Deskripsi tingkat konsep diri remaja kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan kelompok - USD Repository

  

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI REMAJA KELAS XI IPS

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

  SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Bimbingan dan Konseling

  Disusun Oleh:

  Dewi Ineke Gushanna Hendrik

NIM 021114054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2 0 0 7

  

SKRIPSI

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI REMAJA KELAS XI IPS

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

  

Oleh:

Dewi Ineke Gushanna Hendrik

NIM 021114054

  

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Drs. Ign. Masidjo Tanggal : 29 September 2006 Pembimbing II Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si Tanggal : 29 September 2006

  SKRIPSI DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI REMAJA KELAS XI IPS SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Telah dipersiapkan dan ditulis oleh: Dewi Ineke Gushanna Hendrik

  NIM: 021114054 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 5 Januri 2007 dan dinyatakan memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si ………………

Sekretaris Fajar Santoadi, S.Pd. ………………

Anggota Drs. Ign. Masidjo ………………

Anggota Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si ………………

Anggota Drs. J. Sumedi ………………

Yogyakarta, Januari 2007

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan, Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D.

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  

“Sebab kalau seorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali

tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri. Baiklah tiap-tiap orang menguji

pekerjaannya sendiri, maka ia boleh bermegah melihat keadaannya

sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain.”

  (GALATIA 6:3-4)

BERDOA, BERUSAHA, BERSYUKUR

  Kupersembahkan karya ini untuk:

  ™ Bapa ku Tuhan Yesus Kristus, ™ Orangtuaku tercinta, ™ Kakakku sekeluarga, adikku, eyangku ™ Kekasihku, Jeffry Yonathan ™ Orang yang telah membantu dan mendukungku.

  ™ Tuhan Yesus memberkati.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah Yogyakarta,

  05 Januari 2007 Penulis

  Dewi Ineke Gushanna Hendrik

  

ABSTRAK

DESKRIPSI TINGKAT KONSEP DIRI REMAJA KELAS XI IPS

SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2005/2006

DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

  Dewi Ineke Gushanna Hendrik Universitas Sanata Dharma, 2006

  Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan survei. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik Bimbingan Kelompok. Masalah penelitian ini adalah sejauh mana tingkat konsep diri remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 dan implikasinya terhadap penyusunan topik- topik Bimbingan Kelompok.

  Sampel penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 sebanyak 80 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang terdiri dari 60 item pernyataan, terbagi menjadi enam aspek konsep diri, yaitu fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang masing-masing terdiri dari 12 item.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah membuat tabulasi data, menghitung frekuensi, persentase, dan menentukan kategori berdasarkan Penilaian Acuan Patokan Tipe II dengan 5 kategori, yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup”, “rendah”, dan “sangat rendah”.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2005/2006 berdasarkan aspek fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi sebagian besar adalah rendah. Hasil ini ditunjukkan oleh perhitungan persentase, yaitu sebanyak 54 siswa atau 67,5% berada pada kategori rendah, sebanyak 25 siswa atau 31,25% pada kategori cukup, sebanyak 1 siswa atau 1,25% pada kategori sangat rendah, dan tidak ada atau 0% pada kategori tinggi dan sangat tinggi. Aspek konsep diri yang paling rendah adalah aspek prestasi (53,98%). Aspek inilah yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan usulan topik-topik bimbingan kelompok. Topik- topik Bimbingan Kelompok yang diusulkan adalah (1) Penggunaan waktu belajar, (2) Motivasi belajar, (3) Konsentrasi belajar.

  

ABSTRACT

  

DESCRIPTION OF ADOLESCENTS’ SELF CONCEPT OF THE

ELEVENTH GRADE SOCIAL STUDENTS IN BOPKRI 2

SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC

YEAR OF 2005/2006 AND ITS IMPLICATION

ON THE GROUP GUIDANCE TOPICS

  Dewi Ineke Gushanna Hendrik Sanata Dharma University, 2006

  This was descriptive study which implemented survey method. This study was aimed to describe the adolescents’ self concept of the eleventh grade social students in BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006 and its implication on group guidance topics. Its problems was what is the level of the adolescents’ self concept of the eleventh grade social students in BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006 and its implication on group guidance topics proposal.

  This study’s samples were the eleventh grade social students in BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006, 80 students. The instrument employed consisted of 60 questions which were divided into six self concept aspects: physical, social, emotional, aspiration, and achievement and each aspect had 12 items.

