr. Julham Alandy selaku Kepala Puskesmas beserta perawat puskesmas yang berkenan membantu saya


(5)

dalam mengumpulkan data serta partisipasi masyarakat yang bersedia menjadi responden pada penelitian saya.

Ucapan terimakasih kepada keluarga besar saya, khususnya kedua orang tua tercinta yang selalu menyertakan doanya untuk keberhasilan saya dan memberikan banyak dukungan serta motivasi bagi saya yang tiada hentinya dan tidak lupa adik-adik tersayang serta orang-orang terdekat yang selalu bersedia mencurahkan segenap perhatian dan segala bantuan hingga selesainya skripsi ini, juga kepada teman-teman seangkatan yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dukungan maupun bantuannya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan yang sifatnya membangun dari semua pihak bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pelayanan keperawatan selanjutnya. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis sendiri. Akhirnya, penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Medan, Juli 2010 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR SKEMA ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Masalah Penelitian ... 5

3. Pertanyaan Penelitian... 5

4. Tujuan Penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 5

5.1 Pendidikan Keperawatan ... 6

5.2 Praktek Keperawatan ... 6

5.3 Penelitian Keperawatan ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7

1. Dibetes Mellitus ... 7

1.1 Definisi ... 7

1.2 Klasifikasi ... 8

1.2.1 Diabetes Tergantung Insulin ... 8

1.2.2 Diabetes Tidak Tergantung Insulin ... 9

1.2.3 Diabetes Gestasional ... 9

1.2.4 Diabetes Tipe Lain ... 10

1.3 Penyebab ... 10

1.4 Gejala-gejala ... 11

1.5 Diagnosis ... 12

1.6 Pengobatan ... 12

2. Lidah Buaya (Aloe Vera) ... 13

2.1 Sejarah Lidah Buaya ... 13

2.2 Morfologi... 14

2.2.1 Batang ... 15

2.2.2 Daun ... 15

2.2.3 Bunga ... 16

2.2.4 Akar ... 16

2.3 Jenis dan Varietas Lidah Buaya ... 16


(7)

2.5 Manfaat dan Khasiat Lidah Buaya ... 19

2.5.1 Daun ... 22

2.5.2 Eksudat ... 22

2.5.3 Gel ... 23

2.6 Cara Meramu Lidah Buaya ... 23

BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 24

1. Kerangka Konseptual... 24

2. Definisi Operasional ... 25

2.1 Diabetes Mellitus ... 25

2.2 Lidah Buaya ... 25

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 26

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

5.1 Data Demografi... 28

5.2 Lembar Observasi ... 28

5.3 Lembar Pemeriksaan Kadar Gula Darah ... 29

6. Alat dan Bahan ... 29

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 31

8.1 Statistik Deskriptif ... 32

8.2 Statistik Inferensial ... 32

8.3 Statistik Univariat ... 32

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian... 34

1.1 Karakteristik Responden ... 34

1.2 Pemanfaatan Lidah Buaya ... 36

1.3 Perbedaan Kadar Gula Darah Pre dan Post ... 37

2. Pembahasan ... 41

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 45


(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Data Demografi

3. Lembar Observasi Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera)

4. Lembar Observasi Pemeriksaan Kadar Gula Darah Pre dan Post Intervensi 5. Cara Melakukan Pemeriksaan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes 6. Cara meramu Lidah buaya (Aloe vera)

7. Protokol Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) 8. Leaflet Diabetes dan Lidah Buaya (Aloe vera) 9. Rencana Anggaran Penelitian


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Lingkungan Purwodadi Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan

Batu………..35 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Resiko Pemanfaatan Lidah Buaya

(Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Lingkungan Purwodadi Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan

Batu……….….37 Tabel 5.3 Pemanfaatan Lidah Buaya (aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar

Gula Darah pada Penderita DM Tipe

II...37 Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas dengan

Kolomogorov-Smirnov………....38 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Perbedaan Kadar Gula

Darah Pre dan Post Pemanfaatan Lidah Buaya pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Lingkungan Purwodadi Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan

Batu……….….39 Tabel 5.6 Perbedaan Penurunan Kadar Gula Darah Pada Kelompok Yang

Memanfaatkan dan Yang Tidak Memanfaatkan Lidah Buaya...40


(10)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe

vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes


(11)

Judul : Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu Peneliti : Dessy Mastika Sari

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia ( kadar glukosa dalam darah meningkat). Tanaman lidah buaya (Aloe

vera) secara tradisional telah digunakan sebagai obat anti diabetes. Lidah buaya

mengandung chromium yang mampu berkhasiat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah dan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya dengan menggunakan desain Deskriptif observasional. Responden dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes mellitus tipe II di Kecamatan Rantau Selatan yang berjumlah 17 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (1.785<OR<336.227), maka didapatkan OR sebesar 24.5 dengan Asymp. Sig:0.017, artinya terdapat 24,5 kali lebih besar responden mengalami penurunan kadar gula darah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan lidah buaya yang menunjukkan bahwa lidah buaya mampu menurunkan kadar gula darah. Pada perbedaan kadar gula darah diperoleh nilai p untuk kelompok yang memanfaatkan p (0.001)< 0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah awal dan akhir pemanfaatan. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan nilai p(0.084)> 0.05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada awal maupun di akhir pemanfaatan lidah buaya.

Penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pendidikan keperawatan maupun praktek keperawatan dan bagi peneliti selanjutnya serta masyarakat pada umumnya.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan hiperglikemia (tingginya kadar glukosa dalam darah). Diabetes mellitus dapat mengakibatkan kerusakan pada beberapa organ tubuh, seperti mata, saraf dan ginjal serta berpotensi berkembangnya proses penyakit aterosklerosis yang akan berefek pada gangguan jantung, otak dan organ lain dalam tubuh (Indofamilyhealth, 2008).

Secara umum, ada dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu: diabetes mellitus tipe 1 (insulin-dependent diabetes mellitus) yang menggambarkan suatu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. Diabetes mellitus tipe 2 (noninsulin-dependent diabetes mellitus) yang terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk berespons dengan wajar terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe 2 ini lebih banyak ditemukan dan diperkirakan meliputi 90% dari semua kasus diabetes di dunia (Depkes RI, 2005).

Prevalensi diabetes mellitus di seluruh dunia mengalami peningkatan yang cukup besar. Di tahun 2003, prevalensi di daerah urban sebesar 14,7% (8,2 juta orang), sedangkan di daerah rural 7,2% (5,5 juta orang) merupakan populasi di bawah usia 20 tahun. Sehingga total prevalensi sebesar 13,8 juta jiwa (Indofamilyhealth, 2008).


(13)

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) (2007) memprediksi penderita diabetes akan menjadi sekitar 366 juta orang pada tahun 2030. Penyumbang terbesar peningkatan angka tersebut adalah negara-negara berkembang, diantaranya India (35,5 juta orang), Cina (23,8 juta orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta orang) (Arief, 2007).

Sedangkan lima negara dengan prevalensi diabetes tertinggi penduduk dewasanya adalah Nauru (30,2%), Uni Emirat Arab (20,1%), Qatar (16%), Bahrain (14,9%), dan Kuwait (12,8%). Yang lebih buruk, setidaknya 50% penderita diabetes tidak menyadari kondisi mereka, dan di beberapa negara jumlahnya mencapai 80% (Arief, 2007).

Peningkatan penderita diabetes juga terjadi di Indonesia. Pada tahun 1980, prevalensinya 1,5-2,3% dari jumlah penduduk berusia di atas 15 tahun. Dua dekade kemudian prevalensinya melonjak menjadi 12,8%. Kini, jumlah penderita diabetes di Indonesia sekitar 4 juta orang, dan diperkirakan mencapai 7 juta orang pada 2020.

Menurut survei yang dilakukan oleh WHO (2005), Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes

mellitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk dengan urutan teratas India, Cina dan Amerika Serikat. Temuan tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius (Depkes RI, 2005).

Soegondo (2005, dalam Depkes RI, 2005) menegaskan bahwa untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan diabetes mellitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer maupun


(14)

sekunder. Pencegahan primer adalah pencegahan terjadinya diabetes mellitus pada individu yang berisiko melalui modifikasi gaya hidup, meliputi pola makan sesuai, aktivitas fisik, penurunan berat badan dengan didukung program edukasi yang berkelanjutan. Sedangkan pencegahan sekunder, merupakan tindakan pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun kronik, meliputi pemeriksaan dan pengobatan.

Pengobatan dengan obat-obatan kimia bagi diabetesi yang telah mengkonsumsi secara bertahap diturunkan dosisnya sampai kemudian ditinggalkan dan secara penuh beralih ke pengobatan tradisional yang meliputi herbal dan teknik terapi (Abuaqila, 2008). Teknik pengobatan tradisional yang mengarah kembali ke alam atau back to nature membuktikan bahwa hal-hal yang alami bukan hal yang ketinggalan zaman sebab tanaman yang berkhasiat sebagai obat telah banyak ditelaah dan dipelajari secara ilmiah dalam dunia kedokteran modern dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan zat-zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Furnawanthi, 2002).

