Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah pada Ibu yang Menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Annisa Zuliana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Sei Suka Deras Dusun II / 20 Mei 1995

Warna Negara : Indonesia

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jln. Karya Jaya Gang Karya Ikhlas II No. 5 Medan Nomor Handphone : 081367665897

Email : annisazuliana2005@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Mitra Inalum (2000-2001) 2. SD Negeri 1 Sei Suka (2001-2007) 3. SMP Negeri 1 Sei Suka (2007-2010)


(2)

4. SMA Swasta Al-Azhar Medan (2010-2013)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013

3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support TBM FK USU 2014 Riwayat Kepanitiaan :

1. Panitia Try Out SBMPTN FK USU 2014 2. Panitia Try Out SBMPTN FK USU 2016 3. Panitia PKKMB FK USU 2016

4. Panitia IMO FK USU 2014

5. Panitia PM AKBAR FK USU 2015 6. Panitia PM AKBAR FK USU 2016


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

LAMPIRAN 7

DATA INDUK PENELITIAN

No Nama Usia Proses Lahir Jenis Kelamin

BB Bayi

Preeklampsia

1. Sri

Andriyani

36 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 3200 Preeklampsia

2. Supriana 32 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 3560 Tidak Preeklampsia

3. Lumayan

Sihombing

39 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2820 Tidak Preeklampsia

4. Dewi Safitri 34 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1300 Tidak Preeklampsia

5. Endang

Syafitri

41 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 400 Preeklampsia

6. Leli 29 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1700 Preeklampsia

7. Riama Br. Siahaan

35 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1235 Preeklampsia

8. Rita 35 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2100 Preeklampsia

9. Diana

Sitompul

37 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 1200 Preeklampsia

10. Suryani

Situmorang

40 Single Spontaneous


(9)

Delivery 11. Imelda

Sihombing

27 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2925 Tidak Preeklampsia

12. Madong

Lubis

30 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1900 Preeklampsia

13. Lindawati 21 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 900 Tidak Preeklampsia

14. Ratna Dewi 19 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2070 Preeklampsia

15. Siska

Warsito

22 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2850 Preeklampsia

16. Nopika Sari 23 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2600 Tidak Preeklampsia

17. Leonarti

Hutagalung

30 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2135 Preeklampsia

18. Delvianti 30 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2500 Preeklampsia

19. Henny 28 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1200 Tidak Preeklampsia

20. Devi Ernalina Purba

36 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3330 Tidak Preeklampsia

21. Sylvi 24 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3400 Tidak Preeklampsia

22. Novita Sari 23 Single Spontaneous


(10)

Delivery 23. Gongga

Sari

Harahap

21 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2800 Tidak Preeklampsia

24. Sari

Cahyana

37 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 700 Preeklampsia

25. Nurlince

Gultom

42 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 1450 Preeklampsia

26. Saliani 23 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3700 Tidak Preeklampsia

27. Ropinna

Pasaribu

43 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2300 Preeklampsia

28. Juliana

Friska

30 Sectio Caesarean

Perempuan 3900 Tidak Preeklampsia

29. Herianti 21 Sectio Caesarean

Perempuan 3460 Tidak Preeklampsia

30. Nurhayati Padang

37 Sectio Caesarean

laki-laki 2170 Preeklampsia

31. Emilianti 29 Sectio Caesarean

Perempuan 3000 Tidak Preeklampsia

32. Rosanta 26 Single Spontaneous Delivery

Perempuan 2940 Tidak Preeklampsia

33. Naomi

Junita

26 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3200 Tidak Preeklampsia

34. Ngatinem 52 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3225 Preeklampsia

35. Mentari 21 Sectio Caesarean


(11)

36. Elvi

Kesuma

26 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 1380 Preeklampsia

37. Ira Fika

Dewi

29 Sectio Caesarean

laki-laki 1840 Preeklampsia

38. Erlina

Surmayanti

20 Sectio Caesarean

Perempuan 2200 Preeklampsia

39. Nur Sani 22 Sectio Caesarean

laki-laki 3300 Tidak Preeklampsia

40. Ubat 36 Sectio Caesarean

laki-laki 2750 Preeklampsia

41. Baskita 40 Sectio Caesarean

laki-laki 1750 Preeklampsia

42. Junaidah 31 Sectio Caesarean

laki-laki 4500 Tidak Preeklampsia

43. Siti

Doloksaribu

28 Sectio Caesarean

laki-laki 4020 Tidak Preeklampsia

44. Bonita

Julaika

33 Sectio Caesarean

laki-laki 2030 Preeklampsia

45. Citra Dewi 25 Sectio Caesarean

Perempuan 3020 Tidak Preeklampsia

46. Sri

Wahyuni

34 Sectio Caesarean

laki-laki 2600 Tidak Preeklampsia

47. Maulita

Siregar

32 Sectio Caesarean

laki-laki 2700 Tidak Preeklampsia

48. Herlina

Habeahan

32 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2500 Tidak Preeklampsia

49. Siti Aminah Hasibuan

27 Sectio Caesarean

Perempuan 1700 Preeklampsia

50. Mondesiy 22 Sectio Caesarean

Perempuan 2950 Preeklampsia

51. Nursawani 40 Sectio Caesarean


(12)

52. Risma

Sembiring

36 Sectio Caesarean

Perempuan 3100 Tidak Preeklampsia

53. Dewi

Aprilia

25 Sectio Caesarean

laki-laki 1200 Preeklampsia

54. Susi

Erawati

25 Sectio Caesarean

Perempuan 3800 Preeklampsia

55. Masdaria 36 Sectio Caesarean

laki-laki 1500 Preeklampsia

56. Jelida

Sinaga

29 Sectio Caesarean

laki-laki 2950 Tidak Preeklampsia

57. Eferida Br Ginting

30 Sectio Caesarean

Perempuan 1840 Preeklampsia

58. Dina

Mariana

27 Sectio Caesarean

laki-laki 1100 Preeklampsia

59. Dwi

Anggraini

16 Sectio Caesarean

perempuan 2360 Preeklampsia

60. Emi Yetti 33 Sectio Caesarean

perempuan 1720 Tidak Preeklampsia

61. Fitriani

Tanjung

35 Sectio Caesarean

perempuan 3500 Preeklampsia

62. Sri Murni 25 Sectio Caesarean

laki-laki 4000 Tidak Preeklampsia

63. Yusmawati 35 Sectio Caesarean

laki-laki 2140 Preeklampsia

64. Nurlela 35 Sectio Caesarean

perempuan 3000 Preeklampsia

65. Ira

Anastasia

27 Sectio Caesarean

perempuan 2750 Tidak Preeklampsia

66. Asriani

Saputri

20 Single Spontaneous Delivery

perempuan 1300 Preeklampsia

67. Kesuma Indriyani Lubis

41 Sectio Caesarean


(13)

68. Wulan

Syafitri

20 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 1500 Preeklampsia

69. Lisma Dewi Indah

19 Sectio Caesarean

perempuan 2000 Preeklampsia

70. Nurhayati Giawa

34 Sectio Caesarean

perempuan 2490 Tidak Preeklampsia

71. Kamsiana Br. S

28 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2800 Tidak Preeklampsia

72. Mawarni Br.

Simanjunta k

38 Sectio Caesarean

perempuan 2400 Tidak Preeklampsia

73. Morina Br. Sinulingga

31 Sectio Caesarean

perempuan 2100 Tidak Preeklampsia

74. Tesalonika 24 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 2900 Tidak Preeklampsia

75. Rahmatin Nima

27 Single Spontaneous Delivery

laki-laki 3000 Tidak Preeklampsia

76. Fithry

Lusiana

34 Sectio Caesarean

laki-laki 2850 Preeklampsia

77. Endang

Wijayanti

27 Single Spontaneous Delivery

perempuan 2800 Tidak Preeklampsia

78. Mailida Br. Ketaren

32 Sectio Caesarean

laki-laki 3970 Tidak Preeklampsia

79. Ernawati 26 Sectio Caesarean

laki-laki 3000 Tidak Preeklampsia

80. Asimar

Sinaga

42 Sectio Caesarean

perempuan 3200 Preeklampsia

81. Jumron

Wirawati

21 Single Spontaneous


(14)

