KATA PENGANTAR
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang
terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan
perhatian secara seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perkembangan. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation)
yang
berlangsung
secara
sistematis,
progresif
dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan
perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik
meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari
interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan
psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti
perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara
karakteristik peserta didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam
beberapa karakteristik tersebut menyebabkan implikasi-implikasi terhadap
penyelenggaraan
pendidikan. Perkembangan
fisik
dan
psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap
perkembangan
perkembangan
intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran yang konduktif akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
2
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
2.
Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dan perilaku psikomotorik
3.
Bagaimana implikasi perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan
4.
Bagaimana implikasi perilaku apektif, konatif, dan kepribadian
6.
Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri
7.
Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja bagi pendidikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a.
Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
· Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem
syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf
perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi
kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis (struktur
tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik berlangsung
mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
· Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan
perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis
(kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak
dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu
berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan
global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi
terkoordinasikan (finely coordinated movements).
b.
Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1.
Karakteristik Perkembangan Fisik
a)
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, pertumbuhan
4
panjang kaki dan tangan secara proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik, dan ketahanan tubuh bertambah.
b)
Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan
pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual
primer dan sekunder serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa pubertas).
c)
Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik
menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran
tubuh yang proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa
dewasa pertumbuhan mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.
2.
Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a)
Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya
dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat
berjingkrak. Semakin lama mereka bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk
perkembangan berikutnya mereka bisa makan, mandi, berpakaian sendiri,
membantu orang lain, menulis, menggambar dan lain-lain.
b)
Perkembangan
psikomotorik
pada
masa
remaja
ditandai
dengan
keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran
tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus
meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum,
perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena
perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami
menstruasi.
5
c)
Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak dari
seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal penentu dalam
perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan terprogram,
keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Semua
sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
c.
Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan
Wanita
1)
Perkembangan pada Pria
a.
Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama
saat praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar,
berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat, climbing, dll).
2)
Perkembangan pada Wanita
a.
Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih
cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil,
berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll)
d.
1.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
6
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional,
jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan status
sosial ekonomi).
2.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua,
gangguan
emosional,
perkembangan
sistem
syaraf,
pertumbuhan
otot,
perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan faktor
eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).
e.
Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan
perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat
membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan
efisien.
1.
Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang
untuk melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya
sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Masa bermain
anak merupakan masa mereka berlatih dan mempelajari segala hal. Metode
pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan menggunakan
permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta mampu memicu
munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek
sikap dengan materi yang digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni
7
berkaitan dengan penggalian kasus atau peristiwa serta pengalaman empirik
peserta didik sebagai realitas kehidupan.
2.
Implikasi Pendidikan pada Remaja
Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan mengkaitkan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu. Terjadi proses asimilasi yakni
penggabungan info baru dalam pengetahuan yang ada. Orientasi pendidikan
remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih
banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan
melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep
yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal. Pendidikan
membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya,
mencapai
peran
sosial,
mencapai
kemandirian
emosional
dan
mengembangkan kemampuan intelektual.
3.
Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan situasi secara realistis, mampu
menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki kemandirian (autonomi),
dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial dan memiliki pandangan hidup. Masa
awal dewasa individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan social dan
membentuk relasi. Ketidakmampuan melakukan hubungan sosial menjadikan
individu merasa terisolasi dan frustasi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita
dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan
kita. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus
pada materi generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi
ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Peserta
8
didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil kesimpulan rasional.
Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan membantu generasi muda
mengembangkan
dan
mengarahkan
kehidupan
yang
berguna
melalui
generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan
mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
2.2
Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif
Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap
menggunakan istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional.
Bahasa inggris dalam kalangan sma juga merupakan ajang “keren-kerenan”. Hal
yang biasa terjadi ialah saat mereka mengungkapkan sesuatu dengan bahasa
inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian mendapat respon yang
bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti dsb akan menjadi
cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya cenderung
tidak menyukai pelajaran bahasa inggris. Padahal, menurut Yusuf (2005:118),
bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu.
