Penggunaan Model Supply Chain Operations References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT. Guna Kemas Indah Chapter III VII

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Pengertain Supply Chain 1
Tampaknya istilah supply chain digunakan oleh beberapa konsultan

logistik pada sekitar

tahun 1980-an, yang kemudian oleh para akademisi

dianalisis lebih lanjut pada tahun 1990-an. Supply chain atau dapat diterjemahkan
“rantai pasokan” adalah rangkaian hubungan antara perusahaan atau aktivitas
yang melaksanakan penyaluran pasokan barang atau jasa dari tempat asal sampai
ke pembeli atau pelanggan. Supply chain menyangkut hubungan yang terus
menerus mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mngalir dari
hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi mengalir dari
hulu ke hilir maupun dari hilir ke hulu. Dilihat secara horizontal, ada lima
komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok),
manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedangang besar), retailer

(pengecer), dan customer (pelanggan). Secara vertikal, ada beberapa komponen
utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut), warehouse
(penyimpan), seller (penjual), dan sebagainya. Hubungan mata rantai ini dapat
dilukiskan seperti pada Gambar berikut

1

Richarddus Eko Indrajit, Strategi Manajemen Pembelian da Supply Chain, Cetakan Pertama,
(Jakarta : PT Grasindo,2005), h.64-66.

Universitas Sumatera Utara

Pemasok

Pabrik
Pembuat

Distributor

Pengecer


Pelanggan

Pembeli

Pengangkut

Penyimpanan

Penjual

Gambar 3.1. Komponen Supply Chain
Dengan demikian, manajemen supply chain pada hakikatnya adalah
perluasan dan pengembangan konsep dan arti dari manajemen logistic. Kalau
manajemen logistik mengurusi arus barang, termasuk pembelian, pengendalian
tingkat persediaan, pengangkutan, penyimpanan, dan distribusi dalam satu
perusahaan, maka manajemen supply chain mengurusi hal yang saam akan tetapi
meliputi anatar perusahaan yang berhubungan dengan arus barang, mulai dari
bahan mentah sampai dengan barang jadi yang dibeli dan digunakan oleh
pelanggan.

Oleh karena itu, pada hakikatnya manajemen supply chain adalah integrasi
lebih lanjut dari manajemen logistic antar perusahaan yang terkait, dengan tujuan
lebih meningkatkan kelancaran arus barang, meningkatkan keakuratan perkiraan
kebutuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan ruangan, kendaraan, dan fasilitas
lain, mengurangi tingkat persediaan barang, mengurangi biaya, dan lebih
meningkatkan layanan lain yang diperlukan oleh pelanggan akhir.

Universitas Sumatera Utara

Dalam perkembangannya,

manajemen

supply

chain tidak

hanya

menyangkut arus barang, tetapi juga menyangkut hal hal lain yang diperlukan

oleh

pelanggan

seperti

pengembangan

produk,

jaminan

mutu

barang,

pembungkus, kemudahan keuangan, layanan pascajual, dan layanan informasi.
Perlu diperhatikan bahwa pelanggan merupakan bagian merupakan bagian
integral dari supply chain, disamping sebagai tujuan akhir. Kalau dikatakan bahwa
secara horizontal ada lima komponen atau mata rantai utama supply chain, maka

yang dimaksud adalah lima komponen golongan utama tersebut dapat dibagi-bagi
lagi menjadi sub-supplier, sub-sub-supplier, dan sebagainya, lalu ada beberapa
pabrik pembuat barang yang berlokasi diberbagai tempat, ada banyak distributor,
dan ada lebih banyak lagi. Oleh karena itu, sebetulnya yang tepat bukan sekedar
supply chain, tetapi supply network.
Namun, istilah supply chain menggambarkan dengan lebih jelas melalui
“rantai” yang ingin disampaikan. Rantai adalah suatu gabungan kesatuan yang
terdiri dari mata rantai yang berdiri sendiri. Demikian juga supply chain adalah
suatu kesatuan tindakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan atau bagianbagian perusahaan yang berdiri sendiri, artinya dimiliki oleh masing-masing
pemilik sendiri. Jadi, supply chain berlainan dengan integrasi, karena integrasi
adalah penggabungan beberapa perusahaan menjadi satu perusahaan atau satu
pemilik.

