Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli

(1)

FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT) Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal

di Kota Gunungsitoli

Oleh

Ines Kristanti Putri Daeli

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Penelitian inimerupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal di Kota

Gunungsitoli.

Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk

menjadi respoden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan

Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur apa adanya. Partisipasi

Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk menjadi peserta penelitian

atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas pribadi dan semua informasi

yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan digunakan untuk

keperluan penelitian. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini,

silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir ini.

Gunungsitoli, Februari 2016

Peneliti Responden

Ines Kristanti Putri Daeli


(2)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN RIWAYAT KONSUMSI TUAK

PADA PASIEN GAGAL GINJAL DI KOTA GUNUNGSITOLI

Nomor Responden

A. Data Demografi

Petunjuk pengisian :

Di bawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas

responden penelitian. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan

Bapak/Ibu yang sebenarnya, dengan member tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.

1. Usia : tahun

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

3. Pendidikan Terakhir

Tidak sekolah SD

SMP

SMA/SMK/MA D3/S1

S2

4. Pekerjaan

PNS/Polri

Pegawai swasta/Wiraswasta Pelajar/Mahasiswa

Pensiunan

Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 5. Penyebab gagal ginjal


(3)

B. Kuesioner Riwayat Konsumsi Tuak

1. Apakah tuak berbahaya bagi kesehatan ? Tidak

Ya

2. Apakah tuak dapat mempengaruhi kesehatan ginjal Anda? Tidak

Ya

3. Apakah Anda pernah mengkonsumsi tuak ? Tidak

Ya

Jika ya, lanjut ke pertanyaan berikutnya :

4. Menurut perkiraan Anda, sudah berapa lama Anda mengkonsumsi tuak sebelum mengalami gagal ginjal kronis ?

Seingat Saya kira-kira : ≥ 5 tahun

< 5 tahun

5. Menurut perkiraan Anda, berapa banyak Anda mengkonsumsi tuak dalam sehari ?

Seingat Saya kira-kira: ≥ 1 gelas/hari

<1 gelas/hari

6. Menurut perkiraan Anda, berapa banyak Anda mengkonsumsi tuak dalam seminggu ?

Seingat Saya kira-kira : >4 gelas/minggu

≤ 4 gelas/minggu

7. Menurut perkiraan Anda, berapa hari Anda istirahat untuk tidak minum tuak?

Seingat Saya kira-kira: < 2 hari

≥ 2 hari

8. Menurut perkiraan Anda, kapan biasanya Anda mengkonsumsi tuak ? Seingat Saya, biasanya :

Sebelum makan Setelah makan


(4)

JADWAL TENTATIF PENELITIAN

No Kegiatan Sept Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan

judul penelitian 2 Menyusun proposal penelitian

3 Mengajukan sidang proposal

4 Sidang proposal

penelitian

5 Revisi proposal penelitian

6

Uji validitas & reliabititas kuesioner

7 Pengumpulan data

8 Analisa data

9 Penyusunan laporan skripsi

10 Pengajuan siding skripsi

11 Sidang skripsi

12 Revisi skripsi

13 Mengumpulkan skripsi


(5)

TAKSASI DANA

1. Persiapan Proposal

a. Photocopy bahan referensi : Rp 50.000,-

b. Kertas A4 80 gram : Rp 45.000,-

c. Biaya internet : Rp 80.000,-

d. Perbanyak proposal : Rp 50.000,-

e. Konsumsi sidang proposal : Rp 120.000,-

f. Biaya uji kadar alkohol : Rp 100.000,-

2. Uji Reliabilitas dan Pengumpulan Data

a. Perbanyak kuesioner : Rp 70.000,-

b. Biaya uji reliabilitas : Rp 200.000,-

c. Transportasi : Rp 50.000,-

d. Souvenir : Rp 150.000,-

3. Pembuatan Skripsi

a. Perbanyak skripsi : Rp 100.000,-

b. Kertas A4 80 gram : Rp 45.000,-

c. Biaya internet : Rp 50.000,-

d. Konsumsi sidang skripsi : Rp 120.000,-

4. Biaya tak terduga : Rp 100.000,-

Total dana : Rp 1.330.000,-


(6)

(7)

(8)

(9)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 10 100.0 Excludeda 0 .0 Total 10 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items .955 8

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

X1 .10 .316 10

X2 .30 .483 10

X3 .40 .516 10

X4 .70 .949 10

X5 .70 .949 10

X6 .80 1.033 10

X7 .70 .949 10

X8 .60 .843 10


(10)

MASTER TABEL

Usia JK Pendidikan Pekerjaan Penyebab X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 Total

3 2 2 5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

4 2 4 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

3 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

4 2 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

6 1 3 4 5 0 0 1 1 1 1 1 2 2

4 1 5 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

3 1 6 1 2 0 0 1 2 2 2 2 1 3

4 1 4 1 2 0 1 1 2 1 1 1 1 3

4 2 5 1 4 0 1 0 0 0 0 0 0 1

3 1 5 1 4 0 0 1 2 2 2 2 1 3

4 1 6 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

3 1 4 2 2 0 0 1 2 2 2 2 2 3

5 2 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

3 1 5 1 2 0 0 1 1 1 1 1 2 2

3 1 5 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

4 1 4 5 2 0 0 1 1 1 1 1 1 2

5 1 2 5 1 0 0 1 2 2 2 2 2 3

5 1 4 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2

5 2 5 4 5 0 0 0 0 0 0 0 0 1

1 1 4 3 2 0 1 1 2 1 1 1 1 3

6 1 2 5 2 1 1 1 2 2 2 2 1 3

6 1 4 4 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

3 1 5 1 2 0 0 1 2 2 2 2 2 3

3 2 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 2 1 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

4 1 3 2 1 0 0 1 1 1 1 1 1 2

4 1 6 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2 1 2 5 2 0 0 1 2 2 2 2 1 3

2 2 5 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

3 1 2 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

3 1 2 2 2 0 1 1 2 2 2 2 1 3

6 1 1 4 2 0 0 1 2 2 2 2 2 3

4 2 4 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

6 1 2 5 2 0 0 1 2 2 2 2 2 3

4 2 5 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1


(11)

3 2 5 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 1 3 4 1 0 1 1 2 2 2 2 2 3

3 1 1 5 2 0 1 0 0 0 0 0 0 1

4 2 1 5 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1

5 2 4 5 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 2 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1

6 2 2 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

2 1 4 1 2 0 0 1 1 1 1 1 1 2

3 2 5 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1

5 2 1 5 2 0 0 1 2 2 2 2 2 3

KETERANGAN :

USIA PENDIDIKAN TERAKHIR PENYEBAB X4: 1= <5 tahun

1= 17-25 tahun (REMAJA AKHIR) 1= Tidak Sekolah 1= Diabetes Melitus 2= ≥5 tahun

2= 6-35 tahun (DEWASA AWAL) 2= SD 2= Hipertensi

3= 6-45 tahun (DEWASA AKHIR) 3= SMP 3= Batu Ginjal X5: 1= <1 gelas/hari

4= 6-55 tahun (LANSIA AWAL) 4= SMA/SMK/MA 4= Penyalahgunaan obat-obatan 2= ≥1 gelas/hari

5= 6-65 tahun (LANSIA AKHIR) 5= D3/S1

6= >65 tahun (MANULA) 6= S2 X1: 0= YA X6: 1= > 4 gelas/hari

1= TIDAK 2= ≤ 4 gelas/hari

JENIS KELAMIN (JK) PEKERJAAN

1= Laki-laki 1= PNS/Polri X2: 0= YA X7: 1= ≥ 2 hari

2= Perempuan 2= Pegawai Swasta/Wiraswasta 1= TIDAK 2= < 2 hari

3= Pelajar

4= Pensiunan X3: 0= TIDAK X8: 1= setelah makan

5= Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga 1= YA 2= sebelum makan

TOTAL: 1= Tidak memiliki riwayat konsumsi tuak 2= Peminum Ringan

3= Peminum Berat


(12)

Data Demografi

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Remaja Akhir 1 2.2 2.2 2.2

Dewasa Awal 3 6.7 6.7 8.9

Dewasa Akhir 14 31.1 31.1 40.0

Lansia Awal 12 26.7 26.7 66.7

Lansia Akhir 9 20.0 20.0 86.7

Manula 6 13.3 13.3 100.0

Total 45 100.0 100.0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-laki 27 60.0 60.0 60.0

Perempuan 18 40.0 40.0 100.0

Total 45 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak sekolah 5 11.1 11.1 11.1

SD 8 17.8 17.8 28.9

SMP 3 6.7 6.7 35.6

SMA/SMK/MA 11 24.4 24.4 60.0

D3/S1 14 31.1 31.1 91.1

S2 4 8.9 8.9 100.0

Total 45 100.0 100.0


(13)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS/Polri 17 37.8 37.8 37.8

Pegawai Swasta/Wiraswasta 9 20.0 20.0 57.8

Pelajar/Mahasiswa 1 2.2 2.2 60.0

Pensiunan 6 13.3 13.3 73.3

Tidak Bekerja/Ibu Rumah

Tangga 12 26.7 26.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

Penyebab

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Diabetes Melitus 15 33.3 33.3 33.3

Hipertensi 26 57.8 57.8 91.1

Batu Ginjal 2 4.4 4.4 95.6

Penylahgunaan Obat-obatan 2 4.4 4.4 100.0

Total 45 100.0 100.0


(14)