Menurut Purwakarta (2006), pengobatan dengan cara herbal atau tradisional pada penyakit diabetes berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah, memperbaiki fungsi pankreas, membangun kembali sel dan jaringan pankreas yang rusak, meningkatkan efektivitas insulin serta menyembuhkan komplikasi diabetes mellitus. Salah satu herbal yang sesuai untuk diabetes, yaitu lidah buaya (aloe vera). Tanaman ini sudah digunakan bangsa Samaria sekitar tahun 1875 SM dan telah lama dijuluki sebagai medical plant (tanaman obat) atau master healing plant (tanaman penyembuh utama) yang menyerupai kaktus, daunnya runcing berbentuk taji, bagian dalamnya bening, bersifat getas dengan tepi bergerigi (Astawan, 2007).


(15)

Dalam penelitian yang dilakukan Freddy (2008, dalam Tenny, 2008) ditemukan bahwa di dalam lidah buaya (aloe vera) terdapat banyak unsur mineral dan ada juga yang berfungsi sebagai anti oksidan alami, misalnya vitamin C, vitamin E dan Zinc sehingga dengan kandungan zat tersebut, lidah buaya dapat menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin, dimana lidah buaya berperan dalam menstimulasi pankreas sehingga fungsi pankreas yang terganggu dapat diperbaiki dengan membangun kembali sel dan jaringan pankreas yang rusak.

Menurut Furnawanthi (2002), lidah buaya merupakan tanaman yang fungsional karena semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan, baik untuk perawatan tubuh maupun untuk diolah menjadi makanan hingga untuk mengobati berbagai penyakit yang salah satunya untuk menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. Pengobatan diabetes dengan obat antidiabetes sintetis kerap menimbulkan efek samping. Untuk menghindari efek samping tersebut, perlu dikembangkan sistem pengobatan tradisional sebagai alternatif pengobatan diabetes yang relatif aman, yaitu lidah buaya (aloe vera) (Rodiyah, 2009).

Berdasarkan fenomena di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) terhadap punurunan kadar gula darah oleh penderita diabetes mellitus tipe II.


(16)

2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pemanfaatan lidah buaya (Aloe

vera) terhadap penurunan kadar gula darah oleh penderita diabetes mellitus tipe II.

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian ini adalah

3.1 Bagaimana pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) terhadap penurunan kadar gula dalam darah oleh penderita diabetes mellitus tipe II ?

3.2 Bagaimana perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya pada penderita diabetes mellitus tipe II?

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

4.1 Mengetahui pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) terhadap penurunan kadar gula dalam darah oleh penderita diabetes mellitus tipe II.

4.2 Mengetahui perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya pada penderita diabetes mellitus tipe II.

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang pemanfaatan lidah buaya (Aloe Vera) terhadap penurunan kadar gula dalam darah.


(17)

5.2 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bekal bagi perawat yang bekerja di lingkungan komunitas maupun klinik dalam memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang pemanfaatan lidah buaya (Aloe Vera) untuk membantu menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.

5.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga tentang pemanfaatan lidah buaya (Aloe Vera) terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II. Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan lidah buaya dengan herbal yang lain terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Mellitus 1.1 Definisi

Diabetes melitus adalah suatu penyakit metabolisme dengan kriteria kadar gula dalam darah tinggi, yaitu gula darah dalam keadaan puasa ≥ 126 mg/dl, atau 2 jam sesudah makan (post prandial) kadarnya ≥ 200 mg/dl (Dalimartha, 2007). Oleh karena itu, penyakit ini sering disebut sebagai penyakit gula atau kencing manis yang tidak hanya mengganggu metabolisme karbohidrat, tetapi juga menyangkut metabolisme protein dan lemak (Maulana, 2008).

Tingginya kadar gula darah pada penderita diabetes disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga hormon insulin yang dihasilkan menjadi kurang maksimal. Akibatnya, insulin yang dihasilkan jumlahnya bisa sedikit bahkan tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah atau jumlah insulinnya mencukupi tetapi kualitasnya rendah sehingga tetap tidak bisa menurunkan kadar gula darah. Sebab insulin disini berperan dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi (Abuaqila, 2008).

Menurut American Diabetes Association (ADA) (2005, Soegondo et al., 2007; dalam Utama, 2007), mengatakan bahwa diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin atau gabungan dari


(19)

keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.

Maulana (2008) mengemukakan bahwa penyakit diabetes mellitus juga disebut sebagai the great imitator, yaitu penyakit yang dapat menyerang semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai keluhan. Penyakit ini timbul secara perlahan-lahan, sehingga seseorang tidak menyadari adanya berbagai perubahan dalam dirinya. Perubahan seperti, minum menjadi lebih banyak, buang air kecil menjadi lebih sering, dan berat badan yang terus menurun, berlangsung cukup lama dan biasanya cenderung tidak diperhatikan, hingga seseorang pergi ke dokter dan memeriksakan kadar glukosa darahnya.

1.2 Klasifikasi

1.2.1 Diabetes Melitus yang tergantung insulin (IDDM atau DM Tipe I) Diabetes mellitus tipe 1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh (Maulana, 2008).

Maulana (2008) mengemukakan bahwa pada penderita diabetes tipe 1, terjadi suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Meskipun kadar gula di dalam darah tinggi, tetapi sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, sehingga sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sumber ini dapat berasal dari lemak tubuh. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang


(20)

merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam.

1.2.2 Diabetes Mellitus yang tidak tergantung insulin (NIDDM atau Diabetes Tipe II)

Menurut D’Adamo dan Catherine (2006), penderita diabetes tipe 2 masih dapat menghasilkan insulin akan tetapi, insulin yang dihasilkan tidak cukup atau tidak bekerja sebagaimana mestinya di dalam tubuh sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh .

Diabetes tipe 2 umumnya terdapat pada orang yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk, dan tidak aktif. Gejala pada tipe kedua ini terjadi secara perlahan-lahan. Dengan pola hidup sehat, yaitu mengkonsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara teratur biasanya penderita berangsur pulih (Maulana, 2008).

1.2.3Diabetes Mellitus Gestasional

Menurut Suyono (2007, dalam Utama, 2007), diabetes mellitus gestasional merupakan diabetes yang terjadi selama kehamilan. Angka kejadiannya meliputi 20%-50% dari semua penderita diabetes khususnya tipe 2.

Kehamilan yang disertai timbulnya penyakit diabetes mellitus mempunyai banyak resiko. Sebab keadaan ini dapat menimbulkan kelainan dari yang ringan


(21)

sampai menyebabkan kematian, diantaranya seperti keracunan kehamilan (preeklamsia) yang berat, air ketuban yang berlebihan (hidramnion), naiknya tekanan darah (hipertensi), janin yang tumbuh besar (makrosomia), kematian janin dalam kandungan, gawat janin, kelainan bawaan (kongenital), dan sebagainya (Dalimartha, 2007). Untuk menghindari berbagai hal yang tidak diinginkan tersebut, sebaiknya penderita melahirkan di rumah sakit.

1.2.4Diabetes Mellitus Tipe Lain

Ada beberapa tipe diabetes yang lain, seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM (Suyono et al., 2007, dalam Utama, 2007).

1.3Penyebab

Menurut Waspadji (2007), penyebab pasti terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini belum diketahui jelas. Diabetes tipe 1 mempunyai dasar adanya kelainan proses autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta pada pankreas, namun mekanisme terjadinya kelainan tersebut hingga saat ini juga belum jelas. Demikian pula dengan diabetes tipe 2, penyabab pasti terjadinya belum diketahui secara jelas.

Dalam Maulana (2007) ada beberapa faktor pemicu yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes mellitus, yaitu : a) genetik atau faktor keturunan, anggota keluarga penderita diabetes memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes, b) virus dan bakteri, virus penyebab DM diantaranya, rubela, mumps, dan


(22)

human coxsackievirus B4, c) bahan toksik atau beracun, diantaranya yang dapat merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (dari sejenis jamur), d) nutrisi yang berlebihan sehingga menyebabkan kegemukan (obesitas), e) kadar kortikosteroid yang tinggi, f) kehamilan diabetes gestasional, g) obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

1.4 Gejala-Gejala

Tiga serangkaian klasik mengenai gejala kencing manis adalah poliuri (urinasi yang sering), polidipsi (banyak minum akibat meningkatnya tingkat kehausan), dan

polifagi (meningkatnya hasrat untuk makan) (Maulana, 2008).

Poliuri atau sering kencing terjadi karena kadar glukosa darah yang tinggi.

Saat kadar glukosa darah melebihi ambang ginjal (renal threshold) maka glukosa yang berlebihan ini akan dikeluarkan (ekskresi) melalui urin dan adanya glukosa dalam urin disebut glukosuria. Untuk mengeluarkan glukosa melalui ginjal dibutuhkan banyak air (H2O). Hal inilah yang menyebabkan penderita sering kencing. Sering kencing, selain dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi) juga mengakibatkan kulit menjadi kering (Dalimartha, 2007).

Disamping itu, sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengompensasikan hal ini, penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi) (Maulana, 2008).

Selain ketiga gejala khas di atas, badan penderita penyakit diabetes juga sering terasa lemah dan berat. Hal ini terjadi akibat tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit karena ikut terbuang melalui kencing yang berlebihan. Bisa juga energi


(23)

yang terbentuk sangat kurang karena tubuh kekurangan insulin dan cadangan lemak yang bisa dibakar menjadi tenaga sudah menipis (Dalimartha, 2007) .

