IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

( Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru)

Oleh :

Sri Maulidiah, S.Sos Drs. Rahyunir Rauf, M.Si Yendri Nazir, S.Sos, M.Si

Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fisipol UIR, Pekanbaru

Abstract

This recear has purpose to Pekanbaru City Regional Implementation Regulation No. 5 of 2008 concerning Population Administration (Ownership case study of indentity card on student in Pekanbaru city) and also identify obstacles to the implementation of regional regulation in Pekanbaru No. 5 of 2008.

Location of research namely The Islamic University of Riau (UIR), University of Riau (UR), University of Lancang Kuning (UNILAK), State Islamic University of Sultan Syarif kasyim (UIN SUSKA), with a student population of the Islamic University of Riau (UIR), University of Riau (UR), University of Lancang Kuning (UNILAK), UIN SUSKA in adding The Bukit Raya sub-district heads, the Tampan subdistrich head, head subdistrich of Rumbai as key informants. And take a sample of 80 people who are considered to represent the total population.

The conclusion from this study that the implementation of regional regulation No 5 of Pekanbaru city 2008 on civil registration is in the category “ less good” state government is the lack of socialization among college students about the importance of identity card ie ID card.

Keywords : Regulation No. 5 of Pekanbaru city 2008, Identity card.

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal mulai dari pemerintah pusat sampai kepada pemerintah daerah. Pelayanan adalah merupakan kata kunci yang mencerminkan eksistensi pemerintah, termasuk kecamatan pada pemerintah di daerah.

Adapun tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu sistem ketertiban didalam mana masyarakat bisa menjalani kehidupannya secara wajar. Oleh karena itu, secara umum, tugas-tugas pokok pemerintahan mencakup tujuh bidang pelayanan yaitu : menjamin keamanan, memelihara ketertiban, menjamin diterapkannya perlakukan yang adil, melakukan pekerjaan umum, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, menerapkan kebijakan ekonomi, dan menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Salah satu bentuk tugas dan sekaligus merupakan satu pelayanan yang harus diberikan pemerintah adalah memberikan data identitas sebagai warga negara sesuai dengan tempat berdomisili diseluruh wilayah kekuasaan hukum.

Di Indonesia, penyelenggaraan system pendaftaran (pencatatan) penduduk dan pencatatan sipil belum dapat secara maksimal didayagunakan dalam penyelenggaraan dokumen- dokumen hukum maupun data kependudukan. Banyak kejadian yang sangat penting dan kejadian kependudukan seperti kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian penduduk belum tercatat secara benar. Kepemilikan dokumen penduduk yang merupakan alat bukti sah, banyak belum dimiliki oleh penduduk.

Dalam sistem administrasi kependudukan yang berlaku di Indonesia, di kaitkan dengan pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil, bentuk dan fungsi dokumen dapat diklasifikasikan sebagai berikut : biodata sebagai alat untuk menjaring data penduduk ; akta- akta merupakan kartu catatan tentang peristiwa atau kejadian penting seseorang; paspor; Keterangan Tinggal Sementara (kitas), Keterangan Tinggal Tetap (kitap) merupakan kartu kelengkapan administrasi dalam rangka mobilitas, Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) ; Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) yang merupakan kartu identitas diri bagi penduduk yang sudah menjadi warga negara Republik Indonesia.(Depdagri)

Secara umum, dari berbagai bentuk dokumen di atas bahwa yang mempunyai frekwensi mobilitas tinggi untuk kepentingan publik adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga, namun demikian secara khusus fungsi KTP adalah sebagai alat bukti diri yang sah untuk menunjukkan domisili atau tempat tinggal seseorang disalah satu wilayah negara Republik Indonesia serta dipergunakan sebagai alat untuk memenuhi berbagai kelengkapan administrasi dalam kehidupan bermasyarakat, birokrasi/ kelembagaan, bisnis/ ekonomi, aspek hukum dan sosial serta informasi dan komunikasi.

Dilihat dari pentingnya KTP sebagai salah satu alat bukti yang sah, maka Pekanbaru sebagai satuan wilayah pemerintahan yang ada di Propinsi Riau telah mengeluarkan kekuatan aturan hukum masyarakat yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru dengan Nomor : 08 tahun 2000 Tentang Pendaftaran Penduduk.

Dimana dalam Perda Nomor 8 tahun 2000 tersebut dijelaskan pada pasal 29 pada Bab

VII menjelaskan pada ayat:

1. Setiap penduduk yang berusia di atas 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin, wajib memilik KTP (Kartu Tanda Penduduk).

2. Setiap penduduk hanya memiliki 1 (satu) KTP.

3. KTP Warga Indonesia diberi keterangan kewarganegaraan Indonesia dan KTP warga Negara asing diberi keterangan sesuai kewarganegaraannya.

4. Kewajiban memiliki KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak yang bersangkutan menjadi penduduk dan atau telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah / pernah kawain.

5. Kewajiban memiliki KTP yang melebihi jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (4) pasal ini, proses penyelesaiannya dilaksanakan oleh Camat setelah mendapat persetujuan Walikota Pekanbaru.

Namun seiring telah berkembangnya tekhnologi dan semakin baiknya pendataan administrasi kependukan di Indonesia, maka seiring dengan peraturan pemerintah pusat, Kota Pekanbaru telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan.