Riwayat Konsumsi Tuak

X1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 44 97.8 97.8 97.8

Tidak 1 2.2 2.2 100.0

Total 45 100.0 100.0

X2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 34 75.6 75.6 75.6

Tidak 11 24.4 24.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

X3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak 25 55.6 55.6 55.6

Ya 20 44.4 44.4 100.0

Total 45 100.0 100.0

X4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Minum Tuak 25 55.6 55.6 55.6

< 5 tahun 6 13.3 13.3 68.9

>= 5 tahun 14 31.1 31.1 100.0

Total 45 100.0 100.0


(15)

X5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Minum Tuak 25 55.6 55.6 55.6

< 1 gelas/hari 8 17.8 17.8 73.3 >= 1 gelas/hari 12 26.7 26.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

X6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Minum Tuak 25 55.6 55.6 55.6

<= 4 gelas/minggu 8 17.8 17.8 73.3 > 4 gelas/minggu 12 26.7 26.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

X7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Minum Tuak 25 55.6 55.6 55.6

>= 2 hari 8 17.8 17.8 73.3

< 2 hari 12 26.7 26.7 100.0

Total 45 100.0 100.0

X8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Minum Tuak 25 55.6 55.6 55.6

Setelah Makan 11 24.4 24.4 80.0

Sebelum Makan 9 20.0 20.0 100.0

Total 45 100.0 100.0


(16)

Riwayat Konsumsi Tuak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memiliki Riwayat

Konsumsi Tuak 25 55.6 55.6 55.6

Peminum Ringan 6 13.3 13.3 68.9

Peminum Berat 14 31.1 31.1 100.0

Total 45 100.0 100.0


(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ines Kristanti Putri Daeli

Tempat Tanggal Lahir : Lahewa, 15 Maret 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gang Sarmin No.05 Padang Bulan

Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK Katolik St. Theresia Lahewa Tahun 1998-2000

2. SD RK Mutiara Gunungsitoli Tahun 2000-2006

3. SMP Negeri 1 Gunungsitoli Tahun 2006-2009

4. SMA Swasta Santu Xaverius Gunungsitoli Tahun 2009-2012

5. S1 Fakultas Keperawatan USU Tahun 2012-2016


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2001).Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi.Jakarta:Rineka Cipta

Aritonang, Uci L.M. (2012). Gambaran Kebiasaan Konsumsi Tuak dan Status Gizi pada Pria Dewasa di Desa Suka Maju Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012. Skripsi FKM USU, Medan

Bawazier, L.A,. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jilid III.Jakarta:Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

BPOM RI.2014.Topik Sajian Utama: Menilik Regulasi Minuman Beralkohol di Indonesia. InfoPOM - Vol 15 No. 3 Mei - Juni 2014

Brunner and Suddarth. (2009). Ilmu Keperawatan Dasar Medikal Bedah.Jakarta:Buku Saku Kedokteran EGC

Chaikoff, I. L., C. Entenman., T. Gillman., C. L. Connor. 1948. Pathologic reactions in the livers and kidneys of dogs fed alcohol while maintained on a high protein diet. Archives of Pathology 45(4):435–446.

Chang, W. Z, dkk. (2008). The Factors of Chronic Kidney Disease:Diabetes, Hypertension, Smoking, Drinking, Betelnut Chewing. JCMIT, 75-79

Davey, P. ( 2003).At a Glace Medicine: Sindrom Nefrotik dan Nefritik. Jakarta: Erlangga

Dewi, Ayu K. (2013). Gambaran Mikroskopis Ginjal Tikus Putih (Rattus sp.) Jantan Dewasa Setelah Pemberian Etanol Kronis.Jurnal Biologi XVII, 2, 33

– 36

Dharma, Paul Seto. (2015). Penyakit Ginjal.Yogyakarta:CV Solusi Distribusi

Elfindri, dkk. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Baduose Media Jakarta

Epstein, Murray. (1997).Alcohol's impact on kidney function.Alcohol Health & Research World,21,84-93

Gea, Yafaowoloo. (2013). Tuo Nifaro Minuman Khas Nias. http://nias-traveler.blogspot.co.id/2013/03/tuo-nifaro-minuman-khas-nias.html.

Diakses pada tanggal 3 Oktober 2015


(29)

Harefa, Sesilia K. (2001). Studi Pembuatan Tuo Nifaro.Skripsi FP UNIKA, Medan

Hartono, Andrey. (1991). Prinsip Diet Penyakit Ginjal.Penerbit Arcan, Jakarta

Hidayat, A. A., (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:Salemba Medika

Hsu, Y.H, dkk. (2013). Alcohol Consumption Is Inversely Associated With Stage 3 Chronic Kidney Disease In Middle-Aged Taiwanese Men. BMC Nephrology, 10, 1186, 1471-2369

Hutagalung, Asdo D. (2013). Persepsi Tentang Sehat dan Kebiasaan Mengonsumsi Tuak Suku Batak Toba di Desa Meat Kecamatan Tampahan Kabupaten Toba Samosir. Skripsi Fakultas Keperawatan USU, Medan

Ikegami,S. (1997). Tuak dalam Batak Toba: Laporan Singkat tentang Aspek Sosial-Budaya Penggunaan Nira. Annual Report of the University of Shizuoka, Hamamatsu College

Jhonson, David. (2012). Risk Factors For Early Chronic Kidney Disease.Early Chronic Kidney Disease, 1-41

Koning, S.H, dkk. (2015). Alcohol Consumption Is Inversely Associated With The Risk of Developing Chronic Kidney Disease. National Institutes of Health, 87, 5 , 1009-1016

Konta, T. & dkk. (2011). Blood Pressure Control in a Japanese Population With Chronic Kidney Disease: A Baseline Survey of a Nationwide Cohort. American Journal of Hypertention, 25, 342-347

Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill Companies.

Mahkamah Agung. 2012. Putusan 42 P/HUM/2012

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta

NHS United Kingdom. (2008). Alcohols Units; A Brief Guide

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skrips, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika


(30)

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol

Pernefri. 2002. Glomerulonefritis Penyebab Terbesar Penyakit Ginjal Tahap Akhir. http://www.pernefri.org/3-berita-kegiatan-080602.php. Diakses pada 24 Oktober 2011

Polit, D., F., & Hungler, B., P., (1996). Essentials of Nursing Research: Methods, Appraisal, and Utilization.USA:Lippincott-Raven Publisher

Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas).

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.Jogjakarta:Mitra Cendekia

Sembiring, Sion. (2011). Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Perubahan Bobot dan Gambaran Mikroskopis Tubulus Proksimal Ginjal Mencit (Mus musculus,L.) Jantan Dewasa yang dipapari tuak (alkohol).Skripsi FK USU, Medan

Setiadi,Siti,dkk. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam.Jakarta:InternaPublishing

Shankar, A, Klein R. Klein.B.E.K(2006). The Association among Smoking, Heavy Drinking, and Chronic Kidney Diseases. American Journal Of Epidemiology, 164, 263-271

Sofro, M. A. U & Anurogo, D. (2013). 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan.Yogyakarta: Salemba Medika

Stanley, Princewill C. (2014). Who Hath Woe? Who Hath Sorrow?Who Hath Contentions?A Chronicle Of The Consequences Of Alcohol Misuse And Interventions.Skripsi University Of Port Harcourt

Tejaseputra, Khrisna (2014). Hubungan Status Fungsi Ginjal Dengan Riwayat Pemakaian Alkohol Pada Peminum Alkohol Di Yogyakarta.Skripsi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta

Tilong, Adi D. (2012). Deteksi Gangguan Kesehatan dengan Lidah, Bau Nafas dan Urine.Jojakarta:Buku Biru

Triaji, Suhartini, Nurhantari Y., (2012). Analisis Genetik Aldehid Dehidrogenase 2(ALDH2) Pada Peminum Alkohol di Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta


(31)

USRD (United States Renal Data System). (2006). USRDS Annual Data Report http://www.usrds.org/2008/view/esrd_00b_hp2010.asp. Diakses pada 24 Januari 2016

Van Thiel, D. H., W. D. Williams., J. S. Gavaler., J. M. Little., L. W. Estes., B. S. Rabin. 1977. Ethanol— its nephrotoxic effect in the rat. American Journal of Pathology , 89, 67–84

White S.L, dkk. (2009). Alcohol Consumption and 5-year onset of Chronic Kidney Disease:the AusDiab study.Nephrol Dial Transplant, 24, 2464-2472

Wilson LM. Gagal Ginjal Kronis. Dalam: Price SA, Wilson LM, penyunting. (1994) Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-4.Jakarta:EGC

Yamagata, K. & dkk. 2007. Risk factors for chronic kidney disease in a community-based population: a 10-year follow-up study.International Society of Nephrology, 2, 159-166

Zakhari, S., (2006). Overview: how is alcohol metabolized by the body?. Alcohol research and health world: the journal of the National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, 29(4):245–254

Zega, Bernike S. (2014). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu Nifas dalam Mengkonsumsi Tuo Nifarõ di Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara.Skripsi FKM USU, Medan


(32)

BAB 3

KERANGKA TEORI

3.1 Kerangka Penelitian

Skema 3.1. Kerangka Penelitian Gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal di RSUD Gunungsitoli

3.2 Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional Variabel Penelitian

No Nama Variabel Defenisi Operasional Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1. Riwayat konsums i Tuak Suatu kebiasaan yang dijalani subjek penelitian pada masa lalunya setelah menderita gagal ginjal terkait dengan konsumsi tuak Menggu nakan kuesione r berjumla h 8 pertanya an Menghitung jawaban responden pada kuesioner

- Tidak memiliki riwayat konsumsi tuak = 0-3 - Peminum ringan= 4-7 - Peminum berat= 8-13 Ordinal

Gagal Ginjal Riwayat

konsumsi tuak


(33)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan

retrospektif yaitu penelitian yang meninjau data-data pada masa lampau dalam hal

ini riwayat konsumsi tuak pasien gagal ginjal kronis.

