IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SERANG (Studi Kasus Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang) - FISIP Untirta Repository

  

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SERANG

NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

DI KOTA SERANG

(Studi Kasus Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang)

  SKRIPSI

  

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  Oleh : ROYHAN FATHAN NIM. 6661110118

  

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, JULI 2015

LEMBAR PERSETUJUAN

  Nama : Royhan Fathan Nim : 6661110118 Judul skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SERANG

NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

  KOTA SERANG (Studi Kasus Retribusi Izin Medirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang).

  Serang, 7 September 2015 Skripsi Ini Telah Disetujui Untuk Diujikan

  Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II

  Listyaningsih, S.Sos., M.Si Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si

  NIP. 197603292003122001 NIP. 197501312005012004 Mengetahui,

  Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  

Dr. Agus Sjafari, M.Si

  NIP. 197108242005011002 PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

  NAMA : ROYHAN FATHAN NIM : 6661110118 JUDUL SKRIPSI :IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA

  SERANG NOMOR

  13 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI DAERAH DI KOTA SERANG (STUDI KASUS RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DI KOTA SERANG).

  Skripsi ini telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, Tanggal 27 Agustus 2015 dan dinyatakan LULUS.

  Serang, 7 September 2015 Ketua Penguji:

  Rahmawati, M.Si

  …………………………… NIP. 197905252005012001 Anggota:

  Abdul Hamid, Ph.D …………………………….

  NIP. 198104102006041023 Anggota:

  Ipah Ema Jumiati, M.Si

  …………………………… NIP. 1975013120050122004

  Mengetahui, Dekan Ketua Program Studi

  Fisip Untirta Ilmu Administrasi Negara

  

Dr. Agus Sjafari, M.Si Rahmawati, M.Si

  NIP. 197108242005011002 NIP. 197905252005012001

  ABSTRAK

  Royhan Fathan. 6661110118. Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor

  13 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah (Studi Kasus Retribusi Izin Mendirikan Bangunan) di Kota Serang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen Pembimbing I: Listyaningsih, S.Sos., M.Si.

  Dosen Pembimbing II: Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si. Latar belakang penelitian ini adalah belum optimalnya penerimaan retribusi daerah dari sektor perizinan, khususnya Izin Mendirikan Bangunan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah (Perda) Kota Serang nomor 13 tahun 2011 tentang Retribusi Daerah khususnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang. Teori implementasi yang digunakan adalah Metter dan Horn dalam Agustino (2008) dengan metode deskriptif, pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian implementasi Perda Kota Serang nomor 13 tahun 2011 tentang retribusi daerah khususnya IMB secara umum sudah baik karena sudah adanya inisiatif pemerintahan setempat yang mengarah pada upaya peningkatan realisasi penerimaan retribusi IMB peningkatan pelayanan Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang, serta dengan mengesahkan Peraturan Walikota (Perwal) pelimpahan IMB rumah tinggal kepada pihak kecamatan di masing-masing wilayah Kota Serang. Meskipun, penerimaan retribusi IMB belum sepenuhnya optimal karena kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum memadai, serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam mengurus IMB. Saran yang dapat diberikan yaitu mengoptimalkan SDM khususnya tenaga teknis lapangan dari segi kualitas dan kuantitas, memberdayakan pihak kecamatan dalam menyelenggarakan IMB rumah tinggal, sosialisasi yang lebih merata kepada masyarakat, serta pemberian sanksi yang tegas pada bangunan yang tidak memiliki izin.

  Kata Kunci: Implementasi, Perda, Retribusi, IMB

  

ABSTRACT

Royhan Fathan. 6661110118. Implementation Regional Regulation No. 13 Year

2011 in Serang City Retribution (Case Study Permits Building) in Serang city.

Departement of Public Administration. Faculty of Social and Political Sciences.

The 1st advisor: Listyaningsih, S. Sos., M.Si. 2nd advisor: Ipah Ema Jumiati,

S.Ip., M.Si.

  

The background of this research is not optimal reception retribution from the

licensing sector, particularly the Building Permit. The purpose of this study to

determine the implementation of the Regional Regulation (Perda) Serang city

number 13 of 2011 on regional levies particularly levy Building Permit (IMB) in

Serang city.

  Implementation’s theory used is Metter and Horn in Agustino (2008)

with a descriptive method, qualitative approach. Data collection techniques are

interviews, observation and documentation. Analysis of data using models Miles

and Huberman. Implementation of research results Serang city government

regulation number 13 of 2011 on levies particularly IMB is generally good

because it is the local government initiatives directed to the realization of

retribution IMB service improvement Integrated Service Agency and Investment

(BPTPM) Serang city, as well as with Regulations authorize the Mayor (Perwal)

permit the transfer of residence to the districts in each region of Serang.