Sebagai ibukota Propinsi Riau, Kota Pekanbaru merupakan wilayah yang memiliki fasilitas yang lengkap dibanding dengan wilayah Kota dan Kabupaten lainnya. Seperti halnya fasilitas pendidikan tinggi yang ada di Kota Pekanbaru sampai mencapai 6 (enam) perguruan tinggi seperti :

 Universitas Riau (UR)  Universitas Islam Riau (UIR)  Universitas Islam Negeri (UIN)  Universitas Lancang Kuning  Universitas RAB  Universtas Muhammadiyah Riau

Salah satu perguruan tinggi yang telah lahir lebih awal di Pekanbaru adalah Universitas Islam Riau yang disingkat dengan UIR memiliki 8 (delapan) fakultas yaitu Fakultas Hukum, Agama Islam, Teknik, Pertanian, Ekonomi, FKIP, Fisipol dan Fakultas Psikolog. Saat ini mahasiswa yang telah terdaftar pada tahun akademis 2008/2009 berjumlah 13.547 (tiga belas ribu lima ratus empat puluh tujuh) orang yang terdiri dari 7.723 (tujuh ribu tujuh ratus dua puluh tiga) orang mahasiswa laki-laki dan 5.824 (lima ribu delapan ratus dua puluh empat) orang mahasiswa perempuan.

Tabel 1.Jumlah Mahasiswa Universitas Islam Riau (UIR) Tahun Akademis 2008/2009 Per- Fakultas NO

2 Agama Islam

3 Teknik

4 Pertanian

5 Ekonomi

6 FKIP

7 Fisipol

Sumber : BAAK UIR, 2009

Mahasiswa yang terdaftar pada Universitas Islam Riau (UIR) rata-rata adalah masyarakat pendatang yang berasal dari beberapa Propinsi dan Kabupaten/Kota se- Indonesia. Hal ini didukung oleh jumlah mahasiswa yang tinggal di daerah lingkungan kampus dengan menggunakan rumah sewaan (rumah kos), dan telah berbaur dengan masyarakat setempat.

Sebagai perbandingan dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang ada di Kota Pekanbaru salah satunya adalah Universitas Riau. Dimana dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang terdaftar pada tahun 2008-2009 berjumlah 20.795 yang terdiri dari 10 Faklutas. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dapat dilihat jumlah mahasiswa Universitas Riau yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2 . Jumlah Mahasiswa Universitas Riau Tahun Akademis 2008/2009 Per- Fakultas NO

4 F. Kedokteran

8 F. Tekhnik

9 F. Hukum

Sumber : Puskom Universitas Riau, 2009

Selanjutnya dapat dilihat jumlah mahasiswa yang ada di Universitas Islam Negerui Sultan Syarif Kasim Riau tahun akademik 2008-2009 berjumlah 11.909 yang terdiri dari 8 fakultas. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dapat dilihat jumlah mahasiswa yang ada di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2008-2009 sebagai berikut :

Tabel 3 . Jumlah Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun Akademis 2008/2009 Per- Fakultas.

1 Tarbiyah dan Keguruan

2 Syari`ah dan Ilmu Hukum

4 Dakwah dan Ilmu Komunikasi

5 Sains dan Teknologi

7 Ekonomi dan Sosial

8 Pertanian dan Peternakan

Jumlah

Selanjutnya dapat dilihat jumlah universitas yang ada di Kota Pekanbaru yang dinilai cukup besar jumlah mahasiswanya adalah Universitas Lancang Kuning berjumlah 8.172 orang. Untuk lebih jelasnya dibawah ini dapat dilihat jumlah mahasiswa dari Universitas Lancang Kuning sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah Mahasiswa Universitas Lancang Kuning Tahun Akademis 2008/2009 Per- Fakultas. NO

1 Fakultas Ilmu Administrasi

2 Fakultas Ekonomi

3 Fakultas Teknik

4 Fakultas Pertanian

5 Fakultas Hukum

6 Fakultas Ilmu Budaya

7 Fakultas Kehutanan

8 Fakultas Ilmu Komputer

9 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Sumber : Puskom Universitas Lancang Kuning , 2009

Dengan berbaurnya mahasiswa dengan masyarakat sudah tentu akan memberikan suatu hubungan kekuatan hukum yang harus dipatuhi. Hal ini disebabkan dengan adanya tanggung jawab Ketua Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) yang memiliki tugas dan kewajiban untuk mendata penduduk. Oleh sebab itu dengan adanya masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah Kota Pekanbaru, maka mahasiswa sebagai masyarakat Kota Pekanbaru harus memiliki identitas diri yang telah diatur oleh Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. Dengan kata lain mahasiswa harus memiliki identitas yaitu Kartu Keluarga (KK), Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemberian Nomor Induk (NIK), Mutasi Penduduk dan Pengolahan data Penduduk serta Penyuluhan.

Selanjutnya apabila dilihat dari pelaksanaan pra survey yang dilakukan penulis bahwa dari 20 (dua puluh) orang yang dilakukan wawancara langsung dengan menanyakan terhadap kepemilikan KTP, maka jawaban mahasiswa tersebut tidak memiliki KTP. Adapun alasan yang diberikan ada 2 (dua) yaitu :

 KTP bisa digantikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), sehingga sampai saat ini tidak dibutuhkan KTP melainkan setelah lulus kuliah baru mengurus KTP dengan alasan untuk mencari kerja.

 Melihat dari kondisi mahasiswa yang diwawancarai sebanyak 15 (lima belas) orang dari luar Kota Pekanbaru, sehingga mahasiswa mempunyai alasan susah

mengurus surat pindah.  Selanjutnya apabila terjadi razia, maka mahasiswa tersebut menunjukkan Kartu

Tanda Mahasiswa. Sementara itu dapat dilihat bahwa dalam peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan pada pasal 19 dijelaskan bahwa : 1). Setiap penduduk yang berusia di atas 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin, wajib memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk).

3). Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki izin tinggal tetap dan sudah berumur 17 Tahun wajib memiliki KTP. 4). KTP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 berlaku secara nasional.

5) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir. Berkaitan dengan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melihat dan meneliti permasalahan tersebut dengan mengangkat judul : Implementasi Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru)

PERUMUSAN MASALAH

Kota Pekanbaru merupakan wilayah pemerintahan yang saat ini telah dapat berdiri dan mengatur diri sendiri dalam melayani dan mengayomi masyarakat, sejak diberlakukannya Undang – Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Bentuk otonomi daerah yang saat ini dikenal yang merupakan bagian implementasi Undang – Undang tersebut. Oleh sebab itu masyarakat merupakan kekuatan yang kuat dalam menjalin hubungan kerjasama dalam pelaksanaan program dan peraturan yang ditetapkan pemerintahan kota sampai ketingkat kecamatan dan kelurahan. Hal ini dicerminkan pada Perda Nomor 5 tahun 2008 tersebut dijelaskan pada pasal 19 pada bagian keempat menjelaskan bahwa setiap penduduk yang berusia di atas 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin, wajib memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk), setiap penduduk hanya memiliki 1 (satu) KTP, Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki izin tinggal tetap dan sudah berumur 17 Tahun wajib memiliki KTP dan penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.

Namun melihat kepemilikan KTP pada mahasiswa di Kota Pekanbaru masih rendah, maka dapat dirumuskan masalah : Bagaimanakah Implementasi Peraturan Daerah Kota

Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) .

1. Tujuan Penelitian

untuk mengetahui Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada

Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) dan juga untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru).

2. Manfaat Penelitian

a. Bahwa dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memacu perkembangan Ilmu Pemerintahan minimal dapat memperkaya inventaris hasil-hasil penelitian di bidang Ilmu Pemerintahan pada umumnya, dan Inventaris Ilmu penelitian dibidang sistem pelaksanaan Peraturan Daerah.

b. Dari hasil penelitian ini dapat di harapkan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Pekanbaru pada umumnya dan pada mahasiswa b. Dari hasil penelitian ini dapat di harapkan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Pekanbaru pada umumnya dan pada mahasiswa

Studi Kepustakaan

Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan di Indonesia yang berlandaskan demokrasi, pemerintah tidak akan dapat berjalan sendiri tanpa ada dukungan dari masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah dalam hal ini memiliki 3 (tiga) fungsi yang harus dijalankan oleh pemerintah. Ryasid dkk (1997 : 14) mengemukakan 3 (tiga) fungsi – fungsi tersebut di Indonesia adalah :

1. Fungsi Pengaturan yang dijalankan oleh MPR, Presiden dan DPR. MPR membuat dan merubah UUD, membuat ketetapan- ketetapan MPR dan keputusan-keputusan MPR. Presiden bersama-sama dengan DPR membuat Undang-Undang, sementara Presiden sendiri dapat membuat peraturan pemerintah, peraturan pemerintah pengganti Undang-Undang yang kedudukannya setara dengan Undang-Undang tetapi harus mendapat persetujuan DPR pada sidang berikutnya dan kalau tidak disetujui maka harus dicabut. Disamping itu presiden juga mempunyai hak untuk membuat keputusan presiden dan instruksi presiden.

2. Fungsi Pemberdayaan yang dijalankan oleh pihak eksekutif/Presiden. Lembaga ini sebagai pemegang wewenang untuk melaksanakan kebijaksanaan yang ada dapatsecara langsung mendorong pemberdayaan masyarakat. Meskipun demikian fungsi yang dilakukan oleh pemerintah ini juga melibatkan MPR, terutama sekali melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ada didalam GBHN dan ketetapan- ketetapan lainnya.

3. Fungsi Pelayanan sebagaiman halnya dengan fungsi pemberdayaan, lebih banyak dilakukan oleh lembaga eksekutif / presiden. Hal ini dikarenakan lembaga ini yang secara langsung berhadapan dengan masyarkatmdengan kebijaksanaan – kebijaksanaanyang diimplementasikan.

Sementara itu Kencana (1993 : 9) mengemukakan bahwa sistem pemerintahan, politik dan administrasi negara Republik Indonesia ini harus merupakan penjabaran nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, dalam keseluruhan penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan, dalam rangka mewujudkan masyarakat adil makmur. Dalam eksistensinya sistem pemerintahan, politik dan administrasi Negara ini akan berkembang terus menerus sesuai dengan perkembangan tugas dan fungsi pemerintahan serta perubahan dan perkembangan yang ada dalam faktor lingkungan.

Rasyid (2002 : 14 ) mengemukakan bahwa tugas-tugas pokok pemerintahan adalah :

1. Menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan serangan dari luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam yang dapat nebggulingkan pemerintah yang sah atau mengancam integritas negara melalui cara-cara kekerasan.

2. Memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya gontok-gontokan diantara warga masyarakat, menjamin agar perubahan apapun yang terjadi didalam masyarakat dapat berlangsung secara damai.

3. Menjamin diterapkannya perlakukan yang adil kepada setiap warga masyarakat tanpa membedakan status apaapun yang melatar belakangi keberadaan mereka.

4. Melakukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non– pemerintah, atau yang akan lebih baik .

5. Melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

6. Menerapkan kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas.  Menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumber daya alam dan lingkungan

hidup. Apabila ditinjau terhadap daerah otonom, Nurcholis ( 2005 : 55 – 56) mengemukakan bahwa : “daerah otonom adalah satuan pemerintahan di daerah yang penduduknya berwenang mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berdasarkan aspirasinya. Daerah ini menjadi otonom karena pemerintah pusat melakukan desentralisasi territorial kepadanya”.

Kaho (1997 : 80) berpendapat bahwa suatu daerah disebut daerah otonom apabila memiliki atribut sebagai berikut :  Mempunyai urusan tertentu yang disebut urusan rumah tangga daerah ; urusan rumah tangga daerah ini merupakan urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah.

 Urusan rumah tangga daerah itu diatur dan diurus / diselenggarakan atas inisiatif /prakarsa dan kebijaksanaan daerah itu sendiri.

 Untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerah tersebut, maka daerah memerlukan aparatur sendiri yang terpisah dari aparatur pemerintah pusat, yang

mampu untuk menyelenggarakan urusan rumah tangga daerahnya.  Mempunyai sumber keuangan sendiri yang dapat menghasilkan pendapatan yang

cukup bagi daerah. Agar dapat membiayai segala kegiatan dalam rangka penyelenggaraan rumah tangga daerahnya.

Dari kewenangan yang diberikan oleh pemerintah untuk mengatur wilayahnya masing- masing yang sering disebut dengan otonomi daerah . Widjaja (2002 : 7) mengemukakan bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Sebagai daerah otonom yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggung jawaban kepada masyarakat.

Nugroho (2004 : 101) menjelaskan bahwa perumusan kebijakan adalah inti dari kebijakan publik yang dilihat dari kebijakan publik yang ditujukan untuk melakukan intervensi terhadap kehidupan publik untuk meningkatkan kehidupan publik itu sendiri yang dinilai dari ketersediaan kemampuan sumber daya manusia.

Dilihat dari konsep kebijakan pemerintah, maka Anderson dalam Koryati (2005:7) mengemukakan bahwa kebijakan merupakan pengembangan yang dilakukan oleh institusi pemerintah dan aparaturnya. Sehingga kebijakan tersebut dapat dikatakan bahwa :

 Kebijakan pemerintah selalu mempunyai tujuan tertentu atau merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan.

 Kebijakan itu berisi tindakan-tindakan atau pola-pola tindakan pejabat pemerintah.  Kebijakan merupakan apa yang benar-benar dilakukan pemerintah, jadi bukan

merupakan apa yang baru menjadi maksud atau pernyataan pemerintah untuk melakukan sesuatu.

 Kebijakan pemerintah itu bersifat positif dalam arti merupakan keputusan

 Kebijakan pemerintah dalam arti yang positif didasarkan atau selalu dilandaskan

pada peraturan perundang-undangan dan bersifat memaksa (otoritatip). Dalam mengukur pelaksanaan kebijakan tersebut Hugh Heglo dalam N. Dunn (2003 :

29) menyebutkan kebijakan sebagai suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan (a course of action intended to accomplish some end). Definisi Heglo ini selanjutnya diuraikan oleh Chalers Jones dalam kaitan dengan beberapa isi ukuran kebijakan yaitu;

1. Tujuan yaitu tujuan tertentu yang dikehendaki untuk dicapai.

2. Rencana atau proposals yaitu alat atau cara untuk mencapai tujuan.

3. Program atau cara tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau pengesahan untuk mencapai tujuan.

4. Keputusan yaitu tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.

5. Dampak (effect) yaitu yang ditimbulkan dari suatu program dalam masyarakat. Ada yang berpendapat bahwa pemerintah mengemban tiga fungsi hakiki, yaitu

pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan. Jika diperhatikan dalam-dalam, pembangunan bukanlah fungsi hakiki pemerintah, melainkan fungsi ad interm, sementara masyarakat belum mampu membangun diri sendiri. Sedangkan pemberdayaan mempunyai dua arti, yang pertama yaitu empowering, yaitu pemberian hak atau kesempatan kepada masyarakat untuk menyampakan dan memperjuangan aspirasinya atau menentukan masa depannya, jadi bersifat politik, yang kedua, pemberdayaan dalam arti enabling, yaitu proses pembelajaran untuk meningkatkan ability, capacity dan capability masyarakat untuk melaksanakan sesuatu demi menolong diri mereka sendiri dan memberikan sumbangan sebesar mungkin bagi integritas nasional. Fungsi pelayanan dapat dibagi dua yaitu fungsi primer dan fungsi sekunder dan keduanya ini adalah merupakan fungsi pelayanan bersifat universal, dijalankan seluruh bangsa dan Negara seluruh dunia, baik Negara maju maupun sedang berkembang, sesuai dengan kondisi masing-masing. (Ndraha, 2003 : 75).

Salah satu bentuk pelayanan pemerintah dalam pelayanan kepada masyarakat adalah dengan adanya bentuk pelayanan hukum yang memberikan perlindungan kepada masyarakat yang tertuang dalan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan.

Proses pendaftaran penduduk yang terdapat pada pasal 7 Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan menjelaskan bahwa : Penduduk Warga Negara Indonesia yang pindah ke kota wajib melapor kepada instansi pelaksana di daerah asal untuk mendapatkan surat keterangan pindah, dan penduduk tersebut harus melapor ke instansi pelaksana Kota untuk mendapatkan surat keterangan pindah dating yang terlebih dahulu melapor kepada Ketua RT,RW dan Lurah setempat. Selanjutnya dapat dilihat bahwa penduduk warga Negara Indonesia Kota yang pindah keluar kota wajib melapor ke instansi pelaksana yang terlebih dahulu melapor ke Ketua RT, RW dan Lurah setempat dan pindah sebagaimana dimaksud adalah berdomisilinya penduduk di alamat baru untuk lebih dari 1 (satu) tahun atau berdasarkan kebutuhan yang bersangkutan untuk waktu yang kurang dari 1 (satu) tahun. Dan surat pindah datang digunakan sebagai dasar penerbitan Kartu Keluarga Pendatang (KKP) dan Kartu Identitas Pendatang (KIP) dan KKP dan KIP digunakan sebagai dasar perubahan atau penerbitan KK dan KTP bagi penduduk yang bersangkutan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan KTP selama ini, fakta menunjukkan bahwa Dalam penyelenggaraan pelayanan KTP selama ini, fakta menunjukkan bahwa

