Perbedaan kandungan minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas [Languas galanga [L.] Stunsz] secara maserasi dan perkolasi - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERBEDAAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI

EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Languas galanga (L.) Stunz)

SECARA MASERASI DAN PERKOLASI

SKRIPSI

  Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi

  

Oleh:

  

I Dewa Gede Kusuma Jaya

NIM : 988114109

NIRM : 980051122004120102

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: PERBEDAAN KANDUNGAN MINYAK ATSIRI EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Languas galangal(L.) Stunz SECARA MASERASI DAN PERKOLASI.

  Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains program studi ilmu Farmasi. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang amat dalam atas bantuan yang diberikan baik berupa moril dan materiil kepada:

  1. Ibu Dra. Koensoemardiyah , SU.,Apt selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga skripsi ini dapat tersusun.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

  3. Ibu Erna Triwulandari, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya.

  4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya.

  5. Ibu dan Aji atas doa, dukungan, dan semua kasih sayang yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Mas Wagiran dan Mas Sigit selaku laboran Laboratorium Farmakognosi Fitokimia atas bantuannya selama penelitian.

  7. Mas Andre Selaku karyawan kebun obat, atas segala bantuannya.

  8. Anton, Pika, Beler, Dodo, Wisnu, Ayoe, Eli, Ginting, Icha, Nanto, Sugeng, dan dik Yati, terima kasih atas dukungan dan dorongan semangatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  9. Semua teman-temanku dan semua pihak yang telah membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Semoga amal baik mendapatkan balasan dari Ida Sang Hyang Widi Wasa. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Agustus 2007 Penulis

  I Dewa Gede Kusuma Jaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………..... ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. iii HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………... iv KATA PENGANTAR……………………………………………………….. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………….. vii DAFTAR ISI………………………………………………………………… viii DAFTAR TABEL………………………………………………………....... xi DAFTAR GAMBAR …………………………….…………………………. xii

  INTISARI…………………………………………………………………… xiii

  ABSTRACT…………………………………………………………………………… xiv

  BAB I. PENGANTAR………………………………………………………... 1 A. Latar Belakang………………………………………………………… 1

  1. Perumusan Masalah…………………………………………………… 3

  2. Manfaat Penelitian………………………………………………….…. 3

  a. Manfaat teoritis …………………………………………………… 3

  b. Manfaat praktis…………………………………………………….. 3

  3. Keaslian Penelitian………………………………………………….. 3

  B. Tujuan Penelitian……………………………………………………… 4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………………………………………… 5 A. Uraian Tanaman Lengkuas …………………………………………… 5

  1. Sistematika tumbuhan……………………………………………… 5

  2. Morfologi tanaman…………………………………………………. 5

  3. Ekologi dan penyebaran……………………………………………. 6

  4. Kandungan kimia ………………………………………………….. 6

  5. Kegunaan…………………………………………………………... 7

  6. Nama daerah……………………………………………………….. 8

  B. Uraian Mengenai Minyak Atsiri……………………………………….. 8

  C. Uraian Mengenai Ekstrak……………………………………………… 14

  D. Uraian Mengenai Maserasi…………………………………………….. 16

  E. Uraian Mengenai Perkolasi…………………………………………….. 18

  F. Kromatografi Lapis Tipis……………………………………………… . 18

  G. Keterangan Empiris……………………………………………………. 21

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN…………………………………….. 22 A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………... 22 B. Variabel dan Definisi Operasional……………………………………... 22 C. Bahan atau Materi Penelitian…………………………………………... 23 D. Alat atau Instrumen Penelitian………………………………………… 23 E. Jalannya Penelitian…………………………………………………….. 24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Penyarian Maserasi…………………………………………………... 26

  4. Penyarian Perkolasi…………………………………………………... 26

  5. Penetapan Rendemen Minyak Atsiri Ekstrak Lengkuas ..…………… 27

  6. Analisis Kualitatif dengan KLT……………………………………... 28

  F. Tata Cara Analisis Hasil……………………………………………….. 29

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………. 30 A. Determinasi Tanaman…………………………………………………... 30 B. Pembuatan Simplisia…………………………………………………… 31 C. Pembuatan Serbuk Simplisia…………………………………………… 33 D. Penyarian Secara Maserasi…………………………………………….. 33 E. Penyarian Secara Perkolasi…………………………………………….. 34 F. Penetapan Rendemen Minyak Atsiri Rimpang Lengkuas……………… 35 G. Penetapan Indek Bias Minyak Atsiri Ekstak RimpangLengkuas……… 36 H. Kromatografi Lapis Tipis………………………………………………. 38 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………. 41 A. Kesimpulan…………………………………………………………...… 41 B. Saran……………………………………………………………….……. 41 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 42 LAMPIRAN……………………………………………………………………. 44 DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………. 55

