Peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

BIMO HARYO UTOMO

NIM: 109054100016

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar S1 di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universita Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Januari 2015


(5)

i

Perkembangan jumlah pedagang kaki lima mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pedagang kaki lima yang terdapat di Sandratex antara lain pedagang kebutuhan rumah tangga, pakaian, masakan matang, dan pedagang lainya. Salah satu usaha pedagang kaki lima yang telah mampu menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan adalah pedagang kaki lima. Sekitar tahun 2002-an jumlah pedagang kaki lima di Sandratex hanya sekitar 5 pedagang dan sampai saat ini jumlah pedagang kaki lima tersebut menjadi lebih dari 150 pedagang kaki lima.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih dalam tentang peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di Sandaratex, Kelurahan Rempoa Ciputat dengan menggunakan pendekatan Kualitatif yang kemudian dituangkan dalam metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi mendalam mengenai kegiatan paguyuban arisan pedagang kaki lima dan aktivitas perkembangan pedagang kaki lima. Kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang.

Modal sosial yang telah berperan dalam membangun norma aturan yang disepakati antar pedagang yaitu aturan dalam berdagang tidak saling menjatuhkan antar pedagang, bersaing secara sehat antar pedagang, tidak terjadinya konflik antar pedagang, trust saling menghormati antar pedagang, saling membantu antar pedagang baik pada saat berjualan maupun tidak berjualan, rasa percaya untuk meminjamkan modal usaha, jaringan terdapatnya informasi letak lokasi berdagang, terdapatnya modal usaha yang didapatkan antar pedagang, suplai barang dagangan yang didapatkan pedagang menjadi mudah, murah, dan menguntungkan. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat


(6)

ii

memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penyempurna kebahagiaan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-Nya dan seluruh keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman.

Hanya ucapan alhamdulillahi rabbil alamin yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Besar, Maha Pengasih dan Maha Penentu Segalanya karena dengan kasih sayangNya, ridhoNya, kebesaranNya telah memberikan kelancaran serta kemudahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul“Peran Modal SosialTerhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang Di Sandratex Rempoa Ciputat”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya, diantaranya:

1. Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, MA dan segenap civitas akademik UIN Jakarta yang telah menyediakan fasilitas dan wadah bagi penulis dan kawan-kawan mahasiswa untuk mengembangkan potensi diri. 2. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan,


(7)

iii

Siti Napsiyah, MSW dan Ahmad Zaky, M.Si.

4. Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi, yang dengan sabar dan penuh pengertian membimbing penulis serta memberikan solusi dan waktu untuk bersama-sama berdiskusi dan yang telah banyak meluangkan waktunya serta banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah SWT memberikan kesehatan.

5. Dosen-dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial tercinta dan favorit selama kuliah di UIN Jakarta yang telah banyak membantu sehingga penulis bisa seperti sekarang ini.

6. Kepada kedua orang tua yang sangat penulis sayangi, Babeh Slamet Riyadi, dan Mamih Suparni yang telah memberikan support, baik moril maupun materil. Berkat doa Mamih dan Babeh, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan, kesehatan dan keselamatan kepada Babeh dan Mamih. 7. Kakakku Mba Hanny, Mba Winna, Kakak Iparku Bang Oom, dan

Keponakanku yang paling manis Ameerah yang juga tak henti-hentinya memberikan semangat, nasihat dan selalu memberikan perhatian dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

iv

9. Terima kasih juga untuk para informan dan kelompok paguyuban arisan pedagang kaki lima Sandratex yang telah bersedia penulis wawancarai berkaitan dengan pengumpulan data dalam penulisan skripsi.

10. Dan terakhir juga yang terpenting, untuk semua sahabat-sahabat KESSOS angkatan 2009 terbaik, terhebat, terkompak yang menemani, membantu kapanpun, apapun dan dimanapun dan dalam keadaan yang bagaimana pun selalu memberikan kenangan indah persahabatan, kebersamaan, pertemanan terutama Bro Man (Sahabat) Aldi, Panji, Ugi, Fahry, Maygie, Ali, Wanto, Dony, Ajib, Kuro, Ghoz, Syamsudin dan Heru. terima kasih! Akhirnya, masukan saran dan kritik semoga memberikan tambahan ilmu yang berharga bagi penulis untuk terus belajar dan memperbaiki diri dalam mengamplikasikan ilmu yang didapat semoga skripsi penulis yang telah dibuat memberikan banyak manfaat dan ilmu yang banyak untuk pembaca maupun penulis.

Jakarta, 30 Desember 2014


(9)

v

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

D. Tinjauan Kepustakaan ... 10

E. Metode Penelitian ... 12

F. Teknik Pengumpulan Data ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peran ... 21

B. Modal Sosial ... 23

1. Sejarah Modal Sosial ... 23

2. Pengertian Modal Sosial ... 24

3. Komponen Modal Sosial ... 28

a. Trust... 28

b. Jaringan... 30

c. Norma ... 30

C. Pengertian Perkembangan ... 32

D. Pedagang Kaki Lima ... 34

1. Sejarah Pedagang Kaki Lima ... 34

2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima ... 37

3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima... 41

BAB III PROFIL KELURAHAN REMPOA A. Profil Kelurahan Rempoa ... 44

1. Kondisi Geografis... 44

B. Kondisi Demografi Desa ... 47

C. Kondisi Psikografi Desa ... 50


(10)

vi

4. Permasalahan Sosial ... 54

5. Visi, Misi, dan Prinsip dari Masyarakat ... 54

6. Tujuan ... 55

7. Prinsip... 56

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Perkembangan Pedagang Kaki Lima Sandratex... 57

B. Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima ... 58

1. Kegiatan Paguyuban Arisan Pedagang Kaki Lima... 58

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83 LAMPIRAN


(11)

vii

Tabel 1.2 Jumlah Informan ... 15

Tabel 3.1 Data penduduk menurut kelompok pendidikan ... 48

Tabel 3.2 Data penduduk menurut mata pencarian ... 48


(12)

(13)

1 A. Latar Belakang

Pengembangan usaha mengajukan konsep tentang usaha skala kecil/menengah dengan lebih menekankan pada kualitas/mutu dari pada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaaan usaha kecil-menengah dan besar merupakan bagian kekuatan pendorong pembangunan ekonomi. Selain berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi dalam peningkatan pendapatan masyarakat, kegiatan usaha juga mampu menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia seharusnya menjadikan masyarakat terpacu untuk mencari peluang usaha sendiri agar tidak tergantung pada lembaga tertentu yang menyediakan pekerjaan.1

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM mempunyai peranan yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu, di mana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor usaha kecil dan menengah (UKM) terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi

1

Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S,Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 19


(14)

oleh Indonesia selama krisis, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta di fokuskan pada UKM, terlebih lagi unit usaha ini seringkali terabaikan hanya karena hasil produksinya dalam skala kecil dan belum mampu bersaing dengan unit usaha lainnya.2

Kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Terlebih lagi keberhasilan kegiatan perekonomian masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan sebagian besar banyak dibantu oleh kegiatan usaha yang masih didominasi oleh usaha-usaha skala mikro dan kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang sarana produksi dan hasil pertanian, pengolah hasil pertanian, serta industri rumah tangga.3

Table 1.1

Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2012.4

2

Ibid.,h. 20

3

Ibid.,h. 25

4

www.depkop.go.id/data-usaha-mikro-kecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012(Diakses pada 3 September 2013, Pukul 14.30 WIB).

No Indikator Tahun 2012

1 Unit Usaha

• Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

56.534.592 2 Tenaga Kerja

• Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)


(15)

Data tersebut sekilas memberikan gambaran betapa besarnya aktivitas perkembangan data usaha UMKM di Indonesia dan dampaknya bagi kemajuan ekonomi bangsa. Oleh sebab itu, usaha kecil dalam kehidupan masyarakat, tidak dapat dipandang sebelah mata walaupun dalam pengembangannya seringkali menghadapi berbagai hambatan terutama dalam persaingan dengan usaha besar.

Upaya yang di lakukan pemerintah dalam pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu di upayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Oleh karena itu usaha kecil menengah harus mendapat dukungan penuh oleh pemerintah serta harus di buatkan payung hukum yang jelas, atau di buat satu wadah kelompok usaha kecil yang di kordinir dan mendapat perlindungan dari pemerintah. Selain itu pemerintah harus menyediakan tempat usaha dan modal usaha agar usaha kecil menegah bisa lebih berkembang dan juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar lagi dan juga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan juga agar perekonomian lebih stabil dengan adanya sektor dari usaha kecil menengah.


(16)

Dalam menjalankan usaha kecil menengah perlu adanya peran modal sosial sebagai pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama dan membentuk komunitas atau kelompok, serta pola hubungan yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Modal sosial ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubungan-hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain.

Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggung jawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial sangat penting bagi komunitas karena : mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media pembagian kekuasaan dalam komunitas, mengembangkan solidaritas, memungkinkan pencapaian bersama, dan membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.5

Modal sosial yang telah berperan diantara pedagang kaki lima saling memberikan informasi dan bantuan terkait lokasi usaha yang strategis, modal usaha, kelompok usaha. Selain itu kegiatan PKL biasanya dimulai dari informasi kerabat, teman, tetangga atau keluarga yang telah berjualan sebelumnya. Mereka saling membantu dalam permodalan, suplai barang dagangan, tempat tinggal dan informasi, seperti informasi tempat berjualan,

5 Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di


(17)

dan lain sebagainya. Dalam taraf ini PKL telah mampu memberikan manfaat bahwa modal sosial sebagai salah satu faktor penting dalam kegiatan perekonomian masyarakat.

Dalam perkembangannya pedagang kaki lima Sandratex berkembang dengan baik dan dapat bertahan menghadapi persaingan usaha. Dapat dilihat dari perkembangan jumlah pedagang kaki lima yang mengalami peningkatan cukup tinggi dari tahun ke tahun. Kemampuan berkembang dan bertahan menghadapi persaingan usaha pedagang kaki lima, dijadikan faktor keterampilan dan semangat kerja yang tinggi, juga didorong dengan peran modal sosial diantara para pedagang kaki lima.

Pedagang kaki lima adalah satu pekerjaan yang paling nyata dan paling penting di kebanyakan kota di Negara-negara sedang berkembang pada umumnya. Perdagangan pertama kali terjadi, sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun lalu. kemunculan PKL dimulai pada masa penjajah belanda di

Indonesia. Istilah “kaki lima”pertama kali muncul di masa penjajah belanda.

Pada zaman dahulu penjajah belanda Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki di manfaatkan pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko di jadikan tempat berjualan. Awalnya sebut pedagang emperan, lama-lama menjadi pedagang kaki lima atau PKL. Sumber lain, PKL adalah pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki


(18)

pedagang, maka berjumlah lima, maka di sebutlah pedagang kaki lima atau PKL.6

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai pedagang kaki lima saat ini sangat mudah mencari keberadaan pedagang kaki lima. Karena salah satu karakteristik pedagang kaki lima adalah mendekatkan diri kepada pembeli dengan kata lain pedagang kaki lima berjualan di lokasi strategis, yang terdapat di wilayah Sandratex Ciputat yang berjualan di pinggir trotoar, berjualan setiap hari sabtu dan minggu. Namun saat ini trotoar tersebut di jadikan lapak berdagang kaki lima yang ditempati selama bertahun-tahun lamanya sehingga mengganggu arus lalu lintas dan keselamatan para pedagang dan pembelinya, dan membuat arus lalu lintas menjadi macet. Waktu berjualan PKL di mulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00. Terdapat 150 PKL yang berjualan di Sandratex Ciputat.

Terdapatnya kegiatan paguyuban arisan PKL dibentuk untuk menjalin rasa kekeluargaan antar pedagang, mempererat hubungan persaudaraan, memperluas jaringan kerja sama dengan kelompok pedagang lainya, mempermudah untuk mendapatkan modal usaha yang didapatkan dari hasil arisan pedagang, memperoleh hasil keuntungan berdagang yang meningkat karena dengan berdagang berkelompok banyak mengundang pembeli di pusat keramaian manapun, jadi dengan adanya kegiatan paguyuban arisan ini banyak manfaat yang didapatkan pedagang.

6

Permadi Gilang, S.S,Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini, (Jakarta: Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2


(19)

Pengunjung terus memadati area bazar rakyat Sabtu-Minggu Sandratex di Jl. Juanda Ciputat, Tangerang Selatan, sejak pagi, Sabtu (16/8/2014), sekitar pukul 06.00 WIB. Beraneka barang kebutuhan rumah tangga, pakaian, makanan, alat perbengkelan, dan aksesoris kendaraan dijajakan di bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tersebut hinggga pukul 10.00 WIB. Para pedagang menempati lapaknya di kanan-kiri dan marka pembatas jalan masuk lokasi pabrik tekstil PT Sandratex di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Tangsel tersebut. Aktivitas warga berbelanja atau sekedar cuci mata melihat-lihat berbagai barang di lokasi bazar menyebabkan arus lalu lintas kendaraan dari arah Ciputat ke Pasar Jumat menjadi tersendat. Apalagi jumlah pedagang bazaar Sabtu-Minggu Sandratex tidak lagi tertampung di jalan utama masuk pabrik tekstil tersebut sehingga meluber ke pinggir jalan di sepanjang Jl Juanda.7

Kepadatan arus lalu lintas di Jalan Juanda Ciputat Tangerang Selatan khususnya di ruas jalan dari pertigaan Gintung hingga Sandratex, telah mencair beberapa jam lalu, seiring berakhirnya pasar kaget di kawasan itu. Pasar kaget hanya berlangsung setiap Sabut dan Minggu, pukul 05.00-11.00 WIB. Para pedagang menggelar lapak dagangnya sejak di depan pintu gerbang bekas pabrik tekstil Sandratex hingga jalan raya sekitar 50 meter dan melimpah ke pinggir jalan utama tersebut. Pengunjung sangat antusias mendatangi pasar kaget baik mereka yang sengaja datang untuk berbelanja atau mampir setelah berolah raga jalan sehat. Apalagi lokasinya tidak jauh dari

7

http://jakarta.bisnis.com/read/20140816/383/250410/bazar-sabtu-minggu-sandratex-di-ciputat-banyak-peminat. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB)


(20)

Danau Situgintung yang kini menjadi area rekreasi dan olah raga warga setempat.8

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mencoba untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran modal sosial terhadap pedagang kaki lima asal daerah padang.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pembatasan masalah adalah Peran Modal Sosial terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima Asal Daerah Padang di Sandratex Rempoa Ciputat.

2. Perumusan Masalah

Dari batasan masalah tersebut, dapat dilihat permasalahan yang akan muncul dan dapat dijelaskan dalam penulisan ini. Penulis akan merumuskan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Peran Modal Sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat?

8

http://kabar24.bisnis.com/read/20130216/78/1073/pasar-kaget-tangerang-selatan-macetkan-arus-lalu-lintas. (Diakses pada 26 Desember 2014, Pukul 15.00 WIB).


(21)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah di rumuskan, maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk menggambarkan peran modal sosial dalam membangun dan mengembangkan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratex Rempoa Ciputat.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang akan muncul dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut, yaitu:

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan baru dalam peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima pada sektor informal.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial terhadap perkembangan pedagang kaki lima asal daerah padang di Sandratek Rempoa Ciputat. Bagi penulis dapat menambah wawasan ilmiah dalam bidang studi mengenai peran modal sosial yang ada.


(22)

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dilakukan penulis guna menghindari unsur kesamaan dengan skripsi lain. Penulis menemukan skripsi sebagai berikut:

Nama : Rahmi Garnasih

NIM : 106032201119

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi)

Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan, peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan tentunya memiliki kajian yang hampir sama.

Pertama, penelitian dengan judul “Peran Modal Sosial dalam

Pemberdayaan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi)”. Penelitian ini di lakukan oleh mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rahmi Ganarsih. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data, wawancara dan observasi pedagang perempuan yang berlokasi di pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok. Pertanyaan penelitian yang ingin dijawab oleh peneliti ialah:


(23)

Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan pedagang nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?; untuk mengetahui apakah modal sosial member kontribusi terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?

Permasalahanya penelitiannya akan dijawab pada penelitian ini yaitu mengetahui gambaran modal sosial dan perananya terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor informal. Teori yang digunakan adalah modal sosial menurut James Coleman sebagai konsep yang terdiri dari berbagai norma, trust dan jaringan semuanya akan melalui perananya dalam mempengaruhi pemberdayaan perempuan di sektor informal dilihat dari perempuan bekerja sebagai pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas Depok.

Penelitian ini menghasilkan jawaban modal sosial oleh pedagang mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya trust diantara pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Tindakan aturan-aturan informal yang berlaku dikelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta di laksanakan secara bersama-sama9

9

Rahmi Ganarsih, Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan Perempuan pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi), (Ciputat: FISIP UIN, 2011).


(24)

E. Metodologi Penelitian A. Pendekatan Penelitian.

Penelitian ini masuk dalam kategori penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik. Seperti yang di lakukan pada penelitian tentang kehidupan, riwayat dan prilaku seseorang, peranan organisasi, gerakan sosial atau hubungan timbal balik.

Menurut Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Basrowi dan Suwandi, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Menurut Bodgan, pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.10

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa kata-kata maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna mendapatkan data-data yang di perlukan kemudian mengolah dan menganalisanya secara deskriptif.