Although, retribution IMB has not been fully optimized for the conditions of

Human Resources is not adequate, and low public awareness in the care of IMB.

Advice can be given that optimize human resources, especially technical

personnel field in terms of quality and quantity, to empower the district in holding

the residence permit, a more equitable dissemination to the public, as well as the

provision of strict sanctions in buildings that do not have permission.

  Keywords: Implementation, regulation, Levy, IMB

  “Kerja Keras, Jujur, dan Disiplin”

Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa & Mama tercinta yang tak

pernah lelah untuk memberikan waktu, tenaga, uang dan doa yang tak

pernah terputus, serta adik yang telah memberikan dukungan dan doa, tak

lupa untuk semua yang saya sayangi.

  

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

  Alhamdulillahirabbilalamin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada penulis, hingga skripsi ini terselesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih yang tak terhingga bagi kedua orang tua yang telah mengorbankan waktu, tenaga serta doa yang tak pernah terputus sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul IMPLEMENTASI PERATURAN

  

DAERAH KOTA SERANG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG IZIN

RETRIBUSI DAERAH KOTA SERANG (Studi Kasus Retribusi Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang) ini dengan baik, dan tepat pada

waktunya.

  Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam skripsi ini penulis berusaha menyampaikan beberapa hal tentang deskripsi permasalahan yang menjadi latar belakang dalam penelitian, landasan teori yang diacu, metode penelitian dan pembahasan hasil penelitian, serta kesimpulan akhir dari penelitian.

  Peneliti menyadari bahwa penyusunan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

  1. Yth. Bapak Prof. H. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa,

  2. Yth. Bapak DR. Agus Sjafari, M.Si., Dekan FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  3. Yth. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S.Sos,. M.Si., Pembantu Dekan I FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  4. Yth. Ibu Mia Dwiana W, M.Ikom., Pembantu Dekan II FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  5. Yth. Bapak Gandung Ismanto, S.Sos., M.M., Pembantu Dekan III FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

  6. Yth. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta

  7. Yth. Ibu Ipah Ema Jumiati, S.Ip., M.Si., Sekertaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Untirta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing II Skripsi

  8. Yth. Bapak Juliannes Cadith, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik

  9. Yth. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing I Skripsi

  10. Yth. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Administrasi Negara Pengajar, terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang telah disampaikan.

  11. Yth. Mama, Papa dan Adek Faris yang senantiasa memberikan motivasi, doa dan semangatnya serta pengorbanannya dalam mengantarkan peneliti sampai menjadi seorang sarjana.

  12. Sahabat (Suhendar, Andani, Mursi, Ressa), dan FoSMaI 2014 yang selalu memberikan dukungan dan motivasi. Terima kasih atas segala masukan dan kritikannya, semoga kita bisa menjadi orang yang sukses.

  13. Seluruh teman-teman Mahasiswa Adm. Negara angakatan tahun 2011.

  14. Semua pihak yang telah membantu peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis sudah berusaha menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun, agar kelak penulis bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti hanya bisa berharap semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin..

  Serang, Juli 2015 Penulis Royhan Fathan

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................. i ABSTRAK ............................................................................................. ii

  

ABSTRACT ............................................................................................ iii

  LEMBAR ORISINALITAS .................................................................. iv LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................. v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vi KATA PENGANTAR ............................................................................ vii DAFTAR ISI ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

  1.2 Identifikasi & Batasan Masalah ...................................................... 16

  1.3 Batasan Masalah ............................................................................. 17

  1.4 Rumusan Masalah ........................................................................... 17

  1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 17

  1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 17

  1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................... 18

  BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Deskripsi Teori ...........................................................................

  21 2.1.1 Kebijakan Publik ..............................................................

  22 2.2.1 Implementasi Kebijakan Publik .......................................

  30 2.3.1 Pelayanan Publik ..............................................................

  41 2.4.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ........................................

  43 2.5.1 Retribusi Daerah ...............................................................