4.2 Populasi,Sampel dan Teknik Sampling 4.2.1 Populasi

Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2009). Berdasarkan data hasil survei awal

terdapat 45 orang pasien yang mengalami gagal ginjal kronis. Populasi penelitian

ini adalah pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli pada Januari

-September 2015 berjumlah 45 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari

karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009). Penelitian ini memiliki

jumlah sampel sebanyak 45 orang.

4.2.3 Teknik Sampling

Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik total sampling,

yaitu dengan mengambil semua data pasien gagal ginjal kronis dari bulan Januari

sampai September 2015 berjumlah 45 orang. Adapun kriteria inklusi yang

digunakan terdiri dari : pasien gagal ginjal kronis, rawat inap atau rawat jalan, 18


(34)

baik laki-laki maupun perempuan, bersedia mengisi kuesioner yang dinyatakan

secara tertulis dengan menandatangani surat perjanjian peserta penelitian.

Sedangkan kriteria eksklusinya terdiri dari : pasien menolak / tidak bersedia

menjadi responden, dan pasien yang meninggal dunia.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli pada 5

Februari - 18 Februari 2016 ruangan penyakit dalam dan ruangan hemodialisa

dengan pertimbangan antara lain, RSUD Gunungsitoli merupakan rumah sakit

yang sering dikunjungi oleh masyarakat Nias terlebih yang bertempat tinggal di

Kota Gunungsitoli dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, serta

mendatangi rumah responden rawat jalan (door to door).

4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.4.1 Uji Validitas

Instrumen penelitian tentang riwayat konsumsi tuak dibuat oleh peneliti

sehingga perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui seberapa

besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur secara konsisten sasaran

yang akan diukur.

Uji validitas pada penelitian ini adalah uji validitas isi yang dilakukan oleh

dosen yang berkompeten di Fakultas Keperawatan USU. Berdasarkan uji validitas

tersebut, pertanyaan dan pilihan jawaban dalam kuesioner disusun kembali

dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pernyataan yang


(35)

mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan tinjauan pustaka dan kerangka

konsep. Hasil uji validitas isi kuesioner riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal

ginjal adalah 100% valid dengan nilai Content Validity Indeks (CVI) adalah 1.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Kuesioner penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti. Oleh karena itu

penting untuk dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas merupakan indeks yang

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan (Saryono, 2011). Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil

pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran

dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur

yang sama (Notoatmodjo, 2010). Uji reliabilitas ini dilakukan kepada 10 orang

responden yang mengalami gagal ginjal kronis yaitu di Rumah Sakit Umum

Daerah dr.Pirngadi Medan yang memiliki tipe rumah sakit yang sama dengan

rumah sakit tempat penelitian. Pengolahan data yang dilakukan yaitu dengan

menggunakan uji cronbach alpha. Nilai reliabilitas untuk instrument riwayat

konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal adalah 0,955. Hal ini diterima untuk

instrument yang baru, sesuai referensi Polit, Beck, & Hungler (1996) yang

menyatakan suatu instrument dikatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya > 0,70.


(36)

4.5 Pertimbangan Etik

Penelitian dimulai setelah Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas

Keperawatan USU memberikan persetujuan bahwa proposal penelitian layak

diteruskan untuk diteliti. Selanjutnya peneliti mendapatkan izin dari institusi

pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan USU dan Bupati Nias melalui Kepala

Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik Kabupaten Nias. Beberapa prinsip

etik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang diberikan

sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya agar subjek penelitian mengerti maksud

dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka ia

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Anonimity artinya tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode tertentu pada lembar kuesioner

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Prinsip ini merupakan prinsip etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah lainnya.


(37)

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yakni kuesioner data

demografi dan kuesioner riwayat konsumsi tuak yang disusun sendiri oleh peneliti

dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan pustaka.

Kuesioner data demografi responden meliputi kode responden, usia, jenis

kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan dan penyebab gagal ginjal. Kuesioner

riwayat konsumsi tuak terdiri dari 8 pertanyaan yang masing-masing pertanyaan

mewakili variabel. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala ordinal.

Pertanyaan nomor 1 bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih adalah ―tidak‖ dan bernilai 0 jika alternatif jawaban yang dipilih ―ya‖. Pertanyaan nomor 2 bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―tidak‖ dan bernilai 0 jika alternatif jawaban yang dipilih ―ya‖. Pertanyaan nomor 3 bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―ya‖ dan bernilai 0 jika alternatif jawaban yang dipilih ―tidak‖. Pertanyaan nomor 4 bernilai 2 jika alternatif jawaban yang dipilih ―≥ 5 tahun‖, bernilai 1 jika alternatif jawaban ―< 5 tahun‖ dan bernilai 0 jika tidak ada riwayat minum tuak. Pertanyaan nomor 5 bernilai 2 jika alternatif jawaban yang dipilih ―≥ 1 gelas‖, bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―< 1 gelas‖ dan bernilai 0 jika tidak ada riwayat minum tuak. Pertanyaan nomor 6 bernilai 2 jika alternatif jawaban yang dipilih ―> 4 gelas‖, bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―≤ 4 gelas‖ dan bernilai 0 jika tidak ada riwayat minum tuak. Pertanyaan nomor 7 bernilai 2 jika alternatif jawaban yang dipilih ―< 2 hari‖, bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―≥ 2 hari‖ dan diberi nilai 0 jika tidak ada riwayat minum tuak. Pertanyaan nomor 8 bernilai 2 jika alternatif jawaban yang dipilih ―sebelum


(38)

makan‖, bernilai 1 jika alternatif jawaban yang dipilih ―sesudah makan‖ dan bernilai 0 jika tidak ada riwayat minum tuak.

Untuk menentukan panjang kelas dipakai rumus: P = rentang/banyak kelas,

dimana P adalah panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurang dengan

nilai terendah dan dibagi banyak kelas. Nilai tertinggi adalah 13 dan nilai terendah

adalah 0 sehingga didapat panjang kelas = (13–0)/3 = 4. Penilaian total skor adalah skor tidak memiliki riwayat konsumsi tuak = 0-3, skor 4-7 riwayat

peminum ringan, dan skor 8-13 riwayat peminum berat.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai setelah mendapat izin penelitian dari institusi

pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

serta Bupati Nias melalui Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik

Kabupaten Nias.

Peneliti langsung mendatangi tiap responden dan memberi penjelasan

tentang tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian serta meminta

kesediaan responden dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden. Responden kemudian mengisi kuesioner sesuai dengan panduan

lembar kuesioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang

tidak dipahami. Bagi responden yang tidak dapat membaca dan menulis, peneliti

mengambil data dengan berpedoman pada pertanyaan yang terdapat di lembar

kuesioner.


(39)

Proses pengumpulan data dilakukan kepada 37 orang pasien rawat jalan

antara lain 22 orang pasien hemodialisa rutin dan 15 orang pasien tidak

hemodialisa, serta 8 orang pasien rawat inap. Setelah selesai, peneliti memeriksa

kelengkapan data. Jika masih ada data yang kurang lengkap maka dapat langsung

dilengkapi. Selanjutnya, peneliti mengolah / menganalisa data yang telah

terkumpul.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti akan melakukan pengelolaan

data atau analisa data melalui beberapa tahap, yaitu tahap editing dimana tahap ini

untuk mengecek kelengkapan data diantaranya kelengkapan ketentuan identitas

pengisi, kelengkapan lembar kuesioner, serta kelengkapan isian sehingga apabila

terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti. Tahap coding yaitu

melakukan pemberian kode untuk memudahkan pengelolaan data. Tahap entry

yaitu memasukkan data ke dalam komputer, yaitu dengan melakukan entri data

dan analisa data statistik deskriptif. Analisis data yang digunakan untuk instrumen

penelitian adalah analisis univariat yang bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan variabel penelitian. Analisis ini untuk menggambarkan distribusi

frekuensi dan presentase variabel yang diteliti. Hasil dari analisa data penelitian

yang dilakukan oleh peneliti disajikan dalam bentuk tabel dan diagram.


(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti

mulai tanggal 5 Februari 2016 sampai dengan 18 Februari 2016 di RSUD

Gunungsitoli. Penyajian hasil analisa dalam penelitian ini meliputi data demografi

dan gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal kronis dalam

bentuk tabel dan diagram.

5.1.1 Data Demografi

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 45 orang. Deskripsi

karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin,

pendidikan terakhir, pekerjaan, penyebab gagal ginjal. Tabel 5.1 menunjukkan

rentang usia pasien gagal ginjal kronis terbanyak adalah pada dewasa akhir

dengan rentang umur 36-45 tahun yang berjumlah 14 orang (31,1%). Jenis

kelamin yang terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 27 orang (60%). Tingkat

pendidikan responden yang terbanyak adalah tamatan D3/S1 yaitu sebanyak 14

orang (31,1%), sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan, yang terbanyak adalah

PNS yaitu sebanyak 17 orang (37,8%), serta penyebab gagal ginjal kronis

terbanyak adalah hipertensi yaitu sebanyak 26 orang (57,8%).


