Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Struktur Keuangan dan Struktur Modal terhadap Nilai
Perusahaan
Menurut ( Hamidy, 2014 : 16-17) Nilai perusahaan adalah :
“persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi
akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan
saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan”.
Menurut (Hamady, 2014 : 25-26),
Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan
berkaitan dengan penentuan sumber-sumber dana yang digunakan
untuk membiayai usulan-usulan investasi yang telah diputuskan
sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana tersebut dapat disediakan
atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal perusahaan.
Apabila :
1. perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber internal,
maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal
(internal financing) yaitu dalam bentuk laba ditahan.

2. jika perusahan memenuhi kebutuhan dananya dari sumber
eksternal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan
eksternal (external financing). Pemenuhan kebutuhan dana
secara eksternal dipisahkan menjadi 2 yaitu pembiayaan utang
(debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity
financing). Pembiayaan utang diperoleh melalui pinjaman,
sedangkan pendanaan modal sendiri berasal dari emisi atau
penerbitan saham.
Beberapa teori struktur modal telah dikembangkan khususnya
untuk menganalisis penggunaan utang terhadap nilai perusahaan dan biaya
modal. Dalam hal ini Kamaludin dan Indriani (2012 : 308) telah
mengemukakan empat teori struktur modal yang sangat terkenal yaitu:

Universitas Sumatera Utara

“pendekatan laba bersih, atau net income (NI) approach, pendekatan laba
operasi bersih atau net operating income (NOI) approach, pendekatan
Tradisional, dan pendekatan klasik oleh Franco Modigliani dan Merton
Miller (MM) yang menandai permulaan teori sebagai struktur modal
modern”.

Dalam penelitian kali ini peneliti hanya menggunakan dasar
pendekatan tradisional. Karena pendekatan tradisional yang banyak dianut
para praktisi di akademis dimana Kamaludin dan Indriani (2012 : 308)
mengasumsikan pendekatan tradisional adalah:
1. Bahwa hingga satu leverage tertentu, risiko perusahaan tidak
mengalami perubahan, sehingga baik biaya hutang maupun biaya
modal sendiri relatif konstan.
2. Tetapi setelah leverage atau rasio utang tertentu, biaya utang dan
biaya modal sendiri meningkat.
3. Peningkatan biaya modal sendiri akan semakin besar dan bahkan
akan lebih besar daripada penurunan biaya karena penggunaan utang
yang lebih murah. Akibatnya biaya modal rata-rata tertimbang pada
awalnya menurun dan setelah leverage tertentu akan meningkat.
4. Maka nilai perusahaan mula-mula meningkat dan akan menurun
sebagai akibat penggunaan utang yang semakin besar. Menurut
pendekatan tradisional, terdapat struktur modal yang optimal untuk
setiap perusahaan.
5. Struktur modal yang optimal tersebut akan tercapai pada saat nilai
perusahaan maksimum atau struktur modal yang meminimumkan
biaya modal rata-rata tertimbang dan nilai total perusahaan

maksimum.
Menurut Hermuningsih (2013 : 9-10) “Struktur modal yang
menunjukkan perbandingan antara modal eksternal jangka panjang dengan
modal sendiri, merupakan aspek yang penting bagi setiap perusahaan
karena mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan”.
Dapat dilihat bahwa modal yang dipergunakan perusahaan selalu
mempunyai biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit ( artinya nampak

Universitas Sumatera Utara

dan dibayar oleh perusahaan), tetapi bisa juga bersifat implisit (tidak
nampak, bersifat opportunistic, atau disyaratkan oleh pemodal).
Penggunaan

dana yang berbentuk hutang, maka biaya mudah

didefenisikan, yaitu biaya bunganya. Sedangkan dana yang berbentuk
modal sendiri, biaya dananya tidak nampak. Meskipun demikian tidak
berarti biayanya lebih murah murah dari dana dalam hutang. “Biaya dana
( cost of capital ) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan

tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum
mereka menyerahkan dananya keperusahaan. Tingkat keuntungan ini
belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman
(Husnan dan pudjiastuti , 2012 : 263)”.
Dalam melihat istilah struktur keuangan (financial stucture) dan
struktur modal (Capital structure) untuk membedakannya perhatikan
gambar neraca 2.1.1a dan 2.1.1b berikut ini .
Balance Sheet
Current Assets

Current Liabilities
Debt and Preferred

Fixed Aset

Shareholders Equity
Tabel 2.1.1a
Financial Structure

Balance Sheet

Current Assets

Current Liabilities
Debt and Preferred

Fixed Aset

Shareholders Equity
Tabel 2.1.1b
Capital Structure

Universitas Sumatera Utara

Menurut Kamaludin dan Indriani (2012: 306 – 307)
“Struktur keuangan atau finalcial structure adalah kombinasi
seluruh pembiayaan antara, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang,
saham preferen dan saham biasa atau kombinasi antara sumber
pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Sedangkan dalam struktur
modal atau capital structure adalah kombinasi atau bauran sumber
pembiayaan jangka panjang”.

