Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Ibu Hamil yang Menderita Anemia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Kehamilan
2.1.1 Perubahan Fisiologis Ibu Hamil
Perubahan fisiologis kehamilan sangat proaktif, bukan reaktif, dengan fase
luteal dari setiap siklus menstruasi ovulasi 'berlatih' untuk kehamilan.
Kebanyakan perubahan kehamilan didorong secara kualitatif di tempat pada
akhir trimester pertama, hanya matang pada ukuran setelahnya.
Kehamilan normal membangkitkan respon inflamasi sistemik, yang
meliputi endothelium. Hal ini mungkin menjelaskan risiko lebih besar terkena
penyakit kardiovaskular di kemudian hari dari wanita parous dibandingkan
dengan wanita nulipara. Penanda 'stres' oksidatif meningkat secara progresif
sepanjang trimester pertama dan kedua, tetapi konsentrasi plasma dari
beberapa antioksidan endogen, seperti superoksida dismutase, naik secara
paralel. Radikal bebas superoksida yang dihasilkan melalui berbagai jalur,
termasuk plasenta, tetapi lebih merusak jika dikonversi ke peroksida radikal,
sebuah reaksi yang dikatalisis oleh zat besi bebas dalam plasma. 11
Selama kehamilan normal, hampir setiap sistem organ mengalami

perubahan anatomis dan fungsional yang dapat mengubah kriteria untuk
diagnosis penyakit dan pengobatan. Dengan demikian, pemahaman adaptasi
kehamilan ini tetap menjadi tujuan utama kebidanan, dan tanpa pengetahuan
tersebut, hampir tidak mungkin untuk memahami proses penyakit yang dapat
mengancam wanita selama kehamilan.10
Peningkatan dari volume plasma adalah penyebab anemia fisiologis pada
kehamilan. Volume plasma yang meningkat menyebabkan hematokrit,
konsentrasi hemoglobin darah, dan jumlah eritrosit di sirkulasi mengalami
penurunan tetapi tidak mengurangi jumlah absolut dari hemoglobin atau
jumlah eritrosit pada keseluruhan sirkulasi. Volume plasma mulai meningkat
dari minggu ke-6 kehamilan tetapi tidak sesuai dengan jumlah sel darah

Universitas Sumatera Utara

8

merah. Biasanya peningkatan volume plasma mencapai puncaknya pada
minggu ke-24 kehamilan tetapi bisa juga meningkat terus hingga minggu ke37 kehamilan. Pada puncaknya, volume plasma pada wanita yang hamil
adalah 40% lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang tidak hamil.
Peredaran darah pada ibu hamil dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain:
a) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b) Terjadinya hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi
retro-plasenter.
c) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut, dijumpai beberapa perubahan sirkulasi darah yaitu:
1. Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih
besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah
(hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum
darah (volume darah) bertambah sebanyak 25-30% sedangkan sel darah
merah hanya sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%.
Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak pada umur kehamilan 16
minggu. Peningkatan dari volume plasma ini adalah untuk meringankan
kerja jantung akibat curah jantung yang meningkat semasa kehamilan.
2. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah merah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat
dengan mencapai jumlah 10.000/ml. Hemodilusi yang disertai anemia
menyebabkan laju endap darah semakin tinggi dan mencapai 4 kali dari
angka normal.10

Universitas Sumatera Utara

9

Karena augmentasi plasma besar, hemoglobin konsentrasi dan hematokrit
sedikit menurun selama kehamilan. Akibatnya, kekentalan darah seluruh
menurun. Konsentrasi hemoglobin rata-rata pada jangka 12,5 g / dL, dan
sekitar 5 persen wanita, itu adalah di bawah 11,0 g / dL. Dengan demikian,
hemoglobin konsentrasi di bawah 11,0 g / dL, terutama di akhir kehamilan,
harus dianggap abnormal dan biasanya karena kekurangan zat besi daripada
hipervolemia kehamilan.10
2,2 Anemia dalam Kehamilan
2.2.1 Definisi
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit dibawah batas “normal”. Namun, nilai normal yang akurat

