PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010) SKRIPSI Diajukan untu

  

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN

ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI

KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

  

(Studi Kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Kutai Barat tahun 2001-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Christina Narulita Puspitasari

  

NIM : 082114144

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

  

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN

ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai

  

Barat tahun 2001-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

  

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Christina Narulita Puspitasari

  

NIM : 082114144

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Aku memulai dari titik nol dengan doa, perjuangan & kerja keras menguras waktu, tenaga, serta pikiran sempat terpikir untuk menyerah dan butuh waktu sampai akhirnya mampu untuk memulai lagi namun berkat semua dukungan, doa, serta perhatian dari orang-orang tersayang sampai akhirnya bisa sampai pada titik ini, dan semua selesai

  “TERIMA KASIH UNTUK KALIAN YANG LUAR BIASA”

  Kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus yang maha pengasih Orang Tuaku tersayang Adikku yang luar biasa

  Seluruh keluarga besarku Sahabat-sahabatku tercinta Keluarga besar Universitas Sanata Dharma

  

MOTTO

  Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa & permohonan dengan ucapan syukur

  (Filifi 4:6)

  

Dream, believe, make it happen

(Agnes Monica)

  Song : Dan bila, aku berdiri. Tegar, sampai hari ini. Bukan karena kuat & hebatku. Semua karena cinta, semua karena cinta.

  Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar.

  Trimakasih Cinta (Trimakasih Cinta-Joy Idol)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat pemerolehan gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

  1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan kepribadian penulis.

  2. Dr. H. Herry Maridjo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  3. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  4. Firma Sulistyowati, S.E., M.Si., QIA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu, membimbing, serta memberikan semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  5. Josephine Wuri, S.E., M.Si dan Dr. FA. Joko Siswanto, M.M., Akt., QIA selaku dosen penguji yang telah memberikan saya kesempatan untuk mempersentasikan hasil penelitian saya, serta banyak membantu saya dalam menyelesaikan revisi penelitian saya.

  6. Ismail Thomas, S.H., M.Si. selaku Bupati Kabupaten Kutai Barat yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melakukan penelitian pada Kabupaten Kutai Barat.

  7. Ir. Finsen Allotodang, M.Si. selaku kepala BAPPEDA yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. Dan segenap pegawai kantor BAPPEDA yang telah banyak membantu dalam pemerolehan data yang dibutuhkan.

  8. Dosen-dosen tercinta serta staf-staf Fakultas Ekonomi, yang telah banyak membantu selama masa-masa kuliah.

  9. Mama dan Papa yang selalu mencintaiku, memberikan aku kasih sayang, perhatian, mendukungku, dan tidak pernah berhenti untuk memberikan aku semangat serta doa.

  10. Adikku Tian yang selalu siap sedia membantuku, memberi dukungan, semangat, dan doanya.

  11. Seluruh keluarga besarku, yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan doa.

  12. Sahabatku-sahabatku Lola, Ita, Vera, Glow, Reski, Pent, Arya, Jojo, Deny, Eci dan Sita, yang tidak pernah berhenti memberikan doa, perhatian, dan dukungan.

  Serta persahabatan yang telah kita jalin dan juga suka duka yang telah kita lewati bersama.

  13. Teman-teman BEM FE periode 2011, Jo, Arta, Dherma, Sari, Leo, Elsa, Septi, Okta, Neng, Tina, Dhimas, dan Ferry, untuk perjuangan dan kebersamaannya selama setahun lebih.

  14. Teman-teman kelas MPT, Dita, Kety, Angel, Arsen, Andre, Dona, Tiwi, Robert, Novia, dan Uty, untuk bantuan dan kerjasama yang telah diberikan. Akhirnya kerja keras kita selama ini terbayar juga.