(41)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli (N=45)

Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%) Usia

17-25 tahun (remaja akhir) 26-35 tahun (dewasa awal) 36-45 tahun (dewasa akhir) 46-55 tahun (lansia awal) 56-65 Tahun (lansia akhir) >65 tahun (manula)

1 3 14 12 9 6 2,2 6,7 31,1 26,7 20,0 13,3 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 27 18 60 40 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA/SMK/MA D3/S1 S2 5 8 3 11 14 4 11,1 17,8 6,7 24,4 31,1 8,9 Pekerjaan PNS/Polri Pegawai swasta/Wiraswasta Pelajar Pensiunan

Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga

17 9 1 6 12 37,8 20 2,2 13,3 26,7 Penyebab Diabetes Melitus Hipertensi Batu Ginjal Penyalahgunaan Obat-obatan 15 26 2 2 33,3 57,8 4,4 4,4


(42)

5.1.2 Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal

Hasil pengumpulan data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah

responden yang tidak memiliki riwayat konsumsi tuak adalah 25 orang (55,6%),

peminum ringan 6 orang (13,3%) dan peminum berat 14 orang (31,1%).

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien GagalGinjal di RSUD Gunungsitoli (N=45)

Riwayat konsumsi tuak Frekuensi Persentase (%)

Tidak memiliki riwayat

konsumsi tuak 25 55,6

Peminum ringan 6 13,3

Peminum berat 14 31,1

TOTAL 45 100

5.2 Pembahasan

5.2.1 Tidak Memiliki Riwayat Konsumsi Tuak

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa mayoritas responden yang

tidak memiliki riwayat konsumsi tuak sebanyak 25 orang (55,6%). Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya gagal ginjal kronis tidak disebabkan

oleh satu faktor penyebab, dalam hal ini konsumsi tuak, namun disebabkan oleh

faktor penyebab lainnya, yaitu penyakit diabetes melitus, hipertensi, serta gaya

hidup yang tidak baik seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol (Chang, dkk,

2008; Shankar,dkk,2006).

Mayoritas responden tidak memiliki riwayat konsumsi tuak kemungkinan

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa

tingkat pendidikan responden kebanyakan adalah lulusan D3/S1. Menurut

Notoadmojo (2003) tingkat pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi

pemahaman seseorang terhadap suatu pengetahuan dalam hal ini pengetahuan


(43)

tentang konsumsi tuak. Baron (2008) juga mengatakan hal yang sama dimana

masing-masing pendidikan memiliki perbedaan pengetahuan dan cara pandang

dan tingkat pendidikan dapat menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap

dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin baik pula pengetahuannya dalam hal ini

dampak dari konsumsi alkohol secara berlebihan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chang, dkk (2008) menyatakan bahwa

pasien yang mengalami gagal ginjal kronis mayoritas tidak memiliki riwayat

konsumsi alkohol sebanyak 679 orang dan responden yang memiliki riwayat

konsumsi alkohol hanya sebanyak 111 orang. Penelitian lain yang dilakukan

Konta, dkk (2011) menyatakan bahwa dari 113.317 orang yang memiliki riwayat

konsumsi alkohol terdapat 20.879 orang yang mengalami gagal ginjal kronis dan

92.438 orang tidak mengalami gagal ginjal kronis. Hal ini berarti penyebab

terjadinya gagal ginjal kronis tidak sepenuhnya disebabkan oleh riwayat

konsumsi tuak, namun didukung oleh faktor penyebab utama lainnya.

5.2.2 Peminum Ringan

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa riwayat peminum ringan

sebanyak 6 orang (13,3%), dengan perkiraan lamanya konsumsi tuak <5 tahun,

frekuensi konsumsi tuak <1 gelas/hari, ≤4 gelas/minggu, waktu istirahat untuk tidak konsumsi tuak ≥2 hari, dan konsumsi tuak setelah makan.

Secara teori, alkohol adalah suatu zat yang pada dosis rendah mempunyai

efek menguntungkan seperti menurunkan kejadian infark miokard, stroke, batu


(44)

kantong empedu dan kemungkinan penyakit alzheimer, namun bila dikonsumsi

dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan masalah kesehatan (Sudoyo,

2009). Selama ini, pandangan yang berkembang di masyarakat adalah alkohol

dapat merusak tubuh. Pandangan seperti ini perlu diluruskan, karena pada dosis

yang rendah (tidak memabukkan), alkohol justru menguntungkan bagi tubuh.

Beberapa hasil studi melaporkan bahwa konsumsi alkohol mampu menurunkan

serangan jantung, stroke, dan mencegah kemungkinan munculnya serangan

alzheimer (Sofro & Anurugo, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh White, dkk (2009) dimana pada kategori ringan yaitu konsumsi

alkohol <10 gram/hari tidak beresiko gagal ginjal.

5.2.3 Peminum Berat

Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa riwayat peminum berat

sebanyak 14 orang (31,1%), dengan perkiraan lamanya konsumsi tuak >5 tahun, frekuensi konsumsi tuak ≥1 gelas/hari, >4 gelas/minggu, waktu istirahat untuk tidak konsumsi tuak ≤2 hari, dan konsumsi tuak sebelum makan. Mayoritas responden yang memiliki riwayat peminum berat berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 13 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wilsnack,

dkk (2000) yang mengatakan bahwa sebagian besar laki-laki sering

mengkonsumsi alkohol daripada perempuan. Hal ini disebabkan karena dengan

mengkonsumsi tuak laki-laki merasa lebih kuat dan maskulin serta dapat

berinteraksi dengan banyak orang. Menurut Kurniawati, dkk (2011) hal ini

disebabkan karena laki-laki lebih cenderung tertutup daripada perempuan


(45)

sehingga masalah lebih sering diselesaikan dengan cara yang menyenangkan

dirinya sendiri.

Arnold (1985) dalam Aritonang (2012) mengatakan bahwa mengkonsumsi

alkohol dalam jangka waktu yang lama dan jumlah yang berlebihan dapat

merusak berbagai organ tubuh terutama ginjal, hati, otak, dan jantung. Menurut

Boggan (2003) dalam Sembiring (2011) alkohol adalah racun yang menyebabkan

banyak tekanan pada ginjal. Mengkonsumsi alkohol terlalu tinggi menyebabkan

asam urat disimpan dalam tubulus ginjal yang menyebabkan obstruksi tubular

sehingga dapat meningkatkan resiko gagal ginjal. Efek kerusakan pada ginjal

tergantung pada jumlah alkohol yang diabsorbsi dan waktu dikonsumsi. Alkohol

dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta merusak kemampuan ginjal untuk

mengatur volume, komposisi cairan dan elektrolit dalam tubuh. Perubahan

mikroskopis pada ginjal termasuk perubahan struktur glomerulus, pembengkakan

atau pembesaran ginjal dan meningkatnya jumlah sel-sel lemak, protein dan air.

Efek ini akan mengubah kemampuan ginjal untuk berfungsi secara normal.

Konsumsi alkohol dapat menyebabkan perubahan gambaran mikroskopis dan

gangguan pada tubulus proksimal ginjal (Sembiring, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh White, dkk (2009)

menyatakan bahwa terjadinya penurunan estimasi laju filtrasi glomerulus (eGFR) sebanyak ≥ 10% pada pasien CKD yang mengkonsumsi alkohol selama 5 tahun, dan kreatinin serum meningkat menjadi ≥ 2,5 mg/mmol pada responden laki-laki dan ≥3,5 mg/mmol pada responden perempuan. Konsumsi alkohol ≥ 30 gram/hari mengakibatkan GFR menurun 50 % dan dapat mengakibatkan gagal ginjal kronis.


(46)

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Shankar, Klein & Klein (2006) didapati

bahwa konsumsi alkohol sebanyak empat gelas atau lebih per hari berhubungan

dengan munculnya penyakit gagal ginjal kronis.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Yamagata, dkk (2015)

menyatakan bahwa konsumsi alkohol kurang dari 20 gram per hari akan

mengurangi resiko albuminurin pada laki-laki, namun efek proteksi tersebut akan

hilang jika seseorang mengkonsumsi alkohol sebanyak 20 gram atau lebih per

hari. Secara teori, proteinuria/albuminurin didefinisikan sebagai protein dalam

urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih dari 150 mg/hari (Bawazier,

2006). Protein dalam jumlah yang banyak diindentifikasikan adanya penyakit

ginjal yang signifikan (Davey, 2005). Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat

disimpulkan bahwa riwayat peminum berat dapat mempengaruhi kesehatan ginjal,

namun bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya gagal ginjal kronis.

Gagal ginjal kronis dapat terjadi jika terdapat faktor penyakit utama yang

menyertai antara lain hipertensi, diabetes melitus, batu ginjal, dan penyakit

lainnya. Namun dapat semakin berbahaya jika penderita memiliki riwayat

peminum berat yang merupakan faktor lain terjadinya gagal ginjal kronis.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Koning, dkk (2015)

menyebutkan bahwa konsumsi alkohol tidak termasuk faktor lain terhadap

kejadian gagal ginjal kronis. Hasil ini sejalan dengan Hsu, dkk (2013) yang

menyatakan bahwa konsumsi alkohol tidak berpengaruh terhadap timbulnya

penyakit gagal ginjal kronis.


