PEDAGOGIK KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

  

MODUL

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

  

TERINTEGRASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN

PENGEMBANGAN SOAL

`

  KELOMPOK KOMPETENSI I PEDAGOGIK KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2017

  Penulis:

  1. Abdullah, S.Pd, 08129996876, e-Mail:

  2. Adrian Iriana Prakasa, M.Pd, 08123013046, e-Mail:

  Penelaah:

  1. Prof. Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd, 081392297979, e-Mail:

  harirachman@yahoo.com.au

  Ilustrator: Tim Layouter PPPPTK Penjas dan BK

  Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

KATA SAMBUTAN

  Peran guru profesional dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

  Program Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan dilakukan melalui Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukkan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru pasca UKG melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru dan Tenaga Kependidikan. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online) dan campuran (blended) tatap muka dengan online.

  Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) moda tatap muka dan PKB online untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program PKB dapat memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

  Mari kita sukseskan program PKB bagi Guru dan Tenaga Kependidikan ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

  Jakarta, Februari 2017

PPPPTK PENJAS BK

KATA PENGANTAR

  Peningkatan kualitas pendidikan saat ini menjadi prioritas, baik oleh pemerintah maupun pemerintah daerah. Salah satu komponen yang menjadi fokus perhatian adalah peningkatan kompetensi guru. Peran guru dalam pembelajaran di kelas merupakan kunci keberhasilan untuk mendukung prestasi belajar peserta didik. Guru yang profesional dituntut mampu membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Dalam rangka memetakan kompetensi guru, pada tahun 2015 telah dilaksanakan Uji Kompetensi Guru (UKG) secara sensus. UKG dilaksanakan bagi semua guru, baik yang sudah maupun yang belum bersertifikat untuk memperoleh gambaran obyektif sebagai baseline kompetensi profesional maupun pedagogik guru, yang ditindaklanjuti dengan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru dan Tenaga Kependidikan sebagai kelanjutan program Guru Pembelajar (GP) tahun 2016.

  Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling (PPPPTK Penjas dan BK) sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibawah Koordinasi Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), tahun 2017 ini berupaya menyiapkan Program PKB untuk Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dan Guru Bimbingan Konseling.

  Salah satu perangkat pembelajaran yang dikembangkan pada program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) moda tatap muka, moda dalam jaringan (daring), dan moda kombinasi (tatap muka dan daring) untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi adalah modul pembelajaran. Dengan modul ini diharapkan program PKB dapat memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

  Mari kita sukseskan program PKB dengan mengimplementasikan “belajar sepanjang hayat” untuk mewujudkan Guru “mulia karena karya” dalam mencapai Indonesia Emas 2045.

  Jakarta, Februari 2017

PPPPTK PENJAS BK

  ii

  PPPPTK PENJAS BK DAFTAR ISI

  37

  2

  3

  3

  9

  9

  9

  9

  28

  30

  34

  35

  37

  37

  37

  56

  1

  75

  87

  86

  82

  81

  80

  79

  73

  58

  65

  65

  65

  65

  63

  63

  2

  1

  KATA SAMBU TAN ……………………………………………………….......... KATA PENGANTAR ........................ ............……………………………....... DAFTAR ISI …………………………………………………………................ DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..…… DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..

  A. Tujuan ………………………………………………………….…………..

  F. Rangkuman ………………………………………………........................

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ………………………………………….............

  D. Aktivitas Pembelajaran ………………………………………................

  C. Uraian Materi …………………………………….……………………......

  ………..………………………………….……………………....

  B. Indikator .

  KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK .........................................................................................................

  KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: PEMBELAJARAN PJOK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK ………...........................................................

  E. Cara Penggunaan Modul ………………….………………………….…....

  D. Ruang Lingkup ……………………………….....….…………………….....

  C. Peta Kompetensi ………………………………………..………………......

  B. Tujuan ……………………………………………….………………….........

  A. Latar Belakang ……………………………………………………..….........

  PENDAHULUAN ………………………………………………………….…...

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ………………………………...............

  A. Tujuan ………………………………………………………………….......

  Hal i ii iii iv v

  B. Indikator …………………………………………………...........................

  KUNCI JAWABAN ………………………………………….......….………... EVALUASI ………………………………..................………………………... PENUTUP …………………………………………....….…………………...... GLOSARIUM ……………………………………………………..................... DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ……………………………...................

