Tinjauan statistis validitas alat ukur - USD Repository

  

TINJAUAN STATISTIS VALIDITAS ALAT UKUR

S K R I P S I

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

  Program Studi Matematika Disusun Oleh :

  HERNINGTYAS KURNIAWATI NIM : 053114004

  PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  

STATISTICAL ANALYSIS OF MEASUREMENT INSTRUMEN VALIDITY

T H E S I S

  Presented As a Partial Fulfillment of The Requirements to Obtain The Sarjana Sains Degree In Mathematics by :

  HERNINGTYAS KURNIAWATI Student Number : 053114004

  MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTEMENT OF MATHEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

  Yang Allah Janjikan

  Allah tidak pernah menjanjikan Langit yang selalu biru,

  Jalan yang bertabur bunga Di sepanjang kehidupan kita

  Allah tidak pernah menjanjikan Matahari tanpa hujan

  Sukacita tanpa dukacita Damai sejahtera tanpa penderitaan

  Namun Allah menjanjikan Kekuatan tiap hari

  Istirahat bagi pekerja Cahaya dalam perjalanan Anugrah dalam pencobaan

  Pertolongan dari atas Simpati yang tak berkesudahan

  Kasih yang tak kunjung padam

  (Annie Johnson Flint) Every story has an End but in life every End is just A New Beginning

  

ABSTRAK

  Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial dan psikologi adalah masalah cara memperoleh data informasi yang akurat dan objektif. Hal ini sangat penting artinya dikarenakan kesimpulan penelitian hanya akan dapat dipercaya apabila didasarkan pada informasi yang juga dapat dipercaya. Oleh sebab itu prosedur pengujian validitas terhadap alat ukur menjadi komponen penting dalam ilmu pengukuran.

  Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Dari cara dan estimasinya validitas pada umumnya digolongkan dalam tiga kategori, yaitu content

  

validity (validitas isi), criterion-related validity (validitas berdasarkan kriteria), serta

construct validity (validitas konstruk ) yang dibedakan menjadi validitas multisifat-

  multimetode dan validitas faktorial dengan konsep dasar analisis faktor.

  Aplikasi pengujian validitas akan digunakan pada data sampel tes hasil survei perkuliahan semester gasal 2008-2009 terhadap kinerja dosen Universitas Sanata Dharma serta pada Tes Potensi Akademik Plus pada tes penerimaan mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma, studi kasus penerimaan mahasiswa Fakultas Psikologi.

  

ABSTRACT

  A main problem in social and psychological research is method for collecting accurate and objective information. This matter has important meaning due to the reason that research conclusion will be credible only if based on valid information. Therefore, procedure of validity test (trial/testing) for measurement instrument becomes the most important component in measurement study.

  Validity test aim to find how accurate the instrument’s measurement function. A test or measurement instrument can be claimed having high validity if the instrument be able to give measurement result which is suitable for the purpose of the measurement. Based on the method and the estimation, validity classified into three category, these are content validity criterion-related validity and construct validity which are distinguished into multitrait-multimethod validity and factorial validity based on factor analysis concept. Validity test will be applied to analyze the data sample of lecturer performance and academic potency test in Sanata Dharma University.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus Penolong dan Juruselamat dalam hidupku yang oleh karena anugerah dan kemurahan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains di Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas bantuan, gagasan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menghaturkan terima kasih kepada :

  1. Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan penuh kesabaran membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

  2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.

  3. Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Matematika yang telah banyak membantu.

  4. Ch. Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si., selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

  5. Hongkie Julie, S.Pd.,M.Si., selaku penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan kepada penulis.

  6. Prof. Frans Susilo, S.J., selaku dosen pembimbing akademik.

  7. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Sc., dan Y.G. Hartono, S.Si., M.Sc., yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik bagi penulis.

  8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Matematika yang telah memberikan bekal ilmu yang berguna bagi penulis.

  9. Bapak Tukijo dan Ibu Linda yang telah memberikan pelayanan administrasi selama penulis kuliah.

  10. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis.

  11. Kedua orang tua serta kedua saudara (Prawitasari Cahyaningsih dan Hernawan Adihusodo) yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun spiritual kepada penulis.

  12. Tatag Bagus Argikas yang telah memberikan waktu, dukungan, serta semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

  13. Keluarga besar GKJ Condongcatur yang telah memberikan semangat dan dukungan doa kepada penulis.

  14. Persekutuan Komisi Pemuda GKJ Condongcatur.

  15. Keluarga besar PMK Oikumene.

  16. Teman-teman Prodi Matematika angkatan 2005: Puput, Nanin, Ratna, Chris, Lois, George, Priskila, Vincent, Sisiria, Ine, Devi, Septi, Wuri, Susi, Echi, Dedi, Seto, Yudhi, Sella, Vira.

  17. Semua pihak yang telah ikut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Walaupun penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik- baiknya, namun penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis sanagat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dan menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi pembaca demi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya matematika.

