KEPENTINGAN TIMOR LESTE DALAM KERJASAMA PEMBENTUKAN KOMISI PERSAHABATAN DAN REKONSILIASI ( Comisao de Acolhimento Verdade e Reconciliacao- CAVR) ANTARA INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE

(1)

1

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1999, Kekerasaan itu terjadi dalam konteks pelaksanaan referendum atau konsultasi rakyat mengenai status politik Timor Leste yang di awali dan di jalankan oleh Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) pada tanggal 30 Agustus 1999. Sebelumnya berlangsungnya pemungutan suara, orang yang diduga mendukung kemerdekaan terus-menerus mendapat ancaman dan tindakan kekerasan dari kelompok milisi pro - Indonesia. Terdapat dari bahaya yang nyata mengancam rakyat Timor Leste menyambut kesempatan menentukan masa depan politik rakyat Timor Leste dan secara meyakinkan memilih untuk merdeka.1

Kekerasan semaking meningkat menyusul pengumuman hasil pemungutan suara pada tanggal 4 September 1999. Selama beberapa minggu setelah pengumuman itu, tentara dan polisi Indonesia bergabung dengan pasukan militer pro - Indonesia yang bersenjata melancarkan tindakan kekerasan yang begitu hebat dan kejam, sampai - sampai membuat masyarakat Timor Leste yang telah menduga akan terjadinya kekerasaan pun terkejut. Sebelum pasukan yang di sahkan PBB menertibkan keadaan pada akhir September, ratusan masyarakat Timor Leste di bunuh dan sebagiannya meninggalkan rumah mereka.

1


(2)

Pihak berwenang Indonesia memberikan beragama penjelasan mengenai kejadian - kejadian itu. Masyarakat Timor Leste mengklaim bahwa kelompok - kelompok milisi pro – Indonesia dibentuk secara spontan karena adanya provokasi dari aktivitis pro - kemerdekaan, dan bahwa kekerasaan adalah hasil bentroknya antara kedua belah pihak.2

Kejadian - kejadian di Timor Leste dan pergesaran konteks internasional secara bertahap mulai memperlemah posisi Indonesia sepanjang tahun 1990 -an. Kejadian yang merupakan titik balik adalah pembantaian Santa Cruz pada 12 November 1991, di mana sebanyak 270 orang di tembak atau di pukuli sampai oleh tentara Indonesia. Rekaman video yamg mengejutkan mengenai pembantaian di Santa Cruz itu di siarkan ke seluruh dunia, memicu kemarahan dan mendorong tumbuhnya kelompok - kelompok pendukung Timor Leste di seluruh dunia.3

Penangkapan pemimpin perlawanan Xanana Gusmão pada akhir 1992, pengadilan politi terhadapnya setahun kemudian, dan perjuangannya untuk kemerdekaan Timor Leste dari dalam penjara, semakin meningkatkan profil Komisi Hak Asasi Manusia PBB dan menghasilkan pengiriman pejabat - pejabat PBB ke Timor Leste untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia.

Perkembangan penting lain adalah saat dua orang Timor Leste yaitu juru bicara internasional perlawanan Jose Ramos Horta dan Uskup Dili, Monsignor Carlos Belo, mendapat Anugerah Nobel pada tahun 1996.

2

Ibid

3


(3)

Anugerah Nobel ini menigkatkan harapan akan kemerdekaan jauh lebih tinggi dari sebelumnya dan juga menigkatkan kekuataan kelompok - kelompok pendukung Timor Leste serta organisasi non - pemerintah lainnya.

Prospek penyelesaian masalah Timor Leste lebih lanjut menigkat pada 1997 dengan pengangkatan Kofi Annan menjadi sekretaris jenderal PBB.

Akan tetapi, perubahan terpenting terjadi pada bulan Mei 1998 ketika gelombang pasang protes di Indonesia Yang bersamaan dengan krisis ekonomi besar memaksa presiden soeharto mundur dari kekuasaannya selama lebih dari 30 tahun. Pada tanggal 27 Januari 1999 Presiden Habibie secara tak terduga mengumumkan bahwa rakyat Timor Leste akan di beri kesempatan mengungkapkan pandangan masyarakat Timor Leste mengenai masa depan politik wilayah itu. Saat memperjelas kebijakan baru, Menteri Luar Negeri Ali Alatas mengatakan bahwa masyarakat Timor Leste akan di tanya apakah masyarakat Timor Leste menerima atau menolak usulan ‘otonomi’ di bawah kekuasan Indonesia.4

Akhirnya masyarakat Timor Leste memilih menolak (Referendum) dan menjadi Negara sendiri.Begitu di umumkan hasil referendum tanggal 3 September 1999 jam 21:00 waktu New York dengan perolehan suara 21 persen “tidak ingin merdeka” dan 78,5 persen “harus merdeka” maka meletuslah tragedy besar. Ratusan korban rakyat sipil berjatuhan, gedung, toko, rumah penduduk hangus dan puluhan ribu penduduk mengusing ke Timor Barat. Setelah Timor Leste mendapatkan referendum dari Indonesia

4


(4)

kejahatan penting yang terjadi di Timor Leste pada tahun 1999 mencakup pembunuhan di hukum, penyiksaan dan penganiayaan, kekerasan seksual, pemindasan penduduk secara paksa dan penghancuran harta benda.5

Tindakan - tindakan ini melanggar berbagai macam hak asasi manusia yang di akui oleh hukum internasional, meliputi hak untuk hidup, hak atas untuk keamanan diri pribadi, hak atas integritas fisik, kebebasan berpikir, kebebasan berkumpul, dan hak untuk memiliki harta benda.

