Pengaruh capital adequacy ratio (CAR), return on asset (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), inflasi, dan kurs terhadap loan to deposit ratio (LDR) pada bank umum

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), RETURN ON ASSET
(ROA), BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN
OPERASIONAL (BOPO), INFLASI, DAN KURS TERHADAP LOAN TO
DEPOSIT RATIO (LDR) PADA BANK UMUM

Di susun oleh :
AULIA RACHMAN
NIM : 109081000044

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434H/2013

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I.

IDENTITAS PRIBADI
1. Nama


: Aulia Rachman

2. Tempat Tanggal Lahir

: Jambi, 27April 1992

3. Alamat

: Jl. Ceger Raya GG. Mushollah Rt
03/03 No. 34, Tangerang Selatan,
Banten.

II.

III.

4. Telepon

: 087782376943


5. E-mail

: Auliarachman92@gmail.com

PENDIDIKAN
1. SDN 02 pagi Bintaro

Tahun 2007-2003

2. SMPN 177 Bintaro

Tahun 2003-2006

3. SMAN 47 Bendi

Tahun 2006-2009

4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


Tahun 2009-2013

LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah

: Faisal R.A

2. Ibu

: Maryani

3. Alamat

: Jl. Ceger Raya GG. Mushollah Rt 03/03
No. 34, Tangerang Selatan, Banten.

IV.

PENGALAMAN ORGANISASI
1. (2009-2013) Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Ciputat

2. (2011-2013) Ketua bidang Humas Karang Taruna Muda Bersatu Pondok
Karya
3. (2012) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI)
v

ABSTRACT

Loan disbursement and collection of funds is making a bank to be strong
to make economy of a country stronger. This study aimed to analyze the effect of
the Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), operating expenses
to operating income (ROA), inflation, and the exchange rate against the loan to
deposit ratio (LDR) of conventional banks in Indonesia.
The sample used in this study using conventional commercial banks in
Indonesia. Data obtained on the basis of monthly data contained in the
Indonesian banking statistics from 2007 to 2011. The method used to analyze the
relationship between the dependent and independent variables is multiple
regression using SPSS 20.
The results showed that the CAR and ROA significant effect on LDR, while
ROA, inflation and exchange rates had no significant effect on LDR. Adjusted R
Square value of 0.870 indicates that LDR can be explained by the independent

variables of the study was 85.8 percent, while the remaining 13.2 percent is
explained by variables of third party funds and others.
Keywords: Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return On Assets,
operating expenses to operating income, inflation, and exchange rate

vi

ABSTRAK

Penyaluran kredit dan penghimpunan dana adalah membuat suatu bank
menjadi kuat untuk menjadikan perekonomian suatu negara menguat. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA), biaya operasional terhadap pendapatan operasional
(BOPO), inflasi, dan kurs terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum
konvensional di Indonesia.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan bank umum
konvesional di Indonesia. Data diperoleh berdasarkan data bulanan yang terdapat
di statistik perbankan Indonesia dari tahun 2007 hingga 2011. Metode yang
digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah regresi berganda menggunakan aplikasi SPSS 20.

Hasil penelitian menunjukkan dengan tingkat signifikansi α 0,05 bahwa
CAR dengan nilai signifkansi 0,000 berarti lebih kecil dari α dan ROA dengan
nilai signifikansi 0,003 berarti lebih kecil, maka CAR dan ROA berpengaruh
signifikan terhadap LDR, sedangkan BOPO dengan nilai signifikansi 0,944,
Inflasi 0,070 dan Kurs 0,233 yang berarti lebih besar dari α, maka BOPO, Inflasi
dan Kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR. Nilai Adjusted R Square
sebesar 0,870 menunjukkan bahwa LDR dapat dijelaskan oleh variabel-variabel
independen penelitian sebesar 85,8 persen, sedangkan sisanya 13,2 persen
dijelaskan oleh variabel dana pihak ketiga dan lain-lain.
Kata Kunci : Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Return On Asset,
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Inflasi, dan
Kurs

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang

ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hifayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:
1. Kedua orang tua, ayahanda Faisal R.A dan Ibunda Maryani, serta adik dan
saudara saya Nanda, Hadi, Zahra, Ridho, dan saudara saya Bambang
Irawan, Indriani yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil serta doa yang tiada hentinya.
2. Teman baik Astriani Lesmaya yang telah memberikan bantuan dan
semangat tiada hentinya.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Ahmad Dumiyati Bashori. Dr, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku dosen pembimbing skripsi I

yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap
permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini, bimbingan serta
arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
7. Ibu Amalia, SE, MSM selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
bersedia memberikan solusi dan saran dalam penulisan skripsi.

viii

8. Segenap Dosen dan Kayawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
selama masa perkuliahan.
9. Seluruh teman-teman Manajemen B/2009 yang selalu berbagi ceria dan
tawa semasa perkuliahan.
10. Seluruh teman-teman perbankan 2009 yang selalu berbagi ilmu dan saling
membantu satu dengan yang lain.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen perbankan.


Jakarta, September 2013
Penulis

(Aulia Rachman)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .....................................


iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................

v

ABSTRACT .............................................................................................

vi

ABSTRAK ..............................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ...........................................................................


viii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

x

DAFTAR TABEL ..................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

xv

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………………...

1

B. Rumusan Masalah….………………....……………… 16
C. Tujuan Penelitian…..........................………………… 16
D. Manfaat Penelitian …........................………………… 17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori …..………………………………….

19

1. Likuiditas…....…………………….......................

19

2. Loan to Deposit Ratio…….……………………...

20

3. Capital Adequacy Ratio………………………….

22

4. Return On Asset………………………………….

23

5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional...……………………………….........

24

6. Inflasi ………..…………………………………..

25

7. Kurs.............................…………………………..

27

B. Pengaruh Antar Variabel……….……………….......... 31

x

C. Penelitian Terdahulu ………………………………… 35
D. Kerangka Pemikiran ……………………………….… 37
E. Hipotesis ……………………………………………… 39
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………. 40
B. Metode Penentuan Sampel …………………………… 40
C. Metode Pengumpulan Data …………………………... 41
D. Metode Analisis Data ………………………………... 42
1. Statistik Deskriptif ……………………………….. 42
2. Uji Asumsi Klasik …………….……………….… 42
a) Uji Normalitas ……….………………………. 42
b) Uji Multikolinieritas …………………………

43

c) Uji Autokorelasi ……………………………... 44
d) Uji Heterokedaktis …………………………… 45
3. Analisis Linier Berganda ………………………… 46
4. Pengujian Hipotesis ……………………………… 47
a) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) …… 47
b) Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik t) ………. 49
c) Koefisien Determinasi (R²) …………..………. 50
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………… 52
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian …………. 56
B. Analisis dan Pembahasan ……………………………. 57
1. Statistik Deskriptif …..........……………………… 57
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ………………………… 68
a) Hasil Uji Normalitas ………………………… 68
b) Hasil Uji Multikolinieritas …………………..

71

c) Hasil Uji Autokorelasi ………………………. 72
d) Hasil Uji Heterokedaktis ………………..…… 73
3. Hasil Uji Hipotesis ………………………………. 75

xi

a) Hasil Uji Statistik F ………………………….. 75
b) Hasil Uji Statistik t ……………………...…… 76
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) ….......….…. 83
BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan …………….……………………………. 85
B. Implikasi …............……………………………...….. 85
C. Saran …........................……………………………… 86

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 88
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 91

xii

DAFTAR TABEL

No.

Keterangan

Halaman

2.1

Penelitian terdahulu...................................................................

35

4.1

Data Loan to Deposit Ratio (LDR)............................................

58

4.2

Data Capital Adequacy Ratio (CAR).........................................

60

4.3

Data Return On Asset (ROA).....................................................

62

4.4

Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 64

4.5

Data Inflasi................................................................................

66

4.6

Data Kurs...................................................................................

67

4.7

Hasil Kolmogorov Smirnov .....................................................

71

4.8

Hasil Uji Multikolinieritas........................................................

72

4.9

Hasil Uji Autokorelasi .............................................................

73

4.10

Hasil Uji Glejser ......................................................................

75

4.11

Hasil Uji Statistik F .................................................................

76

4.12

Hasil Uji Statistik t ..................................................................

77

4.13

Hasil Uji Koefisien Determinasi ...............................................

84

xiii

DAFTAR GAMBAR

No.

Keterangan

1.1

Grafik Perkembangan LDR..........................................................

5

1.2

Grafik Perkembangan CAR.........................................................

7

1.3

Grafik Perkembangan ROA.........................................................

9

1.4

Grafik Perkembangan BOPO.......................................................

11

1.5

Grafik Perkembangan Inflasi........................................................

12

1.6

Grafik Perkembangan Kurs..........................................................

13

2.1

Kerangka Pemikiran .....................................................................

38

4.1

Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia .............................

57

4.2

Hasil Uji Normalitas Histogram ...................................................

69

4.3

Hasil Uji Normalitas P-Plot ..........................................................

70

4.4

Hasil Uji Scatterplot ......................................................................

74

xiv

Halaman

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Keterangan

Halaman

1

Data Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum periode 2007-2011.... 92

2

Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum periode 2007-2011. 92

3

Data Return on Asset (ROA) Periode 2007-2011 ................................. 93

4

Data Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional periode 20072011..........................................................................................................93

5

Data Inflasi Periode 2007-2011 ...............................................................94

6

Data Kurs periode 2007-2011...................................................................94

7

Statistik Deskriptif....................................................................................95

8

Uji Asumsi Klasik ....................................................................................95

9

Uji Hipotesis ........................................................................................... 98

10

Tabel F .................................................................................................. .100

11

Tabel t .................................................................................................... 101

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Kasmir (2003:5) fungsi utama perbankan adalah menghimpun
dana (uang) dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit
(pinjaman) guna untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Kegiatan bank dalam
penyaluran dana kepada pihak lain, yang paling besar adalah dalam bentuk kredit.
Dalam neraca bank pada sisi aktiva, kredit merupakan aktiva produktif yang
terbesar dalam memberikan pendapatan dibanding aktiva produktif lainnya.
Menurut Martono (2010:45) Manajemen likuiditas merupakan suatu
proses pengendalian dari alat-alat likuid yang mudah ditunaikan guna memenuhi
semua kewajiban bank yang segera harus dibayar sesuai jatuh temponya.
Pengendalian likuiditas bank dilaksanakan setiap hari berupa jaminan agar semua
alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh bank seperti uang kas dan saldo giro pada
BI dapat dimanfaatkan guna memenuhi tagihan dari nasabah atau masyarakat
yang datang setiap saat misalnya dana simpanan giro, para deposan dan pinjaman
dari bank lain yang jatuh tempo.
Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat
likuiditas yang baik, maka kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan
di pasar sekunder dan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan
akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan
salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang
1

bersangkutan. Kepercayaan dan loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan
faktor yang sangat membantu dan mempermudah pihak manajemen bank untuk
menyusun strategi bisnis yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang
menaruh kepercayaan kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga
sangat tipis, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan
karena para pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan
memindahkannya ke bank lain (Arditya, 2010:1).
Kegiatan usaha yang lazim dilakukan oleh bank umum dalam
menanamkan dana mereka adalah pemberian kredit, investasi surat berharga,
mendanai transaksi perdagangan internasional, penempatan dana pada bank lain,
dan penyertaan modal saham. Semua kegiatan menanamkan dana tersebut diatas
tidak terlepas dari resiko tidak terbayarnya kembali, baik sebagian maupun
seluruhnya. Di sebagian besar negara di dunia ini, dari seluruh dana bank yang
ditanamkan pada keempat jenis usaha tersebut di atas, kredit merupakan bagian
terbesar dari harta operasional dan harta bank secara keseluruhan. Jumlah dana
bank di berbagai negara yang ditanamkan dalam kredit, berkisar sekitar 50 sampai
75% dari seluruh harta yang mereka miliki (Siswanto sutojo,2008:1).
Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa
konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang
bersangkutan. Risiko bank merupakan kombinasi dari tingkat kemungkinan
sebuah peristiwa terjadi disertai konsekuensi (dampak) dari peristiwa tersebut
pada bank. Dampak yang muncul ialah dampak yang menguntungkan atau
mengancam sebuah kesuksesan. Risiko tingkat bunga merupakan risiko yang

2

dapat merugikan dan menguntungkan. risiko kredit dan risiko operasional juga
dapat dikategorikan sebagai risiko dua arah. Sedangkan Risiko Likuiditas
merupakan risiko dengan satu arah ke bawah atau disebut dengan risiko yang
merugikan (Tampubolon, 2004: 21). Risiko yang terberat yang kerap menjadi
awal dari terjadinya likuidasi ialah risiko likuiditas (Ali, 2004: 246).
Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah
memorak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank yang
mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai akibat
hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha besar.
Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya kemampuan
mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan kesepakatan semula,
yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank dalam kondisi sulit
karena tidak mampu memaksa nasabah untuk mengembalikan pinjaman beserta
bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat berbuat banyak ketika menghadapi
kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar, terpaksa perbankan menempuh cara
dengan mobilisasi dana dengan biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada
bisnis perbankan yang menderita negative spread dalam pencapaian usahanya.
(Rivai Veithzal dan Veithzal Andria 2007:10).
Setelah mengalami penurunan yang cukup signifikan selama periode 2009
hingga kuartal pertama 2010 akibat krisis keuangan global, pertumbuhan kredit
kembali meningkat. Pada akhir 2011 pertumbuhan kredit secara nominal dan riil
masing-masing tercatat sebesar 24,7% dan 20,1%, melampaui pertumbuhan di
2010 yang sebesar 23,3% dan 15,3%. Hingga Maret 2012, pertumbuhan kredit

3

nominal adalah 25% sementara pertumbuhan kredit riil adalah 20%. Pangsa kredit
terhadap PDB pada akhir 2011 juga tercatat sebesar 30%, meningkat cukup
signifikan dibandingkan posisi 2010 yang sebesar 27%. Kredit perbankan
diperkirakan akan terus tumbuh di tengah penurunan suku bunga BI rate (Buletin
ekonomi moneter dan perbankan, 2012).
Fungsi intermediasi Bank Umum semakin membaik yang ditunjukkan oleh
meningkatnya penyaluran kredit dan penghimpunan DPK pada tahun 2011. Kredit
perbankan tumbuh 24,59% menjadi Rp2.200,09 Triliun atau lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan tahun 2010 sebesar 22,80%. Membaiknya kondisi
perekonomian mendorong meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat dan
penawaran kredit dari perbankan. Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut
masih memiliki ruang yang cukup untuk terus ditingkatkan lagi di masa depan.
Hal ini tercermin dari LDR tahun 2011 yang masih berada pada kisaran 79,00%
dan angka undisbursed loans yang bersifat committed dan uncommitted masingmasing sebesar Rp263,26 Triliun dan Rp422,48 Triliun. Disamping itu, kontribusi
penyaluran kredit perbankan yang baru mencapai 30% terhadap PDB relatif kecil
dibandingkan dengan negara ASEAN lain walaupun secara nominal menunjukan
tren yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Bank Indonesia, 2011).
Nilai LDR masing-masing bank umum dari tahun 2007-2011 mengalami
perubahan setiap periodenya. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat
pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan
prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).

4

Grafik 1.1
Perkembangan Loan to Deposit Ratio
(dalam persen)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan rasio Loan to Deposit Ratio
(LDR) pada seluruh bank umum periode 2007-2011 yang mengalami kenaikan
dan penurunan setiap tahun. Kenaikan dan penurunan pada setiap tahunnya dapat
disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di
bank umum konvensional. Nilai paling kecil adalah 62,37% pada tahun 2007 dan
LDR mengalami peningkatan dengan nilai paling besar adalah 74,75% pada tahun
2011 dengan data ini dapat dilihat kenaikan LDR yang cukup besar dari tahun
2007 sampai 2011 dengan kenaikan dan penurunan yang terjadi dari tahun ke
tahunnya.
Kenaikan pada 2008 sangat besar di karenakan kredit sangat berkembang
pesat dengan banyaknya peminjaman untuk pembangunan rumah atau kpr yang
disebabkan penurunan GWM sehingga likuiditas bank sangat memadai.
Sedangkan penurunan pada tahun 2009 disebabkan oleh dampak krisis global
5

menjadikan naiknya harga barang dan menurunnya tingkat atau gairah konsumsi
masyarakat.
Kenaikan pada 2010 terjadi di karenakan nilai valas turun dan kredit
meningkat dilihat dari kondusifnya situasi ekonomi makro yang ditunjukkan oleh
nilai kurs dan inflasi yang stabil disertai upaya untuk mencapai target pada akhir
tahun 2010 pasca krisis ekonomi global membuat perbankan di Indonesia
meningkatkan penyaluran kreditnya.
Pada tahun 2011 mengalami kenaikan disebabkan nilai tukar, inflasi
bergerak stabil dan perkembangan kredit modal kerja yang meningkat atau gairah
usaha masyarakat mulai meningkat pada tahun ini serta daya beli masyarakat yang
mulai meningkat dengan nilai valas yang cukup stabil ditopang dengan naiknya
dana pihak ketiga sehingga permodalan bank cukup kuat untuk likuiditasnya.
Prediksi terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dilakukan dengan
melihat rasio keuangan perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Asset (ROA),
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Juga digunakannya
variabel makro Inflasi dan Kurs. Karena variabel tersebut digunakan oleh bank
Indonesia untuk mengukur tingkat kesehatan bank yang ditinjau dari fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi serta ketahanannya kondisi makro ekonomi yang
terjadi pada tahun penelitian.
Perkembangan CAR pada tahun 2007 sampai 2011 mengalami fluktuatif
yang dipengaruhi beberapa faktor adapun grafik perkembangan CAR dapat dilihat
dari grafik 1.2.

6

Grafik 1.2
Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)
(dalam persen)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)

Berdasarkan grafik 1.2 CAR pada tahun 2008 mengalami penurunan
karena terjadinya krisis keuangan global pada 2008 yang berimbas pada
perbankan Indonesia dan berdampak sampai saat ini. Rasio CAR berfluktuatif
sepanjang 2007-2011 terhadap LDR yang hampir selalu berfluktuatif sepanjang
2007 hingga 2011 dengan nilai 19,3 pada tahun 2007 dan 16,05 pada tahun 2011,
dengan melihat data pada grafik dapat dilihat bahwa CAR mengalami penurunan
yang cukup besar dikarenakan banyak terjadinya krisis pada tahun tersebut.
seperti yang kita ketahui apabila rasio kecukupan modal ini meningkat,
mengindikasikan bahwa suatu bank dengan modal yang besar dapat menyalurkan
kredit lebih banyak, sejalan dengan kredit yang meningkat maka akan
meningkatkan LDR itu sendiri.

7

CAR perbankan turun dari 17,18% pada Desember 2010 menjadi 16,05%
pada akhir 2011, namun masih jauh di atas ketentuan rasio kecukupan modal
minimum sebesar 8%. Penurunan CAR tersebut disebabkan oleh meningkatnya
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) yang cukup besar akibat ekspansi
kredit perbankan dan penerapan perhitungan risiko operasional. Profitabilitas
perbankan yang cukup tinggi membantu meningkatkan modal perbankan sebesar
25,51% menjadi Rp412,19 Triliun. Permodalan tersebut didominasi oleh
permodalan dengan kualitas baik tercermin dari pangsa tier 1 capital (modal inti)
yang mencapai sekitar 89,56% dari total modal perbankan. Dukungan permodalan
yang cukup dapat menjadi buffer bagi perbankan dalam menghadapi risiko-risiko
yang mungkin terjadi kedepan. Membaiknya kinerja perbankan selama tahun
2011 mendorong peningkatan pencapaian laba. Selama tahun 2011, perbankan
mencatatkan laba bersih sebesar Rp75,02 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan
tahun 2010 yang hanya mencapai Rp57,31 Triliun (Bank Indonesia, 2011).
Return on Assets (ROA) adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa
apabila rasio ini meningkat maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal
untuk memperoleh pendapatan sehingga diperkirakan ROA dan kredit memiliki
hubungan yang positif. Dalam kegiatan usaha bank yang mendorong
perekonomian, rasio ROA yang tinggi menunjukkan bank telah menyalurkan
kredit dan memperoleh pendapatan.

8

Grafik 1.3
Perkembangan Return on Assets (ROA)
(dalam persen)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Perkembangan ROA berfluktuatif dari tahun 2007 sampai 2011
dikarenakan kondisi perekonomian yang selalu berubah dari tahun ke tahun, pada
tahun 2008 terjadinya krisis ekonomi global juga berdampak pada negara
Indonesia dapat dilihat dari menurunnya ROA pada tahun 2008, masalah krisis
ekonomi global sangat kompleks berdampak pada perbankan Indonesia, pada
tahun 2009 sampai 2011 ROA semakin membaik seiring dengan pulihnya
perekonomian Indonesia diringi dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang
sudah kembali pada perbankan Indonesia, dengan tingkat suku bunga yang relatif
membuat masyarakat lebih banyak melakukan kegiatan dengan bank seperti
berinvestasi atau kredit.
Laba bank umum pada triwulan II 2009 tercatat sebesar Rp228 miliar,
sedangkan pada bulan yang sama tahun lalu sempat mencapai Rp301,4 miliar.
Kenaikan laba justru terjadi dikelompok bank syariah dan bank perkreditan
9

rakyat. Pada periode yang sama, pencapaian laba perbankan syariah mencapai
Rp34,57 miliar sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp26,77
miliar. Di sisi lain, kelompok bank perkreditan rakyat pada triwulan II 2009
membukukan laba sebesar Rp10,06 miliar, sedang pada triwulan II 2008 tercatat
sebesar Rp7,76 miliar. Perkembangan return on asset (ROA) juga mengalami
tekanan. ROA adalah indikator yang mengukur kemampuan asset untuk
menghasilkan laba. ROA bank umum mengalami penurunan dari 1,29% pada
triwulan II 2008 menjadi 1,98% pada triwulan II 2009. Kondisi ROA perbankan
syariah jauh lebih baik. Pada posisi yang sama ROA perbankan syariah mencapai
5,73%, sedangkan pada triwulan yang sama tahun lalu tercatat sebesar 6,25%
(Bank Indonesia, 2009).
Laba bersih bank umum pada Januari 2012 mencapai Rp 9,05 triliun, naik
60% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 5,65 triliun. Peningkatan
laba yang cukup signifikan ini ditopang kenaikan pendapatan operasional seiring
pesatnya laju pertumbuhan kredit. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia
Januari 2012, pendapatan operasional bank umum mencapai Rp 42,17 triliun, naik
30,07% dibanding Januari 2011 sebesar Rp 32,29 triliun. Sementara itu,
pendapatan nonoperasional perbankan meningkat 2,68%

menjadi Rp 22,21

triliun. Namun, beban operasional bank umum juga meningkat menjadi Rp 54,27
triliun

atau

naik

43,04%

dari

sebelumnya

Rp

37,94

triliun

(www.suarapembaruan.com).

10

Grafik 1.4
Perkembangan BOPO
(dalam persen)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Biaya operasional adalah halangan bank dalam mencapai keuntungan
besar, kenaikan besar BOPO pada tahun 2008 disebabkan pada berdampaknya
krisis ekonomi global yang membuat biaya operasional melonjak tinggi, dan
pendapatan operasionalnya berkurang sehingga keuntungan bank tidak maksimal.
apabila biaya operasional bank meningkat, maka akan mengurangi kemampuan
bank dalam mendapatkan pendapatannya, namun yang terjadi banyak biaya
operasional yang tinggi dan tidak terduga ini mengalami peningkatan di tahun
2007 dan 2011 dengan nilai 84,05 pada tahun 2007 dan 85,42 pada tahun 2011
dengan data yang tersaji dapat dilihat bahwa BOPO mengalami kenaikan besar
dan pada saat 2011 kembali mengalami penurunan yang cukup besar juga, dan
pada saat yang sama, LDR justru mengalami peningkatan. Pada tahun 2009
sampai 2011 perekonomian Indonesia mulai berkembang, dengan pendapatan

11

bank juga bertambah diikuti dengan kredit yang juga mengalami perkembangan
sehingga pendapatan operasional bank juga naik.
Grafik 1.5
Perkembangan Inflasi
(dalam persen)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Perubahan tingkat inflasi di Indonesia selama periode penelitian 20082012 bahwa inflasi terjadi cukup tinggi melebihi target yang ditetapkan
pemerintah tahun 2008. Ini disebabkan karena bergejolaknya ekonomi dunia
yang berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia. Penyumbang
inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation.
Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk
menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang
sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain itu, meningkatnya harga
komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai, jagung
dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang otomatis meningkatkan biaya pokok

12

produksi perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi yang sangat
besar.
Grafik 1.6
Perkembangan Kurs
(dalam rupiah)

Sumber : statistik perbankan Indonesia 2007-2011 (diolah)
Dilihat grafik 1.6 dapat dilihat kurs mengalami perkembangan yang
fluktuatif, pada tahun 2008 kurs rupiah melamah sampai 10.950 rupiah
dikarenakan krisis ekonomi global yang berdampak pada melemah nya nilai
rupiah yang terjadi di Indonesia sehingga barang-barang melonjak naik, terutama
barang-barang import, nilai rupiah melemah sangat terasa bagi Indonesia karena
Indonesia sering melakukan import yang dimana harga barang sangat dipengaruhi
oleh kurs dollar. Seiring penguatan fundamental oleh pemerintah dan bank
Indonesia, perekonomian Indonesia mulai berangsur membaik, Dapat dilihat pada
tahun 2009 sampai 2011 perekonomian berkembang baik, rupiah menguat tercatat
pada tahun 2010 sebesar 8.991 rupiah dikarenakan menguatnya perekonomian
Indonesia.
13

Dilihat dari penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian
mengenai pengaruh antara Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap LDR yang
diteliti oleh Billy Arma pratama (2010) dan Hersugondo dan Handy Setyo
Tamtomo (2012). Pada penelitian Billy Arma pratama (2010) dengan sampel
bank umum, penelitiannya mengenai pengaruh CAR terhadap LDR menunjukkan
bahwa CAR memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap LDR, sedangkan pada
penelitian Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012) CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap LDR. Dari hasil penelitian tentang CAR telah
terjadi hasil penelitian yang tidak konsisten antara penelitian yang dilakukan oleh
Billy Armapratama (2010) dengan Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo
(2012).
Dilihat dari penelitian terdahulu yang pernah melakukan penelitian
mengenai pengaruh antara Return On Asset (ROA) terhadap LDR yang diteliti
oleh Anjum Iqbal (2012), Arditya Prayudi (2011). Penelitian Anjum Iqbal (2012),
Arditya Prayudi (2011) menghasilkan Return On Asset (ROA) berpengaruh
signifikan terhadap LDR.
Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
diteliti oleh Arditya prayudi (2011) dengan hasil penelitian bahwa BOPO tidak
berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR).
Inflasi diteliti oleh Maharani Lestari & Sugiharto (2007). Dalam penelitian
Maharani Lestari & Sugiharto (2007) menghasilkan bahwa inflasi berpengaruh
tidak signifikan terhadap LDR pada bank devisa dan bank non devisa. Sedangkan
pada penelitian Haas R & Lelyveld (2003) inflasi berpengaruh negatif signifikan

14

terhadap pertumbuhan kredit bank nasional di wilayah eropa tengah dan eropa
timur.
Nilai tukar yang diteliti Maharani Lestari dan Sugiharto (2007)
menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap LDR pada bank devisa dan bank non devisa.
Penulis ingin meneliti seberapa besar pengaruh dari Capital Adequacy
Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)
yang menjadi tolak ukur likuiditas suatu bank. Sangat penting bagi para nasabah
maupun investor untuk mengetahui kinerja likuiditas suatu bank karena bank
dilihat sehat atau tidak nya bisa dilihat dari tingkat kemampuan likuiditas nya atau
memberikan kreditnya dan seberapa tingkat kepercayaan nasabah dalam
berinvestasi pada suatu bank sehingga para nasabah maupun investor dapat
mengambil keputusan baik dalam berinvestasi. Dilihat dari internal bank juga
dinilai sangat penting, karena menjadi tolak ukur seberapa kinerja suatu bank dan
menjadi masukan terhadap kinerja maupun pemahamannya.
Berdasarkan pada fenomena, data dan keragaman argumentasi (research
gap) hasil penelitian yang ada mengenai pengaruh faktor internal dan eksternal
perusahaan perbankan terhadap LDR. Maka dalam hal ini penulis sangat
terdorong untuk mengangkat permasalahan mengenai “Analisis Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan Kurs terhadap Loan
to Deposit Ratio (LDR) (Studi pada Bank umum periode 2008-2012)”.

15

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA),
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan
Kurs berpengaruh secara simultan terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank
umum di Indonesia?
2. Bagaimana variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA),
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Inflasi dan
Kurs berpengaruh secara parsial terhadap Loan to Deposit (LDR) pada bank
umum di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara simultan terhadap Loan to
Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.
2. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR),
Return On Asset (ROA), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Inflasi dan Kurs berpengaruh secara parsial terhadap Loan to
Deposit (LDR) pada bank umum di Indonesia.

16

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Menerapkan keilmuan akademik yang telah di dapatkan dalam perkuliahan
kedalam penelitian dan menambah ilmu pengetahuan mengenai ekonomi yang
terjadi khususnya perbankan.
2. Akademis
Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Loan to Deposit Ratio perbankan di Indonesia sehingga
dapat memberikan wawasan atau pengetahuan yang lebih mendalam dan
berguna untuk pengembangan penelitian mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi Loan to Deposit Ratio.
3. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam menentukan kebijakan
khususnya dalam penghimpunan dana dan penyaluran dana sehingga bank
dapat mengambil keputusan yang efektif dalam meningkatkan profitabilitas
dan likuiditas bank.
4. Investor
Memberikan gambaran mengenai likuiditas bank untuk tingkat kepercayaan
menanamkan modal atau membuat akun di bank sehingga investor lebih
mendapatkan keputusan yang tepat dalam berinvestasi.

17

5. Pembaca
Manfaat dari penelitian ini akan dapat dijadikan bahan untuk menambah
pengetahuan maupun perbandingan untuk membuat penelitian selanjutnya
dalam topik yang berkaitan sehingga penelitian selanjutnya bisa lebih baik lagi.

18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Likuiditas
Menurut Kasmir (2004:130) Rasio Likuiditas atau sering juga
disebut dengan nama rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah
dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva
lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat
dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan
likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
Pengelolaan likuditas bank dilakukan setiap hari dengan cara
melakukan pengendalian terhadap semua alat likuid yang dikuasai bank
(yaitu uang tunai/kas, dan saldo giro di bank sentral). Alat-alat likuid
tersebut dapat digunakan secara tiba-tiba jika ada tagihan dari nasabah.
Tagihan yang merupakan kewajiban bagi bank tersebut antara lain berupa
simpanan nasabah serta pemberian kredit dan pinjaman ke lembaga
keuangan yang jatuh tempo (Ade dan Edia,2006:138).
Secara umum pengelolaan keuangan perusahaan akan menghadapi
tiga masalah yang penting yaitu likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.
Untuk menjaga posisi likuiditas agar tetap likuid, perusahaan harus
mengelola likuiditasnya dengan cara yang benar. Likuiditas bagi bank

19

merupakan masalah yang sangat penting karena berkaitan degan
kepercayaan masyarakat, nasabah, dan pemerintah (Hasibuan, 2002:25).
Menurut (Taswan, 2006:96) Likuiditas dapat diartikan sebagai
kemampuan dari perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang harus
segera dibayar. Kewajiban tersebut sering diartikan sebagai hutang.
Pengertian ini berlaku pada perusahaan non bank yang memandang riil
saja yang tercermin di sisi pasiva pada neraca. Berbeda dengan bank,
bahwa likuiditas dipandang dari dua sisi pada neraca bank. Sebagai
lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan fungsinya sebagai
penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh profit
yang wajar.
2. Loan to Deposit Ratio
Menurut Kasmir (2008:290), besarnya Loan to Deposit Ratio
menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%. Semakin tinggi
rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari
suatu bank.
Sedangkan menurut Riyadi (2006:165) LDR adalah perbandingan
antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK)
yang dapat dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukan tingkat
kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun

20

oleh bank yang bersangkutan. Maksimal LDR yang diperkenankan oleh
bank Indonesia adalah sebesar 110%.
Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara
kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang
diterima,

tidak

termasuk

pinjaman

subordinasi.

Rasio

ini

menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang
dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah
kemampuan likuiditas bank. Batas aman LDR suatu bank secara umum
adalah sekitar 90-100, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas
aman LDR suatu bank adalah 110%. LDR dapat pula digunakan untuk
menilai strategi manajemen suatu bank (Simorangkir,2004:147).
Dengan pernyataan di atas maka rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Loan to deposit ratio tersebut menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit
kepasa nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya
yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin
21

tinggi

rasio

tersebut

memberikan

indikasi

semakin

rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkankarena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin
besar (Dendawijaya, 2003:118).
3. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bank have to make decisions about the amount of capital they
need to hold for three reasons. First, bank capital helps prevents bank
failure, a situation in which the bank cannot satisfy its obligations to
pay its depositors and other creditors and so goes out of business.
Second, the amount of capital affects returns for the owner (equity
holders) of the bank. And third, a minimum amount of bank capital
(bank capital requirements)is required by regulatory authorities.
(Mishkin, 2006:213)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah presentase modal sendiri
dibandingkan dengan aktiva tertimbang menurut risiko. Bank Indonesia
menetapkan CAR minimal 8% dan secara gradual meningkat menjadi
12%, Apabila CAR minimal tidak tercapai, bank tersebut dinilai akan
sulit mengatasi kesulitan keuangannnya. Karena modal sendiri akan
habis untuk menutupi kerugian yang terjadi, dan tidak akan dapat
menutupi kewajiban ke masyarakat. Untuk itu, bank indonesia akan
segera melakukan tindakan pada perbankan nasional yang tidak dapat
memenuhi CAR minimal ( Arthesa dan Handiman, 2006:62).

22

Angka CAR akan semakin tinggi bila tingkat pertambahan
modal disetor lebih tinggi dari tingkat pertambahan aktiva. Karena
modal disetor selain mencerminkan komitmen pemegang saham, juga
berguna sebagai sumber dana operasional perbankan, maka modal
disetor yang semakin besar akan meningkatkan kemampuan bank untuk
menutupi dana-dana yang dibutuhkan, khususnya dana untuk menutup
penarikan tunai dari nasabah dan menyalurkan kredit. Semakain tinggi
angka CAR menunujukkan bank tersebut semakin likuid. (Manurung
dan Rahardja, 2004:211)
Modal suatu bank pada dasarnya dinilai berdasarkan pemenuhan
bank yang bersangkutan terhadap Ketentuan Pemenuhan Modal
Minimum (KPMM). Pemenuhan kebutuhan tersebut dihitung dari rasio
modal terhadap ATMR. KPMM sebesar 8% diberi predikat “sehat”
dengan nilai kredit sebesar 81, dan untuk setiap kenaikan sebesar 0,1%
dari pemenuhan sebesar 8% ditambah 1 sampai dengan 100. Sementara
itu, untuk pemenuhan KPMM sebesar 8% sampai dengan 7,9% diberi
predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65. Dan untuk kenaikan
sebesar 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit
dikurangi satu dengan minimum 0. (Veithzal Rivai dkk, 2007:120)
4.

Return On Assets (ROA)
Mishkin (2007:232) dalam bukunya menyatakan bahwa,
because owners of a bank must know whether their bank is being

23

managed well, they need good measures of bank profitability. A basic
measure of bank profitability is return on assets (ROA).
Sedangkan menurut Riyadi (2006:156) Return On Assets (ROA)
adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba
dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan perbandingan antara laba
dengan total aset yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan.
Rumus dari Return On Asset (ROA) adalah :
ROA =

Laba Sebelum Pajak
X 100 %
Total Asset

Besarnya nilai (angka) untuk “laba sebelum pajak” dapat dibaca
pada perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan,
sedangkan “total aset” dapat dilihat pada neraca. Perhitungan kredit
dilakukan sebagai berikut (Lukman Dendawijaya 2003:105):
a)

Untuk ROA sebesar 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

b) Untuk setiap kenaikan 0,015%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100%.
5.

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasional. BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai pelantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana,
maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya

24

bunga

dan

hasil bunga.

Rasio

ini dirumus sebagai berikut

(Dendawijaya, 2003:121):
:

Semakin rendah tingkat BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen bank terebut, karena lebih efesien dalam menggunakan
sumber daya yang ada diperusahaan. Jika angka rasio BOPO menunjukan
angka diatas 90% dan mendekati 100% ini berarti bahwa kinerja bank
tersebut menunjukan tingkat efisiensi yang sangat rendah. Tetapi jika
rasio ini rendah, misalnya mendekati 75% ini berarti kinerja bank
bersangkutan menunjukan tingkat efisiensi yang tinggi (Slamet Riyadi,
2006:159).
6. Inflasi
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan tingkat harga yang terus
menerus dan cepat (Frederic Mishkin, 2008:342).
Adapun Efek Buruk Inflasi menurut Sadono Sukirno,2011: 338.
a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi
perkembangan

yang

tinggi

ekonomi.

tingkatnya

Biaya

yang

akan
terus

menggalakkan
menerus

naik

menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan

25

tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih
banyak pengangguran akan terwujud.
b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk keatas kegiatan
ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap
individu dan masyarakat.
c. Inflasi Akan Menurunkan Pendapatan Riil Orang-Orang yang
Berpendapatan Tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu
individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat
juga akan menurun.
d. Inflasi Akan Mengurangi Nilai Kekayaan yang Berbentuk Uang
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk
uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam
institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
e. Memperburuk Pembagian Kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam
nilai riil kekayaannya. Sebagian penjual atau pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi

26

menyebabkan

pembagian

pendapatan

diantara

golongan

berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Menurut (Irham dan Yovi,2010:166) ada beberapa faktor yang bisa
menimbulkan inflasi, yaitu :
a. Structural inflation (inflasi struktural) yaitu suatu keadaan yang
ditimbulkan oleh bertambahnya volume uang, tetapi karena pergeseran
struktur ekonomi, yaitu pergerakan faktor-faktor produksi dari sektor
non industri ke sektor industri.
b. Cost push inflation inflasi yang disebabkan oleh kebijakan perusahaan
yang menaikkan harga barang dagangannya karena implikasi dari
kenaikan biaya internal seperti kenaikan upah buruh, suku bunga atau
juga karena mengharapkan memperoleh laba yang tinggi.
c. Demand full inflation yaitu inflasi yang timbul karena didorong oleh
biaya. Inflasi lainnya seperti karena faktor kenaikan pendapatan
masyarakat atau juga disebabkan oleh ketakutan akan terjadinya
kenaikan

harga

yang

terus

menerus

sehingga

masyarakat

memborongnya, inflasi yang timbul karena dorongan permintaan.
7. Kurs
Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam
satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar
valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda
diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305).

27

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan nilai
tukar Menurut Jeff Madura (2006:128) adalah sebagai berikut:
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Keseimbangan nilai tukar akan berubah seiring dengan
perubahan atas permintaan dan peawaran valuta asing yang
bersangkutan.
1) Tingkat Inflasi
Perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi
aktivitas perdagangan internasional, karena mempengaruhi
permintaan

dan

penawaran

valuta,

dengan

demikian

mempengaruhi nilai tukar. Naiknya harga-harga secara umum
pada suatu negara dibanding dengan negara lainnya akan
menyebabkan naiknya permintaan barang-barang dari negara
lainnya dan permintaan atas mata uang tersebut. Dengan naiknya
permintaan valuta asing tersebut akan menaikkan harga mata
uang negara tersebut dibandingkan mata uang negara sendiri,
akibatnya terjadilah depresiasi nilai mata uang negara tersebut.
2) Tingkat Suku Bunga
Perubahan pada suku bunga relative mempengaruhi
investasi pada sekuritas asing, yang akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran mata uang. Jadi, naiknya tingkat suku
bunga di suatu negara dibandingkan negara lainnya, maka akan
menyebabkan naiknya permintaan atas mata uang negara yang

28

bersangkutan. Dengan demikian harga mata uang negara tersebut
akan menguat dibandingkan dengan mata uang negara lainnya.
3) Tingkat Pendapatan
Apabila tingkat pendapatan suatu negara meningkat
karena adanya tambahan kemampuan untuk memasok, maka nilai
mata uang negara ters

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Peforming Loan (NPL), Operating Expenses/Operating Income (BOPO), Return On Asset (ROA), dan Net Interest Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) Dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) Sebagai Va

5 73 122

Analisis Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Return on Asset Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011

3 85 86

Pengaruh LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan) ROA (Return On Asset) dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional) Terhadap Kecukupan Modal Perbankan Pada Bank Yang Terdaftar Di BEI

5 73 103

Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, dan Net Interest Margin terhadap Return on Asset pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Bursa Efek Indonesia

0 62 107

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

Pengaruh CAR, NPF, FDR dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah (Periode 2011-2015)

1 9 152

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) (Studi Empiris pada Bank BUMN Persero di Indonesia Periode 2008-2014)

0 5 118

Pengaruh Rentabilitas Dan Likuiditas Terhadap Capital Adequacy Ratio (Car) Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 - 2015

0 3 96

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Perbandingan Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Assets (ROA) (Studi Empiris pada 3 Bank

0 8 20

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Dan Perbandingan Biaya Operasional Dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Return On Assets (ROA) (Studi Empiris pada 3 Bank

0 4 19