1.5 Diagnosis

Pada umumnya, dokter akan melakukan diagnosis dugaan terlebih dahulu, yaitu berdasarkan keluhan atau gejala khas yang dialami seseorang. Kemudian melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan seseorang tersebut menderita DM atau tidak. Diagnosis ini disebut dengan diagnosis pasti (Soegondo, 2007).

Menurut Suyono (2007, dalam Utama, 2007), kepastian diagnosis diabetes dapat ditegakkan dengan ditemukannya keluhan atau gejala khas yaitu poliuri, polidipsi, polifagi dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, disertai dengan hasil pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.

Selain diagnosis di atas, yang mungkin dikeluhkan oleh pasien namun tidak khas, diantaranya rasa lemas, gatal-gatal, kesemutan pada jari tangan dan kaki, penglihatan menjadi kabur, impotensi pada pasien pria, gatal pada kemaluan (pruritus vulvae) pada penderita wanita serta luka yang sulit sembuh (Dalimartha, 2007).

Jika pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu masih meragukan, perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral dengan tujuan untuk memastikan diagnosis (Maulana, 2008).

1.6 Pengobatan

Tujuan utama pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal (Maulana, 2008). Kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang


(24)

normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang semakin berkurang (Dalimartha, 2007).

Pengobatan diabetes mellitus meliputi beberapa aspek, yaitu: edukasi, perubahan pola hidup (misalnya pengendalian stress, peningkatan spiritual), perubahan pola makan dengan menghindari makanan dan minuman yang tidak bermanfaat, olah raga yang teratur (misalnya tiap 2 hari sekali), terapi konvensional dengan obat-obatan kimia, diantaranya golongan sulfonilurea, glinid (sebagai pemicu sekresi insulin) dan golongan biguanid, tiazolidindion (yang bekerja sebagai penambah sensitivitas terhadap insulin) (Abuaqila, 2008).

2. Lidah Buaya (Aloe Vera)

Tanaman lidah buaya sudah dikenal sejak ribuan tahun silam. Biasanya digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan perawatan kulit. Selain itu, tanaman ini juga bermanfaat sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetik. Disamping itu, juga sebagai bahan pembuatan makanan dan minuman kesehatan (Furnawanthi, 2002).

Sejarah Lidah Buaya

Lidah buaya merupakan tanaman asli Afrika, tepatnya Ethiopia, yang termasuk golongan liliaceae. Tanaman ini mempunyai nama yang bervariasi, tergantung dari negara atau wilayah tempat tumbuh. Latin, Prancis, Portugis, dan Jerman: aloe; Inggris:crocodiles tongues; Malaysia: Jadam; Cina: luhui; Spanyol: sa’villa; India: musabbar; Tibet:jelly leek; Indian: ailwa; Arab: sabbar; Indonesia: lidah buaya; dan Filipina: natau (Furnawanthi, 2002).


(25)

Tanaman lidah buaya diduga berasal dari kepulauan Canary di sebelah barat Afrika. Telah dikenal sebagai obat dan kosmetik sejak berabad-abad silam. Hal ini tercatat dalam Egyptian Book of Remedies. Di dalam buku itu dikisahkan pada zaman Cleopatra, lidah buaya dimanfaatkan untuk bahan baku kosmetik dan pelembaban kulit. Pemakaiannya di bidang farmasi pertama kali dilakukan oleh orang-orang Samaria sekitar tahun 1750 SM (Furnawanthi, 2002).

Bangsa Arab telah lama memanfaatkan tanaman yang dijuluki “the miracle

plant “ tersebut untuk pengobatan dan bahan kosmetik. Demikian halnya dengan

bangsa Yunani dan Romawi, mereka menggunakan lidah buaya untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan (Yohanes, 2005).

Yohanes (2005) mengatakan bahwa menurut sejarahnya, lidah buaya di bawa ke Indonesia oleh bangsa Cina pada abad ke-17. Semula pemanfaatan tanaman tersebut terbatas sebagai tanaman hias, ramuan obat-obat tradisional, dan bahan kecantikan. Budi daya komersial dan perluasan penggunaan untuk bahan baku produk minuman dimulai pada tahun 900-an, ditandai dengan dibukanya lahan lidah buaya di Kalimantan Barat tepatnya di kota Pontianak. Beberapa daerah lainnya seperti Palembang, Malang, dan Jawa Barat juga memiliki lahan perkebunan lidah buaya.

Morfologi

Tanaman lidah buaya termasuk semak rendah, tergolong tanaman yang bersifat sukulen, dan menyukai hidup di tempat kering. Batang tanaman pendek, mempunyai daun yang bersap-sap melingkar (roset), panjang daun 40-90 cm, lebar 6-13 cm, dengan ketebalan lebih kurang 2,5 cm di pangkal daun serta bunga berbentuk lonceng (Furnawanthi, 2002).


(26)

Lidah buaya termasuk tanaman yang efisien dalam penggunaan air karena memiliki sifat tahan kekeringan. Dalam kondisi gelap, terutama malam hari, stomata atau mulut daun membuka, sehingga uap air dapat masuk. Hal ini disebabkan karena pada malam hari udaranya dingin, uap air tersebut berbentuk embun. Stomata yang membuka pada malam hari memberi keuntungan, yakni tidak akan terjadi penguapan air dari tubuh tanaman, sehingga air yang berada di dalam tubuh daunnya dapat dipertahankan. Oleh karena itu, lidah buaya mampu bertahan hidup dalam kondisi yang bagaimanapun keringnya (Furnawanthi, 2002).

Kelemahan lidah buaya adalah jika ditanam di daerah basah dengan curah hujan tinggi, mudah terserang cendawan, terutama fusarium sp. yang menyerang pangkal batangnya (Furnawanthi, 2002). Sementara itu, dari segi budi daya, tanaman lidah buaya sangat mudah dan relatif tidak memerlukan investasi besar. Hal ini disebabkan tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang dapat dipanen berulang-ulang dengan masa produksi 7-8 tahun (Astawan, 2008).

2.2.1 Batang

Batang tanaman lidah buaya berserat atau berkayu. Pada umumnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat karena tertutupi oleh daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah. Namun, ada juga beberapa spesies yang berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai 3-5 m yang dapat dijumpai di gurun Afrika Utara dan Amerika. Melalui batang ini akan tumbuh tunas yang akan menjadi anakan (sucker) (Furnawanthi, 2002).


(27)

2.2.2 Daun

Daun lidah buaya berbentuk tombak dengan helaian memanjang. Daunnya berdaging tebal; tidak bertulang; berwarna hijau keabu-abuan dan mempunyai lapisan lilin di permukaan; serta bersifat sukulen, yakni mengandung air, getah, atau lender yang mendominasi daun. Bagian atas daun rata dan bagian bawahnya membulat (cembung) (Furnawanthi, 2002).

Di daun lidah buaya yang muda dan sucker (anak) terdapat bercak (totol) berwarna hijau pucat sampai putih. Bercak ini akan hilang saat lidah buaya dewasa. Namun, tidak demikian halnya dengan tanaman lidah buaya jenis kecil atau local. Hal ini kemungkinan disebabkan faktor genetiknya. Sepanjang tepi daun berjajar gerigi atau duri yang tumpul dan tidak berwarna (Furnawanthi, 2002).

2.2.3 Bunga

Bunga lidah buaya berbentuk terompet atau tabung kecil sepanjang 2-3 cm, berwarna kuning sampai orange, tersusun sedikit berjuntai melingkari ujung tangkai yang menjulang ke atas sepanjang sekitar 50-100 cm (Furnawanthi, 2002).

2.2.4 Akar

Lidah buaya mempunyai sistem perakaran yang pendek dengan akar serabut yang panjangnya bisa mencapai 30-40 cm (Furnawanthi, 2002).

Jenis dan Varietas Lidah Buaya

Terdapat lebih dari 350 jenis lidah buaya yang termasuk dalam suku

Liliaceae. Di samping itu, tidak sedikit lidah buaya yang merupakan hasil

persilangan. Menurut Dowling (1985, dalam Furnawanthi, 2002) hanya tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial di dunia, yakni Curacao Aloe atau


(28)

Aloe vera (Aloe Barbadensis Miller), Cape Aloe atau Aloe Ferox Miller, dan Socotrine Aloe yang salah satunya adalah Aloe Perryi Baker. Karakteristik ketiga

jenis lidah buaya tersebut terlihat dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Karakteristik tanaman lidah buaya komersial

Karakteristik Aloe Barbadensis

Miller Aloe Ferox Miller Aloe Perryi Baker Batang Bentuk Daun Lebar daun Lapisan lilin pada daun

Duri

Tinggi Bunga (mm)

Warna bunga

Tidak terlihat jelas

Lebar di bagian bawah, dengan pelepah bagian atas cembung

6-13 cm Tebal

Di bagian pinggir Daun

25-30 (tinggi tangkai bunga 60-100 cm) Kuning

Terlihat jelas (tinggi 3-5 m atau lebih)

Lebar dibagian bawah

10-15 cm Tebal

Di bagian pinggir dan bawah daun 35-40

Merah tua hingga jingga

Tidak terlihat jelas (lebih kurang 0,5 m) Lebar dibagian bawah 5-8 cm Tipis Di bagian pinggir daun 25-30 Merah Terang Diambil dari : Furnawanthi, 2002

Lidah buaya yang banyak dimanfaatkan adalah spesies Aloe barbadensis Miller yang ditemukan oleh Philip Miller, seorang pakar botani yang berasal dari inggris, pada tahun 1768. Aloe barbadensis Miller mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya tahan hama;ukurannya lebih panjang, yakni bisa mencapai 121 cm; berat perbatangnya bisa mencapai 4kg; dan mengandung 75 nutrisi.


