Dampak pemindahan lokasi pedagang kaki lima terhadap pendapatan jumlah pengunjung dan biaya operasional - USD Repository

  

DAMPAK PEMINDAHAN LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA

TERHADAP PENDAPATAN, JUMLAH PENGUNJUNG DAN

BIAYA OPERASIONAL

  Studi Kasus: Resto PKL Mrican

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

  

Oleh:

Titus Dion Meliala

NIM: 011324060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

  

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

Kegagalan bukan hal terburuk di Dunia. Yang terburuk adalah

jika tidak mau mencoba sesuatu.

Orang bodoh enggan memberi maaf dan melupakan

kesalahan. Orang naïf selalu siap memaafkan dan melupakan

kesalahan. Sedangakan orang bijak mau memaafkan, tetapi

tidak melupakan kesalahan.

  Thomas Szasz

Dimana ada cinta, disitu bakal tumbuh optimesme dan harapan.

  Willa Cather

Yang paling menyenangkan dari Cinta adalah ketika kita masih

bisa mencintai seseorang.

  Francois de la Rochefoucould Skripsi ini Kupersembahkan untuk:

  Bapa dan Bunda Maria Kedua orang tuaku Kakak-kakakku Seseorang yang aku cintai dan aku sayangi (Morin)

  

ABSTRAK

Dampak Pemindahan Lokasi Pedagang Kaki Lima Terhadap Pendapatan,

Jumlah Pengunjung dan Biaya Operasional

  

Studi Kasus: Resto PKL Mrican

Oleh

Titus Dion M

  

Universitas Sanata Dharma

NIM: 011324060

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah

pendapatan, jumlah pengunjung dan biaya operasional sebelum dan sesudah

pemindahan lokasi. Penelitian ini termasuk studi perbandingan yang menguji

perilaku sebelum dan sesudah pemindahan lokasi.

  Penentuan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh sejumlah 32

pedagang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi,

wawancara dan kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis

dengan menggunakan uji Z.

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pendapatan,

jumlah pengunjung dan biaya operasional sebelum dan sesudah pemindahan

lokasi.

  1. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima mengakibatkan pendapatan menurun.

  2. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke Resto PKL Mrican, mengakibatkan jumlah pengunjung yang berbelanja menurun.

  3. Pemindahan lokasi pedagang kaki lima ke Resto PKL Mrican mengakibatkan biaya operasional naik

  

ABSTRACT

THE SIDE EFFECT OF CHANGE OF THE PLACE OF SIDEWALK

MERCHANTS TOWARDS THEIR INCOME, NUMBERS OF

CUSTUMERS AND OPERATIONAL COST

  

A Case study at Resto Sidewalk Merchants in Mrican Sleman Yogyakarta

Titus Dion M

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  

2007

The purpose of this research is to know the differences of the total income,

numbers of custumers and operational cost before and after the change of the

place of the sidewalk merchants happened. This research belongs to comperative

study which examines the behavior of the sidewalk merchants before and after the

changes of their place, Sample determination done by applying satiated sampling technique. The

populations of this research were 32 sidewalk merchants. The techniques of data

collection were observation, interview and questionnaire, The technique of data

analysis was Z test.

  The resuts of this research show that there are some differences income,

numbers of custemers and operational cost befero and the change of the place. It

can be see that:

  1. The change of the place of the sidewalk merchants makes their income decrease.

  2. The change of the place of the sidewalk merchants to the new place, Resto PKL Mrican, makes the numbers of their custumers who do shopping decrease.

  3. The change of the place of the sidewalk merchants to the new place, Resto PKL Mrican, makes their operational cost increase.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur Penulis haturkan kepada Allah Bapa di surga atas

terselesaikannya penyusunan skripsi dengan judul ”DAMPAK PEMINDAHAN

LOKASI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP PENDAPATAN,

JUMLAH PENGUNJUNG DAN BIAYA OPERASIONAL”.

  Adapun tujuan penulisan skripsi adalah guna memenuhi tugas dan syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas berkat bantuan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada yang terhormat:

  

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan.

  

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

  

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi Koperasi.

  

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan

sabar telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi ini.

  

5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar

  

6. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. yang telah memberikan banyak

masukan, saran dan dorongan kepada Penulis.

  

7. Bapak Y. M. V. Mudayen, S.Pd. yang telah memberikan banyak masukan,

saran dan dorongan kepada Penulis.

  

8. Bapak Panca Hartoto selaku Ketua Paguyupan Pedagang Resto PKL Mrican

yang telah memberikan ijin kepada Penulis untuk melaksanakan penelitian di Resto PKL Mrican

  

10. Para pedagang di Resto PKL Mrican yang telah bersedia memberikan

bantuan dan informasi pada pertanyaan-pertanyaan yang Penulis ajukan.

  

11. Mbak Titin, Mbak Aris, dan Bapak Wawiek selaku Petugas Sekretariat

Pendidikan Ekonomi terima kasih atas doa, dorongan, dan kesabarannya dalam menghadapi ”keluhan-keluhan” mahasiswa.

  

12. Keluarga besar T.Meliala dan S.Surbakti dan yang telah memberikan

dukungan baik moral maupun material.