  Yogyakarta, 17 Agustus 2009 Penulis

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iii HALAMAN PENGESAHAN iv

  HALAMAN KEASLIAN KARYA v

  HALAMAN PERSEMBAHAN vi

  ABSTRAK vii ABSTRACT viii KATA PENGANTAR ix

  DAFTAR ISI xii

  DAFTAR TABEL xv

  DAFTAR GAMBAR xvii

  BAB I. PENDAHULUAN

  1

  1 A. Latar Belakang Masalah

  3 B. Perumusan Masalah

  3 C. Pembatasan Masalah

  4 D. Tujuan Penulisan

  4 E. Manfaat Penulisan

  4 F. Metode Penulisan

  5 G. Sistematika Penulisan

  BAB II. ASPEK-ASPEK PENGUKURAN DAN TEORI STATISTIKA YANG RELEVAN

  6 A. Penelitian Ilmiah

  6

  1. Unsur-unsur Penelitian

  7

  2. Proses Penelitian Ilmiah

  15 B. Pengukuran dan Alat Ukur

  18

  2. Alat Ukur

  34 C. Konsep Skor

  37 D. Teori Statistika yang Relevan

  43

  1. Variansi dan Kovariansi

  44

  2. Koefisien Korelasi

  52

  3. Matriks Korelasi

  60

  4. Representasi Geometris dari Koefisien Korelasi

  61

  5. Regresi Berganda

  62

  6. Konsep Analisi Faktor

  64

  a. Model Analisis Faktor

  66 1) Model Satu Faktor Umum

  67 2) Model m Faktor Umum

  74

  b. Komunalitas

  77

  c. Langkah-langkah Analisis Faktor

  80 1) Menentukan Ukuran Sampel dan Variabel

  80 2) Menentukan Matriks Korelasi

  81 3) Menentukan Jumlah Faktor Umum

  81 4) Rotasi Faktor Ortogonal

  98 5) Intepretasi Faktor Umum 103

  BAB III. VALIDITAS DAN PENGUJIANNYA 106 A. Pendahuluan 106

  B. Pengertian Validitas 107

  C. Tipe-tipe Umum Validitas 110

  1. Validitas Isi 110

  2. Validitas Berdasarkan Kriteria 115

  a. Validitas Prediktif 117

  b. Validitas Konkuren 118

  3. Validitas Konstruk 120 a. Validitas Multisifat-Multimetode 122 (multitrait-multimethod)

  b. Validitas Faktorial 126

  BAB IV. APLIKASI PENGUJIAN VALIDITAS 134 A. Pengujian Validitas Isi 135

  B. Pengujian Validitas Konstruk 137

  1. Analisis Faktor pada Tes Potensi Akademik Plus 139 Universitas Sanata Dharma

  a. Matriks Korelasi 139

  b. KMO Bartlett Test of Sphericity 140

  c. Komunalitas 142

  d. Faktor Hasil Ekstraksi 143

  e. Scree Plot 144

  f. Matriks Faktor Tidak Dirotasi 145

  g. Rotasi Matriks Faktor 146

  h. Pemberian Nama Faktor 147

  2. Pengujian Validitas Faktorial 149

  BAB IV. PENUTUP 153

  A. Kesimpulan 153

  B. Saran 154

  DAFTAR PUSTAKA 155

  LAMPIRAN 156

  DAFTAR TABEL

  Tabel Halaman

  2.1 Skor Tes Efektifitas Kerja

  39

  2.2 Matriks Korelasi

  73

  2.3 Matriks Korelasi

  74

  2.4 Matriks Faktor

  75

  2.5 Matriks Korelasi tanpa Komunalitas

  78

  2.6 Matriks Korelasi dengan Komunalitas

  79

  2.7 Matriks Korelasi dan Perhitungan Beban Faktor Pusat Pertama

  82

  2.8 Matriks Faktor Pusat ( F ) 86 c

  2.9 Matriks Korelasi Residual Pertama

  87

  2.10 Kriteria Kecukupan suatu Faktor

  96

  2.11 Pemeriksaan Nilai Beban Faktor

  97

  2.12 Matriks Faktor sebelum Rotasi 101

  2.13 Perhitungan Rotasi Beban Faktor Searah Jarum Jam Sebesar 50 101

  2.14 Rotasi Matriks Faktor 102

  2.15 Petunjuk untuk Mengidentifikasi Beban Faktor 103 Signifikan Berdasarkan Ukuran Sampel

  3.1 Skor Responden pada Tes Minat Menjadi Guru 113

  3.2 Perhitungan Korelasi Item pada Tes Minat Menjadi Guru 114

  3.3 Hasil Pengukuran Kreativitas Berpikir dan Divergen Thinking 119

  3.4 Matriks Multisifat-Multimetode 124

  3.5 Tabel Perbandingan Hasil Analisis Faktor 132

  4.1 Koefisien Korelasi Item-Total 137

  4.2 Diskripsi Sampel 139

  4.3 Matriks Korelasi 5 Sub Tes TPA Plus 140

  4.5 Norma KMO menurut Kaiser 141

  4.6 Komunalitas 142

  4.7 Total Variance Explained 143

  4.8 Matriks Faktor Tidak Dirotasi 145

  4.9 Matriks Faktor Dirotasi jenis VARIMAX 147

  4.10 Pemberian Nama Faktor 148

  4.11 Tabel Perbandingan Hasil Analisis Faktor 150

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar Halaman

  2.1 Hubungan antar Unsur-unsur Penelitian

  7

  2.2 Diagram Konstruk Kepuasan Kerja

  11

  2.3 Proses Penelitian

  16

  2.4 Pemetaan dari Kelima Anak

  22

  2.5 Proses Konseptualisasi dan Operasionalisasi

  26

  2.6 Diagram Pencar Menujukkan Derajad Korelasi

  53

  2.7 Representasi Vektorial suatu Koefisien Korelasi

  61

  2.8 Empat belas Variabel Asli Direduksi Menjadi Empat Faktor

  66

  2.9 Model Satu Faktor Umum

  70

  2.10 Rotasi Faktor 102

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah utama dalam kegiatan penelitian sosial dan psikologi

  adalah masalah cara memperoleh data informasi yang akurat dan objektif. Hal ini sangat penting artinya dikarenakan kesimpulan penelitian hanya akan dapat diper- caya apabila didasarkan pada informasi yang juga dapat dipercaya. Oleh sebab itu ilmu pengukuran menjadi penting dalam suatu penelitian. Ilmu pengukuran meru- pakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan alat ukur yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan alat ukur yang berfungsi secara optimal, valid dan reliabel. Para ahli psikometri telah me- netapkan kriteria bagi setiap alat ukur psikologis untuk dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik, yaitu mampu memberikan informasi yang dapat dipercaya. Kriteria termaksud antara lain adalah reliabel, valid, standar, ekonomis dan praktis.