  DAFTAR TABEL

  Tabel I. Penetapan rendemen minyak atsiri ekstrak lengkuas hasil maserasi…………………………………………………..... 35 Tabel II. Penetapan rendemen minyak atsiri ekstrak lengkuas hasil perkolasi…………………………………………………… 36 Tabel III. Indek bias minyak atsiri ekstrak Rimpang lengkuas hasil maserasi……………………………………………………. 37 Tabel IV. Indek bias minyak atsiri ekstrak Rimpang lengkuas hasil perkolasi……………………………………………………

  37 Tabel V. Hasil pemeriksaan profil kromatografi lapis tipis ekstrak lengkuas hasil maserasi dengan fase gerak n-heksan-etil asetat (96:4v/v), fase diam silika gel GF

  254

  dan penampakan bercak Vanilin- asam sulfat P……………………………………………………..

  39 Tabel VI. Hasil pemeriksaan profil kromatografi lapis tipis ekstrak lengkuas hasil perkolasi dengan fase gerak n-heksan-etil asetat (96:4v/v), fase diam silika gel GF 254 dan penampakan bercak Vanilin- asam sulfat P……………………………………………………..

  39 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia kandungan lengkuas…………………………....

  6 Gambar 2. Skema penetapan rendemen minyak atsiri ekstrak lengkuas hasil maserasi dan perkolasi……………………………………

  24 Gambar 3. Kromatogram ekstrak lengkua hasil maserasi dan perkolasi dengan fase gerak n-heksan-etil asetat (96:4v/v), fase diam silika gel GF dan penampakan bercak Vanilin-

  254

  asam sulfat P……………………………………………………

  38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Lengkuas (languas galanga L (Stunz) merupakan tanaman dari familia Zingiberaceae yang sangat bermanfaat. Manfaat dari lengkuas selain untuk bumbu masak dapat juga digunakan untuk penyembuhan panu, koreng, kurang nafsu makan, dan juga untuk stimulansia aromatikum. Rimpang lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rendemen atsiri,indek bias, dan profil Kromatografi Lapis Tipis ekstrak rimpang lengkuas yang dibuat secara maserasi dan perkolasi dengan pelarut etanol 70%.

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental. Dalam penelitian ini dilakukan tahap-tahap pembuatan ekstrak rimpang lengkuas mulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pembuatan serbuk, perlakuan secara maserasi dan perkolasi, penghitungan rendemen minyak atsiri, penetapan indek bias, dan pemeriksaan kualitatif secara KLT. Pemeriksaan secara KLT ekstrak lengkuas menggunakan fase diam silika gel GF dan fase gerak n-heksan-etil asetat (96:4v/v).

  254

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak atsiri dari hasil maserasi sebesar 0,358 ± 0,014 % (v/v) dan hasil perkolasi sebesar 0,817 ± 0,104 % (v/v). berdasarkan penetapan indek bias (refraktometer Abbe) diperoleh hasil maserasi sebesar 1,415 ± 0,000 sedangkan hasil perkolasi sebesar 1,467 ± 0,000. Dari pemeriksaan kualitatif lengkuas diperoleh tiga bercak untuk hasil maserasi dengan harga Rf masing-masing 0,15; 0,55 dan 0,80. Sedangkan dari hasil perkolasi diperoleh enam bercak dengan harga Rf masing-masing 0,05; 0,16; 0,55; 0,78 dan 0,86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Lengkuas (Languas galanga (L.) Stunz) is an advantageous plant grouped into the family of Zingiberaceae. Lengkuas can be used both as medicine and additional seasoning. On medical purpose , lengkuas serves as tradisional medicine relieving fungus, ulceration, appetite stimulants and aromaticum stimulants.