  13. Temen-temen PEK 2001 tetap stay cool oce.

  

14. Temen-temen cewek yang manis dan crewet Uli, Riska, Dita, Narita, Helen,

Asus, Santi, Sulis, Kyki, Ririn, Rina, Nana, Totie, Etik, Fani masih banyak lagi yang gak dapat Saya sebutkan satu per satu. Thank’s 4 everything ’n keep fight.......

  

15. Penghuni kost Lampar 18 Bruno, Willi(Black), Willy(White), Rio(Coy),

Yerry, Monde, Bang Andos, Aswin, Andri, Vena, Ari, Afde Rendi(botak)

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  

Penulis

Titus Dion Meliala

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................v

ABSTRAK ................................................................................................................vi

ABSTRACT

  ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR..............................................................................................viii

DAFTAR ISI.............................................................................................................xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................xiii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................1 B. Rumusan Masalah..........................................................................................4 C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................4 D. Manfaat Penelitian .........................................................................................5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sektor Informal ............................................................................6 B. Ciri-ciri Sektor Informal ................................................................................8 C. Pedagang Kaki lima .......................................................................................10 D. Pendapatan .....................................................................................................14 E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan...............................16 F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ..............................17 G. Biaya Operasional..........................................................................................23 H. Pembangunan Kawasan Perkotaan ................................................................27

  A.

  Jenis Penelitian...............................................................................................36 B. Subyek Penelitian dan Lokasi Penelitian.......................................................36

  C. Teknik Pengambilan Sampel .........................................................................37

  D. Subyek dan Obyek Penelitian ........................................................................37 E.

  Data yang Dicari dan Pengukuran Variabel...................................................38

  F. Teknik Pengambilan Data..............................................................................38

  G. Teknik Analisis Data......................................................................................39

  BAB IV GAMBARAN UMUM A. Deskripsi Lokasi ............................................................................................44 B. Deskripsi Responden .....................................................................................50 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data..................................................................................................52 B. Pembahasan....................................................................................................69 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................................74 B. Saran ..............................................................................................................75 C. Keterbatasan penelitian..................................................................................77

  Tabel 1 : Pendapatan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test................... 53 Tabel 2 : Biaya Operasional One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test....... 54 Tabel 3 : Jumlah Pengunjung One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test...... 55 Tabel 4 : Statistik Deskiriptif Pendapatan.................................................... 57 Tabel 5 : Rangkuman Perubahan Pendapatan .............................................. 58 Tabel 6 : Test Statistik Pendapatan............................................................... 59 Tabel 7 : Statistik Deskiriptif Biaya Operasional......................................... 65 Tabel 8 : Rangkuman Perubahan Biaya Operasional................................... 61 Tabel 9 : Test Statistik Biaya Operasional ................................................... 67 Tabel 10 : Statistik Deskriptif Jumlah Pengunjung........................................ 64 Tabel 11 : Rangkuman Perubahan Jumlah Pengunjung................................. 65 Tabel 12 : Test Statistik Jumlah Pengunjung ................................................. 66 Tabel 13 : Hasil Analisis ................................................................................ 68

  

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

  Krisis ekonomi yang terjadi di negara berkembang membawa dampak yang signifikan terhadap perkembangan berbagai sektor perekonomian di Indonesia. Salah satu sektor ekonomi yang terancam oleh krisis ekonomi adalah sektor formal. Sektor formal mengalami gejolak hebat yang membuat mereka kawatir tentang kelanjutan usaha mereka, ancaman itu berawal ketika kurs rupiah terhadap dolar melemah, yang menyebabkan harga bahan baku naik. Likuiditas sektor-sektor formal mulai terganggu ketika para investor tidak mau lagi menanamkan sahamnya di sektor formal. Berbagai usaha untuk menanggulangi masalah itu diantaranya mengadakan perampingan tenaga kerja, agar usahanya tidak gulung tikar.

  Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami masa yang sulit karena dampak yang ditimbulkan oleh adanya krisis ekonomi sampai sekarang belum tertanggulangi. Salah satu dampak yang bisa dilihat akibat krisis ekonomi misalnya kekurangan modal dan pengangguran. Di Indonesia, masalah permodalan menjadi masalah yang dominan bagi perdagangan dan motor penggerak perekonomian, sebagai contoh kekurangan permodalan di sektor perdagangan yaitu sektor informal. Dengan terbatasnya modal yang mereka miliki menyebabkan mereka harus tersingkir dari persaingan di dunia usaha yang sesungguhnya.

  (skill) mereka yang terbatas. Sektor informal yang banyak digeluti oleh masyarakat Indonesia adalah pedagang kaki lima.

  Dalam perkembangan selanjutnya pedagang kaki lima menimbulkan persoalan- persoalan dalam masyarakat misalnya para pedagang kaki lima mengganggu tata keindahan kota. Masalahnya meliputi pengotoran, penghambatan lalulintas dan perusakan keindahan kota di tempat umum dimana mereka berjualan. Pedagang kaki lima berjualan diatas trotoar dan mengambil lokasi di daerah keramaian umum. Alasanya para pedagang kaki lima memiliki modal yang kurang dan omset penjualan yang relatif kecil untuk menyewa tempat /lokasi usaha.