  Salah satu bentuk alat ukur adalah tes. Menurut Allen dan Yen, tes adalah suatu alat untuk mendapatkan sampel tertentu dari perilaku seseorang serta mendiskripsikan, melukiskan atau memaparkannya menggunakan kategori- kategori atau skor-skor.

  Dalam menyusun sebuah tes diperlukan adanya suatu prosedur seleksi item bahwa tes tersebut dapat melakukan fungsi ukurnya sesuai dengan tujuan dilakukan pengukuran. Pertanyaan umum yang seringkali muncul dalam masalah seleksi item adalah bagaimana skor tes tersebut diukur dan sejauh manakah tes tersebut mengukur dengan baik. Oleh sebab itu prosedur pengujian validitas terhadap alat ukur menjadi komponen penting dalam ilmu pengukuran. Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.

  Suatu alat ukur yang tidak valid akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai tes tersebut. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan maka tentulah kesimpulan dan keputusan itu tidak akan merupakan keputusan dan kesimpulan yang tepat. Kasus siswa yang salah memilih jurusan studi di perguruan tinggi menjadi contoh akibat keputusan yang didasarkan oleh informasi dari tes IQ yang tidak valid.

  Performansi subjek pada suatu tes dinyatakan dalam bentuk bilangan yang disebut skor (Azwar, 2003: 25). Bilangan performansi yang benar dan murni serta tidak dapat diungkapkan secara langsung oleh tes disebut skor-murni. Suatu hasil pengukuran terdapat pula galat yang besarnya dalam setiap tes tidak dapat diketahui. Jumlahan dari skor-murni dan galat disebut sebagai skor tampak, skor tampak merupakan skor hasil perolehan dalam tes. Alat ukur yang tinggi subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya. Dengan demikian secara keseluruhan alat tes yang bersangkutan akan menghasilkan varians galat yang kecil pula.

  B. Perumusan Masalah

  Pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut:

  1. Bagaimana menguji validitas tes?

  2. Bagaimana landasan matematis dalam pengujian validitas?

  3. Bagaimana aplikasi secara praktis pengujian validitas ?

  C. Pembatasan Masalah

  Dalam penulisan skripsi ini akan membahas validitas empirik secara lebih mendalam. Validitas empirik terdiri dari dua tipe yaitu validitas konstruk dan validitas berdasarkan kriteria. Proses pengujian validitas konstruk dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan validitas multitrait-multimethod dan pendekatan validitas faktorial. Alat ukur yang diuji adalah berupa tes. Aplikasi pengujian validitas menggunakan sampel data hasil survei kinerja dosen Universitas Sanata Dharma semester gasal 2008-2009 oleh P3MP dan sampel data hasil Tes Potensi Akademik Plus penerimaan mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma.

  D. Tujuan Penulisan

  Tujuan penulisan ini adalah untuk memahami bagaimana menguji validitas tes, landasan matematis dalam pengujian validitas serta memahami bagaimana aplikasi pengujian validitas tes.

  E. Manfaat Penulisan

  Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari topik ini adalah dapat memahami proses pengujian validitas tes, memahami landasan matematis dalam pengujian validitas, serta mengaplikasikannya dalam pengujian validitas terhadap data hasil survei kinerja dosen Universitas Sanata Dharma semester gasal 2008- 2009 oleh P3MP dan data hasil Tes Potensi Akademik Plus penerimaan mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma.

  F. Metode Penulisan

  Metode yang digunakan penulis adalah metode studi pustaka yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik proposal skripsi ini, sehingga tidak ada hal-hal baru. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan software SPSS-15.

G. Sistematika Pembahasan

  Sistematika penulisan dalam pembahasan mengenai tinjauan statistis validitas alat ukur adalah sebagai berikut: Bab 1 pendahuluan membahas tentang gambaran umum mengenai isi skripsi meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika pembahasan.

  Bab II membahas tentang landasan teori yang meliputi penelitian ilmiah, pengukuran dan alat ukur, konsep skor, teori statistika yang relevan. Bab III membahas tentang pengujian validitas yang meliputi pengertian validitas secara verbal dan matematis, validitas isi, validitas berdasarkan kriteria dan validitas konstruk.

  Bab IV membahas tentang aplikasi pengujian validitas terhadap tes evaluasi kinerja dosen Universitas Sanata Dharma semester gasal 2008-2009 dan Tes Potensi Akademik Plus penerimaan mahasiswa baru Universitas Sanata Dharma.

  Bab V membahas tentang kesimpulan dan saran.

BAB II ASPEK-ASPEK PENGUKURAN DAN TEORI STATISTIKA YANG RELEVAN Sebelum membahas tentang tinjauan statistis validitas alat ukur, terlebih dahulu

  akan dibahas beberapa materi prasyarat sebagai landasan teori yang berhubungan langsung dengan tinjauan statistis validitas alat ukur.

A. Penelitian Ilmiah

  Penelitian ilmiah adalah suatu bentuk penelitian dengan cara berpikir yang sistematis Tujuan pokok penelitian ilmiah adalah menerangkan suatu realitas dalam bidang sosial, psikologi dan pendidikan. Dalam usahanya memahami suatu realitas tersebut, seringkali peneliti menghubungkan realitas tersebut dengan realitas lain.

  Sebagai contoh, untuk memahami realitas perbedaan prestasi belajar, maka peneliti menghubungkan realitas tersebut dengan realitas lingkungan keluarga.