  15. Seluruh teman-teman Akuntansi angkatan 2008, dan semua teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan kebersamaan selama kuliah di Sanata Dharma.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 28 Desember 2012 Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv MOTO .......... ........................................................................................................ v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ............................... vi HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA TULIS .............................. vii HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................... viii HALAMAN DAFTAR ISI .................................................................................... xi HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv HALAMAN DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvi ABSTRAK……. ................................................................................................... xvii ABSTR

  ACT ……………………………………………………………………. xviii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7 E. Sistematika Penulisan ................................................................... 7 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 10

  A. Anggaran Daerah Sektor Publik .................................................... 10

  B. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia ................................... 12

  C. Teori Keagenan ............................................................................. 13

  D. Belanja Modal Dalam Anggaran Daerah ...................................... 15

  E. Produk Domestik Regional Bruto ................................................. 18

  F. Pendapatan Asli Daerah ................................................................ 20

  G. Dana Alokasi Umum ..................................................................... 24

  H. Dana Alokasi Khusus .................................................................... 25

  I. Review Penelitian Terdahulu ........................................................ 27 J. Kerangka Pikir .............................................................................. 28 K. Pengembangan Hipotesis Penelitian ............................................. 31

  BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 32 A. Jenis Penelitian .............................................................................. 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 32 C. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................... 32 D. Data yang diperlukan .................................................................... 33 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 34 F. Variabel Penelitian ........................................................................ 34 G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 37 BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUTAI BARAT .................. 45 A. Kutai Barat .................................................................................... 45 B. Keadaan Penduduk dan Penyebarannya ....................................... 46

  C. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Barat.................................................................................

  53 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 57

  A. Deskripsi Data .............................................................................. 57

  B. Analisis Data................................................................................. 59

  1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................... 59

  2. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 62

  3. Pengujian Hipotesis ................................................................ 70

  C. Hasil Penelitian dan Interpretasi ................................................... 79

  BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 86 A. Kesimpulan ................................................................................... 86 B. Keterbatasan .................................................................................. 87 C. Saran .............................................................................................. 88 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 89 LAMPIRAN ...................................................................................................... 92

  

DAFTAR TABEL

Tabel 4.6 Rekapitulasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja DaerahTabel 5.4.1 Hasil pengujian Multikolinearitas .................................................. 65Tabel 5.3 Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test ............. 64Tabel 5.2 Statistik Deskriptif .......................................................................... 59

  Kabupaten Kutai Barat tahun 2001-2010 ........................................ 58

Tabel 5.1 Data Pertumbuhan Ekonomi, PAD, DAU, dan DAK di

  Barat Tahun 2001-2010 ................................................................. 56

Tabel 4.7 Rekapitulasi Jumlah Belanja Modal Kabupaten Kutai

  Kabupaten Kutai Barat ................................................................... 55

  Menurut Tingkat Pendidikan Dan Jenis Kelamin Tahun 2010 ...... 53

  Halaman

Tabel 4.5 Banyaknya Penempatan Pencari Kerja Yang Terdaftar

  Kelamin Tahun 2010 ..................................................................... 52

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan JenisTabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ......................................... 50Tabel 4.2 Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan .................................... 49

  Kepadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Kutai Barat Tahun 2010 ..................................................................................... 48

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, DanTabel 2.1 Review Peneli tian Terdahulu……………………………………. 27Tabel 5.4.2 Hasil pengujian Multikolinearitas .................................................. 66Tabel 5.5 Uji Glesjer ...................................................................................... 68Tabel 5.6 Hasil pengujian Run Test ............................................................... 70Tabel 5.7 Hasil Uji F ...................................................................................... 71Tabel 5.8 Hasil Pengujian Regresi Linear Berganda ..................................... 72Tabel 5.9 Pengujian Kelayakan Model .......................................................... 74

  

DAFTAR GAMBAR

  Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir .............................................................................. 28Gambar 5.1 Grafik P-P Plot ............................................................................... 63Gambar 5.2 Grafik Scatterplot ........................................................................... 67

  

ABSTRAK

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN

ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS

TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

  

(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Kutai Barat tahun 2001-2010)

  Christina Narulita Puspitasari Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2012

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana

Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal pada kabupaten

Kutai Barat.

  Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen.

  Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat. Secara parsial variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten Kutai Barat, sedangkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap Belanja Modal.

  

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT,

LOCAL OWN REVENUE, GENERAL ALLOCATION FUND, AND SPECIAL

ALLOCATION FUND TO THE CAPITAL EXPENDITURE BUDGET

  

(A Case Study at the Regional Development Planning Board of West Kutai

Regency during the period 2001-2010)

  Christina Narulita Puspitasari Sanata Dharma University

  Yogyakarta 2012

  This research was aimed to analyze whether Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund had positive influences to the Capital Expenditure in West Kutai Regency.