Delivery 82. Ismahwati 37 Sectio

Caesarean

perempuan 2600 Tidak Preeklampsia

83. Lince

Handayani

31 Single Spontaneous Delivery


(15)

LAMPIRAN 8

tekanandarah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Preeklampsia 29 34.9 34.9 34.9

Tidak Preeklampsia 54 65.1 65.1 100.0

Total 83 100.0 100.0

bbkel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid BBLR 36 43.4 43.4 43.4

Normal 47 56.6 56.6 100.0

Total 83 100.0 100.0

bbkel * tekanandarah Crosstabulation

tekanandarah

Total Preeklampsia

Tidak Preeklampsia

bbkel BBLR Count 17 19 36

% within tekanandarah 58.6% 35.2% 43.4%

Normal Count 12 35 47

% within tekanandarah 41.4% 64.8% 56.6%

Total Count 29 54 83


(16)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 4.219a 1 .040

Continuity Correctionb 3.319 1 .068

Likelihood Ratio 4.217 1 .040

Fisher's Exact Test .062 .034

Linear-by-Linear Association 4.168 1 .041

N of Valid Cases 83

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,58.

b. Computed only for a 2x2 table

Antenatal Care BBLR BBLN Total

Teratur

3 6 9

8.3% 12.7% 10.8%

Tidak Teratur

33 41 74

91.7% 87.3% 89.2%

Total

36 47 83


(17)

antenatalcare

Antenatal Care Total

Teratur

9

10.8%

Tidak Teratur

74

89.2%

Total

83


(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.

2. Sastrawinata S. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012.

3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2014.

4. Dinkes Sumut, 2011. Bab 1-2.pdf (Secured). Bab-II LandasanVeteran http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/ 4S1 kedokteran/207311168/Bab%201. pdf. Diakses 16 Maret 2013.

5. Lukito JS, Dewi P. Gambaran Histopatologi Arteri Spiralis Alas Plasenta pada Preeklampsi/Eklampsia dan Kehamilan Normotensif. Majalah Kedokteran Nusantara. 2007; 40(3) : 173-179

6. Kementerian Kesehatan RI, 2015, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014 (online) ( http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf, diakses 23 April 2016)

7. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012, Profil Kesehatan Sumatera Utara, (online) (http://www.depkes.go.id, diakses 23 April 2016)

8. Prawirohardjo, S. ,2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta

9. National Institute for Health on Clinical Excellence (NICE). Hypertension in Pregnancy: The Management of Hypertensive Disorders During Pregnancy. United Kingdom : National Institute for Health and Clinical Excellence; 2010 10. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012, Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta.


(19)

11. Proverawati, A. 2010.BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). NuhaMedika, Yogyakarta.Nuha Medika.

12. Benson, P & Pernoll.2010. Buku saku Obsetry Gynecology William.EGC, Jakarta.

13.Mulyawan, Henry. 2009. Gambaran kejadian BBLR, www. Lontar.UI.ac.id . Jakarta. Diakses pada tanggal 14 November 2013.

14. Surasmi, Asrining. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC, Jakarta (11)

15. Cunningham, FG, et al 2010, Williams Obstetrics 23rd ed, Jakarta: EGC. p. 741-763

16. Campbell N.A Mitchell LG. Reece JB, Taylor MR, Simon EJ, 2006. Biology, 5th ed, Benjamin Cummings Publishing Company, inc.,Redword City, England. 17. Wiknjosastro, H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

18 Wibowo B. & Rachimhadhi T. 1997, Ilmu Kebidanan; Pre-eklampsia dan Eklampsia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta

19. Indriani Nanien. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan preeclampsia / eklampsia pada ibu bersalin di RSUD Kardina Kota Tegal.

20. Proverawati A, Ismawati C. Berat Badan Lahir Rendah edisi 1. Yogyakarta : Nuha Medika 2010 p. 1-2,31-35

21. Pantiawati I. Bayi dengan BBLR edisi 1. Yogyakarta : Nuha Medika 2010 p. 3, 53-54

22. Staf Pengajar IKA FK UI. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : IKA FK UI 2007 p. 1052-1056


(20)

Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

24. Ariani,R. Hubungan Preeklampsia dengan Bayi Berat Lahir Rendah 2009, diakses 13 JUNI 2016 (www.repository.usu.ac.id)

25. Ningsih LS, Duarsa ABS. Hubungan Preeklampsia dalam Kehamilan dengan Kejadian BBLR DI RSUD JENDRAL AHMAD YANI 2011. p.35

26. Kurniawati L. Hubungan Preeklampsia dengan Kelahiran BBLR 2010

27. Prodi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung, Jurnal Ilmiah Ilmu Kebidanan Edisi 3, Vol 1, Prodi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung ; 2013 28. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta TIM 2010

29. Nurliawati, Jurnal Hubungan antara Preeklampsia dengan Berat Bayi Lahir Rendah di RSU DR. SOEKARDJO ; 2014

30. Padmawati R, Hapitria P, Fitriani N, Jurnal Hubungan antara Preeklampsia dengan Berat Badan Lahir Bayi ; 2013

31. Rachmawati F N, Journal The Relation Between Preeclampsia with Low Bierth Weight Incident.


(21)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Teori

Ibu Hamil

Pengaruh pada bayi : 1. Retardasi

Pertumbuhan Janin 2. Kematian Janin 3. Insufisiensi

Plasenta 4. Hipoksia 5. BBLR

Preeklampsia (-) Preeklampsia

Berat Bayi Lahir

BBLR < 2.500 gram

BBLN ≥ 2.500 gram Faktor Ibu :

1. Umur Kehamilan 2. Paritas

3. Penyakit 4. Pendidikan 5. Antenatal Care


(22)

3.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan berat bayi lahir rendah pada ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak menederita preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015. Maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Independen Variabel Dependen

3.3 Hipotesis

Hipotesis Alternatif (Ha) umtuk penelitian ini adalah terdapat hubungan di antara bayi berat lahir rendah dengan ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak menderita preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(23)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik untuk melihat hubungan pada ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak menderita preeklampsia dengan terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Desain penelitian ini adalah cross sectional, dimana akan dilakukan pengumpulan data berdasarkan hasil rekam medis ibu yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Peneliti akan mencari hubungan antara variabel independen (faktor risiko) dengan variabel dependen (efek) dimana dalam penelitian ini variabel independen adalah status kesehatan ibu, apakah ibu tersebut menderita preeklampsia atau tidak menderita preeklampsia, dan variabel dependennya adalah berat bayi lahir rendah (BBLR). 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan karena rumah sakit ini merupakan pusat rujukan sehingga banyak kasus yang dapat diperhitungkan dan dapat mewakilkan kasus preeklampsia yang melahirkan BBLR di daerah Sumatera Utara dan sekitarnya.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang melahirkan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015.

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu


(24)

hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan:

a) kriteria inklusi = ibu hamil melahirkan yang tercatat tekanan darahnya dan tanpa adanya penyakit pada kehamilan kecuali preeklampsia

b) kriteria eksklusi = ibu hamil melahirkan tetapi tidak tercatat tekanan darahnya dan adanya penyakit pada kehamilan selain preeklampsia

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari rekam medis departemen Obstetri dan Ginekologi di RSUP H. Adam Malik Medan. Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang diperoleh akan dikirim ke bagian diklat (RSUP Haji Adam Malik). Setelah mendapat izin peneliti mengumpulkan data penelitian. Cara pengambilan data dengan menggunakan rekam medis ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan dan mencatat nomor rekam medis, umur, status paritas, pekerjaan, riwayat preeklampsia dan berat bayi yang dilahirkan.