  Dalam penelitian tentang perbedaan prestasi belajar peneliti mungkin tertarik untuk mempelajari realitas perbedaan prestasi belajar pada dua atau tiga realitas lingkungan keluarga. Pertanyaan yang hendak dijawab peneliti misalnya: Apakah perbedaan prestasi belajar tersebut disebabkan oleh keadaan siswa dalam lingkungan keluarga yang berbeda?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa pada lingkungan keluarga yang orangtuanya atau orangtuanya tidak peduli dengan siswa tersebut). Apabila prestasi belajar siswa secara konsisten berbeda pada kedua lingkungan keluarga tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara prestasi belajar siswa dengan lingkungan keluarga. Dengan kata lain, peneliti dapat menyimpulkan bahwa lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor penentu perbedaan prestasi belajar siswa.

  Untuk mempelajari hubungan hubungan antara realitas atau kejadian yang satu dengan realitas yang lain, maka perlu adanya pengetahuan mengenai unsur-unsur penelitian dan terdiri atas: sifat, konsep, konstruk, dan variabel. Keterkaitan keempat unsur dari penelitian tersebut terletak pada proses konseptualisasi dan proses operasionalisasi. Dalam bab ini unsur-unsur penelitian akan diuraikan satu persatu.

1. Unsur-unsur Penelitian

  Kebutuhan ilmiah

KONSEP KONSTRUK

  Abstrak Pengukuran

  VARIABEL

  Gambaran sistematik

  SUBJEK/OBJEK REALIT AS PENELITIAN

  Realitas

a. Sifat

  Dalam dunia pendidikan seringkali kita membedakan beberapa objek. Sebagai contoh pada mata pelajaran Matematika kita membedakan ciri-ciri bangun dimensi tiga, kubus memiliki rusuk sebanyak duabelas, sisi enam dan titik sudut delapan, sedangkan Limas segiempat memiliki rusuk sebanyak delapan, sisi lima dan titik sudut lima. Dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering membedakan beberapa objek. Sebagai contoh kita sering membedakan ciri-ciri seseorang dari ciri-ciri khas fisiknya, Dini bertubuh tinggi, berambut keriting, berhidung mancung dan bermata sipit, sedangkan Rosi bertubuh pendek, berambut lurus, berhidung pesek dan bermata bulat.

  Beberapa contoh di atas menunjukkan ciri-ciri fisik dari suatu objek, ciri-ciri fisik ini dapat diamati secara langsung oleh panca indra. Disamping ciri-ciri fisik terdapat pula ciri-ciri nonfisik yang tidak dapat diamati secara langsung oleh panca indra. Sebagai contoh Ani adalah siswa yang cerdas dan berbakat, Rita adalah anak yang berhati lembut, sedangkan Sandi adalah anak yang pemalu. Cerdas, berbakat, berhati lembut dan pemalu adalah ciri-ciri yang tidak dapat diamati secara langsung oleh panca indra.

  Ciri-ciri fisik dan non fisik yang melekat pada objek serta dapat digunakan untuk membedakan objek satu dengan yang lainnya disebut sifat. Apabila kita membicarakan sifat maka kita membicarakan ciri-ciri yang melekat pada objek penelitian yang dapat menjadi pembeda dari objek yang lain.

  Sifat-sifat fisik dapat diamati secara langsung oleh panca indra, sedangkan sifat- sifat nonfisik tidak dapat diamati secara langsung oleh panca indra, oleh sebab itu untuk mengetahui sifat-sifat nonfisik maka dibutuhkan suatu petunjuk atau indikator dari sifat tersebut. Sebagai contoh jika seorang lelaki selalu menyerang atau memukul anak lain, maka dapat dikatakan bahwa perilaku tersebut merupakan petunjuk bagi kebencian atau permusuhan yang dikandungnya. Jika tangan seseorang banyak sekali berkeringat, maka dapat dikatakan bahwa dia cemas. Jika seorang anak mengisi dengan benar sejumlah soal objektif tertentu dalam suatu ujian prestasi, maka dapat dikatakan bahwa dia mempunyai prestasi pada tingkat tertentu. Sebenarnya suatu penelitian tidak bertujuan untuk mengukur objek, akan tetapi mengukur petunjuk dari sifat-sifat atau ciri-ciri objek.

b. Konsep

  Seorang peneliti mengadakan penelitian di sebuah Taman Kanak-kanak dan yang menjadi objek penelitian adalah siswa-siswa baru di Taman Kanak-kanak tersebut. Dalam peneitiannya, peneliti menemukan beberapa kejadian dan perilaku dari objek yang ditelitinya, ada siswa yang menangis karena mencari orangtuanya, ada yang asyik bermain sendiri saat pelajaran berlangsung, ada yang hanya diam tapi tidak memperhatikan guru serta ada yang mengikuti pelajaran dengan serius dan senang. Peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku siswa baru Taman Kanak-kanak yang telah diamati, maka yaitu kesiapan anak dalam mengikuti pelajaran di bangku pertama. Menurut Kerlinger, konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi hal-hal khusus (Kerlinger, 1971). Jadi konsep kesiapan anak mengikuti pelajaran di bangku pertama merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi kejadian dan perilaku anak di kelas yaitu menangis, asyik bermain sendiri, diam atau pasif serta serius dalam mengikuti pelajaran.

c. Konstruk

  Konstruk merupakan konsep yang sengaja digunakan dalam penelitian serta diamati dari banyak sudut pandang. Sebagai contoh konstruk kepuasan kerja, konstruk kepuasan kerja merupakan konsep kepuasan kerja yang sengaja digunakan dalam penelitian, dengan tujuan untuk meneliti tingkat kepusan kerja, konsep ini diamatai dengan berbagai sudut pandang yaitu sudut pandang kepuasan pada tugas, sudut pandang kepuasan pada atasan, sudut pandang kepuasan pada kompensasi, sudut pandang kekuatan pada promosi. Untuk mengamati kepuasan pada tugas dapat di gunakan konsep rutinitas, kompleksitas, kegunaan, kesesuaian, tantangan dan lain sebagainya, untuk mengamati sudut pandang kepuasan pada atasan dapat digunakan konsep pengaruh, intelegensi, prestasi, perhatian dan tanggungjawab, untuk mengamati sudut pandang kepuasan pada kompensasi dapat digunakan konsep kewajaran, kesesuaian, keinginan, keamanan, nilai, sedangkan untuk mengamati sudut pandang kepuasan pada promosi dapat digunakan konsep kesempatan,