  This research is conducted for the purpose to know difference ethereal oil quality from product maseration and percolation with etanol 70 % as dissolven. The research is conducted trough several stages. It started from material collecting, wet sorting, wasing, slicing, drying, dry sorting, powder, maseration and percolation, ethereal oil making until ethereal oil examination, deviation index, and qualitative examination using Tlc. The examination on lengkuas make use of static phase of GF 254 silica gel and amobile phase n-heksan-etil acetate (96 : 4, v/v).

  The result of this research to indicate that the quality of ethereal oil from maseration 0,358 ± 0,014 % (v/v) where as percolation 0,817 ± 0,104 % (v/v). From deviation index examination ( refratometer Abbe) result of maseration 1,415 ± 0,000 and percolation 1,467 ± 0,000. qualitative examination using Tlc, the chromatogram of that ethereal oil maseration Rf amount are 0,15; 0,55 and 0,8 where as percolation Rf amount are 0,05; 0,16; 0,55; 0,78 and 0,86.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini penggunaan rempah-rempah sebagai bahan baku obat tradisional

  berkembang dengan pesat. Hal ini didukung oleh adanya sumber bahan baku dari alam nabati yang tumbuh melimpah di Indonesia. Salah satu tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional adalah lengkuas (Languas galanga(L.) Stunz). Selain dapat digunakan sebagai bumbu masak, lengkuas juga banyak digunakan sebagai obat kulit panu, koreng, masuk angin, perut tidak enak, kurang nafsu makan, dan stimulansia aromatikum. Rimpang lengkuas digunakan sebagai obat luar, contohnya untuk obat gosok (dimaserasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur dan penyakit kulit lainnya (Sudarsono dkk, 1996). Masyarakat masih menggunakan lengkuas dalam bentuk jamu. Pada perkembangannya, lengkuas diharapkan dapat ditingkatkan kualitasnya menjadi sediaan herbal. Pada penelitian ini dibuat preparat galenis yang disebut ekstrak dari rimpang lengkuas.

  Ekstrak sebagai bahan baku produk asli Indonesia memiliki ciri-ciri yang khas dan kompleks, baik aspek fisik maupun kimianya. Mutu ekstrak tergantung pada jenis dan mutu simplisia, pelarut yang digunakan, peralatan dan proses ekstraksi. Ekstrak yang baik akan menjamin mutu produk obat asli Indonesia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Penggunaan ekstrak makin meluas, tetapi metode baku dan standarisasi ekstrak sebagai bahan baku belum lengkap. Hal ini menyebabkan keraguan dalam pemanfaatannya terutama bila akan digunakan sebagai bahan baku fitofarmaka. Ada bermacam-macam metode ekstraksi yang biasa digunakan dalam pembuatan ekstrak. Metode yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ekstraksi cara dingin, yaitu maserasi dan perkolasi. Maserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan atau kamar. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan (Sidik dan Harfia Mudahar, 2000). Kedua metode ini dibandingkan hasil ekstraksinya. Karena diketahui bahwa minyak atsiri dari rimpang lengkuas sangat berguna dalam pengobatan, maka parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah rendemen minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas dan komponen penyusun minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas dengan profil Kromatografi Lapis Tipis.

  Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat juga menunjang penggunaan obat yang berasal dari tumbuhan, serta dapat memberikan petunjuk dalam pemilihan metode ekstraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  1. Perumusan Masalah

  Penelitian mengenai perbedaan ekstrak rimpang lengkuas yang diperoleh dari hasil maserasi maupun perkolasi akan dilihat berapa besar perbedaannya ditinjau dari segi:

  a. berapakah rendemen minyak atsiri?

  b. berapakah harga indek bias minyak atsiri?

  c. bagaimana profil Kromatogafi Lapis Tipis dari ekstrak rimpang lengkuas?

  2. Manfaat Penelitian a. Manfaat teoritis.

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang metode ekstraksi untuk rimpang lengkuas.

b. Manfaat praktis.

  Mengetahui metode ekstraksi mana yang lebih baik dalam pembuatan ekstrak rimpang lengkuas ditinjau dari rendemen minyak atsiri, indek bias, dan profil Kromatogrfi Lapis Tipis ekstrak rimpang lengkuas.

3. Keaslian Penelitian.

  Penelitian yang telah dilakukan tentang lengkuas adalah penelitian efek antioksidan infus rimpang lengkuas pada tikus putih yang diinduksi CCl

  4 (Ros

  Sumarni dkk, 2000). Hasilnya infus rimpang lengkuas mempunyai efek antioksidan dan hepatoprotektor pada dosis 10%, 20% dan 40%. Dosis optimalnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum.