(47)

Perbedaan tersebut diduga terjadi karena responden yang diteliti pada

kedua penelitian tersebut bukan termasuk kepada peminum yang berat, yaitu

peminum yang tidak mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dan

dalam waktu yang lama.


(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran riwayat

konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli, dapat

disimpulkan bahwa tidak semua pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli

memiliki riwayat konsumsi tuak.

6.2 Saran

6.2.1Bagi pasien / masyarakat Nias

Masyarakat Nias diharapkan agar memperhatikan takaran dan frekuensi

mengkonsumsi tuak karena mengkonsumsi tuak secara berlebihan dapat

mengganggu kesehatan.

6.2.2 Bagi Pemerintah Kabupaten Nias

Dinas Kesehatan Kabupaten Nias diharapkan dapat meningkatkan

penyuluhan kesehatan masyarakat tentang dampak dari mengkonsumsi tuak.

6.2.3 Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini memberi gambaran tentang riwayat konsumsi tuak pada

pasien gagal ginjal di RSUD Gunungsitoli. Oleh sebab itu, diharapkan ada

penelitian selanjutnya tentang gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal

ginjal dengan metode kualitatif atau wawancara.


(49)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Alkohol

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) alkohol merupakan zat cair

yang tidak berwarna, mudah menguap dan terbakar, dipakai dalam bidang

industri, dan pengobatan, merupakan unsur ramuan yang memabukkan, minuman

keras, dan senyawa karbon. Alkohol merupakan senyawa organik yang

keberadaannya dalam tubuh manusia dapat berubah menjadi toksik jika

dikonsumsi berlebihan. Kemampuannya melarutkan lipida yang terdapat dalam

membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk ke dalam sel-sel dan

menghancurkan struktur sel tersebut (Almatsier, 2010).

2.2 Metabolisme Alkohol pada Tubuh Manusia 2.2.1 Absorbsi

Alkohol yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan diabsorbsi melalui

mukosa mulut dan epitel gastrointestinal dan sebagian besar (80%) diabsorbsi di

usus halus, sisanya diabsorbsi di kolon. Kecepatan absorbsi tergantung pada

takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang mengisi lambung dan usus.

Bila konsentrasi optimal alkohol diminum dan dimasukkan dalam lambung yang

kosong maka kadar puncak dalam darah telah dapat dideteksi pada 30 - 90 menit

sesudahnya (Zakhari, 2006). Penyerapan tersebut terjadi setelah alkohol masuk ke

dalam lambung dan diserap di usus kecil. Hanya 5-15% yang diekskresikan secara

langsung melalui paru-paru, keringat, dan urin.


(50)

Alkohol mengalami metabolisme di dalam ginjal, paru-paru, dan otot

(Panjaitan, 2003). Alkohol tidak mengalami pencernaan, sehingga dengan cepat

dapat diserap. Sebanyak 20% alkohol yang diminum dalam keadaan perut kosong

dapat mencapai sel otak dalam waktu satu menit. Itulah yang memberi rasa

euphoria (sangat gembira) pada seseorang setelah minum alkohol pada waktu

perut kosong. Sebaliknya, bila alkohol diminum saat perut terisi, penyerapan

alkohol akan terhambat (Almatsier, 2010).

2.2.2 Metabolisme

Terdapat dua jalur mayor dalam metabolisme alkohol menjadi asetaldehid.

1. Alkohol Dehidrogenase (ADH)

Alkohol yang dikonsumsi 90%, diantaranya akan dimetabolisme oleh

tubuh terutama hati oleh enzim alkoholdehirogenase (ADH) yang merupakan

enzim sitosol yang berfungsi mengkatalisir konversi dari alkohol menjadi

asetaldehid, dan koenzim nikotinamid-adenin-dinokleotida (NAD) menjadi

asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah

menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Enzim ini

banyak ditemukan di hepar, tetapi masih banyak ditemukan di organ lain seperti

otak. Dalam konversi dari etanol menjadi asetaldehid, ion hydrogen dipindahkan

dari alkohol ke kofaktor NAD+ untuk membentuk NADPH (katzung, 2004).

Didalam lambung, sebagian alkohol mengalami pemecahan oleh enzim alkohol

dehidrogenase. Hal ini dapat mengurangi jumlah alkohol yang diserap ke dalam

aliran darah hingga 20%. Perempuan lebih mudah mengalami intoksikasi alkohol,


(51)

karena lambungnya lebih sedikit mengandung enzim alkohol dehidrogenase

daripada laki-laki (Almatsier, 2010).

2. Microsomal Ethanol Oxiding System (MEOS)

MEOS terletak di dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan 3

komponen mikrosom yaitu sitokrom p450, reduktase, dan lesitium, alkohol

diuraikan menjadi asetaldehid (Triaji, dkk, 2012) dalam Tejaseputra (2014).

2.2.3 Ekskresi

Hepar bertanggungjawab dalam eliminasi dari 95 % alkohol yang diingesti

tubuh melalui metabolisme. Sisanya dieliminasi melalui metabolisme. Sisanya

dieliminasi melalui ekskresi dalam pernapasan, urin, keringat, feses, air susu, dan

saliva (Beselt and danhof, 1998) dalam Tejaseputra (2014).

2.3 Tuak Nias

Tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren

(Arenga pinnata) (Ikegami,1997). Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang

banyak akan menyebabkan ketergantungan dan toleransi terhadap jumlah dari

alkohol yang dikonsumsi. Tuak adalah minuman yang mengandung akohol dan

mempunyai efek toksik terhadap tubuh jika dikonsumsi secara berlebihan dan

merupakan hasil fermentasi tetesan nira kelapa atau aren yang merupakan

minuman tradisional secara turun-temurun.


(52)

Nira kelapa adalah cairan yang diperoleh dengan menyadap mayang

(bunga) kelapa yang belum terbuka. Nira yang masih segar memperlihatkan

penampakan yang jernih, hampir tidak berwarna dan sangat manis (Harefa, 2001).

Tabel 2.1 Komposisi Nira Aren

Komposisi Kandungan (gr/100 ml)

Kadar air

Kadar karbohidrat

Kadar protein

Kadar abu

Kadar lemak

84,84

14,35

0,10

0,66

0,17

Tuo nifarõ (tuak) adalah minuman yang berasal dari air sadapan pohon nira

yang telah diolah dengan cara penyulingan. Berdasarkan survei kadar alkohol

pada salah satu sampel tuak di kota Gunungsitoli yang peneliti lakukan di

Fakultas Pertanian Ilmu Teknologi Pangan Universitas Sumatera Utara tahun

2015, ditemukan bahwa kadar alkoholnya adalah 50,67%. Untuk mengetahui

konsentrasi alkohol dalam darah (Blood Alcohol Concentration / BAC), maka

diperlukan perhitungan dalam satuan gr etanol (berat jenis alkohol 0,79 gr/ml).

Ukuran gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kecil (100 ml). Sehingga diperoleh perhitungan sebagai berikut : 100 ml x 50,67% = 50,67 ml x 0,79 gr/ml = 40,02 gram.


(53)

Tabel 2.2. Ukuran Gelas yang sering digunakan

GELAS KECIL 100ml (40,02 gram)

GELAS SEDANG 200 ml (80,05 gram)

GELAS BESAR 300 ml (120,08gram)

2.4 Gagal Ginjal Kronis

Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul

akibat berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit

metabolik atau degeneratif, dan lain-lain. Kelainan tersebut dapat mempengaruhi

struktur dan fungsi ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Pasien

mungkin merasa nyeri, mengalami gangguan berkemih, terkadang tidak

merasakan gejala sama sekali. Keadaan terburuk dapat mengancam nyawa jika

tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk

menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Riskesdas, 2013).

Lubis (2013) mengatakan bahwa penyakit ginjal terjadi apabila ginjal tidak

mampu menjalankan fungsinya. Untuk menangani penyakit ginjal secara efektif,

harus diketahui apakah penyakit ginjal itu terjadi secara tiba-tiba dan mendadak

(akut) atau terjadi perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama (kronik).

NKF (National Kidney Foundation, 2002), gagal ginjal kronis adalah

kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan Laju Filtrasi

Glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. Gagal ginjal kronis merupakan suatu

keadaan klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga


(54)

ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Wilson & Price, 1994). Gagal

ginjal kronik (menahun) merupakan kerusakan ginjal yang progresif dan

irreversible karena suatu penyakit (Hartono, 2005).

2.4 Hubungan Alkohol dengan Ginjal

Beberapa faktor untuk penyakit gagal ginjal kronis antara lain : penyakit

diabetes melitus, hipertensi, obesitas, serta faktor gaya hidup yang tidak baik

termasuk merokok dan konsumsi alkohol (Shankar, dkk, 2006).

Menurut Arnold (1985) dalam Aritonang (2012) , mengkonsumsi alkohol

dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan ketergantungan dan toleransi

terhadap jumlah dari alkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol dalam jangka

yang lama dan jumlah yang berlebihan dapat merusak berbagai organ tubuh

terutama hati, ginjal, otak, dan jantung. Alkohol cenderung menyebabkan

toleransi, teratur minum lebih dari 2 gelas alkohol per hari, bisa mengkonsumsi

alkohol lebih banyak dari non-alkoholik tanpa mengalami intoksikasi.

Alkohol adalah racun yang menempatkan banyak tekanan pada ginjal.

