Hubungan Asupan Makanan Dengan Kejadian Premenstruasi Sindrom Pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Perbaungan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan
perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi
dewasa. Pada perempuan, pubertas merupakan suatu proses yang berjalan lambat.
Pada masa ini terjadi perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi.
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi. Terdapat beberapa gangguan menstruasi pada saat, sebelum dan
sesudah

menstruasi,

diantaranya

adalah

premenstruasi

sindrom


(PmS),

dysmenorrhea, aminore, dan hipermenore.

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seorang individu terutama wanita. Pada masa ini, terjadi proses transisi
dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan
fisik, mental, emosional dan sosial serta berlangsung pada dekade kedua masa
kehidupan. Pada masa remaja, seorang anak perempuan akan mengalami pubertas
yang ditandai dengan keluarnya haid pertama atau menarche. Menarche adalah
menstruasi pertama kali yang dialami oleh setiap wanita yang menandakan
kedewasaan.
Setiap bulannya, wanita usia subur akan mengalami menstruasi. Sebelum
terjadinya menstruasi, selama 7- 10 hari seorang wanita akan mengalami gejalagejala perubahan emosional maupun fisik atau yang sering disebut sindrom
pramenstruasi. Gejala premenstruasi pada umumnya ialah rasa cemas, perasaan

1

Universitas Sumatera Utara


2

tidak menentu, mudah marah, tegang, sakit kepala, suka konsumsi makanan manis
atau asin yang berlebihan, peningkatan nafsu makan, berat badan bertambah,
payudara membengkak dan terasa sakit jika disentuh, puting susu nyeri dan
bengkak dan mudah lupa.
Suheimi (2008), mengatakan bahwa penyebab terjadinya gejala sindroma
pramenstruasi adalah interaksi yang kompleks antara hormon, nutrisi esensial dan
neurotransmitter yang dikombinasikan dengan stres psikologis. Jadi, sindroma
pramenstruasi merupakan keadaan abnormalitas dari wanita untuk beradaptasi
terhadap perubahan fluktuasi hormonal bulanannya. Kehidupan yang penuh stres
akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologis dari sindroma
pramenstruasi ini.
Sindrom

premenstruasi

menyebabkan

seorang


wanita

mengalami

gangguan dalam fungsi dan aktivitas sehari- hari. Sekitar 80% sampai 95%
perempuan umur 16-45 tahun mengalami gejala-gejala sindrom premenstruasi
yang dapat mengganggu aktivitas. Sebuah hasil penelitian mengungkapkan bahwa
satu dari tiga perempuan berusia reproduktif mengalami sindrom premenstruasi
dan satu dari dua puluh perempuan mengalami kesakitan yang berlebih hingga
mempengaruhi aktifitas sehari-hari (Anonim, 2005). Faktor-faktor risiko yang
dapat mempengaruhi terjadinya sindrom premenstruasi tersebut antara lain
defisiensi zat gizi mikro, seperti kurang vitamin B6, kalsium serta magnesium, dan
stres. Faktor lainnya adalah usia, genetik, kebiasaan makan, dan kurang
berolahraga.

Universitas Sumatera Utara

3


Salah satu faktor yang menyebabkan premenstruasi sindrom adalah asupan
makanan remaja yang rendah akan kandungan zat gizi. Perilaku makan remaja
umumnya mengkonsumsi makanan dengan kadar zat gizi mikro yang rendah. Diet
yang tidak tepat pada remaja dapat menyebabkan kurang asupan zat gizi yang
dibutuhkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asupan makanan seorang
siswi seperti faktor sosial, lingkungan. Kecenderungan para siswi enggan untuk
makan di rumah terutama apalagi membawa bekal ke sekolah. Mereka lebih suka
makan di luar bersama dengan teman-teman. Menurut penelitian Trisna (2006)
terdapat hubungan antara konsumsi kalsium dengan kejadian premenstruasi
sindrom.
Masalah yang dirasakan oleh remaja yang berkaitan dengan menstruasi
adalah dysmenorrhea sebesar 67,2% dan premenstruasi sindrom sebesar 63,1%
(Sharma dkk, 2008). Seedhom et al menemukan 203 (80,2%) dari 253 mahasiswi
di Mesir mengeluh sindroma prahaid. Dalam penelitiannya, terdapat prevalensi
gejala sindroma prahaid berat yaitu sangat lemah (34,8%), perubahan suasana hati
(28,9%), cemas (24,1%), mudah marah (21,7%) dan nyeri tungkai (19%).
Berdasarkan penelitian Kamat et al, terdapat 220 dari 492 wanita meminta
pertolongan dokter untuk mengurangi sindroma yang dirasakan menjelang haid.
Di Indonesia, Sianipar et al meneliti sindroma prahaid pada siswi SMA di Jakarta
Timur dan prevalensi yang didapatkan sebesar 75,8%.