  44

  2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 53

  2.3 Kerangka Berpikir ........................................................................... 55

  2.4 Asumsi Dasar .................................................................................. 57

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................. 59

  3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian ..................................................... 59

  3.3 Lokasi Penelitian .............................................................................. 60

  3.4 Variabel Penelitian ........................................................................... 62

  3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 65

  3.6 Informan Penelitian .......................................................................... 69

  3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 70

  3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .............................................. 71

  3.9 Jadwal Penelitian ............................................................................... 76

  BAB IV HASIL PENELITIAN

  4.1 Deskripsi Objek Penelitian ................................................................ 77

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Serang .............................................. 77

  4.1.2 BPTPM Kota Serang .............................................................. 81

  4.1.3 Izin Mendirikan Bangun ........................................................ 84

  4.2 Deskripsi Data ................................................................................. 96

  4.2.1 Informan Penelitian .............................................................. 97

  4.2.2 Deskripsi Data Penelitian ..................................................... 98

  4.2.3 Hasil Temuan Lapangan ....................................................... 100

  4.2.4 Pembahasan ......................................................................... 141

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 156

  5.2 Saran ............................................................................................... 158 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ x

  

LAMPIRAN ........................................................................................... xii

  DAFTAR TABEL

  Halaman

  1.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Serang ....................... 6

  1.2 Realisasi PAD Retribusi Daerah Kota Serang .......................... 8

  1.3 Realisasi Retribusi IMB Tahun 2010-2013 .............................. 10

  1.4 Alasan Masyarakat Tidak Memiliki IMB Di Kecamatan Curug dan Walantaka Kota Serang ........................................... 14

  3.1 Pedoman Wawancara ............................................................... 67

  3.2 Informan Penelitian ................................................................. 69

  3.3 Jadwal Penelitian ...................................................................... 76

  4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Serang ................. 79

  4.2 Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Kota Serang ................... 80

  4.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Serang ............................. 80

  4.4 Koefisien Lantai Bangunan untuk IMB .................................. 94

  4.5 Prosentase Guna Bangunan untuk IMB .................................. 95

  4.6 Kodefikasi Informan Berdasarkan Kelompok ......................... 97

  4.7 Kodefikasi Informan Kelompok Pemerintah .......................... 97

  4.8 Produktivitas Total Kota Serang ............................................. 102

  4.9 Tingkat Pendidikan Kota Serang ............................................ 139

  4.10 Rekapitulasi Temuan Lapangan ........................................... 150

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman 2.1 Tiga Elemen Sistem Kebijakan ..........................................

  27 2.2 Proses Kebijakan Publik Menurut Easton ...........................

  28

  2.3 Implementasi Kebijakan Publik Model Meter dan Horn ............................................................................. 41

  2.4 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian ....................................

  56 3.1 Komponen Dalam Analisis Data ..........................................

  72

  4.1 Grafik Target dan Realisasi retribusi IMB Kota Serang Tahun 2010-2014 ......................................... 103

  4.2 Perkembangan PDRB Kota Serang Tahun 2009-2013 ........... 137

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Surat Izin Penelitian

  2. Catatan Lapangan

  3. Pedoman Wawancara

  4. Kategorisasi Data

  5. Member Check

  6. Foto-Foto

  7. Perda Kota Serang Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Izin Mendirikan Bangunan

  8. Perda Kota Serang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah.

  9. Lembar Catatan Bimbingan Skripsi.

  10. Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Desentralisasi dan otonomi daerah secara normatif, mengandung semangat mendekatkan negara pada masyarakat. Secara umum terdapat berbagai alasan mengapa desentralisasi merupakan suatu pilihan dalam sistem pemerintahan negara-negara di dunia. Diantaranya, ada anggapan bahwa desentralisasi pemerintahan mencerminkan pengelolaan aspek-aspek pemerintahan dan kehidupan sehari-hari secara lebih demokratis. Melalui desentralisasi pemerintahan, rakyat daerah diberi kesempatan yang lebih besar untuk berperan aktif dan ikut serta dalam membangun demi kemajuan daerahnya, karena mereka memang dianggap lebih mengetahui apa yang mereka inginkan dengan keadaaan daerahnya sendiri.

  Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara teoritis desentralisasi dan otonomi daerah dapat mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat, antara lain melalui pemotongan jalur birokrasi pelayanan, sehingga masyarakat dapat lebih mudah mengakses pelayanan pemerintah, terutama pelayanan pemerintah daerah. Mayoritas dari warga negara hanya peduli pada pelayanan administrasi yang lebih baik, lebih

  2 cepat, lebih sederhana prosedurnya, lebih terbuka, dan dengan biaya yang murah.