2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh struktur
modal terhadap nilai perusahaan, kalau keputusan investasi dan kebijakan
deviden dipegang konstan. Dengan kata lain, seandainya perusahaan
mengganti sebagian modal dengan hutang atau sebaliknya apakah harga
saham akan berubah, apabila perusahaan tidak merubah keputusankeputusan keuangan lainnya. Dimulai dengan Balancing Theories yang
bertujuan untuk menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri.
Dalam penelitian kali ini peneliti hanya mengunakan satu teori
sebagai dasar untuk menguji variabel- variabel yang akan ditelitinya saling
terkait atau tidaknya , dimana secara singkat Pecking Order Theory yang
menjelaskan preferensi perusahaan atas sumber-sumber pendanaan
perusahaan khususnya pada sektor industri dan barang konsumsi pada
penelitian kali ini .
2.1.2.1 Pecking Order Theory
Berbagai faktor seperti adanya corporate tax, biaya kebangkrutan,
dan personal tax, telah dipertimbangkan untuk menjelaskan mengapa
suatu perusahaan akhirnya memilih struktur modal tertentu. Penjelasan

Universitas Sumatera Utara


tersebut termasuk dalam lingkup balancing theories. “Esensi balancing
theories adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul

sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih lebih besar,
hutang akan ditambah, tetapi apabila pengorbanan karena menggunakan
hutang sudah lebih besar, maka hutang tidak boleh ditambah lagi ( Husnan
dan pudjiastuti , 2012 : 275)”.
Disamping balancing theories, Myers dan Maljuf (1984)
merumuskan teori struktur modal yang disebut pecking order theory,
menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana
yang paling disukai. Teori ini bendasarkan atas informasi asimetrik
(asymmetric information), suatu istilah yang menunjukan bahwa
manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak tentang ( prospek ,
risiko dan nilai perusahaan ) dari pada pemodal publik.
Manajemen mempunyai informasi yang lebih banyak dari pemodal
karena merekalah yang mengambil keputusan- keputusan keuangan, yang
menyusun berbagai rencana perusahaan, dan sebagainya. Kondisi ini dapat
dilihat dari reaksi harga saham waktu manajemen mengumumkan sesuatu
(seperti


peningkatan

biaya

dividen).

“Informasi

asimetrik

ini

mempengaruhi pilihan sumber dana internal (yaitu dari hasil operasi
perusahaan ) ataukah eksternal, dan antara penerbitan hutang baru ataukah
ekuitas baru. Karena itu teori ini disebut sebagai pecking order theories
(Husnan dan pudjiastuti, 2012 : 276)”.

Universitas Sumatera Utara

Sesuai dengan teori ini bahwa perusahaan lebih mengutamakan

pendanaan ekuitas internal (mengutamakan laba yang ditahan) dari pada
pendanaan ekuitas internal (menerbitkan saham baru), hal itu disebabkan
penggunaan

laba

yang

ditahan

lebih

murah

dan

tidak

perlu


mengungkapkan sejumlah informasi perusahaan yang harus diungkapkan
dalam prospektus saat menerbitkan obligasi maupun saham baru. Apabila
perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan
menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham
baru menjadi pilihan terakhir karena penerbitan saham baru merupakan
tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi
perusahaan saat sekarang dan prospek mendatang yang tidak baik.
Pengamatan terhadap beberapa perusahaan yang terdaftar di BEI
menunjukan bahwa penggunaan modal sendiri yang sebesar- besarnya
juga dipandang bukan keputusan yang terbaik karena akan membayar
pajak penghasilan yang sangat besar. Pandangan tersebut menunjukan
bahwa perusahan juga menganut

balancing theories.

