PEDAGOGIK KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN PEMBELAJARAN ALTERNATIF

  

GURU PEMBELAJAR

MODUL PELATIHAN GURU

PENDIDIKAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN

KESEHATAN

  

SEKOLAH DASAR (SD)

KELOMPOK KOMPETENSI I

PEDAGOGIK

KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DAN

PEMBELAJARAN ALTERNATIF

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TAHUN 2016

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  Penulis: 1.

   Abdullah, S.Pd, 08129996876, e-Mail: abe007_md@yahoo.com 2. Amansyah, S.Pd, M.Pd, 08126380088, e-Mail: amansyahquash@gmail,com

  Penelaah: 1.

   Prof. Dr. Hari Amirullah Rachman, M.Pd, 081392297979, e-Mail: harirachman@yahoo.com.au 2.

   Drs. Suroto, MA, Ph.D, 081331573321, e-Mail: suroto@unesa.ac.id 3. Dr. Sugito Adiwarsito, 085217181081, e-Mail: sugito72@yahoo.com Ilustrator: Maya Nurini, S.Pd Hak cipta dilindungi undang-undang

  Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PPPPTK PENJAS DAN BK

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD KATA SAMBUTAN

  Peran guru professional dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru professional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

  Pengembangan profesionalitas guru melalui program Guru Pembelajar (GP) merupakan upaya peningkatan kompetensi untuk semua guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui uji kompetensi guru (UKG) untuk kompetensi pedagogic dan professional pada akhir tahun 2015. Hasil UKG menunjukan peta kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG melalui program Guru Pembelajar. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Guru Pembelajar dilaksanakan melalui pola tatap muka, daring (online) dan campuran (blended) tatap muka dengan online. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK), Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (LP3TK KPTK), dan Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) merupakan Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul untuk program Guru Pembelajar (GP) tatap muka dan GP online untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program GP memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru. Mari kita sukseskan program GP ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

  Jakarta, Februari 2016

PPPPTK PENJAS DAN BK

  ii

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  Dalam rangka mendukung pencapaian visi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

  tahun 2015-2019

  “Terbentuknya insan serta ekosistem pendidikan dan kebudayaan yang berkarakter dengan berlandaskan gotong royong” serta

  untuk merealisasikan misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat dan pembelajaran yang bermutu, PPPPTK Penjas dan BK tahun 2015-2019 telah merancang berbagai program dan kegiatan peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

  Salah satu upaya PPPPTK Penjas dan BK dalam merealisasikan program peningkatan kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) adalah melaksanakan kegiatan Diklat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang bahan ajar nya dikembangkan dalam bentuk modul berdasarkan standar kompetensi guru. Sesuai fungsinya bahan pembelajaran yang didesain dalam bentuk modul agar dapat dipelajari secara mandiri oleh para peserta diklat. Beberapa karakteristik yang khas dari bahan pembelajaran tersebut adalah: (1) lengkap (self-contained), artinya seluruh materi yang diperlukan peserta diklat untuk mencapai kompetensi tertentu tersedia secara memadai; (2) menjelaskan diri sendiri (self-explanatory), maksudnya penjelasan dalam paket bahan pembelajaran memungkinkan peserta diklat dapat mempelajari dan menguasai kompetensi secara mandiri; serta (3) mampu membelajarkan peserta diklat (self-instructional), yakni sajian dalam paket bahan pembelajaran ditata sedemikian rupa sehingga dapat memicu peserta diklat untuk secara aktif melakukan interaksi belajar, bahkan menilai sendiri kemampuan belajar yang dicapainya.

  Modul ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran utama dalam diklat pengembangan keprofesian berkelanjutan guru PJOK dan guru BK sebagai tindak lanjut dari Uji Kompetensi Guru (UKG). Kami mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi serta penghargaan setinggi- tingginya kepada tim penyusun, baik penulis, tim pengembang teknologi pembelajaran, pengetik, tim editor, maupun tim pakar yang telah mencurahkan pemikiran, meluangkan waktu untuk bekerja keras secara kolaboratif dalam mewujudkan modul ini.

  Semoga apa yang telah kita hasilkan memiliki makna strategis dan mampu memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan terutama dalam bidang PJOK dan BK yang akan bermuara pada peningkatan mutu pendidikan nasional.