  Hingga kini persoalan-persoalan yang menonjol tentang para pedagang kaki lima belum diselesaikan oleh pemerintah. Salah satu alternatif penyelesaian yang diambil pemerintah meliputi (1) Lokalisasi yakni penentuan tempat dan waktu usaha, (2)Pembangunan dan perbaikkan kios-kios pasar dan, (3)Pencegahan dan penghaluan apabila mereka berjualan di tempat-tempat umum (Karafir, 1997: 3).

  Di Yogyakarta, kebijaksanaan dan tindakan pemerintah terhadap pedagang kaki lima secara langsung dan tidak langsung sudah mulai dilaksanakan. Upaya penertiban pedagang kaki lima, terutama para pedagang yang berada di jalan-jalan protokol atau tempat larangan yang ada di Yogyakarta mulai dilaksanakan secara bertahap. Karena pemerintah juga harus memahami, bahwa sebagian dari mereka merupakan rakyat kecil, sehingga diperlukan toleransi. berbagai kalangan masyarakat. Ada yang mendukung dan adapula yang menolak, hal itu terjadi karena setiap masyarakat mempunyai tujuan dan pandangan yang berbeda.

  Seperti halnya pedagang kaki lima yang berada di jalan Gejayan dan sekitarnya terkena tindakan penertiban lokasi usaha berjualan sebagai upaya penertiban lokasi pedagang kaki lima. Secara paksa dan suka rela para pedagang kaki lima sebagian besar harus pindah berjualan ke Resto PKL Mrican.

  Sehubungan dengan hal itu dirasakan perlu mengevaluasi masalah pedagang kaki lima dalam konteks penertiban yakni pemindahan lokasi berjualan dipusatkan di Resto PKL Mrican. Hal ini selaras dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat secara adil dan merata bagi pedagang kaki lima. Sebagai pedagang kecil harus sekaligus golongan masyarakat bertaraf hidup rendah, peningkatan taraf hidup berhubungan erat dengan pendapatan yang selanjutnya tergantung pada lokasi berjualan dan jumlah pengunjung.

  Dalam kaitan dengan uraian tersebut di atas, dirasakan adanya penelitian mengenai Dampak Pemindahan Lokasi Pedagang kaki lima Terhadap Pendapatan,

  

Jumlah Pengunjung dan Biaya Operasional. Dengan mengetahui pendapatan, jumlah

  pengunjung dan biaya operasional maka pemerintah dan pedagang dapat menetapkan kebijaksanaan dan langkah-langkah yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

B. Rumusan Masalah

  lokasi pedagang kaki lima?

  3. Apakah ada perbedaan biaya operasional sebelum dan sesudah pemindahan lokasi pedagang kaki lima?

  C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui apakah pemindahan lokasi pedagang kaki lima mempengaruhi tingkat pendapatan.

  2. Untuk mengetahui apakah pemindahan lakasi pedagang mempengaruhi jumlah pengunjung.

  3. Untuk mengetahui apakah pemindahan lokasi pedagang mempengaruhi biaya operasional.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Pedagang kaki lima

  a. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah lokasi pedagang kaki lima sudah tepat.

  b. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan para pedagang kaki lima.

2. Bagi pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

  a. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan pedagang kaki lima di Daerah Istimewa Yogyakarta.

  c. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pedagang kaki lima di Yogyakarta.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu informasi untuk lebih lanjut dan juga menambah wawasan untuk rekan-rekan di Universitas Sanata Dharma.

  4. Bagi peneliti a.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang masalah pemindahan lokasi pedagang kaki lima.

  b.

  Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan kedalam praktek

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sektor Informal

  Pengertian mengenai sektor informal sampai saat ini masih dirasa kurang cukup memadai untuk menyebut mereka yang berada disektor informal maupun di sektor formal. Istilah sektor informal muncul di inggris pada tahun 1971-an yang merupakan hasil penelitian Keith Hart (Maridjo, 1990 : 10) yang berjudul “Informal income

  

opportuniteis an Urban Employment in Ghana’. Hart ini telah mempelopori studi yang

  lebih intens mengenai sektor informal ini, sejak itu istilah sektor informal digunakan dalam studi-studi yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya periperal.

  Menurut Sucipto Wirosardjono (Prisma : 1985: 5), pengertian sektor informal adalah “Sektor kegiatan ekonomi yang marginal (kecil) dimana untuk menentukan kegiatan ekonomi marjinal (kecil-kecilan), dipakai ciri khusus atau tertentu”.

  Kebanyakan para pekerja yang berada di sektor informal berasal dari pedesaan sebagai akibat meningkatnya urbanisasi masyarakat pertanian di pedesaan. Masyarakat di pedesaan yang mata pencariannya adalah bertani, merasa penghasilannya kurang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga mereka pergi ke kota untuk mengadu nasib mencari penghasilan yang mereka harapkan lebih besar. Akan tetapi kenyataannya yang mereka temui diperkotaan tidak seperti yang mereka pikirkan disektor formal sebab mereka tidak memenuhi berbagai persyaratan untuk masuk di sektor formal terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggir kota, atau di pinggir-pinggir jalan saja, bahkan meliputi aktivitas ekonomi.