Korban pelangggaran hak asasi manusia pada tahun 1999 sebagian besar adalah para pendukung dan yang di anggap sebagai pendukung kemerdekaan, kerabat dekatnya. Kelompok - kelompok utama korban (pro - kemerdekaan) mencakup : para pemimpin CNRT, pejabat tingkat local, orang - orang yang di anggap pengkhianat, penduduk desa wilayah di wilayah - wilayah basis pro - kemerdekaan, rohaniwan katolik, mahasiswa dan pemuda, staf lokal UNAMET, perempuan dewasa dan muda, serta anak - anak kecil. Sejumlah kecil korban kekerasan adalah anggota kelompok - kelompok pro - Indonesia.6 Orang - orang non - Timor Leste termasuk di dalamnya para staf Internasional UNAMET, Wartawan, dan pengamat juga menjadi sasaran ancaman, intimidasi dan pelecehan, dan beberapa diserang secara fisik dan terluka. Namun patut di catat bahwa para pengamat dan staf internasional sangat jarang menjadi sasaran kekerasan yang mematikan, dan hanya dua orang asing yang di bunuh selama tahun 1999.

5

Ibid,. hal 20

6


(5)

Pelaku langsung pelanggaran hak asasi manusia pada 1999 secara umun adalah para anggota dari sekian banyak kelompok milisi,namun para prajurit dan perwira TNI juga terlibat dalam kebanyakan kasus.Para perwira TNI, terutama dari intelijen militer dan unit - unit Kopassus,memimpin atau mengarahkan sebagian besar kelompok milisi,sementara sejumlah prajurit dan perwira TNI secara langsung melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia. Anggota - anggota Polri dan brigade mobil juga di identifikasi sebagai pelaku langsung, walau tidak sering para anggota TNI.Di samping itu,Polri jarang bertindak mencegah,menghentikan,atau menyelidiki pelanggaran berat hak asasi manusia. Pola - pola ini menghapus keraguan bahwa tindak kekerasaan yang di lakukan di Timor Leste pada tahun 1999 di laksanakan dalam skala yang sangat luas dan sistematis, dalam konteks suatu serangan yang terhadap bagian - bagian tertentu dari masyarakat Timor Leste.7

1.2 Rumusan Masalah

Dari gambaran dan latar belakang masalah, permasalahan yang akan diteliti rumuskan sebagai berikut:

Bagaimana kepentingan Timor Leste dalam kerja sama menyelesaikan pelanggaran masalah HAM pasca referendum dengan Indonesia?

7


(6)

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepentingan Timor Leste dalam menyelesaikan masalah pelanggaran HAM pada pasca refendum dengan Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat baik dari aspek teoritis maupun praktis.

1.4.1 Secara teoritis,Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat

memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu hubungan internasional.

1.4.2 Secara praktis,Penelitian ini di harapakan dapat bermanfaat dan

menjadi masukan pengambilan keputusan luar negeri dalam mengurangi masalah pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Leste pada pasca referendum dengan Indonesia.

1.5 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa Timor Leste sudah mendapatkan kekerasan Ham yang di buat oleh Indonesia tetapi Timor Leste masing melakukan kerja sama dengan Indonesia dan kedua negara itu dalam hal politik saling bekerja sama. Timor Leste juga masing memiliki kepentingan terhadap Indonesia agar bisa membantuh negara tersebut.


(7)

Menurut Kristio Wahyono, dalam buku berjudul Sepuluh Tahun Tragedi Timor Target melihat bahwa peristiwa penting yang mengikat kedua negara tahun pertama sejak Timor Leste tidak lagi menjadi bagi dari Indonesia adalah merintik kerja sama dalam hal apapun baik ekomoni maupun politik. Saat itu juga di tanda tanggani beberapa kesepakatan dalam bentuk kesepahaman antara kedua negara seperti di bidang hukum dan ham, militer di garis perbatasan Timor Leste dan Timor Barat, berbagai kerangka komisi bersama yang membicarakan isu mulai dari masalah aset, perbatasan, mahasiswa Timor Leste yang sedang kuliah di Indonesia, peninggalan budaya, penetuan batas maritim, penganturan enclave Oecussi ke Timor Leste, kerja sama dalam bidang kepolisian dan kerja sama di bidang pendidikan diplomasi8.

