RE-EVANGELISASI: TANTANGAN GEREJA DI TIMOR LESTE DEWASA INI SKRIPSI

  

RE-EVANGELISASI: TANTANGAN GEREJA

DI TIMOR LESTE DEWASA INI

S K R I P S I

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan

Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Imaculada Gouveia Leite

021124039

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Dengan penuh syukur dan cinta yang mendalam kupersembahkan skripsi ini kepada: Manuel Soares, Ayahanda tercinta sang pendidik hidup dalam melayani

  Elisa Soares (almarhumah), Ibunda tercinta sang peneguh harapan hidup Grandpa, Maun Enço, adik-adik tercinta di Lar de Estudantes St. Inácio de Loyola serta seluruh keluarga tercinta yang mengiringi perjalanan hidupku dengan doa dan cinta yang dalam

  

MOTTO

  “ Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”

  (Luk 4: 18 -19) “Janganlah memberi dari kelebihanmu, karena dengan demikian engkau akan memberi dari sisa-sisamu, tetapi berilah dari kekuranganmu, karena dengan demikian, engkau akan memberi dari kelimpahanmu” (Ibu Teresa dari Calcuta)

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul RE-EVANGELISASI: TANTANGAN GEREJA DI TIMOR LESTE DEWASA INI. Pemilihan judul ini berawal dari keprihatinan Gereja Timor Leste akan masyarakat Timor Leste yang mengimani Allah sebagai penyelamat, namun di era pascareferendum mengalami degradasi kehidupan spiritual. Ini ditandai dengan hilangnya nilai-nilai luhur dan tradisi Gereja yang sejak dulu dijunjung dan dipuja-puja oleh sebagian besar masyarakat yang mayoritas beriman Katolik. Tradisi-tradisi seperti devosi kepada Bunda (Na’i Feto) Maria di antaranya doa Rosario (Reza Terço) bersama, ziarah ke gua-gua (grutas) Maria sebagai penghormatan kepada Bunda Maria, devosi kepada Hati Kudus Yesus (Devođão do Sagrado Corađão de Jesus), kini telah hilang tertelan oleh budaya- budaya yang datang dari barat sebagai akibat dari referendum dan pascareferendum di Timor Leste dalam menentukan nasib bangsanya sendiri.

  Permasalahan pokok dalam skripsi ini adalah menguraikan masalah-masalah yang dihadapi Gereja Timor Leste di era pascareferendum, yaitu masalah kaum muda, masalah pendidikan, masalah politik, bahaya sekularisme dan materialisme, serta masalah penghayatan hidup beriman umat. Dalam realita seperti inilah Gereja Timor Leste ditantang untuk mencari alternatif pewartaan baru yakni re-evangelisasi yang merupakan salah satu jalan dalam mewujudkan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste serta menanggapi berbagai tantangan yang dihadapinya.

  Untuk menggali isi seluruh skripsi ini, penulis menggunakan studi pustaka. Seluruh skripsi ini dibagi dalam lima bab. Pertama, pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Kedua, gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini.

  Ketiga, model-model Gereja di Timor Leste, dan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste. Keempat, re-evangelisasi sebagai salah satu jalan mewujudkan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste dan sebagai usaha menanggapi tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste dewasa ini. Kelima, penutup yang merupakan kesimpulan dan saran.

  

ABSTRACT

  The title of this thesis is RE-EVANGELIZATION: THE CHALLENGE OF THE EAST TIMOR CHURCH AT PRESENT. The chosen title based on the awareness of East Timor Church which the people of God believe that the Lord is their savior, however the post-referendum era has degraded in spiritual life. It can be indicated by the decreasing values in life and the Church tradition which has been respected and loved by all the Catholics in the past. The traditions which are respected, such as: devotion toward Holly Mother (Na’i Feto) Merry, Merry in the blessed Rosary (Reza Terço), devotional visit to sacred caves (Grutas) as a respect to a Holly Mother Merry, the devotional toward the Sacred Heart of Jesus Christ (Devação do Sagrado Coração de Jesus). Those traditions have lost by the western culture as the effect from the referendum and the post-referendum in East Timor in establishing their own destiny.

  The main problem of this thesis is to explain all the conflicts which have been faced by East Timor Church in the post-referendum era, among them are: the youth problems, educational problems, political problems, the danger condition of secularism and materialism, also the comprehending problem spirituality of the faith of the people. It is in this reality, the Church in East Timor has been challenged to find out the alternative ways to re-evangelization which become one of the paths to perceive problems.

  To discover all the contents of this thesis, the writer uses literature study. All contents of the thesis have been divided into five chapters. First, the introduction consist the background of the problem, formulation of the problem, objective of the thesis, advantages of the thesis, the writing methods, the writing systems. Second, the general description of East Timor Church and nowadays problems which have been faced by East Timor Church. Third, the models of the Church in East Timor, and the kind of Church which has been dreamt by East Timor Church. Forth, re- evangelization as a path to perceive a Church which dreamt by the East Timor Church and as an effort to response to all the challenges which have been faced by East Timor Church today. Fifth, the conclusion and suggestions are as the closing of the thesis.