  Dalam perkembangannya, sektor informal merupakan salah satu sumber yang terpenting dalam usaha peningkatan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau masa depan. Sektor informal dikembangkan oleh pengamat Internasional Labour Organization (ILO) Dalam bukunya “The Urban Sector In Developing Countries” (Hidayat, 1983: 567) telah mengadakan berbagai penelitian di dunia ketiga memberikan definisi sektor informal sebagai berikut: “Sektor yang terdiri dari unit-unit usaha yang berskala kecil yang memproduksi serta mendistribusikan barang dan jasa, dengan tujuan pokok menciptakan lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi dirinya sendiri masing- masing, dalam usahanya itu sangat dibatasi oleh faktor-faktor modal dan keterampilan.”

  Berbagai kalangan, para pakar perekonomian di dunia ketiga menganalisa adanya dampak yang ditimbulkan berbagai anggapan dan tanggapan serta pengertian yang baku.

  Dalam pihak Hidayat memberikan sumbangan pemikiran tentang perumusan defenisi dari sektor informal. Dalam hal ini Hidayat mengkaitkan dengan masalah seberapa jauh bantuan pemerintah telah di konsumsikan oleh unit usaha yang termasuk sektor informal. Hidayat perlu memberikan rumusan dari definisi tersebut, karena di Indonesia pemerintah merupakan motor penggerak dari kegiatan pembangunan nasional. Berdasarkan pemikiran tersebut, Hidayat menambahkan rumusan definisi sektor informal, yaitu (Hidayat, 1983: 570)”Bagian dari sistem ekonomi kota dan desa yang belum

  Sepertihalnya pengertian-pengertian sektor informal, ciri-ciri sektor informalpun akan berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang penelitian. Kiet Hart, mengemukakan beberapa ciri sektor informal (peranan dan hambatan yang di hadapi sektor informal serta Upaya Pengembangan, B. Dwi Antoro, 1998, Skripsi) yaitu: 1. Bersifat padat karya.

  2. Berskala kecil.

  3. Tidak menuntut tingkat keterampilan dan pendidikan khusus tidak membutuhkan proteksi dari pemerintah.

  4. Terbuka bagi pendatang baru.

  5. Berpenghasilan rendah.

  Beberapa karakteristik sektor informal adalah sebagai berikut (Alan Gilbert dan Josep Gugler, 1996: 96 )

  1. Mudah untuk dimasuki 2.

  Berstandar pada sumber daya lokal

  3. Usaha milik sendiri 4.

  Operasinya dalam skala kecil

  5. Padat karya dan teknologi bersifat adaptif

  6. Keterampilan dapat diperoleh dari luar sistem sekolah formal 7.

  Tidak terkena langsung oleh regulasi dan pasarnya bersifat Komperaktif Kartini Syahrir memberikan ciri-ciri yang berbeda tetapi pada dasarnya sama, kegiatan.

  2. Dalam operasinya individu-individu yang bersangkutan tidak memerlukan izin kerja

3. Unit aktifitas dalamnya dalam ” Family aconed enterprise”

  4. Kegiatan bersifat padat karya 5.

  Skala kegiatannya kecil

  6. Tidak bersentuhan oleh fasilitas resmi pemerintah seperti kredit, dan individu yang di dalamnya tidak dilindungi oleh aturan-aturan resmi yang mengatur hubungan kerja

  7. Pekerjaan tidak didasarkan pada keahlian tertentu dan tidak ditentukan oleh tingkat pendidikan formal individu

C. Pedagang Kaki Lima

  Dalam kamus besar Bahasa Indonesia pedagang adalah orang yang hidup dari berdagang sebagai mata pencaharian. Sementara itu pengertian pedagang kaki lima adalah pedagang yang menggelar barang daganganya di depan toko ataupun di trotoar jalan (Badudu: 300: 1994).

  Pedagang kaki lima adalah satu dari beberapa jenis sektor informal yang kehadirannya sangat membantu bagi pedagang yang kekurangan modal. Sektor informal pedagang kaki lima merupakan fenomena yang sangat menarik perhatian. Sebenarnya Indonesia.

  Pedagang kaki lima adalah orang-orang dengan modal relatif kecil/sedikit berusaha (produksi – penjualan barang-barang/jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu dalam masyarakat. Usaha itu dilakukan pada tempat-tempat yang dianggap strategis dalam suasana informal.

  Dalam perkembangan selanjutnya, pedagang kaki lima tidak lagi terbatas pada berjualan diatas trotoar, tetapi juga pedagang yang mengambil tempat atau lokasi di daerah keramaian umum seperti : Pertokoan, Pasar, Terminal dan sebagainya. Jenis barang yang diperdagangkan digolongkan dalam jenis makanan, non makanan dan jasa.

  Alat yang digunakan dalam berjualan dapat berupa pikulan, gerobak, balai-balai tenda dan sebagainya.

  Jadi dengan demikian pedagang kaki lima adalah adalah orang yang dengan modal relatif kecil berusaha di bidang produksi dan pengumpulan barang-barang atau jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu di dalam masyarakat dengan mengambil lokasi yang dianggap strategis.