Kata deskriptif berasal dari bahasa inggris “description” yang berarti penggambaran, kata kerjanya adalah “to describe” artinya menggambarkan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

10

h Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 25


(25)

dimaksudakan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa adanya.11

Selain itu peneliti juga menggunakaan metode penelitian triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.12

Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan menggali data dari yang di amati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya meneliti prilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami fenomena kehidupan perkembangan pedagang kaki lima, seperti cara pedagang kaki

11

M. Meden Ridwan, ed, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam, (Bandung: Nuansa, 2001), h. 229.

12

http://mudjiarahardjo.uin-malang.ac.id/materi-kuliah/270-triangulasi-dalam-penelitian-kualitatif.html, (Diakses pada 24 September 2014, Pukul 23.00 WIB).


(26)

lima berjualan, bagaimana pedagang kaki lima terbentuk dari awal mulanya 5 pedagang tetapi berjalanya waktu pedagang kaki lima makin bertambah banyak.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari awal bulan September 2013 – Mei 2014. Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang di perlukan telah selesai. Lokasi penelitian di lakukan di Sandratex Rempoa Ciputat.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini peneliti wawancarai informan sebanyak 11 orang serta pihak-pihak terkait di dalam kegiatan perdagangan maupun kelompok pedagang kaki lima sandratek.

Adapun objek penelitian adalah Peran Modal Sosial Terhadap Perkembangan Pedagang Kaki Lima di Pasar Tumpah Sandratex Rempoa Ciputat.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.


(27)

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikianlah jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar.13

Table 1.2 Jumlah Informan

No Informan Informasi Data Jumlah

1 Lurah dan Staf Kelurahan

Data Profil Kelurahan 2 Orang

2 Pedagang Wawancara Terbuka 5 Orang

3 Pembeli Wawancara Terbuka 2 Orang

4 Pengguna Jalan Wawancara Terbuka 2 Orang

JUMLAH 11 Orang

D. Macam dan Sumber Data

Penelitian yang di lakukan oleh penulis dengan mencari data-data dari pihak pedagang kaki lima yang terdaftar dalam kelompok pedagang kaki lima di Sandratex Rempoa Ciputat.

Data yang diperoleh terbagi menjadi dua macam data, yaitu:

13

Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Alfabeta, Bandung, 2009), Cet 8, h. 218


(28)

1. Data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari lapangan, baik berupa data fisik maupun data bersifat sosial ekonomi.14

2. Data sekunder, yakni data yang diperoleh, baik melalui perpustakaan maupun melalui instansi-instansi yang berwenang. Data ini merupakan data pendukung dari objek yang akan diteliti.15

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner. kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.16

Observasi juga bisa di katakan cara untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan serta mengadakan pencatatan secara tertulis yang dihasilkan dari hasil observasi. Teknik observasi yang peneliti lakukan

14

Waluya Bagja, Sosiologi Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat, (PT Setia Purna Inves, Bandung, 2007), Cet 1, h. 62

15Ibid.,

h. 63

16

Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 145.


(29)

bersifat langsung yaitu mendatangi pedagang kaki lima yang ada diwilayah Sandratex yang mana terdapat informan sebagai observer/partisipan.

2. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip olehProf. Dr. Sugiyono mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan metode wawancara adalah sebagai berikut.

1. Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.

2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Bahwa interpetasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.


(30)

Wawancara dapat di lakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat di lakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon.17

Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas berdasarkan pedoman pertanyaan yang di miliki oleh penulis untuk memperluas informasi yang di butuhkan. Untuk mendukung analisa tersebut, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada 5 pedagang kaki lima serta informan lainya seperti tokoh masyarakat, staff kelurahan, pembeli, pengelola PKL dan pengguna jalan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Dalam menggunakan metode dokumentasi ini penulis memegang check-list untuk mencari variabel yang sudah di tentukan. Dalam studi dokumentasi foto lebih banyak di gunakan sebagai alat penelitian kualitatif karena dapat di pakai dalam berbagai keperluan. Foto menghasilkan data yang deskriptif yang cukup berharga dan sering di gunakan untuk

17

Menurut Sutrisno Hadi (1986) yang dikutip oleh Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Alfabeta, Bandung, 2009), h. 137.


(31)

menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering di analisis secara induktif. Terdapat kategori foto yang di hasilkan oleh orang dan foto yang di hasilkan oleh peneliti sendiri.18

Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan (mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah, Koran dan lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan Skripsi ini terdiri dari 5 bab yang penulis uraikan dengan penjelasan singkat sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai masalah dengan teknik penulisan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian

BAB II Tinjauan Teoritis, dalam bab ini penulis akan memaparkan teori mengenai modal sosial, sejarah modal sosial, pengertian modal sosial, komponen modal sosial, definisi perkembangan, sejarah pedagang kaki lima, definisi pedagang kaki lima, dan peran usaha kecil menengah.

18


(32)

BAB III Gambaran Umum, dalam bab ini penulis akan menjelaskan data mengenai profil Kelurahan Rempoa serta data mengenai kelompok pedagang kaki lima asal daerah padang Sandratex Rempoa Ciputat. Serta penulis akan memaparkan mengenai gambaran kelompok pedagang kaki lima.

BAB IV Temuan dan Analisis Data Lapangan, dalam bab ini menjelasakan mengenai perkembangan pedagang kaki lima dalam menjalankan usahanya. Serta memaparkan peran modal sosial dalam perkembangan pedagang kaki lima, dan dampak sosial yang terjadi dengan adanya keberadaan PKL.

BAB V Penutup,dalam bab ini berisikan kesimpulan, lampiran dan saran dari penulis.


(33)

21 1. Pengertian Peran

Peran atau peranan (role), adalah prilaku yang sesuai dengan status seseorang. Peranan merupakan seperangkat prilaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam masyarakat.19

Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan), walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan erat, sebab seseorang dapat dikatakan berperan pada saat seseorang tersebut mempunyai kedudukan atau status.

Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat harapan yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Menurut David Berry harapan merupakan hubungan dari norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh norma dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku.20

Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari peranan-peranan sosial, istilah peranan-peranan menunjukan bahwa masyarakat mempunyai peran masyarakat disebut fungsi atau tugas masyarakat, jadi peranan sosial

19

Wigati Mulat Abdullah,Sosiologi, (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 60.

20

N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen, “Explaration Role Analysis” dalam

David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3, h. 99-100.


(34)

adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam kehidupanya menempati kedudukan-kedudukan tertentu, oleh karena itu mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu menimbulkan harapan-harapan (expectations) tertentu dari orang-orang sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan dengan pekerjaan, seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.

Dari penjelasan diatas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa aspek:21

1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat. Fungsi pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukan pengaruh khas dari satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat sebagai keseluruhan kesatuan hidup bersama mengemban tugas umum, ialah mencakupi kepentingan umum yang berupa kesejahteraan spiritual dan material, tata tertib ketentraman dan keamanan.

2. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga masyarakat sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama, pelaku-pelaku yang menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam suatu tangga masyarakat.

3. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari masyarakat yang hendak diwujudkan.

21


(35)

4. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.

B. Modal Sosial

1. Sejarah Modal Sosial

Dikenal ada physical capital, human capital dan social capital yang merujuk kepada keistimewaan sebuah organisasi sosial, seperti jaringan kerja, norma-norma, nilai-nilai dan kepercayaan yang memfasilitasi terciptanya ko-ordinasi dan ko-operasi bagi kepentingan bersama. Social capital pertama kali diungkap Robert D. Putnam tahun Dikutip oleh Edi Suharto yang menjelaskan fenomena sosial mengapa tindakan kolektif gagal pada sejumlah komunitas, tetapi berhasil pada komunitas lainya. Faktor penyebab kesuksesan tersebut adalah keberadaan social capital. Belakangan Narayan and Woolcock Dikutip oleh Edi Suharto mendefinisikansocial capital sebagai norma-norma dan jaringan-jaringan kerja yang membuat orang bertindak secara kolektif. Inti dari definisi social capital adalah kemampuanya dalam meningkatkan manfaat investasi physical capital dan human capital. Tanpa social capital kontribusinya bagi kesejahteraan manusia tidak bermakna. Inilah fungsi dan peran social capital dalam pembangunan. Kegagalan pembangunan selama ini diduga karena kurang dipertimbangkannya social capital sebagaiindependent variable.22

22

Suharto Edi. PhD, ”Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi”


(36)

Jikasocial capitalmeningkat dengan meningkatnya jumlah orang yang berpartisipasi dalam asosiasi informal dan jaringan kerja sosial (networks), maka anggotanya dapat memberikan kontribusi kepada social capital komunitas mereka, biasanya dengan cara-cara berpartisipasi dalam perkumpulan olahraga, rekreasi, kelompok RT/RW, pengajian, asosiasi orang tua murid dan guru, organisasi kepemudaan, organisasi keperempuanan, organisasi lansia. Satu hal yang perlu diingat bahwa kinerja social capital tergantung pada partisipasi aktif anggotanya: ikut bermain dalam sebuah tim olahraga, bukan hanya jadi penonton; bergabung dalam kelompok paduan suara komunitas, bukan hanya menghadiri konsernya; ikut terlibat dalam arisan warga, bukan hanya terdaftar sebagai anggota; terlibat dalam kegiatan ritual agama setempat, bukan beribadah di tempat yang jauh karena kemegahanya.