PPPPTK PENJAS DAN BK

  PPPPTK PENJAS DAN BK iv

  26

  2

  2

  3

  4

  4

  4

  4

  22

  22

  23

  24

  26

  26

  26

  60

  1

  70

  79

  78

  75

  74

  72

  72

  70

  60

  63

  63

  63

  63

  62

  61

  1

  1

  MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN ……………………………………………………….......................................

  KEGIATAN PEMBELAJARAN 1: KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK

  F. Rangkuman ………………………………………………………………………………….......

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ……………………………………………………………………..

  D. Aktivitas Pembelajaran ……………………………………………………………………..

  C. Uraian Materi ………………………………………………………….…………………….....

  B. Indikator ………………………………………………………………….……………………....

  A. Tujuan ………………………………………………………………….……………………........

  E. Cara Penggunaan Modul ………………….………………………….……………………....

  

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2: PEMBELAJARAN PJOK DENGAN

PENDEKATAN SAINTIFIK ………............................................................................

  D. Ruang Lingkup ………………………………………………………….…………………….....

  C. Peta Kompetensi ……………………………………………………....……………………......

  B. Tujuan ……………………………………………………………….…..…………………….........

  A. Latar Belakang ……………………………………………………..…..……………………......

  PENDAHULUAN ………………………………………………………….……………………........

  KATA PENGANTAR ....................................…………………………………………………… DAFTAR ISI ……………………………………………………………….................................... DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..……………………...... DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………………………..

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………….………………….

  A. Tujuan ……………………………………………………………………….…………………....

  Hal i ii iii iv iv

  B. Indikator ………………………………………………………………….……………………...

  KUNCI JAWABAN ………………………………………………………………….…….………... EVALUASI ……………………………………………………………………………………………. PENUTUP ………………………………………………………………….…….…………………...... GLOSARIUM …………………………………………………………………….…………………..... DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….………………….....

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………….…….……………

  F. Rangkuman ………………………………………………………………….………………….

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ……………………………………………….…….………………

  D. Aktivitas Pembelajaran …………………………………………………….………………

  C. Uraian Materi ……………………………………………………………….………………….

  A. Tujuan ……………………………………………………………………….…………………....

  B. Indikator ………………………………………………………………….……………………...

  KEGIATAN PEMBELAJARAN 3: REFLEKSI DALAM PEMBELAJARAN PJOK 2 ………................................................................................................................

  G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………….…….……………

  F. Rangkuman ………………………………………………………………….………………….

  E. Latihan/ Kasus /Tugas ……………………………………………….…….………………

  D. Aktivitas Pembelajaran …………………………………………………….………………

  C. Uraian Materi ……………………………………………………………….………………….

  80

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Peta Kompetensi 2 …………………. ………………………………………………

  …………

  29 Gambar 2. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif ………….

  ……………………………………………………

  33 Gambar 3. Hasil Belajar …………………..

  …………………

  34 Gambar 4. Pendekatan Ilmiah Dalam Pembelajaran ……………

  49 Gambar 5. Zone of Proximal Development ………………

  ……………………………… DAFTAR TABEL

  38 Tabel 1.1 Tingkatan . Pertanyaan ……. …………… ………………………… ….

  66 Tabel 2.2 Format Pencatatan Fakta Pembelajaran

  ………..……………..…

  6 Tabel 2.3 Format Identifikasi Masalah

  7 …………..……………………………....

Tabel 2.4 Format Catatan Lapangan

  6

  8 ……………………………………………...

Tabel 2.5 Format Catatan di lapangan

  6

  9 …………………………………………...

PPPPTK PENJAS DAN BK

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan. Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

B. Tujuan

  Modul ini disajikan agar Anda memiliki kompetensi dalam menganalisis materi pembelajaran dari berbagai lingkup pembelajaran untuk mendapatkan kompetensi dasar yang meliputi: kesulitan belajar peserta didik, dan refleksi dalam pembelajaran PJOK 2 dengan pendekatan saintifik harus dimiliki dalam mengelola pembelajaran mulai dari melakukan perencanaan, melaksanakan, dan melakukan penilaian sesuai dengan standar yang berlaku.