  The data analysis implemented here was tabulating data, calculating frequency and percentage, and categorizing in accordance with PAP type II in 5 categories: “very high”, “high”, “average”, “low”, and “very low”.

  The result showed that the self concept of the eleventh grade social students in BOPKRI 2 Senior High School Yogyakarta academic year of 2005/2006 based on the aspects of physical, psychological, social, emotional, aspiration, and achievement was low. Its was shown by the percentage calculation; 54 students (67,5%), were categorized was low; 25 student (31,25%), were categories as average, 1 student (1,25%), were categories as very low; and no student (0%), were categories as high and very high. The lowest self concept was achievement aspect (53,98%). This aspect then was used as the basis in developing group guidance topics proposal. The topics were (1) study time management, (2) learning motivation, and (3) consentration.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Baik dan Murah Hati atas karunia-Nya yang melimpah sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Di dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, peneliti selalu diberi kekuatan, pendampingan dan bimbingan-Nya. Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan Konseling.

  Peneliti menyadari bahwa skripsi ini disusun berkat bantuan, dukungan dan perhatian dari berbagai pihak yang telah memberikan masukan yang berharga bagi peneliti. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Drs. Ign. Masidjo, dosen pembimbing I yang telah memberikan dukungan, saran, motivasi, bimbingan, dan dorongan yang berguna bagi peneliti hingga tersusun skripsi ini.

2. Ibu Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan-masukan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk penyusunan skripsi ini 4. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh ilmu dan pengalaman pribadi saat bertugas dengan beliau.

  5. Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, yang telah memberikan ijin ujicoba dan penelitian skripsi ini.

  6. Koordinator Bimbingan dan Konseling SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk melakukan ujicoba dan penelitian skripsi ini.

  7. Para segenap dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universita Sanata Dharma Yogyakarta yang dengan kesabaran mendidik, membimbing, dan mendampingi penulis selama mengikuti perkuliahan sehingga penulis mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penulis.

  8. Kedua orangtuaku tersayang, yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  9. Kakakku sekeluarga dan adikku tersayang, yang selalu memberikan semangat untuk terus maju dan berkarya kepada penulis.

  10. Keluarga besarku yang selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan studi kepada penulis.

  11. Kekasihku tersayang, yang selalu memberikan perhatian, dukungan, cinta, kasih sayang, dan doanya.

  12. Teman-teman KKN’06 (Bang Tony, Yala, Jeng Sherly, Jeng Emy) yang selalu memberikan semangat dan dorongan untuk selalu kuat dalam menyelesaikan skripsi ini.

  13. Teman-teman seperjuangan Angkatan ’02, yang selalu memberikan masukan yang berharga kepada penulis.

14. Teman-teman kelompok PPL SMP (Bangun, Sherly, Prinses) dan PLBK SMA

  (Sr. Franselin, Tiwi, Oka, Bangun) yang telah menjadi teman seperjuangan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung dalam melaksanakan praktek bimbingan.

  15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberkati.

  Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Terima kasih.

  Penulis

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................ iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... v ABSTRAK ......................................................................................................... vi

  ABSTRACT ......................................................................................................... vii

  KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Masalah................................................................

  B. Perumusan Masalah ......................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian ..........................................................................

  6 D.

  6 Manfaat Penelitian ........................................................................

  E. Definisi Operasional .....................................................................

  7 BAB II KAJIAN PUSTAKA...........................................................................

  8 A. Konsep Diri ...................................................................................

  8 1.

  8 Pengertian Konsep Diri ...........................................................

  2. Pembentukan Konsep Diri ...................................................... 10

  3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri .................... 12

  4. Ciri-ciri Konsep Diri ............................................................... 15 5.

  Aspek-aspek Konsep Diri ....................................................... 19

  B. Anak Remaja................................................................................. 23

  1. Pengertian Remaja .................................................................. 23 2.

  Perkembangan Konsep Diri Remaja ....................................... 25

  C. Bimbingan ..................................................................................... 26 1.

  Pengertian Bimbingan............................................................. 26

  2. Bimbingan di Sekolah ............................................................. 28

  3. Jenis-jenis Bimbingan ............................................................. 30 D.

  Peran Bimbingan dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja..... 32

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 34 A. Jenis Penelitian.............................................................................. 34 B. Subyek Penelitian.......................................................................... 35 C. Instrumen Penelitian ..................................................................... 35 D. Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 37 E. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 40 F. Teknik Analisis Data..................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 44 A. Hasil Penelitian ............................................................................. 44 B. Pembahasan................................................................................... 46

  BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK SEBAGAI IMPLIKASI HASIL PENELITIAN ................................................... 55 BAB VI RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ..................................................................................... 57 A. Ringkasan...................................................................................... 57 B. Kesimpulan ................................................................................... 59 C. Keterbatasan Penelitian................................................................. 59 D. Saran.............................................................................................. 59 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................. 64

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel

  1. Komposisi Kuesioner Konsep Diri Remaja .................................... 36 Tabel

  2. Patokan Koefisien Korelasi............................................................. 39 Tabel

  3. Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ............................................. 41 Tabel

  4. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ......................................... 44 Tabel

  5. Pengelompokan Deskripsi Tingkat Konsep Diri Remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ................................... 45

  Tabel

  6. Urutan Persentase Keseluruhan Aspek-aspek Konsep Diri Remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta ................................... 46

  Tabel

  7. Usulan Topik-Topik Bimbingan Kelompok Di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 ............................................ 56

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Data Hasil Tryout........................................................................... 64 Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas ..................................................................... 66 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Ujicoba (Tryout) Validitas dan Reliabilitas ..... 68 Lampiran 4. Kuesioner Konsep Diri Remaja..................................................... 71 Lampiran 5. Data Hasil Penelitian ..................................................................... 75 Lampiran 6. Kategori Skor Tingkat Konsep Diri Remaja Kelas XI IPS SMA

  BOPKRI 2 Yogyakarta .................................................................. 81 Lampiran 7. Persentase Tingkat Konsep Diri Remaja Berdasarkan Patokan

  PAP Tipe II .................................................................................... 82 Lampiran 8. Deskripsi Data Hasil Penelitian..................................................... 83 Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 98

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep diri bukan bawaan lahir, itu adalah hasil belajar. Hurlock

  (1996) mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri, antara lain: bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan nama julukan, intelegensi, taraf aspirasi, emosi, jenis sekolah, status sosial ekonomi keluarga, teman bergaul atau tokoh-tokoh penting dalam hidupnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh dari masing-masing faktor itu tergantung pada perasaan yang dialami oleh orang yang bersangkutan sehubungan dengan faktor lain yang dimilikinya. Apakah faktor tertentu itu cenderung menimbulkan perasaan positif pada orang yang bersangkutan? Dengan kata lain, apakah orang yang bersangkutan cenderung merasa positif karena memiliki faktor tertentu itu? Kalau ya, maka pengaruhnya dikatakan positif. Namun jika faktor tertentu itu cenderung menimbulkan perasaan negatif pada orang yang bersangkutan, maka pengaruhnya dikatakan negatif.

  Konsep diri seseorang sangat dipengaruhi oleh cara tokoh-tokoh yang penting (ayah, ibu, kakak dan adik serta anggota keluarga lain) dalam hidupnya, terutama pada remaja. Pada masa remaja seorang individu belum dapat menyaring benar tidaknya, tepat tidaknya apa yang dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Remaja cenderung menganggap benar apa saja yang dikatakan oleh orang lain tentang dirinya. Pengaruh yang lingkungan berikan pada remaja, terutama lingkungan keluarga yang baik dapat membantu remaja dalam membentuk konsep diri yang positif, sehingga timbul rasa aman secara jasmani, rasa aman secara batin, rasa aman secara rohani dalam diri anak.

  Pada masa remaja, apa yang dikatakan orang lain mengenai dirinya sangat berpengaruh pada penerimaan, penghargaan serta kecintaan remaja terhadap dirinya sendiri. Apabila orang-orang yang dianggap penting bagi diri remaja tersebut menerima, menghargai, mencintai dirinya, maka remaja cenderung akan memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya, sedangkan apabila orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya merendahkan, meremehkan, mempermalukannya, menolaknya, maka konsep diri yang terbentuk adalah konsep diri yang negatif, sehingga tentu saja hal ini akan berpengaruh pada perkembangan sikapnya ketika sedang berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya.

  Masa-masa remaja adalah suatu masa yang ditandai dengan berbagai perubahan yang terjadi, baik menyangkut perubahan dalam hal fisik maupun perubahan dalam hal psikologisnya. Dan di masa remaja ini ketika remaja sedang mengalami berbagai perubahan tersebut, remaja dihadapkan pada berbagai kondisi lingkungan, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, di mana lingkungan tersebut sewaktu-waktu dapat berpengaruh pada perkembangan dirinya baik secara kognitif, afektif maupun psikomotoriknya.