  Desentralisasi yang oleh banyak orang diyakini sebagai sistem pemerintahan yang lebih baik dari pada sentralisasi, terutama dalam pelayanan publik dilihat dari segi manajemen pemerintah desentralisasi dapat meningkatkan efektifitas, efisiensi dan akuntabilitas publik. Sedangkan dilihat dari segi percepatan pembangunan, desentralisasi dapat meningkatkan persaingan (perlombaan) antar daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya, dan ini mendorong pemerintah lokal untuk melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas pelayanan publik kepada warganya.

  Perbaikan pelayanan tersebut akan makin baik apabila didukung oleh sistem pemerintahan yang demokratis, terbuka, akuntabel dan memberi ruang partisipasi yang luas bagi masyarakat. Dengan sistem seperti itu maka tujuan akhir dari desentralisasi dan otonomi daerah berupa peningkatan kesejahteraan serta kemandirian masyarakat akan dapat tercapai. Sehingga kualitas layanan aparatur pemerintah kepada masyarakat menjadi salah satu indikator keberhasilan otonomi daerah.

  Untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggaraan dalam pelayanan publik, maka pemerintah menetapkan Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang bertujuan, Pertama terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik. Kedua, terwujudnya sistem

  3 penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik. Ketiga, terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Keempat, terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

  Di samping bertujuan menyelenggarakan pelayanan agar lebih baik dan lebih dekat dengan masyarakat lokal, adanya desentralisasi juga bertujuan agar pemerintah lebih leluasa membangun daerahnya, memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Untuk itu pemerintah daerah dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya guna dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai sumber pendapatan dalam rangka membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik, dan pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat.

  Gejala kontemporer inilah yang secara akademis dikenal sebagai paradigma New Public Service (NPS) sebagaimana diintroduksi oleh Denhart dan Denhart (2007:45-63), yang ditandai dengan dua karakteristiknya, yaitu penguatan peran publik dalam penyelenggaraan pemerintahan di satu sisi, serta orientasi kebijakan pemerintah yang lebih berpihak pada kepentingan publik di sisi lainnya. Dengan paradigma ini, maka warga negara ditempatkan sebagai focus of interest dalam pemerintahan dan pembangunan, dengan cara

  

“serving citizen, not customer; seeking the public interest; value citizenship

over accountability isn’t simple; serving rather than steering; dan value

  4

  people not just productivity

  .” Singkatnya dalam era paradigma NPS ini, keberhasilan pemerintah (baik pusat maupun daerah) akan ditentukan oleh dua determinan penting, yaitu: seberapa besar pemerintah dapat memberdayakan dan meningkatkan pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan, serta seberapa besar pemerintah mampu mengorientasikan dan mendayagunakan seluruh sumber daya yang dimiliknya untuk kepentingan masyarakatnya.

  Salah satu faktor yang sangat menentukan kesuksesan penyelenggaraan otonomi daerah adalah faktor keuangan, sekaligus sebagai tulang punggung bagi terselenggaranya kegiatan pembangunan pemerintah Daerah. Kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari kinerja daerah dalam mengelola keuangannya. Suatu daerah mampu berotonomi dilihat dari kemampuan keuangan daerah. Artinya, harus mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan terhadap pemerintah pusat harus seminimal mungkin sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.

  Menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004, keuangan daerah adalah kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri, yang didukung oleh perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

  5 Pemerintah Daerah sertaantara Provinsi dan Kabupaten/Kotamadya yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah, kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan pemerintahan menjadi kewenangan daerah.

  Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 pasal 1 menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah, yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah berasal dari : (1) Pajak Daerah; (2) Retribusi Daerah; (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dan, (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

  Oleh sebab itu, PAD merupakan faktor penting dalam otonomi daerah. Dengan menggali berbagai potensi pada suatu daerah diharapkan daerah dapat memanfaatkan potensi yang ada untuk meningkatkan pembangunan daerahnya. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah untuk mengatur rumah tangganya sendiri, maka daerah memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pemerintah pusat. Oleh karena itu, disamping fungsi utama pemerintah daerah sebagai penyedia layanan kepada masyarakat, adanya otonomi daerah otomatis menuntut pemerintah daerah dalam hal menggali berbagai potensi daerah yang ada.

  Sebagai daerah otonom yang baru terbentuk tanggal 10 Agustus 2007 berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007, Kota Serang dihadapkan pada tantangan dan permasalahan yang cukup kompleks dalam

  6 meningkatkan kemandirian daerahnya agar sejajar dengan daerah otonom lainnya. Salah satu tantangan besarnya adalah upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam peningkatan Pendapatan Daerah, khususnya Pendapatan Asli Daerah.