Sebaliknya

kecendrungan perusahaan untuk memilih pendanaan internal kalau
dihadapkan pada kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga
pembayaran dividen dijadikan variabel pasif, menunjukan diterapkannya

pecking order theories ( Husnan dan pudjiastuti , 2012 : 278).
Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer

keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan
yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
2.1.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dengan
ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam
menjalankan usahanya. Dengan ukuran lebih besar akan mempermudah
memperoleh pinjaman atau dana eksternal, serta menunjukkan adanya
hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan leverage. Dapat
disimpulkan bahwa perusahaan yang besar maka nilai laverage semakin
besar juga. Ukuran perusahaan adalah suatu skala, yaitu dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan tersebut. Dalam penelitian kali
ini peneliti akan menggunakan log n (natural) dari total aset perusahaan
sebagai indikator alat ukurnya.
Dari hasil Penelitian yang dilakukan oleh Nurmadi (2012), telah
memberikan kesimpulan, bahwa variabel ukuran perusahaan (size)
berpengaruh paling dominan terhadap struktur modal.
2.1.4 Profitabilitas
Perusahaan dengan tingkat pengembalian atau profitabilitas yang
tinggi cenderung menggunakan dana sendiri atau laba ditahan yang
diperoleh dari operasionalnya untuk melanjutkan operasional perusahaan
tersebut. Karena pendanaan yang berasal dari dalam perusahaan, memiliki

Universitas Sumatera Utara

resiko yang rendah. Selain itu perusahaan tersebut terbilang masih mampu
untuk membiayai usahanya melalui laba ditahan, tidak memerlukan
adanya hutang. Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap besarnya
struktur modal perusahaan. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi,
cenderung memiliki tingkat hutang yang rendah (Nugrahani, 2012 : 3- 4).
Profitabilitas merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk
mengukur efektivitas manajemen yang dihitung oleh laba yang dihasilkan
dari penjualan dan investasi perusahaan. Perhitungan rugi laba membantu
pemakai laporan keuangan meramalkan arus kas masa depan. Penilaian
prestasi suatu perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan itu
untuk menghasilkan laba. Laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban terhadap penyandang dana
juga merupakan elemen penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan
prospek perusahaan pada masa yang akan datang (Hamidy, 2014 : 9).
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan selama periode tertentu. Pecking order theory menyatakan
bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. Perusahaan dengan
profitabilitas tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak
daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Karena itu profitabilitas
akan berhubungan negatif dengan leverage perusahaan. Profitabilitas
penting dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam
jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan apakah badan usaha
tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang. Dengan

Universitas Sumatera Utara

demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan
maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
Perusahaan yang memiliki tingkat profit besar tiap tahunnya akan
memanfaatkan dana internal

tersebut

untuk

membiayai

kegiatan

pembelanjaannya, tanpa harus bergantung pada penggunaan sumber
eksternal. Hal ini sesuai dengan Pecking Order Theory.
“Profitabilitas diukur dengan indikator return on equity (ROE).
Pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik,
yang akan ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan
yang selanjutnya mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik
modal dalam bentuk saham”. Apabila terdapat kenaikkan permintaan
saham suatu perusahaan, maka secara tidak langsung akan menaikkan
harga saham tersebut di pasar modal (hermuningsih, 2013 : 9).
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan return on
equity (ROE). Return

on

equity (ROE) merupakan

rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih
untuk pengembalian ekuitas pemegang saham. ROE merupakan rasio
keuangan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas dari ekuitas.
Semakin besar hasil ROE maka kinerja perusahaan semakin baik. Rasio
yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat dalam
mengelola sumber dana pembiayaan operasional secara efektif untuk
menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan

Universitas Sumatera Utara

bahwa selain memperhatikan efektivitas manjemen dalam mengelola
investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan kinerja
manajemen yang mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara
efektif untuk menciptakan laba bersih. ROE menunjukkan keuntungan
yang akan dinikmati oleh pemilik saham.
2.1.5 Risiko Bisnis
Berdasarkan pengertian risiko menurut Fahmi (2012:184), “risiko
didefinisikan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan
yang akan terjadi nantinya ( future ) dengan keputusan yang diambil
berdasarkan berbagai pertimbangan saat ini”. Risiko bisnis adalah
ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan
bisnisnya. Risiko bisnis tersebut merupakan risiko yang mencakup intrinsic
business risk, financial leverage risk, dan operating leverage risk. Dalam

perusahaan resiko bisnis akan meningkat jika menggunakan hutang yang
tinggi. Hal ini juga akan meningkatkan kemungkinan kabangkrutan. Hasil
penelitian membuktikan bahwa perusahaan dengan resiko yang tinggi
seharusnya menggunakan hutang yang lebih sedikit untuk menghindari
kemungkinan kebangrutan.
Risiko dan imbal hasil ( risk and return ) merupakan kondisi yang
dialami perusahaan, institusi, dan individu dalam keputusan investasi yaitu
baik kerugian maupun keuntungan dalam suatu priode akuntansi. “Jika
risiko tinggi maka imbal hasil dari keuntungan juga akan tinggi begitu pula
sebaliknya jika imbal hasil rendah maka risiko juga akan rendah. Dimana