(29)

Jenis yang banyak dikembangkan di Asia termasuk indonesia, adalah Aloe

chinensis Baker, yang berasal dari cina, tetapi bukan tanaman asli cina. Jenis ini di

Indonesia sudah ditanam secara komersial di Kalimantan Barat dan lebih dikenal dengan nama lidah buaya pontianak, yang dideskripsikan oleh Baker pada tahun 1877 (Furnawanthi, 2002). Ciri-ciri tanaman ini adalah bunga berwarna orange, pelepah berwarna hijau muda, pelepah bagian atas agak cekung, dan mempunyai totol putih didaunnya ketika tanaman masih muda, lapisan lilinnya tipis di bawah daun dengan panjang daun 50-80 cm, lebarnya mencapai 10-14 cm dengan tebal 2-3 cm dan duri daun terdapat di bagian tepi (Jatnika& Saptoningsih, 2009).

Jenis lidah buaya ini adalah salah satu lidah buaya yang baik untuk menurunkan kadar gula darah sebab mengandung kromium yang saat dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus akan menuju ke jaringan adipose dan otot lurik yang akan mengaktifkan fosforilasi Akt yang ada di jaringan adipose dan otot lurik. Fosforilasi Akt akan merangsang sekresi insulin secara paten sehingga glukosa dapat

masuk kedalam sel β pancreas secara difusi pasif yang diperantarai protein membrane yang spesifik (glukosa transporter 2) sedangkan glukosa masuk ke membran plasma melalui glukosa transporter 4 yang juga dapat merangsang sekresi insulin. Karena adanya sekresi insulin maka produksi insulin meningkat secara otomatis produksi glukosa oleh hati menurun dan glukosa darah juga menurun (Wuliyani, 2009).

Kandungan Lidah Buaya

Tanaman lidah buaya mengandung dua jenis cairan, yakni cairan bening seperti jeli dan cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin. Jeli lidah buaya diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli mengandung zat antibakteri dan


(30)

dan antijamur yang dapat menstimulasi fibroblast, yaitu sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka (Astawan, 2008).

Lidah buaya jenis Barbadensis Miller aman dikonsumsi, karena mengandung zat mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh, diantaranya 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Mengingat kandungan yang lengkap itu, lidah buaya bukan cuma berguna menjaga kesehatan, tapi juga mengatasi berbagai penyakit, misalnya lidah buaya juga mampu menurunkan kadar gula darah pada diabetesi yang tidak tergantung insulin dalam waktu 10 hari gula darah bisa normal (Freddy 2006, dalam Purwakarta, 2006).

Kandungan dari lidah buaya yang dianggap mampu menurunkan kadar gula darah adalah kromium, inositol, vitamin A, dan getah kering lidah buaya yang mengandung hypoglycemic (Jatnika& Saptoningsih, 2009).

Selain itu, lidah buaya diyakini sangat mujarab karena mengandung salisilat, yaitu zat peredam sakit dan antibengkak yang juga terdapat dalam aspirin. Cairan berwarna kekuningan mengandung aloin berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar kulit lidah buaya. Cairan ini tidak sama dengan jeli lidah buaya, dianggap cukup aman dan banyak dimanfaatkan sebagai obat pencahar komersial (Furnawanthi, 2002).

Jumlah asam amino, vitamin, enzim, anthraquinone, dan unsur lainnya tidak terdapat dalam jumlah besar, tetapi karena digabungkan menjadi satu, membuahkan hasil yang menakjubkan. Hal ini disebabkan unsur yang terdapat di dalam lidah buaya ini menstimulasi macropage di dalam tubuh. Macropage adalah salah satu sel darah yang mengendalikan system kekebalan tubuh (Furnawanthi, 2002).


(31)

2.5 Manfaat dan Khasiat Lidah Buaya

Selain menyuburkan rambut, lidah buaya juga dikenal berkhasiat untuk mengobati sejumlah penyakit, diantaranya diabetes mellitus dan serangan jantung. Bangsa Mesir kuno sudah mengenal khasiat lidah buaya sebagai obat sekitar tahun 1500 SM. Berkat khasiatnya, masyarakat Mesir kuno menyebutnya sebagai tanaman keabadian (Purwakarta, 2006).

Manfaat lidah buaya beragam disebabkan kandungan bahan aktif yang dimilikinya, seperti terlihat di tabel 2 dan 3.

Tabel 2. Zat-zat yang terkandung dalam gel lidah buaya

Zat Kegunaan

Lignin

Saponin

- Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi, sehingga memudahkan peresapan gel ke kulit.

- Mempunyai kemampuan

membersihakn dan bersifat antiseptik. - Bahan pencuci yang sangat baik. Komplek Anthraquinone aloin,

barbaloin, iso-barbaloin, anthranol, aloe emodin, anthracene, aloetic acid, ester asam sinamat, asam krisophanat, eteral oil, resistanol

- Bahan laksatif

-Penghilang rasa sakit, mengurangi racun.

- Senyawa antibakteri.

- Mempunyai kandungan antibiotik. Vitamin B1, B2, niacinamida, B6, -Bahan penting untuk menjalankan fungsi


(32)

cholin, asam folat tubuh secara normal dan sehat. Enzim oksidase, amilase, katalase,

lifase, protease

-Mengatur proses-proses kimia dalam tubuh.

-Menyembuhkan luka dalam dan luar. Mono dan polisakarida, selulosa,

glukosa, mannose, aldopentosa, rhamnosa

-Memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

-Berfungsi untuk memproduksi mucopolisakarida.

Diambil dari : Furnawanthi, 2002)

Tabel 3. Komposisi kimia gel lidah buaya

Bahan Kegunaan Unsur Konsentrasi

( ppm) Mineral

Asam amino

- Memberi ketahanan terhadap penyakit, menjaga kesehatan dan memberikan vitalitas. - Berinteraksi dengan vitamin

untuk mendukung fungsi-fungsi tubuh.

- Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan.

- Untuk sintesa bahan lain.

Kalsium(Ca) Fosfor(P) Besi(Fe) Magnesium(Mg) Mangan(Mn) Kalium(K) Natrium(Na) Tembaga(Cu) Asam aspartat Asam glutamat 458,00 20,10 1,18 60,80 1,04 797,00 84,40 0,11 43,00 52,00


(33)

Protein

- Sumber energi Alanin

Isoleusin Fenilalanin Threonin Prolin Valin Leusin Histidin Serin Glisin Methionin Lysine Arginin Tyrosin Tryptophan 28,00 14,00 14,00 31,00 14,00 14,00 20,00 18,00 45,00 28,00 14,00 37,00 14,00 14,00 30,00 0,1 % Diambil dari : Furnawanthi, 2002

Secara umum bagian-bagian dari tanaman lidah buaya yang sering dimanfaatkan yaitu :

2.5.1 Daun

Keseluruhan daunnya dapat digunakan langsung, baik secara tradisional maupun dalam bentuk eksudatnya (Furnawanthi, 2002).


(34)

2.5.2 Eksudat

Eksudat adalah getah yang keluar dari daun saat dilakukan pemotongan. Eksudatnya berbentuk kental, berwarna kuning, dan rasanya pahit (Furnawanthi, 2002).

Getah lidah buaya bersifat kolodial seperti lendir, terutama jika pH nya mendekati basa (saat daun masih segar), bentuknya berupa gel (mirip agar-agar) yang lekat. Namun, jika pH-nya mendekati asam (saat daun mulai layu), akan berubah wujud menjadi sol yang bersifat lebih encer seperti sirup (Furnawanthi, 2002).

2.5.3 Gel

Gel adalah bagian berlendir yang diperoleh dengan cara menyayat bagian dalam daun setelah eksudatnya dikeluarkan (Furnawanthi, 2002). Gel sangat mudah rusak karena mengandung bahan aktif dan enzim yang sangat sensitive terhadap suhu, udara dan cahaya, serta bersifat mendinginkan. Sifat gel lidah buaya sangat mudah teroksidasi karena adanya enzim oksidase. Akibatnya, kontak bahan dengan udara (oksigen) akan mempercepat proses oksidasi, sehingga gel akan berubah menjadi kuning hingga coklat (browning) (Yohanes, 2005) .

2.6 Cara Meramu Lidah Buaya Untuk Menurunkan Kadar Gula Darah

Cara meramu lidah buaya untuk menurunkan kadar gula darah, yaitu satu pelepah lidah buaya ukuran besar (kira-kira seukuran telapak tangan) dibersihkan terlebih dahulu dengan mengupas kulit dan durinya. Kemudian, rendam sekitar 30 menit dalam air garam dengan takaran 1 sendok makan garam dapur biasa dicampur 1 liter air. Selanjutnya, remas sebentar secara perlahan lalu bilas dengan air yang mengalir (air kran). Kemudian, rebus dengan 3 gelas air hingga mendidih. Lalu


(35)

dinginkan dan diminum sebanyak setengah gelas 2 sampai 3 kali sehari selama 10 hari berturut-turut (Purwakarta, 2006).