1. Proses yang panjang dan biaya untuk mendapatkan KTP yang bervariasi dan tidak sesuai dengan Perda yang dibuat;

2. Untuk kota – kota besar disinyalir masih banyak penduduk yang menggunakan KTP ganda.

3. Spesifikasi KTP yang tidak seragam antara daerah yang satu dengan yang lain”

4. Pengelolaan KTP yang sudah berjalan atau sedang tahap rencana untuk diserahkan kepada pihak ketiga.

5. Rendahnya tingkat pengamanan dokumen yang beredar dikalangan masyarakat. (Depdagri, 2002 : 2)

Sedangkan untuk tujuan dari peningkatan pelayanan KTP adalah :

a. Menyempurnakan konsep kebijakan penyelenggaraan pelayanan KTP yang dapat diberlakukan secara nasional.

b. Menyempurnakan pedoman dan standarisasi spesifikasi, persyaratan dan prosedur pelayanan dibidang KTP.  Mengembangkan sistem komputerisasi dibidang pelayanan KTP. (Depdagri , 2002 : 2)

Dan sasaran yang hendak dicapai dalam pelayanan KTP adalah :  Terwujudnya konsep kebijakan penyelenggraan pelayanan KTP yang berlaku

secara nasional.  Tersedianya pedoman dan standarisasi spesifikasi, persyaratan dan prosedur

pelanan di bidang KTP.  Terselenggaranya sistem komputerisasi pelayanan dibidang KTP . (Depdagri, 2002

: 3) Pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan pasal

19 tersebut dijelaskan bahwa : 1). Setiap penduduk yang berusia di atas 17 (tujuh belas) tahun atau telah pernah kawin, wajib memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk). 2). Setiap penduduk hanya memiliki 1 (satu) KTP. 3). Orang asing yang mengikuti status orang tuanya yang memiliki izin tinggal tetap

dan sudah berumur 17 Tahun wajib memiliki KTP. 4). KTP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 berlaku secara nasional.

5) Penduduk wajib melaporkan perpanjangan masa berlaku KTP kepada instansi pelaksana apabila masa berlakunya telah berakhir.

Selanjutnya dijelaskan pada pasal 20 yaitu :  KTP ditanda tangani oleh Kepala Instansi Pelaksana.

 KTP Warga Negara Indonesia berlaku 5 (lima) tahun.  Masa berlaku KTP bagi orang asing tinggal tetap disesuaikan dengan masa

berlakunya izin tinggal tetap.

 Selambat-lambatnya dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak masa berlakunya habis, penduduk yang bersangkutan diwajibkan mengajukan kembali

permohonan untuk memperoleh KTP baru.  KTP yang rusak, hilang atau terjadi perubahan data harus diganti dengan KTP

yang baru.  Pembetulan KTP hanya dilakukan untuk KTP yang mengalami kesalahan tulis

redaksional.  Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan dengan atau

tanpa permohonan dari orang yang menjadi subjek KTP.  Pembetulan KTP sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan oleh instansi

pelaksana. Selanjutnya dapat dilihat pendapat Kencana (1994 : 341) mengemukakan bahwa etika

artinya sama dengan kata Indonesia “kesusilaan” kata besarnya adalah susila kemudian diberi awalan ke dan akhiran an. Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat peraturan – peraturan kesusilaan.

Dengan demikian cenderung dapat dilihat bahwa kondisi pemikiran manusia sesungguhnya apabila sesuatu aturan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka pelayanan kepada publik (masyarakat) dapat berjalan dengan baik. Serta dengan baiknya pelayanan dan tingkat pengetahuan terhadap administrasi kependudukan, maka tertib administrasi kependudukan akan tercapai.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang telah diuraikan dalam studi kepustakaan, maka kerangka pikiran merupakan kajian kepustakaan sebagai jawaban teoritis, adapun yang menjadi indicator dalan penelitian ini adalah Pendaftaran Kedatangan, Kartu Identitas Pendatang, Surat Keterangan Tinggal Sementara, Kartu Izin Tempat Tinggal.

Maka penulis membuat suatu kerangka pikiran dari penelitian ini sebagai berikut :

Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Administrasi Kependudukan

Laporan Kedatangan

Masyarakat Pendatang (Mahasiswa)

RT/RW

Kelurahan Kelurahan Kelurahan

Lebih 1 Tahun 14 Hari 90 Hari-1Tahun Tertib Administrasi Kependudukan Kepemilikan KTP Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Surat Keterangan Tempat Tinggal ( SKTT) Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS)

Kartu Identitas Pendatang (KIP)

Metode Penelitian

Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey (field research) yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi.

Data dan informasi dikumpulkan dengan menggunakan angket, serta data dan informasi tersebut digunakan sebagai dasar untuk menjelaskan variabel penelitian. Bertitik tolak dari pemanfaatan data tersebut, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebag ai penelitian survey deskriptif.

Lokasi Penelitian

Dari 6 ( Enam) Universitas yang ada di Riau, Penulis hanya memfokuskan lokasi pemelitian pada Universitas Islam Riau (UIR), Universitas Riau (UR), Universitas Lancang Kuning, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim(UIN Suska).

Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian adalah mahasiswa Universitas Islam Riau, Universitas Riau, Universitas Lancang Kuning, dan Universitas Islam Negeri Sutan Syarif Qasim. Ditambah dengan Camat Bukit Raya, Camat Tampan, Camat Rumbai sebagai Key Informan dalam menambah informasi dan data dalam penelitian ini.

Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 84 orang, dari kalangan mahasiswa di tetapkan sampel 80 orang yang dianggap dapat mewakili dari jumlah populasi sedangkan aparatur pemerintah di tetapkan sampel 4 orang.

Tabel 5. Jumlah Responden Mahasiswa dalam Menilai Kepemilikan KTP pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru

No

Sub Populasi

1 Mahasiswa Universitas Islam Riau

20 0.14 2 Mahasiswa Universitas Riau

20 0.09 3 Mahasiswa Universitas Lancang Kuning

20 0.24 4 Mahasiswa Universitas Islam Negeri

20 0.16 Sutan Syarif Qasim

Sumber : Olahan Data Tahun 2009

Selanjutnya dibawah ini akan dikemukakan responden penelitian dari unsur pemerintahan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Jumlah Populasi dan Sampel Aparatur Pemerintahan No

Sub Populasi

1 Kepala Dinas Kependudukan 1 1 100 2 Camat Bukit Raya

1 1 100 3 Camat Tampan

Jumlah

Sumber : Olahan Data, Tahun 2009 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan cara Wawancara, Koesioner, dan Observasi.