untuk ibu hamil sulit dipastikan karena ketiga parameter laboratorium tersebut
bervariasi selama periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemik
jika kadar hemoglobin dibawah 11 g / dL atau hematokrit kurang dari 33 %.
Namun, CDC membuat nilai batas khusus berdasarkan trimester kehamilan
(Tabel 2-1). Dalam praktik rutin, konsentrasi Hb lurang dari 11 g / dL pada
akhir trimester pertama dan < 10,5 g / dL pada trimester kedua dan ketiga
diusulkan menjadi batas bawah untuk mencari penyebab anemia dalam
kehamilan.18
Tabel 2.1.
Nilai batas anemia pada ibu hamil (CDC)

Pregnancy Trimester

Hemoglobin

Hematocrit

First

11.0


33.0

Second

10.5

32.0

Third

11.0

33.0

Universitas Sumatera Utara

10

2.2.2 Epidemiologi

Sebagian besar perempuan mengalami anemia selama kehamilan, baik di
negara maju maupun di negara berkembang, Badan Kesehatan Dunia atau
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35 – 75 % ibu
hamil di negara berkembang dan 18 % ibu hamil di negara maju mengalami
anemia. Namun, banyak diantara mereka yang telah menderita anemia pada
saat konsepsi, dengan perkiraan prevalensi sebesar 43 % pada perempuan yang
tidak hamil di negara berkembang dan 12 % di negara yang lebih maju. 18
2.2.3

Etiologi

Penyebab anemia tersering adalah defisiensi zat – zat nutrisi. Seringkali
defisiensinyabersifat multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi,
gizi buruk, atau kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun, penyebab
mendasar anemia meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak
adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan, dan
kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik. Sekitar 75 % anemia dalam kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi yang memperlihatkan gambaran eritrosit
mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab tersering kedua adalah
anemia megaloblastik yang dapat disebabkan oleh defisiensi asam folat dan

vitamin B12. Penyebab anemia lainnya yang jarang ditemui antara lain adalah
hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas zat kimia, dan keganasan. 18
2.2.4

Klasifikasi

2.2.4.1 Anemia Fisiologis
Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami
hemodelusi (pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 %
yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan
sel darah 18 % sampai 30 % dan hemoglobin sekitar 19 %.22
2.2.4.2 Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi merupakan tahap defisiensi besi yang paling parah,
yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan
saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai
hematokrit yang menurun. Pada kehamilan, kehilangan zat besi terjadi akibat

Universitas Sumatera Utara

11


pengalihan besi maternal ke janin untuk eritropoiesis, kehilangan darah pada
saat persalinan, dan laktasi yang jumlah keseluruhannya dapat mencapai 900
mg atau setara dengan 2 L darah. Oleh karena sebagian besar perempuan
mengalami kehamilan dengan cadangan besi yang rendah, maka kebutuhan
tambahan ini berakibat pada anemia defisiensi besi. 18
2.2.4.3 Defisiensi Asam Folat
Anemia tipe megaloblastik karena defisiensi asam folat merupakan
penyebab kedua terbanyak anemia defisiensi zat gizi. Anemia megaloblastik
adalah kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis DNA dan ditandai
dengan adanya sel – sel megaloblastik yang khas untuk anemia jenis ini.
Selain karena defisiensi asam folat, anemia megaloblastik juga dapat terjadi
karena defisiensi vitamin B12. Folat dan turunannya formil FH4 penting untuk
sintesis DNA yang memadai dan produksi asam amino. Kadar asam folat yang
tidak cukup dapat menyebabkan manifestasi anemia megaloblastik. 18
2.2.4.4 Anemia Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia
pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Pada keadaan ini
jumlah sel – sel darah yang diproduksi tidak memadai. Penderita mengalami
pansitopenia, yaitu keadaan dimana terjadi kekurangan sel darah merah, sel

darah putih, dan trombosit.16
2.2.4.5 Sickle – cell Anemia
Sickle – cell Anemia adalah suatu penyakit keturunan yang ditandai
dengan sel darah merah yang berbentuk sabit, kaku, dan anemia hemolitik
kronik. Pada penyakit sel sabit, sel darah merah memiliki hemoglobin yang
bentuknya abnormal, sehingga mengurangi jumlah oksigen di dalam sel dan
menyebabkan bentuk sel menjadi seperti sabit.16
2.2.5 Patofisiologi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat

Universitas Sumatera Utara

12

sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3
bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti
laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.21

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 8001000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah
merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia
kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan
sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan
zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien dengan
mudah mengalami kekurangan zat besi. 20
Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang
mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh
mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien
mengalami gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi
dan dipergunakan oleh tubuh.20
Anemia

defisiensi

besi

merupakan

manifestasi


dari

gangguan

keseimbangan zat besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak
mencukupi

kebutuhan

tubuh.

Pertama



tama

untuk

mengatasi

keseimbanganyang negatif ini tubuh menggunakan Universitas Sumatera
Utara cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu
habis barulah terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi.20
Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masingmasing berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu.
Tingkatan pertama disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan
dimana banyaknya cadangan besi yang berkurang dibawah normal namun besi
didalam sel darah merah dari jaringan tetap masih normal. Tingkatan kedua
disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi cadangan terus
berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah merah dan
jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang
besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan
namun besi dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan

Universitas Sumatera Utara

13

kurang besi dalam jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau
tidak ada sama sekali.15
2.2.6 Diagnosis Anemia pada Kehamilan
Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing,
mata berkunang – kunang, dan keluhan mual – muntah lebih hebat pada hamil
muda.22
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat digolongkan pada Tabel
2-2.
Tabel 2.2.
Hasil Pemeriksaan Hb dengan Sahli
Hemoglobin

Status Anemia

11 g / Dl

Tidak Anemia

9 – 10 g / Dl

Anemia Ringan

7 – 8 g / Dl

Anemia Sedang

< 7 g / Dl

Anemia Berat

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu
pada trimester I dan III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil
mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet
pada ibu – ibu hamil di puskesmas.22
2.2.7 Penatalaksanaan
a) Diet kaya zat besi dan nutrisi yang adekuat Penyebab utama anemia pada
ibu hamil adalah karena diet yang buruk. Perbaikan pola makan dan
kebiasaan makan yang sehat dan baik selama kehamilan akan membantu
ibu untuk mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sehingga dapat
mencegah dan mengurangi kondisi anemia.
b) Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet yang kaya
dengan zat besi. Pada dasarnya zat besi dari makanan didapat dalam dua

Universitas Sumatera Utara

14

bentuk yaitu zat besi heme (yang didapati pada hati, daging, ikan) dan zat
besi non heme (yang didapati pada padi-padian, buncis, kacang polong
yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau seperti bayam,
daun ubi dan kangkung). Zat besi heme menyumbangkan hanya sejumlah
kecil zat besi (sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap
dengan baik dimana 10-35% yang di makan akan masuk kedalam aliran
darah. Zat besi non heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
merupakan bagian terbesar yang dikonsumsi sehari-hari, namun tidak
diserap dengan baik yaitu hanya sekitar 2-8%.
c) Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh dan kopi
sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C
seperti buah-buahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan
penyerapan zat besi.20
d) Pemberian zat besi oral Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada
ibu hamil adalah fero sulfat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian
terapi zat besi oral ini tidak hanya untuk mencapai nilai hemoglobin yang
normal tetapi juga memperbaiki cadangan besi didalam tubuh. Sebelum
dilakukan pengobatan harus dilakukan pengiraan terlebih dahulu jumlah
zat besi yang dibutuhkan. Pemberian zat besi oral ini juga memberikan
efek samping berupa konstipasi, berak hitam, mual dan muntah.20
e) Pemberian zat besi par-enteral Metode sederhana 250 mg besi elemental
sebanding dengan 1 gram Hb. Pemberian zat besi secara parenteral jarang
dilakukan karena mempunyai efek samping yang banyak seperti nyeri,
inflamasi, phlebitis, demam, atralgia, hipotensi, dan reaksi anafilaktik.
Indikasi dari pemberian secara parenteral adalah anemia defisiensi besi
berat, mempunyai efek samping pada pemberian oral atau mengalami
gangguan absorbsi. Pemberiannya dapat diberikan secara intramuskular
maupun secara intravena.20
Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 8001000 mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah
merah yang membutuhkan 300-400 mg zat besi dan apabila mencapai puncak