1 PENDAPATAN 516.137.346.543 702.985.618.416 770.774.326.376 869.332.566.869

1.1 Pendapatan Asli Daerah 25.098.799.362 41.890.334.759 58.667.905.964 65.376.087.452

1.2 Dana Perimbangan 403.362.709.524 450.999.173.034 538.328.650.296 600.180.687.989

  

1.3.1 Dana Hibah - - - -

  

Sumber : DPKD Kota Serang 2013, dalam Kajian Potensi Retribusi Kota Serang (2014)

Pendapatan No 2010 2012 2011

  

1.3.5 Bantuan Keuangan Dari Provinsi Atau 11.000.000 23.305.000.000 50.005.000.000 13.489.000.000

Pemerintah Daerah Lainnya 2013

  

1.3.4 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 46.642.105.200 145.795.836.540 68.626.820.000 120.614.169.000

  

1.3.3 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan 30.033.732.457 40.995.274.083 55.115.950.116 69.672.622.455

Pemerintah Daerah Lainnya

  

1.3.2 Dana Darurat - - - -

  

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 45.728.800.000 47.239.000.000 49.457.830.000 35.555.680.000

  Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa masalah terutama yang berkaitan dengan realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Serang.

  

1.2.2 Dana Alokasi Umum 315.997.942.000 365.683.500.000 442.554.608.000 513.769.007.000

  

1.2.1 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil 4.263.597.524 38.076.673.034 26.316.212.296 50.856.000.989

Bukan Pajak

  

1.1.4 Lain-lain PAD yang Sah 3.162.073.079 5.924.713.114 9.882.967.915 9.707.246.980

  

1.1.3 Hasil Pengelolaan Keuangan - - - -

Daerah yang Dipisahkan

  

1.1.2 Retribusi Daerah 10.006.785.982 7.009.704.396 7.666.801.292 10.539.095.627

  

1.1.1 Pajak Daerah 11.929.940.301 28.955.917.249 41.118.136.757 45.129.744.818

  

Realisasi Pendapatan Daerah Kota Serang

Tahun 2010-2013

  Tabel 1.1

  Pertama, minimnya realisasi pendapatan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Serang. Untuk membuktikan apakah Pendapatan Asli Daerah Kota Serang yang ada mampu memberikan kontribusi optimal terhadap realisasi pendapatan daerah Kota Serang berikut dipaparkan struktur pendapatan daerah Kota Serang, sebagaimana tertera dalam Tabel 1.1 berikut ini:

1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 87.675.837.657 210.096.110.623 173.747.770.116 203.775.791.455

  7 Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut diketahui bahwa permasalahan nyata yang tengah dihadapi oleh Pemerintah Kota Serang adalah minimnya

  Pendapatan Daerah yang berasal Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Serang. Pada tahun 2013 jumlah keseluruhan Pendapatan Daerah Kota Sebesar Rp. 869.332.566.869,00 struktur pendapatan tersebut didominasi oleh dana perimbangan lebih dari Rp.600 milyar (69,04%) dan lain-lain pendapatan yang sah mencapai lebih dari Rp. 203 milyar atau sekitar 23,44% dari total Pendapatan dari Kota Serang, sementara Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Serang hanya sekitar Rp. 65 Milyar atau hanya 7,52% saja.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Serang yang relatif kecil disebabkan oleh minimnya pendapatan dari sektor retribusi, fenomena ini tidak hanya menjadi indikasi rendahnya kemandirian keuangan daerah pada satu sisi, namun juga rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta rendahnya kapasitas pemerintah daerah dalam mengelola potensi ekonomi wilayahnya.

  Dilatarbelakangi oleh kondisi inilah maka diperlukan kajian obyektif dan mendalam dalam rangka menganalisis kendala yang dialami oleh Pemerintah Kota Serang menggali potensi pendapatan daerah, khususnya yang berasal dari retribusi daerah. Retribusi perlu mendapatkan perhatian serius karena potensinya masih dapat terus digali. Sementara meski pajak daerah memiliki kontribusi yang lebih besar dari retribusi, namun sumber- sumbernya telah sangat jelas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

  8 Nomor 28 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sehingga tantangan dalam bidang pajak daerah lebih banyak menyangkut peningkatan efektivitasnya pada masing-masing sumber pajak daerah tersebut.

  Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2011 tentang retribusi Daerah, Kota Serang memiliki 3 (tiga) jenis retribusi daerah yaitu: (1) retribusi umum; (2) retribusi jasa usaha; serta (3) retribusi perizinan tertentu. Terkait potensi retribusi daerah Kota Serang, di tahun 2012 Badan Pelayan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang menargetkan Retribusi daerah sebesar Rp. 2.050.000.000 dan terealisasi sebesar Rp.2.040.881.550 atau sekitar 99,565 dari target yang telah direncanakan.

  Adapun estimasi Pendapatan Asli Daerah (Retribusi Daerah) yang sesuai dengan DPA Tahun Anggaran 2012 dan realisasi pencapaian target Tahun Anggaran 2012 dijelaskan dalam Tabel 1.2 sebagai berikut:

  Tabel 1.2

  

Realisasi PAD Retribusi Daerah Kota Serang

Tahun Anggaran 2012

Kode Rekening URAIAN ESTIMASI REALISASI %

  

4.1.2.02 Retribusi Jasa Usaha 5.000.000 5.104.000 102,08

  4.1.2.02.01 Retribusi Pemakaian 5.000.000 5.104.000 Kekayaan Daerah (IPTN)

  4.1.2.03 Retribusi Perijinan Tertentu 2.045.000.000 2.035.777.550 99,55

  4.1.2.03.01 Retribusi Ijin Mendirikan 1.800.000.000 1.684.776.600 93,60 Bangungan (IMB)

  

4.1.2.03.01 Retribusi Ijin Gangguan / 245.000.000 351.000.950 143,27

Keramaian (HO) TOTAL 2.050.000.000 2.040.881.550 99,56

  Sumber: Laporan Pertanggungjawaban BPTPM Kota Serang TA. 2012

  9 Ketiga sumber retribusi dalam tabel 1.2, yaitu : (1) Retribusi pemakaian kekayaan daerah yang terkait mengenai Izin Penggunaan Tanah

  Negara (IPTN); (2) retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), yang mencakup IMB untuk bangunan rumah tinggal, bangunan jasa/perdagangan, industri, maupun balik nama kepemilikan IMB; serta (3) retribusi izin gangguan (Hinder Ordinantie/HO) dan ketiga sumber retribusi tersebut merupakan bagian dari perizinan yang dilayani oleh Badan Pelayanan dan Penanaman Modal (BPTPM).

  Berdasarkan keterangan tabel 1.2 diatas, dari ketiga jenis retribusi diketahui bahwa realisasi dari retribusi pemakaian kekayaan daerah (IPTN) dan retribusi ijin gangguan (HO) telah melampaui estimasi Pemerintah Kota Serang, hal ini disebabkan karena jumlah pendaftar untuk kedua jenis retribusi tersebut selalu meningkat setiap tahunnya. Namun, meski retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam hal ini mendominasi realisisasi PAD retribusi daerah Kota Serang, akan tetapi realisasi sebesar Rp.

  1.684.776.600,00 belum mampu mencapai estimasi yang ditargetkan pemerintah Kota Serang yaitu sebesar Rp. 1.800.000.000,00. Untuk itu dalam penelitian ini akan memusatkan perhatian pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor retribusi daerah, khususnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

  Selanjutnya untuk mengetahui realisasi penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Serang, dalam Tabel 1.3 berikut ini, digambarkan perbandingan antara estimasi yang ditetapkan pemerintah Kota

  10 Serang dengan realisasi retribusi IMB yang diterima oleh pemerintah Kota Serang dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013.

Tabel 1.3 Realisasi PAD Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Serang

  

Tahun Anggaran 2010 - 2013

RETRIBUSI TAHUN PENDAFTAR ESTIMASI REALISASI %

2010 300 Rp 1.000.000.000 Rp 1.328.070.300 132,8

Retribusi Ijin 2011 256 Rp 1.400.000.000 Rp 1.250.356.750 89,3

  Mendirikan

Bangunan (IMB) 2012 431 Rp 1.800.000.000 Rp 1.684.676.600 93,6

2013 393 Rp 2.200.000.000 Rp 1.897.961.000 86,2

Sumber: Rekap Perizinan BPTPM Kota Serang 2010 s.d. 2013.

  Sebagaimana dijelaskan pada tabel 1.3 di atas, meskipun dalam 3 (tiga) tahun terakhir realisasi IMB tidak mencapai estimasi yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Serang, namun peningkatan realisasi retribusi IMB dari tahun 2010-2013 menunjukkan bahwa Kota Serang memiliki potensi cukup besar dari sektor retribusi IMB yang memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan daerah dari sumber PAD serta dapat meningkatkan indeks kemandirian fiskal daerah.