Teknik Analisis Data

Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka data tersebut dikelompokkan menurut masing-masing variabel beserta indikatornya. Kemudian data dianalisa secara kwantitatif dan kwalitatif yang dilengkapi dengan data persentase (%) berikut penjelasan serta dianalisis secara deskriptif yang nantinya digambarkan dalam bentuk tabel dan uraian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a. Pendaftaran Kedatangan

Dilihat dari jawaban responden dapat dilihat bahwa mahasiswa yang tinggal di wilayah lingkungan RT 1 RW 6 mengemukakan bahwa mahasiswa yang dijadikan sebagai responden mengemukakan bahwa tidak pernah melapor kepada RT/RW dimana mahasiswa tinggal, sehingga yang bertanggung jawab terhadap pelaporan itu diserahkan kepada Ibu Kos. Hal ini dilihat pada “Pondokan Putri Maharatu” yang dihuni anak kos putri yang didominasi oleh mahasiswi UIR mengemukakan bahwa semenjak menempati pondok putri Maharatu, anak kos tidak pernah melapor kepada RT/RW terhadap keterangan tempat tinggal, melainkan cukup melapor kepada Ibu Kos.

Sementara untuk responden mahasiswa UIR yang tinggal di rumah petak yang ada di Jalan Karya I Gg.Bhakti mengemukakan bahwa sewaktu hendak menempati rumah petak yang berada di wilayah Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya, terlebih dahulu melaporkan kedatangan ke RT/RW, namun dalam pelaksanaan laporan tersebut tidak memberikan KTP dari tempat tinggal awal yaitu daerah Tembilahan dan daerah Siak.

Begitu juga mahasiswa UNRI yang dijadikan sebagai responden yang berdomisili di jalan Bina Krida tepatnya asrama “Cici” tepatnya pada wilayah Kecamatan Tampan menjelaskan bahwa mahasiswa tidak pernah mendaftarkan dirinya kepada pihak RT/RW dan sampai kepada pemerintah Kelurahan, begitu juga untuk responden mahasiswa Lancang Kuning menilai bahwa rata-rata mahasiswa tidak pernah melapor kepada RT/RW.

Sementara Camat yang dijadikan sebagai responden yaitu Camat Bukit Raya (15 Juni 2009) menjelaskan bahwa untuk pendaftaran kedatangan untuk kalangan mahasiswa dinilai masih belum maksimal. Dimana mahasiswa dinilai belum mementingkan kepentingan pendaftaran kedatangan ini. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan dan disebabkan kebutuhan terhadap Kartu Tanda Penduduk belum dinilai dibutuhkan. Selanjutnya dibawah ini dapat dilihat jawaban responden tentang pendaftaran penduduk yang dinilai dari jawaban responden mahaiswa :

Tabel 7. Frekwensi Jawaban Responden Dari Mahasiswa Terhadap Pendaftaran

NO

Jumlah Penilaian

Item

Kategori Jawaban

1 Melakukan pendaftaran

2 Paling Lambat 14 Hari

Sumber : Olahan Data, Juni 2009

Pada tabel di atas dapat dilihat jawaban responden tentang pendaftaran penduduk dikalangan mahasiswa, bahwa responden dari kalangan mahasiswa sebanyak 28 responden dengan rata-rata 14 dengan persentase 17% mengemukakan mengemukakan pernah melapor kepada RT/RW dan mendaftar diri kepada Lurah sekaligus meminta surat keterangan pindah dari Lurah setempat.

Sedangkan untuk kategori cukup baik berjumlah 50 dengan rata-rata 25 dengan persentase 32%. Dimana mahasiswa yang dijadikan responden mengemukakan bahwa mahasiswa setiap berpindah tempat kos selalu melapor kepada RT/RW namun tidak menyertakan berkas KTP sesuai wilayah asalnya.

Sedangkan sebanyak 82 orang dengan rata-rata 41 dengan persentase 51 % tidak melaporkan kedatangannya kepada RT/RW. Hal ini dilakukan oleh sebahagian besar mahasiswa yang ada di Kampus UIR, UNRI, UIN dan Lancang Kuning.

Selanjutnya untuk responden dari aparatur pemerintah seperti Camat mengemukakan bahwa pemerintah Kecamatan tidak pernah terjun ke wilayah kelurahan dalam mendata jumlah mahasiswa yang ada di setiap Kecamatan. Hal ini merupakan tugas pemerintah Kelurahan, namun seluruh penyebab pendataan ini tidak dilakukan karena disebabkan kondisi mahasiswa yang selalu berpindah-pindah.

Apabila dilihat dari jawaban responden tentang pendaftaran penduduk dapat dilihat hasil wawancara sebagai berikut : Camat Rumbai Bapak Drs. H.M. Jamin Nur pada tanggal 12 Juni 2009 mengemukakan bahwa Mahasiswa sampai saat ini tidak pernah mendaftarkan dirinya kepada pemerintah Kelurahan dan kepada pemerintah Kecamatan, bahkan kepada RT/RW pun mahasiswa tidak pernah melaporkan kedatanggannya. Disamping itu dapat dilihat bahwa kondisi ini juga dipengaruhi oleh tempat tinggal (Rumah Kos) yang selalu berpindah-pindah.