4.5 Definisi Operasional 4.5.1 Tekanan darah Ibu hamil

Definisi : Tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis

Hasil ukur : - Tekanan darah tinggi (Hipertensi) >140 / > 90 mmHg - Tekanan darah normal <120 / <80 mmHg


(25)

4.5.2 Berat badan lahir

Definisi : Berat badan yang diukur dalam 24 jam setelah kelahiran Alat ukur : Rekam medis

Cara ukur : Mengambil data dari rekam medis

Hasil ukur : - Berat bayi lahir rendah (BBLR) < 2500 gram - Berat bayi lahir normal (BBLN) ≥ 2500 gram Skala ukur : Ordinal

4.6 Metode Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulannya. Adapun data dianalisis dengan menggunakan teknik komputerisasi SPSS. Pengolahan dan Analisis univariat digunakan untuk mengetahui tekanan darah pada ibu hamil dan bayi berat lahir rendah di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan menggambarkan masing-masing variabel independen dan variabel dependen yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk menilai hubungan antara kedua variabel (tekanan darah dengan berat bayi lahir rendah) di RSUP Haji Adam Malik Medan.

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (X2).


(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini diambil pada bulan Oktober 2016 di RSUP H. Adam Malik Medan. Sampel pada penelitian ini berjumlahkan 83 rekam medis. Berdasarkan data-data rekam medis yang telah dikumpulkan dan dianalisis, maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini. 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitan

RSUP Haji Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. Rumah sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Presiden RI, H.Soeharto. RSUP Haji Adam Malik ini beralamat di Jalan Bunga Lau No.17, Medan yang terletak di Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP Haji Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak ± 1 km dari Jalan Jamin Ginting yang merupakan jalan raya menuju ke arah Brastagi. Di sekeliling area RSUP Haji Adam Malik terdapat tempat-tempat seperti toko buah, warung ataupun rumah makan, apotek, toko fotokopi sehingga berguna dan memudahkan bagi para pengunjung rumah sakit untuk menjenguk pesakit, para pegawai ataupun mahasiswa yang berada di RSUP Haji Adam Malik.

Pada mula didirikan, RSUP Haji Adam Malik merupakan Rumah Sakit Umum Kelas A di Medan. Namun, nama rumah sakit ini mengalami perubahan yang pada mulanya bernama Rumah Sakit Umum Kelas A menjadi Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik. Perubahan nama rumah sakit ini berdasarkan pada keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.775/MENKES/SK/IX/1992 disebabkan karena perlunya pencantuman nama Pahlawan Nasional sebagai nama rumah sakit umum pemerintah yang merupakan bagian daripada penghargaan dan kebanggaan rakyat Indonesia.


(27)

RSUP Haji Adam Malik termasuk dalam kategori rumah sakit bahagian A, yaitu Rumah Sakit Umum Kelas A yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesialis dasar, 5 spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain dan 13 subspesialis dan RSUP Haji Adam Malik memiliki semua dari persyaratan di atas.

Rumah Sakit Haji Adam Malik juga telah ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991 dan secara resmi sebagai Pusat Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang dipindahkan ke RSUP Haji Adam Malik pada tanggal 11 Januari 1993. Dengan ditetapkan RSUP Haji Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik oleh calon dokter dan pendidikan keahlian calon dokter spesialis.

5.1.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Individu

Setelah dilakukan analisis menggunakan SPSS, maka didapatkan tekanan darah ibu berada pada nilai normal di mana nilai tekanan darah 120/80 mmHg yaitu sebanyak 54 orang ibu sementara untuk berat badan bayi yang dilahirkan, rata-ratanya juga berada pada nilai yang normal yaitu lahir dengan berat di atas 2500 g hingga 4000 g yaitu sebanyak 47 orang bayi.

Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel bebas dan variabel terikat dilakukan analisa univariat dan dapat dilihat sebagai berikut :

a. Distribusi Tekanan Darah Ibu

Untuk melihat distribusi tekanan darah ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(28)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nilai Tekanan Darah Ibu di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

Preeklampsia Jumlah Persen

Ya 29 34.9

Tidak 54 65.1

Total 83 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 yang mengalami preeklampsia sebanyak 29 orang (34,9,%) dan yang tidak menderita preeklampsia sebanyak 54 orang (65,1%).

b. Distribusi Berat Lahir Bayi

Untuk melihat distribusi berat badan bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Lahir Bayi di RUSP H. Adam Malik medan Tahun 2015

Frekuensi Persen

BBLR 36 43.4

Normal 47 56.6

Total 83 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bayi yang dilahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 yang terbanyak adalah bayi BBLN (≥2500 g) yaitu sebanyak 47 orang (56,6%) dan bayi BBLR (<2500 g) sebanyak 36 orang (43,4%).


(29)

c. Distribusi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Untuk melihat distribusi berat badan lahir rendah yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Lahir Rendah RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

BBLR 17 19 36

47.2% 52.8% 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat dari 36 orang bayi berat badan lahir rendah (BBLR), 17 daripadanya yaitu sebanyak 47,2% lahir daripada ibu hamil yang menderita preeklampsia dan 19 lagi yaitu sebanyak 52,8% lahir daripada ibu hamil yang tidak menderita preeklampsia.

d. Distribusi Antenatal Care

Untuk melihat distribusi Antenatal Care di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care

Antenatal Care Total

Teratur

9 10.8%

Tidak Teratur

74 89.2%

Total

83 100%


(30)

Dari tabel diatas memprelihatkan bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2015 berjumlah 83 orang, dimana diantaranya terdapat 74 orang (89.2%) tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 9 orang (10.8%) teratur menjalani Antenatal Care.

e. Distribusi Antenatal Care dengan Preeklampsia

Untuk melihat distribusi Antenatal Care dengan jumlah Preeklampsia pada ibu hamil di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care dengan Preeklampsia

Antenatal Care PE Tidak PE Total

Teratur

2 7 9

6.8% 12.9% 10.8%

Tidak Teratur

27 47 74

93.2% 87.1% 89.2%

Total

29 54 83

100% 100% 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat dari 29 orang ibu preeklampsia, 27 daripadanya yaitu sebanyak 93.2% terdapat pada ibu hamil yang tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 2 lagi yaitu sebanyak 6.8%% terdapat pada ibu hamil yang teratur menjalani Antenatal Care.

f. Distribusi Antenatal Care dengan Berat Bayi Lahir

Untuk melihat distribusi Antenatal Care dengan jumlah Berat Bayi Lahir di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(31)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care dengan Berat Bayi Lahir

Antenatal Care BBLR BBLN Total

Teratur

3 6 9

8.3% 12.7% 10.8%

Tidak Teratur

33 41 74

91.7% 87.3% 89.2%

Total

36 47 83

100% 100% 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa bayi yang dilahirkan di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015 yang terbanyak adalah bayi BBLN (≥2500 g) yaitu sebanyak 47 orang, dimana 41 orang (87.3%) tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 6 orang (12.7%) teratur menjalani Antenatal Care, dan bayi BBLR (<2500 g) sebanyak 36 orang, dimana 33 orang (91.7%) tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 3 orang (8.3%) teratur menjalani Antenatal Care.

5.1.3 Analisis Hasil Data

Dari hasil yang didapatkan secara distribusi frekuensi, maka dilakukan analisis untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian ini. Variabel independen yang telah ditetapkan adalah tekanan darah Ibu dan variabel dependennya adalah berat badan bayi lahir.

Untuk mengetahui hubungan antara kejadian preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah, peneliti menggunakan uji chi square. Hasil uji chi square dapat dilihat pada table dibawah ini :


(32)

5.7 Analisis Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian Berat Lahir Bayi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015

Preeklampsia Tidak Preeklampsia Total

BBLR 17 19 36

58.6% 35.2% 43.4%

Normal 12 35 47

41.4% 64.8% 56.6%

Total 29 54 83

100% 100% 100%

P-value=0,04

Dari tabel diatas terlihat bahwa ibu hamil yang melahirkan di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2015 yang menderita preeklampsia merupakan yang terbanyak yaitu berjumlah 29 orang dimana yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 17 orang (58,6%) dan yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN) sebanyak 12 orang (41,4%). Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita preeklampsia berjumlah 54 orang yaitu sebanyak 19 orang (35,3%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sebanyak 35 orang (64,8%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN).

Dari hasil analisis dengan uji chi square, didapat nilai p < 0,04 dengan nilai OR = 2,609 dapat diartikan bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia memiliki peluang risiko 2,609 kali mengalami bayi berat lahir rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami preeklampsia di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2015.