  Mengetahui cara pembuatan ekstrak rimpang lengkuas yang baik 2. Tujuan khusus.

  a. Mengetahui rendemen minyak atsiri dari ekstrak rimpang lengkuas baik yang diperoleh secara maserasi dan perkolasi.

  b. Mengetahui harga indek bias minyak atsiri dari ekstrak rimpang lengkuas baik yang diperoleh secara maserasi dan perkolasi.

  c. Mengetahui profil Kromatografi Lapis Tipis dari ekstrak rimpang lengkuas baik yang diperoleh secara maserasi dan perkolasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman Lengkuas (Languas galanga (L.) Stuntz) 1. Sistematika Tumbuhan. Divisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Zingiberales Suku : Zingiberaceae Marga : Languas Jenis : Languas galanga (L.) Stuntz (Becker dan Bakhuizen van den Brink, 1968).

2. Morfologi Tanaman Lengkuas.

  Batang muda keluar sebagai tunas, dari pangkal tua. Daun tunggal, berseling, berbentuk lanset, bundar memanjang, ujung tajam, berambut sangat halus, bagian tepi berwarna putih bening, warna permukaan daun bagian atas hijau tua, buram, dan bagian bawah hijau muda; urat daun menyirip sejajar, panjang 24 cm sampai 47 cm dan lebar 3,5 cm sampai 11,5 cm; tangkai daun pendek, panjang 1 cm sampai 1,5 cm, bagian dasar tangkai daun terdapat lidah, warna kecoklatan dan berambut halus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sehingga tandan berbentuk piramid memanjang; di bagian atas; sehingga berbentuk lonceng atau corong, agak lebar, panjang 12 mm, berwarna putih kehitaman, mahkota bunga yang masih kuncup pada bagian ujungnya berwarna putih.

  3. Ekologi dan Penyebaran.

  Tanaman lengkuas sudah menyebar di berbagai tempat di dunia. Lengkuas dapat juga ditemukan di hutan-hutan dan belukar. Tanaman Lengkuas menyukai tanah yang gembur, sedikit lembab tetapi tidak tergenang air. Tumbuh pada ketinggian tempat sampai 1200 m di atas permukaan laut. (Anonim, 1978)

  4. Kandungan Kimia.

  Tanaman lengkuas mengandung minyak atsiri, berwarna kuning kehijauan dan berbau khas. Minyak atsiri ini terdiri dari metil sinamat 48%, sineol 20% - 30%, kamfor, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3% - 4%. Ada pula bahan lain seperti seskuiterpen, galangol, kadinena, dan kristal kuning. (Anonim, 1978)

  OH OCH 3 O CH - CH = CH 2 2 Eugenol Kadinena Sineol

  O CH = CH - C

  OCH 3 O C Kamfor Metil Sinamat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5. Kegunaan.

  Rimpang lengkuas digunakan untuk penyembuhan penyakit kulit panu, koreng, masuk angin, perut tidak enak, kurang nafsu makan, dan juga untuk stimulansia aromatikum. Rimpang lengkuas digunakan untuk mengobati gangguan pencernaan, meredakan kolik atau mules (meredakan aktifitas peristaltik usus). Rimpang lengkuas digunakan sebagai obat luar, contohnya untuk obat gosok (dimaserasi dengan anggur), obat kulit melepuh, sebagai anti jamur dan penyakit kulit lainnya (Sudarsono dkk, 1996).

  Rimpang lengkuas dapat menghambat pertumbuhan fungi Mycrosporum

  gypsea , Epidermo flocosum, dan Tricophyton ajelloi. Zat aktif dalam rimpang

  yang dapat menghambat fungi tersebut diduga minyak atsirinya dan glikosida (Asni, 1996).

  6. Nama Daerah.

  Sinonim : Alpinia galanga (L)Willd Nama dagang : Laos, lengkuas Sumatera : Lengkueueh, lengkueus, kelawas, lekuwe, lengkues Jawa : Lojo, laos Sulawesi : Loja, lengkuasa, dliku, lingkuwas, likui, lingkogoto Maluku : Lawase, lakwase, kourola, laowasi, galiaso, lauwasel Nusa Tenggara : Kelawasan, leja lehwas, isem, lengkuwas, laos Kalimantan : Lengkuwas, laos

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Uraian Mengenai Minyak Atsiri

  Minyak atsiri atau minyak menguap adalah substansi yang berbau khas yang berasal dari tanaman, mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami penguraian. Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau berwarna pucat, bila dibiarkan akan berwarna gelap, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan sukar larut dalam air.