PPPPTK PENJAS DAN BK

   Peta Kompetensi D. Ruang Lingkup

  Modul ini berisi tentang analisis materi pembelajaran dan bekal ajar peserta didik, yang meliputi; kesulitan belajar peserta didik, pelaksanaan pembelajaran 3, dan refleksi dalam pembelajaran PJOK 2.

  Memahami konsep dasar aspek-aspek pembelajaran dan menganalisis materi pembelajaran sesuai bekal ajar peserta didik

  Memahami Konsep Dasar Aspek Kesulitan

  Belajar Peserta Didik Memahami Konsep Dasar

  Aspek Pelaksanaan Pembelajaran 3 Memahami konsep dasar aspek

  Refleksi Dalam Pembelajaran PJOK 2

  Pen g e lo la an P e m b e laja ra n

  Mngtasi kesulitan belajar Pnybab kesulitan belajar Bentuk,jenis.ciri kes beljr Pengertian kesulitan belajar pada peserta didik

  Pen g e lo laan P e m b e laja ra n

  Pembl. Altrnatif PJOK Identifiksi permasalahan pelaksanaan. pembelajaran

  Pen g e lo laan P e m b e laja ra n

  Tindak lanjut hasil refleksi pembelajaran(perencanaa n,pelaksanaan dan

penilaian)

  Prosudur, Lngkah pemberian refleksi dlm pembljrn

PPPPTK PENJAS DAN BK

2 MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD C.

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

E. Cara Penggunaan Modul

  Untuk memahami dan mampu melaksanakan seluruh isi dalam modul ini Anda diharapkan membaca secara seksama, menelaah informasi tambahan yang diberikan oleh fasilitator, serta menggali lebih dalam informasi yang diberikan melalui eksplorasi sumber-sumber lain, melakukan diskusi, serta upaya lain yang relevan. Pada tahap penguasaan keterampilan diharapkan Anda mencoba berbagai keterampilan yang disajikan secara bertahap sesuai dengan langkah dan prosedur yang dituliskan dalam modul ini. Cobalah berkali-kali dan kemudian Anda bandingkan keterampilan dan pengetahuan yang Anda kuasai dengan kriteria yang ada dalam setiap pembahasan. Selain itu Anda juga diminta untuk mengerjakan berbagai tugas/ latihan/ kasus yang disajikan. Pengerjaan tugas/ latihan/ kasus didasarkan pada informasi yang ada pada modul ini sebelumnya, dan kemudian diperkaya dengan berbagai informasi yang Anda dapat dari sumber-sumber lain.

PPPPTK PENJAS DAN BK

  MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Tujuan

  Mampu mempraktikkan cara-cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik dalam mengelola pembelajaran PJOK

  Indikator Pencapaian Kompetensi B.

  1. Menjelaskan pengertian kesulitan belajar peserta didik

  2. Mengidentifikasi bentuk, jenis dan ciri-ciri kesulitan belajar peserta didik

  3. Mengidentifikasi penyebab kesulitan belajar peserta didik

  4. Mempraktekan cara-cara mengatasi kesulitan belajar peserta didik C.

   Uraian Materi 1. Pengertian Kesulitan Belajar

  Dalam konteks belajar sepanjang hayat, fenomena kesulitan belajar merupakan hal yang lumrah terjadi baik pada anak-anak, remaja, orang dewasa, orang tua, baik laki-laki maupun perempuan. Secara umum kesulitan belajar merujuk pada ketidak mampuan seseorang untuk melakukan belajar, sehingga hasil belajarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Di lingkungan persekolahan, kesulitan belajar merupakan ketidakmampuan anak atau siswa untuk belajar, termasuk menghindari belajar, sehingga prestasi belajar yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria standar yang telah ditetapkan atau bahkan gagal mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya. Ketidakmampuan ini disebabkan oleh gangguan-gangguan pada diri individu baik yang bersifat psikologis, fisiologis, anatomis, maupun sosiologis.

  2. Bentuk, Jenis dan Ciri-ciri Kesulitan Belajar Peserta Didik a. Bentuk Kesulitan Belajar Ada dua bentuk kesulitan belajar, yaitu: (1) Kesulitan belajar

  yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning

  disabilities), dan (2) Kesulitan belajar akademik (academik learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan dengan

  perkembangan, mencangkup gangguan motorik dan persepsi,

PPPPTK PENJAS DAN BK

  4

b. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar.