  Ada beberapa pendapat tentang karakteristik pedagang kaki lima, yang pada dasarnya hampir sama. Seperti halnya menurut Julisar An-Naf yang dikutip oleh Hidayat (1978: 31-32), pedagang kaki lima memiliki ciri-ciri khusus antara lain: 1.

  Berdagang kaki lima umumnya merupakan mata pencaharian pokok.

  2. Para pedagang kaki lima umumnya tergolong angkatan kerja produktif. kependudukan.

  5. Mereka mulai berdagang antara 5-10 tahun yang lalu.

  6. Sebelum jadi berdagang antara kaki lima umumnya mereka petani dan buruh.

  7. Permodalan lemah dan omzet penjualannya relatif kecil.

  8. Belum berhubungan dengan bank dalam permodalan.

  9. Umumnya mereka memperdagangkan bahan pangan, sandang dan kebutuhan- kebutuhan sekunder.

  10. Pada hakekatnya mereka telah kena pajak dengan adanya retribusi maupun pungutan-pungutan yang tidak resmi.

  Penjelasan tentang sosok pedagang kaki lima berdasarkan karakteristik menurut Hernawi cs, (1996: 53)adalah :

  1. Berusaha di kaki lima pada umumnya bukan pekerjaan yang dicita-citakan

  2. Para pedagang kaki lima tersebut pada umumnya tergolong tingkat kerja produktif 3.

  Tingkat pendidikan mereka relatif rendah

  4. Sebagian besar dari mereka adalah pedagang dari luar kota dan belum mendapat status sebagai penduduk parlemen

  5. Sebelum terjun di kaki lima mereka pada umumnya berprofesi sebagai petani atau buruh rendah

  6. Modal diusahakan sendiri dan tidak punya hubungan dengan lembaga keuangan perbankan pemupukan modal

  9. Jenis dagangannya sangat variatif, namun yang cukup dominan adalah jenis pangan, sandang dan jenis kebutuhan sekunder lainya

  10. Pada dasarnya mereka ikut terkena pajak dengan adanya retribusi dan berbagai jenis pungutan lainya Walaupun pedagang kaki lima merupakan sektor pinggiran namun eksistensi sektor ini memberikan banyak kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat di negara- negara berkembang. Dipandang dari segi keamanan, sektor ini bisa berfungsi sebagai katup pengaman yaitu memberikan kesempatan kesibukan kerja usaha kecil-kecilan dengan dagang atau jual beli (Tadjudin, 1995:23). Tanpa katup pengaman tersebut kemungkinan akan timbul banyak kekerasan dan rasa tidak puas. Dengan demikian dunia pedagang kaki lima menduduki fungsi ekonomi kota sekaligus turut menciptakan kehidupan sosial ekonomi kota yang selaras dan serasi.

1. Kekuatan-kekuatan yang dimiliki pedagang kaki lima

  a. Pedagang kaki lima memberikan kesempatan kerja yang umumnya sulit didapat pada negara-negara sedang berkembang. Merupakan mata rantai terakhir, mengingat sifatnya sebagai pedagang eceran dalam jaringan distribusi produsen dan ke konsumen akhir.

  b.

  Dalam prakteknya mereka biasanya menawarkan barang dan jasa dengan harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani masalah pajak. pembelian secara kredit bila sudah terjalin hubungan timbal balik antara penjul dan pembeli.

  2. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki pedagang kaki lima

  a) Mereka dapat dimasukkan dalam kelompok marginal dan submarginal dengan modal kecil, sehingga laba yang dihasilkan juga kecil. Padahal banyak anggota keluarga yang tergantung pada hasil dan laba tersebut. Oleh karena itu terciptalah keadaan dimensi hasil yang mereka capai pas-pasan untuk sekedar hidup.

  b) Disebabkan oleh kurangnya pendidikan dan technical training maka unsur efisiensi kurang mendapat perhatian seperti masalah populasi dan faktor hygenis sebagai produk sampingan yang negatif.

  c) Dikalangan pedagang kaki lima sering terdapat faktor imitasi yang berlebihan, menyebabkan suatu jenis usaha tertentu menjadi terlampau padat.

  d) .Sering terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga tinggi yang berlebih-lebihan, sehingga menyebabkan citra atau image masyarakat keberadaan kaki lima kurang begitu positif.

D. Pendapatan Kegiatan jual beli di pasar selalu melibatkan penjual atau pedagang.

  Para pedagang menjual barang untuk memperoleh pendapatan.Yang dimaksud dengan

  

dalam Tohar 2000 : 92 ). Bagi para pemilik sumberdaya dan pedagang, pendapatan

yang mereka peroleh berasal dari keuntungan.

  Sedang bagi para pemilik perusahaan pendapatan mereka berupa laba. Hal ini sesuai dengan yang di katakan oleh Irvin, 1999 yaitu :

  

“ Wages are paid to labor,rents and interests to owners of property resourses,and protifs

to the owners of corporations and unincorporated bussineses”.

  Sedang menurut (Mubyanto Sumadri dalam Tohar 2000 : 15), pendapatan mempunyai dua segi pengertian yaitu : a.

  Pendapatan dari segi real adalah produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat selama jangka waktu tertentu. Misalnya hasil pertanian seperti padi yang setelah di olah dapat di jual berupa beras oleh pedagang.

  b.