Universitas Sumatera Utara

3.2.

Pengukuran Kinerja Supply Chain Output
Suatu sistem pengukuran kinerja mengandung, individual metrics, metric


sets, overall performance measurement systems. Individual metrics berada pada
tingkat paling bawah dengan cakupan yang paling sempit. Metrik adalah suatu
ukuran yang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif maupun
kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference point) tertentu.
Beberapa hal yang harus dipenuhi agar suatu metrik bisa efektif :
a. Harus diwujudkan dalam bentuk yang masuk akal dan dimengerti dengan baik
oleh mereka yang menggunakan.
b. Harus value-based. Artinya, suatu metrik harus dikaitkan dengan bagaimana
organisasi menciptakan value ke pelanggan atau memenuhi kepentingan
stakeholders yang lain.
c. Metrik harus bisa menangkap karakteristik atau hasil (outcome)
d. Metrik sedapat mungkin tidak menciptakan konflik antar fungsi pada suatu
organisasi. Metrik yang diciptakan untuk kepentingan satu fungsi sering kali
menciptakan tindakan yang kontra-produktif terhadap pencapaian tujuan
organisasi secara keseluruhan.
e. Metrik harus bisa melakukan distilasi terhadap data yang banyak tanpa
kehilangan informasi yang terkandung di dalamnya.
Jumlah metrik pada sebuah sistem pengukuran kinerja bisa cukup banyak.
Tiap metrik harus didefinisikan dengan jelas dan metrik harus punya nama yang
jelas, tujuan, target, ruang lingkup, satuan, cara pengukuran, frekuensi


Universitas Sumatera Utara

pengukuran, sumber data, penanggung jawab, serta atribut lain yang terkait seperti
Tabel 3.1. dibawah ini
Tabel 3.1. Metrik Supply Chain
Metric attribute
Name
Objective/purpose
Scope
Target
Equation
Units of measure
Frequency
Data Source
Owner
Drivers
Comments

Explanation

Use exact names to avoid ambiguity
The relation of metric with the organizational objectives
must be clear
States the areas of business or parts of the organization that
are included
Benchmark must be determine in order to monitor progress
The exact calculation of the metric must be known
What is/are the unit(s) used
The frequency of recording and reporting of the metric
The exact data source involved calculating a metric value
The responsible person for collecting data and reporting the
metric
Factor that influence the performance, i.e. organizational
units, events, etc
Outstanding issues regarding the metric

Sumber : Lohman et al. (2004). Designing a performance measurement system: A case study
European Journal of Operational Research 156, pp.267-286

Metrik bisa diklasifikasikan berdasarkan fokus dan waktu (tense), berfokus pada

kinerja finansial maupun operasional, dan metrik operasional mengukur kinerja
dalam satuan waktu, output,dan sebagainya. Banyak proses-proses dalam supply
chain lebih baik dimonitor dalam satuan non-finansial. Misalnya, lead-time dan
waktu setup diukur dalam satuan waktu, tingkat persediaan diukur dalam unit, dan
kualitas sebuah proses diukur dalam persentase output yang di luar batas
spesifikasi. Dari segi waktu (tense), metrik bisa digunakan untuk mengukur
kinerja masa lalu (yang sudah terjadi) atau memprediksi kinerja masa mendatang

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Guna Kemas Indah berlokasi di Jl. Industri

No:11, Tanjung Morawa, Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dibidang
industri kemasan plastik (Thermoforming & Metalizing) dan injection holding.

Waktu penelitian dimulai sejak bulan Nopember 2013 sampai Oktober 2014.

4.2.

Jenis Penelitian
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk penelitian deskriptif

(descriptive research) dimana penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan
secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek
penelitian.

4.3.

Objek Penelitian
Objek yang diteliti adalah kinerja rantai pasokan PT. Guna Kemas Indah

yang ditinjau dari operator atau pekerja, proses produksi, dan mesin yang
digunakan. Penelitian ini difokuskan pada pengukuran kinerja rantai pasokan
berdasarkan atribut kinerja yang terdapat dalam pendekatan SCOR.


Universitas Sumatera Utara

4.4.

Kerangka Konseptual
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja rantai pasokan perusahaan

menggunakan pendekatan SCOR untuk mengetahui pencapaian kinerja rantai
pasokan perusahaan saat ini.

Supply Chain
Reliability

Supply Chain
Responsiveness
Supply Chain
Flexibility

Delivery Performance
Perfect order fulfillment
Peningkatan Kinerja
Supply Chain

Order fulfillment lead time

Supply chain response time
Production flexibility

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
Kerangka berpikir yang digunakan dengan 3 atribut kinerja digunakan
dalam mengukur rantai pasok yaitu:
1.

Supply chain reliability merupakan atribut kinerja dalam pendekatan SCOR
yang melihat kemampuan rantai pasokan perusahaan dari ketepatan dan
pemenuhan pesanan dengan metrik kinerja delivery performance (Persentase
order terkirim sesuai jadwal dan sepenuhnya pada pelanggan) dan perfect
order fullfilment (Persentase order yang terkirim tepat waktu dan
sepenuhnya, sesuai dengan pesanan secara sempurna tanpa ada kesalahan).

2.

Supply chain responsiveness merupakan faktor kritis yang memperhatikan
kecepatan pesanan tersedia kepada pelanggan, sehingga faktor perencanaan
proses bisnis harus disusun secara seksama dengan memperhatikan lead time

Universitas Sumatera Utara

masing-masing proses dengan metrik kinerja Order fulfillment lead time
(Jumlah hari dari menerima pesanan sampai pengiriman pada pelanggan).
3.

Supply chain flexibility merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghadapi pasar dengan metrik kinerja Supply chain response time
(Jumlah hari rantai pasokan untuk merespon perubahan permintaan
signifikan yang tidak terencana tanpa biaya pinalti)

dan Production

flexibility (Jumlah hari untuk meraih 20% perubahan pesanan yang tidak
terencana tanpa biaya pinalti).

4.5.

Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. 2

Variabel penelitian terbagi atas dua jenis, yaitu variabel independen dan variabel
dependen.
1.

Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas pada penelitian ini adalah tiga

atribut kinerja yang terdapat dalam pendekatan SCOR, yaitu:
a. Reliability
Reliability terdiri atas metrik kinerja delivery performance dan perfect order
fulfillment.
b. Responsiveness
Responsiveness terdiri atas metrik kinerja order fulfillment lead time.
c. Flexibility
2

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Cetakan Keenam (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005), h.
123.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data

5.1.1. Penggambaran Proses Supply chain Perusahaan
PT. Guna Kemas Indah telah memilih supplier atas kriteria harga, kualitas,
dan syarat pembayaran. Misalnya, supplier asal Thailand telah memenuhi seluruh
kriteria untuk pemesanan bahan polypropilene pada bulan Januari, maka supplier
tersebut yang dipilih untuk pemesanan bahan polypropilene.
Tabel 5.1. Dua Negara Asal Supplier PT. Guna Kemas Indah
Negara dan Kota Asal
Thailand
Malaysia

Jenis Bahan
Polypropilene dan Titanlene
Polypropilene dan Titanlene

Sumber: Data Sekunder dari PT. Guna Kemas Indah

5.1.1.1.Penggambaran Proses Bisnis dengan SCOR Geography Map
Ada dua jenis pemetaan yang akan dilakukan yaitu pemetaan secara
geografis (geographic map) dan pemetaan diagram (thread diagram). Kedua
pemetaan digunakan untuk memperlihatkan aliran material dan informasi dari
pemasok sampai konsumen.

Universitas Sumatera Utara

1 = Thailand
2 = Malaysia
3 = Pematangsiantar
4 = Medan
5 = Tangerang
6 = Bekasi
7 = PT. Guna Kemas Indah
Proses bisnis yang menunjukkan hubungan antara supplier, perusahaan (PT.
PDM Indonesia), dan customer dijelaskan sebagai berikut:
P1 = Plan supply chain
P2 = Plan source
P3 = Plan make
P4 = Plan deliver
P5 = Plan return
S1 = Source stocked product
M2 = Make to order
D2 = Deliver made to order product
DR1 = Return defective product
SR1 = Return defective product

Berikut adalah penjelasan masing-masing:
1.

Plan
Plan Supply Chain (P1) adalah proses mengambil data permintaan aktual dan

Universitas Sumatera Utara

membangun suatu rencana pasokan untuk rantai pasok, didefinisikan oleh ruang lingkup
rencana metrik rantai pasok. Langkah-langkah dasar memerlukan :
a.

Unit peramalan yang biasa untuk pemasaran dan penjualan.

b.

Rencana pasokan yang menbatasi peramalan berdasarkan ketersediaan atau
sumber daya, seperti persediaan, kapasitas produksi dan transportasi.

c.

Suatu langkah seimbang dimana pengecualian demand/supply diselesaikan
dan diperbarui pada sistem.

Plan Source (P2) adalah proses membandingkan persyaratan total material dengan
batasan peramalan P1 yang dibuat dan membangun sebuah perencanaan sumber daya
persyaratan material berdasarkan P3 untuk memuaskan landed cost dan tujuan persediaan
menurut tipe komoditas. Perubahan bentuk menjadi suatu material ini melepaskan jadwal
yang membiarkan pembeli mengetahui berapa banyak produk yang harus terbeli
berdasarkan pesanan biasa, persediaan dan persyaratan ke depan. Hal ini dilakukan untuk
item pada tagihan material dan dikelompokan berdasarkan pemasok atau tipe komoditas.
Tipe proses planning ini berhubungan dengan memulai praktek perencanaan persyaratan
material.
Plan make (P3) adalah proses membandingkan pesanan produksi aktual sekaligus
pesanan replenishment yang berasal dari P4 terhadap perkiraan terbatas P1 yang telah
dihasilkan dan menghasilkan rencana sumber jadwal induk produksi untuk memenuhi
pelayanan, biaya dan tujuan persediaan. Ini berarti bahwa keperluan material, P2
berdasarkan item dan jadwal induk produksi. Hal ini dilakukan untuk setiap lokasi pabrik
dan bisa digabungkan menurut tipe daerah atau tipe geografi lainnya. Tipe proses
planning ini sangat dekat dengan praktek-praktek penjadwalan induk produksi.

Universitas Sumatera Utara

Plan deliver (P4) adalah proses membandingkan pesanan aktual yang telah
disepakati dengan P1 dan mengembangkan rencana sumber distribusi untuk memenuhi
pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini merupakan kebutuhan replenishment
yang menginformasikan plant manager seberapa banyak produk yang direncanakan, P3
dan visibilitas dalam inventory yang telah dijanjikan. P4 dilakukan untuk tiap lokasi
gudang dan dapat digabungkan ke tingkat regional atau tipe geografi lainnya. Tipe proses
planning ini berhubungan dengan praktek dari perencanaan kebutuhan distribusi.
Plan return (P5) adalah proses menggabungkan pengembalian yang telah
direncanakan dan menghasilkan rencana sumber pengembalian untuk memenuhi
pelayanan, biaya dan inventory goal. Rencana ini memiliki arti bahwa kebutuhan
pengembalian yang menginformasikan tipe, volume, dan jadwal pengembalian yang telah
direncanakan dan pengembalian yang tidak direncanakan tetapi telah diketahui kepada
tim pabrikasi, tim perawatan dan tim logistik. P5 dilakukan untuk tiap gudang dan
pengembalian perawatan dan dapat digabungkan pada tingkat regional atau tipe geografi
lainnya.
2.

Source
Tipe proses source level 2, terdiri dari source stocked product (S1), source make-

to-order-product (S2) dan source engineer-to-order product (S3), mencirikan suatu
perusahaan dalam membeli bahan baku dan barang jadi. Faktor utama dalam menentukan
tipe proses source memicu kejadian dari plan, make, dandeliver dan keadaan barang di
pemasok ketika pemesanan dilakukan.
S1 dibuat untuk persediaan, berdasarkan persyaratan peramalan dari plan, make
atau deliver dan pada pemasok telah bersedia item dalam persediaan barang jadi sebelum

Universitas Sumatera Utara

pesanan pembelian. S2 dibuat untuk pesanan, berdasarkan persyaratan pesanan pelanggan
yang spesifik dari make atau deliver dan supplier harus mengubah bahan baku atau
barang setengah jadi dalam merespon suatu pesanan pembelian. S3 untuk rekayasa
pesanan, berdasarkan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari make atau deliver.
Pemasok yang memenuhi syarat harus diidentifikasi terlebih dahulu sebelum pesanan
dilakukan, jumlah pesanan pembelinya tergantung pada jumlah pesanan pelanggan yang
spesifik dan sering hanya dilakukan sekali.
Make
Tipe

proses make level 2, yaitu make-to-stock (M1), make-to-order (M2)

dan engineered-to-order (M3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengubah status
bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan kemudian menjadi barang jadi. Faktor
utama dalam menentukan tipe proses make memicu kejadian dari plan atau deliver dan
keadaan material ketika pemesanan dilakukan.

M1 dipicu oleh peramalan atau keperluan penambahan stok dari plan. Proses
pengubahan dilakukan sebelum pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan
tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu, tetapi berkaitan dengan skala
ekonomis produksi. M2 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan tertentu dari deliver,
yaitu pengubahan bahan mentah atau barang setengah jadi dilakukan sebagai reaksi atas
pesanan pelanggan. Jumlah pesanan yang dikerjakan sama dengan jumlah pesanan
pelanggan. M3 dipicu oleh persyaratan pesanan pelanggan dan desain yang spesifik dari
deliver. Spesifikasi teknik pabrikasi harus diselesaikan sebelum pengerjaan pesanan
dilakukan, Jumlah pesanan yang dikerjakan tergantung pada jumlah pesanan pelanggan

Universitas Sumatera Utara

yang spesifik dan biasanya dilakukan satu kali.
4.

Deliver
Tipe proses deliver level 2, yaitu deliver stocked product (D1), deliver make-to-

order product (D2) dan deliver engineer-to-order (D3), mencirikan bagaimana suatu
perusahaan memproses barang jadi dalam merespon pesanan pelanggan.
D1 dipicu oleh peramalan dari plan yang menempatkan barang jadi dalam
persediaan di atas basis yang dijanjikan ada sebelum pesanan pelanggan. Tingkat
persediaan tidak bergantung pada jumlah pesanan pelanggan tertentu. D2 biasanya
dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu pada barang jadi yang
direncanakan untuk diubah, dikumpulkan atau dibentuk setelah penerimaan pesanan
pelanggan. D3 biasanya dipicu oleh suatu persyaratan pesanan pelanggan tertentu dan
desain atau spesifikasi manufaktur yang sudah lengkap sebelum penjualan pesanan
dilakukan. Jumlah penjualan pesanan sama dengan jumlah pesanan pelanggan dan
biasanya hanya sekali dilakukan.
3.

Returm
Tipe proses return level 2, yaitu return defective product (R1), return

maintenance repair and overhoul (MRO) product (R2) dan deliver return excess product
(R3), mencirikan suatu perusahaan dalam mengembalikan barang jadi dalam merespon
hak pengembalian pelanggan. Proses return seringkali terdapat pada gudang, tetapi dapat
pula diterapkan pengiriman langsung pada pabrikan atau pemasok.
Ada dua perspektif terbentuk dalam tipe proses return, yaitu return form customer (DRx)
dan return to suppliers (SRx). Faktor utama dalam menetukan tipe proses memicu
kejadian plan pelanggan dan keadaan barang ketika pesanan pelanggan dilakukan. R1

Universitas Sumatera Utara

dipicu oleh warranty claim oleh pelanggan yang skalanya kecil dan product recall oleh
sumber daya internal yang skalanya besar. Keduanya, pelanggan dan sumber daya
internal, melaksanakan langkah proses dalam plan return. R2 dipicu oleh kejadian
pemeliharaan yang direncanakan oleh plan return atau kejadian pemeliharaan yang tidak
direncanakan oleh engineering, maintenance atau technical resources lain. R3 dipicu oleh
pengembalian persediaan yang direncanakan berdasarkan perjanjian kontrak dengan
pelanggan khusus atau pengembalian persediaan yang tidak direncanakan berdasarkan
kategori data manajemen untuk ruang yang tidak dibutuhkan bagi retail atau distributor.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1.

Pengukuran Supply Chain PT. Guna Kemas Indah
Pengukuran kinerja supply chain bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian

kinerja perusahaan saat ini. Model yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut
adalah pendekatan SCOR (Supply chain operation reference). Menurut I Nyoman
Pujawan, SCOR adalah suatu model acuan dari operasi supply chain.
Aplikasi SCOR Model diawali dengan mengetahui unsur-unsur proses SCOR
seperti plan, source, make, deliver, dan return pada PT. Guna Kemas Indah. Setelah
mengetahui unsur proses SCOR lalu mendefinisikan tujuan perusahaan. Hal ini dilakukan
agar evaluasi kinerja rantai pasok fokus pada tujuan yang ingin dicapai.Tujuan bisnis dari
perusahaan adalah memberikan tingkat layanan yang terbaik dan meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Untuk mengetahui seberapa baik tujuan tersebut telah dicapai, dilakukan
pengukuran terhadap empat metrik dalam SCOR yang bersesuaian dengan tujuan bisnis.
Rekapitulasi pengukuran kinerja supply chain perusahaan dengan pendekatan SCOR
dapat dilihat pada Tabel 6.1

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6.1. Rekapitulasi Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan dengan SCOR

Metrik Kinerja

Target
Perusahaan

Benchmark
Pencapaian
Supply Chain
(Rata-rata)
Council

Delivery
95 %
93 %
94,73 %
Performance
Perfect
order
92,4%
78,68%
fulfillment
lead 90 %
time
Order fulfillment
25 Hari
135 Hari
15 Hari
leadtime
Supply
chain
5 Hari
6 Hari
response time
Production
4 Hari
4 Hari
flexibility
Sumber : Data Sekunder dan Perhitungan Berdasarkan Data Sekunder

Keterangan
Belum Tercapai
Belum Tercapai
Tercapai
Belum Tercapai
Tercapai

Berdasarkan Tabel 6.1, diketahui bahwa metrik kinerja yang belum mencapai
target perusahaan dari Supply Chain Council adalah delivery performance, perfect order
fulfillment, dan supply chain response time. Akan tetapi, untuk metrik kinerja order
fulfillment leadtime, perlu dilakukan evaluasi terhadap pencapaian leadtime maksimum
yang memiliki perbedaan yang sangat signifikan terhadap rata-rata leadtime. Oleh karena
itu, metrik kinerja ini juga termasuk dalam metrik kinerja yang belum mencapai target.
Kelima metrik kinerja tersebut merupakan customer facing yang dapat ditingkatkan
dengan cara memenuhi kepuasan pelanggan.
Dan diagram fisbone membantu menganalisis sebab terjadinya terjadi masalah dalam
proses pengiriman.

a)

Penyebab delivery performance belum tercapai dipengaruhi 4 faktor umum dan 7
faktor spesifik penyebab keterlambatan.