Perlu diwaspadai jangan sampai koneksi antar-anggota komunitas melemah atau merenggang. Bila hal ini terjadi, perlu strategi untuk meningkatkan partisipasi mereka dalam asosiasi informal dan jaringan sosial.23

2. Pengertian Modal Sosial

Modal sosial merupakan dua kata gabungan dari modal dan sosial. Kata modal dalam bahasa inggris yaitu kapital sedangkan kata sosial yaitu sosial. Dalam kamus Sosiologi kata kapital mengandung arti sumber-sumber yang dipergunakan untuk tujuan produktif, persediaan aset

23


(37)

material suatu masyarakat atau kekayaan (modal).24 Sedangkan kata sosial mengandung arti sesuatu yang berkenaan dengan prilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial.25 Jika digabungkan kata kapital sosial maka mengandung arti aset-aset yang di miliki umum (modal sosial).26

Ada beberapa pengertian tentang modal sosial menurut para ahli yang umumnya dirumuskan berdasarkan kasus-kasus tertentu yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Pierre Bourdieu dikutip oleh George Rtzer mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata lain: keanggotaaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai bentuk dukungan kolektif.27

Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya transformasi dari hubungan sosial yang sesaat dan rapuh, seperti pertetanggaan, pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi masalah yang bersifat jangka panjang yang diwarnai oleh perasaaan kewajiban terhadap orang lain.

Menurut Bobi B. Setiawan Modal sosial merupakan pemahaman dan pengetahuan yang dimiliki bersama oleh komunitas, serta pola hubungan

24

Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi (Jakarta: Rajawali Press), h. 55

25

Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.408

26

Soerjono Soekamto, Kamus Sosiologi, h.56

27


(38)

yang memungkinkan sekelompok individu melakukan satu kegiatan yang produktif. Terminologi ini merujuk pada organisasi-organisasi, struktur, dan hubungan-hubungan sosial yang dibangun sendiri oleh komunitas, terlepas dari intervensi pemerintah atau pihak lain.

Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain sehingga mereka mau membuat komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Menurut pendapat Lesser (dalam Bobi B. Setiawan), modal sosial sangat penting bagi komunitas karena : Mempermudah akses informasi bagi anggota komunitas, Menjadi media power sharing atau pembagian kekuasaan dalam komunitas, Mengembangkan solidaritas, Memungkinkan mobilisasi sumber daya komunitas, Memungkinkan pencapaian bersama; dan Membentuk perilaku kebersamaam dan berorganisasi komunitas.28

Putnam dikutip oleh Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan politik di Italia menemukaan bahwa modal sosial merupakan unsur utama pembangunan masyarakat madani (civil community). Modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti trust (kepercayaan), norma-norma (norms), dan jaringan-jaringan (networks) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitasi tindakan dan terkoordinasi.29Menurut Putnam, kerjasama mudah

28

Bobi B. Setiawan, 2004, ”Ruang Publik dan Modal Sosial: Privatisasi Ruang di Kampung”, Universitas Gadjah Mada, dalam Info URDI Volume 17, Yogyakarta.

29

Rais Rahmat, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 117.


(39)

terjadi di dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik dan jaringan antar warga.

Fukuyama dalamIn Trust: the Social Capital Value and the Creation of Prosperity,kepercayaan(Trust)muncul jika di masyarakat itu membagi nilai (Shared Values) sebagai dasar dari kehidupan untuk menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang tidak akan mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan suatu tujuan. Di samping itu, jaringan (networks)memiliki dampak yang sangat positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan tujuan bersama.30

Definisi lainya yang dikemukakan oleh Fukuyama, Modal sosial di artikan pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama oleh anggota suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama di antara mereka. Jika anggota kelompok itu yakin bahwa anggota yang lain dapat dipercaya dan jujur, mereka akan saling percaya. Kepercayaan itu seperti pelumas yang membuat kelompok atau organisasi dapat dijalankan secara efisien.31

Sementara itu, Lawang mendefinisikan konsep modal sosial merujuk pada kekuatan-kekuatan sosial komunitas yang dikontruksikan individu atau kelompok dengan mengacu pada struktur sosial yang menurut

30

Fukuyama F,Trust: The Social Virtues and Creation of Property, dikutip oleh Rahmat Rais, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, (Jakarta: Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009), h. 114.

31

Francis Fukuyama. Guncangan Besar Kodrat Manusia dan Tatanan Sosial Baru, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 20.


(40)

penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual atau kelompok secara efisien dan efektif dengan kapital-kapital lainya.32

Dalam konteks kegiatan kelompok pedagang kaki lima, beberapa konsep modal sosial yang telah di kemukakan di atas dijadikan sebagai acuan analisis. Penulis berpendapat bahwa ketahanan dan perkembangan pedagang kaki lima dibangun sebagai kekuatan yang di miliki kelompok PKL tersebut. Penulis menunjuk adanya kekuatan sosial sebagai modal sosial seperti norma, kepercayaan dan jaringan cenderung dapat mencapai tujuan PKL secara efisien dan efektif. Dengan demikian, PKL dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini.

3. Komponen modal sosial

a. Trust

Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa percaya. Sedangkan trust dalam kata kerja berarti proses mempercayai sesuatu yang jelas sasaranya.

Menurut lawang, trust adalah hubungan antar manusia dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak.33Seperti kasus orang tua yang menyekolahkan anaknya pada salah satu lembaga pendidikan yang mereka pilih. Pilihan mereka dilandasi adanya harapan agar anaknya sukses.

32

Robert M. Z Lawang,Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, h. 180.

33


(41)

Kepercayaan di sini mengandung harapan orang tua terhadap lembaga pendidikan.

Dengan demikian trust menurut lawang terdapat tiga hal yang terkait yaitu:

1. Hubungan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih. Institusi adalah hubungan yang termasuk didalamnya, dalam pengertian ini diwakili orang.

2. Adanya harapan yang akan terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak.

3. Terciptanya interaksi sosial yang memungkinkan hubungan dan harapan itu akan terwujud.

Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan saling menghormati. Sebagaimana dijelaskan menurut Fukuyama dikutip oleh Rahmat Rais, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif, hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama.34

34


(42)

b. Jaringan.

Pengertian ini meliputi dengan pertukaraan timbal balik, solidaritas dan kerja sama. Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusia. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun interelasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal. Putnam berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dan partisipasinya itu.

Berdasarkan pengertian jaringan yang di bangun dalam penelitian ini adalah menggunakan kelompok pedagang kaki lima sebagai institusi yang mewadahi mereka. Sebagai media, kegiatan kelompok arisan PKL memfasilitasi anggotanya untuk memiliki ikatan sosial yang kuat untuk membangun relasi dengan individu atau kelompok lainya.

c. Norma

Menurut lawang, norma adalah aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau


(43)

tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain.35

Selain itu lawang, mengatakan norma tidak dapat di pisahkan dari jaringan dan kepercayan. Kalau struktur jaringan tersebut terbentuk karena pertukaran sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, sifat norma kurang lebih sebagai berkut:

1. Norma itu muncul dari pertukaran yang saling menguntungkan, artinya jika pertukaran tersebut hanya di nikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran sosial yang selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang muncul dan bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma muncul karena beberapa kali pertukaran yang saling menguntungkan dan ini di pegang terus menjadi sebuah kewajiban sosial yang harus dipelihara.

2. Norma menyangkut keuntungan yang di peroleh dari suatu kegiatan tertentu. Orang yang melanggar norma ini yang berdampak pada berkurangnya keuntungan di kedua belah pihak, akan di beri sanksi negatif yang keras.

3. Jaringan yang terbina menjamin keuntungan kedua belah pihak secara merata, akan memunculkan norma keadilan, dan jika melangar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi.

35


(44)

Pengertian ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (share value), norma dan aturan-aturan.36 Norma terdiri dan pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang di yakini dan di jalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma di bangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan di terapkan untuk mendukung iklim kerjasama.37

Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat analisa modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud sebuah mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah kekuatan rill guna menunjang pengembangan masyarakat.

C. Perkembangan

1. Pengertian Perkembangan

Sejarah istilah perkembangan masyarakat memberi gambaran yang berwarna-warni. Sampai pada permulaan zaman modern, perkembangan di mengerti sebagai teologi sejarah keselamatan. Zaman fajar budi bertitik

tolak pada arti yaitu “membuka apa yang dibungkus” dan menekankan

perkembangan (diri) bakat dan kemampuan sebagai dasar untuk kemajuan yang tetap dan suatu dunia yang semakin baik. Pandangan itu melahirkan

36

Rais Rahmat,Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah, h. 118.

37

Suharto Edi,, Modal Sosial dan Kebijakan Publik, di Akses 13 Maret 2014, (http://kuntum2008.multply.com/journal).