Universitas Sumatera Utara

dalam mengambil setiap keputusan investasi investor selalu berusaha
meminimalkan risiko yang timbul baik yang bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang ( Fahmi, 2012:185 ) ”. Risiko bisnis akan mempersulit
perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal sehingga secara teori
akan berpengaruh negatif terhadap leverage perusahaan.
2.1.6 Likuiditas
Setiap perusahaan memiliki kemampuan masing-masing dalam
memenuhi kewajiban atau hutang lancarnya. Semakin besar kemampuan
likuiditasnya, perusahaan tersebut semakin mampu untuk membayar hutang
atau pendanaan eksternal perusahaan. Dengan kemampuan likuiditasnya,
perusahaan dapat mengurangi tingkat resiko perusahaan oleh hutang dengan
mengurangi tingkat hutang atas kemampuannya. Sisi pecking order
perusahaan cenderung lebih menyukai pendanaan internal. Hal tersebut
dikarenakan

kecilnya

resiko

yang

ditanggung

perusahaan

apabila

menggunakan pendanaan internal. Dengan besarnya kemampuan memenuhi
kewajiban hutangnya, perusahaan hendaknya mengurangi resiko perusahaan
dengan mengurangi hutang perusahaan tersebut (Nugrahani, 2012 : 4).
Rasio likuiditas (liquidity ratio) digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
dengan sumber daya jangka pendek atau lancar. Perusahaan dengan rasio
likuiditas yang lebih tinggi akan mendukung rasio hutang yang relatif tinggi
karena kemampuannya yang lebih besar untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya yang segera jatuh tempo. Indikator yang digunakan dalam

Universitas Sumatera Utara

penelitian ini adalah current ratio (rasio lancar) yang merupakan rasio
antara aktiva lancar terhadap kewajiban lancar. Biasanya aktiva lancar
terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan; sedangkan
kewajiban lancar terdiri dari hutang bank jangka pendek atau hutang lainnya
yang mempunyai jangka waktu kurang dari satu tahun.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal telah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti. Penelitian Arief
(2011) dengan judul Analisis Pengujian Teori Pecking Oder melalui Keterkaitan
Profitabilitas, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Kesempatan Bertumbuh
terhadap Financial Leverage Periode 2006- 2009 (Studi Kasus pada Emiten
Syariah di JII)” dengan variabel Hipotesis pecking order, Profitabilitas, Struktur
aset, Ukuran perusahaan dan Kesempatan bertumbuh dan financial leverage
mengungkapkan bahwa secara bersamasama profitabilitas, struktur aset, ukuran
perusahaan dan kesempatan bertumbuh mempengaruhi struktur modal. Sedangkan
secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah
profitabilitas dan struktur aset sedangkan variabel ukuran perusahaan dan
kesempatan bertumbuh secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal.
Penelitian Nurmadi (2012) dengan judul Analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2007 – 2010 dengan variabel ukuran perusahaan, struktur
aktiva, pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, laverage operasi, struktur
kepemilikan dan risiko bisnis. Penelitian ini mengungkapkan variabel ukuran

Universitas Sumatera Utara

perusahaan, struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal
perusahaan, sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, laverage
operasi, struktur kepemilikan, dan risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan
terhadap struktur modal perusahaan.
Penelitian Mulianti (2010) dengan judul Analisis faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan Hutang dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Perusahaan
dengan variabel Ukuran perusahaan (SIZE), Risiko Bisnis (BRISK), Likuiditas
(CR), Kebijakan Hutang (DTA), Nilai Perusahaan (PBV) dan Perusahaan
Manufaktur

.Penelitian

ini

mengungkapkan

bahwa

ukuran

perusahaan

berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang , risiko bisnis
berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang dan likuiditas
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, sementara
kebijakan hutang sendiri berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Penelitian Septiono dkk (2011) dengan judul Analisis Faktor Mikro
Terhadap Struktur Modal dan Nilai Perusahaan mengungkapkan bahwa hasil
penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal tetapi ukuran perusahaan,
profitabilitas, likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan
dan struktur modal berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yulianti (2011) dengan judul Pengujian Pecking Order Theory:
Analis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Industri Manufaktur
di BEI Periode setelah Krisis Moneter dengan variabel pecking order theory,