Dilihat dari hasil wawancara dengan Camat Bukit Raya Hj. Irma Novrita S.Sos 16 Juni 2009 mengemukakan bahwa Mahasiswa dinilai tidak memahami tentang pendaftaran penduduk, bahkan masih banyak ditemuai mahasiswa yang tidak memiliki KTP baik dari KTP daerah asal dan KTP Kota Pekanbaru. Sehingga hal ini dinilai dari kebutuhan terhadap KTP ini dinilai tidak dibutuhkan.

Sementara Sekretaris Camat Kecamatan Bukit Raya Supruyadi S.Pd, pada tanggal 16 Juni 2009 menjelaskan bahwa mahasiswa menilai bahwa Kartu Tanda Mahasiswa dapat dijadikan sebagai identitas diri, sehingga mahasiswa tidak membutuhkan kartu identitas lainnya. Padahal mahasiswa yang pindah dan telah berumur 17 tahun ke atas harus memiliki KTP.

Camat Tampan Bapak Huzaimi Ibrahim S.Ip. pada tanggal 9 Juli 2009 mengemukakan bahwa ketidak tahuan pentingnya KTP dikalangan mahasiswa menjadi dasar mahasiswa tidak perlu mengurus KTP. Sehingga dengan kondisi ini mahasiswa tidak perlu mengurus KTP, padahal hal ini sangat penting.

b. Kartu Identitas Pendatang (KIP)

Kartu Identitas Pendatang merupakan identitas sementara yang diberikan kepada penduduk dalam hal ini kepada mahasiswa setelah melaporkan kedatangan kepada RT/RW setempat dan mendaftarkan kepada Lurah setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 hari kerja sejak tanggal kedatangan.

Dilihat dari kepemilikan Kartu Identitas Pendatang yang disingkat dengan KIP bahwa responden dari mahasiswa tidak mengetahui dan tidak memahami terhadap Kartu Identitas Pendatang. Sehingga produk terhadap pemenuhan bahan administrasi kependudukan ini tidak dikenal dan tidak dipahami oleh responden mahasiswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel yang menjelaskan tingkat kepemilikan responden dari mahasiswa terhadap Kartu Identitas Pendatang yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8. Frekwensi Jawaban Responden Dari Mahasiswa Terhadap Kartu Identitas Pendatang (KIP)

NO

Item

Kategori Jawaban

1 Tingkat Kepemilikan

2 Alasan Mendapatkan

Sumber : Olahan Data, Juni 2009

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mahasiswa tidak memahami tentang produk Kartu Identitas Pendatang. Sehingga dari seluruh responden menjelaskan bahwa KIP tidak pernah dimiliki dan tidak pernah dipahami oleh mahasiswa.

Dilihat dari jawaban responden dari Kepala Distarduk, Camat Tampan, Camat Bukit Raya, Camat Rumbai menjelaskan bahwa sosialisasi terhadap penerbitan Kartu Identitas Pendatang yang dikeluarkan oleh Lurah, sehingga untuk kalangan mahasiswa dinilai tidak pernah memiliki KIP ini. Hal ini disebabkan bahwa identitas yang di digunakan oleh mahasiswa adalah Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dimana mahaiswa itu berasal.

c. Surat Keterangan Tinggal Sementara ( SKTS)

Surat Keterangan Tinggal Sementara merupakan surat izin yang diberikan kepada pendatang baru dan keluarganya yang berhubungan dengan sesuatu kepentingan dan bermaksud tinggal sementara di daerah Kota Pekanbaru.

Dilihat dari kepemilikan Surat Keterangan Tinggal Sementara yang disingkat dengan SKTS bahwa responden dari mahasiswa tidak mengetahui dan tidak memahami terhadap Surat

Keterangan Tinggal Sementara. Sehingga produk terhadap pemenuhan bahan administrasi kependudukan ini tidak dikenal dan tidak dipahami oleh responden mahasiswa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel yang menjelaskan tingkat kepemilikan responden dari mahasiswa terhadap Surat Keterangan Tinggal Sementara yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 9. Frekwensi Jawaban Responden Dari Mahasiswa Terhadap Surat Keterangan Tinggal Sementara

NO

Item

Kategori Jawaban

1 Tingkat Kepemilikan

2 Alasan Mendapatkan

Sumber : Olahan Data, Juni 2009

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mahasiswa tidak memahami tentang produk Surat Keterangan Tinggal Sementara. Sehingga dari seluruh responden menjelaskan bahwa Surat Keterangan Tinggal Sementara tidak pernah dimiliki dan tidak pernah dipahami oleh mahasiswa.

Dilihat dari jawaban responden dari Kepala Distarduk, Camat Tampan, Camat Bukit Raya, Camat Rumbai menjelaskan bahwa sosialisasi terhadap penerbitan Kartu Identitas Pendatang yang dikeluarkan oleh Lurah, sehingga untuk kalangan mahasiswa dinilai tidak pernah memiliki Surat Keterangan Tinggal Sementara ini. Hal ini disebabkan bahwa Surat Keterangan Tinggal Sementara dinilai tidak dibutuhkan oleh mahasiswa.

d. Kartu Izin Tempat Tinggal (KITT)

Kartu Izin Tempat Tinggal merupakan identitas yang wajib dimiliki oleh penduduk pendatang baru beserta keluarganya yang telah berusia 17 tahun atau telah / pernah kawin yang bertempat tinggal sementara dan memiliki surat izin menetap sementara dari Walikota Pekanbaru. KIP wajib dimiliki oleh yang bersangkutan selambat-lambatnya 14 hari sejak ditrbitkan SKTT ditetapkan menjadi penduduk yang bertempat tinggal sementara. KITT berlaku sesuai dengan masa berlaku Izin Tinggal Terbatas yang diterbitkan oleh Lurah setempat dan tidak dapat diperpanjang kembali. Pemegang SKTT ataupun KITT wajib melapor setiap terjadi perubahan data atas dirinya atau keluarganya kepada Lurah setempat dan wajib dibawa pada saat bepergian.