  Masa remaja berkaitan erat dengan interaksi yang terjadi dengan teman-teman sebaya. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi lingkungan sekitarnya karena sebagian waktu remaja dihabiskan bersama dengan teman- teman sebayanya, terutama dalam lingkungan sekolah. Di samping itu interaksi dapat terjadi ketika remaja sedang melakukan suatu kegiatan bermain. Kemampuan remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan, baik ketika di lingkungan sekolah maupun ketika di lingkungan sosial masyarakat ketika sedang bermain dengan teman-teman sebaya, sangat dipengaruhi oleh konsep diri remaja terhadap dirinya sendiri. Apabila seorang remaja memiliki konsep diri yang positif terhadap dirinya sendiri, maka di dalam perkembangan sikap yang dimiliki remaja akan berpengaruh baik ketika remaja berinteraksi dengan teman sebayanya maupun dengan orang-orang yang berada disekitarnya, baik dalam lingkungan keluarga atapun dalam lingkungan masyarakat. Namun apabila remaja memiliki konsep diri yang negatif, maka hal ini akan berpengaruh buruk ketika ia berinteraksi dengan teman sebayanya maupun terhadap orang-orang di sekitarnya. Konsep diri sangat berpengaruh terhadap perkembangan sikap remaja, karena pada saat remaja ini seseorang terkadang belum mampu bersikap secara wajar dalam menanggapi suatu keadaan. Remaja biasanya membentuk konsep dirinya bukan karena penilaian terhadap dirinya sendiri, melainkan konsep diri terbentuk karena penilaian orang lain. Dalam hal ini orang lain bisa dikatakan sebagai orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya seperti; orang tua, teman maupun guru di sekolah. Pada masa remaja, penilaian orang-orang di sekitarnya berpengaruh besar terhadap bagaimana pandangan remaja tentang dirinya. Remaja akan berpikiran bahwa dirinya cantik apabila teman-teman sebayanya mengatakan dirinya cantik, remaja akan menganggap dirinya pandai apabila gurunya mengatakan dirinya pandai. Begitu pula, remaja akan

beranggapan bahwa ia adalah anak yang berbakat apabila orangtuanya mengatakan ia adalah anak yang berbakat.

  Apabila penilaian orangtua, guru serta teman-teman sebaya positif terhadap seorang remaja, hal ini tentu akan berpengaruh baik di dalam pembentukan konsep diri remaja tersebut serta di dalam perkembangan sikap ketika ia berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Namun apa jadinya bila penilaian orangtua, guru serta teman-teman sebaya negatif, dimana dampaknya adalah remaja beranggapan bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan, sehingga dapat dipastikan ia sebagai seorang remaja akan mengalami kesulitan ketika berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, karena bisa saja ia menarik diri dari pergaulan, baik ketika ia berada di lingkungan sekolah maupun ketika ia berada di lingkungan masyarakat, karena ia menganggap dirinya sebagai seorang remaja yang memiliki banyak kekurangan padahal sebenarnya tidaklah demikian. Hal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan sikap remaja tersebut. Pada dasarnya konsep diri merupakan “bayangan cermin”. Bila remaja yakin bahwa orang-orang yang penting baginya menyenangi dia, maka mereka akan berpikir secara positif tentang diri mereka dan sekitarnya (Hurlock, 1996).

  Fenomena yang terjadi dewasa ini, kehidupan remaja mengalami pergeseran moral yang cukup besar jika dibandingkan pada masa-masa lalu.

  Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya mode atau budaya dalam kehidupan remaja, mulai dari pakaian, pergaulan dan komunikasi. Dari segi pakaian, remaja terutama anak remaja usia SMA cara berpakaian lebih jauh berbeda jika dibandingkan dengan masa lalu, misalnya rok yang lebih pendek, baju lebih ketat, ber-make up dan penggunaan aksesoris sudah menjadi suatu trend dan membudaya di kalangan anak remaja SMA. Selanjutnya dari segi pergaulan anak remaja dewasa ini telah mengalami suatu mode yang cenderung menjurus pada hal-hal negatif, seperti pergaulan bebas, free sex, penggunaan obat-obatan terlarang dan hal negatif lainnya. Tidak berbeda dengan mode pakaian dan pergaulan, cara komunikasi remaja mengalami suatu pergeseran moral yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari cara berbicara atau berkomunikasi dengan guru, orang tua dan teman sebaya tidak ada lagi batasan-batasan yang membedakan, baik dari cara berbicara maupun tata bahasa yang digunakan. Kenyataan tersebut merupakan sebuah fenomena terjadinya pergeseran moral yang secara langsung akan mempengaruhi terhadap pembentukan konsep diri remaja.

  Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mencoba mengungkap fenomena tersebut dengan melakukan penelitian pada remaja SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dengan judul penelitian: “Deskripsi tingkat konsep diri remaja Kelas XI SMA IPS BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik Bimbingan Kelompok”.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: ”Sejauh mana tingkat konsep diri remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik Bimbingan Kelompok?”.

  C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penilitian pada pokok permasalahan ini adalah untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja Kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dan implikasinya terhadap penyusunan topik-topik Bimbingan Kelompok.

  D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman melaksanakan penelitian, sehingga melalui penelitian ini dapat dilihat adanya keterkaitan antara teori dengan keadaan yang sebenarnya.

2. Bagi Pihak Sekolah

  Penelitian ini dapat bermanfaat bagi Bimbingan Konseling, yaitu untuk mengukur secara jelas konsep diri yang dimiliki oleh siswa, sehingga sekolah dapat memberikan penanganan yang tepat dalam mengembangkan konsep diri yang telah dimiliki oleh siswa. Dengan demikian, diharapkan penelitian ini dapat membantu guru Bimbingan Konseling dalam menangani siswa melalui layanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Diharapkan guru Bimbingan Konseling dapat mengembangkan konsep diri siswa, sehingga apabila dalam suatu lingkungan sekolah terdapat siswa yang memiliki konsep diri yang baik, maka tidak merupakan hal yang mustahil siswa dapat mengembangkan segala potensi yang dimiliki. Pada akhirnya dengan prestasi yang mereka raih, kemungkinan besar akan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.

3. Bagi Pembaca

  Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai pengertian dan pemahaman konsep diri, sehingga pada akhirnya pembaca dapat menarik suatu kesimpulan bahwa konsep diri pada seorang individu merupakan hal yang penting.

E. Definisi Operasional 1.

  Deskripsi adalah gambaran atau uraian tentang fenomena yang terjadi dalam suatu objek.

  2. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosial, aspirasi dan prestasi.

  3. Remaja adalah individu yang mengalami perubahan-perubahan, baik perkembangan kelamin sekunder dan kematangan seksual, perkembangan jiwa dan pola identifikasi diri serta perubahan status sosio-ekonominya dari sama sekali tergantung untuk menjadi relatif bebas.

4. Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang menunjukkan bahwa jumlah orang atau siswa yang diberi pelayanan bimbingan lebih dari satu orang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

  Menurut Hurlock (1996), konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri, meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosial, aspirasi dan prestasi.

  Semua konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri. Citra fisik biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tariknya dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya dan pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku atas pikiran, perasaan dan emosi; citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan, sifat-sifat seperti keberanian, kejujuran, kemandirian dan kepercayaan diri serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuan.

  Konsep diri (self-concept) adalah keseluruhan gambaran/ pandangan/keyakinan dan penghargaan/perasaan seseorang tentang dirinya sendiri (Sinurat, 2005). Menurut Burns (1993), konsep diri meliputi semua keyakinan dan penilaian tentang diri sendiri. Keyakinan dan penilaian ini sesungguhnya bukan saja menentukan siapa anda dalam kenyataannya, tetapi juga menentukan siapa anda menurut pikiran anda, apa yang dapat

  

anda lakukan menurut pikiran anda, dan anda dapat menjadi apa menurut

pikiran anda.

  Raimy (dalam Burns, 1993) mendefinisikan konsep diri sebagai sesuatu yang dipelajari. Konsep diri seseorang ini merupakan dirinya sendiri dari titik pandangnya sendiri. Konsep diri seseorang ini merupakan sebuah penemuan konsep-konsep tersendiri mengenai orang yang bersangkutan.

  Sullivan (dalam Burns, 1993) mendefinisikan konsep diri sebagai suatu pemahaman diri yang diperoleh individu dari pengalamannya untuk meminimalkan kesalahan dalam berperilaku yang mungkin dilakukannya yang dapat menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman pada individu.

  Mead (dalam Burns, 1993) mengemukakan bahwa konsep diri merupakan hasil perhatian individu yang berupa perkiraan-perkiraan mengenai lingkungan dan bagaimana orang lain bereaksi padanya.