(36)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menggunakan model pendekatan sistem yang terdiri dari unsur input, proses dan output. Dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana pemanfaatan lidah buaya untuk menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes tipe 2. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hubungan antara variabel dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 3.1 : Kerangka Konseptual Penelitian Pemanfaatan Lidah Buaya (Aloe Vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II.

Pemanfaatan Lidah Buaya Penderita

diabetes mellitus tipe II

Pre Test Post Test


(37)

2. Definisi Operasional 2.1 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus pada penelitian ini didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana kadar gula darah dalam keadaan puasa ≥ 126 mg/dl, atau 2 jam sesudah makan (post prandial) kadarnya ≥ 200 mg/dl dengan kategori diabetes mellitus tipe 2 atau tidak tergantung insulin, yang diukur dengan alat cek gula darah yaitu ACCU cek sebelum dan sesudah pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) (Dalimartha, 2007). Kemudian hasil pengukuran kadar gula darah disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan menggunakan satuan mg/dl.

2.2 Pemanfaatan Lidah Buaya

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pemanfaatan lidah buaya (Aloe Vera) dalam menurunkan kadar gula darah oleh penderita diabetes mellitus khususnya tipe 2 adalah pemanfaatan lidah buaya yang diolah menjadi sebuah minuman yang akan dikonsumsi oleh responden sebanyak 3 kali sehari selama 10 hari berturut-turut dan setelah peneliti melakukan penyuluhan kepada responden, responden dapat mengetahui manfaat lidah buaya yang dapat menurunkan kadar gula darah dan menerapkannya. Alat ukur yang digunakan yaitu lembar observasi daftar kegiatan selama 10 hari, dimana minum 1 kali = 1, minum 2 kali = 2, dan minum 3 kali = 3. Dengan hasil ukur pemanfaatan memuaskan = 16-30 dan pemanfaatan kurang memuaskan = 1-15 dengan skala interval.


(38)

BAB IV

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yang bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah oleh penderita Diabetes Mellitus tipe II.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes Mellitus tipe II di Lingkungan Purwodadi yang berjumlah 17 orang. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling. Sesuai dengan Arikunto (2002) menyatakan bahwa jika populasinya kurang dari 100 orang, maka peneliti dapat mengambil semua populasi diabetes yang ada sebagai sampel penelitian dan populasi bersedia menjadi responden. Untuk menjadi responden, maka responden terlebih dahulu harus memenuhi kriteria inklusi, yaitu:

Responden wanita/pria berumur >40 tahun

Tidak sedang mengkonsumsi obat anti diabetik yang lain selama penelitian berlangsung

Responden wanita/pria tidak sedang merokok atau mengkonsumsi alkohol Responden bersedia menjadi calon responden penelitian.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat


(39)

penelitian karena di lokasi ini banyak masyarakat yang pola makan dan gaya hidupnya belum teratur yang terlihat dari kebanyakan masyarakat mengalami obesitas dan jarang berolahraga akibat aktivitas bekerja yang padat sehingga banyak masyarakat yang tidak menyadari akan timbulnya penyakit seperti diabetes. Selain itu, lokasi ini dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat memudahkan peneliti dalam memantau keadaan sampel.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Institusi Fakultas Ilmu Keperawatan, selanjutnya mengirim surat izin tersebut kepada lurah setempat dan kepada puskesmas. Setelah mendapat izin, peneliti mulai mengumpulkan data dari puskesmas. Dalam pengumpulan data ini terdapat beberapa hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu peneliti memperkenalkan diri kemudian, peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang maksud, tujuan dan prosedur penelitian.

Peneliti juga memberi kesempatan kepada calon responden untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan penelitian. Responden diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Selanjutnya, peneliti akan menanyakan kesediaan untuk menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama lengkap tetapi hanya mencantumkan inisial nama responden atau memberi kode


(40)

pada masing-masing lembar kuesioner. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.

Selama proses penelitian data tidak menimbulkan sakit secara fisik dan tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak menimbulkan efek yang merugikan terhadap responden.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini meliputi data demografi dan lembar observasi.

5.1 Data Demografi

Data demografi meliputi nomor responden, inisial responden, umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, pekerjaan dan suku. Dimana karakteristik umur dibagi menjadi 2 kategori menurut Havighurst (2008), yaitu umur 40-60 tahun dewasa madya dan diatas 60 tahun usia lanjut. Hal ini sesuai dengan karakteristik umur pada penderita diabetes mellitus tipe II yaitu diatas 40 tahun (Soegondo, 2007). Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data demografi dapat dilihat pada lampiran dua.

5.2 Lembar Observasi Pemanfaatan Lidah Buaya

Lembar observasi pemanfaatan lidah buaya digunakan untuk melihat sejauh mana tingkat pemanfaatan lidah buaya oleh penderita diabetes mellitus setelah dilakukan penyuluhan. Instrumen penelitian ini diisi oleh peneliti dengan menggunakan tanda checlist pada data demografi dan lembar observasi. Tingkat


(41)

pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) dapat ditentukan dengan menggunakan rumus statistika p = rentang/banyak kelas. Menurut Sudjana (2005) dimana p merupakan panjang kelas, rentang merupakan pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah. Nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden merupakan adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 30. Rentang kelas sebesar 30 (30-0), dimana observasi responden dilakukan selama 10 hari, dalam sehari dilakukan intervensi sebanyak 3 kali.

Adapun nilai observasi yang diberikan peneliti kepada responden adalah jika responden tidak meminum ramuan lidah buaya maka diberi nilai 0 dan responden yang meminum ramuan lidah buaya sebanyak 1 kali diberi nilai 1, responden yang meminum ramuan lidah buaya sebanyak 2 kali diberi nilai 2, dan responden yang meminum ramuan lidah buaya sebanyak 3 kali diberi nilai 3. Banyak kelas yang diinginkan adalah 2 kategori untuk menilai tingkat pemanfaatan lidah buaya (aloe vera), maka didapat panjang kelas 15 (30/2). Jadi, tingkat pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) yaitu : pemanfaatan memuaskan = 16-30 dan pemanfaatan kurang memuaskan = 1-15.

5.3 Lembar Pemeriksaan Kadar Gula Darah

Pada lembar ini, kadar gula darah responden akan diperiksa terlebih dahulu sebelum minum ramuan lidah buaya dan akan diperiksa kembali setelah 10 hari responden minum ramuan lidah buaya. Hal ini bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi pada kadar gula darah responden baik sebelum maupun sesudah pemanfaatan lidah buaya.


(42)

6. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah alat cek gula darah NESCO MultiCek lengkap dengan strip dan jarum penusuk, lembar cara mengukur kadar gula darah, lembar observasi pemeriksaan kadar gula darah pre dan

post, lembar observasi pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula

darah, dan lembar cara meramu lidah buaya. 7. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada Fakultas Keperawatan USU.

Peneliti mengirim surat izin penelitian dari fakultas ke tempat penelitian yaitu Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu. Selanjutnya mengirim surat izin kepada puskesmas untuk pengambilan data penderita diabetes mellitus tipe II meliputi nama dan tempat tinggal penderita.

Setelah memperoleh data penderita diabetes mellitus tipe II meliputi nama dan tempat tinggal, kemudian menemui langsung calon responden yang berhubungan ditempat tinggalnya kemudian memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan yaitu untuk suatu penelitian selanjutnya menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon responden.


(43)

Kemudian memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan lidah buaya serta menjelaskan prosedur tindakan lidah buaya dalam menurunkan kadar gula darah khususnya pada penderita diabetes mellitus tipe II. Penelitian ini berlangsung selama 10 hari, dimana masing-masing responden harus mengkonsumsi ramuan lidah buaya sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore atau malam hari setelah makan sebanyak setengah gelas. Sebelumnya responden tersebut dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok yang memanfaatkan dan kelompok yang tidak memanfaatkan.

Memberikan informed consent bila calon responden telah bersedia dan meminta kesediaan calon responden untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

Memulai penelitian di hari berikutnya dengan mengukur kadar gula darah responden sebelum dilakukan intervensi yaitu ± 2 jam sesudah sarapan pagi.

Selanjutnya melakukan observasi setiap harinya yaitu pagi dan sore hari terhadap pemanfaatan lidah buaya oleh penderita diabetes dalam menurunkan kadar gula darah.

Kemudian mengukur kembali kadar gula darah responden setelah intervensi dilakukan secara penuh dalam sehari dan melihat perubahan kadar gula darah setelah intervensi dilakukan selama 10 hari berturut-turut.


(44)

Melihat tingkat pemanfaatan yang dilakukan responden terhadap pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) untuk menurunkan kadar gula darah termasuk dalam kategori pemanfaatan memuaskan atau bahkan kurang memuaskan.

8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil wawancara peneliti kepada penderita diabetes tipe 2, hasil observasi pelaksanaan pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera), dan hasil pengukuran kadar gula darah sebelum dilakukan intervensi pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) dan sesudah dilakukan intervensi pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe II. Selanjutnya dilakukan pengolahan data.

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan kadar gula darah pre dan post intervensi dalam bentuk tabel.