  Pendapatan dalam arti jumlah uang di artikan sebagai penerimaan tenaga kerja harian, menerima uang sebagai hasil penjualan dan sebagainya. Jadi, pendapatan bagi seorang pedagang dapat di artikan sebagai uang yang diterima sebagai hasil penjualan barang dan jasa.

  Setiap pendapatan atau penghasilan yang di peroleh seorang pedagang digunakan untuk mengembangkan kegiatan usahanya di samping untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup. Para pedagang menggunakan pendapatan yang telah di perolehnya sebagai modal atau tambahan investasi untuk mengembangkan kegiatan usahanya.

  Mereka juga dapat menggunakan pendapatan yang telah diperolehnya untuk mendirikan usaha baru seperti peternakan ikan atau pembangunan fasilitas umum seperti waduk dan peningkatan pendapatan bersih yang di peroleh oleh para pedagang dan peternak ikan setelah pembangunan Waduk Batu Tegi (Sudarmanto, 2004 : 90 )

E. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan Dalam melaksanakan kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

  Faktor-faktor tersebut adalah (Swasta, 1982 : 129)

  1. Kondisi dan kemampuan menjual Transaksi jual beli atau pemindahan hak memiliki atas barang dan jasa pada prinsipnya melibatkan dua pihak yaitu penjual sebagai pihak pertama dan pembeli sebagai pihak kedua. Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembeli agar dapat berhasil mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut penjual harus memahami beberapa masalah penting yaitu:

  a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan b.

  Harga produk atau barang yang dijual

  c. Syarat-syarat penjual seperti pembayaran, pelayanan purna jual dan sebagainya

  2. Kondisi pasar Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam penjualan dapat pula mempengaruhi kegiatan penjualannya. Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu dipertahankan adalah: d.

  Keinginan dan kebutuhannya

  3. Modal Sejumlah modal sangat diperlukan bagi penjual untuk memulai suatu usaha, modal berguna untuk membiayai berbagai keperluan yang mendukung keberhasilan usaha tersebut.

  4. Faktor lain Faktor-faktor lain seperti promosi, pemberian potongan harga, pemberian hadiah dan sebagainya sering juga mempengaruhi penjualan dan faktor lain harus diperhatiakn juga dalam kegiatan penjualan agar kegiatan tersebut berhasil dengan baik.

F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

  Faktor utama yang mempengaruhi perilaku kosumen dapat dibagi menjadi empat kategori (Kotler, 1994: 203) yaitu:

1. Faktor kebudayaan

  a. Kebudayaan Budaya adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai penentu dan pengatur perilaku manusia dalam masyarakat. Oleh karena itu manajer pemasaran perlu

  Kelas sosial adalah bagian yang relatif homogen dan secara hirarki dan para anggotanya memiliki nilai-nilai kepentingan dan perilaku yang sama. Ukuran yang biasanya dipakai untuk menggolongkan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas tertentu sebagai berikut:

  − Kekayan − Kekuasaan − Kehormatan

  Masyarakat kita pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan yaitu:

  • Golongan atas yang terdiri dari pengusaha kaya, pejabat tinggi. Golongan menengah yang terdiri dari karyawan instansi pemerintah, - pengusaha menengah, dan pensiunan.
  • Golongan bawah yang terdiri dari buruh pabrik, pegawai rendah, petani, dan pedagang kecil.

2. Faktor-faktor Sosial

  a. Kelompok sosial Suatu kelompok dapat dikatakan kelompok sosial apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  Adanya kesadaran anggota kelompok sebagai bagian dari kelompok - yang bersangkutan. Anggota keluarga dapat menanamkan suatu pengaruh yang kuat pada perilaku konsumen. Macam-macam bentuk keluarga adalah :

  • Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
  • Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah dengan orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut, seperti nenek, kakek, paman, bibi, menantu. Wewenang dalam memutuskan pembelian antara suami dan istri tergantung pada tipe keluarga inti ditambah dengan orang yang pada umumnya dibedakan dalam empat tipe yaitu :

  − Otonomi, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli diputuskan bersama antara suami dan istri.

  − Dominasi suami, yaitu sebagia besar pengambilan keputusan untuk membeli diputuskan oleh suami.

  − Dominasi istri, yaitu sebagian besar pengambilan untuk membeli di putuskan oleh istri.

  − Syneretic, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli dilakukan bersama-sama.

  3. Faktor-faktor pribadi

  a. Usia dan tahap daur hidupnya Selera seseorang akan berubah karena faktor usia. Jadi perubahan tingkat

  Keadaan ekonomi meliputi, pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan kekayaan, hutang, serta kekuatan untuk meminjam dan pendirian terhadap belanja dan menabung. Bila konsumen keadaan ekonominya baik, tentu akan lebih banyak membelanjakan pendapatannya dibandingkan dari konsumen yang mempunyai pendapatan lebih rendah.

  c.

  Gaya hidup Gaya hidup menunjukkan pola kehidupan seseorang yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan opininya. Gaya hidup mempunyai fungsi sebagai motivator dasar untuk berbagai aktivitas termasuk dalam hal pembelian terhadap suatu produk.

  d.

