Kajian Organologis Gendang Indung Dan Gendang Anak Buatan Bapak Baji Sembiring Pelawi Di Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo

BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO KECAMATAN TIGA
PANAH KABUPATEN KARO, DAN BIOGRAFI RINGKAS BAJI
SEMBIRING PELAWI SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL
KARO
Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum Kecamatan Tigapanah yang
meliputi : letak geografis, penduduk, bahasa, mata pencaharian, sistem kekerabatan serta
agama, kepercayaan adatistiadat serta biografi singkat Bapak Baji Sembiring Pelawi.

2.1 Letak Geografis
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Karo
memiliki luas wilayah mencapai 2.127,25 Km2 atau 2,97% dari luas Provinsi Sumatera
Utara. Kabupaten Karo terletak pada Dataran Tinggi Bukit Barisan dan sebelah barat
daya berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia serta merupakan daerah hulu
sungai. Secara geografis Kabupaten Karo terletak pada koordinat 2050’ – 3019’ Lintang
Utara dan 97055’ - 98038’ Bujur Timur.
Adapun batas wilayah Kabupaten Karo adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang
b. Sebelah Selatan

: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir


c. Sebelah Barat : Provinsi Nangroe Aceh Darusalam
d. Sebelah Timur

: Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun

Keadaan alam Kecamatan Tigapanah adalah dataran tinggi dengan ketinggian
rata-rata 1.192- 1.376 meter diatas permukaan laut, dan memiliki luas wilayah 186,86
Km². Kecamatan Tigapah berbatasan dengan :
a. Sebelah Utara

: Kecamatan Dolat Rayat dan Kecamatan Berastagi

24
Universitas Sumatera Utara

b. Sebelah Selatan

: Kecamatan Merek


c. Sebelah Barat

: Kecamatan Juhar, Munte, dan Kabanjahe

d. Sebelah Timur

: Kecamatan Barusjahe dan Kecamatan Merek

Kecamatan Tigapanah terdiri dari 26 desa, sebagian besar dari wilayah kecamatan
ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk, lahan pertanian dan perkebunan dan
salah satunya adalah Desa Seberaya yang merupakan tempat dimana bapak Baji
Sembiring Pelawi tinggal bersama keluarganya, dan sekaligus menjadi tempat dimana
beliau membuat instrumen musik karo.
Adapun batas-batas wilayah desa Seberaya adalah :
a. Sebelah Utara

: Desa Ajimbelang

b. Sebelah Selatan


: Desa Kutabale

c. Sebelah Barat

: Desa Leparsamura

d. Sebelah Timur

: Kutajulu

2.2 Keadaan Penduduk
Penduduk kecamatan Tigapanah pada saat ini berjumlah 29.593 jiwa yang
terhimpun dalam 8.257Kepala Keluarga (KK). Mengenai keadaan penduduk dapat dilihat
pada tabel-tabel dibawah ini.
Penduduk yang mendiami Kecamatan Pancur Batu terdiri dari berbagai suku antara lain :

25
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2.1

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku di Kecamatan Tigapanah

No

Suku

Presentase

1

Karo

80 %

2

Toba

6%


3

Simalungun

5%

4

Mandailing

3%

5

Pak Pak

2%

6


Jawa

4%

Tabel 2.2.2
Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tigapanah
No

Wanita

Pria

Jumlah (Jiwa)

14.657

14.936

29.593


1

Tabel 2.2.3
Distribusi Sarana Pendidikan di Kecamatan Tigapanah
No

1

SD

SMP

SMU

Negeri

Swasta

Negeri


Swasta

Negeri

Swasta

22

2

3

0

1

0

26
Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2.4
Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Tigapanah
No

Rumah Sakit

Puskesmas

Pustu

Polindes

Posyandu

1

0

2


14

22

27

Tabel 2.2.5
Distribusi Tempat Peribadatan di Kecamatan Tigapanah
No

Masjid/Mushola

Gereja

Kuil

Vihara

1


5

67

0

0

Tabel 2.2.6
Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kecamatan Tigapanah
No