Menurut Joseph Nevins dalam buku berjudul Pembantaian Timor Timur kesalahan ini mencakup kejadian - kejadian yang langsung di perbatasan negara yang sekarang telah merdeka ini tetapi berpengaruh penting pada kejadian di Indonesia dan Timor Leste9. Di sinilah peran aktor-aktor internasional merupakan peran kunci. Kesaksian mengenai kekerasan di Timor Leste di sampaikan oleh berbagai pemeritah dan lembaga yang mendominasi masyarakat internasional biasanya menutupi peran aktor - aktor kuat di luar Indonesia yang sama atas penderitan Timor Leste. Sejumlah negara dan berbagai lembaga mengunakan untuk menampilkan diri sendiri mungking, sementara mengecilkan perbuatan jahat mereka yang di lakukan

8

Wahyon Kristio, Sepuluh Tahun Tragedi Timor Target. 2009. Aceh. hal.229

9


(8)

terhadap masyarakat Timor Leste dengan melalui komisi kebenaran dan persahabatan tidak terjadinya masalah antara kedua negara baik Timor Leste maupun Indonesia.

Dengan adanya penelitian terdahulu sangat bermanfaat bagi penulis untuk menelitik masalah ham yang terjadi di Timor Leste pada pasca referendum sehingga itu penulisan melihat sangat berbeda dengan penelitian terdahulu maka itu penulisan memfokuskan pada kepentingan antara kedua negara baik dari Indonesia maupun Timor Leste.

Berdasarkan judul di atas maka penulisan akan membedakan dengan kedua penelitian terdahulu oleh karena itu penulisan akan menekankan pada kepetingan Timor Leste terhadap Indonesia untuk menyelesaikan masalah ham yang terjadi pada pasca referendum sehingga itu pada masa yang akan datang kedua negara itu saling bekerja sama dalan hal politik, sosial dan pendidikan, meskipun Indonesia sudah lepas dari Timor Leste tetapi Timor Leste masing membutuhkan Indonesia karena sebagai negara yang baru merdeka masing membutuhkan negara tentangganya untuk membantuh negaranya dan negara itu juga masing memiliki kelemahan baik dalam politik, sosial, budaya dan pendidikan.

1. 6 Landasan Konsep

1.6.1 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri (Foreign Policy) merupakan keseluruhan perjalanan keputusan pemerintah untuk mengatur semua hubungan dengan negara lain


(9)

atau politik luar negeri merupakan manifestasi utama dari perilaku negara dalam hubungannya dengan negara lain sehingga yang terjadi adalah adanya interaksi negara-negara.10

Interaksi antarnegara itu dapat berlangsung dalam system internasional,di mana ternyata negara tetap masih merupakan actor utama dalam hubugan internasional. Maka dengan demikian hubungan internasional merupakan forum interaksi dari berbagai kepentingan-kepentingan nasional. Dalam interaksi itulah pula setiap negara berupaya menegakkan dan mempertahakan kepentingan nasionalnya dalam forum interaksi masyarakat internasional yakni dengan melalui kebijaksanaan politik luar negeri masing-masing.

Robert Keohane menyatakan bahwa secara internasional para ilmuan dan praktisi politik internasional yang memusatkan perhatiannya kepada masalah-masalah hubungan antarbangsa atau hubungan antarnegara. Negara dalam konteks ini di padang sebagai actor yang memiliki tujuan dan kekusaan yang bersifat otonom.Jadi negara merupakan unit dasar dalam politik luar negeri dari berbagai negara yang pada gelirannya akan membentuk suatu pola prilaku.

Dengan judul di atas penulis menganalisi bahwa tiga model yang di angkat sebagai model rasional, dari model Rasional itu sangat relevan karena Timor Leste mendapatkan referendum dari Indonesia ada negara yang sangat mendukung dan ada kepentingan nasional tertentu terhadap Timor Leste.

10


(10)

Timor Leste mendapatkan referendum dari Indonesia itu negara yang ada kepetingan terhadap Timor Leste, kepentingan yang adalah kepentingan minyak yang ada di Timor Leste.11

1.6.2 Kepentingan Nasional

Konsep Teori Kepentingan disini diartikan dalam istilah kekuasaan. Jadi kekusaan sebagai kesempatan seseorang dan sekelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapakan terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-golongan tertentu.Kekuasan senantiasa ada dalam setiap masyarakat baik yang masih bersahaja maupun yang sudah besar atau rumit susunannya. Seluruhnya ini bermula dari keinginan sekelompok orang untuk mencapai organisasi kemasyarakatan lalu mereka bersedia bila ada seseorang atau kelompok orang yang akan melaksanakan kewibawaan memelihara mereka,disebut pemimpin pemerintahan. Jadi kekuasan dapat didefinisikan sebagai hasil pengaruh yang diinginkan seseorang atau sekelompok orang.