  Pekerjaan Faktor konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Pekerjaan seseorang akan menjurus pada kebutuhan dan keinginan tertentu terhadap barang dan jasa yang dibutuhkan seseorang. Barang-barang yang dikonsumsi oleh pekerja pabrik berbeda dengan apa yang dikonsumsikan oleh seorang direktur utama.

  e. Konsep diri Ia mempunyai gambaran tentang orang lain. Faktor lain yang ikut menentukan tingkah laku konsumen adalah konsep diri. Konsep diri merupakan cara bagi seseorang untuk melihat dirinya sendiri, dan pada a.

  Motivasi Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang di arahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan. Oleh karena itu kita dapat mengetahui bahwa sebenarnya perilaku konsumen itu dimulai dengan adanya suatu motivasi.

  b.

  Pengamatan Faktor pengamatan adalah suatu proses adanya penerimaan dan adanya rangsangan didalam lingkungan interen dan eksteren sehingga pengamatan ini bersifat aktif. Jadi pengamatan adalah reaksi orientasi terhadap rangsangan-rangsangan tersebut. Pengamatan itu timbul karena adanya pengalaman yang diperoleh dari semua perbuatanya dimasa lampau atau dapat dipelajari, sebab dengan belajar akan dapat memperoleh pengalaman. Proses pengamatan ini akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan pembelian.

  c. Belajar Istilah belajar dapat diartikan suatu perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil adanya pengalaman. Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat adanya pengalaman, dimana perubahan tersebut dapat bersifat tetap dan fleksibel.

  Hal ini berarti konsumen dalam proses pembeliannya selalu mempelajari mencakup kebiasaan, sifat atau watak yang khas yang membedakan perilaku dari setiap konsumen atau pembeli. Ada tiga unsur pokok kepribadian yaitu :

  1. Pengetahuan Pengetahuan adalah unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang manusia yang sadar dan secara nyata terkandung dalam otaknya.

  2. Perasaan Perasaan yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya, dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Misalnya melihat reklame coca-cola yang tampak segar, kemudian membayangkan nikmatnya minum coca-cola. Akhirnya konsumen membeli coca-cola tersebut.

  3. Dorongan naluri manusia Dorongan naluri yaitu kemauan yang sudah merupakan naluri setiap berinteraksi terhadap sesama manusia atau dorongan naluri yang lain.

  Pemahaman terhadap perilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan sistim pemasaran dari suatu perusahaan. Karena terdapat berbagai macam alasan yang mempengaruhi seorang pembeli terhadap suatu produk. Selain jenis produk, faktor demografi, faktor ekonomi dan faktor psikologi juga turut mempengaruhi terhadap pembelian konsumen. Selain memahami pertanyaan- pertanyaan tersebut perusahaan juga betul-betul memahami bagaimana konsumen menanggapi rangsangan pemasaran yang telah dilakukan oleh Setiap perusahaan membutuhkan sumber daya atau dana untuk menunjang kelancaran jalannya usaha dan menjamin kelangsungan hidupnya. Perusahaan yang memproduksi suatu barang memerlukan biaya untuk menyediakan bahan baku maupun membayar tenaga kerja yang melakukan proses produksi.

a. Definisi Biaya

  Ada beberapa pengertian tentang biaya seperti yang akan diuraikan berikut ini: 1) Hongren (1994:28) menyatakan bahwa biaya merupakan sumber daya yang dikorbankan untuk pencapaian tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut memerlukan modal atau sumber daya sebagai pendukung, dalam hal ini biaya operasional.

  2) Matz dan Usry (1990:11), berdasarkan The Committee On Cost Concept And

  Standars, menyebutkan bahwa biaya adalah suatu peristiwa yang diukur

  berdasarkan nilai uang, timbul atau mungkin akan timbul karena ada faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya biaya, dan dengan itu pula perusahaan akan mewujudkan tujuan yang akan dicapai. 3)

  “Cost is the cash or cash equivalen value sacrificed for goods and services

  that are expected to bring a curret or future benefit to the organization”

  (Hansen and Mowen, 1996:39). Hal ini berarti bahwa biaya yang dikeluarkan saat ini diharapkan akan memberikan keuntungan dimasa depan. Keuntungan ini diperoleh dari pendapatan yang diterima oleh perusahaan sebagai hasil harga pokok yang dibebankan didalam usaha untuk memperoleh penghasilan”. Salah satu kewajiban manajemen disamping mengelola aset perusahaan adalah berusaha untuk mendapatkan penghasilan. Penghasilan merupakan hasil kali antara jumlah keluaran dengan harga persatuan barang.

  Hasil persatuan barang ditentukan berdasakan data biaya, dalam hal ini biaya produksi, yang merupakan harga pokok dari barang yang diproduksi.