(33)

5.2 Pembahasan

Hasil pengumpulan data pada bulan Oktober yang dilakukan di Ruang Rekam Medis RSUP Haji Adam Malik Medan didapatkan bahwa pada tahun 2015 ditemukan sebesar 132 sampel kelahiran hidup. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut,hanya 83 rekam medik yang termasuk dalam kriteria inklusi yaitu rekam medik ibu hamil melahirkan yang tercatat tekanan darahnya dan tanpa adanya penyakit pada kehamilan kecuali preeklampsia.

Pada penelitian ini ibu yang melahirkan sebanyak 29 orang menderita preeklampsia dimana yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) sebanyak 17 orang (58,6%) dan yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN) sebanyak 12 orang (41,4%). Sedangkan ibu hamil yang tidak menderita preeklampsia berjumlah 54 orang yaitu sebanyak 19 orang (35,3%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan sebanyak 35 orang (64,8%) yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal (BBLN).

Kemudian data yang kami peroleh untuk Antenatal Care terdapat 83 orang ibu hamil, dimana diantaranya terdapat 74 orang (89.2%) tidak teratur menjalani Antenatal Care dan 9 orang (10,8%) teratur menjalani Antenatal Care. Dari 9 orang yang teratur menjalani Antenatal Care terdapat 2 orang (22,2%) mengalami preeklampsia pada kehamilan dan 7 orang (77,8%) tidak mengalami preeklampsia pada kehamilan, kemudian untuk hubungannya dengan berat bayi lahir terdapat 3 orang (33.3%) bayi berat lahir rendah (BBLR), dan terdapat 6 orang (66.7%) bayi berat lahir normal (BBLN).

Dari data yang kami peroleh membuktikan pada sample penelitian kami Antenatal Care mempengaruhi hasil berat bayi yang dilahirkan oleh si ibu, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan nilai tekanan darah ibu saat kehamilan.


(34)

mengakibatkan kematian pada ibu maupun janin yang dikandungnya.25 Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%. Selain itu, preeklampsia sangat mempengaruhi keadaan tubuh janin atau bayi yang dilahirkan. Berdasarkan penelitian sebelumnya, dikatakan bahwa terdapat 43 % kelahiran prematur atas indikasi preeklampsia. Hal ini dikarenakan preeklampsia menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta. Keadaan ini diperjelas dengan kegagalan arteri spiralis di miometrium untuk dapat mempertahankan struktur muskuloelastisitasnya dan berkembangnya atheroma akut pada segmen miometrium dari arteri spiralis. Kedua hal tersebut akan menyebabkan infark plasenta dan bisa mengakibatkan kematian pada janin. Selain itu, pasien preeklampsia sering mengalami kenaikan tonus dari otot uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sehingga dapat menyebabkan kelahiran prematur yang diindikasikan.25 Hal ini bisa dibuktikan dengan data penelitian ini yaitu dari 17 (58,6 %) bayi yang lahir dengan berat bayi lahir rendah, 29 orang (100 %) diantaranya dilahirkan oleh pasien preeklampsia.

Hubungan nilai tekanan darah ibu hamil dengan kejadian bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dalam penelitian ini membuktikan bahwa terdapatnya hubungan preeklampsia dengan kejadian BBLR yaitu dengan derajat signifikasinya 5%. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa preeklampsia pada ibu berhubungan dengan kejadian BBLR. Hal ini sesuai dengan teori karena pada ibu dengan preeklampsia perfusi uteroplacenta mengalami penurunan. Hal tersebut dapat menyebabkan sirkulasi darah ke janin menjadi menurun sehingga janin akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, dimana salah satu manifestasinya adalah berat bayi lahir rendah (BBLR). 29

Beberapa peneliti juga telah melaporkan angka kejadian hubungan BBLR dengan penderita preeklampsia di Indonesia. Diantaranya penelitian yang dilakukan di RSUD Waled Kabupaten Cirebon hasil statistik yaitu p-value 0,0013 (p < 0,05) , hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara preeklampsia dengan berat bayi lahir rendah. Hal ini juga


(35)

sesuai dengan teori yang dikemukakan Poole yang menuliskan bahwa preeklampsia akan berpengaruh terhadap degenerasi plasenta lebih dini dan memungkinkan terjadinya IUGR pada janin. Secara lebih dijelaskan bahwa preeklampsia berkaitan dengan perubahan fisiologis kehamilan seperti peningkatan volume plasma darah misalnya. Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ menurun, termasuk perfusi ke unit janin uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Pada ibu hamil dengan preeklampsia mengalami vasokontriksi pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya gangguan perfusi plasenta dalam bentuk iskemia uteroplasenter. Aliran darah yang berisi nutrisi maupun oksigen sangat penting artinya untuk tumbuh kembang janin dalam uterus. Dengan demikian dapat terjadi gangguan tumbuh kembang janin dan bayi akan lahir dengan berat bayi lahir rendah. 30

Hasil penelitian lain yaitu dilakukan di RSUD Sragen juga menunjukkan bahwa ibu yang menderita preeklampsia mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya kelahiran berat bayi lahir rendah 3, 25 kali lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita preeklampsia. Hal ini juga sesuai dengan teori karena di dalam uterus, vasokontriksi yang disebabkan oleh hipertensi akan menurunkan aliran darah uterus dan lesi vasikular terjadi di dasar plasenta, menyebabkan terjadinya abrupsio plasenta yang mengakibatkan terjadi retriksi pertumbuhan janin. Keluarnya hormon juga terganggu dengan menurunnya fungsi plasenta dan keadaan ini memiliki komplikasi yang serius terhadap kehidupan janin. Kombinasi tersebut sering mengakibatkan kelahiran prematur dan berkontribusi pada berat badan lahir bayi. 30

Penelitian lain juga telah melaporkan angka kejadian preeklampsia dengan BBLR di Indonesia, diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, yaitu hasil uji statistik dengan chi square didapatkan nilai p = 0,045. Nilai p < 0,05 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara


(36)

preeklampsia pada ibu hamil terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).31 Teori lain menyebutkan bahwa bila preeklampsia terjadi pada trimester kedua atau kurang bulan dimana terjadi gangguan dalam jalannya destruksi sel trofoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya, maka sangat memungkinkan bila terjadi retriksi pertumbuhan janin. Namun bila preeklampsia terjadi pada usia kehamilan cukup bulan, maka fungsi plasenta telah cukup kokoh untuk tetap mengalirkan nutrisi dan oksigen meskipun terjadi vasokontriksi. Hal tersebut yang menyebabkan preeklampsia pada usia kehamilan cukup bulan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir yang relatif normal. Pada penelitian ini ditemukan bayi dengan berat badan lahir cukup walaupun dilahirkan oleh ibu dengan preeklampsia. Hal bisa disebabkan karena faktor luar lain misalnya status gizi ibu yang baik, dimana bisa diketahui dari berat badan dan index masa tubuh ibu, yang mengakibatkan bayinya mendapatkan asupan gizi yang sangat cukup pada masa kehamilannya. Selain itu bisa diakibatkan pula akibat kenaikan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi atau belum lamanya hipertensi, sehingga gangguan aliran nutrisi yang diakibatkan preeklampsi/eklampsi tidak terlalu berpengaruh. Yang juga memiliki adil dalam menjaga kondisi janin adalah ANC (antenatal care) yang baik. Bila ibu secara rutin melakukan ANC, maka deteksi terhadap gangguan masa kehamilan dapat ditangani lebih awal. 30

Akhirnya, berdasarkan beberapa hasil penelitian lain dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa teori dan hasil penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia pada ibu yang melahirkan dengan kejadian BBLR. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang lebih detail dan spesifik untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).


(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah Pada Ibu Hamil Yang menderita Preeklampsia dan Tidak Menderita Preeklampsia Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015”, dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah (p=0,04). Ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir rendah sebanyak 17 orang (58,6%) sedangkan ibu preeklampsia yang melahirkan bayi dengan berat lahir normal sebanyak 12 orang (41,4%).