Universitas Sumatera Utara

15

pada usia kehamilan 32 minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200
mg dan sekitar 190 mg terbuang selama melahirkan. Dengan demikian jika
cadangan zat besi sebelum kehamilan berkurang maka pada saat hamil pasien
dengan mudah mengalami kekurangan zat besi.20
2.2.8 Pengaruh Anemia dalam Kejadian BBLR
Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, dan terkena penyakit infeksi.19 Resiko meninggal dalam proses
persalinan 3,6 kali lebih besar disbanding ibu hamil yang tidak anemia 20
terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari beberapa penelitian di Asia
disimpulkan bahwa anemia memberikan kontribusi minimal 23% dari total
kematian ibu di Asia.19
Pada saat proses persalinan, masalah yang timbul adalah persalinan
sebelum waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan dengan operasi
cenderung meningkat.19
Akibat anemia pada kehamilan dapat terjadi gangguan gangguan janin
dalam bentuk: abortus, kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi,
berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,
bayi mudah mendapat infeksi, dan intelegensia rendah.22
Anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin.
Akibat yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian
neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan rendah (BBLR).19
Hal penelitian Lubis pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl dan anemia
berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR. Namun
untuk melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil
analisa multivariate dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan
sebelumnya menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat
memperoleh resiko untuk melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding
dengan yang tidak penderita anemia berat.19

Universitas Sumatera Utara

16

Lee tentang status besi dan dihubungkan dengan hasil kehamilan pada
wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang
kadar Hb rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur, berat
badan dan nilai APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan ibu yang memiliki tingkat Hb yang tinggi. 15
Masalah BBLR terkait dengan anemia ibu hamil (kadar Hb < 11 gr %) dan
kurang energi kronis atau KEK yang menggambarkan kekurangan pangan
dalam jumlah maupun kualitasnya. Data yang ada saat ini memperlihatkan
bahwa status kesehatan anak di Indonesia merupakan masalah. 153.681 bayi
meninggal setiap tahun. Itu berarti setiap harinya ada 412 orang bayi
meninggal sama dengan dua orang bayi meninggal setiap menit. Lima puluh
empat persen penyebab kematian bayi adalah latar belakang gizi.25
2.3 Berat Bayi Baru Lahir
2.3.1 Pertumbuhan Berat Bayi Baru Lahir
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial
pertumbuhan, diferensiasi, dam maturasi. Jaringan sel yang ditentukan oleh
kemampuan substrak oleh ibu. Transfer substrak melalui plasenta dan potensi
pertumbuhan janin oleh yang dikembalikan oleh genon.12
Taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan
janin apakah normal atau tidak. Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase
pertumbuhan sel yang berurutan, fase awal hyperplasia terjadi selama 16
minggu pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase
kedua yang berlangsung sampai minggu ke 32 meliputi hyperplasia dan
hipertropisel. Setelah usia gestasi 32 minggu pertumbuhan janin berlangsung
melalui hipertropisel dan pada fase inilah sebagian besar deposisi lemak dan
glikogen terjadi, laju pertumbuhan janin yang setara selama 3 fase
pertumbuhan sel ini adalah dari 5 gr/hari pada usia 15 minggu, 15 – 20 gr/hari
pada minggu ke 24 dan 30 – 35 gr/hari pada gestasi 34 minggu.12
Karakteristik bayi berat badan lahir empiris > 4.000 gram, berat badan
lahir normal >2.500 gram, berat badan lahir rendah 1.500 – 2.500 gram dan
berat badan lahir sangat rendah 4000 gram.13
Klasifikasi bayi menurut umur kehamilan dibagi dalam 3 kelompok yaitu
bayi kurang bulan adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari), bayi cukup bulan adalah bayi dengan masa kehamilan dari 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259 -293 hari), dan bayi lebih bulan adalah
bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.13 Dari pengertian di
atas maka bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
Prematur murni dan Dismaturitas.
1. Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk

Universitas Sumatera Utara

18

masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan. Penyebabnya berasal dari berbagai faktor ibu, faktor janin
maupun faktor lingkungan.
2.