(45)

historisme yang beranggapan bahwa sejarah berkembang sendiri menurut hukum-hukum yang ada di dalamnya. Historisme juga mendasari teori tahap dari Rostow, apalagi materialism historis dari Marx. Di zaman kolonial dan kadang-kadang sampai sekarang ini, istilah itu dimengerti sebagai pengembangan aktif-transitif sumber-sumber daya yang ada, selanjutnya juga sebagai usaha menciptakan kemakmuran. Sesudah tahun 1945, dengan tampilnya Negara berkembang dipanggung dunia, pembangunan ekonomi dalam arti pertumbuhan pendapatan per kepala menjadi titik acuan utama. Berangsur-angsur, tekanan bergeser kembali ke arah perkembangan diri, maupun dalam arti tanggung jawab itu sendiri.38

Menurut E.B. Harlock perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Di maksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat di ukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.39

Perkembangan mengandung makna adanya pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya, mengandung arti bahwa

38

Muller Johannes, “Perkembangan Masyarakat Lintas-Ilmu” (Yogyakarta: Gramedia, 2005) h. 148.

39Ibid


(46)

perkembangan merupakan peubahan sifat individu menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat sebelumnya.40

D. Pedagang Kaki Lima

1. Sejarah Pedagang Kaki Lima

Manusia berdagang sebagai mata pencaharian. perdagangan pertama kali terjadi, yang pasti sudah ada sejak nenek moyang dahulu, ribuan tahun lalu. Sementara itu, tentang kemunculan pedagang kaki lima (PKL) bisa dirunut hingga ke masa penjajah belanda di Indonesia. Istilah “kaki lima”

pun pertama kali muncul di masa penjajah belanda.41

Pada zaman dahulu penjajah belanda membuat peraturan bahwa setiap jalan raya yang dibangun harus menyediakaan sarana untuk pejalan kaki. Sarana untuk pejalan kaki itu disebut trotoar. Lebar trotoar untuk pejalan kaki adalah lima kaki (kaki: satuan ukuran panjang yang digunakan mayoritas bangsa eropa) atau sekitar satu setengah meter. Kemudian, saat Indonesia merdeka, trotoar untuk pejalan kaki itu di manfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Selain trotoar, emperan toko juga dijadikan tempat berjualan. Waktu itu di sebut pedagang emperan, lama-lama di sebut menjadi pedagang kaki lima atau PKL.42

Jika mengikuti sejarah, mestinya sebutanya adalah “pedagang lima kaki”, sesuai dengan luasnya trotoar yang di buat pemerintah belanda.

40Ibid.

41

Permadi Gilang, S.S,Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini,(Jakarta: Yudhistira, 2007) Cet 1, h. 2

42


(47)

Asal usul istilah pedagang kaki lima (PKL) sebenarnya masih simpang siur dan banyak versi. Jika berpatokan pada trotoar lima kaki (1,5 meter) yang di buat Belanda, lalu bagaimana dengan pedagang yang menggunakan gerobak atau pikulan. Padahal mereka juga termasuk PKL. Mereka sebenarnya tidak berjualan ditrotoar atau emperan toko, mereka di sebut PKL.43

Terdapat beberapa asal usul penyebutan istilah PKL. Salah satunya dari trotoar buatan Belanda yang luasanya 1,5 meter (lima kaki), seperti yang disebutkan di atas. Itu pun sebenarnya tidak begitu tepat. Menurut seorang tokoh Indonesianis bernama William Liddle, aturan trotoar lima kaki justru berasal dari bahasa Inggris,five foot (lima kaki). Bapak Liddle mempercayai bahwa yang membuat aturan tentang pembangunan trotoar di Indonesia bukanlah Belanda, tetapi Inggris. Inggris memang pernah mengambil alih kekuasaan atas Indonesia dari Belanda. Yang membuat trotoar di Indonesia adalah gubernur jenderal asal Inggris, Sir Stamford Raffles.44

Sementara, menurut sumber lain, istilah PKL adalah untuk menyebut pedagang yang menggunakan gerobak beroda. Jika roda gerobak ditambahkan dengan kaki pedagang, maka berjumlah lima, maka disebutlah pedagang kaki lima atau PKL. Lalu jika kita membuka kamus umum bahasa Indonesia yang disusun oleh WJS Poerwadarminta dikutip

43

Ibid.,h. 3.

44Ibid


(48)

oleh Permadi Gilang, S.S, makna istilah kaki lima itu mempunyai arti

“lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi jalan” dan “lantai diberi beratap

sebagai penghubung rumah dengan rumah”.45

Pengertian tersebut lebih mirip dengan pengertian trotoar yang luasnya lima kaki atau 1,5 meter yang dibuat di masa penjajahan (belanda atau inggris). Namun, pengertian yang dimaksudkan kamus itu juga bisa diartikan emperan toko. Karenanya, selain trotoar, PKL juga berjualan diemperan toko. Ada juga yang membuat istilah lain. Kaki lima diartikan

“kanan kiri lintas manusia.” Maksudanya karena PKL berada dijalur pejalan kaki (trotoar dan emperan toko), sehingga banyak orang berlalu-lalang disamping kanan dan samping kiri para PKL.46

Adapun beberapa pengertian PKL (pedagang kaki lima) menurut para ahli yaitu:

a. Ray Bromley dikutip oleh Ramli Rusli pada umumnya sering di gambarkan sebagai wiraswasta yang independen dan dengan demikian bagian terbesar dari mereka adalah pekerja yang tidak digaji. Keberhasilanya sangat tergantung pada usahanya dan kemampuan menarik pembeli.47

45

Ibid.,h. 4.

46

Ibid.

47


(49)

b. Paul Bairoch dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki lima di gambarkan sebagai perwujudan usaha tersembunyi, atau pun sebagai pekerja sederhana yang bertambah secara luar biasa.48

c. Soetjipto Wirosardjono dikutip oleh Ramli Rusli berpendapat pedagang kaki lima berpola kegiatan tidak teratur, baik waktu maupun modal dan pemasukanya. Omset biasanya kecil dan di hitung harian, serta tidak di sentuh peraturan pemerintah.49

2. Kegiatan Usaha Pedagang Kaki Lima.

Kegiatan usaha pedagang kaki lima mempunyai hubungan yang sangat penting dengan pembeli yang bersifat komersil dalam artian bahwa pendekatan pada kegiatan usaha dagang terlepas dari hubungan yang bersifat pribadi atau hubungan tetangga. Tidak tetapnya atau sering berpindahnya tempat, menyebabkan pula bahwa hubungan antara pembeli dengan PKL sering hanya hubungan sepintas lalu atau lebih merupakan hubungan yang tidak disengaja atau terjadinya karena kebetulan saja. Pedagang kaki lima selalu berusaha agar barang daganganya terjual dan untuk itu pedagang akan memilih tempat berjualan yang dipandang sesuai, juga dipilih waktu tertentu yang banyak didatangi para pengunjung.50

48

Ibid.

49

Ibid.,h. 64

50

Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co, 1992), h. 93.


(50)

Pedagang kaki lima sebagai kelompok yang melayani kebutuhan masyarakat, pada dasarnya terlibat didalam proses niaga dilihat dari kegiatan pekerjaanya sehari-hari. Proses niaga disini dapat berarti menyalurkan atau menjadi salah satu mata rantai yang menghubungkan produsen kepada konsumen melalui barang atau jasa yang dijualnya kepada anggota masyarakat yang membutuhkanya. Barang ataupun jasa tersebut biasanya langsung ditujukan kepada konsumen akhir atau pemakai langsung, sehingga dengan demikian PKL merupakan mata rantai terakhir yang berhubungan dengan konsumen.51

Selain itu terdapat kegiatan menyimpan secara terorganisir yang sering dikenal dengan arisan, sudah lebih banyak dipraktekan dikalangan pedagang kaki lima. Cara simpanan arisan ini disebut sebagai suatu bentuk budaya sosial yang tradisional serta dapat merangsang dan membina orang menjadi anggota dalam sistem ekonomi yang lebih modern. Karena arisan pada dasarnya mempunyai maksud untuk menyimpan uang modal usaha dan dapat mempererat hubungan kekeluargaan antara pesertanya.52

Dalam kegiatan usaha pedagang kaki lima merupakan salah satu bentuk kegiatan UKM (usaha kecil menengah), kegiatan UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun

51

Ibid.,h. 101

52


(51)

modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh 2 departemen, yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh pemerintah selama orde baru, sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada pengusaha besar hampir semua sektor, antara lain perdagangan, pebankan, kehutanan, pertanian, dan industri.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa yang masuk dari luar akibat dampak globalisasi. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan UKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM di harapkan dapat tercapai dimasa mendatang. Dengan berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.53

53

Dr. Sartika Tiktik Partomo M.S,Ekonomi Skala Kecil/Menengah & Koperasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 20.