  Sehingga masalah kedua yang dapat diketahui yaitu, belum maksimalnya realisasi retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang dirasa perlu mendapatkan perhatian serius, karena disamping potensi yang masih sangat besar untuk menyokong PAD dari sektor retribusi, juga

  11 penting untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pembanguanan Kota Serang.

  Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat Kota Serang akan pentingnya memiliki IMB, hal ini dapat dibuktikan dengan observasi awal yang telah dilakukan dengan cara wawancara yang melibatkan beberapa masyarakat pemilik usaha atau rumah tinggal yang tersebar di beberapa Kecamatan di Kota Serang. Seperti halnya keterangan yang diungkapkan oleh salah seorang warga pemilik rumah yang tinggal di Kelurahan Cipocok Kecamatan Cipocok Jaya Kota Serang, menyatakan bahwa rumah yang ditempatinya saat ini merupakan rumah peninggalan orangtuanya, sehingga beliau tidak merasa berkewajiban untuk mengurus IMB karena bangunan yang saat ini ditempatinya sudah ada, sebelum adanya peraturan daerah yang mewajibkan setiap orang harus memiliki IMB pada bangunan yang ditempatinya.

  Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang ibu pemilik rumah sekaligus pemilik warung makan yang tinggal wilayah Kecamatan Taktakan Kota Serang, yang menjelaskan bahwa beliau tidak mengetahui adanya kewajiban mengurus IMB, disamping itu beliau juga tidak paham cara mengurusnya, selain itu beliau merasa keberatan jika benar-benar diharuskan mengurusnya karena penghasilan yang relatif kecil dari usahanya.

  Selain itu, menurut salah satu pemilik rumah yang tinggal di Kelurahan Margaluyu Kecamatan Kasemen Kota Serang, beliau mengatakan bahwa rumah/bangunan yang saat ini ditempati, diperoleh atas kegiatan jual

  12 beli dengan seseorang yang sebelumnya pernah tinggal di rumah/bangunan tersebut. Saat kegiatan jual beli, penjual tidak menyertakan IMB atas bangunan tersebut sehingga bangunan yang saat ini ditempati, tidak disertakan IMB.

  Fenomena serupa juga ditemui di Kecamatan Curug dan Walantaka Kota Serang, hal ini diketahui berdasarkan pada hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) yang berjudul kajian potensi retribusi IMB, HO, dan IPTN di Kecamatan Curug dan Walantaka Kota Serang Tahun 2014, diketahui bahwa dari 345 masyarakat yang dijadikan sampel penelitian yang masing-masing tersebar di Kecamatan Curug dan Walantaka Kota Serang, hampir keseluruhan masyarakat tersbut mengatakan bahwa rumah tinggalnya, baik yang hanya digunakan sebagai rumah tinggal, maupun tempat usaha belum memiliki IMB sejak awal pembangunannya. Hanya sekitar 3-4 orang atau 1% saja yang telah memiliki IMB.

  Keempat, dengan wawancara yang telah dilakukan dengan melibatkan beberapa masyarakat di beberapa Kecamatan yang ada di Kota Serang, serta dengan melihat kondisi yang menunjukan bahwa hanya 1% masyarakat di 2 (dua) Kecamatan, yaitu Kecamatan Curug dan Walantaka yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB), secara langsung Ini mengindikasi bahwa masih banyak bangunan di Kota Serang pada umunya yang belum memiliki Surat Ijin Mendirikan Bangunan (SIMB).

  13 Kelima, belum tegasnya sanksi yang diterapkan oleh Pemerintah Kota

  Serang dalam menangani rumah tinggal atau tempat usaha tanpa memiliki

  IMB yang dalam hal ini mengacu pada Peraturan Daerah Kota Serang Nomor

  5 Tahun 2009 tentang Izin Mendirikan Bangunan Pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa tata cara pemberian sanksi yaitu; Pertama, teguran secara tertulis dari dinas berturut-turut sebanyak 3 (tiga) kali dengan selang waktu 1 (satu) Minggu. Kedua Apabila teguran sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak diindahkan, maka Walikota dapat melakukan penyegelan (pengosongan) atau pembongkaran terhadap bangunan yang melanggar ketentuan tersebut.