Jenis Pekerjaan

Presentase

1

Petani

78 %

2

Pedagang

9 %

3

Pegawai Negeri Sipil

4%

4

Pegawai Swasta

5%

5

Buruh Harian Lepas

4%

Sumber : Kantor Camat Pancur Batu Profil Kecamatan Pancur Batu, tahun 2009

Dari tabel 2 tersebut dapat disimpulkan bahwa pekerjaan yang paling
mendominasi di Kecamatan Pancur Batu tersebut adalah sebagai petani, yang mencapai
persentase hingga 72% dari total keseluruhan. kemudian diikuti oleh pedagang , pegawai

27
Universitas Sumatera Utara

negeri sipil , karyawan dan buruh/ pegawai swasta. Penduduk di Kecamatan Pancur Batu
tersebut tergolong memiliki jenis pekerjaan yang beragam.
Penduduk di Kecamatan Tigapanah menganut agama yang berbeda-beda diantara
enam agama yang diakui di Indonesia. Untuk melihat komposisi penduduk di Kecamatan
Pancur Batu berdasarkan agama yang dianut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2.7
Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Tigapanah
No

Agama

Jumlah

1

Islam

2120 Orang

2

Kristen Protestan

19.778 Orang

3

Katholik

7687 Orang

4

Hindu

0

5

Budha

0

Jumlah

29.585 Orang

Sumber Kantor Camat Tigapanah Profil Kecamatan Tigapanah, tahun 2012
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan
Tigapanah memeluk agama Kristen Protestan dengan jumlah 19.778 orang dari total
populasi yang ada. Sedangkan pada urutan yang kedua yaitu agama Khatolik berjumlah
sebanyak 7687 orang dan sisanya menganut agama Islam, Hindu dan Budha.

2.3 Sistem Bahasa
Kecamatan Tigapanah adalah salah satu daerah di Kabupaten Tanah Karo yang
penduduknya mayoritas suku Karo. Bahasa Karo merupakan bahasa ibu dari masyarakat
Karo yang menetap dikecamatan Tigapanah. Hampir seluruh masyarakat Karo

28
Universitas Sumatera Utara

menggunakan bahasa Karo sebagai media komunikasi dalam percakapan formal maupun
percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak penduduk yang tidak bersuku Karo pun
mengerti bahasa ini, karena bahasa Karo lebih sering digunakan jika dibandingkan
dengan bahasa nasional (bahasa indonesia). Hal ini mengharuskan mereka untuk
beradaptasi dengan penduduk asli yang dalam kesehariannya menggunakan bahasa karo.

2.4 Sistem Kekerabatan
Setiap masyarakat memiliki suatu sistem kemasyarakatan yang mana sistem tersebut
berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Tatanan kehidupan
bermasyarakat didalam masyarakat Karo yang paling utama adalah suatu sistem yang
dikenal dengan Merga Silima. Merga berasal dari kata meherga (mahal), merga ini
menunjukkan identitas dan sekaligus penentuan sistem kekerabatan orang Karo. Menurut
keputusan Kongres Budaya Karo tahun 1995 di Berastagi, salah satu keputusan yang
diambil adalah merga-merga yang terdapat dalam Merga Silima adalah: Ginting, Karokaro, Tarigan, Sembiring, dan Perangin-angin.
Sementara Sub Merga dipakai dibelakang Merga, sehingga tidak terjadi kerancuan
mengenai pemakaian Merga dan Sub Merga tersebut. Berikut akan disajikan Merga dan
pembagiannya:
1. Ginting:

Pase, Munthe, Manik, Sinusinga, Seragih, Sini Suka, Babo, Sugihen, Guru
Patih, Suka, Beras, Bukit, Garamat, Ajar Tambun, Jadi Bata,

Jawak,

Tumangger, Capah.
2. Karo-karo: Purba, Ketaren, Sinukaban, Karo-karo Sekali, Sinuraya/ Sinuhaji, Jong/
Kemit, Samura, Bukit, Sinulingga, Kaban, Kacaribu, Surbakti,

Sitepu,

Barus, Manik.