(52)

Selanjutnya terdapat definisi Usaha kecil (small firms) didefinisikan sebagai kegiatan usaha dengan jumlah tenaga kerja antara 10-50 Orang, dan usaha yang sangat kecil mikro jumlah tenaga kerjanya antara 5-10 orang.54

Terdapat beberapa definisi sektor usaha kecil yang juga memiliki ciri-ciri khusus. Mitzerg dikutip oleh Sutojo mendefinisikan sektor usaha kecil sebagai Entreprenual organization yang memiliki antara lain: struktur organisasi mereka sederhana, mempunyai karakter yang khas. Aktivitas mereka sedikit di formalkan, dan sangat sedikit menggunakan proses perencanaan dan jarang sekali mengadakan pelatihan karyawan dan manajer. Ciri lainya adalah sektor usaha kecil sulit membedakan antara asset pribadi dan asset perusahaan. Mereka juga kurang baik sistem akuntansi dan seringkali tidak memilikinya. Pengusaha kecil dan menengah mempunyai sifat dalam menghadapi investasi hampir sama dengan perorangan.

Definisi usaha kecil di jelaskan Corman dikutip oleh Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet adalah perusahaan yang memiliki dan dijalankan secara independen dan terlalu kecil untuk mendominasi dilingkunganya (perusahaan lain yang lebih besar). Beberapa institusi yang ada di Indonesia, juga mempunyai institusi definisi-definisi usaha kecil yang berbeda-beda.55

54

Zaky Ahmad dan Firdaus Ismet, Pengalaman Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhu’afa, (Jakarta: Dakwah Press Universitas Syarif Hidayytullah, 2008) Cet 1, h. 229.


(53)

3. Letak Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima

Letak lokasi usaha pedagang kaki lima menjadi sangat penting untuk kegiatan berdagang. Bentuk tempat dagangan para pedagang kaki lima beraneka ragam. Tenda merupakan bentuk yang paling banyak dijumpai, mengingat bahwa tenda sebagai tempat dagangan dapat melindungi PKL dari sengatan panas maupun hujan. Bentuk-bentuk tempat dagangan lainya adalah kotak, meja, gelaran, pikulan, gerobak dorong maupun sepeda.

Bentuk tempat dagangan tersebut pada umumnya disesuaikan dengan jenis barang dagangan masing-masing serta lokasi usahanya. Barang-barang kelontong misalnya, tempat daganganya dapat saja berupa gelaran, apabila lokasi tempat usahanya misalkan saja ditrotoar, namun apabila lokasinya terletak dipinggir jalan masuk ke pasar, mungkin gerobak dorong lebih sesuai sebagai tempat dagangan bagi pedagang lainya.

Bentuk tempat dagangan ini dibuat sedemikian rupa agar mudah dan cepat dapat dipindahkan, terutama pada saat terjadinya penertiban atau pengusiran PKL oleh petugas-petugas pemerintah kota. Letak lokasi usaha untuk menempatkan daganganya, pada umumnya adalah ditepi jalan, trotoar, bahkan sering mengambil sebagian dari jalan umum yang sebenarnya bukan di peruntukan sebagai tempat berjualan. Lokasi-lokasi semacam itu dianggap strategis karena merupakan tempat-tempat umum yang ramai dan banyak dilalui orang, sekaligus juga merupakan calon pembeli dari barang daganganya. Apabila terjadi pengusiran atau


(54)

penertiban terhadap PKL, maka biasanya PKL akan berpindah untuk sementara waktu ke lokasi lain dan kemudian kembali lagi ke lokasi semula apabila petugas-petugas pemerintahan kota telah pergi.56

56

Ramli Rusli “Sektor informal perkotaan pedagang kaki lima” (Jakarta:Ind-Hill.co, 1992), h. 123-124.


(55)

Norma

Aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, harapan-harapan yang bersifat baik, benar dan penting, yang kalau tidak dilaksanakan akan merugikan diri sendiri atau merugikan orang lain.

Trust

Trust sebagai benda berarti kepercayaan, keyakinan atau juga rasa percaya, dan harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak.

Jaringan

Pertukaraan timbal balik, solidaritas dan kerja sama. Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama.

Kapital Sosial

Paguyuban arisan pedagang

Kesejahteraan pedagang dan

lancarnya kegiatan usaha


(56)

44 A. Profil Kelurahan Rempoa

1. Kondisi Geografis

Letak dan Batas Kelurahan Rempoa Desa Rempoa adalah dari bagian Kecamatan Ciputat Timur dan berada15 KM dari pusat Kota Tangerang Selatan dan berjarak 2 KM dari pusat Kecamatan. Bisa dilalui dengan kendaraan umum dan pribadi dari arah jalan raya Ir. H. JuandaJalan Tol BSD Kecamatan Setu Kota Tangerang.

Keterangan Gambar 1 Peta Wilayah Rempoa.


(57)

Berikut ini dapat di lihat Orbitasi Kelurahan Rempoa:

a. Jarak dengan Ibu Kota Kecamatan : 2 KM b. Jarak dengan Ibu Kota Tangerang Selatan : 15 KM

c. Jarak dengan Desa terdekat : 1 KM

d. Waktu tempuh ke Ibu Kota Kecamatan :10 Menit e. Waktu tempuh ke Ibu Kota Tangerang Selatan :50 Menit f. Waktu tempuh ke Desadesa terdekat :5 Menit g. Waktu tempuh ke Pusat Fasilitas terdekat :30 Menit

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Kantor Kelurahan Rempoa berjarak2 KM dari kantor Camat Ciputat Timur, dengan luas wilayah 219,50 ha, 73 RT, 4 Dusun, berikut ini dapat dilihat batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa:

a. Utara : Berbatasan dengan DKI Jakarta,

b. Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Cempaka Putih c. Timur : Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu d. Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Rengas

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Wilayah pemukiman penduduk yang tinggal di Kelurahan Rempoa pada umumnya penduduk dengan mata pencaharian karyawan dan buruh, pedagang kecil dengan tingkat kesejahteraan dan pendidikan relatif lebih rendah.

Untuk melakukan aktifitas sehari-hari masyarakat Kelurahan Rempoa, lebih menyukai kendaraan roda dua (ojek) sebagai prasarana angkutan


(58)

masyarakat antar RW. Kendaraan roda dua di pergunakan khususnya untuk melalui wilayah-wilayah yang bergelombang dengan kondisi jalan yang sempit dan pada saat hujan menggenang.

Menurut observasi singkat fasilitator Kelurahaan pada saat survei ke wilayah Kelurahan Rempoa, tekstur tanah Kelurahan Rempoa adalah tanah merah.

Sifat tanah dengan tekstur tanah seperti ini adalah kemampuanya untuk mengikat air, sehingga bila musim hujan turun kondisi tanah di desa babakan menjadi becek dan menggenang. Sedangkan pada musim kering/kemarau, agregat tanah merengkah dan pecah-pecah.

Dengan topografi seperti itu masyarakat desa mendirikan bangunan untuk rumah tinggalnya di wilayah yang relatif datar dan keras, dan bukan lahan untuk persawahan dan perkebunan sehingga rumah-rumah permukimaan penduduk berkelompok-kelompok dalam satu jalur jalan yang di namakan“Kampung”dengan batas kampung yang tidak jelas.

Topografi lahan Kelurahan Rempoa pada umumnya rata(Flat), dengan hampir sebagian besar wilayah desa di gunakan untuk lahan pemukiman dapat di lihat pada data di bawah ini penggunaan lahan Kelurahan Rempoa:

a. Pemukiman : 135 Ha

b. Perdagangan : 1,25 Ha

c. Kuburan : 2000 m


(59)

e. Perikanan :

-f. Perkantoran : 3,5 Ha

g. Industri : 3,5 Ha

(Sumber : Monografi Kelurahan Rempoa, 2012)

Dari peta desa (lampiran dapat di lihat bahwa pemukiman penduduk desa sebagian besar berada di sisi jalan (Kecamatan atau Desa). Kondisi jalan Desa dan lingkungan pada umumnya telah mengalami pergeseran walaupun di beberapa wilayah RT jauh dari jalan raya kondisinya cukup rusak.

B. Kondisi Demografi Desa

Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa adalah 34.292 jiwa atau 10.964 Kepala Keluarga (KK), bila melihat dari jenis kelamin penduduk, maka jenis kelamin laki-laki adalah yang paling terbanyak laki-laki 17.479 jiwa, perempuan 16.814 jiwa, Jumlah KK Miskin 2.912 dengan kelompok umur 5 tahun sampai 9 tahun adalah yang terbanyak, sehingga Kelurahan Rempoa termasuk desa dengan piramida penduduk segitiga di mana lebih banyak kelompok umur non produktif. Dari data komposisi penduduk menurut jenis kelamin pun dapat di simpulkan bahwa perbedaan jumlah penduduk perempuan dengan laki-laki tidak jauh berbeda.