  F. Rangkuman ……………………………………………………..................

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ……………………………………………….…...

  D. Aktivitas Pembelajaran …………………………………………………….

  C. Uraian Materi …………………………………………………………….....

  A. Tujuan ……………………………………………………………...............

  B. Indikator ………………………………………………...............…….…...

  KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN PJOK 2 ………............................................................

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………….……

  F. Rangkuman ………………………………………………………………..

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ……………………………………………….......

  D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………..........

  C. Uraian Materi ………………………………………………………...........

  88

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Peta Kompetensi

  2 ……………………………………………… Gambar 2. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka.........................................

  3 Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh................................

  4 Gambar 4. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In..................

  6

  38 Gambar 5. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif ………… ….

  41 Gambar 6. Hasil Belajar ……………………………………………………

  43 Gambar 7. Pendekatan Ilmiah Dalam Pembelajaran ..

  …………………

  51 Gambar 8. Zone of Proximal Development ………………………………

PPPPTK PENJAS BK

  iv

  PPPPTK PENJAS BK DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Format Pencatatan Fakta Pembelajaran ………..……

  69 Tabel 2 Format Identifikasi Masalah …………..………………..

  70 Tabel 3 Format Catatan Lapangan …………………………….

  71 Tabel 4 Format Catatan di lapangan …………………………...

  72

  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

  Pembinaan karier guru diharapkan dapat menjamin guru mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan pembinaan karier akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan dalam menjalankan tugas.

  Guru wajib melaksanakan pembinaan karier baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk pembinaan karier dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat pembinaan karier dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya. Modul ini memuat materi kesulitan belajar peserta didik dan pembelajaran alternatif, materi tersebut merupakan sebagian kecil dari materi pembinaan karier guru. Dalam rangka mendukung kebijakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Modul diklat Pembinaan karier ini mengintegrasikan lima nilai penguatan karakter bangsa yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Kelima nilai utama tersebut teritegrasi pada kegiatan-kegiatan pembelajaran yang ada pada modul. Setelah mempelajari modul ini, selain Saudara dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, saudara juga diharapkan mampu mengimplementasikan PPK khususnya PPK berbasis kelas.

PPPPTK PENJAS BK

  B. Tujuan Modul ini disajikan agar Saudara memiliki kompetensi dalam memahami konsep dasar aspek-aspek pembelajaran dan menganalisis materi pembelajaran sesuai bekal ajar peserta didik dengan mengintegrasikan nilai karakter gotong royong, dan karakter mandiri.

  C. Peta Kompetensi Memahami Konsep Dasar Aspek-Aspek Pembelajaran dan Menganalisis Materi Pembelajaran Sesuai Bekal Ajar Peserta Didik

Memahami

Pengertian Memahami

  Identifiksi

Konsep Dasar

Konsep Dasar permasalahan

  Bentuk, jenis.ciri- Aspek Pelaksanaan pelaksanaan.

Kesulitan

ciri Pembelajaran

  Penyebab Belajar pembelajaran

  3 Pemblelajaran Mengatasi

  Altrnatif PJOK Memahami Konsep Dasar Aspek

  Tindak lanjut hasil refleksi Prosudur, Langkah pemberian Refleksi pembelajaran refleksi dlm pembelajaran Dalam

  Pembelajaran PJOK 2 Pengelolaan Pembelajaran

  Gambar 1. Peta Kompetensi

PPPPTK PENJAS BK

  2

  D. Ruang Lingkup

  Ruang lingkup modul kompetensi pedagogik I, meliputi; kesulitan belajar peserta didik, pelaksanaan pembelajaran 3, dan refleksi dalam pembelajaran PJOK 2.

  E. Cara Penggunaan Modul

  Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru moda tatap muka, baik dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan di bawah.

  Gambar 2. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

E. 1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh

  Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka

PPPPTK PENJAS BK

  penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator. Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur dibawah.

  Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut,

  a. Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :  latar belakang yang memuat gambaran materi  tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi  kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.

   ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran  langkah-langkah penggunaan modul

  b. Mengkaji Materi

  Pada kegiatan mengkaji materi modul kompetensi pedagogik I fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai

PPPPTK PENJAS BK

  4 dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

  c. Melakukan aktivitas pembelajaran

  Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus. Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana menerapkan pemahaman materi-materi yang berada pada kajian materi. Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

  d. Presentasi dan Konfirmasi

  Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-

  review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran

  e. Persiapan Tes Akhir

  Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

E. 2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In

  Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In Service Learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

PPPPTK PENJAS BK

  Gambar 4. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan sebagai berikut,

  a. Pendahuluan

  Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :  latar belakang yang memuat gambaran materi  tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi  kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.  ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran  langkah-langkah penggunaan modul

  b. In Service Learning 1 (IN-1)

   Mengkaji Materi Pada kegiatan mengkaji materi modul kompetensi pedagogik I, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta

PPPPTK PENJAS BK

  6 untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.  Melakukan aktivitas pembelajaran

  Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada IN1. Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (ON)

   Mengkaji Materi Pada kegiatan mengkaji materi modul kompetensi pedagogik I guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan kepada peserta.

   Melakukan aktivitas pembelajaran Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang telah disusun pada IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer discussion yang secara langsung di

PPPPTK PENJAS BK

  8

  dilakukan di sekolah maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON. Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job learning.

  d. In Service Learning 2 (IN-2)

  Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk tagihan ON yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran

  f. Persiapan Tes Akhir

  Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

E. 3. Lembar Kerja

  Modul pembinaan karir guru modul kompetensi pedagogik I teridiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas- aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari. Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut. Tabel1. Daftar Lembar Kerja Modul

  No Kode LK Nama LK Keterangan

  1. LK.-1. Kesulitan Belajar Peserta Didik TMP, ON

  2. LK.-2. Pembelajaran PJOK alternatif TMP, ON

  3. LK.-3. Refleksi dalam Pembelajaran TMP, ON Keterangan. TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh ON : Digunakan pada on the job learning

PPPPTK PENJAS BK

  PPPPTK PENJAS BK KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK

  A. Tujuan

  Melalui curah pendapat dan penugasan peserta peserta mampu menjelaskan cara-cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam mengelola pembelajaran PJOK dengan mengitegrasikan nilai karakter gotong royong .

  B. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menjelaskan pengertian kesulitan belajar peserta didik.

  2. Mengidentifikasi bentuk, jenis dan ciri-ciri kesulitan belajar peserta didik.

  3. Mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar peserta didik.

  4. Menjelaskan cara-cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

  5. Menunjukkan nilai karakter menghargai.

  6. Menunjukkan nilai karakter kerjasama. 7. menunjukkan nilai karakter musyawarah mufakat.

  C. Uraian Materi

1. Pengertian Kesulitan Belajar

  Dalam konteks belajar sepanjang hayat, fenomena kesulitan belajar merupakan hal yang lumrah terjadi baik pada anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Secara umum kesulitan belajar merujuk pada ketidak mampuan seseorang untuk melakukan belajar, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di lingkungan persekolahan, kesulitan belajar merupakan ketidakmampuan anak atau siswa untuk belajar, termasuk menghindari belajar, sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan atau bahkan gagal mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh gangguan-gangguan pada diri individu baik yang bersifat psikologis, fisiologis, anatomis, maupun sosiologis.

2. Bentuk, Jenis dan Ciri-ciri Kesulitan Belajar Peserta Didik

  a. Bentuk Kesulitan Belajar Ada dua bentuk kesulitan belajar, yaitu: (1) Kesulitan belajar

  yang berhubungan dengan perkembangan (developmental

  learning disabilities), dan (2) Kesulitan belajar akademik

  (academik learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan, mencangkup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian prilaku sosial. Kesulitan belajar akademik berhubungan dengan adanya kegagalan- kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan matematika.

  b. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar.

  Kesulitan belajar merupakan konsep yang sangat luas. Para ahli psikologi mengelompokkan jenis kesulitan belajar ke dalam lima kelompok, meskipun bata-batas dari setiap jenis tidak begitu jelas, ada yang tumpang tindih, namun ada perbedaannya. Ada lima jenis kesulitan belajar yang dikelompokkan oleh para akhli psikologi dengan latar belakang keilmuannya yang relative berbeda. Kelima jenis kesulitan belajar tersebut adalah: (1)

  learning disabilities, (2) slow learner, (3) underachiever, (4) Learning disfunction, dan (5) Learning Disorder

  1) Learning disabilities.