  Rogers (dalam Burns, 1993) mengemukakan bahwa konsep diri ini selain menunjukkan pada cara seseorang memandang dan merasakan dirinya sendiri, juga menunjukkan pada bagaimana ia mengendalikan dan mengintegrasikan tingkah lakunya. Konsep diri dapat juga diartikan sebagai sikap terhadap diri sendiri (Sinurat, 2005). Sikap di sini adalah kecenderungan/kesiapan seseorang untuk beraksi/bertindak menurut cara tertentu terhadap sesuatu obyek (manusia atau bukan manusia).

  Hamachek (1987), mengemukakan konsep diri terutama menunjuk pada seluruh gagasan, sikap dan pandangan yang kita miliki tentang diri sendiri. Dengan kata lain konsep diri adalah seluruh pikiran tentang diri sendiri sebagai individu.

  Berdasarkan beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan konsep diri adalah keseluruhan gambaran, pandangan, keyakinan, penghargaan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri yang membuat individu menyadari akan perbedaan dirinya dengan orang lain.

2. Pembentukan Konsep Diri

  Pembentukan diri dipengaruhi oleh sikap dan penilaian seseorang terhadap orang lain, sehingga konsep diri bukan merupakan faktor bawaan akan tetapi dipelajari lewat pengalaman. Konsep diri terbentuk berdasarkan hubungan anak dengan orang lain, terutama dengan orang yang berpengaruh dalam hidupnya, seperti orang tua, guru maupun teman sebaya. Orang-orang yang berpengaruh tersebut sebagai image mirror bagi anak, yang artinya menjadi gambaran cermin bagi diri anak.

  Menurut Sulliun (dalam Rakhmat, 2001), jika seseorang diterima, dihormati dan disayangi oleh orang lain karena keadaan dirinya, maka orang tersebut akan bersikap menghormati dan menerima diri sendiri. Sebaliknya bila orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak dirinya, maka orang tersebut tidak akan menyayangi dirinnya sendiri.

  Colhaun dan Acocella (1995) mengungkapkan pengalaman awal tentang kesenangan atau kesakitan, kasih sayang atau penolakan akan mempengaruhi pembentukan konsep diri. Dengan mulai menggunakan bahasa dan menghadapi pengalaman yang semakin banyak, konsep diri mulai terbentuk menjadi kuat.

  Hurlock (1996) membedakan bahwa proses pembentukan konsep diri meliputi dua konsep diri, yaitu: a. Konsep diri primer (The primary self concept)

  Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, sehingga tertanam bermacam- macam konsep diri yang dihasilkan dari pengalaman berinteraksi dengan anggota-anggota keluarga seperti orang tua, anak dan saudara- saudaranya. Dengan meningkatnya pergaulan dengan orang di luar rumah, anak memperoleh konsep yang lain tentang diri mereka. Ini membentuk konsep diri sekunder.

  b.

  Konsep diri sekunder (The secondary self concept) Dengan berkembangnya hubungan anak di luar rumah, maka anak memerlukan pandangan orang lain terhadap dirinya. Konsep diri sekunder merupakan cara anak melihat dirinya berdasarkan pandangan orang lain.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbentuk dari sebuah proses pengalaman dan hubungan antara individu dengan individu lain. Konsep diri positif akan terbentuk jika pengalaman dan proses hubungan berjalan dengan baik. Sebaliknya konsep negatif akan terbentuk jika pengalaman dan hubungan yang dijalinnya tidak baik. Pengalaman dan hubungan yang terus berjalan baik dengan waktu yang cukup lama, akan membentuk konsep diri yang kuat. Sedangkan proses pembentukan konsep diri terdiri dari: konsep diri primer dan konsep diri sekunder.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

  Konsep diri seseorang pada masa kanak-kanak biasanya berbeda dengan konsep diri yang dimilikinya ketika memasuki usia remaja dan dewasa. Konsep dirinya berkembang berdasarkan hubungan anak dengan orang lain, seperti dengan orang tua dan anggota keluarga yang lain (Hurlock, 1996).

  Perkembangan konsep diri yang dimiliki seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk setelah kelahiran melalui interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus. Persepsi mengenai diri ini terbentuk sepanjang kehidupan seseorang melalui hadiah dan hukuman dari orang-orang di sekitarnya, biasanya orang-orang dewasa. Hadiah dan hukuman itu sedikit demi sedikit akan dihayati, sehingga terbentuk pengertian dan keyakinan mengenai dirinya sendiri. Dikatakan oleh Allport (dalam Schultz, 1991) bahwa anak akan melihat siapa dirinya melalui penilaian orang lain terhadap dirinya.