Sedangkan dari data mata pencaharian penduduk, sebagian besar Kelurahan Rempoa adalah bermata pencaharian sebagai pedagang dan buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:


(60)

Table 3.1

Data penduduk menurut kelompok pendidikan Kelurahan Rempoa

No Kelompok Pendidikan Jumlah Jiwa Persentase

1 Belum Sekolah 1.098 4%

2 Usia 15-55 tahun 18.983 68%

3 Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 322 1%

4 Tamat SD/sederajat 2.719 10%

5 Tamat SLTP/sederajat 2664 10%

6 Tamat SLTA/sederajat 1598 6%

7 D1 100 0%

8 D2 98 0%

9 D3 106 0%

10 S1 215 1%

11 S2 39 0%

12 S3 15 0%

Jumlah 6.089 100%

(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)

Ternyata bahwa 4% dari jumlah Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada kelompok usia belum sekolah dan 6,93% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa adalah penduduk pada usia produktif yang tidak pernah sekolah, antara umur 7 tahun sampai dengan 45 tahun.

Table 3.2

Data penduduk menurut mata pencaharian penduduk Kelurahan Rempoa

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase

1 Buruh Swasta 2.500 42%

2 Pegawai Negeri 602 11%

3 Perajin 5 0,1%

4 Pedagang 1350 25%

5 Montir 261 5%

6 Sopir 200 3,9%

7 Tukang Kayu 175 3,3%

8 Tukang Batu 325 6,3%

9 TNI/Polri 138 2,7%

10 Pramuwisata -

-11 Kontraktor 12 0,2%

12 Guru Swasta 56 1,1%


(61)

14 Pengusaha 30 0,5%

15 Pengemudi Becak 45 0,8%

16 Dokter 25 0,4%

17 Bidan 15 0,2%

18 Peternak 2 0,02%

Jumlah 5917 100%

(Sumber : Data Kelurahan Rempoa, 2012)

Ternyata bahwa 19,73% dari jumlah seluruh penduduk Kelurahan Rempoa yang berusia Produktif adalah penduduk yang mempunyai pekerjaan. Dari jumlah 59,95% penduduk yang mempunyai pekerjaan serta yang mempunyai mata pencaharian sebagai buruh baik penggarap kebun atau petani, anggota Polisi, Guru, Pegawai Negeri, Pegawai Swasta dan TNI. Serta 35,84% adalah bergerak disektor usaha kecil menengag atau berdagang. Dari gambaran di atas maka karakteristik penduduk Kelurahan Rempoa sebagian besar berkarakteristik buruh.

Secara khusus penduduk Kelurahan Rempoa yang menikmati pendidikan menengah dan tinggi relatif banyak. Walaupun penduduk tidak bersekolah dan tidak tamat SD pun cukup banyak. Dukungan sarana pendidikan setingkat SD sedikitnya ada 3 lokasi, sehingga untuk pendidikan dasar penduduk Kelurahan Rempoa tidak mengalami kesulitan. Untuk pendidikan SMP dan SMU penduduk Kelurahan Rempoa bersekolah di fasilitas-fasilitas pendidikan menengah di sekitar Kecamatan Ciputat Timur.

Kelurahan Rempoa dengan 12 RW dan 72 RT mempunyai pola penyebaran penduduk wilayah RT yang bervariasi yang di batasi jalan lingkungan, jalan desa, dan aspal. Jabatan ketua RT ada beberapa hal lebih aktif dari pada jabatan ketua RW sehingga kegiatan ketua RT sangat


(62)

menentukan dan relatif lebih giat di masyarakat. Data jumlah penduduk kepala keluarga 1.036 keluarga.

a. Jumlah Keluarga Prasejahtera : 35 Keluarga b. Jumlah Keluarga Sejahtera I : 910 Keluarga c. Jumlah Keluarga Sejahtera II : 3259 Keluarga d. Jumlah Keluarga Sejahtera III : 852 Keluarga e. Jumlah Keluarga Sejahtera : 725 Keluarga

C. Kondisi Psikografi Desa

1. Pengaruh Lingkungan Geografis Terhadap Kondisi Sosial

Pemukiman penduduk Kelurahan Rempoa merupakan daerah pemukiman. Secara giografis penduduknya bermata pencaharian buruh swasta dan pedagang. Di wilayah dalam yang sedikit dari jalan raya tingkat kesejahteraan penduduk desa relatif minim dengan tingkat pendidikan anak yang hanya sampai tingkat SLTA. Kondisi sarana jalan yang relatif lebih buruk dengan prasarana transportasi hanya angkutan kendaraan roda dua yang terbatas, menyebabkan aktifitas perekonomian penduduk Kelurahan Rempoa wilayah ini hanya terbatas di lingkungan RW dan RT. Secara giografis fasilitas-fasilitas sosial dan umum yang ada di wilayah sisi jalan dan wilayah dalam yang jauh dari jalan raya dapat dilihat di bawah ini:


(63)

a. Kelembagan Ekonomi

1. Koperasi : 3 Unit

2. Industri Makanan : 3 Unit

3. Industri Pakaian : 1 Unit

4. Pasar : 1 Unit

5. Kelompok Usaha Simpan Pinjam : 1 Unit 6. Industri Kerajinan : 25 Unit

7. Percetakan : 5 Unit

8. Bengkel : 17 Unit

9. Warung Makanan : 51 Unit

10. Kios Klontong : 216 Unit

D. Permasalahan

1. Permasalahan Sarana dan Prasarana

Terjadinya Sarana/Prasarana dasar lingkungaan dan perumahan yang memadai merupakan faktor yang harus di perhatikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Faktor tersedianya komponen ini sangat berpengaruh bagi kesejahteraan di wilayah sasaran Desa.

Permasalahan Sarana dan Prasarana dasar lingkungan dan perumahan yang ada di Kelurahan Rempoa antara lain :

1) Sarana dasar perumahan yang belum terpenuhi antara lain :

a. Rumah sangat sempit dengan jumlah penghuni yang sangat banyak


(64)

b. Belum tersedianya sarana kesehatan perumahan seperti sanitasi, jendela, batas antara kamar, lubang sinar lantai tanah, tempat MCK yang belum tersedia dan sarana lain.

2) Sarana dan prasarana dasar lingkungan antara lain :

a. Banyak infrastruktur yang kurang memadai jalan, jembatan, drainase irigasi dan saluran air bersih

b. Sarana kesehatan lingkungan sanitasi, drainase, irigasi, tempat sampah dan lain-lain.

c. Sarana pembuangan sampah

d. Sarana penerangan jalan lingkungan.

2. Permasalahan Pengembangan SDM

Permasalahan yang berkaitan dengan sumber daya manusia khususnya masyarakat miskin di Kelurahan Rempoa antara lain :

a. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin b. Minat menyekolahkan dan kemampuan menyekolahkan masih

kurang

c. Kemampuan untuk membiayai pendidikan anak dimana biaya pendidikan cukup tinggi

d. Masih adanya kesadaran yang rendah dalam masalah pendidikan e. Adanya sistem pendidikan yang belum berpihak pada masyarakat


(65)

f. Sarana pendidikan yang memadai belum dapat di jangkau oleh masyarakat miskin.

3. Permasalahan Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif

Kegiatan usaha produktif merupakan yang terpenting untuk dapat terpenuhi segalanya kebutuhan hidup, oleh karena itu dalam penanggulangan kemiskinan ke depan perlunya mendapatkaan perhatian yang sangat serius. Permasalahan yang ada di Kelurahan Rempoa berkaitan dengan pengembangan dengan usaha produktif antara lain :

a. Sebagian masyarakat tidak memiliki modal yang cukup untuk membuka usaha baru yang sesuai lingkungan.

b. Manajemen usaha yang belum di miliki oleh warga miskin.

c. Tidak adanya kelompok usaha untuk memecahkan usaha bersama. d. Terjeratnya warga miskin dalam Bank harian/rentenir.

e. Tidak adanya jaringan kerjasama untuk mengembangkan usaha. f. Sulitnya mengakses modal.

g. Masih rendahnya mutu hasil produktif. h. Lemahnya penguasaan teknologi.

i. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.

Setelah peneliti mencari apakah terdapat beberapa masyarakat asli Sandratex yang berjualan nasi uduk, gado-gado, warung sembako, dan jenis usaha lainya. Dari keseluruhan masyarakat asli Sandratex tidak


(66)

keseluruhan bekerja sebagai pedagang, tetapi bekerja sebagai pegawai negeri maupun pegawai swasta.

4. Permasalahan Sosial

Permasalahan sosial kemasyarakatan yang ada perlu segera mendapat perhatian antara lain :

a. Rendahnya tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin

b. Tidak mampu membiayai pendidikaan anak

c. Masih adanya yatim piatu dan jompo yang kurang mendapatkan perhatian

d. Kurangnya sarana pendidikan formal dan non formal bagi masyarakat miskin

e. Masih belum terpenuhinya sarana dan prasarana medis yang murah dan di jangkau masyarakat miskin

f. Pelayanan kesehatan yang masih kurang dalam pengetahuan bagi balita dan ibu hamil.