8.2 Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk menganalisis perbedaan kadar gula darah antara pre dan post pemanfaatan lidah buaya pada kelompok yang memanfaatkan. Adapun uji inferensial yang dipakai adalah:

8.1.1 Uji paired t-test digunakan untuk membandingkan kadar gula darah

pre & post pemanfaatan lidah buaya pada kelompok yang memanfaatkan.

8.1.2 Uji independent t-test digunakan untuk membandingkan kadar gula darah antara kelompok yang memanfaatkan dan kelompok yang tidak memanfaatkan.


(45)

Sebelum dilakukan uji inferensial diatas lakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Data terdistribusi normal maka pengolahan data yang digunakan parametrik (uji paired t-test dan indpendent t-tes) tapi jika data tidak terdistribusi normal maka pengolahan datanya menggunakan nonparametrik (uji wilcoxon dan man whitney).

8.3 Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Pollit & Hungler, 2002).

Analisa univariat yang digunakan adalah analisis crosstabs dimana analisis ini

akan menunjukkan adanya tingkat perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari odd ratio.

Odd ratio merupakan salah satu bentuk comparative risk (ukuran asosiasi) yang

membandingkan antara kejadian yang terjadi pada kelompok yang terpapar dengan kelompok yang tidak terpapar (Djafri, 2008). Pada penelitian ini, analisa data dengan metode odd ratio digunakan untuk melihat resiko relatif pemanfaatan lidah buaya dalam menurunkan kadar gula darah pada kelompok yang memanfaatkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya.


(46)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 17 orang responden yang terdiri dari 9 orang responden pada kelompok yang memanfaatkan lidah buaya (aloe vera) dan 8 orang responden pada kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya di Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhan Batu. Penyajian data penelitian ini diuraikan berdasarkan karakteristik sebagai berikut :

1.Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden Kelompok yang Memanfaatkan dan yang Tidak Memanfaatkan Lidah Buaya

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok yang memanfaatkan lidah buaya lebih dari setengah berumur 40-60 tahun 77.8%, rata-rata umur responden adalah 55 tahun dengan standar deviasi 7.242, umur terendahnya 46 tahun dan umur tertingginya 68 tahun. Responden berjenis kelamin perempuan 55,6%. Lebih dari setengah responden yang mempunyai berat badan tidak ideal 55.6% dengan rata-rata berat badannya 62 kg dengan standar deviasinya 14.015, berat badan paling rendah 58 kg dan berat badan paling tinggi 79 kg. Tingkat pendidikan responden lebih dari setengah 55.6% adalah SMA dengan pekerjaan PNS sebanyak 33.3% dan wiraswasta 33.3%. Bila dilihat dari kesukuan responden, responden dengan suku Batak menduduki peringkat tertinggi 66.7%.


(47)

Sedangkan untuk kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya responden berumur 40-60 tahun sebanyak 75.5% dengan rata-rata umur responden 54 tahun, standar deviasinya 6.409 dengan umur paling rendah 47 tahun dan paling tinggi 65 tahun . Responden yang berjenis kelamin perempuan 62.5%. Responden mempunyai berat badan tidak ideal 62.5% dengan rata-rata berat badan 67 kg, standar deviasinya 9.959, berat badan paling rendah 49 kg dan berat badan paling tinggi 72 kg. Tingkat pendidikan responden 50.0% adalah berpendidikan SMA, dan responden sebagai Ibu Rumah Tangga 75.0%. Bila dilihat dari kesukuan responden, responden dengan suku Batak dan Jawa menduduki peringkat yang sama banyaknya 50.0%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Pada Kelompok Memanfaatkan Dan Tidak Memanfaatkan Lidah Buaya di Lingkungan Purwodadi Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu (N=17)

Karakteristik Demografi Responden

Kelompok Memanfaatkan Kelompok Tidak Memanfaatkan

f % f %

Umur

• 40-60 tahun

• >60 tahun Mean SD Min-Max 7 2 55.89 7.424 46-68 77.8 22.2 6 2 54.25 6.409 47-65 75.0 25.0 Jenis Kelamin • Perempuan • Laki-laki 5 4 55.6 44.4 5 3 62.5 37.5


(48)

Berat Badan

• Ideal

• Tidak ideal

Mean SD Min-Max 4 5 62.144 14.015 58 – 79

44.4 55.6 3 5 67.788 9.959 49-72 37.5 62.5 Pendidikan • \SD • SMP • SMA • D3 0 2 5 2 0 22.2 55.6 22.2 2 2 4 0 25.0 25.0 50.0 0 Pekerjaan • PNS • Wiraswasta • Pedagang • IRT 3 3 1 2 33.3 33.3 11.1 22.2 1 1 0 6 12.5 12.5 0 75.0 Suku • Batak • Jawa • Melayu 6 1 2 66.7 11.1 22.2 4 4 0 50.0 50.0 0

1.1.1Pemanfaatan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Dalam Darah Oleh Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

Berdasarkan hasil uji statistik dengan Odds Ratio (OR) terhadap penurunan kadar gula darah pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (1.785<OR<336.227), maka didapatkan OR sebesar 24.5 dengan Asymp. Sig:0.017, artinya untuk mengetahui seberapa besar resiko pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) terhadap terjadinya penurunan kadar gula darah, artinya terdapat 24,5 kali lebih besar responden yang memanfaatkan lidah buaya mengalami penurunan kadar gula darah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan lidah buaya. Hasil uji statistik dengan


(49)

Tabel 5.2. Resiko Relatif Pemanfaatan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe II

Value Lower Upper Asym. Sig Odds Ratio kelompok

(memanfaatkan/tidak) 24.5 1.785 336.227 0.017

Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden di Kecamatan Rantau Selatan menunjukkan rata-rata kadar gula darah untuk kelompok yang memanfaatkan pre pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) yang mengalami penurunan sebanyak 77.8%, dan rata-rata kadar gula darah untuk kelompok yang tidak memanfaatkan pre pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) yang tidak mengalami penurunan sebanyak 87.5%. Kadar gula darah responden pre dan

post pemanfaatan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut :

Tabel 5.3 Pemanfaatan Lidah Buaya (aloe vera) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Penderita DM Tipe II

1.1.2 Perbedaan Kadar Gula Darah pre dan post Pemanfaatan Lidah Buaya (aloe vera)

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa data yang diperoleh telah berdistribusi secara normal. Jika persyaratan normalitas telah terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal maka metode yang digunakan adalah metode parametrik, maka dapat dilihat seperti pada tabel berikut ini:

KGD Total

Menurun Tidak menurun Kelompok

Kelompok

Memanfaatkan

77.8 % 22.2 % 100%

Tidak


(50)

Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas dengan Kolomogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

N Mean SD Asym. Sig

KGD Post Kelompok

yang Memanfaatkan 9 249.67 86.361 0.694

Dari tabel diatas, pada kadar gula darah post kelompok yang memanfaatkan diperoleh nilai Asym. Sig sebesar 0.694 > 0.05 yang berarti bahwa distribusi data normal yang dapat dilihat pada diagram berikut ini:

Berdasarkan diagram tersebut diatas dapat diketahui bahwa puncak kurva normal yang menyatakan bahwa data pada kadar gula darah setelah pemanfaatan lidah buaya berdistribusi secara nomal karena signifikansi untuk variabel kadar gula darah post kelompok yang memanfaatkan lebih besar dari 0.05 yaitu 0.694.

Uji statistik paired t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa kadar gula darah berbeda antara pre dan post pemanfaatan lidah buaya pada


(51)

kelompok yang memanfaatkan ( t = 4,95, p = 0.001). Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan (t = -2,01, p = 0.084). Data ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah yang signifikan antara sebelum dilakukan pemanfaatan lidah buaya dan sesudah dilakukan pemanfaatan lidah buaya pada kelompok yang memanfaatkan, dimana p (0,001) < 0.05. Berbeda dengan kelompok yang tidak memanfaatkan dimana p (0,084) > 0,05 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah awal dan akhir pemanfaatan. Perbedaan kadar gula darah pre dan post pemanfaatan lidah buaya dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.5 Distribusi Perbedaan kadar Gula darah Terhadap Penurunan Kadar Gula Dalam Darah Oleh Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

Variabel Kelompok Yang Memanfaatkan

Mean Standar

Deviasi T P Value

Pre 315,00 73,214

4,95 0,001 Post 249,67 86,361

Yang Tidak Memanfaatkan

Pre 329,88 64,101

-2,01 0,084 Post 337,62 66,982

Berdasarkan tabel 5.4 perbedaan kadar gula darah pada pre kelompok yang memanfaatkan mempunyai nilai rata-rata sebesar 315.00, standar deviasinya 73.214 dan post kelompok yang memanfaatkan sebesar 249.67, dengan standar deviasi sebesar 86.361. Dari hasil uji statistik ini diperoleh nilai p adalah 0,001 (p < 0,005) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap


(52)

penurunan kadar gula dalam darah oleh penderita Diabetes Mellitus pada saat pre dan post kelompok yang memanfaatkan.

Pada pre kelompok yang tidak memanfaatkan mempunyai nilai rata-rata sebesar 329,88 dan post sebesar 337,62, dengan standar deviasi sebesar 10,873. Hasil uji statistik didapatkan nilai p adalah 0,084 (p > 0,005) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan kadar gula dalam darah oleh penderita Diabetes Mellitus pada saat pre dan post pemanfaatan lidah buaya.

Untuk melihat perbedaan penurunan kadar gula darah pada kelompok yang memanfaatkan dan kelompok yang tidak memanfaatkan digunakan uji independent

t-test. Dari hasil perhitungan, diketahui nilai p kadar gula darah pada kelompok yang

memanfaatkan 0.035, sehingga dapat disimpulkan p<0.05 artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar gula antara kelompok yang memanfaatkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6 Perbedaan Penurunan Kadar Gula Darah Pada Kelompok Yang Memanfaatkan dan Yang Tidak Memanfaatkan Lidah Buaya

No.

Kelompok yang Memanfaatkan

Kelompok yang Tidak

Memanfaatkan P value t

Mean SD Mean SD

1. 249.67 86.361


(53)

2. Pembahasan

2.1. Pemanfaatan Lidah Buaya Terhadap Penurunan Kadar Gula Dalam Darah Oleh Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

Pemanfaatan lidah buaya (aloe vera) terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah awal dan akhir pemanfaatan pada kelompok yang memanfaatkan yang mempunyai nilai odd ratio sebesar 24.5 yang menunjukkan bahwa responden yang melakukan pemanfaatan lidah buaya 24.5 kali lebih besar mengalami penurunan kadar gula darah dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan pemanfaatan lidah buaya.

Nilai pemanfaatan ini berkaitan erat dengan beberapa karakteristik responden diantaranya usia, usia pada penelitian ini adalah umur > 40 tahun sesuai dengan kriteria penderita diabetes melitus tipe II yaitu diatas 40 tahun.( Suyono, 2007). Penderita ini tidak tergantung insulin sehingga dapat dilakukan pengobatan salah satunya melalui pemanfaatan lidah buaya ini sebab lidah buaya lidah buaya dapat berfungsi mempertahankan tingkat gula darah. Hal ini didukung oleh pernyataan Ramdani (2008) terhadap penderita diabetes yang berumur 56 tahun setelah rutin mengkonsumsi lidah buaya selama 6 bulan maka gula darahnya menjadi 180 mg/dl.

Hal ini menunjukkan bahwa lidah buaya memiliki khasiat yang mampu menurunkan kadar gula darah penderita diabetes mellitus tipe II. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dr. Freddy (2008; dalam Tenny, 2008) pada penelitiannya yang mengatakan bahwa lidah buaya bukan cuma berguna menjaga


(54)

kesehatan tetapi juga dapat mengatasi berbagai penyakit diantaranya lidah buaya juga mampu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes yang tidak tergantung insulin dalam waktu sepuluh hari gula darah bisa turun bahkan kembali ke keadaan normal.

Menurut Dr. Freddy (2008; dalam Tenny, 2008) tanaman lidah buaya ini memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap yaitu mengandung 72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Diantara ke-72 zat yang dibutuhkan oleh tubuh tersebut terdapat 18 macam asam amino, karbohidrat, lemak, air, vitamin, mineral, enzim, hormon, dan zat golongan obat. Antara lain antibiotik, antiseptik, antibakteri, antikanker, antivirus, antijamur, antiinfeksi, antiperadangan, antipembengkakan, antiparkinson, antiaterosklerosis, serta antivirus yang resisten terhadap antibiotik. Vitamin yang terkandung dalam lidah buaya diantaranya seperti vitamin A, B1, B2, B12, C dan E. Selain itu juga terdapat berbagai macam kumpulan enzim yang memperkaya khasiat lidah buaya sebagai penyeimbang kerja zat gizi lainnya.

2.2. Perbedaan Kadar Gula Darah pre dan post Pemanfaatan Lidah Buaya (aloe vera)

Perbedaan penurunan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemanfaatan lidah buaya, berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemanfaatan digunakan uji statistik

paired t-test. Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa kadar gula darah berbeda

antara pre dan post pemanfaatan lidah buaya. Pada kelompok yang memanfaatkan diperoleh nilai t = 4,95, p = 0.001. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan diperoleh nilai t = -2,01, p = 0.084.


(55)

Data ini menunjukkan bahwa antara sebelum dilakukan pemanfaatan dan sesudah dilakukan pemanfaatan lidah buaya pada kelompok yang memanfaatkan diperoleh nilai p < 0.05 yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan baik sebelum maupun sesudah pemanfaatan lidah buaya. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan baik sebelum maupun sesudah pemanfaatan lidah buaya tidak terdapat perbedaan yang signifikan sebab intervensi tidak dilakukan pada kelompok pembanding ini.

Pada rentang umur terdapat perbedaan nilai normal glukosa darah yang berbeda antara kelompok usia 40-60 tahun dengan kelompok usia > 60 tahun, dimana kelompok usia > 60 tahun memiliki nilai normal glukosa darahnya lebih tinggi dari biasa, yaitu gula darah puasanya < 150 mg/dl, sedangkan sesudah makan < 200 mg/ dl. Hal ini dikarenakan sifat khusus penderita usia lanjut.(Dalimartha, 2007). Rochmah (2004) mengatakan di usia tersebut keadaan fungsi-fungsi sel maupun organ mulai menurun sekaligus kemampuan pada kegiatan rutinitasnya.

Lidah buaya dapat diramu sebagai penurun kadar gula darah juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Purwakarta (2006) dan untuk meramu lidah buaya menjadi ramuan berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah maka sebaiknya penderita diabetes meminum ramuan lidah buaya sebanyak tiga kali sehari selama sepuluh hari berturut-turut yang terlebih dahulu diolah dengan mengupas kulit lidah buaya lalu mencuci bersih dan merendamnya dalam air garam selama ± 30 menit selanjutnya direbus kedalam tiga gelas air hingga tersisa setengahnya lalu didinginkan lalu diminum sebanyak setengah gelas setiap kali minum.


(56)

Sejauh ini, menurut Dr. Freddy (2008; dalam Tenny, 2008), penelitian belum menemukan efek samping penggunaan lidah buaya. Jika ditemukan suatu masalah, hal tersebut hanya berupa reaksi alergi pada mereka yang belum pernah mengkonsumsi lidah buaya atau karena daya kerja obat yang melawan penyakit.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II. Penentuan jumlah responden dilakukan dengan total sampling sehingga diperoleh 17 responden dalam penelitian ini, yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu kelompok yang memanfaatkan dan kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya. Proses pengumpulan data dilakukan pada bulan November.

Pengumpulan data yang dilakukan, yaitu pada kelompok yang memanfaatkan dengan memberikan penyuluhan kemudian pemanfaatan lidah buaya yang sudah diolah menjadi sebuah ramuan yang dikonsumsi responden sebanyak 3 kali dalam sehari selama 10 hari berturut-turut, sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan tidak mendapat perlakuan apapun, kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darah pada kedua kelompok pre dan post pemanfaatan dengan menggunakan alat cek gula darah yaitu NESCO MultiCek.

Alat ukur yang digunakan yaitu lembar observasi daftar kegiatan selama 10 hari, dimana minum 1 kali = 1, minum 2 kali = 2, dan minum 3 kali = 3. Dengan hasil ukur pemanfaatan memuaskan = 16-30 dan pemanfaatan kurang memuaskan = 1-15 dengan skala interval. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program aplikasi komputer untuk mengetahui hasil dari perhitungan statistik yaitu dengan uji odd ratio, paired t-test dan independent test.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus


(58)

tipe II terhadap 17 orang responden di Lingkungan Purwodadi Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu dapat diambil kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa dari perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap penurunan kadar gula darah pada maka didapatkan OR sebesar 24.5. Dengan Asymp. Sig:0.017 yang berarti bahwa sebanyak 24.5 kali lebih besar responden mengalami penurunan kadar gula darah dibandingkan dengan responden yang tidak memanfaatkan lidah buaya.

Penelitian ini juga berhasil mengungkapkan bahwa kadar gula darah berbeda antara pre dan post pemanfaatan lidah buaya melalui uji statistik paired t-test yang dilakukan pada kelompok yang memanfaatkan maupun yang tidak memanfaatkan yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar gula darah yang signifikan antara sebelum dilakukan pemanfaatan lidah buaya dan sesudah dilakukan pemanfaatan lidah buaya pada kelompok kasus. Sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah di awal dan akhir penelitian.

Perbedaan penurunan kadar gula darah pada kelompok yang memanfaatkan dan kelompok yang tidak memanfaatkan digunakan uji independent t-test, terdapat perbedaan yang signifikan pada kadar gula antara kelompok yang memanfaatkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan lidah buaya.


(59)

2. Rekomendasi

Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan maupun wawasan mahasiswa tentang pemanfaatan lidah buaya terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes tipe II.

Bagi Praktek Keperawatan

Diharapkan bagi perawat yang bekerja di lingkungan komunitas maupun klinik dapat melakukan dan mempraktekkan langsung kepada masyarakat tentang pemanfaatan lidah buaya (Aloe vera) untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.

Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pemanfaatan lidah buaya untuk menurunkan kadar gula darah dan perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemanfaatan lidah buaya pada penderita diabetes mellitus tipe II. Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan responden pada saat responden mengkonsumsi ramuan lidah buaya 3 kali dalam sehari selama 10 hari berturut-turut sebab peneliti hanya mengobservasi pada waktu pagi dan sore hari agar responden benar-benar melakukan pemanfaatan sesuai dengan prosedur yang dianjurkan dan selanjutnya untuk melakukan penelitian tentang perbandingan lidah buaya dengan herbal lain terhadap penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.


(60)

2.4 Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pengobatan alami yang digunakan masyarakat dalam menurunkan kadar gula darah dan hendaknya masyarakat mampu mematuhi prosedur yang telah ditetapkan selama proses pemanfaatan lidah buaya agar memperoleh hasil jauh lebih maksimal.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

Abuaqila (2008). Diabetes Mellitus. Diambil pada Maret 2009 dari

Arief, I. (2007). Diabetes. Diambil pada Maret 2009. dari

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, edisi Revisi V. Jakarta: Salemba Medika

Astawan, M. (2006). Lidah Buaya. Diambil pada Maret 2009 dari

D’Adamo, Peter J.,& Whitney, Catherine. (2007). Penemuan Baru Memerangi

Diabetes Melalui Diet Golongan Darah. Yogyakarta: B-first

Dalimartha, S.(2007). Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus,

Cet.12. Jakarta: Penebar Swadaya

Djafri, D. (2008). Ukuran Asosiasi dan Dampak Dalam Epidemiologi. Diambil pada 30 Juli 2009 dari http ://journal .ui.ac.id?hal= detail Artikel

Furnawanthi. (2002). Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya, Cet.1. Jakarta: Agro Media Pustaka

Gsianturi (2002). Lidah Buaya: Sembuhkan Bermacam Penyakit Berat. Diambil pada Maret 2009 dari


(62)

Jatnika, A & Saptoningsih. (2009). 1001 Obat Herbal, cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka

Yohanes. (2005). Olahan Lidah Buaya, Cet.1. Surabaya: Trubus Agrisarana

Long, C.B. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK Pajajaran Bandung

Maulana, M. (2008). Mengenal Diabetes: Panduan Praktis Menangani Penyakit

Kencing Manis. Yogyakarta: Katahati

Muliyani, T. (2010). Efek Farmakologik Lidah Buaya. Diambil pada Juni 2010 dari

Pollit, D.F.,& Hungler, B. P. (2002). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Purwakarta. (2006). Khasiat Lidah Buaya (Aloe vera). Diambil pada Maret 2009 dari aloevera

Rodiyah. (2009). Karya tulis akhir Pengaruh pemberian daun lidah buaya (aloe vera

linn) Terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus Putih (rattus novergicus strain wistar) yang di induksi aloksan. Diambil pada Juni 2010

dar

Soegondo, et al. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Soegondo (2005). Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Ranking ke-4 di Dunia. Diambil pada Maret 2009 dari


(63)

Sudjana (2005). Metode Statistik. Bandung: Tarsito

Suyono, et al. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Waspadji, S. (2007). Pertanyaan Pasien dan Jawabannya Tentang Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Wuliyani, T. (2009). Pengaruh Jus Lidah Buaya (aloe chinensis linn.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Tikus Putih (rattus novergicus) Strain Wistar Diambil pada Juni 2010 dari

. (2008). Diabetes incar Usia Produktif. Diambil pada Maret 2009 dari

(2005). Penderita Diabetes Mellitus. Diambil pada Maret 2009 dari


(1)

Lembar Observasi Pemanfaatan Lidah Buaya Pada Kelompok Yang Memanfaatkan Lidah Buaya

Responden

Hari Total

Pemanfaatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I 3 3 2 2 3 1 0 2 3 3 22

II 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 27

III 2 3 2 1 1 0 2 3 3 3 20

IV 2 3 3 1 3 2 2 2 1 2 21

V 2 2 2 1 3 2 1 3 2 2 20

VI 2 2 1 1 1 0 0 1 2 1 11

VII 2 2 0 1 1 2 2 0 1 1 14

VIII 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 19

IX 2 2 3 1 2 2 1 1 3 3 20

Keterangan :

• Pemanfaatan yang Memuaskan : score 16-30


(2)

Lampiran 8

Lembar Observasi Perbedaan Kadar Gula Darah Pre & Post Pemanfaatan Lidah Buaya Pada Kelompok yang Memanfaatkan

Responden

KGD Pre & Post Pemanfaatan (Post

Prandial)

Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

I Pre 239 238 230 218 215 198 - 190 182 - Post 238 236 219 216 198 196 199 188 176 156 II Pre 259 257 235 - - 196 176 177 171 167 Post 257 256 228 225 220 176 176 177 168 165 III Pre 259 259 258 257 244 - 249 218 197 180 Post 259 258 257 243 243 249 219 198 182 172 IV Pre 270 270 271 268 268 248 246 239 218 201 Post 270 272 268 267 247 246 243 215 193 188

V Pre 320 319 316 - - 255 - 243 220 216

Post 319 315 314 289 265 243 243 220 218 213 VI Pre 315 318 312 311 310 - - 332 328 321 Post 315 312 310 310 315 325 332 325 320 320 VII Pre 325 326 - 327 325 324 325 - - 329 Post 325 315 325 324 324 320 320 328 328 328 VIII Pre 425 - 422 401 400 399 380 374 368 356 Post 424 420 412 397 397 375 374 367 355 340 IX Pre 443 - 440 387 385 385 375 370 366 368 Post 443 440 386 384 384 375 370 368 365 365

Keterangan : - Pre pemanfaatan dilakukan ± 2 jam sesudah makan pagi hari

- Post pemanfaatan dilakukan ± 2 jam sesudah makan sore atau malam


(3)

Lembar Observasi Pemanfaatan Lidah Buaya Pada Kelompok yang Tidak Memanfaatkan Lidah buaya

Responden Hari 1

Hari 2

Hari 3

Hari 4

Hari 5

Hari 6

Hari 7

Hari 8

Hari 9

Hari 10 I 235 235 236 236 230 230 215 220 220 220 II 300 300 315 315 317 315 314 314 314 314 III 300 300 300 318 320 318 320 320 320 320 IV 305 310 310 315 315 315 322 322 323 323 V 320 328 328 320 325 328 328 335 328 328 VI 357 357 360 360 350 350 355 360 362 362 VII 370 373 372 370 372 370 375 375 375 377 VIII 452 452 450 452 455 455 456 456 456 457


(4)

Lampiran 10

Anggaran Penelitian

A. Persiapan Penelitian

1. Penelusuran literatur dari internet Rp. 70.000,00 2. Print literatur dari internet Rp. 50.000,00 3. Fotokopi literatur dari buku Rp. 30.000,00

4. Pembelian buku literature Rp. 201.000,00

5. Pembelian Kertas Rp. 100.000,00

6. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 100.000,00 7. Fotokopi transparan untuk persentasi Rp. 20.000,00 8. Pembelian alat Cek Gula Darah Rp. 460.000,00

9. Pembelian Lidah Buaya Rp. 765.000,00

B. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Print leaflet 17 x @ Rp.3000,00 Rp. 51.000,00 2. Print lembar persetujuan responden 17 x @ Rp.1000,00 Rp. 17.000,00

3. Biaya transportasi Rp. 180.000,00

C. Penyusunan hasil perbaikan

1. Print perbaikan laporan Rp. 250.000,00

2. Penggandaan dan penjilidan laporan penelitian Rp. 100.000,00


(5)

(

)

Merupakan tanaman asli afrika golongan Liliaceae, tumbuh liar pada tempat-tempat yang berhawa panas (kering) atau ditanam di pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias.

MORFOLOGI

• Panjang daun dapat mencapai 40-90 cm

• Lebar daun 6-13 cm, meruncing ke atas

• Ketebalan ± 2,5 cm di pangkal daun

• Pada tepi daun terdapat duri yang tidak terlalu keras

• Daun berwarna hijau, terdapat bercak-bercak putih pada daun muda

• Aloe Barbadensis Miller

• Aloe Ferox Miller

• Aloe Perryi Baker

Daun Eksudat (getah) Gel (lendir)

Kandungan Kimia

Aloin, barbaloin, isobarbaloin, aloe-emodin, aloenin, dan aloesin.

Jenis-jenis lidah

buaya

Bagian-bagian yang

sering dimanfaatkan

dari lidah buaya

Farmakologis

Lidah buaya

bersifat dingin dan berkhasiat sebagai penurun kadar gula darah.

Anti radang, pencahar. Herbal ini digunakan untuk pengobatan

sembelit, tidak dating haid, membersihkan panas dari liver, dan kurang gizi pada anak.

Cara Meramu Lidah Buaya

• Pilih lidah buaya yang baik

dan terbebas dari zat toksik (racun)

• Cuci lidah buaya hingga bersih

• Kulit lidah buaya dikupas dan dibuang durinya • Rendam sekitar 30 menit

dalam air garam

• Remas sebentar lalu bilas dengan air mengalir • Rebus dengan 3 gelas air

hingga mendidih

• Dinginkan dan diminum 2-3x sehari setengah gelas.


(6)

CURRICULUM VITAE

A. DATA DIRI

Nama : Dessy Mastika Sari

Tempat/Tgl Lahir : Sigambal/11Desember 1986 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :Jl. Jamin Ginting, Padang Bulan Gg. Maju, No.4

No. Hp : 085296730625

B. PENDIDIKAN NORMAL

1. 1993 – 1999 : SDN NO. 116874 RANTAUPRAPAT

2. 1999 – 2002 : MTsN KAMPUNG BARU, RANTAUPRAPAT 3. 2002 – 2005 : SMAN 3 RANTAU UTARA