Konsep kepentingan yang didefenisikan sebagai kekuasaan, memaksakan disiplin intelektual kepada pengamat, memasukkan keteraturan rasional kedalam pokok masalah politik, sehingga memungkinkan pemahaman politik secara teoritis. Interest atau kepentingan sendiri adalah setiap politik luar negeri suatu negara yang didasarkan pada suatu kepentingan yang sifatnya relatif permanen yang meliputi tiga faktor yaitu sifat dasar dari kepentingan nasional yang dilindungi,

11


(11)

lingkungan politik dalam kaitannya dengan pelaksanaan kepentingan tersebut, dan kepentingan yang rasional. Kepentingan nasional adalah merupakan pilar utama tentang politik luar negeri dan politik internasional yang realistis karena kepentingan nasional menentukan tindakan politik suatu negara.12

Pembentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama, meskipun masih abstrak sifat konsepnya dalam merumuskan politik luar negeri. Sebelum konsep dipakai sebagai tuntutan tindakan, sang negarawan harus menghadapi suatu masalah klasik, yaitu menyesuaikan tujuan dengan sarana yang ada. Tujuan tindakan negara dalam politik internasional, yaitu kepentingan nasional dan tujuan nasional yang bersumber daripadanya, biasanya sudah dispostulasikan atau didalilkan secara apriori. Sebelum kebijakan dapat disusun, negarawan haruslah memahami dan menyesuaikan fakta-fakta permasalahannya dengan sistem konseptual yang dibentuk oleh kumpulan tujuan tadi dengan sarana yang ada padanya.

Berkaitan dengan permasalahan yang di angkat Timor Leste sebagai salah satu negara yang baru merdeka dan memiliki kekurang dalam bidang - bidang ekonomi dan militer. Di Timor Leste ekonominya sangat lemah maka itu Timor Leste kepentingan terhadap Indonesia untuk melakukan kerja sama dengan Indonesia, bila Timor Leste melakukan kerja sama dengan Indonesia Timor Leste tidak akan mengalami kekurang karena Timor Leste dan Indonesia sebagai negara tetangga kedua negara saling membutuhkan baik di ekonomi dan militer. Di bagian militer juga Timor Leste masing kekurang alat militer kebanyakan alat

12


(12)

militer itu berasal dari Portugal dan Australia agar lebih baik Timor Leste malakukan kerja sama dengan Indonesia.

1.6.3 Pelanggaran HAM

a. Defenisi Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM merupakan setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disegaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hak hukum, mengurangi, menghalangi, membatasi, atau mencabut, hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang di jamin oleh undang-undang ini, dan tidak mendapatkan atau di khawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.13

b. Jenis- Jenis Pelanggaran HAM14 1. Pembunuhan di luar Hukum 2. Penyiksaan dan penganiayan 3. Kekerasaan berbasis gender

4. Pemindahan penduduk secara paksa 5. Penghancuran harta benda

13

DR.H. EDDY DJUNAEDI KARNASUDIRDJA, Pengadilan Hak Asasi Manusia,jakarta, PT

Tatanusa,indonesia,hal 39

14 Robinson Geoffey.Timor - Timur 1999 Kejahatan Terhadap Umat Manusia. Dili. Juli 2003.hal


(13)

c. Hukum

Kata Hukum berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk tunggal. Kata jamaknya adalah Alkas yang selanjutnya di ambil alih dalam bahasa Indonesia menjadi Hukum, di dalam pengertian hukum terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat melakukan paksaan. Jadi Apeldoorn menyatakan bahwa hukum sebagai objek dari peraturan-peraturan tersebut adalah perhubungan hidup yang menampakkan diri di dalam perbuatan atau kelakuan manusia, dan bukan soal-soal pribadi atau soal batin dari obyeknya. Dengan demikian hukum itu mengatur perhubungan antara manusia atau inter hukum ( inter= antara, hukum= manusia).15

Apeldoorn menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai dan adil. Untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentangan satu sama lain dan setiap orang harus memperoleh apa yang menjadi haknya.16

1.6.4 Ad Hoc

pengadilan HAM ad hoc ini mempunyai arti penting dalam konteks pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia di Indonesia. Pertama, dibentuknya pengadilan HAM ad hoc membuka peluang akan penyelesaian pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di masa lalu sekaligus dapat menjadi batu loncatan menuju reformasi sistem hukum di Indonesia; kedua, pengadilan HAM ad hoc

15

R. Soeroso, S.H. Pengantar Ilmu Hukum.Jakarta .2001. hal 28

16


(14)

yang pertama-tama akan menangani kasus pelanggaran HAM pasca jajak pendapat di Timor Timur ini akan menjadi parameter awal yang akan menunjukkan sampai seberapa jauh keseriusan pemerintah Republik Indonesia untuk melindungi dan memajukan hak asasi manusia.17

Tanggal 23 April 2001 telah dibentuk Hak asasi manusia pengadilan Ad Hoc pada pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang bertugas untuk mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi di Timor leste. Pengadilan HAM Ad Hoc dalam keppres No 53 Tahun 2001 di anggap terlalu luas, maka dengan keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001, telah di rubah tempus dan locus delicti sehingga kewenangan pengadilan HAM Ad Hoc lebih di batasi yaitu hanya untuk mengadili pelanggaran yang terjadi di Timor leste dalam wilayah Liquesa,Suai dan Dili pada bulan April dan Setember 1999.Proses pembentukan pengadilan HAM ad hoc untuk kasus Timor Timur relatif memakan waktu yang terlalu lama, terhitung sejak dilimpahkannya hasil penyelidikan KPP HAM Timtim kepada Kejaksaan Agung.