KATA PENGANTAR

  Kami tak dapat berjalan, jika tidak dituntun. Kami tak dapat berdiri tegak, jika tidak ditopang. Kami tak dapat hidup, jika tidak diberi Roh Kehidupan. Maka sudah sepantasnya penulis menghaturkan segala puji syukur kepada Allah Sang Sumber Kebijaksanaan dan Cinta, atas berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul RE-EVANGELISASI: TANTANGAN GEREJA DI TIMOR LESTE DEWASA INI. Skripsi ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, tuntunan, dukungan dan perhatian, serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa syukur dan terimakasih yang sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada:

  1. Segenap Staf Dosen dan Karyawan/wati Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik, menuntun, dan membimbing penulis selama studi sampai terselesaikannya skripsi ini.

  2. Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed., sebagai dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu, penuh kesabaran, setia dan teliti dalam membimbing dan mengoreksi seluruh skripsi ini.

  3. Dra. J. Sri Murtini, M.Si., sebagai penguji II sekaligus dosen wali yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan kesetiaan mendampingi penulis dalam menyelesaikan studi di kampus ini.

  4. Bpk. YH. Bintang Nusantara, SFK., selaku penguji III yang telah memberikan saran, perhatian, motivasi, ide-ide dan kritikan demi kemajuan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Pe. Domingos da Silva Soares, Pr (grandpa) selaku pembimbing rohani yang mendampingi, memberikan saran-saran, kritikan demi perkembangan kepribadian penulis, dan memberikan semangat serta keteguhan kepada penulis untuk senantiasa berjuang dalam menyelesaikan studi.

  6. Papá Manuel Soares, Mãe Elisa Soares (almarhumah), Mãe Dina, Apá Luis (almarhum), Apá Julião da Costa (almarhum), Apá Julião (almarhum), Amá Joana Maia (almarhumah), Amá Lourdes (almarhumah), Maun no Mana Aguida Aman, seluruh keluarga tercinta, yang dengan setia mengiringi perjalanan hidup dan studi penulis dengan doa, harapan, pengorbanan, dan cinta yang begitu besar sehingga penulis memperoleh kekuatan dan keteguhan dalam menjalani hidup dan studi hingga terselesaikannya skripsi ini.

  7. Maun Enço (Fr. Lourenço de Jesus Soares, Pr) kakak sekaligus sahabat yang telah mengajari dan mendidik penulis dalam mencari dan menemukan makna hidup yang sesungguhnya, memberikan dorongan, serta setia memberikan semangat untuk terus berjuang dalam menapaki perjalanan hidup penulis.

  8. Adik-adik yang tercinta di Lar de Estudantes Santo Ináçio de Loyola-Rumbia, Dili, Timor Leste yang dengan setia mengiringi studi penulis dengan doa, dan cinta. Kasih dan cinta selalu.

  9. Romo J. Setyakarjana, SJ., bapak Bambang, dan bapak Haryanto selaku staf perpustakaan IPPAK yang dengan setia melayani dan menyediakan buku-buku referensi bagi penulis. Terimakasih juga atas komputernya.

  10. Seluruh staf perpustakaan Kolsani yang dengan ramah dan setia melayani dan menyediakan buku-buku referensi bagi penulis. Terimakasih atas kemurahan hati.

  11. Rekan-rekan angkatan 2002/2003, yang telah memberi dinamika hidup dan semangat dalam menjalin dan merajut tali persaudaraan dan kekeluargaan.

  Terimakasih atas persahabatan yang indah ini.

  12. Sr. Gratiana, PRR., bapa Tom Jacobs, SJ., Romo J. Setyakarjana, SJ., Sr. Aque, FdCC cs; Fr. Flori, BHK., Sdri. Yosefina Nitsae, yang telah hadir sebagai “malaikat penolong” terutama di masa-masa sulit penulis. Terimakasih dan cinta yang dalam atas dukungan materil dan spiritualnya.

13. Semua teman-teman yang selalu mendukung dalam kegiatan penulis di kampus juga di HIMKA.

  14. Semua saja yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu, yang selama ini dengan ketulusan hati telah memberikan bantuan dan dorongan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun guna semakin sempurnanya penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

  Yogyakarta, 12 Maret 2007 Penulis

  Imaculada Gouveia Leite

DAFTAR SINGKATAN

  A. Daftar Singkatan Kitab Suci

  Dalam skripsi ini singkatan Kitab Suci mengikuti daftar singkatan dalam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama Katolik Republik Indonesia dalam rangka PELITA. Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: Dengan Pengantar dan Catatan (Ende: Arnoldus, 1985/1986).

  B. Daftar Singkatan Dokumen Gereja

  CA : Centesimus Annus CT : Catechesi Tradendae EA : Ecclesia in Asia EN : Evangelii Nuntiandi GE : Gravissimum Educationis GS : Gaudium et Spes LG : Lumen Gentium PT : Pacem in Terris RM : Redemptoris Missio SRS : Sollicitudo Rei Socialis

  C. Daftar Singkatan Lain

  ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

  APODETI : Associação Popular Democrática de Timór art. : artikel ASDT : Associação Social Democrática Timorense Asgor : Aspal Goreng Br. : Bruder CB : Carolus Boromeus CM : Carmelite Missionaries CMM : Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Mater Misericordiae dll : dan lain-lain Dr. : Doktor Dra. : Doktoranda Drs. : Doktorandus dll. : dan lain-lain dsb. : dan sebagainya FDCC : Figlia Della Carita Canossiana FDTL :

  Força Defesa da Timór Leste

  FRETELIN: Frente Revolucionária de Timor Leste Independênte HIMKA : Himpunan Mahasiswa Kateketik