29
Universitas Sumatera Utara

3. Tarigan:

Tua, Bondong, Jampang, Gersang, Cingkes, Gana-gana, Peken, Tambak,
Purba, Sibero, Silangit, Kerendam, Tegur, Tambun, Sahing.

4. Sembiring: Kembaren, Keloko, Sinulaki, Sinupayung, Brahmana, Guru Kinayan,
Colia, Muham, Pandia, Keling, Depari, Bunuaji, Milala, Pelawi,
Sinukapor, Tekang.
5.Perangin-angin:

Sukatendel, Kuta Buloh, Jombor Beringen, Jenabun, Kacinambun,
Peranginangin Bangun, Keliat, Beliter, Mano, Pinem, Sebayang,
Laksa, Penggarun, Uwir, Sinurat, Pincawan, Singarimbun,
Limbeng, Prasi.

Dalam perkembangan lebih lanjut, maka merga itu berperan dalam menentukan
hubungan kekerabatan antara masyarakat Karo. Garis keturunan yang berlaku pada
masyarakat Karo adalah Patrilineal ( garis keturunan ayah). Oleh karena itu setiap orang
Karo, pria maupun wanita mempunyai merga menurut merga ayahnya sedangkan untuk
perempuan merga ayah ini disebut beru. Bagi masyarakat Karo, hubungan garis
keturunan ini dikenal dengan sebutan tutur. Tutur adalah penarikan garis keturunan
(lineage) baik dari keturunan ayah (patrilineal) maupun dari garis keturunan ibu
(matrilineal) yang memiliki enam lapis, seperti yang terlihat dalam bagan berikut.

30
Universitas Sumatera Utara

0-------X

0------X

Kampah

Soler

0----------------X

0---------------X

Binuang

Kempu

0-----------------------------------------------X
Merga

AKU
Ket : O = Pria
X = Wanita
Bagan Sistem Kekerabatan Pada Masyarakat Karo
Dikutip Dari Buku : Adat Karo, Hal 15, Darwan Prinst.
Penjelasan:
1. Merga/ Beru adalah nama keluarga yang diberikan (diwariskan) bagi seseorang
dari nama keluarga ayahnya secara turun temurun khususnya anak laki-laki.
Sedangkan bagi anak perempuan merga ayahnya tidak diwariskan bagi anaknya
kemudian. Merga/ Beru anaknya berasal dari nama keluarga suaminya kelak.
2. Bere-bere adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari beru ibunya.
3. Binuang adalah nama keluarga yang diwarisi seorang suku Karo dari bere-bere
ayahnya. Dengan kata lain binuang merupakan beru dari nenek (orang tua ayah).

31
Universitas Sumatera Utara

4. Kempu (perkempun) adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang dari bere-bere
ibu. Dengan kata lain kempu (perkempun) berasal dari beru nenek (ibu dari ibu)
yang dikenal juga sebagai Puang Kalimbubu dalam peradatan dalam masyarakat
Karo.
5. Kampah adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang yang berasal dari beru
yang dimiliki oleh nenek buyut (nenek dari ayah).
6. Soler adalah nama keluarga yang diwarisi seseorang beru empong (nenek dari ibu).
Dewasa ini dalam pergaulan sehari-hari yang umum dipergunakan biasanya hingga
lapis kedua yaitu bere-bere. Sedangkan untuk lapisan tiga hingga enam biasa diperlukan
dalam suatu upacara adat seperti perkawinan, masuk rumah baru, atau pada peristiwa
kematian dan acara adat lainnya.
Setelah sistem kekerabatan dapat ditentukan dengan seorang Karo lainnya melalui
ertutur ini, maka jalinan hubungan kekerabatan itu dapat dikelompokkan menjadi tiga
ikatan yang dikenal dengan istilah Rakut Si Telu (ikatan yang tiga).