  PPPPTK PENJAS DAN BK MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian prilaku sosial. Kesulitan belajar akademik berhubungan dengan adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan metematika.

  Kesulitan belajar merupakan konsep yang sangat luas. Para ahli psikologi mengelompokkan jenis kesulitan belajar ke dalam lima kelompok, meskipun bata-batas dari setiap jenis tidak begitu jelas, ada yang tumpang tindih, namun ada perbedaannya. Ada lima jenis kesulitan belajar yang dikelompokkan oleh para akhli psikologi dengan latar belakang keilmuannya yang relative berbeda. Kelima jenis kesulitan belajar tersebut adalah: (1) learning disabilities, (2)

  slow learner, (3) underachiever, (4) Learning disfunction, dan (5) Learning Disorder

  1) Learning disabilities.

  Learning disabilities (LD) adalah kondisi ketidakmampuan anak

  untuk belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi intelektualnya. Anak LD adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis dasar dan disfungsi sistem syarat pusat atau gangguan neurologis yang diwujudkan dalam kegagalan- kegagalan yang nyata. Kegagalan yang sering dialami oleh anak

  LD adalah dalam hal pemahaman, penggunaan pendengaran,

  berbicara, membaca, mengeja, berfikir, menulis, berhitung dan keterampilan sosial. Kesulitan belajar tersebut bukan bersumber pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi, tetapi dapat muncul secara bersamaan. Ciri-ciri learning disabilties: a) Daya ingatnya terbatas (relatif kurang baik), b) Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca, c) lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucapannya, d) bingung dengan operasionalisasi tanda-

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  tanda dalam pelajaran matematika, e) kesulitan dalam mengurutkan angka secara benar, f) sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan kemampuan daya ingat, g) sangat aktif dan tidak mampu menyelesaikan tugas dengan tuntas, h) iImpulsif yaitu bertindak tanpa dipikir terlebih dahulu, i) sulit berkonsentrasi, j) sering melanggar aturan, k) tidak disiplin, l) emosional, m) menolak bersekolah, n) tidak stabil dalam memegang alat-alat tulis, o) kacau dalam memahami hari dan waktu, p) kebingungan dalam membedakan. 2) Underachiever.

  Konsep underachiever lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang. Underachiever adalah anak yang berprestasi rendah dibandingkan tingkat kecerdasan dan atau bakat yang dimilikinya. Underachiever identik dengan keterlamb atan akademik yang berarti bahwa “keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensia dan keberbakatan yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.” 3) Slow learner.

  Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,

  sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain padahal mereka memiliki tingkat potensi intelektual yang sama.

  4) Learning disfunction Learning disfunction merupakan gejala dimana proses belajar

  yang dilakukan oleh siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya sub-normalitas mental, gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contohnya, siswa yang memiliki postur yang tinggi,atletis, kekuatan dan kecepatan sangat menonjol disbanding komponen fisik lainnya, dan dia sangat cocok untuk menjadi pelompat tinggi, namun karena tidak pernah dilatih keterampilan lompat tinggi, maka dia tidak memiliki prestasi lompat tinggi. Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan

PPPPTK PENJAS DAN BK

  6

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  syaraf otak sehingga terjadinya gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan. Ciri-ciri perilaku nyata dari anak yang memiliki kesulitan belajar jenis Learning disfunction, antara lain: (1) hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, (2) lambat dalam melaksanakan tugas kegiatan belajar (akademik) dan perkembangan (development), (3) menunjukkan sikap (personality), tingkah laku, cara pikir dan gejala emosional yang kurang wajar dalam proses belajar, (4) tidak setara antara IQ dan prestasi atau antara prestasi kecakapan (kepandaian atau keterampilan) dengan hasil sempurna yang mestinya dicapai. Beberapa gejala perilaku yang merupakan wujud gejala kesulitan belajar, antara lain: (1) menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya, (2) hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah, (3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan, (4) menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya, (5) menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya, (6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti: pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan dalam mencapai tujuan- tujuan belajar, memiliki cirri-ciri sebagai berikut : (1) dalam