  Tanaman penghasil minyak atsiri diperkirakan berjumlah 150 sampai 200 jenis, tersebar pada tanaman yang termasuk suku Pinaceae, Myrtaceae, Apiaceae,

  

Poaceae , Rutaceae, Zingiberaceae, dan lain-lain. Minyak atsiri digunakan oleh

  tanamannya sendiri untuk menarik serangga yang membantu proses penyerbukan, sebagai cadangan makanan, untuk mencegah kerusakan tanaman oleh serangga atau hewan lain yang mempengaruhi proses transpirasi. Di dalam industri sering digunakan sebagai zat tambahan dalam sediaan kosmetika, obat, makanan, rokok, dan sebagainya. Selain itu banyak digunakan sebagai obat anti kapang dan kuman.

  Minyak atsiri terbentuk akibat proses metabolisme dalam tanaman, terbentuk akibat reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar, dan ada yang terbentuk dalam pembuluh resin., misalnya minyak terpentin dari pohon pinus.

  Minyak atsiri umumnya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Sifat kimia minyak atsiri ditentukan oleh persenyawaan kimia yang dikandungnya, terutama persenyawaan yang tidak jenuh (terpen), ester, aldehid dan beberapa jenis persenyawaan lainnya yang termasuk golongan hidrokarbon yang teroksigenasi (alkohol, eter, keton).

  Perubahan sifat kimia minyak atsiri merupakan ciri kerusakan sehingga mengakibatkan penurunan mutu. Beberapa proses yang dapat mengakibatkan perubahan sifat kimia minyak atsiri adalah proses oksidasi, hidrolisa, polimerasi, pendamaran dan penyabunan.

  Untuk memperoleh minyak atsiri dengan hasil yang baik, dianjurkan menggunakan simplisia yang memenuhi persyaratan yang tertera dalam buku Farmakope Indonesia atau Materia Medika Indonesia.

a. Pembuatan Minyak Atsiri.

  Sebelum proses pembuatan minyak atsiri, simplisia sebaiknya dikecilkan volumenya terlebih dahulu dengan cara dipotong-potong, digiling kasar atau halus, tergantung pada simplisia yang digunakan. Pengecilan volume tersebut untuk mempermudah penembusan uap air ke dalam sel. Berdasarkan sifat fisik dan kimia, maka minyak atsiri dapat dibuat dengan cara penyulingan, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap dan ekspresi.

1. Penyulingan.

  Penyulingan didefinisikan sebagai pemisahan komponen suatu campuran dari dua jenis cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  uap (Guenther, 1987). Umumnya minyak atsiri diperoleh dengan penyulingan atau destilasi (Tyler dkk, 1988).

  1.1 Penyulingan air.

  Ciri khas metode penyulingan air adalah kontak langsung antara bahan dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas atau terendam sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang disuling. Metode ini memungkinkan bahan bergerak bebas dalam air mendidih (Guenther, 1987). Keuntungan dari metode ini adalah bahan yang digunakan dapat dibubuk halus, alat sederhana dan mudah diperoleh, mudah dilakukan, kualitas minyak atsiri baik (asalkan suhunya tidak terlalu tinggi). Kerugian dari metode ini adalah sering terjadinya perubahan kimia seperti hidrolisa, oksidasi, polimerasi akibat adanya air, dan kurang lengkapnya komponen kimia.yang dihasilkan (Keterer, 1985).

  1.2 Penyulingan dengan air dan uap.

  Bahan yang akan disuling diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlubang. Ketel suling diisi air sampai permukaan air tidak jauh dari permukaan saringan. Air dapat dipanaskan dengan berbagai cara yaitu dengan uap jenuh yang basah dan bertekanan rendah. Ciri khas metode ini adalah keadaan uap yang selalu basah, jenuh dan tidak terlalu panas dan bahan yang disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas (Guenther, 1987). Keuntungan dari metode ini adalah waktu yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  cepat gosong. Kerugiannya adalah hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat tersuling sehingga penyulingan tidak sempurna.

  Simplisia kering harus dimaserasi dahulu sebelum disuling, sedangkan untuk simplisia segar tidak perlu dilakukan maserasi (Dep. Kes, 1985).