  IQ : Intelligence Quotient

  ISMAIK : Instituto Secular Maun Alin iha Kristo KAS : Keuskupan Agung Semarang KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme lih. : lihat MA : Master of Art MAWI : Majelis Wali Gereja Indonesia M.Ed : Master of Education MFA : Movimentos das Forças Armadas Mgr. : Monsignur M.Pd : Magister Pendidikan M.Si : Magister Sosiologi OCD : Ordinis Carmeliarum Discalcaetorum OFM : Ordo Fratrum Minorum OMI : Maria Imaculata

  Oblat

  OP : Ordo Pewarta OSF : Ordo Santo Fransiskus OSU : Ordo Santa Ursula PBB : Perserikatan Bangsa-bangsa Pe. : Padre (Pastor) PM : Perdana Menteri Pr : Presbiterorum / Projo PRR : Putri Reina Rosari Puskat : Pusat Kateketik R.I : Republik Indonesia RVM : Religius of the Virgin Mary

  SAGKI : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar SDB : Serikat Don Bosco SJ : Serikat Jesus SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SM : Sebelum Masehi SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMU : Sekolah Menengah Umum SSpS : Servatum Spiritus Sancti STM : Sekolah Teknik Menengah SPP : Sekolah Penyuluhan Pertanian SVD : Serikat Sabda Allah UDT : União Democrática de Timór UU : Undang-undang

  VOC :

  Veerenigde Ost indische Company

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv MOTTO.......................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi ABSTRAK..................................................................................................... vii ABSTRACT................................................................................................... viii KATA PENGANTAR................................................................................... ix DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xii DAFTAR ISI.................................................................................................. xvi

  BAB I: PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG................................................................... 01 B. RUMUSAN PERMASALAHAN.................................................. 08 C. TUJUAN PENULISAN................................................................. 09 D. MANFAAT PENULISAN............................................................. 10 E. METODE PENULISAN................................................................ 11 F. SISTEMATIKA PENULISAN...................................................... 11

  

BAB II: GAMBARAN UMUM GEREJA TIMOR LESTE DAN

PERMASALAHAN ATAU TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH GEREJA TIMOR LESTE DEWASA INI...................................... 14 A. Gambaran Umum Gereja Timor Leste.......................................... 15 1. Sejarah Perkembangan Gereja Timor Leste..............................

  18 a. Fase Pra-evangelisasi............................................................. 18 b.

  Fase Pewartaan Awal: Masa Emas......................................... 19 c. Fase Menyiangi dengan Cucuran Air Mata dan Darah.......... 23 d.

  Fase Pembaharuan Karya Misi di Timor Leste...................... 26 e. Situasi Gereja Timor Leste Tahun 1900 – 1945..................... 28 f. Situasi Gereja Timor Leste Tahun 1946 – 1983..................... 29 g.

  Situasi Gereja Timor Leste Tahun 1984 – 1996..................... 38 h. Menanti Fajar Merekah.......................................................... 44

  1). Masa Pertumbuhan Melonjak............................................ 44 2). Pemekaran Diosis Baucau................................................. 46

  2. Gambaran Gereja Timor Leste di Era Pascareferendum............ 50 B.

  Permasalahan atau Tantangan yang Dihadapi Gereja Timor Leste di Era Pascareferendum.................................................................... 51 1.

  Masalah Kaum Muda............................................................. 53 2. Masalah Pendidikan............................................................... 57 3. Masalah Politik...................................................................... 60 4. Bahaya Materialisme dan Sekularisme........................ ......... 63

  b. Sekilas tentang Sekularisme dan Materialisme................. 68 1). Sekularisme.................................................................. 68 2). Materialisme................................................................. 71 5.

  Penghayatan Hidup Beriman Umat........................................ 75

  

BAB III: MODEL-MODEL GEREJA TIMOR LESTE DAN GEREJA

YANG DICITA-CITAKAN GEREJA TIMOR LESTE................

  81 A.

  Model-model Gereja .................................................................... . 82 1. Model-model Gereja menurut Pandangan Avery Dulles...........

  82 a.

  82 Gereja sebagai Institusi........................................................

  b.

  86 Gereja sebagai Persekutuan Mistik.....................................

  c.

  89 Gereja sebagai Sakramen Keselamatan...............................

  d.

  92 Gereja sebagai Pewarta.......................................................

  e.

  95 Gereja sebagai Pelayan........................................................

  2. Model-model Gereja Timor Leste ...........................................

  98

  a. Gereja Kaum Miskin ............................................................ 98

  b. Gereja sebagai Pejuang Keadilan dan Perdamaian............... 102

  c. Gereja sebagai Pelopor Rekonsiliasi.................................... 105 B.