  The analysis method used in this research is quantitative with multiple linier regression and using classical assumption test before finding out the best linier model. The variable used in this research are Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable.

  The results of this research showed that Gross Regional Domestic Product, Local Own Revenue, General Allocation Fund, and Special Allocation Fund simultaneously influence the Capital Expenditure in West Kutai Regency. Partially, the variables of Gross Regional Domestic Product and Special Allocation Fund have a positive and significant influence to the Capital Expenditure while the Local Own Revenue and General Allocation Fund have a positive but not significant influence to the Capital Expenditure.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

  otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia didasarkan pada UU No. 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004.

  Dalam UU tersebut dijelaskan bahwa pemerintah daerah memisahkan fungsi eksekutif dengan fungsi legislatif, perbedaan fungsi tersebut menunjukkan adanya Agency Teory (Halim,2006).

  UU tersebut memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja modal dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah. Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam APBD.

  Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran sektor publik pemerintah daerah sebenarnya merupakan output pengalokasian sumberdaya dan pengalokasian sumberdaya merupakan permasalahan yang mendasar dalam penganggaran sektor publik. Keterbatasan sumberdaya sebagai akar masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001).

  Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan public pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya.

  Selama ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif. Saragih (2003) menyatakan bahwa pemanfaatan belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal yang produktif seperti untuk melakukan aktivitas pembangunan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Stine (1994) dalam Darwanto dan Yustikasari (2006) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program pelayanan publik. Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja untuk berbagai kepentingan publik.

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar PDRB mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana hal ini merupakan bukti nyata dari pemerintah daerah dalam upaya memajukan daerahnya melalui pemaksimalan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut sehingga manunjukkan kemandirian daerah dari pemerintah pusat. Kenyataan yang terjadi dalam Pemerintah Daerah saat ini adalah peningkatan PDRB tidak selalu diikuti dengan peningkatan belanja modal, hal tersebut dapat dilihat dari kecilnya jumlah belanja modal yang dianggarkan dengan total anggaran belanja daerah.

  Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan yang besar kepada pemerintah daerah untuk menggali potensi yang dimiliki sebagai sumber pendapatan daerah dalam rangka pelayanan publik. Menurut UU 32/2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu sumber pendapatan Pemerintah Daerah. PAD terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah.

  Dengan adanya peningkatan PAD diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga pemerintah dapat memberikan kualitas pelayanan publik yang baik.

  Setiap daerah mempunyai kemampuan keuangan yang tidak sama dalam mendanai kegiatan-kegiatannya, hal ini menimbulkan ketimpangan fiskal antara satu daerah dengan daerah lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketimpangan fiskal ini pemerintah mengalokasikan dana yang bersumber dari APBN untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi (UU 32/2004). Salah satu dana perimbangan dari pemerintah ini adalah Dana Alokasi Umum (DAU) yang pengalokasiannya menekankan aspek pemerataan dan keadilan yang selaras dengan penyelenggaraan urusan pemerintahan. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

  Dengan dana tersebut pemerintah daerah menngunakannya untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada publik.

  Berdasarkan UU 33/2004, Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang panjang, termasuk pengadaan sarana fisik penunjang, dan tidak termasuk penyertaan modal. Dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi belanja modal, karena DAK cenderung akan menambah asset tetap yang . dimiliki pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik

  Kabupaten Kutai Barat merupakan salah satu wilayah pemekaran dari Kabupaten Kutai, pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 tahun 1999. Dikarenakan wilayah ini belum lama dimekarkan maka pembangunan terhadap fasilitas publik merupakan suatu hal yang wajib dilakukan. Hal ini dilakukan guna memaksimalkan pelayanan pemerintah daerah terhadap masyarakat. Anggaran untuk melaksanakan pembangunan tiap tahunnya selalu dianggarkan melalui Anggaran Belanja Modal, namun minimnya anggaran tersebut menghambat lajunya pembangunan terutama pada daerah-daerah yang terisolir. Anggaran tersebut diperlukan untuk membangun sarana dan infrastruktur, seperti : gedung kantor, jalan, jembatan, sarana mobilitas, listrik, air bersih, gedung sekolah, serta sarana serta prasarana lainnya untuk menunjang pelayanan publik.