2. Kejadian preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 29 orang (34,9%) dari 83 ibu yang melahirkan.

3. Kejadian tidak preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 54 orang (65,1%) dari 83 ibu yang melahirkan.

4. Kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015 adalah sebanyak 36 bayi (43,4%) dari 83 bayi yang dilahirkan. 6.2 SARAN

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti ingin mengungkapkan beberapa saran dan berharap saran ini dapat menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dan berhubungan dengan penelitian ini. Adapun saran tersebut adalah :

1. Bagi Ibu Hamil

a. Diharapkan kepada ibu hamil agar selalu memperhatikan kesehatan tubuhnya. Hal ini didukung dengan cara melakukan pemeriksaan rutin


(38)

pada saat hamil (antenatal care).

b. Jika terdapat gangguan atau ketidaknyamanan pada saat hamil, segera periksakan kepada dokter atau pelayanan kesehatan setempat untuk menghindari komplikasi dari kehamilan yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan baik bagi ibu maupun janin.

2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

a. Pada pelayanan antenatal care, agar pelayanan kesehatan primer dapat mendeteksi secara dini kejadian-kejadian preeklampsia sehingga ibu hamil tidak datang dengan kejadian preeklampsia yang berat ataupun sudah mencapai keadaan eklampsia.

b. Penanganan yang tepat dan adekuat pada ibu hamil dengan preeklampsia untuk mengurangi kemungkinan komplikasi kehamilan termasuk berat bayi lahir rendah.

c. Diharapkan kepada RSUP H. Adam Malik Medan, khususnya bagian Obstetri dan Ginekologi agar memberikan perhatian yang paling maksimal pada saat menangani pasien preeklampsia yang melahirkan dan merawat bayi yang lahir terutama dengan berat lahir rendah untuk mencegah morbiditas maupun mortalitas pada ibu dan bayi.

3. Bagi Pemerintahan

a. Diharapkan kepada pemerintah untuk memberikan fasilitas kesehatan yang mudah dicapai serta terjangkau dalam pelayanan kepada ibu hamil yang mungkin akan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi atau janin.

b. Diharapkan pemerintah membuat program khusus yang mewajibkan ibu hamil untuk memeriksakan kandungannya secara rutin.

4. Bagi Peneliti

Diharapkan untuk penelitian selanjutnya yang mengambil judul dengan masalah yang sama dapat lebih menggali komplikasi-komplikasi lain yang diakibatkan penyakit kehamilan preeklampsia seperti kelahiran prematur, kematian janin, solusio plasenta dan lainnya.


(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Preeklampsia

2.1.1 Definisi

Preeklampsia adalah suatu sindrom khas kehamilan berupa penurunan perfusi organ akibat vasospasme dan pengaktifan endotel. Terdapat beberapa manifestasi klinis dalam preeklampsia yaitu proteinuria dan hipertensi. Proteinuria di definisikan sebagai ekskresi protein dalam urin yang melebihi 300 mg dalam 24 jam, rasio protein : kreatinin urin ≥ 0,3, atau terdapatnya protein sebanyak 30 mg/dL (1+ pada dipstick / carik celup 1+ ) dalam sampel acak urin secara menetap. Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Preeklampsia jika dijumpai trias tanda klinik yaitu : tekanan darah ≥140/90 mmHg, proteinuria,dan edema.15

2.1.2 Epidemiologi

Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran. 5% kehamilan mengalami preeklampsia. Pada primigravida frekuensi preeklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Diabetes Mellitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeclampsia.Peningkatan kejadian preeklampsia pada usia >35 tahun mungkin disebabkan oleh karena adanya hipertensi kronik yang tidak terdiagnosa.16


(40)

2.1.3 Etiologi

Apa yang menjadi penyebab terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui. Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab dari penyakit ini tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menjelaskan tentang mengapa preeklampsia meningkat prevalensinya pada primigravida, hidramnion, kehamilan ganda dan mola hidatidosa. Selain itu teori tersebut harus dapat menjelaskan penyebab bertambahnya frekuensi preeklampsia dengan bertambahnya usia kehamilan, penyebab terjadinya perbaikan keadaan penderita setelah janin mati dalam kandungan, penyebab jarang timbul kembali preeklampsia pada kehamilan berikutnya dan penyebab timbulnya gejala-gejala seperti hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.17

2.1.4 Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada preeklampsia adalah adanya spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen erteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh salah satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus. Patofisiologi preeklampsia lebih ditekankan ke arah disharmoni implantasi dan disfungsi jaringan endotel. Hasil akhir dari adanya disharmoni implantasi adalah melebarnya arteri spiralis yang tadinya tebal dan muskularis membentuk kantong yang elastis, bertahanan rendah dan aliran cepat, dan bebas dari kontrol neurovaskuler normal, sehingga memungkinkan arus darah yang adekuat untuk pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin. Sedangkan definisi difungsi endotel sendiri berarti berkurangnya sampai hilangnya kemampuan sel endotel dalam mengatur vasodilatasi.18


(41)

2.1.5 Klasifikasi dan Diagnosis

Preeklampsia dibagi menjadi dua yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat.

1. Preeklampsia ringan, adalah suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel dan disertai keadaan seperti berikut :

a) Tekanan darah 140/90 mmHg , atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pada usia kehamilan diatas 20 minggu dengan riwayat tekanan darah sebelumnya normal. b) Proteinuria kuantitatif ≥ 0,3 gr/liter, kualitatif positif 1 atau 2 pada urine

kateter atau midstream.

c) Edema lokal pada kaki, jari tangan dan muka, atau edema generalisata, serta kenaikan berat badan > 1kg/minggu. Pada kondisi yang lebih 
berat

pembengkakan terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di bagian tertentu.

2. Preeklampsia berat adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanana darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam dan disertai keadaan seperti berikut :

a) Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

b) Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif. c) Oligouria, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam. d) Kenaikan kadar kreatinin plasma.

e) Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.

f) Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen. g) Edema paru-paru dan sianosis.


(42)

h) Hemolysis mikroangiopatik.

i) Trombositopenia berat : 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

j) Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler) : peningkatan kadar alanin aspartate aminotransferase.

k) Pertumbuhan janin terhambat.15 2.1.6 Faktor Risiko

Preeklampsia merupakan salah satu penyulit kehamilan yang belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Tetapi beberapa penelitian menyimpulkan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia, antara lain :

1. Faktor Genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak perempuan, saudara perempuan, cucu perempuan, dari seorang ibu hamil, maka ia akan berisiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat pada ibu mertua atau saudara ipar perempuannya.

2. Faktor Umur

Umur merupakan bagian dari status reproduksi yang penting. Umur berkaitan dengan peningkatan atau penurunan fungsi tubuh sehingga mempengaruhi status kesehatan seseorang. Umur yang baik untuk hamil adalah 20-35 tahun. Wanita usia remaja yang hamil untuk pertama kali dan wanita yang hamil pada usia >35 tahun akan mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami preeklampsia. Terdapat peningkatan risiko terjadinya preeklampsia pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.

3. Faktor Usia Gestasi

Preeklampsia paling sering ditemukan pada usia kehamilan di trimester kedua. Tapi ada penelitian menyatakan bahwa preeklampsia timbul setelah umur kehamilan 20 minggu tetapi dapat pula berkembang sebelum saat tersebut pada penyakit trofoblastik. 



(43)

4. Faktor Indeks Masa Tubuh

Sudah diketahui secara umum bahwa wanita obesitas mempunyai risiko mengalami preeklampsia 3 1⁄2 kali lebih tinggi dibandingkan 
 dengan wanita

yang berat badannya ideal dan kurus. 5. Faktor Bayi

Insidens preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan tunggal.

6. Faktor Ras

Risiko preeklampsia ringan dihubungkan dengan ras kulit hitam, 
namun

untuk preeklampsia berat ras tidak menunjukkan hubungan yang signifikan. 7. Faktor Riwayat Penyakit

Peningkatan risiko preeklampsia / eklampsia dapat terjadi pada ibu 
yang

memiliki riwayat hipertensi kronis, diabetes, dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia sebelumnya. 19

2.1.7 Manifestasi Klinis

Terdapat sejumlah manifestasi neurologis sindrom preeklampsia. Masing-masing manifestasi menunjukkan keterlibatan berat suatu organ dan memerlukan perhatian segera :

 Nyeri kepala dan skotomata diduga timbul akibat hiperfusis serebrovaskular yang memiliki predileksi pada lobus okspitalis. Menurut Sibai dan Zwart dkk, 50–75% perempuan mengalamai nyeri kepala dan 20–30% diantaranya mengalami gangguan penglihatan yang mendahului kejang eklamptik. Nyeri kepala dapat ringan hingga berat, dan dapat intermitten atau konstan,

 Kejang bersifat diagnostic untuk eklampsia.