Gambar 2.2 Diagram Konstruk Kepuasan Kerja

  Variabel berasal dari kata vary dan able, yang berarti dapat bervariasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Sebagai contoh, tinggi badan dan berat badan orang yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, hal ini menunjukkan adanya variansi nilai atau keragaman nilai dari tinggi badan dan berat badan. Sedangkan jenis kelamin hanya memiliki dua nilai yaitu laki-laki dan perempuan. Oleh karena tinggi badan, berat badan mempunyai variasi nilai dan jenis kelamin juga memiliki lebih dari satu nilai, maka tinggi badan, berat badan dan jenis kelamin merupakan variabel.

  Tinggi badan, berat badan dan jenis kelamin dapat disimbolkan atau diberi Konstruk

  Kepuasan Kerja Sudut pandang kepuasan pada tugas Sudut pandang kepuasan pada atasan Sudut pandang kepuasan pada kompensasi Sudut pandang kepuasan pada promosi

  Konsep: rutinitas, kompleksitas, kesesuaian, tantangan Konsep: ntelegensi, prestasi, perhatian, tanggung jawab

  Konsep: kewajaran, kesesuaian, keamanan, keinginan, nilai Konsep: kesempatan, keadilan, keterbukaan, keterbatasan

d. Variabel

  berat badan, X mempunyai bervariasi nilai, sebagai contoh 56 kg, 40 kg, 45 kg dan lain sebagainya. Dalam contoh ini Y dimisalkan sebagai simbol dari tinggi badan, Y mempunyai bervariasi nilai, sebagai contoh 150 cm, 160cm dan lain sebagainya. Sedangkan Z dimisalkan sebagai simbol dari jenis kelamin, Z hanya mempunyai dua nilai yaitu 1 dan 0, nilai 1 untuk salah satu jenis kelamin, nilai 0 untuk jenis kelamin yang lain, misalnya 1 merupakan nilai untuk jenis kelamin laki-laki, sedangkan 0 merupakan nilai untuk jenis kelamin perempuan. X, Y dan Z dapat dilekatkan lebih dari satu nilai atau mempunyai keragaman nilai, maka X, Y dan Z disebut sebagi variabel. Dengan demikian variabel juga dapat diartikan sebagai lambang atau simbol yang dapat dilekatkan oleh beragam bilangan dan nilai. Dalam sebuah penelitian sosial, dilakukan penelitian terhadap ciri-ciri antropologis manusia, ditampilakan dua tokoh dalam penelitian tersebut. Satu diantaranya seorang buruh laki-laki yang sudah tua, bertubuh pendek dan berpenghasilan rendah. Tokoh yang lainnya seorang wanita muda, ia seorang majikan, bepenghasilan tinggi dan bertubuh jangkung. Semua ciri-ciri yang menandai kedua tokoh ini (laki-laki, wanita, tua, muda, majikan, buruh, penghasilan rendah, penghasilan tinggi, tubuh pendek dan tubuh janggung) adalah ciri-ciri antropologis manusia. Ciri-ciri antropologis manusia dalam penelitian sosial ini disebut sebagai konstruk. Ciri-ciri antropologis tersebut dapat dikelompok-kelompokan kedalam kelompok yang logis, misalnya laki-laki dan wanita dapat dikelompokkan menjadi kelompok jenis kelamin, tua dan muda dikelompokkan kedalam kelompok usia, kelompok tingkat penghasilan. Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, variabel adalah pengelompokkan yang logis dari dua atau lebih konstruk dan mempunyai beragam nilai (Masri dan Sofian, 1982: 26). Oleh karena itu jenis kelamin, usia dan tingkat penghasilan merupakan variabel. Dari beberapa contoh dan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan definisi variabel yaitu lambang atau simbol dari konstruk yang dapat diberi berbagai macam nilai.

  Berdasarkan sifatnya variabel digolongkan menjadi variabel yang bersifat diskrit (discrete) dan kontinu (continuous). Variabel diskrit adalah variabel yang nilai-nilainya berhingga atau tidak berhingga tetapi terbilang, sebagai contoh himpunan bilangan asli, nilai-nilainya tak berhingga akan tetapi terbilang. Sedangkan variabel kontinu adalah variabel yang tidak memenuhi definisi di atas, dengan kata lain variabel kontinu berjalan dalam range himpunan bilangan real. Selain varibel diskrit dan kontinu, terdapat pula beberapa penggolongan variabel, dalam subbab ini akan dijelaskan beberapa penggolongan variabel yang penting dalam penelitian.

1) Variabel bebas (Independet variable) dan variabel terikat (dependen variable)

  Menurut kedudukannya variabel dibedakan menjadi variabel bebas (Independet

  

variable) dan variabel terikat (dependen variable). Variabel bebas adalah variabel

  yang nilainya mempengaruhi variabel lain dalam penelitian. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel lain dalam suatu penelitian. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian tentang hubungan antara lamanya pemuaian dengan bertambah, dengan kata lain pertambahan panjang muai dipengaruhi oleh lamanya pemuaian, maka dapat dikatakan bahwa lamanya pemuaian adalah variabel bebas, sedangkan pertambahan panjang muai adalah variabel terikat.