Universitas Sumatera Utara

1. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang baru, breakdown mesin.
2. Metode :Adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS
3. Transportasi : Kurangnya jumlah transportasi.
4. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar,
keterlambatan bahan baku
b)

Penyebab Perferct Order Fullfilment belum tercapai dipengaruhi 6 faktor umum
dan 17 faktor spesifik penyebab keterlambatan.
1. Manusia: kurangnya konstentrasi, operator kurang paham tentang kualitas
produk, tidak adanya program training untuk inspeksi
2. Mesin : Kurangnya training pada operator mesin yang baru(menyebabkan
settingan mesin terkadang salah), breakdown mesin, kurangnya jumlah mesin.
3. Metode : Metode inspeksi yang kurang baik, adanya rework pada bagian
penyortiran, adanya pelayana FCFS
4. Transportasi : kurangnya jumlah transportasi, kendaraan mesin tua
5. Material : Kualitas bahan seengah jadi yang tidak memenuhi standar,
keterlambatan bahan baku
6. Maintenance: tidak terjadwalnya bagian perawatan mesin (pembersihan tiap
proses tidak dilakukan) dan tidak terjadwalnya perawatan mesin kendaraan.

c)

Penyebab Supply Chain Reponse Time belum tercapai dipengaruhi 4 faktor umum
dan 12 faktor spesifik penyebab keterlambatan.
1. Lingkungan : Libur
2. Metode : adanya rework pada bagian penyortiran, adanya pelayana FCFS

Universitas Sumatera Utara

3. Transportasi : Kurangnya jumlah transportasi
4. Manusia : Kurangnya jumlah operator inspeksi

Universitas Sumatera Utara

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh setelah dilakukan pengolahan data dan analisis

pemecahan masalah mengenai Penggunaan Model Supply Chain Operations
References (SCOR) dalam Pengukuran Kinerja Supply Chain pada PT Guna
Kemas Indah adalah sebagai berikut :
a. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan
bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan akan tetapi
sudah memenuhi bencmark dari Supply Chain Council adalah metrik
kinerja delivery performance dengan pencapaian 94,74 % dimana
benchmark Supply Chain Council sebesar 93% lebih kecil dari target
perusahaan sebesar 95%.
b. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan
bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan dan
bencmark dari Supply Chain Council adalah metrik kinerja perfect order
fullfilment dengan pencapaian 78,68% dimana benchmark Supply Chain
Council sebesar 92,4% lebih besar dari target perusahaan sebesar 90%.
c. Hasil pengukuran kinerja supply chain dengan model SCOR menunjukkan
bahwa metrik kinerja yang belum mencapai target perusahaan adalah
metrik kinerja Supply chain response time dengan pencapaian 6 hari

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06B Edisi: 02; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012;

Rev
: 0; Halaman
: 1 dari
1
Universitas
Sumatera
Utara

dimana target perusahaan 5 hari dan benchmark tidak ditentukan Supply
Chain Council sebagai tolak ukur.

7.2.

Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan adalah sebagai

berikut :
1. Sebaiknya perusahaaan lebih melakukan pengukuran kinerja pada rantai
pasok secara berkala untuk memperbaiki kelemahan yang terjadi dengan
demikian perusahaan dapat meningkatkan pencapaian target yang
ditetapkan.
2. Perusahaan sebaiknya mencatat segala rinciaan aktivitas yang terjadi di
lantai produksi agar pengawasan dapat lebih mudah.
3. Sebaiknya perusahaan memberikan pelatihan kepada setiap karyawan agar
lebih ahli dalam mengerjakan job desc masing masing serta menempatkan
karyawan yang ahli pada bidangnya.

No. Dok.: FM-GKM-TI-TS-01-06B Edisi: 02; Tgl. Efektif : 02 Juli 2012;

Rev
: 0; Halaman
: 1 dari
1
Universitas
Sumatera
Utara