Mengkonsumsi alkohol terlalu tinggi menyebabkan asam urat disimpan dalam

tubulus ginjal, yang membawa pada obstruksi tubular. Hal ini meningkatkan

resiko gagal ginjal. Efek kerusakan pada ginjal tergantung pada jumlah alkohol

yang diabsorbsi dan waktu dikonsumsi. Menurut Boggan (2003) dalam Sembiring

(2011) alkohol dapat mengubah struktur dan fungsi ginjal serta merusak

kemampuan ginjal untuk mengatur volume, komposisi cairan dan elektrolit dalam

tubuh. Perubahan mikroskopis pada ginjal termasuk perubahan struktur

glomerulus, pembengkakan atau pembesaran ginjal dan meningkatnya jumlah


(55)

sel lemak, protein dan air. Efek ini akan mengubah kemampuan ginjal untuk

berfungsi secara normal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2013) tentang

gambaran mikroskopis ginjal tikus putih (rattus sp.) jantan dewasa setelah

pemberian etanol kronis pada delapan belas ekor tikus jantan dewasa dibagi ke

dalam tiga kelompok secara acak. Pemberian alkohol diberikan secara oral

(gavage) selama 48 hari dengan dosis alkohol 10% dan 20% sebanyak 1 ml/hari.

Pada kelompok kontrol hanya diberikan akuades sebanyak 1 ml/hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa alkohol 10% menyebabkan kerusakan pada ginjal

seperti vakuolisasi lumen tubulus, pendarahan, dan infiltrasi sel radang yang

bersifat fokal. Alkohol 20% menyebabkan kerusakan pada ginjal seperti infiltrasi

sel radang bersifat multifokal (menyebar), pendarahan, vakuolisasi lumen tubulus,

akumulasi sel debris dalam lumen tubulus, dan karyomegali. Variabel perubahan

histopatologi ginjal yang diamati kemudian ditentukan tingkat kerusakannya

dengan metode skor. Hasil yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji

ANOVA (Analysis of Variance) selanjutnya diuji dengan uji LSD. Hal ini berarti

semakin meningkat konsentrasi alkohol yang diberikan secara oral pada tikus

putih jantan dewasa dapat meningkatkan kerusakan pada ginjal.

Epstein (1997) menyatakan bahwa pasien alkoholik kronis mengalami

konsentrasi darah rendah dari elektrolit penting serta perubahan berpotensi parah

dalam keseimbangan asam-basa tubuh. Selain itu, alkohol dapat mengganggu

mekanisme kontrol hormonal yang mengatur fungsi ginjal. Bahkan peminum


(56)

kronis memiliki efek lebih merugikan pada ginjal, termasuk gangguan natrium

dan penanganan cairan dan gagal ginjal bahkan akut.

Mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan perubahan gambaran

mikroskopis dan gangguan pada tubulus proksimal ginjal (Sembiring, 2011).

Penelitian ini didukung oleh Chaikoff, dkk (1948) dalam Dewi (2013) bahwa

terdapat beberapa perubahan mencolok setelah diberi alkohol secara kronis,

membran glomerulus menjadi menebal, ditandai dengan proliferasi sel, sel

membesar dan perubahan pada tubulus ginjal. Van Thiel, dkk (1977)

membandingkan struktur dan fungsi ginjal antara kontrol dan perlakuan alkohol.

Perlakuan alkohol mengalami pembengkakkan ginjal dan menurunnya fungsi

ginjal secara signifikan. Pemeriksaan secara mikroskopis, ginjal tikus yang diberi

alkohol mempunyai sel yang besar dengan jumlah protein, lemak, dan air yang

meningkat dibandingkan dengan kontrol.

Kerusakan pada ginjal dapat berpengaruh pada kemampuan ginjal untuk

dapat berfungsi dengan baik dalam mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit (Brunner & Suddarth, 2009). Kriteria

penyakit Gagal Ginjal Kronis (GGK), yaitu jika kerusakan ginjal (renal damage)

terjadi lebih dari tiga bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan

atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG); LFG kurang dari 60

ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (Setiati,

dkk, 2014). Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan White, dkk (2009) bahwa

konsumsi alkohol secara terus menerus mengakibatkan gagal ginjal kronis 5 tahun

kedepan dengan hasil penurunan estimasi Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ≥ 10 %


(57)

yaitu < 60 ml/menit/1,73 m2 dan peningkatan dua kali lipat albumin to cretinine

ratio (ACR) yaitu ≥ 2,5 mg/mmol (laki-laki) dan 3,5 mg/mmol (perempuan) yang sebelumnya tidak terdapat albuminuria. Resiko albuminuria meningkat pada

asupan etanol rata-rata 30 gram/hari dan dalam waktu yang sama GFR mengalami

penurunan yaitu < 60 ml/menit/1,73 m2. . Konsumsi alkohol ≥ 30 gram/hari setiap hari mengakibatkan GFR mengalami penurunann 50 %.

Alkoholisme adalah kebiasaan meminum alkohol dalam jumlah banyak;

dan gaya hidup membudayakan alkohol (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional, 2008). Orang yang mengkonsumsi alkohol dibagi 3, antara lain :

Pengkonsumsi alkohol ringan, sedang, berat. Ringan jika kadar konsumsi alkohol

< 10 gram/hari, sedang jika kadar konsumsi alkohol ≥10 dan < 30 gram/hari dan

berat jika kadar konsumsi alkohol ≥ 30 gram/hari (White, dkk, 2009). Mengkonsumsi tuak nias lebih dari 1 gelas per hari dan lebih dari 4 gelas per

minggu selama 5 tahun berturut-turut akan meningkatkan resiko gagal ginjal

kronis. National Health Service (NHS) tahun 2008 juga merekomendasikan pria

tidak seharusnya minum atau mengkonsumsi alkohol secara reguler lebih dari 3-4

unit (1 unit = 8 gram alkohol) / hari sedangkan untuk wanita tidak seharusnya

minum secara 2 reguler lebih dari 2-3 unit sehari. Reguler maksudnya minum

setiap hari atau hampir setiap hari dalam seminggu. Berdasarkan data tersebut di

atas, konsumsi alkohol yang masih dapat dikonsumsi adalah maksimal ≥10 dan

< 30 gram/hari. Berdampak pada ginjal jika dikonsumsi ≥ 30 gram/hari.

Disarankan untuk istirahat minum selama 48 jam untuk memberikan waktu

kepada tubuh untuk recover (NHS, 2008) dalam (Tejaseputra, 2014).


(58)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah kesehatan yang cukup serius dalam kehidupan modern saat ini baik

di Indonesia bahkan diseluruh dunia adalah gagal ginjal. Gagal ginjal terjadi

secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun) yang disebut juga dengan

renal failure, yaitu hilangnya sebagian atau keseluruhan fungsi ginjal (Tilong,

2012). Gangguan fungsi ginjal terjadi ketika tubuh gagal dalam mempertahankan

metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan

retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini

mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan

aktivitas kerja terganggu, tubuh menjadi mudah lelah, dan lemas sehingga kualitas

hidup pasien menurun (Brunner & Suddarth, 2009).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2014) menyebutkan pertumbuhan

jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

sebelumnya. Kejadian dan prevalensi gagal ginjal di Amerika Serikat meningkat

50% di tahun 2014. Kidney Disease Statistics (2015) memperkirakan 31 juta

orang di Amerika Serikat (10% dari populasi orang dewasa) memiliki penyakit

gagal ginjal kronis. Berdasarkan data di United States Renal Data System,

penyakit gagal ginjal kronik meningkat sebesar 20-25% setiap tahunnya (USRD,

2006).

Indonesia termasuk negara dengan tingkat penderita gagal ginjal yang

cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia


(59)

(Pernefri) tahun 2002 diperkirakan sekitar 12,5 persen dari populasi atau sebesar

25 juta penduduk mengalami penurunan fungsi ginjal. Berdasarkan Riskesdas

(2013) dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara

nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis. Jika

saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 504.248

jiwa yang menderita gagal ginjal kronis (0,2% x 252.124.458 jiwa = 504.248

jiwa). Daerah yang memiliki prevalensi gagal ginjal tertinggi adalah Sulawesi

Tengah (5 dari 1.000 penduduk) dan terdapat 7 provinsi yang memiliki prevalensi

terendah antara lain Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kabupaten Bangka

Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, NTB, Kalimantan Timur (1 dari 1.000

penduduk). Prevalensi gagal ginjal kronis di daerah Sumatera Utara (2 dari 1.000

penduduk).

Berdasarkan Riskesdas (2013) prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di

Nias dengan diagnosis dokter / tenaga kesehatan yaitu 8 dari 1.000 penduduk dan

di Kota Gunungsitoli 4 dari 1.000 penduduk. Data dari RSUD Gunungsitoli

dilaporkan terdapat 8 orang yang mengalami gagal ginjal akut dan 49 orang gagal

ginjal kronis untuk tahun 2014 sedangkan pada tahun 2015 hingga bulan

September 4 orang mengalami gagal ginjal akut dan 45 orang gagal ginjal kronis.