1.3 Penyulingan dengan uap.

  Uap yang digunakan adalah uap jenuh, uap dialirkan melalui pipa uap berlingkaran yang berpori yang terletak dibawah bahan, dan uap ke atas melalui bahan yang terletak di atas saringan (Guenther, 1987). Keuntungan dari metode ini adalah kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup baik, tekanan dan suhu dapat diatur, waktu singkat, dan hidrolisa tidak terjadi. Kerugiannya peralatan yang digunakan relatif mahal dan pengerjaannya memerlukan tenaga ahli (Dep. Kes, 1985). Metode ini baik digunakan untuk membuat minyak atsiri dari biji, akar, kayu yang umumnya mengandung komponen minyak atsiri yang bertitik didih tinggi (Dep. Kes, 1985, Tyler dkk, 1988) 2. Ekstraksi Dengan Pelarut Mudah Menguap.

  Prinsip ekstraksi ini adalah melarutkan minyak atsiri yang terdapat dalam simplisia dengan pelarut organik yang mudah menguap. Simplisia diekstraksi dengan menggunakan pelarut yang cocok dalam suatu ekstraktor pada suhu kamar, kemudian pelarut diuapkan dengan tekanan rendah. Dengan cara ini diperlukan banyak pelarut sehingga biaya cukup mahal, sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  oleh pemanasan dengan uap dan air seperti misalnya atsiri dari bunga cempaka, melati mawar dan sebagainya.

3. Ekspresi.

  Pembuatan minyak atsiri dengan cara pengepresan dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah yang dihasilkan dari tanaman yang termasuk jenis Citrus, karena minyak dari jenis tanaman tersebut akan mengalami kerusakan bila di buat dengan cara penyulingan.

4. Pembuatan Minyak Atsiri Dengan Lemak Padat.

  Pembuatan minyak atsiri dengan lemak padat digunakan untuk memperoleh minyak atsiri yang berasal dari bunga-bunga tertentu seperti melati dan kacapiring. Minyak atsiri dari bunga-bunga tersebut di atas diperoleh dengan cara:

4.1 Pembuatan dengan lemak tanpa pemanasan (“Enfleurage”)

  Setelah tanaman dipetik, tanaman tersebut akan meneruskan proses fisiologisnya dengan mengeluarkan bau khasnya. Segera setelah bunga dipetik ditaburkan di atas lemak, lemak akan mengabsorbsi minyak tersebut. Untuk memperbesar absorbsinya permukaan lemak digores. Tiap 1 kg lemak diperlukan bunga melati sebanyak 2,5 kg-3 kg. Untuk seluruh proses “enfleurage” memerlukan waktu 8-10 menit. Lemak yang telah jenuh dengan minyak menguap, dikerok dengan sudip, kemudian dilelehkan pada tempat tertutup. Lemak tersebut kemudian diekstraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  penyulingan. Cara ini hanya untuk bunga-bunga tertentu, memerlukan waktu lama dan memerlukan banyak tenaga ahli, walaupun dengan cara ini dapat menghasilkan minyak yang lebih baik. Syarat lemak yang digunakan adalah lemak tidak berbau dengan memiliki konsistensi tertentu.

4.2 Pembuatan dengan lemak panas

  Lemak dipanaskan pada suhu 80°C. Bunga segar dimaserasi dengan lemak panas selama 1,5 jam. Bunga tersebut harus sering diganti dengan yang baru sampai tiap lemak kontak langsung dengan 2-2,5 kg bunga, kemudian dibiarkan selama ±1 jam dan disaring melalui saringan logam. Untuk memisahkan lemak yang melekat, bunga disiram dengan air panas kemudian diperas dengan saringan kain. Air akan mudah dipisahkan dengan lemak tersebut kemudian dilanjutkan dengan cara “enfleurage di atas (Dep.Kes RI, 1985).

b. Pemurnian.

  Minyak yang dihasilkan dari penyulingan tanaman pada umumnya tidak murni karena masih tercampur dengan minyak lain yang berasal dari tanaman itu sendiri atau dengan hasil penguraian komponen tanaman yang disebabkan proses penyulingan. Untuk memperoleh minyak yang murni perlu dilakukan proses pemurnian yang dapat dilakukan antara lain dengan :penyulingan kembali, penyulingan bertingkat, penurunan suhu, penghabluran bertingkat, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Uraian Mengenai Ekstrak

  Ekstrak dapat didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung campuran komponen kimia suatu simplisia yang larut dalam pelarut yang digunakan.