Dismaturitas atau kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa kehamilan.
Hal ini karena janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK).
Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam pengelolaannya

karena mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi,
kesukaran mengatur nafas tubuh sehingga mudah untuk menderita hipotermia.
Selain itu bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang
komplikasi tertentu seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan
kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan
kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan
angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir
cukup.24
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor melalui
suatu proses yang berlangsung selama berada dalam kandungan. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi berat bayi lahir adalah sebagai berikut :
1. Faktor Lingkungan Internal yaitu meliputi umur ibu, jarak kelahiran,
paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil, pemeriksaan kehamilan,
dan penyakit pada saat kehamilan.
2. Faktor Lingkungan Eksternal yaitu meliputi kondisi lingkungan, asupan
zat gizi dan tingkat sosial ekonomi ibu hamil.
3. Faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan frekuensi
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC).
Faktor yang secara langsung atau internal mempengaruhi berat bayi lahir
antara lain sebagai berikut :
1. Usia Ibu hamil Umur ibu erat kaitannya dengan berat bayi lahir.
Kehamilan dibawah umur 16 tahun merupakan kehamilan berisiko tinggi,

Universitas Sumatera Utara

19

2-4 kali lebih tinggi di bandingkan dengan kehamilan pada wanita yang
cukup umur. Pada umur yang masih muda, perkembangan organ-organ
reproduksi dan fungsi fisiologinya belum optimal. Selain itu emosi dan
kejiwaannya belum cukup matang, sehingga pada saat kehamilan ibu
tersebut belum dapat menanggapi kehamilannya secara sempurna dan
sering terjadi komplikasi. Selain itu semakin muda usia ibu hamil, maka
akan terjadi bahaya bayi lahir kurang bulan, perdarahan dan bayi lahir
ringan.14
Meski kehamilan dibawah umur sangat berisiko tetapi kehamilan
diatas usia 35 tahun juga tidak dianjurkan karena sangat berbahaya.
Mengingat mulai usia ini sering muncul penyakit seperti hipertensi, tumor
jinak peranakan, organ kandungan sudah menua dan jalan lahir telah kaku.
Kesulitan dan bahaya yang akan terjadi pada kehamilan diatas usia 35
tahun ini adalah preeklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan, persalinan
tidak lancar dan berat bayi lahir rendah. 14
2. Jarak Kehamilan/Kelahiran
Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi keluarga
berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih,
kerena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum
cukup

untuk

memulihkan

kondisi

tubuhnya

setelah

melahirkan

sebelumnya. Ini merupakan salah satu faktor penyebab kelemahan dan
kematian ibu serta bayi yang dilahirkan. Risiko proses reproduksi dapat
ditekan apabila jarak minimal antara kelahiran 2 tahun. 14
3. Paritas
Paritas

secara

luas

mencakup

gravida/jumlah

kehamilan,

prematur/jumlah kelahiran, dan abortus/jumlah keguguran. Sedang dalam
arti khusus yaitu jumlah atau banyaknya anak yang dilahirkan. Paritas
dikatakan tinggi bila seorang ibu/wanita melahirkan anak ke empat atau
lebih. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga anak dan terjadi
kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun, sering