 Kebutaan jarang terjadi pada preeclampsia saja, tetai sering menjadi komplikasi pada kejang eklamptik, yaitu pada 15% perempuan. Kebutaan timbul hingga seminggu atau lebih setelah kelahiran.

 Edema otak menyeluruh dapat timbul pada sindrom preeclampsia dan biasanya bermanifestasi sebagai perubahan status mental yang bervariasi dari


(44)

kebingungan hingga koma. Kondisi ini khususnya berbahaya karena dapat menyebabkan herniasi supratentorial yang membahayakan jiwa.15

2.1.8 Komplikasi

Bila preeklampsia tidak ditangani dengan baik, maka dapat berkembang menjadi eklampsia yang mana tidak hanya dapat membahayakan ibunya tetapi juga janin dalam rahim ibu. Kemungkinan yang terberat adalah terjadinya kematian ibu dan janin, solusio plasenta, hipofibrinogemia, haemolisis, perdarahan otak, kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, dan kelainan hati. Komplikasi-komplikasi potensial maternal meliputi Eklampsia, solusio plasenta, gagal ginjal, nekrosis hepar, rupture hepar, DIC, anemia hemolitik mikroangiopatik, perdarahan otak, edema paru dan pelepasan retina. Sedangkan komplikasi–komplikasi pada janin meliputi prematuritas, insufisiensi utero-plasental, retardasi pertumbuhan intrauterine, dan kematian janin intrauterine.19

2.1.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama penanganan preeklampsia adalah mencegah terjadinya preeklampsia berat atau eklampsia, melahirkan janin hidup dan melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.

2.1.9.1 Preeklampsia Ringan

Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam penanganan preeklampsia ringan. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstrimitas bawah juga menurun dan reabsorpsi cairan di daerah tersebut juga bertambah. Selain itu dengan istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah dan kejadian edema. Apabila preeklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif, maka dalam hal ini pengakhiran kehamilan dilakukan


(45)

walaupun janin masih prematur. 2.1.9.2. Preeklampsia Berat

Pada pasien preeklampsia berat segera harus diberi sedativa yang kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12 – 24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan selanjutnya adalah cara terbaik untuk menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan larutan sulfas magnesikus 40 % sebanyak 10 ml disuntikan intramuskular pada bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan. Pemberian dapat diulang dengan dosis yang sama dalam rentang waktu 6 jam menurut keadaan pasien. Tambahan sulfas magnesikus hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis. Selain sulfas magnesikus, pasien dengan preeklampsia dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuscular.17

2.1.10 Pencegahan

Berbagai strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan preeklampsia telah dievaluasi. Beberapa poin menurut American Congress of Obstetricians and Gynecologist ( ACOG ) pada tahun 2013 mengenai pencegahan preeclampsia :

Manipulasi Diet :

a. Diet rendah garam : Salah satu usaha penelitian pertama untuk mencegah preeklampsia adalah retriksi garam, tapi retriksi garam tidak efektif dalam mencegah preeclampsia.

b. Suplementasi kalsium : Pemberian kalsium : 1.500–2.000mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya preeklampsia, tetapi secara keseluruhan penelitian-penelitian menunjukkan bahwa suplementasi


(46)

kalsium tidak memiliki manfaat kecuali perempuan tersebut memang kekurangan kalsium.

c. Suplementasi minyak ikan

d. Tirah baring atau pembatasan fisik lain tidak disarankan sebagai pencegahan primer preeklampsia dan komplikasinya.

Agen Antitrombotik : Terdapat alasan-alasan teoritis yang cukup banyak untuk menduga bahwa agen antitrombotik dapat menurunkan preeklampsia. Karena preeclampsia ditandai oleh vasospasme, disfungsi sel endotel, dan aktivasi trombosit serta sistem koagulasi-hemostasis.

a. Aspirin dosis rendah : Dalam dosis oral 50-150 mg/hari. Dimulai pada akhir trimester pertama disarankan pada wanita dengan riwayat eklampsia dan kelahiran preterm kurang dari 34 minggu atau preeklampsia pada lebih dari satu kehamilan sebelumnya. Aspirin secara efektif menghambat biosintesis tromboksan A2 dalam trombosit dengan efek minimal pada produksi prostasiklin vascular. Untuk wanita yang mendapatkan obat antitrombosit, risiko relatif preeclampsia menurun secara bermakna sebesar 10% untuk terjadinya preeclampsia.

b. Aspirin dosis rendah plus heparin : Karena tingginya prevalensi lesi trombolitik plasenta pada preeklampsia berat, telah dilakukan beberapa penelitian observasional untuk mengevaluasi terapi heparin untuk wanita yang mengalami preeklampsia berat. Mereka melaporkan hasil akhir yang baik pada wanita yang mendapatkan heparin berberat molekul rendah ditambah aspirin dosis rendah dibandingkan pada wanita yang hanya mendapatkan aspirin dosis rendah saja.15

2.2 Berat Bayi Lahir Rendah 2.2.1 Definisi

Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan


(47)

berat badan kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram) tanpa memandang masa kehamilan. Bayi yang berada dibawah persentil 10 dinamakan ringan untuk umur kehamilan. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan 2.500 gram disebut prematur. Pembagian menurut berat badan ini sangat mudah tetapi tidak memuaskan. Sehingga lambat laun diketahui bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas pada neonatus tidak hanya bergantung pada berat badan saja,tetapi juga pada tingkat maturitas bayi itu sendiri.

Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR). Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut :

1. Bayi kurang bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu ( 259 hari).

2. Bayi cukup bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42 minggu ( 259-293 hari ).

3. Bayi lebih bulan, adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih ( 294 hari atau lebih ).

BBLR sendiri dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : bayi dengan berat badan lahir sangat rendah ( BBLSR ) yaitu dengan verat lahir 1.000-1.500 gram dan berat badan lahir amat sangat rendah ( BBLASR ) yaitu dengan berat lahir kurang 1.000 gram.

Secara umum BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan lahirnya lebih kecil dibanding masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram.20


(48)

2.2.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara- negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9% -30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%- 17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.21

2.2.3 Klasifikasi BBLR

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan bayi BBLR, yaitu : 1. Menurut harapan hidupnya:

a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram

b) Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram c) Berat bayi lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir <1000 gram 2. Menurut masa gestasinya:

a. Prematuritas murni:

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi berat atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.


(49)

1. Faktor Ibu

a) Penyakit : Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis, dan psikologis. Penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas.

b) Usia : Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun. c) Keadaan sosial ekonomi : Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.

2 .Faktor janin

Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan menyebabkan kelahiran berat bayi lahir rendah (BBLR).

Karakteristik Klinis :

Berat badan bayi kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkaran dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang 33 cm. Masa gestasi kurang dari 37 minggu. Tampak luar sangat bergantung pada maturitas atau lamanya gestasi. Kepala relatif lebih besar daripada badannya, kulitnya tipis, transparan, lanugo banyak, lemak subkutan imatur. Desensus testikulorum biasanya belum sempurna dan labia minora belum tertutup oleh labia mayora. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltis usus dapat terlihat. Rambut biasanya tipis, halus dan teranyam sehingga sulit terlihat satu persatu. Tulang rawan dalam daun telinga belum cukup, sehingga elastisitas daun telinga masih kurang. Jaringan mammae belum sempurna dan puting susu belum terbentuk dengan baik. Bayi kecil, posisinya masih posisi fetal yaitu posisi dekubitus lateral, pergerakannya kurang dan masih lemah. Bayi