PPPPTK PENJAS DAN BK

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery

  level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan

  oleh guru (criterion reference), (2) tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya, siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever, (3) tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar ini, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. Masalah Kesulitan belajar, learning disfunction, memiliki dampak pada beberapa aspek, seperti pada : (1) Pendidikan, yaitu adanya kasus yang dikenal sebagai anak yang pandai, memiliki pengetahuan umum yang luas, mudah dalam menangkap pelajaran dan cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik yang diberikan, namun disisi lain dikenal juga memiliki kegagalan khusus dalam membaca atau juga cenderung memiliki sikap-sikap belajar yang kurang mendukung upaya pencapaian prestasi yang baik seperti, malas, menyepelekan tugas, cepat bosan, kurang memperhatikan pelajaran, akibatnya secara umum prestasinya rendah dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya, (2) Penyesuaian sosial, secara sosial cenderung kurang mampu menjalin relasi sosial yang memuaskan dengan lingkungannya yang ditandai dengan gejala kurang kooperatif,

PPPPTK PENJAS DAN BK

  8

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  pendiam, dan menarik diri, dan mereka tidak dapat bersosialisasi dengan lingkungan secara baik, (3) Emosional, secara psikologis memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor tes kemampuan verbal dan pernampilan, memiliki daya tangkap yang bagus, imajinatif tinggi, cepat dalam menyelesaikan persoalan tetapi cenderung hiperaktif, emosional, terburu-buru, kurang pertimbangan, malas, mudah frustrasi, serta menolak dengan berbagai alasan, (5) Kondisi neurologis (gangguan motorik) dan psikologis (gangguan persepsi atau konsentrasi) merupakan faktor dominan yang melatar belakangi munculnya kegagalan dalam penguasaan keterampilan dasar belajar anak yang memiliki kelebihan di atas rata-rata. Akibat kondisi tersebut anak kurang mampu menguasai keterampilan prasyarat belajar akademik yang dibutuhkan. Kondisi tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri atau muncul sebagai rangkaian sebab akibat. Tak jarang masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek emosional, yaitu: (1) tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. (2) tidak dapat mengelola emosi dengan baik, (3) emosional yang tidak wajar, seperti, pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. (4) ekonomi, masalah yang timbul dari learning disfunction pada aspek ekonomi adalah orang yang kesulitan belajar (learning

  disfunction) dibawah rata-rata dengan orang yang tidak

  mengalami kesulitan belajar. Karena kebanyakan orang yang mengalami learning disfunction jarang bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan tepat. Tetapi tak jarang ekonomi orang learning disfunction ini dapat diatas rata-rata orang yang normal jika mereka maupun orang sekitar mereka mengetahui bakat mereka dan mendukung mereka.

5) Learning Disorder

  Kesulitan Belajar jenis Learning Disorder adalah suatu gangguan

  neurologis yang mempengaruhi kemampuan untuk menerima,

PPPPTK PENJAS DAN BK

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  memproses, menganalisis atau menyimpan informasi. Anak dengan Learning Disorder mungkin mempunyai tingkat intelegensia yang sama atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya, tetapi sering berjuang untuk belajar secepat orang di sekitar mereka. Masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan gangguan belajar yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, mengingat, penalaran, serta keterampilan motorik dan masalah dalam matematika. Anak-anak dengan Learning Disorder yang tidak di terapi, akan mempengaruhi kepercayaan diri mereka. Mereka berusaha lebih dari pada teman-teman mereka, tetapi tidak mendapatkan pujian atau reward dari guru atau orang tua. Demikian pula,

  Learning Disorder yang tidak di terapi dapat menyebabkan penderitaan psikologis yang besar untuk orang dewasa.