2) Variabel aktif dan variabel atribut

  Suatu klasifikasi lain dalam penelitian sosial, psikologi dan pendididikan mengenai variabel yaitu variabel aktif dan variabel atribut. Variabel yang dimanipulasi disebut variabel aktif. Pada hakikatnya, manupulasi berarti melakukan berbagai hal terhadap berbagai kelompok subjek. Sebagai contoh manipulasi adalah seorang peneliti melakukan satu hal terhadap satu kelompok (misalnya memberikan penguatan positif untuk jenis kelakuan tertentu) dan melakukan hal yang berbeda terhadap kelompok lain, atau memberikan instruksi yang berlainan kepada kedua kelompok tersebut. Jika seseorang menggunakan metode-metode pengajaran yang berbeda, atau memberikan imbalan kepada subjek-subjek dalam suatu kelompok dan menghukum subjek-subjek dalam kelompok lain, atau menciptakan kecemasan dengan instruksi-instruksi yang meresahkan, maka seorang tersebut secara aktif memanipulasi variabel-variabel metode, penguatan, dan kecemasan. Variabel yang tidak dapat dimanipulasi dan merupakan variabel yang diukur disebut variabel atribut. Contoh variabel atribut adalah semua variabel yang merupakan ciri manusia (intelegensi, bakat, jenis kelamin, status sosial, konservatisme, ketergantungan pada suatu bidang, kebutuhan berprestasi dan sikap). Kata atribut tepat digunakan untuk objek-objek yang tak hidup. Organisasi, lembaga, kelompok, populasi, rumah, dan kawasan-kawasan geografis mempunyai atribut yang dapat diukur.

  3) Variabel Laten

  Variabel laten adalah suatu variabel yang terselubung, variabel yang tidak kelihatan dan diduga melandasi variabel-variabel yang diamati. Sebagai contoh variabel laten adalah kecerdasan atau intelegensi. Perhatikan, misalnya terdapat tiga tes kemampuan yaitu verbal, numerikal, dan spasial, ketiga tes ini mempunyai relasi positif dan jelas maknanya. Secara umum berarti bahwa individu yang mencapai hasil tinggi untuk tes yang satu cenderung mencapai hasil tinggi pula pada tes-tes yang lain, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian dapat diyakini bahwa terdapat suatu unsur yang sama dalam ketiga tes tersebut, dan unsur tersebut disebut kecerdasan.

  Kecerdasan inilah yang merupakan variabel laten. Maka dapat disimpulkan bahwa konstruk kecerdasan juga disebut variabel laten.

  2. Proses Penelitian Ilmiah

  Penelitian ilmiah adalah suatu bentuk penelitian dan cara berpikir yang sangat sistematis. Proses penelitian dapat diilustrasikan dalam diagram dibawah ini

PEMILIHAN METODE PENELITIAN

POPULASI SAMPEL

  • -Penelitian lapangan

  • -analisis data sekunder

  • eksperimen
  • -penelitian evaluasi

  • penelitian survei

Gambar 2.3 Proses Penelitian (Masri dan Sofian, 1982: 26)

  Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Ia berawal pada minat untuk mengetahui realitas atau suatu kejadian dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai, operasionalisasi dan seterusnya. Hasil akhirnya adalah gagasan dan teori baru, sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya.

  Langkah awal yang sangat penting bagi penelitian adalah adanya minat untuk mengetahui masalah sosial tertentu. Minat tersebut dapat timbul dan berkembang karena rangsangan bacaan, diskusi, seminar atau pengamatan. Berbagai tahapan harus

  MINAT GAGASAN TEORI KONSEPTUALISASI Tentukan konsep dan variabel yang akan diteliti

  Kesimpulan akan dari kelompok mana? Siapa yang akan diobservasi?

  OBSERVASI Kumpulan data untuk analisa dan penafsiran

  Ubah data untuk dianalisis

  

Analisa data dan tarik

kesimpulan OPERASIONALISASI

  Bagaimana variabel penelitian diukur

PENGOLAHAN DATA

ANALISA DATA

  ditempuh hingga tercapai hasil penelitian, dan tiap tahap perlu dilaksanakan dengan kritis, tepat dan sistematis.

  Teori adalah kumpulan pengetahuan yang dimiliki manusia. Penelitian mengubah ketidaktahuan manusia terhadap alam semesta manjadi pengetahuan.

  Ketidaktahuan membuat manusia mencari pemecahan masalah secara spekulatif. Usaha memuaskan rasa ingin tahu dilakuakan dengan cara yang tidak ilmiah, walaupun belum sepenuhnya memuaskan. Seiring dengan perkembangan berpikir dan peradaban manusia, maka berkembanglah pendekatan-pendekatan ilmiah melalui proses penelitian. Dengan pendekatan-pendekatan ilmiah, ketidaktahuan semakin berkurang dan pengetahuan manusia berkembang. Pengetahuan berkembang terus menerus dan tersusun dalam bentuk teori. Pengetahuan manusia merupakan pemahaman manusia terhadap alam semesta baik fisik maupun sosial. Kegiatan ilmiah adalah cara memecahkan masalah ilmiah. Untuk menghadapi permasalahan digunakan teori ilmiah sebagai alat yang membantu menemukan pemecahan. Misalnya, untuk penelitian mengenai hubungan sikap terhadap mata pelajaran matematika dengan prestasi belajar matematika di sekolah dasar. Dalam penelitian tersebut perlu dikaji teori tentang sikap, hakikat matematika, sikap terhadap matematika, pembelajaran matematika, dan hubungan antara sikap terhadap mata pelajarna matematika dengan prestasi belajar matematika.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori merupakan hubungan antara satu gejala dengan gejala lainnya dan merupakan unsur informasi ilmiah yang paling yang lebih spesifik dan lebih sempit bidang cakupannya. Informasi ini dapat diubah menjadi data (observasi) dengan mengintepretasikan bahwa informasi tersebut menjadi sesuatu yang dapat diamati, dengan penyusunan skala, dan penentuan sampel. Observasi atau data ini merupakan informasi ilmiah yang sangat spesifik dan hanya menyangkut sampel tertentu dan variabel tertentu. Melalui pengukuran, penyederhanaan informasi dan perkiraan parameter, observasi atau data dapat diubah menjadi informasi yang lebih umum yaitu generalisasi empiris. Selanjutnya, generlisasi empiris ini dapat dijadikan teori melalui penyusunan konsep atau yang disebut dengan proses konseptualisasi. Konsep-konsep tersebut kemudian didefinisikan secara operasional dalam bentuk konstruk-konstruk dan variabel sehingga dapat diukur.