  Sanksi tersebut dirasa belum berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menumbuhkan persepsi negatif yang membawa masyarakat pada sikap ketidakpatuhan terhadap kewajiban termasuk kewajiban dalam mengurus

  IMB. Hal ini sejalan dengan pengakuan salah satu tokoh masyarakat sekaligus pemilik rumah yang tinggal di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang mengaku pernah mendapatkan surat edaran perihal kewajiban mengurus IMB terutama bagi pemilik rumah/bangunan yang belum menyertakan IMB pada rumah/bangunan yang ditempatinya, akan tetapi menurutnya belum adanya tindak lanjut dari pihak kelurahan maupun kecamatan membuat sebagian masyarakat tidak mengindahkan perihal surat edaran tersebut.

  Keenam, kurangnya sosialisi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Serang tentang manfaat pembuatan IMB. Hal ini terlihat dapat terlihat pada wawancara dengan masyarakat yang tersebar di beberapa Kecamatan bahwa

  14 mayoritas tidak mengetahui adanya kewajiban mengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan tata cara mengurus IMB. Disamping itu, dalam tabel yang dipaparkan berikut ini akan menjelaskan bahwa di dua Kecamatan yang ada dalam wilayah Kota Serang, yaitu Kecamatan Curug dan Walantaka tentang alasan masyarakat tidak memiliki IMB.

  Tabel 1.4

  

Alasan Masyarakat Tidak Memiliki IMB

Di Kecamatan Curug dan Walantaka Kota Serang

ALASAN BELUM MEMILIKI IMB Total Sampel Persentase

  Tidak Ada Sosialisasi = 293 Orang 85% Tidak Perlu memiliki IMB = 24 Orang 7% 345 Orang Tidak Wajib memiliki IMB = 21 Orang 6% Tidak Paham Prosedur = 4 orang 1% Sulit = 3 Orang

  1% Sumber : Kajian Potensi Retribusi Kota Serang 2014

  Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari 345 responden yang tersebar di Kecamatan Curug dan Walantaka, terdapat sebanyak 293 Orang atau sekitar 85% dari keseluruhan responden yang mengatakan bahwa belum adanya sosialisasi dari Pemerintah Kota Serang menjadi alasan utama masyarakat berpandangan tidak perlu memiliki IMB.

  Menurut keterangan Bapak Evan selaku Kepala Sub Bidang Pelayanan dan Perizinan Usaha di Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang menjelaskan bahwa BPTPM pernah melakukan sosialisasi ditahun 2012 dan 2013 terkait IMB di masing-masing kecamatan, selain itu tahun 2013 dan 2014 BPTPM juga sudah mencoba menyebarkan

  15 surat edaran di seluruh kecamatan khususnya pada bangunan rumah atau ruko yang belum disertakan IMB, beliau mengaku kendala yang saat ini dihadapi saat ini adalah semenjak adanya pemekaran dan Kota Serang telah resmi menjadi daerah otonom sendiri, penyelenggaraan perizinan khususnya IMB sepenuhnya menjadi otoritas BPTPM Kota Serang. Berbeda pada saat masih menjadi kabupaten, masing-masing kecamatan juga memiliki otoritas untuk menerbitkan IMB bagi masing-masing warganya. Hanya saja saat ini kecamatan tidak memiliki otoritas tersebut dan sepenuhnya ditanggung oleh BPTPM Kota Serang. Menurutnya, hal ini bisa jadi salah satu faktor yang memicu belum optimalnya realisasi penerimaan IMB di Kota Serang yang bisa jadi salah satunya disebabkan bahwa masyarakat yang memiliki tempat tinggal yang jauh dari BPTPM menjadi enggan untuk mengurus IMB.

  Ketujuh, adalah masalah yang berkaitan dengan Sumber Daya Manusia (SDM) di Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPTPM) Kota Serang, khususnya tenaga lapangan yang khusus menangangi

  IMB, berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Efan selaku Kepala Sub Bagian Pelayanan dan Perizinan Usaha BPTPM tersebut, diketahui bahwa khusus bagian IMB, hanya ada 1 (satu) orang tenaga lapangan yang bertugas mensurvei sekaligus melakukan pengawasan untuk rumah/ruko yang belum memiliki IMB, hal ini tentu tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang terdapat di 6 (enam) Kecamatan yang ada di Kota Serang.

  Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk mendalami penyebab yang menghambat pengoptimalisasian

  16 Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari retribusi Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Kota Serang dari sisi pemerintah. Disisi yang lain, dibutuhkan kajian untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi masyarakat dalam mengurus IMB.

  Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil judul implementasi kebijakan publik sebagai focus penelitian, adapun kebijakan publik yang diimplementasikan pada penelitian ini adalah Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2011 tentang retribusi daerah, melalui studi kasus retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Serang.