  Gereja yang Dicita-citakan Gereja Timor Leste ......................... 109

  1. Gereja Fungsional: dalam Kristus, demi Kristus.................... 113 2.

  Gereja Terpusat pada Yesus Kristus ..................................... 115 3. Gereja Secara Hakiki Terarah ke Dunia................................. 118

  5. Gereja yang Terbuka untuk Dialog.......................................... 125

  6. Gereja yang Mandiri................................................................. 126

  7. Gereja yang Anti Kekerasan..................................................... 128

  

BAB IV: RE-EVANGELISASI SEBAGAI SALAH SATU JALAN

MEWUJUDKAN GEREJA YANG DICITA-CITAKAN GEREJA TIMOR LESTE DAN USAHA MENANGGAPI TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH GEREJA TIMOR LESTE DEWASA INI…… 131 A. Beberapa Definisi Evangelisasi....................................................... 132 B. Beberapa Pandangan mengenai Re-evangelisasi............................. 135 C. Unsur-unsur Pokok Re-evangelisasi................................................ 142

  1. Subyek Re-evangelisasi............................................................... 142

  2. Tujuan Re-evangelisasi................................................................ 143

  3. Tantangan-tantangan terhadap Re-evangelisasi........................... 144

  4. Syarat-syarat Re-evangelisasi...................................................... 144

  5. Upaya-upaya Re-evangelisasi...................................................... 145 D. Makna Re-evangelisasi bagi Gereja Timor Leste............................ 146 E.

  Re-evangelisasi sebagai Salah Satu Jalan dalam Mewujudkan Gereja yang Dicita-citakan Gereja Timor Leste.......................................... 150 F.

  Re-evangelisasi sebagai Usaha Menanggapi Tantangan yang Dihadapi Gereja Timor Leste Dewasa Ini....................................... 153

  1. Kaum Muda.................................................................................. 153

  a). Mengenali dan Memahami Potensi dan Identitas Kaum Muda.................................................................................... 156

  1). Potensi Kaum Muda.......................................... ............ 156 2). Identitas Kaum Muda..................................................... 158

  b). Pembinaan dan Pembina yang Diinginkan Kaum Muda................................................................................... 160

  1). Pembinaan sebagai Pelayan............................................ 162 2). Pembinaan sebagai Pendampingan................................. 162

  2. Pendidikan................................................................................. 164

  3. Politik........................................................................................ 169

  4. Bahaya Sekularisme dan Materialisme...................................... 172

  5. Penghayatan Hidup Beriman Umat............................................ 173 G.

  Katekese sebagai Bagian Integral dari Re-evangelisasi.................. 175 H. Contoh Persiapan Katekese............................................................. 176

   BAB V: PENUTUP A. KESIMPULAN.............................................................................. 191 B. SARAN.......................................................................................... 193 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 195

BAB I P E N D A H U L U A N I. LATAR BELAKANG Bangsa Timor Leste saat ini sedang dalam masa yang ruwet. Masalah

  demi masalah datang silih berganti. Tidak ada yang menyangkal bahwa dunia saat ini berada dalam proses globalisasi. Hal inipun terjadi di negara Timor Leste. Segala macam segi kehidupan (model pakaian, kecanggihan sarana telekomunikasi, perdagangan, dan pendidikan) serta dampak-dampaknya mengglobal dan dirasakan oleh banyak orang. Ironisnya, bersamaan dengan proses ini terjadi pula degradasi kehidupan spiritual orang-orang yang telah mengimani Allah sebagai penyelamat, seperti hilangnya nilai-nilai dan tradisi- tradisi Gereja yang sejak dulu dijunjung tinggi dan dipuja-puja oleh sebagian besar masyarakat yang mayoritas beriman Katolik. Tradisi-tradisi seperti devosi kepada Bunda Maria di antaranya Doa Rosario (Reza TerÇo) bersama, ziarah ke gua-gua (grutas) Maria sebagai penghormatan kepada Bunda (Na’i Feto/Inan) Maria, devosi kepada Hati Kudus Yesus (Devođão do Sagrado Corađão de

  

Jesus ), kini telah hilang tertelan oleh budaya-budaya yang datang dari luar

  (barat) sebagai akibat dari referendum dan pascareferendum di Timor Leste dalam menentukan nasib bangsanya sendiri.

  Melihat berbagai fenomen ini, secara sepintas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penyebab dari semua degradasi kehidupan moral ini adalah pengaruh referendum. Jajak pendapat yang dilaksanakan pada saat menentukan bendanya, sehingga dengan situasi seperti itu, memaksa semua masyarakat untuk terus bekerja tanpa kenal lelah, sehingga waktu untuk aktifitas religius (Misa, Ibadat Sabda) kurang diperhatikan.

  Menghadapi situasi yang serba ruwet seperti terjadinya gap dalam tubuh tentara Timor Leste; para remaja yang sudah “bersahabat” dengan narkoba;

  free-sex yang merupakan warisan new age pascareferendum Timor Leste; kaum

  muda yang sebagian besar sudah enggan mengambil bagian dalam kegiatan hidup menggereja (fenomen ini berdasarkan pengamatan penulis terhadap sebagian besar mahasiswa Timor Leste yang sedang kuliah di berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta), pasutri yang mulai enggan menyerahkan anak-anaknya dibaptis di Gereja. Gereja dipanggil dan ditantang untuk menjawab berbagai fenomen ini. Gereja yang mempunyai tugas utama adalah mewartakan Kabar Gembira kepada semua bangsa (umat) dituntut untuk mengambil sikap dan berusaha untuk mencari sebuah alternatif dalam menjawab tantangan-tantangan ini. Fenomena di atas dapat dilihat dan didengar dari berbagai media seperti radio, televisi, dan surat kabar (Kompas), Majalah (Hidup, dan Basis) yang belakangan ini menjadi berita yang hangat dibicarakan.