B. Pengukuran dan Alat Ukur

  Ilmu pengukuran (measurement) merupakan cabang dari ilmu statistika terapan yang bertujuan membangun dasar-dasar pengembangan tes yang lebih baik sehingga dapat menghasilkan tes yang berfungsi secara optimal, valid, dan reliabel. Dasar- dasar pengembangan tes tersebut dibangun di atas model-model matematik yang secara berkesinambungan terus diuji kelayakannya oleh ilmu psikometri.

1. Pengukuran

  Pengukuran adalah suatu proses yang seringkali dilakukan dalam kehidupan timbangan, untuk mengetahui apakah program dietnya berjalan dengan baik, atau seseorang menggunakan termometer untuk mengukur suhu badannya. Tukang kayu dapat mengetahui panjang sebatang kayu dengan meteran. Seseorang dapat mengetahui kecepatannya dalam berkendara motor dengan speedometer. Pengukuran berat, suhu, panjang dan kecepatan merupakan pengukuran yang bersifat fisik. Selain pengukuran yang bersifat fisik, terdapat pula pengukuran yang bersifat non fisik, misalnya ketika seseorang mengukur kecantikan orang lain dengan melihat riasan wajahnya dan cara berpakaiannya atau ketika seseorang makan direstoran dan setelah dia mencicipi masakan yang disajikan maka dia berkata bahwa masakannya lezat, secara tidak langsung seseorang tersebut telah mengukur tingkat kelezatan.

  Pengukuran juga dilakukan oleh ahli astronomi atau ahli biologi dengan menggunakan teleskop atau mikroskop untuk mengetahui gelaja ilmiah. Pengukuran ilmiah seperti dalam contoh merupakan pengukuran menggunakan pengamatan langsung dan memberikan informasi berdasarkan ilmu eksakta. Pengukuran suhu badan dengan menggunakan termometer akan memberikan hasil yang lebih teliti dan informasi yang lebih akurat dari pada mengukur suhu badan dengan telapak tangan.

  Pengukuran membantu individu dalam meneliti sesuatu hal yang tidak tampak dan tidak dapat diketahui secara langsung, sebagai contoh ketika dilakukan penelitian terhadap tingkat emosional seseorang atau tingkat kecerdasan seseorang. Pengukuran yang demikian disebut sebagai pengukuran psikologis yang bertujuan untuk mengukur karakteristik individu yang tidak dapat diamati secara langsung. terdapat pula pengukuran ilmu sosial yang lain yaitu dalam bidang sosiologi disebut dengan sosiometri, anthropologi (anthropometri), ekonomi (ekonometri) dan hukum (jurimetri). Dalam pengertian secara umum, pengukuran adalah pemberian bilangan pada objek-objek atau kejadian-kejadian berdasarkan prosedur tertentu (Kerlinger: 1992).

  Untuk memudahkan pemahaman mengenai pengukuran maka diberikan contoh pengukuran yaitu pengukuran yang dilakukan oleh penjahit baju. Seorang penjahit baju ingin mengetahui ukuran panjang sebuah kain yang akan digunakannya untuk membuat baju. Penjahit tersebut menggunakan meteran untuk mengukur panjang kain, dia melatakkan ujung meteran tersebut dibagian kain yang paling ujung, dan menarik meteran tersebut sejajar dengan kain sampai ke ujung kain berikutnya.

  Dengan cara tersebut panjahit baju dapat mengetahui bahwa panjang kain tersebut adalah 1.5 m. Dalam pengukuran yang dilakukan penjahit baju tersebut, dapat diketahui bahwa komponen-komponen pengukuran panjang kain adalah kain sebagai objek yang diukur, panjang sebagai variabel yang diukur, meteran sebagai alat ukurnya yang mempunyai skala panjang, dan cara penjahit dalam menggunakan meteran untuk mengukur panjang kain merupakan prosedur pengukuran, sedangkan yang menjadi hasil pengukuran adalah berupa bilangan yang menyatakan panjang kain yaitu 1.5 m. Maka dapat dipahami bahwa pengukuran berhubungan dengan objek, variabel yang akan diukur, bilangan-bilangan, alat ukur, dan prosedur atau tata cara pengukuran.

  Angka adalah lambang dari bilangan yang berbentuk 1, 2, 3,... atau I, II, III,... Sebenarnya bilangan tersebut tidak memiliki arti kuantitatif sebelum arti kuantitatif tersebut diberikan. Pemberian bilangan dalam pengertian pengukuran berarti pemetaan (mapping). Suatu fungsi mempunyai aturan korespondensi, yaitu aturan untuk memberikan tiap anggota suatu himpunan pada setiap satu anggota himpunan lain. Anggota-anggota kedua himpunan tersebut dapat berupa sembarang objek. Dalam matematika, umumnya anggota-anggota himpunan adalah bilangan. Sedangkan dalam suatu penelitian, anggota-anggota himpunan tersebut dapat berupa individu, dan anggota-anggota himpunan lainnya dapat berupa bilangan atau bilangan. Suatu prosedur merupakan panduan, metode atau perintah untuk melakukan suatu tindakan. Suatu prosedur matematik adalah f. Fungsi f adalah prosedur untuk memasangakan atau memetakan objek-objek pada suatu himpunan dengan objek-objek pada himpunan lain. Sebagai contoh, diberikan himpunan A yang meliputi tiga pria dan dua wanita: a