Pengadilan HAM di bentuk berdasarkan pada pasal 104 paragrap, undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Seperti di utarakan di atas, undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang HAM yang di anggap tidak memadai sehingga tidak di setujui oleh dewan perwakilan Rakyat menjadi undang-undang.

Sesuai bunyi undang-undang tersebut di bentuk pengadilan HAM untuk mengadili pelanggarah HAM yang berat di maksudkan “ untuk membantu memelihara perdamaian dunia dan menjamin pelaksaan hak asasi manusia serta

17

DR.H. EDDY DJUNAEDI KARNASUDIRDJA, Pengadilan Hak Asasi Manusia,jakarta, PT


(15)

memberi perlindungan, kepastian, keadilan, dan perasaan aman kepada perorangan atau masyarakat pada umunnya.”

Pengadilan HAM ad hoc ini, baik langsung maupun tidak langsung, bahwa akan ada konsekuensi politik, hukum, dan diplomatik yang signifikan jika pengadilan tersebut tidak berjalan dengan baik sebagaimana mestinya, yaitu untuk mengadili dan menghukum mereka yang paling bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM yang telah terjadi, khususnya di Timor Leste, dan bukan sekedar mengadili para pelaku di lapangan yang notabene hanya menjalankan perintah atasan atau mengadili para kambing hitam. Jika masyarakat internasional terutama melalui Komisi HAM PBB atau Dewan Keamanan PBB dapat menunjukkan bukti bahwa pengadilan HAM ad hoc ini tidak mampu (unable) dan tidak mau (unwilling) melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan membuka pintu bagi intervensi internasional melalui diselenggarakannya Ad Hoc International Human Rights Court, dimana nama bangsa jadi taruhannya.

Dalam Kasus Timor leste sebagai acuan penilaian apakah pengadilan HAM ad hoc kasus Timor leste ini telah memenuhi standar-standar internasional peradilan HAM, selain dapat juga diproyeksikan sebagai masukan dalam rangka memperbaiki UU No 26 Tahun 2000 dan sekaligus juga memperbaiki proses persiapan Pengadilan HAM ad hoc di masa yang akan datang (jika memang diperlukan dan dimungkinkan). Pelaksanaan Pengadilan HAM Ad Hoc ini. Misalnya berkenaan dengan masalah perlindungan saksi, dalam proses pembuktian di pengadilan, para saksi akan enggan untuk bersaksi karena mereka merasa keamanan mereka tidak dijamin dengan baik oleh negara, sehingga apapun


(16)

yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum dapat menjadi sia-sia karena kurangnya alat bukti. Terkait juga dengan masalah pembuktian, dalam hal kesaksian yang berasal dari warga negara Timor Leste. Sampai saat ini pun pemerintah belum juga membuat suatu langkah terencana mengenai perjanjian tentang ekstradisi saksi tersebut.

1.7 METODOLOGI PENELITIAN

1.7.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskristif kualitatif artinya penelitian akan mengambarkan dan mendeskripsikan keadaan objek dan permasalah yang ada dengan mengunakan analisis data dalam penelitian yang secara objektif.

1.7.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data secara sekunder berupa hasil analisa, didapatkan melalui studi pustaka. Data Sekunder merupakan dat a - data yang diperoleh secara tidak langsung di lapangan. Data ini di peroleh dengan mempelajari dan memahami literatur-literatur, artikel, internet, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Setelah di kumpulkan, data di seleksi dan di kelompokkan ke dalam bab - bab pembahasan yang disesuaikan dengan sistematika penulisan.


(17)

1.7.3 Teknik Analisis Data

Analisa data berdasarkan pada hasil penelitian dan data yang di kumpul, kemudian penulisan mendeskripikan dan menganaliskan hasil penelitian yang di peroleh di lapangan, dalam hal ini berdasarkan pada fenomena yang telah terjadi secara analisis deskrispi juga di gunakan analisis kualitatif, yaitu analisa yang di gunakan untuk mengolah data yang berwujut kasus atau gejala yang tidak dapat di ukur dengan angka melainkan sebagai peristiwa di nyatakan dalam bentuk perkataan.

Alur pemikiran

Latar Belakang

Landasan konsep

 Politik luar negeri

 Kepentingan Nasional

 Ad Hoc

Permasalahan

Bagaimana kepentingan Timor Leste dalam kerjasama penyelesaian masalah

pelanggaran HAM Indonesia di Timor Leste?