  Berdasarkan teori dan uraian diatas diketahui bahwa PDRB, PAD, DAU, dan DAK memiliki pengaruh terhadap pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Oleh sebab itu, penulis termotivasi lebih jauh untuk meneliti pengaruh PDRB, PAD, DAU, dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal pada Kabupaten Kutai Barat periode 2001-2010.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

  2. Apakah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

  3. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

  4. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ?

  5. Apakah Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010) ? C.

   Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis :

  1. Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

  2. Pengaruh positif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

  3. Pengaruh positif Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

  4. Pengaruh positif Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

  5. Pengaruh positif Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Anggaran Belanja Modal (2001-2010).

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Pemerintah Daerah Kutai Barat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pentingnya mengoptimalkan potensi lokal yang dimiliki daerah untuk peningkatan kualitas pelayanan publik demi kemajuan daerah.

  2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan, wawasan, dan pengetahuanbaik bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma maupun pihak lain yang berkepentingan terhadap topik yang diteliti oleh penulis.

  3. Bagi Penulis Penelitian ini merupakan kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang telah diterima selama berada di bangku kuliah dan menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan.

  E. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan ini secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :

  Bab I Pendahuluan Dalam bab ini penulis mencoba menjelaskan tentang hubungan PDRB, PAD, DAU, dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal. Bab ini menguraikan pula rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab II Landasan Teori Pada bab ini akan dikemukakan teori-teori yang mendukung permasalahan dan pembahasan dari hasil studi pustaka. Uraian yang terdapat pada bab ini nanti akan dijadikan sebagai landasan berpikir bagi penulis dalam mengelola data yang diperoleh, dan menganalisa permasalahan untuk mendapatkan pemecahan atas permasalahan yang diajukan.

  Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan penulis meliputi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis teknik data yang digunakan penulis untuk menjawab permasalahan yang ada.

  Bab IV Gambaran Umum Daerah Kabupaten Kutai Barat Bab ini berisi tentang keadaan Pemerintah Daerah Kutai Barat meliputi sejarah pembentukan, letak geografis dan luas wilayah, penduduk dan tenaga kerja, hasil utama daerah, sosial dan organisasi pemerintahan daerah.

  Bab V Analisis Data Dan Pembahasan Bab ini membahas analisis data yang diperoleh dari Pemerintah Daerah Kutai Barat dengan menggunakan metode dan teknik yang diuraikan dalam metode penelitian.

  Bab VI Penutup Bab ini berisi kesimpulan dari seluruh langkah-langkah dalam pembahasan dan analisis data dari hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian dan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian ini dan penelitian selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Anggaran Daerah Sektor Publik Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa anggaran merupakan

  pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber- sumber kekayaan daerah.

  Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting karena di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Tujuan utama proses perumusan anggaran adalah menterjemahkan perencanaan ekonomi pemerintah, yang terdiri dari perencanaan input dan output dalam satuan keuangan. Oleh karena itu, proses perumusan anggaran harus dapat menggali dan mengendalikan sumber-sumber dana publik. Proses pembuatan satu tahun anggaran tersebut dikenal dengan istilah penganggaran.

  Penganggaran mempunyai tiga tahapan, yaitu (1) perumusan proposal anggaran, (2) pengesahan proposal anggaran, (3) pengimplementasian anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum (Samuels, 2000). Von Hagen (2002) dalam Darwanto (2007) menyatakan bahwa penganggaran dibagi ke dalam empat tahapan, yaitu executive

  planning, legislative approval, executive implementation, and ex post accountability . Pada tahapan executive planning dan legislative approval

  terjadi interaksi antara eksekutif dengan legislatif dimana politik anggaran paling mendominasi, sementara pada tahapan executive implementation dan

  ex post accountability hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.

  Menurut Mardiasmo (2004), anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu:

  1. Anggaran operasional Anggaran operasional merupakan anggaran yang digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan pemerintahan.