  Ekstraksi adalah kegiatan dalam pembuatan ekstrak. Ekstrak mengandung senyawa bioaktif dengan kadar yang lebih tinggi dari simplisia asalnya. Ekstrak yang baik harus memenuhi persyaratan tertentu seperti yang telah ditetapkan dalam beberapa Farmakope seperti ekstrak yang dimurnikan yaitu ekstrak yang telah mengalami pemurnian sedemikian rupa sehingga ekstrak tersebut hanya mengandung suatu kelompok senyawa tertentu dalam kadar yang lebih tinggi.

  Misalnya ekstrak temulawak yang dimurnikan dapat mengandung kurkuminoid sebesar 70-90 % (Sidik dan Harfia Mudahar, 2000).

1. Proses Pembuatan Ekstrak.

  Dalam pembuatan ekstrak yang baik perlu melalui beberapa tahap dan tahap-tahap ini perlu diperhatikan karena mempengaruhi mutu ekstrak seperti keseragaman kandungan kimia, sifat fisiknya, khasiat dan keamanannya.

  Tahap-tahap pembuatan ekstrak adalah sebagai berikut: a. Pembuatan serbuk simplisia.

  Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan) dengan menggunakan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak. Semakin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  interaksi dengan benda keras yang akan menimbulkan panas yang dapat berpengaruh pada kandungan ekstrak. Hal ini dapat dikompensasi dengan penggunakan nitrogen cair.

b. Cairan pelarut.

  Dalam pembuatan ekstrak dibutuhkan cairan pelarut yang baik (optimal). Cairan pelarut yang baik akan dapat melarutkan senyawa bioaktif sehingga dapat dipisahkan dari senyawa lainnya sehingga ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.

  Cairan pelarut harus dapat melarutkan sebagian besar metabolit sekunder yang terkandung agar dapat diperoleh ekstrak total. Faktor utama untuk pertimbangan pemilihan cairan adalah selektifitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomi, ramah lingkungan, dan keamanan.

  Kebijakan dan peraturan pemerintah dalam hal ini juga ikut membatasi cairan apa yang diperbolehkan dan cairan mana yang dilarang. Pada prinsipnya cairan pelarut harus memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan kelompok spesifikasi pharmaceutical grade.

  Sampai saat ini berlaku aturan bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air dan alkohol (etanol) serta campurannya. Jenis pelarut yang lain seperti metanol dll (alkohol turunannya), heksana (hidrokarbon alifatik), toluene (hidrokarbon aromatik), kloroform, aseton ,umumnya digunakan sebagai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  c. Separasi dan pemurnian.

  Tujuan tahap ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang murni.

  d. Pemekatan / penguapan (vaporasi dan evaporasi).

  Pemekatan berarti penigkatan jumlah senyawa terlarut secara penguapan pelarut tanpa menjadi kondisi kering, ekstrak hanya menjadi kental atau pekat. Untuk memperoleh ekstrak kering pada ekstrak kental yang diperoleh dengan zat netral (pengisi) seperti avicel, aerosil, sacharum lactis (Sidik dan Harfia Mudahar, 2000).

D. Uraian Mengenai Maserasi

  Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim, 1985).

  Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian (Anonim, 1986).

  Pada penyarian maserasi dapat dilakukaan modifikasi misalnya: 1.

   Digesti

  Digesti merupakan cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40-50 °C. Cara maserasi ini hanya cocok dipergunakan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.

  2. Maserasi Dengan Mesin Pengaduk

  Cara maserasi ini menggunakan mesin pengaduk yang berputar terus- menerus, sehingga waktu proses maserasi dapat dipersingkat menjadi 6 sampai 24 jam.

  3. Remaserasi

  Remaserasi adalah cara maserasi yang dilakukan dalam 2 tahap, dimana cairan penyari dibagi menjadi 2 bagian. Setelah seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah dienap, tuangkan dan diperas ampas dimaserasi dengan cairan penyari yang kedua.

  4. Maserasi Melingkar

  Prinsip dari maserasi melingkar adalah cairan penyari selalu mengalir secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya. Cairan penyari dipompa dari bawah bejana penyari masuk ke bejana penyari, oleh alat penyembur cairan penyari disemburkan kepermukaan serbuk simplisia. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Uraian Mengenai Perkolasi

  Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).