Universitas Sumatera Utara

caital stucture, dan laverage rasio terhadap faktor –faktor struktur modal
mengungkapkan bahwa Profitabilitas , Likuiditas, Struktur aktiva, Pertumbuhan
perusahaan, Ukuran perusahaan, dan Risiko bisnis diduga berpengaruh negatif
signifikan terhadap rasio leverage.
Tabel 2.2.
Penelitian Terdahulu
NO

1

2

Nama dan
Tahun
Penelitian
Arief
(2011)

Mulianti
(2010).

3
Nurmadi
(2012)

Variabel yang Digunakan

Hasil yang Diperoleh

Teori Pecking Order Melalui
Keterkaitan
Profitabilitas,
Struktur
Aset,
Ukuran
perusahaan dan Kesempatan
Bertumbuh
terhadap
Financial Leverage priode
2006-2009 (SK pada emiten
syariah di JII)
Variabel Dependen :
Kebijakan Hutang (DTA),
Nilai Perusahaan dan
Perusahaan manufaktur
Variabel Independen :
Ukuran perusahaan (SIZE),
Risiko Bisnis (BRISK),
Likuiditas (CR),

Variabel Dependen: financial
leverage
Variabel
Independen:
Profitabilitas, Struktur aset,
Ukuran
perusahaan
dan
Kesempatan bertumbuh.

Variabel Dependen: Struktur
Modal
Variabel Independen: Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva,
Pertumbuhan
Perusahaan,
Profitabilitas,
Leverage
Operasi,
Struktur
Kepemilikan, Risiko Bisnis.

nilai signifikansi kurang dari
taraf nyata 5 %. Begitu pula
dengan variabel risiko bisnis
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kebijakan
hutang. Sedangkan variabel
likuiditas berpengaruh positif
dan tidak signifikan erhadap
kebijakan hutang karena
memiliki nilai signifikansi lebih
dari taraf nyata 5 %. Kebijakan
hutang sendiri berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa
variabel
ukuran
perusahaan dan struktur aktiva
berpengaruh
positif
dan
signifikan terhadap struktur
modal perusahaan, sedangkan
variabel
pertumbuhan
perusahaan,
profitabilitas,
leverage
operasi,
struktur
kepemilikan dan risiko bisnis
tidak berpengaruh signifikan
terhadap
struktur
modal
perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

4

Septiono,
dkk (2011)

5

Yulianti
(2011)

Variabel dependen: Struktur
Modal, dan Nilai perusahaan
Variabel independen : Faktor
Mikro :
(
Ukuran
Perusahaan,
Profitabilitas, Likuiditas)

Hasil penelitian menyatakan
bahwa
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
likuiditas
berpengaruh negatif signifikan
terhadap struktur modal tetapi
ukuran
perusahaan,
profitabilitas,
likuiditas
berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan dan
struktur modal berpengaruh
positif signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Pengujian POT Analis Faktor Variabel Dependen: POT.
Faktor yang Mempengaruhi Variabel Independen: capital
Struktur
Modal Industri stucture, laverage rasio
manufaktur di BEI Periode
setelah krisis moneter.

Sumber: data diolah oleh penulis (2015)
2.3 Kerangka Konseptual
Struktur modal perusahaan merupakan kombinasi dari hutang jangka
panjang dan ekuitas perusahaan yang diharapkan akan memaksimumkan tingkat
pengembalian keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen
perusahaan akan berusaha menetapkan struktur modal yang paling optimal yang
sesuai dengan perusahaannya. Didalam menentukan struktur modal, ada faktor –
faktor yang harus diperhatikan karena akan mempengaruhi struktur modal
tersebut. Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti akan melihat pengaruh
ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis, dan likuiditas terhadap struktur
modal perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.3
Ukuran perusahaan

(×1)
Profitabilitas
Struktur Modal
Perusahaan

(×2)

(y)

Risiko Bisnis

(×3)
Likuiditas

(×4)

Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Dari kerangka konsep pada gambar 2.3 dapat dilihat bahwa struktur modal
perusahaan

merupakan

variabel

dependen.