  Bangsa Timor Leste di masa pascareferendum menghadapi banyak perubahan di berbagai macam bidang; bidang sosial, politik, pembangunan, ekonomi, keagamaan, dan lain-lain. Perubahan ini mengharuskan masyarakat setempat beradaptasi dengan cara hidup dan pola berpikir yang baru. Di samping kenyataan bahwa perubahan ini membawa banyak kemajuan, juga ada ketidakadilan, penindasan, jurang antara yang kaya dan yang miskin, dan sebagainya.

  Perubahan yang negatif ini berdampak bagi masyarakat luas, baik instansi pemerintahan maupun Gereja. Masyarakat Timor Leste yang dulu sering menaruh kepercayaan penuh terhadap pemerintah, kini mereka mulai merasa kehilangan kepercayaan, karena pengalaman-pengalaman pahit yang pernah mereka alami, sedangkan terhadap Gereja, sebelum referendum, masyarakat sangat percaya pada Gereja yaitu kepada para kaum rohaniwan/wati untuk menyelamatkan mereka. Justru sesudah referendum, banyak masyarakat yang menganggap dirinya bukan lagi warga Gereja.

  Masyarakat Timor Leste yang pada zaman dulu mengagung-agungkan tradisi, sangat tertarik kepada kebenaran-kebenaran spekulatif (hidup bahagia bersama Allah) atau tujuan-tujuan akhir hidup, kini tertelan oleh perkembangan kebudayaan yang baru: sekularisme, konsumerisme, dan hedonisme. Seolah- olah kebudayaan baru ini “menyulap” pola pikir, pola hidup masyarakat setempat. Maka tidak heran bila hal-hal yang bercorak rohani/iman dengan segala macam tradisi dan kepercayaan akan hidup di akhir zaman sulit diterima oleh mereka.

  Gereja sebagai institusi tentu mengalami krisis kepercayaan dan krisis dalam cara berpastoral. Mengingat masalah yang dihadapi oleh Gereja begitu kompleks, seperti dalam dunia pendidikan yang tidak memilih Pendidikan Agama dituangkan dalam Kurikulum Pendidikan (Hidup, edisi 29 Mei 2005: nasional Timor Leste (Kompas, edisi 29 April 2006: 9), ditambah lagi beberapa fenomen yang telah disebutkan di atas, tentu Gereja dalam menjalankan tugas misionernya menghadapi berbagai tantangan. Di samping itu, para petugas pastoralnya pun kurang memiliki pengetahuan (berpendidikan/profesional) yang cukup dalam hal berpastoral atau dapat dikatakan bahwa tenaga pastoral yang disediakan oleh Gereja Timor Leste kurang memadai. Meskipun saat ini banyak para misionaris dari berbagai ordo/tarekat seperti tarekat SVD (Serikat Sabda Allah), OFM (Ordo Fratrum Minorum), OMI (Oblat Maria Imaculata), OSU (Ordo Santa Ursula), PRR (tarekat Putri Reina Rosari), CM (kongregasi

  

Carmelite Missionaries ), FDCC (tarekat Kanossian, Figlia Della Carita

Canossiana /Filha da Carita Canossiana), SSpS (Congregatio Servatum Spiritus

Sancti – Suster-suster Abdi Roh Kudus), RVM (Religius of The Virgin Mary),

  CB (kongregasi Suster-suster Cintakasih St. Carolus Boromeus), CMM (Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Mater Misericordiae), yang menjalankan misinya di negara Timor Leste, namun ada juga kendala bagi para misionaris, yaitu “bahasa” (lingua) setempat yang kurang dipahami dan dikuasai oleh para misionaris (missionarias).

  Fenomen-fenomen tersebut di atas di satu pihak membawa dampak negatif bagi perkembangan iman Gereja, namun di lain pihak Gereja Timor Leste juga diajak untuk terbuka mau menerima tantangan ini sebagai suatu hal yang positif. Hal positif yang pertama; dengan fenomen-fenomen ini, iman Gereja diuji dalam menjalankan misi perutusannya sebagai pewarta Kerajaan membuka peluang bagi kehidupan menggereja secara baru, terlebih dalam hal ini penghayatan iman Gereja dari yang lama menuju yang baru. Dan keempat, agama bukan hanya menjadi sesuatu hal yang bersifat tradisi/adat kebiasaan yang diperoleh umat dari Gereja, tetapi agama diharapkan menjadi milik umat.

  Sejak Konsili Vatikan II, Gereja semakin sadar bahwa dunia dengan segala persoalannya dan harapannya merupakan tempat di mana Allah hadir dan bersabda kepada manusia. Dari sebab itu, persoalan-persoalan sosial, ekonomi, politik yang dihadapi dunia seluruhnya, di satu sisi merupakan tanggungjawab dunia itu sendiri, di sisi lain merupakan tanggungjawab Gereja. Dalam Gaudium

  

et Spes art. 1 dikatakan bahwa: “Kegembiraan dan harapan, duka dan

  kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga.”

  Hal ini berarti Gereja menyadari bahwa seluruh persoalan/pergulatan manusia beserta segala keprihatinannya termasuk inti perutusan Gereja yang tidak dapat diabaikan.