Masyarakat Nias menganggap gagal ginjal sebagai penyakit yang berbahaya

karena dapat mengakibatkan kematian. Mereka berpendapat bahwa gagal ginjal

dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti hipertensi, penyakit diabetes melitus,

kurang banyak minum, kurang istirahat, serta sering mengkonsumsi makanan

berlemak. Penyebab gagal ginjal menurut Setiati, dkk (2014) antara lain :


(60)

glomerulonefritis (46,39 %), diabetes melitus (18,65 %), obstruksi dan infeksi

(12,85 %), hipertensi (8,46 %), dan sebab lain (13,65 %). Penyebab lain

diantaranya adalah karena gaya hidup yang tidak baik. Faktor gaya hidup yang

tidak baik antara lain penyalahgunaan obat-obatan, kurang minum air putih, pola

makan tidak sehat, pola tidur tidak teratur, malas berolahraga, kebiasaan merokok,

serta kebiasaan mengkonsumsi alkohol (Dharma, 2015).

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2013 Pasal 3 ayat

1 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol, minuman

beralkohol yang berasal dari produksi dalam negeri atau asal impor

dikelompokkan dalam 3 golongan, yaitu minuman beralkohol golongan A adalah

minuman yang mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar

sampai dengan 5%, minuman beralkohol golongan B adalah minuman yang

mengandung etil alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari

5%-20%, minuman beralkohol golongan C adalah minuman yang mengandung etil

alkohol atau etanol (C2H5OH) dengan kadar lebih dari 20%-55%. Berdasarkan

Peraturan Menteri Perindustrian No.71/M-Ind/ PER/7/2012 tentang Pengendalian

dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol, batas maksimum etanol yang

diizinkan adalah 55%.

Berdasarkan pengelompokan 3 golongan alkohol tersebut, di Indonesia juga

terdapat minuman beralkohol tradisional antara lain Cap tikus dari Manado dan

Minahasa; Ciu dari Banyumas dan Bekonang, Sukoharjo; Cukrik; Moke/Sopi dari

wilayah Indonesia Timur termasuk Maluku, Flores (NTT) dan Papua; Lapen dari


(61)

Yogyakarta; Ballo dari daerah Bugis Makasar; Arak Bali; dan Tuak (BPOM RI,

2014).

Tuak merupakan minuman tradisional khas Nias yang sering disebut ―tuo

nifarõ” yang merupakan hasil penyulingan dari tuak mentah yang berasal dari hasil fermentasi tetesan nira kelapa atau aren. Tuo nifarõ adalah minuman yang

disuguhkan pada upacara-upacara adat suku Nias atau disuguhkan kepada

tamu-tamu terhormat, atau minuman penghangat ketika tiba musim dingin. Kadar

alkohol yang terkandung dalam tuo nifarõ tidak dapat ditetapkan karena proses

pembuatannya tidak melalui pabrik melainkan secara tradisional dan dibuat oleh

orang yang berbeda-beda, sehingga kadar alkoholnya tidak dapat digeneralkan.

Menurut Sunanto (1993) dalam Hutagalung (2013) melaporkan bahwa tuak

hasil fermentasi nira aren rata-rata mengandung alkohol 4%. Menurut Keputusan

Menteri Kesehatan No 151/ASK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang

tergolong dalam minuman keras adalah yang mengandung alkohol >1%. Berarti

tuo nifarõ termasuk minuman tradisional yang mengandung alkohol. Oleh sebab

itu, maka sangat berbahaya jika mengkonsumsi tuo nifarõ secara berlebihan

karena kandungan alkohol yang tidak stabil.

Secara medis, mengkonsumsi tuak secara berlebihan sangat berbahaya bagi

kesehatan. Berdasarkan WHO dalam Putusan Mahkamah Agung (2012)

menyebutkan bahwa terdapat dampak negatif bagi konsumen minuman keras

berdasarkan jangka waktu konsumsi, yaitu jangka pendek dan jangka panjang.

Dampak yang dirasakan ketika konsumsi minuman keras dalam jangka waktu

pendek, antara lain mulut terasa kering, pupil mata membesar, detak jantung lebih


(62)

kencang, rasa mual dan kesulitan bernafas, serta dampak psikis yaitu perasaan

merasa hebat, tidak ada rasa malu dan merasa santai (relax). Dampak jangka

waktu panjang mengalami kerusakan hati, paru-paru, jantung, radang usus,

penyakit liver, kerusakan otak, dan ginjal.

Pemerintahan Nias beberapa kali melakukan sosialisasi atau penyuluhan

kepada masyarakat, namun kenyataannya kurang memberi dampak positif bagi

masyarakat. Masyarakat Nias masih belum bisa meninggalkan kebiasaan

mengkonsumsi tuak. Penelitian yang dilakukan Zega (2014) tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku ibu nifas dalam mengkonsumsi tuo nifarõ di

Kecamatan Lotu Kabupaten Nias Utara menunjukkan bahwa ibu nifas

menganggap mengkonsumsi minuman beralkohol seperti tuo nifarõ sedikit

banyak memiliki manfaat dan 100% didukung dan dianjurkan keluarga untuk

mengkonsumsi minuman beralkohol pasca melahirkan, dan 89,7% juga didukung

dan dianjurkan masyarakat sekitar. Hal ini berarti masyarakat Nias masih belum

mengetahui dampak buruk dari konsumsi tuak yang mengandung alkohol bagi

kesehatan.

Konsumsi alkohol merupakan salah satu dari faktor gaya hidup yang tidak

baik dan dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis karena alkohol dapat

merusak fungsi ginjal untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh, bahkan dapat

merusak struktur ginjal karena kadar alkohol yang tinggi memaksa ginjal untuk

bekerja lebih keras. Penyakit gagal ginjal kronis tidak hanya disebabkan karena

mengkonsumsi tuak secara berlebihan, banyak penyebab utama dan faktor

lainnya. Namun, karena semakin meningkatnya kejadian gagal ginjal kronis di


(63)

Nias dan masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi tuak, maka sangat

penting mengetahui ada tidaknya riwayat konsumsi tuak pada pasien yang

mengalami gagal ginjal kronis di Nias. Oleh sebab itu, maka peneliti tertarik

untuk meneliti gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal di

RSUD Gunungsitoli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah ―Bagaimana gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal di

RSUD Gunungsitoli ?‖

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran riwayat

konsumsi tuak pasien yang mengalami gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Pasien / Masyarakat Nias

Memberi informasi tentang dampak konsumsi tuak terhadap kesehatan

ginjal.

1.4.2 Bagi Pemerintah Kabupaten Nias

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data bagi Pemerintah

Kabupaten Nias untuk meningkatkan penyuluhan tentang dampak konsumsi tuak

bagi kesehatan masyarakat dan meningkatkan upaya pengawasan serta

pengendalian penjualan tuak di tengah-tengah masyarakat.


(64)

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Memberikan evidence based tentang riwayat konsumsi tuak pada pasien

gagal ginjal kronis dan dapat dijadikan pertimbangan sebagai referensi dan dasar

bagi penelitian selanjutnya yang membahas topik yang sama.


(65)

Judul : Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli

Nama : Ines Kristanti Putri Daeli

NIM : 121101046

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah kondisi dimana kedua ginjal tidak dapat berfungsi secara normal. Salah satu penyebab gagal ginjal kronis adalah gaya hidup yang tidak baik seperti konsumsi alkohol / tuak sebagaimana kebiasaan sebagian masyarakat Nias. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli dengan menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli sebanyak 45 orang, yaitu 37 orang pasien rawat jalan dan 8 orang pasien rawat inap. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian terdiri dari data demografi dan riwayat konsumsi tuak, dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25 orang (55,6%) pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli tidak memiliki riwayat konsumsi tuak, dan sebanyak 6 orang (13,3%) memiliki riwayat peminum ringan, dan 14 orang (31,1%) memiliki riwayat peminum berat. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli memiliki riwayat konsumsi tuak. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Nias dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Nias dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang dampak dari mengkonsumsi tuak

Kata Kunci : Riwayat konsumsi tuak, gagal ginjal kronis


(66)

(67)

Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien

Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli

SKRIPSI

Oleh

Ines Kristanti Putri Daeli 121101046

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(68)

(69)

(70)

Judul : Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli

Nama : Ines Kristanti Putri Daeli

NIM : 121101046

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah kondisi dimana kedua ginjal tidak dapat berfungsi secara normal. Salah satu penyebab gagal ginjal kronis adalah gaya hidup yang tidak baik seperti konsumsi alkohol / tuak sebagaimana kebiasaan sebagian masyarakat Nias. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran riwayat konsumsi tuak pada pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli dengan menggunakan desain penelitian deskriptif retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli sebanyak 45 orang, yaitu 37 orang pasien rawat jalan dan 8 orang pasien rawat inap. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian terdiri dari data demografi dan riwayat konsumsi tuak, dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25 orang (55,6%) pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli tidak memiliki riwayat konsumsi tuak, dan sebanyak 6 orang (13,3%) memiliki riwayat peminum ringan, dan 14 orang (31,1%) memiliki riwayat peminum berat. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua pasien gagal ginjal kronis di RSUD Gunungsitoli memiliki riwayat konsumsi tuak. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Nias dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Nias dapat meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang dampak dari mengkonsumsi tuak

Kata Kunci : Riwayat konsumsi tuak, gagal ginjal kronis


(71)

(72)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga karena berkat dan

kasih karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

―Gambaran Riwayat Konsumsi Tuak pada Pasien Gagal Ginjal di RSUD Gunungsitoli‖.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam proses pembuatan skripsi

ini, sebagai berikut :

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I

3. Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep,Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III

5. Ibu Rosina Tarigan, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen pembimbing yang

telah bersedia memberi waktu untuk membimbing, memberikan masukan dan

ilmu yang bermanfaat selama penyusunan skripsi ini

6. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku dosen penguji I, Ibu Cholina Trisa

Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen penguji II yang bersedia

menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan penyusunan skripsi ini

7. Bapak Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep, RN, WOC(ET)N, CHt.N selaku dosen

Fakultas Keperawatan yang telah menguji validitas instrumen penelitian


(73)

8. Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses perkuliahan yang

penulis jalani

9. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan yang mengajarkan ilmu yang berharga

selama penulis mengikuti pendidikan dan staf nonakademik yang telah

membantu memfasilitasi secara administratif

10. Keluarga tercinta, Ayahanda Drs.Ekonomi Daeli, MM dan Ibunda Apriliati

Gulõ serta saudara-saudara saya (Abang Eka Fajar Putra Daeli, ST, adik

Krismoniati Putri Daeli dan adik Charisda Natalia Faomasi Daeli) yang

menjadi penyemangat dan memberikan dukungan, doa, dan dana yang terus

menolong serta memampukan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan

penulisan skripsi ini

11. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi dan jajarannya yang telah

memberikan izin pengumpulan data reliabilitas dan Direktur Rumah Sakit

Umum Daerah Gunungsitoli beserta jajarannya yang telah memberikan izin

pengumpulan data dalam penelitian ini

12. Seluruh teman - teman seperjuangan FKep stambuk 2012

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang

telah mendukung penyelesaian skripsi ini

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis menyelesaikan skripsi

ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.


(74)

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis

mengucapkan terimakasih.

Medan, 22 Juni 2016

Penulis


(75)

Daftar Isi

Halaman Judul ……… i

Surat Pernyataan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan………. iii

Abstrak ……….. iv

Prakata……… vi

Daftar Isi………... ix

Daftar Tabel………... xi

Daftar Skema………. xii

Bab 1. Pendahuluan ……...……… 1

1.1 Latar belakang ………. 1

1.2 Rumusan masalah ………. 6

1.3 Tujuan penelitian ………. 6

1.4 Manfaat penelitian ……… 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka……..……… 8

2.1 Pengertian alkohol ……….. 8

2.2 Metabolisme alkohol pada tubuh manusia ……… 8

2.2.1 Absorbsi ……….. 8

2.2.2 Metabolisme ……… 9

2.2.3 Ekskresi ………... 10

2.3 Tuak nias ………. 10

2.4 Gagal ginjal Kronis………. 12

2.5 Hubungan tuak/alkohol dengan ginjal ………. 13

Bab 3. Kerangka Teori …….……… 17

3.1 Kerangka teori……….. 17

3.2 Defenisi operasional ……… 17

Bab 4. Metodologi Penelitian …………..……….. 18

4.1 Desain penelitian……….. 18

4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling ….……… 18

4.2.1 Populasi ………... 18

4.2.2 Sampel ………. 18

4.2.3 Teknik sampling ……… 18

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ………... 19

4.4 Uji validitas dan reliabilitas ………... 19

4.4.1 Uji validitas ……… 19

4.4.2 Uji reliabilitas ……… 20

4.5 Pertimbangan etik ……… 21

4.6 Instrumen penelitian ……… 22

4.7 Pengumpulan data……… 23

4.8 Analisa data ………. 24


(76)

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ……….………. 25

5.1 Hasil penelitian………. 25

5.1.1 Data Demografi... ………. 25

5.1.2 Riwayat konsumsi tuak ..……… 27

5.2 Pembahasan……….. 27

5.2.1 Tidak memiliki riwayat konsumsi tuak...…….... 27

5.2.3 Peminum ringan... 28

5.2.3 Peminum berat ... 29

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ...……… 33

6.1 Kesimpulan ………. 33

6.2 Saran ………. 33

Daftar Pustaka ………. 34

Lampiran - lampiran

Lampiran 1 Informed consent Lampiran 2 Instrumen penelitian Lampiran 3 Jadwal tentatif penelitian Lampiran 4 Taksasi dana

Lampiran 5 Hasil uji validitas Lampiran 6 Hasil uji reliabilitas Lampiran 7 Mater tabel

Lampiran 8 Hasil pengolahan data Lampiran 9 Lembar persetujuan validitas Lampiran 10 Surat etik penelitian

Lampiran 11 Surat izin survei awal Lampiran 12 Surat selesai survei awal

Lampiran 13 Surat izin uji laboratorium kadar alkohol Lampiran 14 Surat keterangan kadar alkohol

Lampiran 15 Surat izin reliabilitas Lampiran 16 Surat selesai reliabilitas Lampiran 17 Surat izin penelitian Lampiran 18 Surat selesai penelitian Lampiran 19 Riwayat hidup


(77)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Komposisi nira aren...………. 11

Tabel 2.2 Ukuran gelas yang sering digunakan ... 12

Tabel 3.1 Defenisi operasional……… 17

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden……….. 26

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi riwayat konsumsi tuak... 27


(1)

8. Ibu Diah Arruum, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberi arahan selama proses perkuliahan yang penulis jalani

9. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan yang mengajarkan ilmu yang berharga selama penulis mengikuti pendidikan dan staf nonakademik yang telah membantu memfasilitasi secara administratif

10. Keluarga tercinta, Ayahanda Drs.Ekonomi Daeli, MM dan Ibunda Apriliati Gulõ serta saudara-saudara saya (Abang Eka Fajar Putra Daeli, ST, adik Krismoniati Putri Daeli dan adik Charisda Natalia Faomasi Daeli) yang menjadi penyemangat dan memberikan dukungan, doa, dan dana yang terus menolong serta memampukan penulis dalam menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini

11. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi dan jajarannya yang telah memberikan izin pengumpulan data reliabilitas dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Gunungsitoli beserta jajarannya yang telah memberikan izin pengumpulan data dalam penelitian ini

12. Seluruh teman - teman seperjuangan FKep stambuk 2012

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini

Semoga Tuhan selalu mencurahkan berkat dan kasih karuniaNya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan.


(2)

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 22 Juni 2016

Penulis


(3)

Daftar Isi

Halaman Judul ……… i

Surat Pernyataan Orisinalitas ... ii

Halaman Pengesahan………. iii

Abstrak ……….. iv

Prakata……… vi

Daftar Isi………... ix

Daftar Tabel………... xi

Daftar Skema………. xii

Bab 1. Pendahuluan ……...……… 1

1.1 Latar belakang ………. 1

1.2 Rumusan masalah ………. 6

1.3 Tujuan penelitian ………. 6

1.4 Manfaat penelitian ……… 6

Bab 2. Tinjauan Pustaka ……..……… 8

2.1 Pengertian alkohol ……….. 8

2.2 Metabolisme alkohol pada tubuh manusia ……… 8

2.2.1 Absorbsi ……….. 8

2.2.2 Metabolisme ……… 9

2.2.3 Ekskresi ………... 10

2.3 Tuak nias ………. 10

2.4 Gagal ginjal Kronis………. 12

2.5 Hubungan tuak/alkohol dengan ginjal ………. 13

Bab 3. Kerangka Teori …….……… 17

3.1 Kerangka teori……….. 17

3.2 Defenisi operasional ……… 17

Bab 4. Metodologi Penelitian …………..……….. 18

4.1 Desain penelitian……….. 18

4.2 Populasi, sampel dan teknik sampling ….……… 18

4.2.1 Populasi ………... 18

4.2.2 Sampel ………. 18

4.2.3 Teknik sampling ……… 18

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ………... 19

4.4 Uji validitas dan reliabilitas ………... 19

4.4.1 Uji validitas ……… 19

4.4.2 Uji reliabilitas ……… 20

4.5 Pertimbangan etik ……… 21

4.6 Instrumen penelitian ……… 22


(4)

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ……….………. 25

5.1 Hasil penelitian………. 25

5.1.1 Data Demografi... ………. 25

5.1.2 Riwayat konsumsi tuak ..……… 27

5.2 Pembahasan……….. 27

5.2.1 Tidak memiliki riwayat konsumsi tuak...…….... 27

5.2.3 Peminum ringan... 28

5.2.3 Peminum berat ... 29

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ...……… 33

6.1 Kesimpulan ………. 33

6.2 Saran ………. 33

Daftar Pustaka ………. 34 Lampiran - lampiran

Lampiran 1 Informed consent Lampiran 2 Instrumen penelitian Lampiran 3 Jadwal tentatif penelitian Lampiran 4 Taksasi dana

Lampiran 5 Hasil uji validitas Lampiran 6 Hasil uji reliabilitas Lampiran 7 Mater tabel

Lampiran 8 Hasil pengolahan data Lampiran 9 Lembar persetujuan validitas Lampiran 10 Surat etik penelitian

Lampiran 11 Surat izin survei awal Lampiran 12 Surat selesai survei awal

Lampiran 13 Surat izin uji laboratorium kadar alkohol Lampiran 14 Surat keterangan kadar alkohol

Lampiran 15 Surat izin reliabilitas Lampiran 16 Surat selesai reliabilitas Lampiran 17 Surat izin penelitian Lampiran 18 Surat selesai penelitian Lampiran 19 Riwayat hidup


(5)

Daftar Tabel

Tabel 2.1 Komposisi nira aren...………. 11

Tabel 2.2 Ukuran gelas yang sering digunakan ... 12

Tabel 3.1 Defenisi operasional……… 17

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi data demografi responden……….. 26


(6)

Daftar Skema

Skema 3.1 Kerangka penelitian gambaran riwayat konsumsi tuak