  Learning disabilities (LD) adalah kondisi ketidakmampuan

  anak untuk belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya. Anak LD adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar dan disfungsi sistem syarat pusat atau gangguan neurologis yang diwujudkan dalam kegagalan- kegagalan yang nyata. Kegagalan yang sering dialami oleh anak LD adalah dalam hal pemahaman, penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja, berfikir,

PPPPTK PENJAS BK

  10 menulis, berhitung dan keterampilan sosial. Kesulitan belajar tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan. Ciri-ciri learning disabilties: a) Daya ingatnya terbatas (relatif kurang baik), b) Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, c) lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya, d) bingung dengan operasionalisasi tanda- tanda dalam pelajaran matematika, e) kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar, f) sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat, g) sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas dengan tuntas, h) iImpulsif yaitu bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu, i) sulit berkonsentrasi, j) sering melanggar aturan, k) tidak disiplin, l) emosional, m) menolak bersekolah, n) tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis, o) kacau dalam memahami hari dan waktu, p) kebingungan dalam membedakan. 2) Underachiever.

  Konsep underachiever lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang. Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan dan atau bakat yang dimilikinya. Underachiever identik dengan keterlambatan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia dan keberbakatan yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.” 3) Slow learner.

  Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,

  sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain padahal mereka memiliki tingkat potensi intelektual yang sama. Pada kasus peserta

PPPPTK PENJAS BK

  didik yang pandai musik mungkin dibidang lain ia ketinggalan, demikian juga yang pandai dibidang olah raga mungkin lemah dalam bidang yang lain, maka yang mempengaruhi kondisi tersebut adalah bakat yang ada pada peserta didik

  4) Learning disfunction Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar

  yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contohnya, siswa yang memiliki postur yang tinggi, atletis, kekuatan dan kecepatan sangat menonjol dibanding komponen fisik lainnya, dan dia sangat cocok untuk menjadi pelompat tinggi, namun karena tidak pernah dilatih keterampilan lompat tinggi, maka dia tidak memiliki prestasi lompat tinggi. Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan. Ciri-ciri perilaku nyata dari anak yang memiliki kesulitan belajar jenis Learning disfunction, antara lain: (1) hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, (2) lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan (development), (3) menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang wajar dalam proses belajar, (4) tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan (kepandaian atau keterampilan) dengan hasil sempurna yang mestinya dicapai. Beberapa gejala perilaku yang merupakan wujud gejala kesulitan belajar, antara lain: (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya, (2) hasil yang dicapai tidak

PPPPTK PENJAS BK

  12 seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah, (3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, (4) menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, (5) menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya, (6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan dalam mencapai tujuan- tujuan belajar, memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference), (2) tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya, siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever, (3) tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar ini, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga

PPPPTK PENJAS BK

  dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. Masalah Kesulitan belajar, learning disfunction, memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti pada : (1) Pendidikan, yaitu adanya kasus yang dikenal sebagai anak yang pandai, memiliki pengetahuan umum yang luas, mudah dalam menangkap pelajaran dan cepat dalam menyelesaikan tugas- tugas akademik yang diberikan, namun disisi lain dikenal juga memiliki kegagalan khusus dalam membaca atau juga cenderung memiliki sikap-sikap belajar yang kurang mendukung upaya pencapaian prestasi yang baik seperti, malas, menyepelekan tugas, cepat bosan, kurang memperhatikan pelajaran, akibatnya secara umum prestasinya rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya, (2) Penyesuaian sosial, secara sosial cenderung kurang mampu menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan lingkungannya yang ditandai dengan gejala kurang kooperatif, pendiam, dan menarik diri, dan mereka tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara baik, (3) Emosional, secara psikologis memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor tes kemampuan verbal dan pernampilan, memiliki daya tangkap yang bagus, imajinatif tinggi, cepat dalam menyelesaikan persoalan tetapi cenderung hiperaktif, emosional, terburu-buru, kurang pertimbangan, malas, mudah frustrasi, serta menolak dengan berbagai alasan, (5) Kondisi neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan persepsi atau konsentrasi) merupakan faktor dominan yang melatar belakangi munculnya kegagalan dalam penguasaan keterampilan dasar belajar anak yang memiliki kelebihan di atas rata-rata. Akibat kondisi tersebut anak kurang mampu

PPPPTK PENJAS BK

  14 menguasai keterampilan prasyarat belajar akademik yang dibutuhkan. Kondisi tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri atau muncul sebagai rangkaian sebab akibat. Tak jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional, yaitu: (1) tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. (2) tidak dapat mengelola emosi dengan baik, (3) emosional yang tidak wajar, seperti, pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. (4) ekonomi, masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek ekonomi adalah orang yang kesulitan belajar (learning

  disfunction) dibawah rata-rata dengan orang yang tidak

  mengalami kesulitan belajar. Karena kebanyakan orang yang mengalami learning disfunction jarang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Tetapi tak jarang ekonomi orang learning disfunction ini dapat diatas rata-rata orang yang normal jika mereka maupun orang sekitar mereka mengetahui bakat mereka dan mendukung mereka.

5) Learning Disorder

  Kesulitan Belajar jenis Learning Disorder adalah suatu gangguan neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima, memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika. Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih dari pada teman-teman mereka, tetapi tidak

PPPPTK PENJAS BK

  mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula, Learning Disorder yang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa. Kesulitan belajar yang termasuk jenis Learning Disorder

  mencakup : (1) Disleksia (Dyslexia), yaitu gangguan belajar

  yang mempengaruhi membaca dan atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis, (2) Diskalkulia (Dyscalculia), yaitu gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitan memecahkan masalah matematika dan menangkap konsep-konsep dasar aritmatika, (3) Disgrafia (Dysgraphia), yaitu ketidak mampuan dalam menulis, terlepas dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus, (4) Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory and visual

  processing disorders), yaitu gangguan belajar yang

  melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya), (5) Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal

  Learning Disabilities), yaitu gangguan belajar dalam masalah dengan visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi.

  Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi non verbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.

PPPPTK PENJAS BK

  16

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar

  Secara umum, ada dua kondisi yang menyebabkan siswa sulit belajar, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup karakterisitk yang melekat pada individu, seperti tipe tubuh, kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar dan merasakan. Kondisi eksternal mencakup factor-faktor yang terdapat di luar individu yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap individu yang sedang belajar. Kondisi eksternal meliputi kondisi proses pembelajaran seperti guru, kualitas pembelajaran, saran pembelajaran, alat-alat pembelajaran serta lingkungan pembelajaran, baik lingkungan sosial, budaya, dan alam. Namun perlu diperhatikan oleh para guru PJOK bahwa kondisi- kondisi internal dan eksternal yang menyebabkan siswa sulit belajar, tidak serta merta dapat digeneralisasi kepada kesulitan belajar setiap individu, karena dalam pembelajaran PJOK ada beberapa kondisi yang berinteraksi juga dengan karakteristik lingkup aktivitas pembelajaran PJOK. Sebagai contoh siswa yang memiliki karakteristik percaya diri yang tinggi akan menghadapi kesulitan belajar pada proses pembelajaran aktivitas permainan yang sangat mementingkan nilai- nilai kerjasama, namun akan menjadi factor pendukung keberhasilan pada pembelajaran aktivitas bela diri. Untuk lebih memahami kondisi-kondisi internal dan eksternal yang secara bersama-sama berinteraksi dengan karakteristik lingkup pembelajaran PJOK yang dapat menyebabkan siswa sulit belajar akan dipaparkan seperti di bawah ini.

a. Faktor Internal 1) Transfer Negative.

  Transfer negative adalah respon-respon hasil belajar terdahulu berlawanan dengan respos yang sedang dipelajari. Dalam contoh di atas, bahwa karakteristik siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi (respon hasil belajar terdahulu ataupun sifatnya seperti itu) akan menghadapi kesulitan ketika yang

PPPPTK PENJAS BK

  bersangkutan belajar aktivitas olahraga permainan yang sangat mementingkan kerjasama. Dalam dimensi psikomotorik misalnya, siswa yang terbiasa belajar tennes lapangan akan kesulitan ketika yang bersangkutan belajar ketepatan pukulan dalam bulutangkis. Memukul bola tennes mempersyaratkan pergelangan tangannya harus difixir atau ditegangkan tidak boleh ada gerak lecutan, sementara dalam pukulan bulutangkis mempersyarat menggunakan gerak lecutan pergelangan tangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak akan mengalami kesulitan belajar manakala hasil-hasil belajar sebelumnya tidak memiliki hal-hal yang identik dengan hal-hal yang akan dipelajari berikutnyaas

2) Abilitas

  Abilitas adalah karakteristik individu yang relative permanen