  Paus Paulus VI dalam ensiklik Evangelii Nuntiandi art. 14 mengatakan bahwa: Gereja mempunyai kesadaran yang hidup mengenai kenyataan bahwa kata-kata Sang Penebus, “Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah”, (Luk 4: 43) berlaku juga sebenarnya untuk Gereja. Gereja dengan senang hati akan menambahkannya bersama-sama Santo Paulus: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor 9: 16). Ini merupakan suatu sekarang ini. Mewartakan Injil sesungguhnya merupakan rahmat dan panggilan yang khas bagi Gereja, merupakan identitasnya yang terdalam. Gereja ada untuk mewartakan Injil, yakni untuk berkotbah dan mengajar, menjadi saluran kurnia rahmat, untuk mendamaikan para pendosa dengan Allah dan untuk mengabadikan kurban Kristus di dalam Misa, yang merupakan kenangan akan kematian dan kebangkitan-Nya yang mulia.

  Artinya, Gereja dalam menjalankan tugas perutusannya tidak terlepas dari apa yang sudah dilaksanakan oleh para rasul seperti Santo Paulus. Gereja menyadari bahwa “mewartakan Injil adalah tugas utama dan mulia, bahkan merupakan ciri khas dari eksistensi Gereja”. Gereja ada untuk mewartakan Kerajaan Allah selayaknya Yesus Kristus sebagai Penginjil pertama dan terbesar. Gereja hadir untuk mengambil bagian dalam keprihatinan Yesus Kristus, yakni Kerajaan Allah itu sendiri, maksudnya adalah bahwa semua orang bisa mengalami keselamatan.

  Melihat perkembangan iman dari masyarakat Timor Leste yang mulai pudar di era pascareferendum, Gereja tidak hanya bertitik tolak dari gambaran Gereja yang telah diwariskan dari jaman dulu seperti Gereja sebagai institusi (Dulles, 1987: 32), Gereja sebagai Ibu dan Guru (Lourdes, 2001: 53), tetapi Gereja Timor Leste mau tidak mau harus mencari suatu alternatif baru dalam menjawab berbagai fenomen yang menjadi keprihatinan tersendiri bagi perkembangan Gereja di Timor Leste. Gereja Timor Leste dituntut untuk mencari suatu bentuk evangelisai yang baru (re-evangelisasi) guna melanjutkan tugas perutusannya sebagai pewarta Kabar Gembira, sehingga masyarakat (povo) Timor Leste pada akhirnya bisa mengalami Kerajaan Allah. Hal ini nya, dan mencari model-model Gereja yang dicita-citakannya (Afra Siauwarjaya, 1987: 11) dalam menjawab situasi Gereja saat ini. Dalam usaha menjawab tantangan-tantangan ini, Gereja Timor Leste harus mengusahakan suatu bentuk evangelisasi yang baru (re-evangelisasi) baik metodenya, caranya dan semangatnya, supaya pewartaan Injil tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan umat setempat.

  Seruan Paus Yohanes Paulus II yang pertama kali tentang evangelisasi baru di hadapan para Uskup di Amerika Latin di Port-au-Prince, Haiti, pada tanggal 09 Maret 1983 (Suharyo, 1993: 14), secara serius ditanggapi oleh seluruh Gereja di berbagai belahan dunia. Di antaranya di Indonesia, Amerika Utara dan Eropa (re-evangelisasi), termasuk Gereja di Timor Leste dengan didirikannya Komisi Re-evangelisasi pada tahun 2005, yang saat ini dibawahi oleh Pe. Domingos da Silva Soares, Pr yang merangkap sebagai Vigario Episcopal Re-evangelizađão Diocese Dili, Timor Leste.

  Menanggapi seruan evangelisasi baru oleh Paus Yohanes Paulus II dan beberapa tantangan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini, penulis terdorong untuk mengangkat re-evangelisasi (evangelisasi baru) sebagai salah satu jalan dalam mewujudkan Gereja yang dicita-citakan oleh Gereja di Timor Leste dan menanggapi berbagai tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste dewasa ini. Sumbangan pemikiran seperti ini diharapkan dapat memberi masukan kepada seluruh petugas pastoral Gereja (Imam, awam / katekis) untuk mencari dan menemukan suatu bentuk evangelisasi yang baru dalam

  Berdasarkan deskripsi di atas maka penulis memilih judul skripsi: RE-

EVANGELISASI: TANTANGAN GEREJA DI TIMOR LESTE DEWASA INI.

  Penulis berharap tulisan ini dapat membantu kita semua dalam mengerti dan memahami gambaran umum Gereja Timor Leste yang sesungguhnya dan mengetahui Gereja yang dicita-citakan oleh Gereja di Timor Leste. Mengetahui tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi Gereja Timor Leste dalam mencari dan menemukan suatu pola evangelisasi yang baru. Dan pada akhirnya mampu menemukan re-evangelisasi sebagai salah satu jalan dalam rangka mewujudkan Gereja yang dicita-citakan oleh Gereja Timor Leste, serta dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini.

II. RUMUSAN PERMASALAHAN

  Bertitiktolak dari deskripsi latar belakang di atas, permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan-permasalahan apa saja yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini?

2. Model-model Gereja seperti apakah yang ada di Gereja Timor Leste dan

  Gereja seperti apakah yang hendak dibangun atau dicita-citakan Gereja Timor Leste di era pascareferendum? 3. Sejauh mana re-evangelisasi dapat mewujudkan Gereja yang dicita-citakan dan menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste

III. TUJUAN PENULISAN

  Karya tulis ini berkisar di antara masalah dan keprihatinan yang dihadapi oleh Gereja pada dewasa ini, khususnya Gereja-gereja di Timor Leste akibat kondisi bangsa Timor Leste yang saat ini dalam masa yang ruwet karena berbagai masalah setelah referendum. Dengan situasi seperti ini Gereja Timor Leste berusaha untuk mencari dan menemukan suatu bentuk evangelisasi baru (re-evangelisasi) dalam menjalankan tugasnya sebagai pewarta Kerajaan Allah.

  Maka karya tulis ini bertujuan: 1. Memberi wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi

  Gereja Timor Leste dewasa ini.

  2. Memberi gambaran mengenai model-model Gereja di Timor Leste dan Gereja yang hendak dibangun atau dicita-citakan Gereja Timor Leste di era pascareferendum.

  3. Sebagai upaya untuk menggali lebih mendalam tentang re-evangelisasi sebagai salah satu jalan dalam rangka mewujudkan Gereja yang dicita- citakan Gereja Timor Leste dewasa ini serta menanggapi berbagai tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste dalam menghadapi situasi umat Kristiani yang mulai pudar imannya.

  4. Karya tulis ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata I Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama

  Katolik Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

IV. MANFAAT PENULISAN

  Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.

  Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca mengenai gambaran umum Gereja Timor Leste dan Gereja yang dicita- citakan Gereja di Timor Leste serta peranannya dalam rangka menghadapi masalah-masalah atau tantangan-tantangan Gereja Timor Leste dewasa ini.

  2. Dengan mengetahui gambaran, tantangan-tantangan yang dihadapi Gereja di Timor Leste dewasa ini, penulis dapat memperkembangkan diri untuk membantu mewujudkan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste, melalui evangelisasi baru (=re-evangelisasi) dalam menghadapi situasi umat di Timor Leste yang saat ini mulai pudar imannya.

  3. Memberi sumbangan bagi siapa saja dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk mengetahui dan memahami gambaran Gereja secara umum dan khususnya gambaran umum Gereja Timor Leste dan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste dalam menghadapi masalah-masalah atau tantangan-tantangan situasi umat saat ini, dan menerapkannya dalam tindakan konkret.

  V. METODE PENULISAN

  Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis dan metode interpretatif, yaitu menggambarkan dan menafsirkan keadaan aktual mengenai situasi konkret Gereja Timor Leste saat ini setelah referendum, serta tantangan-tantangan yang dihadapinya guna mencari suatu bentuk evangelisasi yang baru (re-evangelisasi) dalam rangka mewartakan Injil bagi semua umat yang saat ini mulai pudar imannya.

  Dengan pembahasan dan pemaparan isi secara mendalam diharapkan membantu kita semua memahami gambaran umum Gereja Timor Leste dan mengetahui Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste, serta permasalahan-permasalahan atau tantangan yang dihadapinya. Dengan melihat dan mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada, penulis mencoba menawarkan re-evangelisasi sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste, dan re- evangelisasi digunakan Gereja Timor Leste untuk menjawab tantangan yang dihadapinya. Maka untuk memperoleh data yang aktual, penulis mengadakan dan mengembangkan kajian pustaka yang mendukung.

  VI. SISTEMATIKA PENULISAN

  Skripsi ini akan ditulis dalam lima bab. Penulisan akan dimulai dengan pendahuluan, kemudian akan dipaparkan secara jelas setiap babnya, kemudian diakhiri dengan penutup berupa kesimpulan dan saran.

  Bab I berupa pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

  Bab II membahas tentang gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini, yang akan dibagi dalam dua bagian di antaranya; sejarah perkembangan Gereja Katolik di Timor Leste, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi Gereja Timor Leste di era pascareferendum.

  Bab III membicarakan model-model Gereja Timor Leste dan model- model Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste, yang akan dibagi dalam dua bagian yaitu bagian pertama adalah model-model Gereja yang terdiri dari dua sub bagian, di antaranya; model-model Gereja menurut Avery Dulles, dan model-model Gereja di Timor Leste berdasarkan interpretasi penulis dengan menganalisa dari sejarah perkembangan Gereja Timor Leste. Bagian kedua adalah Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste berdasarkan pemikiran Afra Siauwarjaya.

  Bab IV menguraikan re-evangelisasi sebagai salah satu jalan mewujudkan Gereja yang dicita-citakan Gereja Timor Leste, serta menjawab tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste dewasa ini, yang dibagi dalam enam bagian, di antaranya; beberapa definisi evangelisasi, beberapa pandangan mengenai re-evangelisasi, unsur-unsur pokok re-evangelisasi, makna re-evangelisasi bagi Gereja Timor Leste, re-evangelisasi sebagai salah usaha menanggapi tantangan yang dihadapi Gereja Timor Leste dewasa ini, katekese sebagai bagian integral dari re-evangelisasi, dan contoh persiapan katekese.

  Bab V berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

   BAB

  II GAMBARAN UMUM GEREJA TIMOR LESTE DAN

PERMASALAHAN ATAU TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH

GEREJA TIMOR LESTE DEWASA INI

  Dalam bab II ini penulis akan memaparkan secara panjang lebar tentang gambaran umum Gereja Timor Leste yang mana pada bab I hanya dibicarakan secara singkat. Pada bab II ini penulis akan membagi pembahasan ini menjadi dua bagian. Bagian pertama akan memaparkan secara detail tentang gambaran umum Gereja Timor Leste yang terdiri dari dua sub bagian yakni; sejarah perkembangan Gereja Timor Leste dan gambaran Gereja Timor Leste di era pascareferendum.

  Sub bagian pertama, yakni sejarah perkembangan Gereja Timor Leste akan dibagi dalam delapan sub-sub bagian, di antaranya; fase pra-evangelisasi, fase pewartaan awal: masa emas, fase menyiangi dengan cucuran air mata dan darah, fase pembaharuan karya misi di Timor Leste, situasi Gereja Timor Leste tahun 1900 – 1945, situasi Gereja Timor Leste tahun 1946 – 1983, situasi Gereja Timor Leste tahun 1983 – 1996, dan menanti fajar merekah. Sub bagian kedua adalah situasi Gereja Timor Leste di era pascareferendum. Bagian kedua akan membicarakan tentang permasalahan atau tantangan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste di era pascareferendum, yang terdiri dari; masalah kaum muda, masalah pendidikan, masalah politik, bahaya sekularisme dan materialisme, serta masalah penghayatan hidup beriman umat.

  Pembahasan mengenai gambaran umum Gereja Timor Leste dan

  (pascareferendum) merupakan tema yang akan penulis paparkan di bab II ini. Yang terpenting dalam bab II ini, yakni penulis ingin mengajak pembaca untuk mengetahui lebih jauh gambaran umum Gereja Timor Leste terutama tentang sejarah perkembangan Gereja Timor Leste dari awal abad XIV hingga pascareferendum, dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste dewasa ini, sehingga pada bab berikutnya (bab III) kita akan mengetahui model-model Gereja menurut pandangan Avery Dulles ahli dan model-model Gereja di Timor Leste. Dengan mengetahui gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya, serta model- model Gereja menurut pandangan Avery Dulles dan model-model Gereja di Timor Leste, kita akan memperoleh gambaran dan menentukan Gereja seperti apakah yang dicita-citakan oleh Gereja Timor Leste dewasa ini.

  Berikut ini akan dikaji lebih mendalam tentang gambaran umum Gereja Timor Leste dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Gereja Timor Leste, yang menjadi tema pokok dari bab ini.

  A. Gambaran Umum Gereja Timor Leste

  Kita memerlukan landasan untuk membahas kehidupan umat beriman di wilayah kita masing-masing: menilai kenyataannya sekarang, mencari bagaimana seharusnya. Konsili Vatikan II (1962 – 1965) menyajikan gambaran Gereja secara menyeluruh dalam konstitusi-konstitusi, dekrit-dekrit serta pernyataan-pernyataannya.

  Gereja Katolik pada dasarnya adalah jaringan komunitas-komunitas yang disatukan oleh pengalaman akan Allah yang ditafsirkan lewat peristiwa Yesus dari Nazareth baik dalam situasi historis, maupun dalam dimensi simbolik doktrinernya (Putranto, 2002: 8). Pengalaman dasar ini disambut, diolah, dan ditafsirkan oleh generasi yang satu sesudah generasi yang lain dalam konteks perjalanan menyejarah, maka dari itu Gereja pada dasarnya juga boleh diistilahkan sebagai ”tradisi iman yang hidup”, dari umat yang bergulat dengan peristiwa Yesus dan mencari maknanya bagi hidupnya.

  Gereja Timor Leste sebagai Gereja lokal yang merupakan pengejawantahan dari Gereja semesta dalam perjalanan sejarahnya, selalu berusaha untuk tampil sebagai pejuang yang ditandai dengan gugurnya beberapa martir (seperti Pe. Dewanto, SJ, Pe. Karim, SJ) demi mempertahankan keadilan dan kebenaran bagi rakyat kecil. Hal ini sesuai dengan anjuran apostolik Paus Paulus VI, Evangelii Nuntiandi (Mewartakan Injil) art. 78 dikatakan bahwa: ”Setiap pewarta Injil diharapkan menghormati kebenaran,...pewarta Injil hendaklah seorang pribadi, yang bahkan dengan menyangkal diri dan menderita senantiasa mencari kebenaran, yang harus disalurkannya kepada sesama.”

  Ini menandakan bahwa Gereja Timor Leste telah mengambil bagian dalam penderitaan Yesus yakni berani berkorban bahkan mati di kayu Salib demi membela kebenaran dan keadilan. Berkorban demi rakyat kecil dan lemah, yang ditindas dan dijajah, yang kehilangan hak-haknya sebagai pribadi dalam misi Yesus. Gereja Timor Leste menyadari bahwa dalam tugas perutusannya, ia harus – mau atau tidak, mengalami hal yang serupa seperti Kristus yang berkorban demi keadilan dan kebenaran.

  Gereja Timor Leste juga tampil sebagai pelopor rekonsiliasi (perdamaian). Hal ini ditandai dengan hadirnya sosok Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB sebagai penyambung lidah dari yang tak bisa bersuara akibat ”tekanan” dan terbelenggu oleh situasi politik, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Sosok Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB hadir sebagai voice of

  

the voiseless (suara dari kaum tak bersuara) yang menginginkan ketenangan,

  dan kedamaian batin. Ini memberi isyarat bahwa Gereja adalah pengalaman pembebasan dari situasi terpecah, terpisah dan terbelenggu menuju situasi pengutuhan, penyatuan, dan kemerdekaan. Dari situasi seperti ketidakadilan, ketidakpedulian, kekerasan, diskriminasi, prasangka-prasangka sosial, beralih ke keadilan, solidaritas, dialog, antikekerasan, persaudaraan, dan ketulusan (Putranto, 2002: 16).