  1 , a 3 , dan a 4 adalah pria dan a 2 serta a 5 adalah

  wanita. Akan dilakukan pengukuran terhadap variabel yang dimiliki yaitu jenis kelamin. Dengan asumsi bahwa dimiliki aturan awal yang memungkinkan ditetapkan jenis kelamin secara tegas dan tidak ambigu. Digunakan aturan: ” jika seseorang berjenis kelamin laki-laki, maka diberi satu bilangan 1; jika seseorang berjenis kelamin perempuan maka diberi satu bilangan 0 ”. Ditetapkan bahwa 0 dan 1 adalah himpunan B, maka B ,

  1 . Diagram pengukuran ditunjukkan dengan gambar = { }

  X

  a 1 a 2 a 3

  1

  a 4 a 5 A B

  X: A B

Gambar 2.4 Pemetaan dari Kelima Anak

  Dari gambar di atas, dapat dibentuk suatu himpunan pasangan terurut yaitu

  { ( ) ( a , 1 1 a , ) ( ) ( ) ( a , 2 3 1 a , 4 1 a , ) } . Pengukuran dapat dipandang sebagai relasi. 5 Anggota A merupakan domainnya dipetakan kepada satu anggota B yang merupakan kodomainnya. Dengan demikian relasi tersebut merupakan sebuah fungsi. Suatu

  relasi adalah himpunan pasangan berurut, demikian juga dengan fungsi. Sembarang prosedur pengukuran membentuk suatu himpunan pasangan berurut, anggota pertama dari setiap pasangan adalah objek yang diukur, dan anggota kedua adalah bilangan yang diberikan pada objek tersebut (hasil pengukuran) menurut prosedur pengukurannya. Maka dapat dituliskan notasi umum untuk sembarang prosedur pangukuran:

  

f = {(x,y); x ∈ , A yB } Notasi tersebut dibaca demikian: ”Fungsi f atau kaidah korespondensi, sama dengan himpunan pasangan berurut (x, y) sedemikian sehingga x adalah suatu objek dan setiap y yang berkorespondensi dengannya adalah satu bilangan”.

  Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan cara-cara atau aturan yang berstandar dan disepakati supaya hasil dari pengukuran menunjukkan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut dilakukan orang yang berbeda. Beberapa pengukuran ada yang mempunyai aturan yang baku dan berlaku secara universal seperti pengukuran berat dan pengukuran sifat-sifat fisik lainnya. Dalam bidang psikologi dan pendidikan, yang menjadi objek pengukuran adalah manusia tetapi yang diukur dalam pengukuran psikologi adalah sifat-sifat yang melekat pada orang tersebut, seperti motivasi, emosional, kecerdasan dan sebagainya. Aturan yang baku dan berlaku secara universal dalam bidang psikologi sangatlah sulit diterapkan karena sifat/variabel pengukurannya bersifat abstrak (tidak dapat dilihat secara langsung). Kecerdasan atau tingkat emosi dari seseorang tidak dapat kita ketahui sebelum dilakukan tes. Oleh karena itu, dalam bidang psikologi dilakukan sebuah standarisasi. Hal ini bertujuan supaya pengukuran yang dilakukan tidak didasarkan pada intuisi.

  Pengukuran Kuantitatif dan Kualitatif

  Peneliti kualitatif dan kuantitatif, keduanya membutuhkan ketelitian dan metode yang sistematis dalam mengumpulkan data. Proses yang membedakan antara kedua kuantitatif, peneliti menggunakan cara berpikir deduktif. Peneliti kuantitatif memulai pengukuran dari pembentukan konsep kemudian diikuti dengan prosedur pengukuran dan diakhiri dengan pengumpulan data emprik yang merepresentasikan konsep tersebut. Sebaliknya, peneliti kualitatif menggunakan cara berpikir induktif. Peneliti kualitatif memulai pengukuran dari pengumpulan data empirik yang diikuti dengan pembentukan konsep. Setelah diperoleh data dan konsep, mereka memulai proses yang menghubungkan data dan konsep tersebut dan diakhiri dengan penggabungan data dan konsep.

  Salah satu perbedaan antara pengukuran kuantitatif dan kualitatif adalah proses menganalisis data. Peneliti kuantitatif memulai proses analisis data setelah proses pengumpulan data. Dalam menganalisis data, peneliti kuantitatif menggunakan teknik-teknik standar pengukuran dan perhitungan numerik. Pengukuran kualitatif adalah pengukuran yang menekankan pengertian dan pengetahuan yang mendalam mengenai teori dari aspek yang akan diukur. Pengetahuan yang mendalam mengenai teori yang akan diukur sangat penting dalam proses penentuan konsep. Sebelum menentukan konsep maka dilakukan wawancara atau diskusi terlebih dahulu mengenai landasan teori dari penelitian. Dari wawancara dan diskusi maka dapat diperoleh beberapa konsep. Penentuan konsep dalam pengukuran kualitatif berlangsung seiring dengan proses pengumpulan data dan analisis data. Dalam pengukuran kualitatif , tidak ada patokan yang sah dari peneliti. Semua proses dianggap sah apabila hal tersebut benar-benar terjadi (empirik) dan patokan baru

  Data yang diperoleh juga berbeda untuk kedua penelitian tersebut. Data yang dikumpulkan dari pengukuran kuantitatif merupakan hasil pengukuran atas variabel- variabel yang telah dioperasionalkan menggunakan teknik-teknik perhitungan dan pada umumnya berbentuk bilangan. data hasil pengukuran kualitatif berupa tulisan, suara, simbol, atau gambar visual seperti peta, potografi, video, dan sebagainya. Peneliti kualitatif kadang-kadang merepresentasikan hasil pengukuran dengan bilangan atau numerik.