Kalimbumbu

Senina

Anak Beru

32
Universitas Sumatera Utara

Rakut si telu pada masyarakat Karo terdiri dari:
a. Kalimbubu
Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati
dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa
kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan
Dibata Ni Idah(Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati
kalimbubu sangat dicela. Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak
kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak
penerima istri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubu
memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani
menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak
ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan
kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus
dihormati, perihal dilaksanakan atau tidak masalah lain.
Darwan Prints mengatakan, kalimbubu diumpamakan sebagai legislatif, pembuat
undang-undang.
Kalimbubu dapat dibagi atas dua yaitu Kalimbubu berdasarkan tutur dan
kalimbubu
berdasarkan kekerabatan (perkawinan).
1. Kalimbubu berdasarkan tutur
a. Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah kelompok
keluarga

33
Universitas Sumatera Utara

pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai keluarga
pemberi anak dara awal dari keluarga itu. Dikategorikan kalimbubu BenaBena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi dara sekurangkurangnya tiga generasi.
b. Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut
mendirikan kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan diwariskan
secara turun temurun.
Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga. Kalimbubu ini selalu diundang bila
diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah Karo.
2. Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)
Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita terhadap
generasi ayah, atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego (paman
kandung ego). (Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)
a. Kalimbubu I Perdemui atau (kalimbubu si erkimbang), adalah pihak
kelompok dari mertua ego. Dalam bahasa yang populer adalah bapak
mertua berserta seluruh senina dan sembuyaknya dengan ketentuan bahwa
si pemberi wanita ini tidak tergolong kepada tipe Kalimbubu Bena-Bena
dan Kalimbubu Si Mada Dareh.
b. Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak
subclan pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa
sederhana pihak subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.
c. Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan
jalursenina darikalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya
berada pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru
bicara bagi kelompok subclan kalimbubu ego.

34
Universitas Sumatera Utara

d.

Kalimbubu

Sendalanen/Sepengalon.

Golongankalimbubu

ini

berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina
sendalanen,vsepengalon

(akan

dijelaskan

pada

halaman-halaman

selanjutnya) pemilik pesta.
Hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo :
a. Dihormati oleh anakberunya
b. Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya
Tugas dan kewajiban kalimbubu :
a. Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya
b. Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling berselisih
c. Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga
d. Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di dalam
acara-acara adat
e. Berhak menerima ulu mas, bere-bere (bagian dari mahar) dari sebuah
perkawinan, maneh-maneh (tanda mata atau kenang-kenangan) dari salah
seorang 16 anggota anakberunya yang meninggal, yang menerima seperti ini
disebut Kalimbubu Simada Dareh.
b. Senina/Sembuyak
Hubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau hubungan lain yang
berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :
1. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena
satu clan (merga).
2. Senina berdasarkan kekerabatan :
a. Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara.

35
Universitas Sumatera Utara

b. Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka
saling bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru (clan)
ibu) yang sama.
c. Senina Sepengalon (Sendalanen) persaudaraan karena pemberi
wanita yang berbeda merga dan berada dalam kaitan wanita yang
sama. Atau mereka yang bersaudara karena satu subclan (beru) istri
mereka sama. Tetapi dibedakan berdasarkan jauh dekatnya
hubungan mereka dengan clan istri. Dalam musyawarah adat,
mereka tidak akan memberikan tanggapan atau pendapat apabila
tidak diminta.
d. Senina Secimbangen (untuk wanita)
Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila
dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya
adalah sebagai17 sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi
ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.
Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan
(dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih,
melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas
diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu
rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.
Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat
sembuyaksembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim
piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep

36
Universitas Sumatera Utara

sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung. Satu subclan sama
dengan saudarakandung.
Sembuyak dapat dibagi dua bagian :
1. Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen (merga).
2. Sembuyak berdasarkan kekerabatan, ini dapat dibagi atas:
a) Sembuyak Kakek adalah kakek yang bersaudara kandung.
b) Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung.
c) Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.
c. Anakberu
Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk
diperistri. Darwan Prints mengatakan, anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif,
kekuasaan peradilan.
Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan
dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut.
Anakberu dapat dibagi atas 2:
1. Anakberu berdasarkan tutur :
a. Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan nenek
moyang yang secara bertingkat terus menerus
minimal tiga generasi.
b. Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah
kampung
selesai didirikan.
2. Anakberu berdasarkan kekerabatan :
a. Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh
Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang simpanan