  Konsep diri bersifat dinamis, berkembang sesuai dengan pengalaman yang didapat individu dari lingkungan sekitarnya.

  Perkembangan konsep diri berlangsung sepanjang hidup manusia (Burns, 1993). Konsep diri seseorang akan mengalami perubahan tempo, sifat, dan kualitas seiring dengan pertumbuhan usia seseorang menjadi dewasa.

  Makin dewasa seseorang konsep dirinya semakin menjadi berkembang dalam tempo lebih lambat, namun dengan isi lebih abstrak dan luas.

  Kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri remaja menurut Hurlock (1996) adalah:

  a. Usia kematangan Remaja yang matang lebih awal, yang diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik. Remaja yang matang terlambat, yang diperlakukan seperti anak-anak, merasa salah dimengerti dan bernasib kurang baik sehingga cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri.

  b. Penampilan diri Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik. Setiap cacat fisik merupakan sumber yang memalukan yang mengakibatkan perasaan rendah diri. Sebaliknya daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

  c.

  Kepatutan seks Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat, perilaku membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya. d.

  Nama dan julukan Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.

  e. Hubungan keluarga Seorang remaja yang mempunyai hubungan yang erat dengan seorang anggota keluarga, maka seorang remaja cenderung akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.

  f. Teman-teman sebaya Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dengan dua cara. Pertama, konsep diri merupakan cermin dan anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.

  g.

  Kreativitas Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang pada awal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas. h.

  Cita-cita Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, la akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang memberikan konsep diri yang baik.

  Ketika seseorang memasuki jenjang dewasa, maka dirinya mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah laku yang ditampilkannya juga akan mengalami perubahan- perubahan dan sebagai akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah-ubah menyesuaikan dengan perubahan yang tertampil dalam dirinya. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada seorang remaja cenderung tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh remaja juga berubah. Tetapi melalui cara inilah, remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu konsep diri yang konsisten. Oleh karena itu masa remaja merupakan masa yang sangat potensial untuk perkembangan konsep diri.

4. Ciri-ciri Konsep Diri

  Menurut Burns (1993) seseorang dikatakan memiliki konsep diri positif jika dalam memandang dirinya cenderung dipenuhi hal-hal yang bersifat positif, misalnya memandang dirinya sebagai orang yang menyenangkan dalam berinteraksi sosial, sedangkan seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif misalnya, dalam memandang diri cenderung dipenuhi hal-hal yang bersifat negatif, misalnya memandang dirinya sebagai orang bodoh.

  Broeks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) menguraikan empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif sebagai berikut: a.

  Individu peka terhadap kritikan. Individu ini sangat tidak tahan terhadap kritikan yang diterimanya, mudah marah dan naik pitam.

  b. Responsif sekali terhadap pujian walaupun individu berpura-pura menghindari pujian, individu tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima apapun.

  c.

  Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Individu merasa, tidak diperhatikan, karena itulah individu bereaksi pada orang lain sebagai musuh sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan.

  d. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam prestasi.

  Individu merasa tidak berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.

  Sebaliknya orang yang memiliki konsep diri positif menurut Brooks dan Emmert (dalam Rakhmat, 2003) ditandai dengan lima hal yaitu: a.

  Individu yakin akan kemampuannya.

  b. Individu merasa setara dengan orang lain.

  c. Individu menerima pujian tanpa rasa malu.

  d. Individu menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat.

  e. Individu mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya.

  Calhoun dan Acocella (1995) menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri positif antara lain: a. Yakin akan kemampuannya untuk mengatasi masalah.

  b.

  Merasa setara dengan orang lain.

  c. Menerima pujian tanpa merasa malu.

  d.

  Menyadari bahwa setiap orang mempunyai perasaan keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat.

  e. Mampu memperbaiki diri, karena mampu mengungkapkan aspek- aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya.

  Ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif menurut Calhoun dan Acocella (1995) yaitu: a. Peka terhadap kritikan.

  b.

  Pesimis terhadap kompetisi.

  c. Merasa tidak disenangi orang lain sehingga sulit menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain. d.

  Hiperkritis terhadap orang lain.

  e. Responsif terhadap pujian, meskipun terkesan menghindarinya.