  Kesulitan belajar yang termasuk jenis Learning Disorder

  mencakup : (1) Disleksia (Dyslexia), yaitu gangguan belajar yang

  mempengaruhi membaca dan atau kemampuan menulis. Ini adalah cacat bahasa di mana seseorang memiliki kesulitan untuk memahami kata-kata tertulis, (2) Diskalkulia (Dyscalculia), yaitu gangguan belajar yang mempengaruhi kemampuan matematika. Seseorang dengan diskalkulia sering mengalami kesulitan memecahkan masalah matematika dan menangkap konsep- konsep dasar aritmatika, (3) Disgrafia (Dysgraphia), yaitu ketidak mampuan dalam menulis, terlepas dari kemampuan untuk membaca. Orang dengan disgrafia sering berjuang dengan menulis bentuk surat atau tertulis dalam ruang yang didefinisikan. Hal ini juga bisa disertai dengan gangguan motorik halus, (4) Gangguan pendengaran dan proses visual (Auditory

  and visual processing disorders), yaitu gangguan belajar yang

  melibatkan gangguan sensorik. Meskipun anak tersebut mungkin dapat melihat dan atau mendengar secara normal, gangguan ini menyulitkan mereka dari apa yang mereka lihat dan dengar. Mereka akan sering memiliki kesulitan dalam pemahaman bahasa, baik tertulis atau auditori (atau keduanya),

PPPPTK PENJAS DAN BK

  10

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  (5) Ketidakmampuan belajar nonverbal (Nonverbal Learning

  Disabilities), yaitu gangguan belajar dalam masalah dengan

  visual-spasial, motorik, dan keterampilan organisasi. Umumnya mereka mengalami kesulitan dalam memahami komunikasi non verbal dan interaksi, yang dapat mengakibatkan masalah sosial.

3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kesulitan Belajar

  Secara umum, ada dua kondisi yang menyebabkan siswa sulit belajar, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal mencakup karakterisitk yang melekat pada individu, seperti tipe tubuh, kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, jenis kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat, dan kemampuan penginderaan seperti melihat, mendengar dan merasakan. Kodisi eksternal mencakup factor-faktor yang terdapat di luar individu yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap individu yang sedang belajar. Kondisi eksternal meliputi kondisi proses pembelajaran seperti guru, kualitas pembelajaran, saran pembelajaran, alat-alat pembelajaran serta lingkungan pembelajaran, baik lingkungan sosial, budaya, dan alam. Namun perlu diperhatikan oleh para guru PJOK bahwa kondisi-kondisi internal dan eksternal yang menyebabkan siswa sulit belajar, tidak serta merta dapat digeneralisasi kepada kesulitan belajar setiap individu, karena dalam pembelajaran PJOK ada beberpa kondisi yang berinteraksi juga dengan karakteristik lingkup aktivitas pembelajaran PJOK. Sebagai contoh siswa yang memiliki karakteristik percaya diri yang tinggi akan menghadapi kesulitan belajar pada proses pembelajaran aktivitas permainan yang sangat mementingkan nilai-nilai kerjasama, namun akan menjadi factor pendukung keberhasilan pada pembelajaran aktivitas bela diri. Untuk lebih memahami kondisi-kondisi internal dan eksternal yang secara bersama-sama berinteraksi dengan karakteristik lingkup pembelajaran PJOK yang dapat menyebabkan siswa sulit belajar akan dipaparkan seperti di bawah ini.

PPPPTK PENJAS DAN BK

  MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD a. Faktor Internal 1) Transfer Negative.

  Transfer negative adalah respon-respon hasil belajar terdahulu berlawanan dengan respos yang sedang dipelajari. Dalam contoh di atas, bahwa karakteristik siswa yang memiliki percaya diri yang tinggi (respon hasil belajar terdahulu ataupun sifatnya seperti itu) akan menghadapi kesulitan ketika yang bersangkutan belajar aktivitas olahraga permainan yang sangat mementingkan kerjasama. Dalam dimensi psikomotorik misalnya, siswa yang terbiasa belajar tennes lapangan akan kesulitan ketika yang bersangkutan belajar ketepatan pukulan dalam bulutangkis. Memukul bola tennes mempersyaratkan pergelangan tangannya harus difixir atau ditegangkan tidak boleh ada gerak lecutan, sementara dalam pukulan bulutangkis mempersyarat menggunakan gerak lecutan pergelangan tangan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak akan mengalami kesulitan belajar manakala hasil-hasil belajar sebelumnya tidak memiliki hal-hal yang identik dengan hal-hal yang akan dipelajari berikutnya.