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu
kemampuan
membentuk
pengertian,
menyusun
pendapat,
dan
menarik
kesimpulan.
Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik
terhadap pelajaran bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan
berfikir mereka. Meskipun mereka cenderung tidak suka, namun demi
kepentingan
mereka
kedepannya
guru
hendaknya
siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa inggris.
mencari
cara
agar
9
Ketidaksukaan siswa dalam kasus sma ialah karena siswa belum berpikir
rasional/dewasa dalam memilih mana yang akan berguna nantinya dan cenderung
berpikir pendek, dimana saat mendapat cemoohan akan berimbas pada minat
mereka dan rasa percaya diri mereka. Guru bisa memulai dengan motivasi dalam
pelajaran bahasa inggris, seperti menceritakan pengalaman terdahulu saat belajar
bahasa inggris, atau kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa inggris pada waktu
guru masih sma. Sehingga dapat menyembuhkan problema siswa-siswa.
Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap
bacaan yang mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan berusaha
mendapatkannya bagaimanapun caranya unutk memuaskan keinginan tersebut.
Dalam hal ini guru harus mengarahkan siswa kea rah bacaan yang positif. Jika
tidak siswa sma akan menyalurkan keinginannya kearah negative seperti
membaca majalah porno.
Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa
implikasi terhadap pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar
untuk siswa guna mengatasi siswa-siswa lambat dan menumbuhkan intelijen
emosi mereka.
2.3
Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan
Dalam
kehidupan
remaja
yang
masih
mempunyai
kelabilan dalam berpikir, remaja cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang
justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap
ganja, mencuri. Dalam aspek pemahaman moral, Sugiyo (1995: 106) menegaskan
bahwa problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada
penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri
10
mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. Siswa yang masih serba labil dan
terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan,
misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat
tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar kebebasan, kurang menyadari potensi
dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya kesempatan
mengenyam pendididkan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang
“tak punya”, juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya
mengubah sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan sekitar
perumahan, lingkungan belajar, dan pergaulan bagi mereka yang datang dari desa
kekota besar. Semuanya itu mengakibatkan kaum muda menjadigelisah, bingung,
tidak pasti, dan masa depan suram.
Kemudian perkembangan aspek keagamaan anak usia sekolah menengah
memasuki masa kritis dan skeptic. Dimana mereka mulai mencari dan
mempertanyakan hal-hal bersifat rohaniah, teori ketuhanan dan mencari
kebenaran dan sebagainya.
Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia
sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk
kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Penting juga
bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompokkelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah juga
harus giat berperan mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah seperti
pramuka, PMR dll.
11
2.4
Implikasi Perilaku Apektif, Konatif, dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai
Nampak yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,
dan perwujudan diri. Reaksi emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah
sikap mulai Nampak, dan menghadapi masa krisis identitas diri. Krisis identitas
artinya bahwa jika kondisi psiko sosialnya menunjang maka akan Nampak
identitas yang positif, sebaliknya jika tidak menunjang akan tampak identitas yang
negatif.
Ada beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku afektif, konatif,
dan kepribadian, yaitu
1.
Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiata destruktif yang spontan
untuk melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak
mengetahui maksud yang sebenarnya dan tindakan-tindakannya.
2.
Ketidak mampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar
terintegrasikan dan sintesa fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar
menentukan identitas pribadinya.
2.5
Implikasi
Perkembangan
Emosi
Remaja
terhadap
Penyelenggaraan
Pendidikan.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-organ
seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang dialami
sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih dalam
dengan lawan jenis.
Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang
12
tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-temannya, perubahan
pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena
itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan
terjadi dan pasti dapat terjadi.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu diantaranya ialah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium, yaitu:
1.
Pengembangan keterampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
-
Mengungkapkan perasaan
-
Menilai intensitas perasaan
-
Mengelola perasaan
-
Menunda perasaan
-
Mengendalikan dorongan hati
-
Mengurangi stress
-
Memahami perbedaan
2.
Pengembangan keterampilan kognitif
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
-
Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
-
Belajar
menggunakan
mengambil keputusan
langkah-langkah
penyelesaian
masalah
dan
13
-
Belajar memahami sudut pandang orang lain
-
Belajar memahami sopan santun
-
Belajar bersikap positif
-
Belajar mengembangkan kesadaran diri
3.
Pengembangan keterampilan perilaku
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Mempelajari komunikasi non verbal
-
Mempelajari komunikasi verbal
-
Belajar mengembangkan kesadaran diri
-
Belajar mengambil keputusan pribadi
-
Belajar mengelola perasaan
-
Belajar menangani stress
-
Belajar merempati
-
Belaraj berkomunikasi
-
Belajar membuka diri
-
Belajar mengembangkan pemahaman
-
Belajar menerima diri sendiri
-
Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
-
Belajar mengembangkan ketegasan
-
Mempelajari dinamika kelompok
-
Belajar menyelesaikan kelompok
2.6
Implikasi Perkembangan Konsep Diri
14
Konsep diri menurut Atwater (1987) adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya.
Ada tiga bentuk tentang konsep diri menurut Atwater yaitu:
1.
Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.
2.
Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya.
3.
Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial
peserta didik. Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai
hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka.
Peserta didik yang mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya
menunjukkan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya-upaya
yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik.
2.5
Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Menurut R.J.havinghurst tugas-tugas perkembangan diartikan sebagai tugas yang
timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan menumbuhkan rasa
bahagia, serta memberikan kemudan bagi pemenuhan tugas-tugas selanjutnya.
Sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan membawa
kesukaran dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
15
Tugas-tugas ini timbul karena adanya 3 kekuatan kerja sama, yaitu:
1.
Kematangan fisik, misalnya: si A, belajar berjalan karena kemtangan otot-
otot kaki; dan si B, belajar bertingkah laku,bergaul dengan jenis kelamin yang
berbedapada masa remaja karena kematanganorgan-organ seksual.
2.
Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya: belajar membaca, belajar
menulis, belajar berhitung, dan belajar berorganisasi.
3.
Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya: memilih
pekerjaan, dan memilih teman hidup.
Jadi, tugas-tugas remaja itu harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan
membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu
remaja tersebut, yaitu:
1.
Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan
kegiatan-kegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan.
2.
Membantu remaja putra-putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya
melalui bimbingan dan konseling.
3.
Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri.
4.
Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan keinginannya, dan mmbantu siswa mendapatkan
pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem
syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga berkaitan
erat dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa yang membawa
implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting juga bagi sekolah meyediakan
sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok tersebut untuk
mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi perkembangan perilaku social,
moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya
dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja
yang positif. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya
dengan faktor-faktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan
orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-temannya, perubahan
pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena
itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan
terjadi dan pasti dapat terjadi
17
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin,2003, Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosida karya
Ali M Ansori, 2005, Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Aswin Hadis Fawzia, 1996, Perkembangan anak, jakarta.
Djamarah Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumantri. M. Nana Sayodih. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Sejak lahir, manusia merupakan kesatuan psikofisis atau psikomatis yang
terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan serta harus mendapatkan
perhatian secara seksama. Istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai
perkembangan. Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu dan organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya
(maturation)
yang
berlangsung
secara
sistematis,
progresif
dan
berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Sedangkan istilah pertumbuhan itu sendiri digunakan untuk menyatakan
perubahan-perubahan kuantitatif mengenai fisik atau biologis. Perubahan fisik
meliputi perkembangan biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi, dan hasil dari
interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara perubahan
psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu, seperti
perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Banyak karakteristik yang dimiliki masing-masing individu, antara
karakteristik peserta didik usia menengah dan peserta didik usia dewasa. Didalam
beberapa karakteristik tersebut menyebabkan implikasi-implikasi terhadap
penyelenggaraan
pendidikan. Perkembangan
fisik
dan
psikomotorik mempunyai kontribusi yang kuat terhadap
perkembangan
perkembangan
intelektual/kongnitif siswa. Rancangan pembelajaran yang konduktif akan mampu
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga dapat meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran yang diinginkan.
2
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik
2.
Bagaimana implikasi perkembangan bahasa dan perilaku psikomotorik
3.
Bagaimana implikasi perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan
4.
Bagaimana implikasi perilaku apektif, konatif, dan kepribadian
6.
Bagaimana implikasi perkembangan konsep diri
7.
Bagaimana implikasi tugas-tugas perkembangan remaja bagi pendidikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implikasi Perkembangan Fisik dan Perilaku Psikomotorik
a.
Pengertian Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
· Perkembangan Fisik
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem
syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Dalam taraf-taraf
perkembangan selanjutnya kondisi jasmaniah seseorang akan mempengaruhi
kepribadiannya. Perkembangan fisik ini mencakup aspek-aspek anatomis (struktur
tubuh) dan fisiologis (fungsional tubuh). Perkembangan fisik berlangsung
mengikuti prinsip-prinsip cepalocaudal dan prowinodestral.
· Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik merupakan perkembangan terkait dengan
perilaku motorik (koordinasi fungsional neuromuscular system) dan fungsi psikis
(kognitif, afektif dan konatif). Dua prinsip perkembangan utama yang tampak
dalam semua bentuk perilaku psikomotorik ialah bahwa perkembangan itu
berlangsung dari yang sederhana kepada yang kompleks, dan dari yang kasar dan
global (grass bodily movements) kepada yang harus dan spesifik tetapi
terkoordinasikan (finely coordinated movements).
b.
Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
1.
Karakteristik Perkembangan Fisik
a)
Perkembangan fisik pada masa kanak-kanak ditandai dengan mulai mampu
melakukan bermacam-macam gerakan dasar yang semakin baik, pertumbuhan
4
panjang kaki dan tangan secara proporsional, koordinasi gerak dan keseimbangan
berkembang dengan baik, dan ketahanan tubuh bertambah.
b)
Perkembangan fisik pada masa remaja yang paling menonjol terdapat pada
perkembangan kekuatan, ketahanan, dan organ seksual. Ditandai dengan
pertumbuhan berat dan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan tanda-tanda seksual
primer dan sekunder serta timbulnya hasrat seksual yang tinggi (masa pubertas).
c)
Perkembangan fisik pada masa dewasa ditandai dengan kemampuan fisik
menjadi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik. Pertumbuhan ukuran
tubuh yang proporsional memberikan kemampuan fisik yang kuat. Pada masa
dewasa pertumbuhan mencapai titik maksimal dan mulai berhenti.
2.
Karakteristik Perkembangan Psikomotorik
a)
Perkembangan pada masa kanak-kanak ditandai oleh beberapa hal misalnya
dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dan dapat
berjingkrak. Semakin lama mereka bisa mengontrol tindakan mereka. Untuk
perkembangan berikutnya mereka bisa makan, mandi, berpakaian sendiri,
membantu orang lain, menulis, menggambar dan lain-lain.
b)
Perkembangan
psikomotorik
pada
masa
remaja
ditandai
dengan
keterampilan psikomotorik berkembang sejalan dengan pertumbuhan ukuran
tubuh, kemampuan fisik, dan perubahan fisiologi. Kemampuan psikomotorik terus
meningkat dalam hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum,
perkembangan psikomotorik pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan karena
perkembangan psikomotorik pada perempuan akan terhenti setelah mengalami
menstruasi.
5
c)
Perkembangan psikomotorik pada masa dewasa merupakan puncak dari
seluruh perkembangan psikomotorik. Latihan merupakan hal penentu dalam
perkembangan psikomotorik. Melalui latihan yang teratur dan terprogram,
keterampilan psikomotorik akan dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Semua
sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.
c.
Perbandingan Perkembangan Fisik dan Psikomotorik antara Pria dan
Wanita
1)
Perkembangan pada Pria
a.
Fisik : lahir dengan tubuh relatif panjang, pertumbuhan tinggi lebih lama
saat praremaja dan sangat cepat saat remaja, proporsi otot lebih besar,
berkembang lebih lambat serta lebih sedikit lemak dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik : cara berjalan lebih kaku, kemampuan berlari lebih baik,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu kurang rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang menantang (olahraga berat, climbing, dll).
2)
Perkembangan pada Wanita
a.
Fisik : lahir dengan tubuh relatif lebih pendek, pertumbuhan tinggi lebih
cepat saat praremaja dan menurun saat remaja, proporsi otot lebih kecil,
berkembang lebih cepat serta memiliki lebih banyak lemak dalam tubuhnya.
b.
Psikomotorik : cara berjalan lemah gemulai, kemampuan berlari rendah,
kemampuan menulis, menggunting dan menyusun sesuatu lebih rapi, serta lebih
suka dengan kegiatan fisik yang sederhana (olahraga ringan, menari, dll)
d.
1.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
6
Faktor yang memengaruhi perkembangan fisik (motor skills) peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan, gangguan emosional,
jenis kelamin, dan kesehatan) dan faktor eksternal (lingkungan, gizi, dan status
sosial ekonomi).
2.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Psikomotorik
Faktor yang memengaruhi perkembangan psikomotorik peserta didik
dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal (keturunan/gen dari orang tua,
gangguan
emosional,
perkembangan
sistem
syaraf,
pertumbuhan
otot,
perkembangan kelenjar endokrin dan perubahan struktur tubuh) dan faktor
eksternal (pola asuh orang tua dan lingkungan).
e.
Implikasi Perkembangan Psikomotor dan Fisik Terhadap Pendidikan
Pemahaman terhadap pekembangan fisik dan psikomotorik berkaitan erat dengan
perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini dapat
membantu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan
efisien.
1.
Implikasi Pendidikan pada Anak
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka merasa tertantang
untuk melakukan hal baru. Anak-anak belajar berbuat terhadap lingkungannya
sebelum ia mampu berpikir mengenai apa yang sedang ia perbuat. Masa bermain
anak merupakan masa mereka berlatih dan mempelajari segala hal. Metode
pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan menggunakan
permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta mampu memicu
munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek
sikap dengan materi yang digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni
7
berkaitan dengan penggalian kasus atau peristiwa serta pengalaman empirik
peserta didik sebagai realitas kehidupan.
2.
Implikasi Pendidikan pada Remaja
Remaja memiliki pola pikir intuitif dan berpikir dengan mengkaitkan
pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu. Terjadi proses asimilasi yakni
penggabungan info baru dalam pengetahuan yang ada. Orientasi pendidikan
remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih
banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan
melakukan pertimbangan. Materi yang diajarkan lebih berkaitan dengan konsep
yang mengharuskan peserta didik mengerti akan suatu hal. Pendidikan
membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman
sebaya,
mencapai
peran
sosial,
mencapai
kemandirian
emosional
dan
mengembangkan kemampuan intelektual.
3.
Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa
Orang dewasa mampu menilai diri dan situasi secara realistis, mampu
menerima dan melaksanakan tanggung jawab, memiliki kemandirian (autonomi),
dapat mengontrol emosi, penerimaan sosial dan memiliki pandangan hidup. Masa
awal dewasa individu termotivasi untuk berhasil melalui perkembangan social dan
membentuk relasi. Ketidakmampuan melakukan hubungan sosial menjadikan
individu merasa terisolasi dan frustasi. Kita sudah dianggap dewasa dan kita
dituntut untuk bertanggung jawab penuh atas segala keberhasilan dan kegagalan
kita. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus
pada materi generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi
ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang dilakukan. Peserta
8
didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil kesimpulan rasional.
Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan membantu generasi muda
mengembangkan
dan
mengarahkan
kehidupan
yang
berguna
melalui
generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan
mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.
2.2
Implikasi Perkembangan Bahasa Dan Perilaku Kognitif
Pada tahap SMA, peserta didik apalagi dizaman globallisasi ini kerap
menggunakan istilah-istilah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional.
Bahasa inggris dalam kalangan sma juga merupakan ajang “keren-kerenan”. Hal
yang biasa terjadi ialah saat mereka mengungkapkan sesuatu dengan bahasa
inggris yang dipublikasikan ke social media. Sebagian mendapat respon yang
bagus namun peserta didik yang salah dalam pelafalan, arti dsb akan menjadi
cemoohan akibatnya timbul rasa kurang percaya diri dan imbasnya cenderung
tidak menyukai pelajaran bahasa inggris. Padahal, menurut Yusuf (2005:118),
bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu.
Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya, yaitu
kemampuan
membentuk
pengertian,
menyusun
pendapat,
dan
menarik
kesimpulan.
Dalam hal ini guru harus dapat meminimalisir ketidaksukaan peserta didik
terhadap pelajaran bahasa, karena pentingnya bahasa dalam perkembangan
berfikir mereka. Meskipun mereka cenderung tidak suka, namun demi
kepentingan
mereka
kedepannya
guru
hendaknya
siswa berminat terhadap mata pelajaran bahasa inggris.
mencari
cara
agar
9
Ketidaksukaan siswa dalam kasus sma ialah karena siswa belum berpikir
rasional/dewasa dalam memilih mana yang akan berguna nantinya dan cenderung
berpikir pendek, dimana saat mendapat cemoohan akan berimbas pada minat
mereka dan rasa percaya diri mereka. Guru bisa memulai dengan motivasi dalam
pelajaran bahasa inggris, seperti menceritakan pengalaman terdahulu saat belajar
bahasa inggris, atau kesalahan-kesalahan penggunaan bahasa inggris pada waktu
guru masih sma. Sehingga dapat menyembuhkan problema siswa-siswa.
Peserta didik sma ialah masa dimana mereka tumbuh penasaran terhadap
bacaan yang mengandung erotis, fantastic dan estetik. Dan mereka akan berusaha
mendapatkannya bagaimanapun caranya unutk memuaskan keinginan tersebut.
Dalam hal ini guru harus mengarahkan siswa kea rah bacaan yang positif. Jika
tidak siswa sma akan menyalurkan keinginannya kearah negative seperti
membaca majalah porno.
Perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa sma membawa
implikasi terhadap pendidikan disekolah. Guru dapat membuat kelompok belajar
untuk siswa guna mengatasi siswa-siswa lambat dan menumbuhkan intelijen
emosi mereka.
2.3
Implikasi Perilaku Sosial, Moralitas Dan Keagamaan
Dalam
kehidupan
remaja
yang
masih
mempunyai
kelabilan dalam berpikir, remaja cenderung melakukan perbuatan-perbuatan yang
justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti mengisap
ganja, mencuri. Dalam aspek pemahaman moral, Sugiyo (1995: 106) menegaskan
bahwa problematik dalam diri kaum muda sendiri umumnya berpangkal pada
penampilan psikis dan fisik, mereka berupaya menidentifikasi, mengimitasi diri
10
mereka dengan tokoh-tokoh idola mereka. Siswa yang masih serba labil dan
terbuka pada pengaruh luar yang diserap lewat media komunikasi pergaulan,
misalnya kenaifan seksualitas, upaya aktualisasi diri yang kurang mendapat
tanggapan dan pengakuan, konflik sekitar kebebasan, kurang menyadari potensi
dan mengenal diri, rasa rendah diri, kurang atau tak adanya kesempatan
mengenyam pendididkan bagi sebagian kaum muda pedesaan dan mereka yang
“tak punya”, juga pengaruh dari perkawinan dini, kurangnya kesadaran dan upaya
mengubah sistem adat yang menghambat perkembangan pribadi, kesulitan sekitar
perumahan, lingkungan belajar, dan pergaulan bagi mereka yang datang dari desa
kekota besar. Semuanya itu mengakibatkan kaum muda menjadigelisah, bingung,
tidak pasti, dan masa depan suram.
Kemudian perkembangan aspek keagamaan anak usia sekolah menengah
memasuki masa kritis dan skeptic. Dimana mereka mulai mencari dan
mempertanyakan hal-hal bersifat rohaniah, teori ketuhanan dan mencari
kebenaran dan sebagainya.
Implikasi perkembangan perilaku social, moral dan keagamaan anak usia
sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya dilaksanakan dalam bentuk
kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja yang positif. Penting juga
bagi sekolah meyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung kelompokkelompok tersebut untuk mempunyai program dan tujuan mereka. Sekolah juga
harus giat berperan mengaktifkan kegiatan-kegiatan yang ada disekolah seperti
pramuka, PMR dll.
11
2.4
Implikasi Perilaku Apektif, Konatif, dan Kepribadian
Memasuki usia sekolah menengah, ada lima kebutuhan yang mulai
Nampak yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,
dan perwujudan diri. Reaksi emosional mulai berubah-ubah, kecenderungan arah
sikap mulai Nampak, dan menghadapi masa krisis identitas diri. Krisis identitas
artinya bahwa jika kondisi psiko sosialnya menunjang maka akan Nampak
identitas yang positif, sebaliknya jika tidak menunjang akan tampak identitas yang
negatif.
Ada beberapa masalah yang menyangkut dengan perilaku afektif, konatif,
dan kepribadian, yaitu
1.
Mudah sekali digerakkan untuk melakukan kegiata destruktif yang spontan
untuk melampiaskan ketegangan institusi emosionalnya meskipun tidak
mengetahui maksud yang sebenarnya dan tindakan-tindakannya.
2.
Ketidak mampuan menegakkan kata hatinya, mengakibatkan sukar
terintegrasikan dan sintesa fungsi psiko fisiknya, dan berlanjut akan sukar
menentukan identitas pribadinya.
2.5
Implikasi
Perkembangan
Emosi
Remaja
terhadap
Penyelenggaraan
Pendidikan.
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, pertumbuhan organ-organ
seksual mempengaruhi emosi atau perasaan-perasaan baru yang dialami
sebelumnya, seperti rasa cinta, rindu dan keinginan berkenalan lebih dalam
dengan lawan jenis.
Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya dengan
faktor-faktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang
12
tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-temannya, perubahan
pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena
itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan
terjadi dan pasti dapat terjadi.
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat
mengembangkan kecerdasan emosional, salah satu diantaranya ialah dengan
menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium, yaitu:
1.
Pengembangan keterampilan emosional
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan
-
Mengungkapkan perasaan
-
Menilai intensitas perasaan
-
Mengelola perasaan
-
Menunda perasaan
-
Mengendalikan dorongan hati
-
Mengurangi stress
-
Memahami perbedaan
2.
Pengembangan keterampilan kognitif
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan
mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
-
Belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
-
Belajar
menggunakan
mengambil keputusan
langkah-langkah
penyelesaian
masalah
dan
13
-
Belajar memahami sudut pandang orang lain
-
Belajar memahami sopan santun
-
Belajar bersikap positif
-
Belajar mengembangkan kesadaran diri
3.
Pengembangan keterampilan perilaku
Cara yang dapat dilakukan adalah:
-
Mempelajari komunikasi non verbal
-
Mempelajari komunikasi verbal
-
Belajar mengembangkan kesadaran diri
-
Belajar mengambil keputusan pribadi
-
Belajar mengelola perasaan
-
Belajar menangani stress
-
Belajar merempati
-
Belaraj berkomunikasi
-
Belajar membuka diri
-
Belajar mengembangkan pemahaman
-
Belajar menerima diri sendiri
-
Belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
-
Belajar mengembangkan ketegasan
-
Mempelajari dinamika kelompok
-
Belajar menyelesaikan kelompok
2.6
Implikasi Perkembangan Konsep Diri
14
Konsep diri menurut Atwater (1987) adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya.
Ada tiga bentuk tentang konsep diri menurut Atwater yaitu:
1.
Body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri.
2.
Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang
mengenai dirinya.
3.
Social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan psikososial
peserta didik. Konsep diri memengaruhi perilaku peserta didik dan mempunyai
hubungan yang sangat menentukan proses pendidikan dan prestasi belajar mereka.
Peserta didik yang mengalami permasalahan di sekolah pada umumnya
menunjukkan tingkat konsep diri yang rendah. Oleh sebab itu, dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, guru perlu melakukan upaya-upaya
yang memungkinkan terjadinya peningkatan konsep diri peserta didik.
2.5
Implikasi Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan
Menurut R.J.havinghurst tugas-tugas perkembangan diartikan sebagai tugas yang
timbul pada suatu periode atau masa tertentu dalam kehidupan seseorang.
Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan akan menumbuhkan rasa
bahagia, serta memberikan kemudan bagi pemenuhan tugas-tugas selanjutnya.
Sedangkan kegagalan akan menimbulkan ketidakbahagiaan dan membawa
kesukaran dalam menghadapi tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
15
Tugas-tugas ini timbul karena adanya 3 kekuatan kerja sama, yaitu:
1.
Kematangan fisik, misalnya: si A, belajar berjalan karena kemtangan otot-
otot kaki; dan si B, belajar bertingkah laku,bergaul dengan jenis kelamin yang
berbedapada masa remaja karena kematanganorgan-organ seksual.
2.
Tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya: belajar membaca, belajar
menulis, belajar berhitung, dan belajar berorganisasi.
3.
Tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya: memilih
pekerjaan, dan memilih teman hidup.
Jadi, tugas-tugas remaja itu harus dapat diselesaikan dengan baik, karena akan
membawa implikasi penting bagi penyelenggaraan pendidikan dalam membantu
remaja tersebut, yaitu:
1.
Sekolah dan perguruan tinggi perlu memberikan kesempatan melaksanakan
kegiatan-kegiatan non-akademik melalui berbagai perkumpulan.
2.
Membantu remaja putra-putri yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya
melalui bimbingan dan konseling.
3.
Siswa yang lambat perkembangan jasmaninya diberi kesempatan berlomba
dalam kegiatan kelompoknya sendiri.
4.
Pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih lapangan pekerjaan yang
sesuai dengan minat dan keinginannya, dan mmbantu siswa mendapatkan
pendidikan yang bermanfaat untuk mempersiapkan diri memasuki pekerjaan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Awal dari perkembangan pribadi seseorang pada asasnya bersifat biologis.
Fisik atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang kompleks dan sangat
mengagumkan. Perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu sistem
syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur/fisik tubuh. Hal ini juga berkaitan
erat dengan perkembangan bahasa dan perilaku kognitif siswa yang membawa
implikasi terhadap pendidikan disekolah. Penting juga bagi sekolah meyediakan
sarana dan fasilitas yang mendukung kelompok-kelompok tersebut untuk
mempunyai program dan tujuan mereka.Implikasi perkembangan perilaku social,
moral dan keagamaan anak usia sekolah menengah adalah pendidikan hendaknya
dilaksanakan dalam bentuk kelompok-kelompok belajar, atau perkumpula remaja
yang positif. Pengembangan emosi peserta didik juga sangat erat kaitannya
dengan faktor-faktor perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan
orang tua, perubahan dalam hubungannya dengan teman-temannya, perubahan
pandangan luar dan perubahan dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena
itu, perbedaan individual dalam perkembangan emosi sangat dimungkinkan
terjadi dan pasti dapat terjadi
17
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin,2003, Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosida karya
Ali M Ansori, 2005, Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Aswin Hadis Fawzia, 1996, Perkembangan anak, jakarta.
Djamarah Syaiful Bahri, 2002, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sumantri. M. Nana Sayodih. 2004. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Universitas Terbuka.