  Menurut Swan dkk (dalam Hay dkk, 1999) mengemukakan bahwa seseorang yang memiliki konsep diri tinggi memiliki kecenderungan keadaan diri yang stabil dan biasanya hal itu terkait dengan konsep diri positif. Seseorang yang memiliki konsep diri positif akan memiliki perilaku yang bersifat positif, seperti kepercayaan diri yang tinggi, motivasi yang tinggi, optimis, kontrol diri yang baik, terbuka pada orang lain secara apa adanya (tidak manipulatif), merasa dihargai atau diperhatikan oleh lingkungan. Disamping itu seseorang yang memiliki konsep diri positif mampu merasakan adanya dukungan dari sekitarnya, mampu merasakan mencintai dan dicintai, memiliki pendirian yang teguh, berusaha mentaati etika lingkungan, berkeinginan untuk terus maju dan belajar serta menghargai pelajaran atau pengajar. Orang yang secara umum memiliki konsep diri negatif cenderung memiliki perilaku-perilaku yang bersifat negatif, seperti kepercayaan diri yang rendah, pesimistis, motivasi yang rendah, kurang dapat mengontrol diri, tidak teguh pendirian, mudah terpengaruh. Disamping itu orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung bersikap tertutup dan manipulatif, merasakan kurang dihargai dan kurang diperhatikan, merasakan kurang mencintai dan dicintai, cenderung menyimpang dari etika yang berlaku, tidak memiliki keinginan untuk maju (malas), dan kurang menghargai pelajaran dan pangajar.

  Furhmann (1990) menyatakan bahwa seseorang yang memandang negatif terhadap dirinya, menandakan bahwa ia memiliki konsep diri yang negatif dalan dirinya dan ia gagal dalam menghargai dirinya, kurangnya penghargaan diri akan menimbulkan pengasingan diri serta penyesuaian diri negatif. Konsep diri positif mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi, sedangkan konsep diri negatif tidak mampu mengatasi permasalahan dan cenderung mencari jalan keluar yang salah.

  Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diartikan bahwa ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri positif antara lain yakin akan kemampuannya dalam mengatasi masalah, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, motivasi yang tinggi, optimis, dan berusaha untuk terus maju dalam menghadapi masa depan. Sedangkan ciri-ciri individu yang memiliki konsep diri negatif antara lain memiliki diri yang rendah, kurang memiliki motivasi, pesimistis dan tidak memiliki keinginan untuk maju sehingga tidak mampu mengatasi permasalahan dan cenderung mencari jalan keluar yang salah.

5. Aspek-aspek Konsep Diri

  Menurut Kerlinger (dalam Rakhmat, 2003) aspek-aspek konsep diri terdiri atas tiga tingkat, yaitu: a.

  Konsep diri global yaitu konsep mengenai gambaran atau persepsi individu dalam memahami dirinya secara keseluruhan. b.

  Konsep diri mayor yaitu konsep mengenai sikap dan keyakinan individu dalam memahami komponen atau sekumpulan komponen dari keseluruhan individu, misalnya konsep diri tentang sosial.

  c. Konsep diri spesifik yaitu konsep mengenai cara individu dalam memahami bagian-bagian diri yang spesifik, konkrit dan terperinci.

  Shavelson dkk (dalam Song dan Hattie, 1984) mengemukakan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat dilihat sebagai suatu model struktur hirarkis yang secara umum memiliki tiga sub area, yaitu konsep diri sosial, konsep diri akademik, dan presentasi diri.

  Menurut Song dan Hattie (1984) mengemukakan bahwa aspek konsep diri dapat disusun secara hirarkis terdiri dari tiga tingkat, yaitu: a. Konsep diri global adalah cara individu memahami keseluruhan dirinya, dan ini sukar diubah karena sudah melekat menjadi kepribadiannya.

  b.

  Konsep diri mayor adalah cara individu memahami aspek sosial, fisik, dan akademis dirinya.

  c. Konsep diri spesifik adalah cara individu memahami dirinya terhadap setiap jenis kegiatan dalam aspek sosial, fisik, dan akademis.

  Burns (1993) mengkategorikan konsep diri menjadi enam aspek, yaitu konsep diri fisik, konsep diri sosial, konsep diri moral etik, konsep diri keluarga, dan konsep diri akademik, kemudian Burns membaginya ke dalam dua kutub, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif akan melahirkan pola perilaku yang positif, yakni melakukan persepsi yang lebih cermat dan mengungkapkan petunjuk-petunjuk yang membuat orang lain menafsirkan dengan cermat pula. Sedangkan konsep diri negatif akan melahirkan individu yang cenderung menghindari dialog terbuka dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.