  5) Biaya (cost) adalah pengorbanan sumber daya ekonomi tertentu untuk memperoleh sumber daya lainnya (Sugiri, 1994: 21). Dalam hal ini, biaya merupakan dana yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka menyediakan fasilitas yang akan digunakan perusahaan dalam kegiatan usahanya sehingga dapat memperoleh penghasilan. 6) Macher dan Deakin (1996: 32) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya. Untuk mendapatkan apa yang diharapkan sesuatu harus dikorbankan. Dalam dunia usaha, sumber daya merupakan sesuatu yang dikorbankan. Pengorbanan sumber daya ini bisa terjadi pada masa lampau, yang disebut dengan biaya pengeluaran. 7) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit biaya merupakan suatu pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva yang memungkinkan akan terjadi di masa biaya merupakan sumber daya dalam ukuran satuan tertentu, yang timbul atau mungkin akan timbul untuk mencapai tujuan tertentu, yang diharapkan akan memberikan keuntungan dimasa depan. Dapat juga dikatakan bahwa biaya merupakan elemen yang paling penting dalam perusahaan. Dengan dukungan biaya ini, perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan usahanya mencapa tujuan yang telah ditetapkan, ataupun memperoleh manfaat dari kegiatan usahanya.

b. Pengelompokan Biaya

  Di dalam akuntansi dikenal istilah biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different cost for different perpose). Perbedaan tujuan ini berkaitan dengan penentuan harga pokok produk. Sebagai contoh, untuk pembuatan keputusan penentuan harga jual produk dan bauran produk, biaya yang dibebankan kepada produk adalah semua biaya value-chain yang meliputi biaya-biaya penelitian dan pengembangan, desain, produksi, pemasaran, distribusi, dan pelayanan konsumen.

  Untuk pelaporan keuangan kepada pihak luar, biaya yang dibebankan kepada produk hanya biaya produksi.

  Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, biaya dikelompokkan menurut (Mulyadi, 1983: 14-17):

  1) Objek pengeluaran Menurut obyek pengeluaran, biaya dikelompokkan berdasarkan objek yang dibiayai. Contohnya: objek pengeluaran biaya bahan bakar adalah bahan

  Berdasarkan fungsi pokok perusahaan, biaya dikelompokkan menjadi:

  a) Biaya produksi: merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.

  b) Biaya pemasaran: merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produksi.

  c) Biaya administrasi dan umum: merupakan biaya-biaya untuk kegiatan dan pemasaran produk.

  3) Hubungan Biaya dengan pemasaran produk Yang dimaksud dengan sesuatu dapat berupa produk atau departemen.

  Berdasarkan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi: a) Biaya Langsung

  Merupakan biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungan dengan produksi, biaya langsung terdiri dari bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Dalam hubungan dengan departemen, biaya langsung adalah semua biaya didalam departemen tertentu.

  b) Biaya Tidak Langsung Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh suatu yang dibiayai. Dalam hubungan dengan produk, biaya tidak langsung disebut departemen tetapi manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen.

H. Pembangunan Kawasan Perkotaan

  Pertumbuhan dan perkembangan kawasan perkotaan yang pesat dan dinamis perlu diarahkan secara terencana dan terpadu baik dalam penataan perkotaan sebagai suatu sistem perkotaan, secara individual perkotaan maupun dalam manajemen pemerintahan perkotaannya.

  Tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan semakin hari semakin berkembang dan kompleks. Demikian pula permasalahan-permasalahan yang timbul sejalan dengan perkembangan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan semakin tinggi, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan serta pelayanan publik perkotaan yang minimal harus terlaksana disatu sisi semakin besar, sedangkan disisi lain untuk mendukung kegiatan seperti itu memerlukan dana yang sangat besar. Dalam situasi dan kondisi yang demikian itu diperlukan kreatifitas dan motivasi dari para penyelenggara pemerintahan dalam mencari terobosan-terobosan dalam pembinaan dan pengelolaan kawasan perkotaan seiring dengan perkembangan era globalisasi dan tuntutan kualitas pelayanan publik.

  Untuk mengembangkan kota di wilayah kecamatan masing-masing dan menumbuhkan pemberdayaan/partisipasi masyarakat di dalam merencanakan pembangunan kotanya, maka Bagian Tata Pemerintahan mengadakan Forum Komunikasi Praswil, Aparat Kecamatan Se-Kabupaten Sleman, dan instansi teknis lainnya, serta ikut pula dari PDAM, PLN dan Telkom.

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang makanan kaki lima di Pasar Baru Kabupaten Lamongan

1 3 65

Analisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan Financing To Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Equity (ROE)

1 12 89

Pengaruh capital adequacy ratio (CAR), return on asset (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), inflasi, dan kurs terhadap loan to deposit ratio (LDR) pada bank umum

1 5 120

Peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat

4 20 131

Pengaruh biaya operasional terhadap pendapatan operasional dan net interest margin terhadap laba: (studi kasu pada PT.Bank Rakyat Indonesia Tbk)

1 4 1

Pembangunan perangkat lunak pelaporan pedagang kaki lima liar pada platform android

0 5 1

Inovasi pedagang kaki lima dalam penggunaan merek KFC di Kota Palangka Raya - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 158

Kata kunci : karakteristik, pedagang kaki lima PENDAHULUAN - PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA PEKANBARU

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Kontestasi ruang ekonomi vs ruang publik (studi terhadap penataan pedagang kaki lima di kawasan Bangka Trade Center dan Ramayana Kota Pangkalpinang) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 13

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pola solidaritas antar pedagang kaki lima di sekitar kawasan BTC (Bangka Trade Center) Kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 17