Metode penelitian

Locus

Timor Leste

Focus


(18)

1.7.4 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini adalah kepentingan Timor Leste dalam kerja sama penyelesaian masalah pelanggaran Ham pasca referendum dengan Indonesia.

a. Batasan Materi

Batasan pnelitian ini berfokuskan pada awal kemerdekaan Timor Leste yaitu tahun 2000 sampai 2009 dimana pada awal Timor Leste mendapatkan kemerdekaan. Setelah Timor Leste mendapatkan referedum dari Indonesia Timor Leste masing memiliki kepentingan terhadap Indonesia, karena Timor Leste masing memiliki kepentingan untuk menyelesaikan masalah yang ada di antara kedua negara tesebut.


(19)

b. Struktur Penulisan

Guna mempermudah dalam memahami isi dari skrispsi ini, maka sebagai berikut di sajikan sistematik penulisan dari skrispsi pokok bahasa melalui bab - bab dari skripsi.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang 1.2Rumusan masalah 1.3Tujuan penelitian 1.4Manfaat penelitian 1.5Kajian pustaka 1.6Kerangka pemikiran 1.7Metodologi penelitian

A. Batasan materi B. Struktur penulisan

BAB II Dalam bab ini penulis akan mendiskrispikan Referendum

dan pelanggaran HAM Indonesia –Timor leste

BAB III Dalam bab ini penulis akan memasukan kerjasama Timor

Leste dengan Indonesia dalam menyelesaikan masalah HAM di Timor Leste

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan


(20)

i

PEMBENTUKAN KOMISI PERSAHABATAN DAN REKONSILIASI (

Comisao de Acolhimento Verdade e Reconciliacao-CAVR) ANTARA INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

BERNADETE DA COSTA DE CARVALHO NIM: 07260068

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


(21)

(22)

(23)

iv Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bernadete Da Costa De Carvalho

Tempat/Tanggal Lahir : Dili ; 20 April 1985

NIM : 07260068

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Kepentingan Timor Leste Dalam Kerja Sama Pembentukan Komisi Persahabatan dan Rekonsiliasi (Comisao de Acolhimento Verdade e Reconciliasi-CAVR) Antara Indonesia dengan Timor Leste

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, Yang menyatakan,


(24)

(25)

vi

pengerahan tenaga sedikit pun. K egagalan dalam kemulian

lebih baik dari pada kejayaan dalam kehinaan,kemahiran

dalam ilmu semaking di gunakan semaking


(26)

vii

limpahan rahmat danHidayah-Nya,sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul : KEPENTINGAN TIMOR LESTE DALAM KERJASAMA PEMBENTUKAN KOMISI PERSAHABATAN DAN

REKONSILIASI (COMISAO DE ACOLHIMENTO VERDADE E

RECONCILIACAO-CAVR) ANTARA INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE

Akhirnya karya skripsi ini dapat disusun dan terselesaikan dengan baik sesuai rencana dan kehendakNYA. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan banyak rasa terima kasih kepada:

 Bapak Tonny Dian Effendi,S.Sos..M.Si.Selaku ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas Muhammadiyah Malang.

 Bapak Tonny Dian Effendi,S.Sos..M.Si.., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh sabar, mendidik dan memberikan banyak masukan kepada penulis terhadap perkembangan dan kemajuan pada penulisan skripsi.

 Bapak Victroy Pradhitama. S.Sos, M.Si.., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan kesempatan waktu untuk membimbing, mendidik dan memberikan banyak masukan baik melalui beberapa referensi yang pernah beliau berikan kepada penulis terhadap perkembangan dan kemajuan pada penulisan skripsi.

 Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si., selaku dosen penguji I yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk perkembangan dan kemajuan pada sistem penulisan skripsi.

 Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si., selaku dosen penguji II yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk perkembangan dan kemajuan pada sistem penulisan skripsi.


(27)

viii

orang keluarga yang tercinta…. Minha mae (mama)…..meu irmao Dedy,..Felisa …e ….Beto….(Shevifeto)… Rm..David da conceicao…meu irmao Adinu serta keluarga ….mengucapkan banyak terima kasih kepada semua keluarga karena dengan penuh cinta, kesetiaan, dan kesabarannya yang tulus selalu memberikan harapan, semangat dan dukungan yang penuh dalam proses penyelesaian skripsi ini serta tidak lupa juga subsidinya yang selalu dipenuhi tanpa kekurangan apapun…..obrigado minha mae e todos meu irmaos…eu teu amo..bejeizos..(bjs)

 Sahabat-sahabatQ….di kos …mama Dian…siska flores…minha amiga Lizty e meu amigo Lukas,….Apeu….,Abrao..Slocar….Mino Alves…Leo..Alex..Elvis..e todos colegas…obrigado…(thx) atas dukungan kalian..Q bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik dan sukses…..thx… dan Thank’s bngat buat yayasan hak asasi manusia di Timor Leste yang telah memberikan Q buku untuk membuat skripsi ini dengan baik…thx yah


(28)

ix

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan Skripsi Bukan Hasil Plagiat ... iv

Berita Acara Bimbingan ... v

Abstraksi ... vi

Ungkapan Pribadi/Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat penelitian ... 6