Menurut penelitian Olaf Sianipar dkk. dari 57 responden penelitian, 63,2%
responden mengalami gangguan menstruasi dengan jenis gangguan terbanyak
(91,7%) adalah gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diikuti

Universitas Sumatera Utara

4

gangguan lama menstruasi (25,0%), dan gangguan siklus menstruasi (5,0%).
Tidak didapatkan responden yang mengalami gangguan volume menstruasi. Di
antara responden dengan gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi,
sindrom pramenstruasi merupakan yang paling banyak dialami (75,8%).
Sekitar 80-95% perempuan pada usia reproduktif yaitu sekitar 14-59 tahun
mengalami gejala-gejala premenstruasi sindrom yang dapat mengganggu beberapa
aspek dalam kehidupannya. Sekitar 40% perempuan berusia 14-50 tahun dan
sekitar 14% perempuan antara usia 20-35 tahun menderita PmS yang dapat
berpengaruh sangat hebat sehingga mengharuskan mereka beristirahat dari
pekerjaannya. Banyak perempuan mengalami gejala ringan dan sekitar 30-50%
menderita gejala yang berat (Reid et al., 2007). Sebanyak 60,8% remaja putri
SMU di Surabaya mengalami PmS ringan dan mengalami PmS berat sebanyak

39,2% (Irine Christiany dkk, 2006). Penelitian tahun 2005 menunjukkan 71,93%
siswi SLTP di Semarang mengalami PmS (Dian Mira Taufikasari, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Margareth dkk. (2011) didapatkan 23 dari
30 orang mahasiswi mengalami PmS. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Elika Puspitasari (2013) pada siswi SMK Negeri 1 Bantul, dari 100 responden
sebanyak 10 orang (16,4%) mengalami PmS berat, 44 orang (72,1%) mengalami
PmS sedang, dan 7 orang (11,5%) mengalami PmS ringan. Dan penelitian yang
dilakukan oleh Fitria (2014) pada remaja putri di pesantren Semarang dari 35
orang didapat 15 orang (43%) mengalami PmS berat.
Gejala premenstruasi sindrom ini jika dibiarkan, dampaknya bisa
mengganggu aktivitas sehari-hari, mengganggu hubungan dengan orang-orang

Universitas Sumatera Utara

5

terdekat dan jika dibiarkan akan menimbulkan gangguan yang lebih parah, yang
disebut dengan disforia pramenstruasi (PMDD).
Menurut survei awal yang peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Perbaungan,
dari beberapa siswi yang diwawancarai mereka kerap kali mengalami

premenstruasi sindrom. Bahkan kebanyakan dari mereka mengalami gejala ini
seminggu sebelum haid dan gangguan yang banyak mereka alami seperti rasa
nyeri pada payudara, mudah marah dan sensitif, sakit kepala, nafsu makan
meningkat, dan sakit pinggang. Gejala-gejala yang timbul menjelang haid
sangatlah mengganggu aktivitas sehari-hari terutama saat proses belajar mengajar
di sekolah. Bahkan ada siswi yang sampai tidak bisa konsentrasi dengan pelajaran
yang disampaikan oleh guru karena menahan rasa sakit yang dirasakan menjelang
datangnya haid seperti rasa sakit pada payudara. Namun dari wawancara yang
dilakukan peneliti, para siswi menganggap bahwa premenstruasi sindrom adalah
hal yang biasa dan tidak berakibat fatal bagi setiap wanita yang sudah haid. Dan
gejala ini memang harus terjadi pada wanita yang akan mendekati masa-masa
haidnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka permasalahan yang
diambil dalam penelitian ini yaitu adakah hubungan antara asupan makanan
dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1
Perbaungan ?

Universitas Sumatera Utara


6

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan asupan
makanan dengan kejadian premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI di SMA
Negeri 1.

1.4 Hipotesis
Ho

: Tidak terdapat hubungan antara asupan makanan dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Perbaungan

Ha

: Terdapat hubungan antara asupan makanan dengan kejadian
premenstruasi sindrom pada siswi kelas XI SMA Negeri 1 Perbaungan

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini untuk institusi sekolah bermanfaat sebagai

dasar dalam menyusun program penyuluhan kesehatan terutama dalam hal
untuk mencegah dan juga mengatasi premenstruasi sindrom serta sebagai
bahan masukan dalam proses belajar mengajar serta menjadi bahan bacaan
bagi siswi SMA Negeri 1 Perbaungan.

Universitas Sumatera Utara