Universitas Sumatera Utara

20

mengalami kurang darah (anemia), terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
letak bayi sungsang ataupun melintang.
4. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi
yang dilahirkan. Menurut Sarwono, seorang ibu hamil dikatakan menderita
anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 12 gr/dl.18 Data Depkes RI,
diketahui bahwa 24,5% ibu hamil menderita anemia. Anemia pada ibu
hamil akan menambah risiko mendapatkan bayi berat lahir rendah
(BBLR), risiko perdarahan sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayinya, jika ibu hamil tersebut menderita
anemia berat.9 Hal ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi
akan oksigen pada plasenta yang akan berpengaruh pada fungsi plasenta
terhadap janin.
5. Status Gizi Ibu Hamil
Menurut Sunita Almatsier (2004), status gizi dapat diartikan sebagai
keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat
gizi. Berdasarkan pengertian diatas status gizi ibu hamil berarti keadaan
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi sewaktu
hamil. Status gizi ibu pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.23
Selain itu gizi ibu hamil menentukan berat bayi yang dilahirkan, maka
pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan. Pengukuran
antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu
hamil. Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan
adalah kenaikan berat badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas
(LLA) selama kehamilan.17
Sebagai ukuran sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil
bisa di lihat dari kenaikan berat badannya. Ibu yang kurus dan selama
kehamilan disertai penambahan berat badan yang rendah atau turun sampai
10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi dengan

Universitas Sumatera Utara

21

BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan
berkisar 11-12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil.9
Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA) adalah antropometri yang dapat
menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk mengetahui
resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang
memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko
melahirkan bayi BBLR.9 Pengukuran LLA lebih praktis untuk mengetahui
status gizi ibu hamil karena alat ukurnya sederhana dan mudah dibawa
kemana saja, dan dapat dipakai untuk ibu dengan kenaikan berat badan
yang ekstrim.
6. Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan

kehamilan

bertujuan

untuk

mengenal

dan

mengidentifikasi masalah yang timbul selama kehamilan, sehingga
kesehatan selama ibu hamil dapat terpelihara dan yang terpenting ibu dan
bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat persalinan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan agar kita dapat segera mengetahui
apabila terjadi gangguan / kelainan pada ibu hamil dan bayi yang
dikandung, sehingga dapat segera ditolong tenaga kesehatan.9
Menurut Sarwono, pemeriksaan kehamilan dilakukan setelah terlambat
haid sekurang-kurangnya 1 bulan, dan setelah kehamilan harus dilakukan
pemeriksaan secara berkala, yaitu :
a. Setiap 4 minggu sekali selama kehamilan 28 minggu
b. Setiap 2 minggu sekali selama kehamilan 28 – 36 minggu
c. Setiap minggu atau satu kali seminggu selama kehamilan 36 minggu
sampai masa melahirkan.
Selain dari waktu yang telah ditentukan di atas ibu harus memeriksakan
diri apabila terdapat keluhan lain yang merupakan kelainan yang
ditemukan.
7. Penyakit Saat Kehamilan
Penyakit pada saat kehamilan yang dapat mempengaruhi berat bayi
lahir diantaranya adalah Diabetes melitus (DM), cacar air, dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

22

infeksi TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes).
Penyakit DM adalah suatu penyakit dimana badan tidak sanggup
menggunakan gula sebagaimana mestinya, penyebabnya adalah pankreas
tidak cukup memproduksi insulin/tidak dapat menggunakan insulin yang
ada. Bahaya yang timbul akibat DM diantaranya adalah bagi ibu hamil
bisa mengalami keguguran, persalinan prematur, bayi lahir mati, bayi mati
setelah lahir (kematian perinatal) karena bayi yang dilahirkan terlalu besar
lebih dari 4000 gram dan kelainan bawaan pada bayi.14
Penyakit infeksi TORCH adalah suatu istilah jenis penyakit infeksi
yaitu Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpes. Keempat jenis
penyakit ini sama bahayanya bagi ibu hamil yaitu dapat menganggu janin
yang dikandungnya. Bayi yang dikandung tersebut mungkin akan terkena
katarak mata, tuli, Hypoplasia (gangguan pertumbuhan organ tubuh seperti
jantung, paru-paru, dan limpa). Bisa juga mengakibatkan berat bayi tidak
normal, keterbelakangan mental, hepatitis, radang selaput otak, radang iris
mata, dan beberapa jenis penyakit lainnya.18
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat bayi lahir secara tidak
langsung/eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor lingkungan yang meliputi kebersihan dan kesehatan lingkungan
serta ketinggian tempat tinggal.
2. Faktor ekonomi dan sosial meliputi jenis pekerjaan, tingkat pendidikan dan
pengetahuan ibu hamil

Universitas Sumatera Utara