37
Universitas Sumatera Utara

kalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia
merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.
b. Anakberu Iangkip, adalah penerima wanita yang menciptakan jalinan
keluarga yang pertama karena di atas generasinya belum pernah
mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang.
Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung
mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di
dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama
yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri
urusan warisan adat dari pihak mertuanya.
Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.
c. Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya menjaga
penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah maupun
ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi
dukungan kepadakalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat.
d. Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri, fungsinya
memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi
dukungan tenaga yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling penting.
Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat tersebut. Lebih
lanjut tugastugasnya
antara lain :
1. Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat.
2. Menyiapkan hidangan pada pesta.
3. Menyiapkan peralatan yang diperlukan pesta.

38
Universitas Sumatera Utara

4. Menanggulangi sementara semua biaya pesta.
5. Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga dan mengetahui
harta benda kalimbubunya.
6. Menjadwal pertemuan keluarga.
7. Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya
berduka cita.
8. Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian adat)
bagi kalimbubunya.
9. Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya,

Anakberu berhak untuk :
1. Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak berhak
menolak.
2. Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia. Warisan ini berupa
barang dan disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau,
pakaian almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan.
Karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya pihak kalimbubu menunjukkan
kemurahan hati dengan :
1. Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepada anakberunya.
2. Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena pihak kalimbubu
adalah pendiri kampung, mereka mempunyai hutan sendiri di sekeliling desanya).
3. Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh pihak
anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat hubungan kekerabatan yang
sudah terjalin.

39
Universitas Sumatera Utara

4. Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu misalnya pada
waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.
5. Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat) bagi
anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan anakberunya.
Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepadaanakberunya adalah :
1. Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak. Maksudnya,
bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka yang berada di depan sebagai
pengaman jalan dan sebagai perisai dari bahaya adalah pihakanakberu. Dalam
bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.
2. Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat transportasi hanya kuda,
untuk membawa barang-barang atau untuk menyampaikan informasi dari satu
desa ke desa lain, dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalah
alat atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untuk berperang, untuk
21membawa barang-barang yang diperlukan pihak kalimbubunya atau untuk
menyampaikan berita tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi
kewibawaan martabatkalimbubunya.
3. Piso Entelap (pisau tajam). Dalam pesta adat atau pekerjaan adat pisau tajam
dipergunakan untuk memotong daging atau kayu api atau untuk mendirikan
teratak tempat berkumpul. Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang
demikian agar tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikan
kalimbubunya.
Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau dari pihak kalimbubu yang
meninggal dunia diserahkan kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh,
pemberiannya bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap dilanjutkan oleh
penerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-acara adat di dalam keluarga

40
Universitas Sumatera Utara

kalimbubu, anakberulah yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas tersebut,
mulai dari menyediakan makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis
pekerjaan di atas, dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun maka
anakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggap tercela di mata
masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadi sesuatu bencana di dalam lingkungan
keluarga dari anakberuyang melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai
kutukan dari arwah nenek moyang mereka yang tetap melindungi kalimbubu.

Kemudian orang Karo juga mengenal istilah Tutur Si Waluh yang sebenarnya
kurang tepat artinya. Tutur itu ada 23, sedangkan yang disebut waluh (delapan) adalah
sangkep nggeluh. Jadi sebenarnya sangkep nggeluh si waluh (delapan kelengkapan
hidup), yang merupakan pengembangan fungsi dari rakut si telu.
Sangkep nggeluh si waluh itu antara lain adalah: pertama, pengembangan dari tegun
kalimbubu adalah (1) puang kalimbubu, dan (2) kalimbubu. Kedua, pengembangan dari
tegun senina adalah (1) senina, (2) sembuyak, (3) senina sepemeren, dan (4) senina
siparibanen. Ketiga, pengembangan dari tegun anak beru adalah (1) anak beru dan (2)
anak beru menteri. Kesemuanya ini yang disebut sebagai sangkep nggeluh si waluh dalam
masyarakat Karo.