  Pengeluaran yang termasuk anggaran operasional antara lain belanja umum, belanja operasi dan belanja pemeliharaan.

  2. Anggaran modal Anggaran modal merupakan anggaran yang menunjukkan anggaran jangka panjang dan pembelajaran atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan sebagainya. Belanja modal adalah pengeluaran yang manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah aset atau kekayaan pemerintah, selanjutnya akan menambah anggaran rutin untuk biaya operasional dan biaya pemeliharaan.

B. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia

  Perubahan paradigma baru dalam pengelolaan dan penganggaran daerah merupakan akibat dari penerapan otonomi daerah di Indonesia.

  Penganggaran kinerja (performance budgeting) merupakan konsep dalam penganggaran yang menjelaskan keterkaitan antara pengalokasian sumberdaya dengan pencapaian hasil yang dapat diukur.

  Proses penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), selanjutnya RPJMD dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk periode 1 tahun. Berdasarkan RKPD tersebut, Pemerintah Daerah menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang dijadikan dasar dalam penyusunan APBD.

  Kemudian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menerima penyerahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang sebelumnya disusun oleh Pemda untuk disetujui. Setelah Pemda menyetujui PPAS, selanjutnya disusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang kemudian disahkan menjadi APBD.

  Mardiasmo (2002) proses penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan yaitu:

  1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

  2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik dalam proses pemrioritasan.

  3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.

  4. Meningkatkan transparansi dan tanggung jawab pemerintah kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.

C. Teori Keagenan

  Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara prinsipal sebagai pihak pertama dengan agen sebagai pihak lainnya yang terikat kontrak perjanjian. Pihak prinsipal merupakan pihak yang bertugas membuat suatu kontrak, mengawasi, dan memberikan perintah atas kontrak tersebut. Sedangkan pihak agen bertugas menerima dan menjalankan kontrak yang sesuai dengan keinginan pihak prinsipal.

  1. Hubungan Keagenan antara Eksekutif dan Legislatif Dalam hubungan keagenan antara eksekutif dan legislatif, eksekutif (Pemda) bertindak sebagai agen dan legislatif (DPRD) bertindak sebagai prinsipal. Pemda menyusun anggaran daerah dalam bentuk RAPBD yang selanjutnya diserahkan kepada DPRD untuk diperiksa. Jika RAPBD telah sesuai dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), maka pihak legislatif (DPRD) akan melakukan pengesahan RAPBD menjadi APBD. Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah oleh pihak legislatif (DPRD) dijadikan alat kontrol untuk mengawasi kinerja pihak eksekutif (Pemda).

  2. Hubungan Keagenan antara Legislatif dan Publik Dalam hubungan antara legislatif dan publik, legislatif (DPRD) bertindak sebagai agen dan publik bertindak sebagai prinsipal. Menurut

  Von Hagen (2003) bahwa hubungan yang terjadi antara publik dan legislatif pada dasarnya menunjukkan bagaimana publik memilih politisi untuk membuat keputusan-keputusan tentang belanja publik dan memberikan dana dengan membayar pajak. Kemudian legislatif terlibat dalam pembuatan keputusan atas pengalokasian belanja dalam anggaran, maka DPRD diharapkan mewakili kepentingan publik. Jadi walaupun legislatif menjadi pihak prinsipal, disisi lain dapat bertindak senagai agen dalam hubungannya dengan publik. Sehingga legislatif menempatkan dirinya sebagai pihak yang menerima tugas dari publik, dan melakukan pendelegasian kepada eksekutif untuk menjalankan penganggaran.

  3. Hubungan Keagenan dalam Penyusunan Anggaran Daerah di Indonesia Penyusunan APBD yang dibuat antara eksekutif dan legislatif berpedoman pada Kebijakan Umum APBD dan Plafon Anggaran. Pihak eksekutif membuat rancangan APBD yang kemudian diserahkan kepada legislatif untuk dipelajari dan dibahas bersama-sama sebelum ditetapkan sebagai Perda. Dalam perspektif keagenan, APBD merupakan bentuk kontrak yang dijadikan alat oleh legislatif untuk mengawasi pelaksanaan anggaran oleh eksekutif (Darwanto, 2007).