  Perkolasi dilakukan dengan cara menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari yang dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk simplisia akan melarutkan zat aktif dari serbuk tersebut. (Anonim, 1986)

  Untuk menentukan akhir perkolasi, dapat dilakukan pemeriksaan zat aktif secara kwalitatif pada perkolat terakhir. Penyarian kina, pulepandak, pulai, perkolasi dihentikan bila reaksi alkaloid sudah negatif. Penyarian teh ditentukan dengan reaksi terhadap zat aktif tannin. Untuk obat yang belum diketahui zat aktifnya dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, warna dan bentuknya (Anonim, 1986).

F. Kromatografi Lapis Tipis

  Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dianggap sebagai “kolom kromatografi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Keuntungan dari metode kromatografi ini antara lain adalah memberikan pemisahan yang baik dan cepat, prosedurnya sederhana dan relatif murah. Cara ini dapat digunakan untuk memisahkan komponen dalam jumlah sampai beberapa mikrogram sedangkan kerugiannya adalah sukar dalam penyimpanan serta ketelitian dan ketepatannya kurang baik. (Harborne,1987)

  Lapisan penyerap (fase diam) dibuat dari salah satu penyerap yang khusus digunakan untuk kromatografi lapis tipis. Penyerap yang umum digunakan adalah silika gel, alumunium oksida, kieselgur, poliamida, selulosa dan turunannya. Untuk analisis, tebal penyerap 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2 mm suatu lapisan berpori, karena adanya gaya kapiler. Sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium. (Stahl, 1985)

  Fase diam yang paling banyak digunakan ialah silika gel dan alumunium oksida. Silika gel umumnya diberi zat tambahan kalsium sulfat untuk mempertinggi daya lekat. Silika gel adalah fase diam universal dan dapat digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang bersifat netral, asam atau basa. Ada beberapa macam silika gel yang beredar dalam perdagangan diantaranya adalah silika gel dengan bahan pengikat (silika gel G), silika gel dengan bahan pengikat dan indikator fluoresensi (silika gel GF254) yang memancarkan cahaya jika disinari dengan sinar ultraviolet dengan panjang gelombang 254 nm, dan selain itu dikenal pula silika gel tanpa bahan pengikat (silika gel H). (Gritter, 1991)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sistem pelarut multi komponen ini harus berupa campuran sederhana yang terdiri atas tidak lebih dari tiga macam pelarut. (Stahl, 1985) Pada analisa kromatografi lapis tipis perlu diperhatikan polaritas fase gerak. Fase gerak yang mengelusi zat terlalu cepat tidak dapat memisahkan komponen dengan baik, sebaliknya fase gerak yang terlalu lambat mengelusi akan memberikan waktu elusi yang terlalu lama. Urutan polaritas dari fase gerak yang biasa digunakan (dari non polar ke polar) adalah n-heksana, heptana, sikloheksana, karbon tetraklorida, benzene, kloroform, eter, etil asetat, piridina, aseton, methanol, air. (Stahl, 1985)

  Pengembangan adalah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal yaitu jarak antara garis awal dan garis batas. Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan harga Rf atau hRf.

  Jarak titik pusat bercak dari titik awal Rf = Jarak garis batas dari titik awal Angka Rf berkisar antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100. (Stahl, 1985)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi ultraviolet gelombang pendek dan atau gelombang panjang yakni 365 nm. Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi, harus dicoba dengan reaksi kimia dengan atau tanpa pemanasan. (Stahl, 1985)

  Deteksi Dengan Pereaksi Penampak

  1) Anisaldehida-asam sulfat. Pada sinar biasa senyawa minyak atsiri menunjukkan bercak warna biru, hijau, merah, dan coklat. Pada beberapa senyawa berpendar pada sinar uv 365 nm. 2) Vanilin-asam sulfat. Pada sinar biasa menunjukkan warna bercak yang sama bila lempeng tersebut disemprot dengan anisaldehida-asam sulfat.

  (Wagner,1984)

G. Keterangan Empiris

  Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif untuk membandingkan hasil ekstrak rimpang lengkuas yang diperoleh secara maserasi maupun perkolasi, ditinjau dari rendemen minyak atsiri, indek bias, dan profil Kromatogafi Lapis Tipis ekstrak rimpang lengkuas.