(50)

lebih banyak tidur daripada bangun. Tangisnya lemah, pernafasan belum teratur dan sering terdapat apnu. Otot masih hipotonik sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi, sendi lutut dan sendi kaki dalam fleksi dan kepala menghadap ke satu jurusan. Tonic neck reflex biasanya lemah, refleks Moro dapat positif. Refleks mengisap dan menelan belum sempurna, demikian juga refleks batuk. Bayi yang kelaparan biasanya menangis, gelisah dan aktifitas bertambah. Bila dalam waktu 3 hari tanda kelaparan ini tidak terdapat, kemungkinan besar bayi menderita infeksi atau perdarahan intrakranial. Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang menjadi lebih nyata dalam 24 – 48 jam. Kulitnya tampak mengkilat dan licin serta terdapat pitting edema. Edema ini dapat berubah sesuai dengan perubahan posisi. Edema ini seringkali berhubungan dengan perdarahan antepartum, diabetes mellitus dan toksemia gravidarum. Frekuensi pernafasan bervariasi sangat luas terutama pada hari-hari pertama. Walaupun demikian bila frekuensi pernafasan terus meningkat atau selalu diatas 60 kali/menit, harus waspada akan kemungkinan terjadinya membran hialin (sindrom gangguan pernafasan idiopatik) atau gangguan pernafasan karena sebab lain. Dalam hal ini penting sekali melakukan pemeriksaan radiologi toraks.

b. Dismaturitas:

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

Gejala klinis :

Dismaturitas dapat terjadi preterm, term atau post term. Pada preterm akan tampak gejala fisis bayi prematur dan mungkin ditambah dengan gejala dismaturitas. Karakteristik fisik bayi dismaturitas sama dengan bayi prematur dan ditambah dengan retardasi-pertumbuhan dan wasting. Pada bayi dismaturitas yang term dan post term dengan gejala yang menonjol ialah wasting.


(51)

Menurut Greunwald (1997) mengatakan bahwa tidak semua kekurangan makanan pada janin diakibatkan oleh insufisiensi plasenta. Gejala insufisiensi plasenta timbulnya bergantung pada berat dan lamanya bayi menderita defisit. Defisit yang menyebabkan retardasi pertumbuhan biasanya berlangsung kronis. Retardasi pertumbuhan yang kronis dapat menyebabkan fetal distress.

Fetal distress dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

Fetal distress akut yaitu defisit atau fetal deprivation yang hanya mengakibatkan perinatal distress tetapi tidak mengakibatkan retardasi pertumbuhan.

Fetal distress subakut yaitu bila fetal deprivation tersebut menunjukan tanda wasting tetapi tidak terdapat retardasi pertumbuhan.

Fetal distress kronis yaitu bila bayi jelas menunjukan retardasi pertumbuhan.22

2.2.4 Diagnosis BBLR

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untutk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :

a. Umur Ibu

b. Riwayat hari pertama haid terakhir c. Riwayat persalinan sebelumnya d. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya e. Kenaikan berat badan selama hamil f. Aktivitas


(52)

h. Obat-obatan yang diminum selama hamil

2. Pemeriksaan fisik

Yang dapat dijumpai pada saaat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

a. Berat badan

b. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

c. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan)

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : a. Pemeriksaan Ballard Score

b. Shake test, dianjurkan untuk bayi kurang bulan

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai umur 8 jam atau didapat / diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.21

2.2.5 Penatalaksanaan umum pada BBLR 1) Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam inkubator. Suhu inkubator yang optimum yang diperlukan agar panas yang hilangdan konsumsi oksigen terjadi miniml sehingga bayi telanjang pun dapat mempertahankan seuhu tubuhnya sekitar 36,5-370 C. Tingginya suhu lingkungan ini tergantung dari besar dan kematangan bayi. Dalam keadaan tertentu bayi yang sangat prematur tidak hanya memerlukan inkubator untuk mengatur suhu tubuhnya tetapi memerlukan pleksiglas panas atau topi maupun pakaian. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela” atau “lengan baju”. Sebelum memasukkan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,40C, untuk bayi dengan berat


(53)

1,7kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil.

2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan, menentukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu ) merupakan pilihan pertama jika bayi mampsu mengisap. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200cc/kgBB/hari. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR. Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusu untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi inkubator dengan kontak yang minimal, tempat tidur, atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kananya. Sedangkan pada bayi yang lebih besar dapat diberi makan dalam posisi pangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol, makanan dapat diberikan melalui Naso Gatric Tube (NGT).

3) Pencegahan infeksi

Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nasokomial. Rentan terhadap infeksi karena kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, hidung, kulit tindakan aseptis dan antiseptic alat-alat yang digunakan.

4) Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencermikan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.


(54)

5) Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.

6) Pengawasan jalan nafas

Bayi BBLR berisiko mengalami serangan apnu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindkaan ini gagal dilakukan ventilasi, intubasi endotrakeal dan pemberian oksigen.20

2.3 Hubungan Preeklampsia degan kejadian BBLR

Menurut Behrman, preeklampsia merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya BBLR. Preeklampsia menyebabkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin bahkan kematian janin. Hal ini dikarenakan preeklampsia dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan hipoksia yang berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan janin. 24

Menurut Kosim, jika preeklampsia terjadi pada akhir trimester kehamilan, pertumbuhan jantung, otak dan tulang rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati, limpa dan timus sangat berkurang. Keadaan klinis seperti ini merupakan gangguan pertumbuhan asimetri dan paling sering terjadi pada ibu hamil yang menderita preeklampsia karena preeklampsia paling sering terjadi pada trimester akhir kehamilan. Namun jika retardasi pertumbuhan janin telah terjadi sejak awal kehamilan, pertumbuhan otak dan tulang rangka pun terganggu. Hal ini merupakan gangguan pertumbuhan simetri dan seringkali berkaitan


(55)

dengan hasil akhir perkembangan saraf yang buruk. 24

Menurut Prawiroharjo, preeklampsia salah satu faktor risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat, BBLR, dismaturitas, prematuritas janin bahkan terjadi intra uterine fetal death (IUFD). Pada penderita preeklampsia, aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta. Plasenta yang tidak baik akan berdampak pada gangguan pertumbuhan janin sehingga berat badan janin yang dilahirkan rendah. Preeklampsia juga dapat menyebabkan peningkatan tonus uterus dan kepekaannya terhadap rangsang sehingga terjadi partus prematur. 25

Menurut Wijayarini, salah faktor predisposisi terjadinya BBLR adalah hipertensi. Hipertensi dalam kehamilan adalah komplikasi serius trimester kedua-ketiga dengan gejala klinis seperti edema, hipertensi, proteinuria, kejang sampai koma dengan umur kehamilan diatas 20 minggu dan dapat terjadi antepartum, intrapartum, dan pascapartum. Dengan terjadinya hipertensi, maka terjadi spasme pembuluh darah, sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta, maka sirkulasi uteroplasenter akan terganggu, pasokan nutrisi dan O2 akan terganggu sehingga janin akan mengalami pertumbuhan janin yang terganggu dan bayi akan lahir dengan berat bayi lahir rendah.26

Menurut Michael, wanita dengan preeklampsia pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat sehingga menyebabkan BBLR bahkan kematian janin dalam rahim. 27

Janin yang dikandung ibu hamil pengidap preeklampsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena


(56)

buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat lahir rendah. 28


(57)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preeklampsia merupakan penyebab kedua kematian ibu di dunia setelah pendarahan. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar 0,51%-38,4%. Di negara maju, angka kejadian preeklampsia berkisar 5%–6%, frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhi. Di Indonesia frekuensi kejadian preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5%. 1

Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada tahun 2010 disebabkan oleh hipertensi dalam kehamilan (HDK).

1,2,3

Di Sumatera Utara, dilaporkan kasus preeklampsia terjadi sebanyak 3.560 kasus dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dilaporkan angka kematian ibu penderita preeklampsia tahun 2007-2008 adalah 3,45%, pada tahun 2008-2009 sebanyak 2,1%, dan pada tahun 2009-2010 adalah 4,65%.