1.4.1. Secara teoritis ... 6

1.4.2. Secara pratis ... 6

1.5. Penelitian Terdahulu ... 7

1.6. Landasan Konsep ... 9

1.6.1. Politik Luar Negeri ... 9

1.6.2. Kepentingan Nasional ... 10

1.6.3. Ad Hoc ... 12

1.7. Metodologi Penelitian ... 15

1.7.1. Jenis Penelitian ... 15

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 15

1.7.3. Teknik Analisi data ... 16

1.7.4. Ruang Lingkup penelitian ... 17

A. Batasan Waktu Penelitian ... 17

B. Struktur Penulisan ... 18


(29)

x

2.1.1 Tawaran Dua Opsi Referendum Indonesia terhadap

Timor Leste ... 19

2.1.2 Kesepakatan New York ... 22

2.1.3 Pelaksanaan Jajak pendapat ... 25

2.2Kasus-kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Indonesia di Timor Leste ... 26

BAB III KEPENTINGAN TIMOR LESTE DALAM PEMBENTUKAN CAVR-KKP 3.1 Kerjasama Timor Leste dengan Indonesia dalam menyelesaikan masalah HAM ... 33

3.1.1 Latar Belakang CAVR (Comisao de Acolhimento Verdade e Reconciliacao) di Timor Leste ... 40

3.1.2. Pembentukan Komisi (comisao) ... 40

3.1.3. Anggota CAVR ... 42

3.2 Pencarian Kebenaran ... 44

3.3 Pengertian Acolhimento ... 44

3.4 Mekanisme penyelesaian permasalahan Timor Leste-Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM ... 49

3.4.1 Proses penyelesain hukum ... 55

3.4.2 Pasca penyerahan laporan CAVR kasus Timor Leste... 57

3.5. Kepentingan Timor Leste terhadap Indonesia dalam pembentukan CAVR –KKP ... 61

3.5.1. Kepentingan Ekonomi ... 61

3.5.2. Kepentingan Pendidikan ... 64

3.5.3. kepentingan keamanan : pengelolahan perbatasan Indonesia- Timor Leste... 67


(30)

xi


(31)

xii

Nevins Joseph. 2008. Pembantai Timor - Timur Horor Masyarakat Internasional. Galang press. Yogyakarta.

Wahyono Kristo. 2009. Sepuluh Tahun Tragedi Tim tim Timor Target Krueng Aceh. Banda Aceh.

Robinson Geoffrey.2003 .Timur-Timor 1999 Kejahatan Terhadap Umat Manusia. Dili, Timor Leste.

La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor Lorosa’e P.O. Box 340, Dili, Timor Lorosa’e (via Darwin, Australia)

http://benedictusaninditorahadi.com/2010/05/hubungan-bilateral-indonesia -dengan.html.diakses tgl 2.02.2012

htt://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewfile/3030/1744.di akses 19-02-2012

Ludiro madu, Aryanta Nugraha, Nikolaus Loy, Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas,jogyakarta 2010

Alexandrino Maubere S.pd, Sejarah Timor Leste,2000. Dili

Dr. Suparman Marzuki, Pengadilan HAM di Indonesia,Erlangga P.Anthounius Sitepu.studi hubungan internasional,Yogyakarta,2011


(1)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat danHidayah-Nya,sehingga penulisa dapat menyelesaikan skripsi dengan berjudul : KEPENTINGAN TIMOR LESTE DALAM KERJASAMA PEMBENTUKAN KOMISI PERSAHABATAN DAN REKONSILIASI (COMISAO DE ACOLHIMENTO VERDADE E RECONCILIACAO-CAVR) ANTARA INDONESIA DENGAN TIMOR LESTE

Akhirnya karya skripsi ini dapat disusun dan terselesaikan dengan baik sesuai rencana dan kehendakNYA. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan banyak rasa terima kasih kepada:

 Bapak Tonny Dian Effendi,S.Sos..M.Si.Selaku ketua Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik dan Ilmu Sosial Universitas

Muhammadiyah Malang.

 Bapak Tonny Dian Effendi,S.Sos..M.Si.., selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh sabar, mendidik dan memberikan banyak masukan kepada penulis terhadap perkembangan dan kemajuan pada penulisan skripsi.

 Bapak Victroy Pradhitama. S.Sos, M.Si.., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan kesempatan waktu untuk membimbing, mendidik dan memberikan banyak masukan baik melalui beberapa referensi yang pernah beliau berikan kepada penulis terhadap perkembangan dan kemajuan pada penulisan skripsi.

 Bapak Ruli Inayah Ramadhoan, S.Sos, M.Si., selaku dosen penguji I yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk perkembangan dan kemajuan pada sistem penulisan skripsi.

 Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si., selaku dosen penguji II yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis untuk perkembangan dan kemajuan pada sistem penulisan skripsi.