D. Belanja Modal Dalam Anggaran Daerah

  Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang- undangan (UU 32/2004). Kewajiban daerah tersebut tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

  Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi 1 tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap pemerintah daerah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.

  Cara mendapatkan belanja modal dengan membeli melalui proses lelang atau tender.

  Aset tetap yang dimiliki pemerintah daerah sebagai akibat adanya belanja modal merupakan syarat utama dalam memberikan pelayanan publik.

  Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.

  Peningkatan kualitas pelayanan publik dapat diperbaiki melalui perbaikan manajemen kualitas jasa (service quality management), yakni upaya meminimasi kesenjangan (gap) antara tingkat layanan dengan harapan konsumen (Bastian, 2006). Dengan demikian, Pemerintah Daerah harus mampu mengalokasikan anggaran belanja modal dengan baik karena belanja modal merupakan salah satu langkah bagi Pemerintah Daerah untuk memberikan pelayanan kepada publik.

  Belanja Modal dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori utama:

  1. Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/pembeliaan/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertipikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

  2. Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai.

  3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan Bangunan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

  4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

  5. Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran/biaya yang digunakan untuk pengadaan/ penambahan/ penggantian/ peningkatan pembangunan/ pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam criteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi dan jaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternak dan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

E. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai barang dan jasa (komoditas) yang diproduksi pada suatu wilayah domestik/regional tanpa memperhatikan pemilikan faktor-faktor produksinya. Nilai PDRB atas harga pasar dapat diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah domestik/regional. Nilai tambah adalah produksi (output) dikurangi biaya antara, perhitungan nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (berupa upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

  Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga berlaku tahun berjalan setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

  Menurut Arsyad (1999) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan output atau nilai tambah seluruh produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari beberapa sektor ekonomi yaitu : Pertanian, Pertambangan dan penggalian, Industri pengolahan, Listrik, gas dan air, Bangunan / konstruksi, Perdagangan, restoran dan hotel, Pengangkutan dan telekomunikasi, Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta Jasa-jasa.

  Dari pengertian tersebut diatas maka PDRB identik dengan pendapatan, yaitu pendapatan suatu rumah tangga negara atau dalam hal ini adalah daerah. Data PDRB tersebut menggambarkan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimilikinya.

  PDRB juga digunakan sebagai indikator untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan

  output perkapita diproduksi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita (Boediono, 1985).

  Sesuai dengan konsep ekonomi makro, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut penggunaan terbagi menjadi empat kelompok pengeluaran utama, yaitu pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran untuk kegiatan investasi, pengeluaran atau belanja sektor pemerintah dan ekspor netto (ekspor dikurangi impor). Untuk lebih jelasnya, PDRB dapat dilihat dari tiga pendekatan sebagai berikut :

  1. Segi Produksi

  2. Segi Pendapatan

  3. Segi Pengeluaran

F. Pendapatan Asli Daerah

  Menurut UU 33/2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan daerah asli yang bersumber dari daerah tersebut yang kemudian digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat.

  Daerah yang ditunjang dengan sarana dan prasarana memadai akan berpengaruh pada tingkat produktivitas masyarakatnya dan akan menarik investor untuk menanamkan modalnya pada daerah tersebut yang pada akhirnya akan menambah pendapatan asli daerah. Peningkatan PAD diharapkan mampu memberikan efek yang signifikan terhadap pengalokasian anggaran belanja modal oleh pemerintah. Peningkatan investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

  Kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan :

  1. Pajak Daerah Sesuai UU 28/2009 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri dari : a. Pajak hotel

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

2 7 98

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS, PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DANA BAGI HASIL, DAN KEMANDIRIAN FISKAL TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

1 16 106

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).

0 4 13

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL PADA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN PERIODE 2010-2012.

0 4 12

DAMPAK PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL PEMERINTAH DAERAH (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)

0 5 150

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

0 6 78

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL TERHADAP PEMBANGUNAN MANUSIA.

0 0 14

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Periode 2012-2014)

0 0 6

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Kasus pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Periode 2012-2014)

0 0 5

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL PADA PROVINSI JAWA TENGAH

1 1 13