4

Preeklampsia adalah hipertensi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam dan terjadinya penurunan perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta. Melalui penelitian oleh Meis dkk, kelahiran prematur yang diindikasikan


(58)

43%-nya disebabkan oleh preeclampsia.5,9

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR memiliki risiko kematian pada usia di bawah 1 tahun, 17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat lahir normal. Hal ini dimungkinkan karena pada BBLR kematangan organ organ tubuh yang belum sempurna.12 Apabila BBLR tidak ditangani dengan baik maka akan memiliki risiko untuk mengalami penyakit neonatus yang lebih besar dari pada bayi dengan berat lahir normal. Beberapa penyakit yang sering dialami BBLR adalah sindrom gangguan pernafasan idiopatik, pneumonia aspirasi, perdarahan intraventrikular, fibroplasia retrolental dan hiperbilirubinemia.13Pada BBLR dapat terjadi kekurangan surfaktan dan belum sempurna pertumbuhan dan perkembangan paru sehingga kesulitan memulai pernafasan.14

Secara keseluruhan, diperkirakan bahwa 15% sampai 20% dari semua kelahiran di seluruh dunia adalah bayi berat lahir rendah, yang mewakili lebih dari 20 juta kelahiran per tahun.6 Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa persentase balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Tengah (16,8%) dan terendah di Sumatera Utara (7,2%).6

Hasil Dinkes Sumatera Utara tahun 2012 menyatakan bahwa persentase BBLR di Sumatera Utara sebesar 0,45%. Persentase BBLR tertinggi terdapat di Kabupaten Nias (4,70%) dan terendah di Kota Gunung Sitoli (0,00%) 7

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa preekelampsia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya BBLR. Salah satu komplikasi pada preeklampsia adalah berat bayi lahir rendah pada bayi yang dilahirkan. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti hubungan antara preeklampsia dan tidak preeklampsia dengan bayi berat lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2015.


(59)

1.2. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak menderita preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUP H. Adam Malik Medan 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kasus yang menderita preeklampsi dan tidak menderita preeklampsi dengan kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR) di RSUP H. Adam Malik Medan 2015

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui angka kejadian kasus preeklampsia pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan 2015.

2. Untuk mengetahui angka kejadian kasus yang tidak preeklampsia pada ibu hamil di RSUP H. Adam Malik Medan 2015.

3. Untuk mengetahui angka kejadian kasus berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan 2015.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan manajemen kesehatan masyarakat, misalnya pentingnya diadakan penyuluhan bahwa antenatal care perlu dilakukan secara teratur, sehingga dapat mendeteksi sedini mungkin kejadian preeklampsia yang akhirnya bisa menurunkan kemungkinan terjadinya berat bayi lahir rendah dan komplikasi yang lain.


(60)

Adam Malik Medan agar bisa mempertahankan dan meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan petugas kesehatan serta sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani bayi dengan berat bayi lahir rendah yang dilahirkan oleh pasien preeklampsia atau pasien lainnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang dapat digunakan dalam menangani pasien preeklampsia.

4. Hasil penelitian ini semoga bisa menjadi masukan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi institusi Pendidikan

Bisa dijadikan bahan bacaan, yang diharapkan bermanfaat sebagai data awal dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.3 Bagi Rumah Sakit

Sebagai evaluasi dan suatu dasar memiliki langkah yang tepat dalam upaya melakukan asuhan dan pengobatan yang komperhensif terhadap penderita preeklampsia.


(61)

ABSTRAK

Pendahuluan : Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi pada kehamilan

yang ditandai dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20

minggu, disertai dengan proteinuria ≥ 300 mg/24 jam. Preeklampsia

menyebabkan terganggunya aliran darah ke uteroplasenta dan dapat menyebabkan terjadinya berat bayi lahir rendah yang merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi.

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan berat bayi lahir rendah pada ibu hamil yang menderita preeklampsia dan tidak preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode analisis retrospektif dengan melihat data yang ada di rekam medis dan menggunakan Uji Crosstabs Chi Square sebagai uji statistik dalam pengolahan data. Sebagai subjek penelitian adalah ibu-ibu yang telah melahirkan di RSUP H. Adam Malik Medan pada Tahun 2015 sebanyak 83 orang.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian ini didapatkan ibu yang melahirkan dengan preeklampsia sebanyak 29 orang (34,9%) yang melahirkan dengan berat badan lahir rendah sebanyak 17 orang (47,2%) dan tidak preeklampsia sebanyak 54 orang (65,1%). Berdasarkan hasil uji analisis statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p value <0,001. Nilai p value yang didapat lebih kecil

dibadingkan dengan nilai α (0,05) yang berarti hipotesis nol ditolak.

Simpulan dan Saran : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara preeklampsia dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015. Oleh karena itu, sebaiknya baik ibu hamil, instansi/pelayanan kesehatan serta pemerintah sangat memperhatikan kesehatan pada ibu hamil terutama dengan preeklampsia agar dapat menurunkan komplikasi preeklampsia.


(1)

menyelesaikan laporan penelitian ini.

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman yaitu Rivi Darmawan, Eka Purnama Sahra Nasution, Naufi Aprisa teman semangat, dukungan, pertemanan, dan bantuan yang sangat berarti bagi penulis.

Semoga penelitian yang berjudul ” Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah Pada Ibu Hamil Yang Menderita Preeklampsia Dan Tidak Menderita Preeklampsia di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2015” ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang ilmu kedokteran.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan laporan hasil penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 20 Desember 2016

Annisa Zuliana


(2)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSERTUJUAN... ... i

ABSTRAK... ...ii

ABSTRACT... ...iii

KATA PENGANTAR... ...iv

DAFTAR ISI... ...vi

DAFTAR TABEL... ...viii

DAFTAR SINGKATAN... ...ix

DAFTAR LAMPIRAN... ...x

BAB 1 PENDAHULUAN... ...1

1.1 Latar Belakang... ………1

1.2 Rumusan Masalah... ………3

1.3 Tujuan Penelitian... ………3

1.4 Manfaat Penelitian... ………3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... ………5

2.1 Preeklampsia ... ………5

2.1.1. Definisi ... ………5

2.1.2. Epidemiologi... ………5

2.1.3. Etiologi... ………6

2.1.4. Patofisiologi ………... 2.1.5. Klasifikasi dan diagnosis... ………6

………7

2.1.6. Faktor resiko... ………8

2.1.7. Manifestasi klinis... ………9

2.1.8. Komplikasi... ……..10


(3)

3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN... ….….23

3.1. Kerangka Teori... ……..23

3.2. Kerangka Konsep... ……..24

3.3. Hipotesis... ……..24

BAB 4 METODE PENELITIAN... ……..25

4.1. Rancangan Penelitian... ……..25

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian... ……..25

4.3. Populasi dan Sampel... ……..25

4.4. Teknik Pengumpulan Data... ……..26

4.5. Definisi Operasional... ……..26

4.6. Metode Analisis Data... ……..27

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... ……..28

5.1. Hasil Penelitian... ……..28

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... ……..28

5.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakter ……..29

Individu... 5.1.3. Analisa Hasil Data... ……..33

5.2 Pembahasan... ……..35

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... ……..39

6.1. Kesimpulan... ……..39

6.2. Saran... ……..39

DAFTAR PUSTAKA... ……..42


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Nilai Tekanan Darah 30

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Lahir Bayi 30

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan Lahir 31 Rendah

5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care 31

5.5 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care dengan 32 Preeklampsia

5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan Antenatal Care dengan 33 Berat Bayi Lahir

5.7 Analisis Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian Berat


(5)

DAFTAR SINGKATAN

ACOG : American Congress of Obstetricians and Gynecologist

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah

BBLER : Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah

BBLSR : Bayi Berat Lahir sangat Rendah

DIC : Disseminated Intravascular Coagulation

DINKES : Dinas Kesehatan

HDN : Hemorrhage Disease of the Newborn

HDK : Hipertensi dalam Kehamilan

IUFD : Intra Uterine Fetal Death

IUGR : Intra Uterine Growth Retardation

NGT : Naso Gatric Tube

NHBPEP : The National High Blood Pressure Education Program

PDA : Patent Ductus Arteriosus

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup peneliti

Lampiran 2 Ethical clearance

Lampiran 3 Surat izin survei awal penelitian Fakultas Kedokteran USU

Lampiran 4 Surat izin penelitian Fakultas Kedokteran USU

Lampiran 5 Surat izin survei awal penelitian RSUP H. Adam Malik Medan

Lampiran 6 Surat izin penelitian RSUP H. Adam Malik Medan

Lampiran 7 Data induk penelitian