(2)

 Almarhuma papi (pae) Felismino Da Conceicao De Carvalho, yang selama ini telah mendoakan dan terlaksanaannya penulisan skripsi…

 Tidak lupa juga, penulis ingin mempersembahkan karya skripsi ini untuk orang keluarga yang tercinta…. Minha mae (mama)…..meu irmao

Dedy,..Felisa …e ….Beto….(Shevifeto)… Rm..David da conceicao…meu

irmao Adinu serta keluarga ….mengucapkan banyak terima kasih kepada

semua keluarga karena dengan penuh cinta, kesetiaan, dan kesabarannya

yang tulus selalu memberikan harapan, semangat dan dukungan yang penuh

dalam proses penyelesaian skripsi ini serta tidak lupa juga subsidinya yang

selalu dipenuhi tanpa kekurangan apapun…..obrigado minha mae e todos

meu irmaos…eu teu amo..bejeizos..(bjs)

 Sahabat-sahabatQ….di kos …mama Dian…siska flores…minha amiga Lizty e meu amigo Lukas,….Apeu….,Abrao..Slocar….Mino

Alves…Leo..Alex..Elvis..e todos colegas…obrigado…(thx) atas dukungan

kalian..Q bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik dan

sukses…..thx… dan Thank’s bngat buat yayasan hak asasi manusia di

Timor Leste yang telah memberikan Q buku untuk membuat skripsi ini


(3)

ix

DAFTAR ISI

Lembar Cover/Sampul Dalam ... i

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan Skripsi Bukan Hasil Plagiat ... iv

Berita Acara Bimbingan ... v

Abstraksi ... vi

Ungkapan Pribadi/Motto ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat penelitian ... 6

1.4.1. Secara teoritis ... 6

1.4.2. Secara pratis ... 6

1.5. Penelitian Terdahulu ... 7

1.6. Landasan Konsep ... 9

1.6.1. Politik Luar Negeri ... 9

1.6.2. Kepentingan Nasional ... 10

1.6.3. Ad Hoc ... 12

1.7. Metodologi Penelitian ... 15

1.7.1. Jenis Penelitian ... 15

1.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 15

1.7.3. Teknik Analisi data ... 16

1.7.4. Ruang Lingkup penelitian ... 17

A. Batasan Waktu Penelitian ... 17

B. Struktur Penulisan ... 18


(4)

BAB II REFERENDUM DAN PELANGGARAN HAM INDONESIA TERHADAP TIMOR LESTE

2.1Sejarah Timor Leste Mendapatkan Referendum ... 19

2.1.1 Tawaran Dua Opsi Referendum Indonesia terhadap Timor Leste ... 19

2.1.2 Kesepakatan New York ... 22

2.1.3 Pelaksanaan Jajak pendapat ... 25

2.2Kasus-kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh Indonesia di Timor Leste ... 26

BAB III KEPENTINGAN TIMOR LESTE DALAM PEMBENTUKAN CAVR-KKP 3.1 Kerjasama Timor Leste dengan Indonesia dalam menyelesaikan masalah HAM ... 33

3.1.1 Latar Belakang CAVR (Comisao de Acolhimento Verdade e Reconciliacao) di Timor Leste ... 40

3.1.2. Pembentukan Komisi (comisao) ... 40

3.1.3. Anggota CAVR ... 42

3.2 Pencarian Kebenaran ... 44

3.3 Pengertian Acolhimento ... 44

3.4 Mekanisme penyelesaian permasalahan Timor Leste-Indonesia dalam kasus pelanggaran HAM ... 49

3.4.1 Proses penyelesain hukum ... 55

3.4.2 Pasca penyerahan laporan CAVR kasus Timor Leste... 57

3.5. Kepentingan Timor Leste terhadap Indonesia dalam pembentukan CAVR –KKP ... 61

3.5.1. Kepentingan Ekonomi ... 61

3.5.2. Kepentingan Pendidikan ... 64

3.5.3. kepentingan keamanan : pengelolahan perbatasan Indonesia- Timor Leste... 67


(5)

xi BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan ... 69 4.2. Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Cm Rien Kuntari. 2008. Timor Timur Satu Menit Terakhir. Mizan. Bandung.

Nevins Joseph. 2008. Pembantai Timor - Timur Horor Masyarakat Internasional. Galang press. Yogyakarta.

Wahyono Kristo. 2009. Sepuluh Tahun Tragedi Tim tim Timor Target Krueng Aceh. Banda Aceh.

Robinson Geoffrey.2003 .Timur-Timor 1999 Kejahatan Terhadap Umat Manusia. Dili, Timor Leste.

La’o Hamutuk, Institut Pemantau dan Rekonstruksi Timor Lorosa’e P.O. Box 340, Dili, Timor Lorosa’e (via Darwin, Australia)

http://benedictusaninditorahadi.com/2010/05/hubungan-bilateral-indonesia -dengan.html.diakses tgl 2.02.2012

htt://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewfile/3030/1744.di akses 19-02-2012

Ludiro madu, Aryanta Nugraha, Nikolaus Loy, Mengelola Perbatasan Indonesia di Dunia Tanpa Batas,jogyakarta 2010

Alexandrino Maubere S.pd, Sejarah Timor Leste,2000. Dili

Dr. Suparman Marzuki, Pengadilan HAM di Indonesia,Erlangga