Variabel

independen

yang

dipergunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis, dan
likuiditas. Khusus mengenai ukuran perusahaan, seperti yang sering diungkapkan
oleh peneliti- peneliti terdahulu bahwa “suatu perusahaan yang berukuran besar
lebih mudah memperoleh pinjaman jika dibandingkan dengan perusahaan kecil”,
akan tetapi, perusahaan besar seringkali mampu membiayai kegiatan operasional
mereka sendiri dengan sumber internal daripada sumber eksternal, hal ini
dikarenakan perusahaan besar memiliki pendapatan yang juga besar dibandingkan
dengan perusahaan kecil, sehingga tidak perlu bergantung pada sumber pendanaan
eksternal.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba. Para investor ini menganggap perusahaan yang profitnya besar akan
menghasilkan return yang besar. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas

Universitas Sumatera Utara

tinggi tiap tahunnya memiliki kecenderungan untuk menggunakan modal sendiri
dibanding dengan menggunakan hutang.
Risiko bisnis merupakan ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian
atas aset di masa yang akan datang. Perusahaan dengan risiko yang tinggi
seharusnya mempergunakan hutang yang lebih sedikit didalam struktur modalnya
untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan. Risiko bisnis ini dapat terjadi
karena adanya pengaruh dari faktor eksternal dan faktor internal perusahaan
Oleh karena itu, setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat adanya
operasional perusahaan itu sendiri.
Dengan likuidnya suatu perusahaan, maka para investor tidak akan takut
perusahaan mengalami gagal bayar, sehingga hal ini akan berdampak pada
meningkatnya kepercayaan dari investor yang ingin menanamkan dananya di
perusahaan. Likuiditas merupakan gambaran kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2.4 Hipotesis Penelitian
Menurut Erlina (2008 : 49) “hipotesis merupakan penjelasan sementara
tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan
terjadi. Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan
yang sedang di teliti”. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa :
Penelitian Nurmadi (2012), penelitian Mulianti (2010) dan Yulianti (2011)
menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur
modal sedangkan Arief (2011) dan Septiono dkk (2011) menyatakan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.

Universitas Sumatera Utara

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu
perusahaan, Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai melalui berbagai cara
tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan diperbandingkan satu
dengan lainya. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah
kebutuhan dana eksternal (hutang). Hal ini akan mempengaruhi kebijakan struktur
modal yang diambil perusahaan. Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas
terhadap struktur modal pernah dilakukan sebelumnya, antara lain , Arief (2011)
Nurmadi (2012), dan septiono dkk (2011), yang menyatakan berpengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
Risiko bisnis muncul sebagai akibat dari operasional perusahaan itu
sendiri. Perusahaan dengan risiko yang tinggi seharusnya mempergunakan hutang
yang lebih sedikit didalam struktur modalnya untuk menghindari kemungkinan
kebangkrutan. Penelitian Nurmadi (2012), Mulianti (2010) dan Yulianti (2011)
menyatakan risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal.
Likuiditas muncul karena perusahaan memiliki likuiditas yang besar yang
berasal dari dana internal. Dengan adanya likuiditas yang besar, maka perusahaan
akan menggunakan likuditas tersebut untuk pembiayaan tanpa membutuhkan
utang. Sehingga semakin besar likuiditas, maka akan memperkecil leverage
perusahaan. Hasil ini sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan
perusahaan lebih menyukai pendanaan internal terlebih dahulu sebelum
menggunakan dana eksternal berupa utang kepada pihak luar. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010) dan Yulianti (2011)
menyatakan likuiditas berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap

Universitas Sumatera Utara

kebijakan hutang dan septiono dkk (2011) menyatakan negatif signifikan terhadap
struktur modal dan menyatakan positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dari penjelasan di atas, diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi
struktur modal perusahaan. Selain melihat pengaruh ukuran perusahaan,
profitabilitas, risiko bisnis dan likuiditas secara parsial terhadap struktur modal
perusahaan, penelitian ini juga akan melihat pengaruh faktor – faktor tersebut
secara simultan terhadap struktur modal perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis
dalam penelitian ini adalah :
H1

: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

H2

: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

H3

: Risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

H4

: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal

H5

: Ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis, dan likuiditas secara
bersama-sama berpengaruh terhadap struktur modal

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 52 111

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Modal Kerja terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur meliputi Sektor Aneka Industri dan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 78 83

Pengaruh Profitabilitas, Pertumbuhan Aset, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Struktur Aset, dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 110

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN RISIKO BISNIS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 3 26

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 12

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 9

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, Dan Likuiditas Terhadap Struktur Modal Pada Sektor Industri Dan Barang Konsumsi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

0 0 11

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, DAN MODAL KERJA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR MELIPUTI SEKTOR ANEKA INDUSTRI DAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 4 11