2.5 Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Tigapanah desa Seberaya sangat
beragam. Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, pekerjaan yang paling
banyak digeluti oleh masyarakat Desa Seberaya adalah bertani. Ada juga yang bekerja

41
Universitas Sumatera Utara

sebagai pedagang, PNS, dan juga membuka usaha sesuai keahlian individu. Dari
wawancara dengan bapak Baji Sembiring Pelawi, selain sebagai seniman beliau juga
bekerja sebagai petani. Diakui oleh bapak Baji, penghasilan sebagai seorang seniman di
kabupaten Karo tidakklah cukup dibandingkan dengan biaya hidup sekarang, sehingga
dibantu dengan menjual alat musik yang dilakukannya sedikit membantu beban ekonomi
keluarga.

2.6 Kesenian
Suku Karo adalah salah satu etnis yang memiliki keunikan kesenian tersendiri.
Keunikan Kesenian Karo ini lah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan
tutur budayanya. Kesenian yang paling berkembang dan menonjol dalam kebudayaan
masyarakat Karo adalah seni musik, seni tari dan seni suara. Karena ketiga bentuk
kesenian tersebut tidak pernah terlepas dari pelaksanaan acara-acara adat, termasuk dalam
upacara adat perkawinan.
Pada masyarakat Karo penyebutan musik dikenal dengan istilah Gendang. Dalam
masyarakat Karo gendang itu sendiri mempunyai beberapa pengertian, diantaranya;
1. Gendang, sebagai nama sebuah instrumen musik (Gendang
singindungi,Gendang singanaki),
2. Gendang, untuk menunjukkan jenis lagu atau komposisi tertentu (Gendang
simalungun rayat, Gendang peselukken),
3. Gendang untuk mengartikan sebuah upacara tertentu (Gendang cawir metua,
Gendang guro-guro aron)
4. Gendang, untuk menunjukkan ensembel musik tertentu (Gendang Lima
Sendalanen, Gendang telu sendalanen)

42
Universitas Sumatera Utara

2.7 Pengertian Biografi
Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat
hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja,
namun
juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi
singkat
hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya
dalam
masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasiinformasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan
yang baik dan jelas.
Sebuah biografi biasanya menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian pada
hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi,
pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam
kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman
selama hidupnya.
Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah
meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai orang atau tokoh yang masih hidup.
Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu, misalnya
memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasa seseorang, namun
ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian
tertentu.
Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa pertanyaan yang
dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat orang tersebut istimewa
atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah beliau lakukan bagi dunia atau

43
Universitas Sumatera Utara

dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain; (c) Sifat apa yang akan sering penulis
gunakan untuk menggambarkan orang tersebut; (d) Contoh apa yang dapat dilihat dari
hidupnya yang menggambarkan sifat tersebut; (e) Kejadian apa yang membentuk atau
mengubah kehidupan orang tersebut; (f) Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar
untuk mengatasi masalah dalam hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya
dengan mengambil resiko, atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal
yang terkait dengan beliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut
hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

2.8 Alasan Memilih Baji Sembiring Pelawi
Dalam tulisan ini, penulis memilih Baji Sembiring Pelawi sebagai objek
penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional
Karo, diantaranya adalah:
1. Beliau adalah satu-satunya orang yang dapat membuat gendang idung dan
gendang anak yang merupakan alat musik tradisional Karo yang ada di desa
seberaya kecamatan Tigapanah
2. Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Karo dengan sangat baik
3. Gendang indung dan gendang anak hasil buatan Baji Sembiring Pelawi banyak
dipakai oleh para masyarakat baik di daerah Sitepu tinggal ataupun di luar daerah
tersebut.
4. Hasil karya beliau juga dikirim ke daerah-daerah lainnya seperti Bandung, Jakarta,
Medan, maupun dari Kabupaten Karo sendiri.
Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan Bapak Baji
Sembiring dan juga dari ibu beliau, dan rekan-rekan. Peranan dan pengalaman beliau
yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai

44
Universitas Sumatera Utara

kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai
pembuat alat musik dan lebih dikhususkan kepada instrumen musik gendang buatan
beliau.
Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupan beliau dalam pembuatan
instrumen musik tradisional Karo serta kehidupan beliau dalam bermain musik seni
tradisi masyarakat karo, dan dalam hal ini gendang indung dan gendang anak adalah
instrumen musik tradisional Karo dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup
beliau, dan bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.9 Biografi Baji Sembiring Pelawi
Biografi Baji Sembiring Pelawi yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini,
mencakup aspek-aspek:
1. latar belakang keluarga
2. pendidikan beliau
3. kehidupan sebagai pemusik,
4. kehidupan sebagai pembuat alat musik
5. tanggapan masyarakat khususnya para masyarakat di desa seberaya mengenai
keberadaan Baji Sembiring Pelawi, khususnya mengenai gendang buatan beliau
tersebut.

2.9.1 Latar Belakang Keluarga
Bapak Baji Sembiring Pelawi lahir di Desa Lau Mulgao, Kecamatan Mardinding
Tanah Karo pada tangaal 19 Agustus 1972, anak dari Ayah Dirman Sembiring Pelawi dan
Ibu Norma Br Tarigan. Baji lahir dari keluarga seniman tradisi Karo, dimana ibu beliau
seorang perkolong-kolong dan ayah beliau seorang musisi tradisi Karo yang kini

45
Universitas Sumatera Utara

diturunkan kepada beliau. Latar belakang keluarga yang berkecimpung dengan seni
tradisi Karo membuat Baji sembiring Pelawi sudah sangat akrab dengan musik tradisional
Karo, baik dalam memainkan instrumen dan juga pembuatannya.
Bapak Baji Sembiring Pelawi anak pertama dari 5 bersaudara masing-masing
adalah
sebagai berikut:
1. Baji Sembiring Pelawi (Pemain sekaligus Pembuat Gendang, Laki-laki)
2. Ependi Sembiring Pelawi ( Almarhun, Laki-laki)
3. Albina Br Sembiring Pelawi (Almarhum, Perempuan)
4. Ampli Sembiring Pelawi ( Pemain Musik/Petani, Laki-laki)
5. Dahlia Br Sembiring Pelawi ( Perempuan)

2.9.2 Latar Belakang Pendidikan
Baji Sembiring Pelawi hanya sempat menginjakkan dirinya di bangku SD di desa
seberaya pada tahun 1978 dan SMP di SMP Negeri 1Tigapanah pada tahun 1981, setelah
tamat di bangku SMP beliau tidak lagi melanjutkan sekolah dikarenakan ikut bermain
musik bersama seniman-seniman tradisi Karo.

2.9.3 Berumah Tangga
Baji Sembiring Pelawi menikah pada tanggal 1 Desember 2005 dengan istrinya
Hramtalina Br Sinuhaji, dan dari penikahan mereka lahirlah 2 orang anak, 1 orang putra
dan 1 orang putri, yaitu
1. Kenny Brata Sembiring Pelawi (Laki-laki)
2. Ea Alda Agata Br Sembiring Pelawi (Perempuan)

46
Universitas Sumatera Utara

Setelah menikah beliau memilih untuk berprofesi sebagai petani dan juga sekaligus
sebagai pemain dan pembuat alat musik tradisional Karo dirumah beliau yang beralamat
di desa Seberaya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.