5. Visi, Misi dan Prinsip dari Masyarakat a. Visi

Menuju Masyarakat Kelurahan Rempoa menjadi sehat, tertib, aman, dan sejahtera.

b. Misi


(67)

1) Menggalang kepedulian dan kerjasama dari berbagai unsur masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan

2) Mewujudkan pemberdayaaan masyarakat di Kelurahan Rempoa terutama masyarakat kurang mampu dalam upaya penanggulangan kemiskinan, melalui pengembangan kapasitas, penyediaan sumber saya dan membudayakan kemitraan sinergis antara masyarakat dengan pelaku pembangunan lokal lainya. 3) Meningkatkan pelayanan di bidang kesehatan untuk masyarakat

miskin

4) Meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat miskin 5) Meningkatkan kualitas SDM dan mengurang pengangguaran

dengan membuka lapangan kerja

6) Meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin

7) Meningkatkan sarana lingkungan yang optimal bagi masyarakat miskin.

6. Tujuan

a. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 75%. b. Pada tahun 2012, kesehatan ibu dan anak meningkat 70%.

c. Pada tahun 2012, 70% anak miskin mengikuti pendidikan 9 tahun. d. Pada tahun 2012, pengangguran berkurang 60%.

e. Pada tahun 2012, kesehatan masyarakat miskin meningkat 60%.

f. Pada tahun 2011, pendapatan warga miskin meningkat sebesar Rp. 800.000 perbulanya.


(68)

7. Prinsip

Prinsip-prinsip yang di kembangkan dalam membangun masyarakat Kelurahan Rempoa adalah sebagai berikut :

A. Demokrasi; dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan orang banyak terutama masyarakat miskin, maka pengambilan keputusan harus di lakukan secara musyawarah dan demokrasi;

B. Partisipasi; tiap langkah kegiatan harus di lakukan secara partisipatif sehingga membaangun rasa kepemilikan dan proses belajar bersama;

C. Transportasi dan akuntabilitas manajemen organisasi masyarakat, sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang di laksanakan.

D. Desantralisasi; dalam proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut penghidupan orang banyak agar di lakukan sedekat mungkin dengan pemanfaatan daan atau di serahkan pada masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang di buat benar-benar bermanfat bagi masyarakat banyak.


(1)

LAMPIRAN OBSERVASI

Jenis Informan

: Hasil Pengamatan Lapangan

Hari/tanggal

: Sabtu, 19 April 2014

Waktu

: 08.00 WIB

Tempat

: Sandratex Rempoa

Topik observasi

: Gambaran Umum Pedagang Kaki Lima

Kegiatan Deskriptif

Sejarah Pedagang Kaki Lima Sandratex

Perkembangan pedagang kaki lima di wilayah Sandratex Rempoa dimulai dari berdirinya pabrik bahan Textile pada tahun 1970, dengan adanya pabrik ini menyerap banyaknya pegawai buruh pabrik yang bekerja di pabrik. Dengan adanya pabrik ini banyak masyarakat yang tinggal berdekatan dengan wilayah Ciputat, Gintung, dan Rempoa banyak yang bekerja di pabrik. Waktu bekerja para buruh pabrik selama 24 jam non stop dengan terbagi lamanya waktu bekerja selama 3 kali pergantian jam bekerja. Dengan banyaknya buruh yang bekerja di pabrik Sandratex. Akhirnya warga asli Rempoa yang tinggal di wilayah pabrik, banyak yang berprofesi berdagang makanan, seperti warung nasi uduk, warung tegal, dan warung kopi untuk memenuhi kebutuhan para buruh pada jam istirahat.

Selanjutnya pada Mei 1998 kerusuhan terjadi di Indonesia dikarenakan krisis moneter, kemudian pabrik Sandratex mengalami kebangkrutan secara finansial, dan produksi yang menurun. Dari dampak krisis ini banyak buruh pabrik yang dirumahkan atau di PHK. Dengan itu banyak pedagang makanan yang gulung tikar atau mengalami penurunan penjualan. Tetapi tidak untuk pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran yang berjualan luar pabrik Sandratex, karena pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran hanya berjualan pada pagi hari saja untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah Sandratex.


(2)

Pedagang yang bertahan cukup lama di wilayah Sandratex hanya pedagang nasi uduk dan pedagang sayuran. Munculnya keberadaan pedagang kaki lima di Sandratex dimulai pada tahun 2002. Awalnya pedagang di Sandratex ini berkisar lima hingga tujuh pedagang. Seiring berjalannya waktu jumlah pedagang semakin lama bertambah pengunjungnya pun semakin ramai. Dengan adanya fenomena pedagang kaki lima di Sandratex dijadikan oleh warga sebagai pesta rakyat yang murah-meriah, merakyat, dan dijadikan alternatif tempat untuk rekreasi keluarga

Waktu berjualan PKL Jam berdagang pedagang kaki lima dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai pukul 11.00 pagi. Diperkirakan pedagang yang berjualan di sepanjang Trotoar Sandratex Rempoa Ciputat berkisar antara 150 pedagang.

Aneka jenis barang dagangan PKL

Pedagang kaki lima menawarkan aneka ragam kebutuhan seperti baju, sepatu, mainan anak-anak, kuliner, aksesororis handphone, peralatan rumah tangga, dan beragam jenis kebutuhan rumah tangga lainnya. Harga barang di tawarkan oleh pedagang kaki lima pun terbilang murah serta terjangkau, mereka sangat terbantu dengan adanya pedagang kaki lima. Permasalahan PKL Makin banyaknya jumlah PKL banyak yang menggunakan

trotoar jalan atau fasilitas umum lainya seperti badan jalan. Akhirnya pedagang kaki lima selalu tidak tertib dan disiplin dalam mentaati tata tertib yang sudah dibuat, karena sering terjadinya salah paham antara pedagang dan pihak kelurahan, pedagang selalu dipinggirkan dan diprotes oleh pihak kelurahan agar tidak berjualan di lokasi trotoar jalan yang menyebabkan macet.

Karakteristik PKL Sandratex Pedagang kaki lima Sandratex mempunyai 2 kelompok pedagang yang berasal dari daerah padang dan pedagang daerah sunda yang berjualan diwilayah Sandratex sejak 12 tahun yang lalu. Dua kelompok pedagang ini sudah mempunyai lapak-lapak untuk berjualan sendiri dan sudah mempunyai pelangganya masing-masing. Terbentuknya kelompok pedagang kaki lima ini dikarenakan banyaknya minat pembeli yang cukup tinggi, lokasi


(3)

berdagang yang strategis, dan masyarakat yang cukup padat dijadikan PKL untuk berjualan di Sandratex. PKL tidak mengenal tempat yang penting tempatnya strategis untuk berjualan dan banyak pembelinya, serta yang unik dari PKL yaitu pedagangnya selalu memajang daganganya secara berantakan dan tidak beraturan.

Penyebutanya pusat keramaian PKL di Sandratex, masyarakat Sandratex mempunyai penyebutan yang berbeda-beda seperti pasar kaget, pasar tumpah, atau juga pasar pagi, jadi penyebutan ini semua sekedar istilah yang diberikan oleh masyarakat setempat untuk menunjukan pasar dalam arti yang sebenarnya karena tempat ini adalah pusatnya keramaian.

Penghasilan pedagang pada saat berjualan, masing-masing pedagang memiliki penghasilan tidak menentu dalam mendapatkan penghasilan setiap harinya mulai dari RP. 100.000,- sampai Rp. 200.000,- bahkan yang di bawah Rp. 100.000,- pun juga ada. Dengan penghasilan yang beragam antara pedagang kaki lima, berarti pedagang tidak mempunyai penghasilan yang tetap di setiap berjualan, karena pedagang hanya tergantung oleh banyaknya pembeli.

Aturan yang disepakati pengelola PKL dan pedagang, pedagang hanya membayar uang keamanan dan uang kebersihan kepada pihak pengelola pada setiap berdagang. Salah satu pihak terdapat pengelola pedagang kaki lima yang bertugas sebagai pengawas, mengamankan, dan membersihkan lokasi berjualan. Dengan kata lain pengelola PKL bertugas untuk menjaga, mengatur dan mengelola lapak pedagang pada saat berjualan di wilayah Sandratek


(4)

Lampiran Gambar

Gambar 1

Gambar 2

Keterangan Gambar 1:

Suasana lapak pedagang kaki lima Sandratex

Keterangan Gambar 2:

Keramaian pembeli yang mendatangi lapak PKL

Sandratex.


(5)

Gambar 3

Gambar 4

Keterangan Gambar 3

Pengguna kendaraan bermotor yang berlalu-lalang

di tengah keramaian PKL

Keterangan Gambar 4

Bapak Syam sebagai pengelola

lapak PKL Sandratex


(6)

Gambar 5

Gambar 6

Keterangan Gambar 5

Lapak Pedagang Kaos Kaki Bapak Amrizal

sebagai Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima

Keterangan Gambar 6