Dilihat dari kepemilikan Kartu Izin Tempat Tinggal yang disingkat dengan KITT bahwa responden dari mahasiswa tidak mengetahui dan tidak memahami terhadap Kartu Identitas Pendatang. Sehingga produk terhadap pemenuhan bahan administrasi kependudukan ini tidak dikenal dan tidak dipahami oleh responden mahasiswa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel yang menjelaskan tingkat kepemilikan responden dari mahasiswa terhadap Kartu Izin Tempat Tinggal yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 10. Frekwensi Jawaban Responden Dari Mahasiswa Terhadap Kartu Izin Tempat Tinggal

NO

Item

Kategori Jawaban

2 Tingkat kemudahan

80 80 mendapatkan KITT

Sumber : Olahan Data, Juni 2009

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa responden mahasiswa tidak memahami tentang produk Kartu Izin Tempat Tinggal. Sehingga dari seluruh responden menjelaskan bahwa Kartu Izin Tempat Tinggal tidak pernah dimiliki dan tidak pernah dipahami oleh mahasiswa.

Dilihat dari jawaban responden dari Kepala Distarduk, Camat Tampan, Camat Bukit Raya, Camat Rumbai menjelaskan bahwa sosialisasi terhadap penerbitan Kartu Izin Tempat Tinggal yang dikeluarkan oleh Lurah, sehingga untuk kalangan mahasiswa dinilai tidak pernah memiliki Surat Keterangan Tinggal Sementara ini. Hal ini disebabkan bahwa Kartu Izin Tempat Tinggal dinilai tidak dibutuhkan oleh mahasiswa.

Sehingga dari jawaban responden terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) dapat dirangkum jawaban responden dalam tabel rekapitulasi dibawah ini :

Tabel 11. Rekapitulasi Frekwensi Jawaban Responden Dari Mahasiswa Terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru)

NO

Indikator

Kategori Jawaban

80 80 Pendatang (KIP)

Identitas

3 Surat

80 80 Tinggal

Keterangan

(100 %) (SKTS)

Sementara

Sumber : Olahan Data, Juni 2009

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) dapat dinilai sebagai berikut :

1. Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) yang dinilai dari Pendaftaran Kedatangan dinilai kurang baik dalam manilai pelaksanaan pelaporan penduduk kepada RT/RW dan mendaftarkan kepada Lurah belum dapat terlaksana.

2. Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru) yang dinilai dari Kartu Identitas Pendatang (KIP) dinilai tidak dapat terlaksana. Hal ini diakibatkan oleh ketidaktahuan terhadap produk administrasi kependudukan.

3. Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru) yang dinilai dari Surat Keterangan Tinggal Sementara (SKTS) dinilai tidak dapat terlaksana. Hal ini diakibatkan oleh ketidak tahuan terhadap produk administrasi kependudukan.

4. Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru) yang dinilai dari Kartu Izin Tempat Tinggal dinilai tidak dapat terlaksana. Hal ini diakibatkan oleh ketidak tahuan terhadap produk administrasi kependudukan.

Dapat dilihat bahwa berdasarkan kategori penilaian diatas bahwa Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk pada Mahasiswa di Kota Pekanbaru, berada pada jawaban responden“ Kurang Baik” keadaan inilah kurangnya sosialisai Pemerintah kepada Mahasiswa mengenai pentingnya kartu identitas diri (KTP) sehingga Mahasiswa kurang memahami arti pentingnya KTP kerena mereka menganggap KTP bisa digantikan dengan KTM.

Hambatan Dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru).

Apabila dilihat dari hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) dapat dilihat bahwa :

1. Belum adanya sosialisasi secara langsung mengenai Perda No.5 tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan kepada mahasiswa sehingga mahasiswa banyak yang tidak memiliki KTP.

2. Kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa terhadap pentingnya pendaftaran penduduk 2. Kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa terhadap pentingnya pendaftaran penduduk

3. Persyaratan dan prosedur untuk memperoleh KTP sangat sulit dan penerbitan KTP yang membutuhkan waktu lama.

4. Sebagian besar mahasiswa berprsepsi bahwa KTP bisa di gantikan dengan KTM, tampak dari gejala-gejala inilah banyak mahasiswa yang tidak mau mengurus KTP.

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :  Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang

Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru) yang dinilai dari Pendaftaran Kedatangan dinilai kurang baik dalam manilai pelaksanaan pelaporan penduduk kepada RT/RW dan mendaftarkan kepada Lurah belum dapat terlaksana. Hal ini diakibatkan oleh ketidak tahuan terhadap produk administrasi kependudukan dan diakibatkan oleh ketidak tahuan terhadap produk administrasi kependudukan.

 Apabila dilihat dari hambatan dalam Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan. (Studi Kasus Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru)

dapat dilihat bahwa belum adanya sosialisasi kepada mahasiswa dalam pelaksanaan pendaftaran kedatangan dan belum memahami terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 5 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan yang dinilai dari Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk Pada Kalangan Mahasiswa Di Kota Pekanbaru dan kurangnya sosialisasi kepada mahasiswa terhadap pentingnya pendaftaran penduduk dan kepemilikan Kartu Tanda Penduduk sebagai masyarakat pindahan dan pendafataran penduduk. Hal ini dinilai dari masih kurangnya nilai kepentingan KTP dikalangan mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn. William, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gajah Mada University, Yogyakarta.

Kaho. Josef Riwu. 1997. Prospek Otonomi Daerah Di Negara Republik Indonesia. Jakarta. PT. RajaGrafindo Persada.

Kencana. Inu Syafii. 1994. “Ilmu Pemerintahan” . Bandung. Penerbit Mandar Maju. Koryati. Nyimas Dwi, dkk. 2005, Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Wilayah, YPAPI,

Yogyakarta. Nugroho. Riant. 2004. Kebijakan Publik (Formulasi, Impelementasi dan Evaluasi Kebijakan.