2.10 Baji Sembiring Pelawi Sebagai Pemusik Tradisional Karo
Pada tahun 1987, beliau sudah ikut bermain musik bersama seniman-seniman
pemusik tradisi Karo pada acara-acara adat perkawinan maupun adat orang meninggal,
hanya saja beliau masih menjadi pemain gung dang penganak saja, dan tahun berikutnya
beliau main di acara Pesta Tahunan masyarakata karo atau sekarang lebih dikenal dengan
Kerja Tahun.
Kemampuan bermusik beliau sudah semakin baik dan bagus, terbukti dari
beberapa acara yang pernah diikutinya seperti pada tahun 1992 beliau bermain pada acara
kampanye Golkar, dan pada tahun 1993 sampai 2002 beliau menetap di kota Medan dan
tetap jadi pemain musik tradisi Karo dan dipanggil untuk main di acara pesta tahunan,
nampeken tulan-tulan,pernikahan maupun orang meninggal, di daerah Tanah Karo, Deli
Serdang dan Langkat. Pada Oktober 2004, beliau mendapat undangan untuk main di acara
tour keliling Pertunjukan Seni Tradisi Sumatera Utara di Eropa dan di acara tersebut
beliau bermain sarune.
Dari wawancara bersama beliau, banyak hal yang ingin dicapai beliau belum
tercapai, salah satunya beliau ingin mempunyai sanggar seni di Desa Seberaya, dan beliau
sangat menikmati pekerjaannya sebgai pemain musik.
Baji Sembiring Pelawi pernah berkolaborasi dengan beberapa pemain musik tradisi
karo, yaitu:
1) Hemat Karo Sekali (Pemain Sarune, Gendang)
2) Andar Sembiring (Pemain Gendang)

47
Universitas Sumatera Utara

3) Alvin Tarigan (Pemain Gung dan Penganak)
4) Fender Ginting (Pemain Sarune)
5) Darwan Tarigan (Pemain Sarune)
6) Jimi Tarigan (Pemain Gendang)
7) Yusuf Perangin-nangin (Pemain Sarune)
8) Lingkup Perangin-nangin (Pemain Gendang)
9) Johanes Kaban (Pemain Gung)
10) Jinis Tarigan (Pemain Sarune)
11) Santi Tarigan (Pemain Gendang)
12) Pendi Perangin-nangin (Pemain Sarune)
13) Sehat Sembiring (Pemain Gendang)
14) Susanto Ginting (Pemain Gendang)

2.11 Baji Sembiring Pelawi Sebagai Pembuat Alat Musik Tradisi Karo
Kemampuan membuat intrumen musik tradisi Karo diperoleh Bapak Baji
Sembiring Pelawi semenjak beliau sering ikut bermain musik bersama seniman tradisi
Karo dan juga bila ada alat musik yang rusak, beliau bertanya kepada pemusik sekaligus
yang ahli dalam membuat dan mempebaiki alat musik.
Diakui beliau, awal karirnya sebagai pembuat alat musik didasari oleh rasa ingin
tahunya ketika alat musik beliau rusak. Beliau membongkar ulang alat musik tersebut dan
menyusunnya kembali hinggat utuh dan dapat dipergunakan kembali pada acara-acara
adat maupun pertunjukan seni tradisi Karo. Dan dari situ beliau mulai rajin bertanya
kepada pembuat alat musik tradisi Karo bagaimana membuat alat musik tradisi Karo yang
benar beserta ukuran alat musik tersebut. Beberapa alat musik yang sering dibuat oleh

48
Universitas Sumatera Utara

bapak Baji adalah gendang indung, gendang anak, kulcapi, keteng-keteng, dan sarune.
Kelima instrumen tersebuta kerap digunakan oleh bapak Baji dalam acara pertunjukan
musik maupun acara pernikahan dan adat orang meninggal, akan tetapi beberapa tahun
belakangan ini beliau lebih nyaman bermain sarune. Lambat laun pemusik tradisi Karo
lainnya mengetahui bahwa bapak Baji mahir dalam membuat alat musik dan mereka
mulai meminta bapak Baji untuk dibuatkan alat musik yang serupa. Beberapa gendang
yang dibuat oleh beliau sudah dikirim kelar daerah Tanah Karo seperti ke Jakarta dan
Bandung. Untuk harga, Bapak Baji Sembiring Pelawi tidak pernah mematokkan harga
satu alat musik yang dibuat oleh beliau, “berapa yang dikasih oleh pembeli ya saya
terima” begitu ucap beliau.

49
Universitas Sumatera Utara