  2) Abilitas Abilitas adalah karakteristik individu yang relative permanen atau

  stabil, ditentukan oleh factor keturunan dan berkembang relative secara otomatis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dan tidak dapat diubah melalui latihan atau pengalaman. Yang termasuk factor abilitas misalnya: a) Anthropometric atau bentuk dan ukuran tubuh. Anak yang badannya tinggi akan kesulitan belajar aktivitas senam lantai yang sangat memntingkan kelentukan, stabilisasi, dsb. Begitu juga anak yang pendek akan kesulitan belajar aktivitas olahraga permainan bola voli atau bola basket yang mempersyaratkan tinggi badan.

  b) Komposisi serabut otot merah dan serabut otot putih. Anak yang dominan memiliki serabut otot merah akan kesulitan dalam belajar aktivitas olahraga atau aktivitas fisik lainnya yang memerlukan kecepatan. Misalnya lari cepat atau

PPPPTK PENJAS DAN BK

  12

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  olahraga beladiri. Sementara anak yang dominan memiliki serabut otot putih akan kesulitan dalam belajar aktivitas olahraga atau aktivitas fisik lainnya yang memerlukan daya tahan. Misalnya lari jarak jauh atau renang jarak jauh.

  c) Kemampuan motorik umum. Meskipun masih diperdebatkan, namun ada fakta yang menunjukan bahwa anak yang memiliki kemampuan motorik umum yang tinggi cenderung mudah belajar dalam berbagai bentuk dan jenis lingkup aktivitas pembelajaran. Anak seperti ini disebut anak “serba bisa” atau allround, namun tidak dapat mencapai prestasi tinggi. Sebaliknya anak yang tingkat kemampuan motorik umumnya rendah akan kesulitan belajar di berbagai lingkup aktivitas pembelajaran. 3) Perbedaan Individual.

  Jenis kelamin. Anak perempuan akan mengalami kesulitan belajar lingkup akativitas pembelajaran olahraga dan permaianan yang menuntut kekuatan atau kecepatan gerak dibanding anak laki- laki. Sementara anak laki-laki akan mengalami kesulitan belajar ketika mereka mempelajari linkup aktivitas yang menuntut kelentukan dan koordinasi gerak dalam keterampilan halus atau

  fine motor skills, misalnya dalam senam lantai. Perbedaan ini

  diakibatkan oleh pengaruh: (1) perbedaan bentuk tubuh, (2) perbedaan struktur anatomis, (3) perbedaan fungsi fisiologis, dan (4) perbedaan budaya. Intelegensi. Intelegensi sering diartikan sebagai kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu dengan tujuan, berpikir rasional, mampu menangani masalah di lingkungan secara efektif, mampu menyesuaikan dengan situasi baru, kemampuan berpikir abstrak, dan berpikir cepat. Anak yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah akan mengalami kesulitan belajar dalam lingkup aktivitas keterampilan olahraga dan permainan yang kompleks. Misalnya anak yang memiliki intelegensi yang rendah akan mengalami kesulitan belajar dalam aktivitas permainan sepak bola atau permainan bola basket yang sangat membutuhkan kemampuan

PPPPTK PENJAS DAN BK

MODUL GURU PEMBELAJAR PJOK SD

  taktik dan strategi bermain yang tinggi. Anak-anak yang memiliki cacad mental cenderung mengalami cacad keterampilan motorik. 4) Kesiapan Belajar.

  Konsep kesiapan belajar merupakan konsep yang kompleks, karena melibatkan kesiapan aspek intelektual, mental dan emosi, dan aspek fisik. Dalam kehidupan manusia keterlibatan aspek kognitif, afektif, psikomotor, dan sosial psikologis saling berinteraksi. Namun demikian, konsep kesiapan belajar dapat disederhanakan sebagai suatu kondisi individu yang membuat suatu tugas tertentu pantas dan bisa dikuasai. Dalam, konteks belajar gerak, anak akan dapat menguasai suatu keterampilan jika atribut-atribut yang mendukung (seperti tingkat kekuatan, daya tahan, dan atribut lainnya) pelaksanaan keterampilan tersebut telah cukup berkembang, dan siswa yang belum memiliki atau masih rendah tingkatan atribut-atribut tersebut akan mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu keterampilan gerak. Kesiapan aspek fisik yang dapat berpengaruh terhadap penampilan keterampilan motorik dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: