Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Alkohol
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) alkohol merupakan zat cair

yang tidak berwarna, mudah menguap dan terbakar, dipakai dalam bidang
industri, dan pengobatan, merupakan unsur ramuan yang memabukkan, minuman
keras, dan senyawa karbon. Alkohol merupakan senyawa organik yang
keberadaannya dalam tubuh manusia dapat berubah menjadi toksik jika
dikonsumsi berlebihan. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam
membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan
menghancurkan struktur sel tersebut (Almatsier, 2010).

2.2

Metabolisme Alkohol pada Tubuh Manusia

2.2.1Absorbsi

Alkohol yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan diabsorbsi melalui
mukosa mulut dan epitel gastrointestinal dan sebagian besar (80%) diabsorbsi di
usus halus, sisanya diabsorbsi di kolon. Kecepatan absorbsi tergantung pada
takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang mengisi lambung dan usus.
Bila konsentrasi optimal alkohol diminum dan dimasukkan dalam lambung yang
kosong maka kadar puncak dalam darah telah dapat dideteksi pada 30 - 90 menit
sesudahnya (Zakhari, 2006). Penyerapan tersebut terjadi setelah alkohol masuk ke
dalam lambung dandiserap di usus kecil. Hanya 5-15% yang diekskresikansecara
langsung melalui paru-paru, keringat, dan urin.

Universitas Sumatera Utara

Alkohol mengalami metabolisme di dalam ginjal, paruparu,dan otot (Panjaitan,
2003). Alkohol tidak mengalami pencernaan, sehingga dengan cepat dapat
diserap. Sebanyak 20% alkohol yang diminum dalam keadaan perut kosong dapat
mencapai sel otak dalam waktu satu menit. Itulah yang memberi rasa euphoria
(sangat gembira) pada seseorang setelah minum alkohol pada waktu perut kosong.
Sebaliknya, bila alkohol diminum saat perut terisi, penyerapan alkohol akan
terhambat (Almatsier, 2010).
2.2.2


Metabolisme
Terdapat dua jalur mayor dalam metabolisme alkohol menjadi asetaldehid.

1.

Alkohol Dehidrogenase (ADH)
Alkohol yang dikonsumsi 90%, diantaranya akan dimetabolisme oleh

tubuh terutama hati oleh enzim alkoholdehirogenase (ADH) yang merupakan
enzim sitosol yang berfungsi mengkatalisir konversi dari alkohol menjadi
asetaldehid, dan koenzim nikotinamid-adenin-dinokleotida (NAD) menjadi
asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah
menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Enzim ini
banyak ditemukan di hepar, tetapi masih banyak ditemukan di organ lain seperti
otak. Dalam konversi dari etanol menjadi asetaldehid, ion hydrogen dipindahkan
dari alkohol ke kofaktor NAD+ untuk membentuk NADPH (katzung, 2004).
Didalam lambung, sebagian alkohol mengalami pemecahan oleh enzim alkohol
dehidrogenase. Hal ini dapat mengurangi jumlah alkohol yang diserap ke dalam
aliran darah hingga 20%. Perempuan lebih mudah mengalami intoksikasi alkohol,


Universitas Sumatera Utara

karena lambungnya lebih sedikit mengandung enzim alkohol dehidrogenase
daripada laki-laki (Almatsier, 2010).
2.

Microsomal Ethanol Oxiding System (MEOS)
MEOS terletak di dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan 3

komponen mikrosom yaitu sitokrom p450, reduktase, dan lesitium, alkohol
diuraikan menjadi asetaldehid (Triaji et al., 2012) dalam Tejaseputra (2014).

2.2.3 Ekskresi
Hepar bertanggungjawab dalam eliminasi dari 95 % alkohol yang diingesti
tubuh melalui metabolisme. Sisanya dieliminasi melalui metabolisme. Sisanya
dieliminasi melalui ekskresi dalam pernapasan, urin, keringat, feses, air susu, dan
saliva (Beselt and danhof, 1998) dalam Tejaseputra (2014).

2.3


Tuak Nias
Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

(Arenga pinnata) (Ikegami,1997). Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang
banyak akan menyebabkan ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah dari
alkohol yang dikonsumsi. Tuak adalah minuman yang mengandung akohol dan
mempunyai efek toksik terhadap tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan dan
merupakan hasil fermentasi tetesan nira kelapa atau aren yang merupakan
minuman tradisional secara turun-temurun.

Universitas Sumatera Utara

Nira kelapa adalah cairan yang diperoleh dengan menyadap mayang
(bunga) kelapa yang belum terbuka. Nira yang masih segar memperlihatkan
penampakan yang jernih, hampir tidak berwarna dan sangat manis (Harefa, 2001).
Tabel 2.1 Komposisi Nira Aren
Komposisi

Kandungan (gr/100 ml)


Kadar air

84,84

Kadar karbohidrat

14,35

Kadar protein

0,10

Kadar abu

0,66

Kadar lemak

0,17


Tuo nifarõ (tuak) adalah minuman yang berasal dari air sadapan pohon nira
yang telah diolah dengan cara penyulingan. Berdasarkan survei kadar alkohol
pada salah satu sampel tuak di kota Gunungsitoli yang peneliti lakukan di
Fakultas Pertanian Ilmu Teknologi Pangan Universitas Sumatera Utara tahun
2015, ditemukan bahwa kadar alkoholnya adalah 50,67%. Untuk mengetahui
konsentrasi alkohol dalam darah(Blood Alcohol Concentration/BAC), maka
diperlukan perhitungan dalam satuan gr etanol (berat jenis alkohol 0,79 gr/ml).

Ukuran gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kecil (100
ml). Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut : 100 ml x 50,67% =
50,67 ml x 0,79 gr/ml = 40,02 gram.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Ukuran Gelas yang sering digunakan
GELAS KECIL
100ml
(40,02 gram)


2.4

GELAS SEDANG
200 ml
(80,05 gram)

GELAS BESAR
300 ml
(120,08gram)

Gagal Ginjal Kronis
Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul

akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit
metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat mempengaruhi
struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Pasien
mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang
pasien penyakit ginjal tidak merasakan gejala sama sekali. Keadaan terburuk
dapat mengancam nyawa jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala
atau transplantasi ginjal untuk menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak

parah (Riskesdas, 2013).
Lubis (2013) mengatakan bahwa penyakit ginjal terjadi apabila ginjal tidak
mampu menjalankan fungsinya. Untuk menangani penyakit ginjal secara efektif,
harus diketahui apakah penyakit ginjal itu terjadi secara tiba-tiba dan mendadak
(akut) atau terjadi perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (kronik).
NKF (National Kidney Foundation, 2002), gagal ginjal kronis adalah
kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. Gagal ginjal kronis merupakan suatu

Universitas Sumatera Utara

keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga
ginjal tidakdapat berfungsi sebagaimana mestinya (Wilson & Price, 1994). Gagal
ginjal kronik (menahun) merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel karena suatu penyakit (Hartono, 2005).
2.4

Hubungan Alkohol dengan Ginjal
Beberapa faktor untuk penyakit gagal ginjal kronis antara lain : penyakit


diabetes melitus, hipertensi, obesitas, serta faktor gaya hidup yang tidak baik
termasuk merokok dan konsumsi alkohol (Shankar, dkk, 2006).
Menurut Arnold (1985) dalam Aritonang (2012) , mengkonsumsi alkohol
dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan ketergantungan dan toleransi
terhadap jumlah dari alkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol dalam jangka
yang lama dan jumlah yang berlebihan dapat merusak berbagai organ tubuh
terutama hati, ginjal, otak, dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan
toleransi, teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol per hari, bisa mengkonsumsi
alkohol lebih banyak dari non-alkoholik tanpa mengalami intoksikasi.
Alkohol adalah racun yang menempatkan banyak tekanan pada ginjal.
Mengkonsumsi alkohol terlalu tinggi menyebabkan asam urat disimpan dalam
tubulus ginjal, yang membawa pada obstruksi tubular. Hal ini meningkatkan
resiko gagal ginjal. Efek kerusakan pada ginjal tergantung pada jumlah alkohol
yang diabsorbsi dan waktu dikonsumsi. Menurut Boggan (2003) dalam Sembiring
(2011) alkohol dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta merusak
kemampuan ginjal untuk mengatur volume, komposisi cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Perubahan mikroskopis pada ginjal termasuk perubahan struktur

Universitas Sumatera Utara


glomerulus, pembengkakan atau pembesaran ginjal dan meningkatnya jumlah selsel lemak, protein dan air. Efek ini akan mengubah kemampuan ginjal untuk
berfungsi secara normal.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) tentang
gambaran mikroskopis ginjal tikus putih (rattus sp.) jantan dewasa setelah
pemberian etanol kronis pada delapan belas ekor tikus jantan dewasa dibagi ke
dalam tiga kelompok secara acak. Pemberian alkohol diberikan secara oral
(gavage) selama 48 hari dengan dosis alkohol 10% dan 20% sebanyak 1 ml/hari.
Pada kelompok kontrol hanya diberikan aquades sebanyak 1 ml/hari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa alkohol 10% menyebabkan kerusakan pada ginjal
seperti vakuolisasi lumen tubulus, pendarahan, dan infiltrasi sel radang yang
bersifat fokal. Alkohol 20% menyebabkan kerusakan pada ginjal seperti infiltrasi
sel radang bersifat multifokal (menyebar), pendarahan, vakuolisasi lumen tubulus,
akumulasi sel debris dalam lumen tubulus, dan karyomegali. Variabel perubahan
histopatologi ginjal yang diamati kemudian ditentukan tingkat kerusakannya
dengan metode skor. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji
ANOVA (Analysis of Variance) selanjutnya diuji dengan uji LSD. Hal ini berarti
semakin meningkat konsentrasi alkohol yang diberikan secara oral pada tikus
putih jantan dewasa dapat meningkatkan kerusakan pada ginjal
Epstein (1997) menyatakan bahwa pasien alkoholik kronis mengalami
konsentrasi darah rendah dari elektrolit penting serta perubahan berpotensi parah

dalam keseimbangan asam-basa tubuh. Selain itu, alkohol dapat mengganggu
mekanisme kontrol hormonal yang mengatur fungsi ginjal. Bahkan peminum

Universitas Sumatera Utara

kronis memiliki efek lebih merugikan pada ginjal, termasuk gangguan natrium
dan penanganan cairan dan gagal ginjal bahkan akut.
Mengkonsumsi

alkohol

dapat

menyebabkan

perubahan

gambaran

mikroskopis dan gangguan pada tubulus proksimal ginjal (Sembiring,
2011).Penelitian ini didukung oleh Chaikoff et al ( 1948) dalam Dewi (2013)
bahwa terdapat beberapa perubahan menyolok setelahdiberi alkohol secara kronis,
membran

glomerulusmenjadi

menebal,

ditandai

dengan

proliferasi

sel,

selmembesar dan perubahan pada tubulus ginjal. Van Thiel et al. (1977)
membandingkanstruktur dan fungsi ginjal antara kontrol dan perlakuanalkohol.
Perlakuan alkohol mengalami pembengkakkanginjal dan menurunnya fungsi
ginjal secara signifikan. Pemeriksaan secara mikroskopis, ginjaltikus yang diberi
alkohol mempunyai sel yang besardengan jumlah protein, lemak, dan air yang
meningkatdibandingkan dengan kontrol.
Kerusakan pada ginjal dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal untuk
dapat berfungsi dengan baik dalam mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit

(Brunner & Suddarth, 2009). Kriteria

penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK), yaitu jika kerusakan ginjal (renal damage)
terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan
atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG); LFG kurang dari 60
ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Setiati, et
al.,2014). Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan White, dkk (2009) bahwa
konsumsi alkohol secara terus menerus mengakibatkan gagal ginjal kronis 5 tahun
kedepan dengan hasil penurunan estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ≥ 10 %

Universitas Sumatera Utara

yaitu < 60 ml/menit/1,73 m2 dan peningkatan dua kali lipat albumin to cretinine
ratio (ACR) yaitu ≥ 2,5 mg/mmol (laki-laki) dan 3,5 mg/mmol (perempuan) yang
sebelumnya tidak terdapat albuminuria. Resiko albuminuria meningkat pada
asupan etanol rata-rata 30 gram/hari dan dalam waktu yang sama GFR mengalami
penurunan yaitu < 60 ml/menit/1,73 m2. Konsumsi alkohol ≥ 30 gram/hari setiap
hari mengakibatkan GFR mengalami penurunann 50 %.
Alkoholisme adalah kebiasaan meminum alkohol dalam jumlah banyak; dan
gaya hidup membudayakan alkohol (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008). Orang yang mengkonsumsi alkohol dibagi 3, antara lain :
Pengkonsumsi alkohol ringan, sedang, berat. Ringan jika kadar konsumsi alkohol
< 10 gram/hari, sedang jika kadar konsumsi alkohol≥10 dan < 30 gram/hari dan
berat jika kadar konsumsi alkohol
≥ 30 gram/hari (White

, dkk, 2009).

Mengkonsumsi tuak nias lebih dari 1 gelas per hari dan lebih dari 4 gelas per
minggu selama 5 tahun berturut-turut akan meningkatkan resiko gagal ginjal
kronis. National Health Service (NHS) tahun 2008juga merekomendasikan pria
tidak seharusnya minumatau mengkonsumsi alkohol secara reguler lebih dari 3-4
unit (1 unit = 8 gram alkohol) /hari sedangkan untuk wanita tidak seharusnya
minum secara 2 reguler lebih dari 2-3 unit sehari. Reguler maksudnya minum
setiap hari atau hampir setiap hari dalam seminggu. Berdasarkan data tersebut di
atas, konsumsi alkohol yang masih dapat dikonsumsi adalah maksimal≥10 dan <
30 gram/hari. Berdampak pada ginjal jika dikonsumsi ≥ 30 gram/hari. Disarankan
untuk istirahat minum selama 48 jam untuk memberikan waktu kepada tubuh
untuk recover (NHS, 2008) dalam (Tejaseputra, 2014).

Universitas Sumatera Utara