PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN

(1)

commit to user

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL DALAM ANGGARAN PENDAPATAN

DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN/ KOTA DI PULAU JAWA, BALI DAN NUSA TENGGARA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Manajemen

Minat Utama: Manajemen Keuangan

Disusun oleh: Rini Oktriniatmaja

NIM: S4108118

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

(3)

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Rini Oktriniatmaja

NIM : S4108118

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhdap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal ang bukan karya saya dalam tesis ini di beri tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh atas tesisi tersebut.

Surakarta, Juni 2011 Yang menyatakan,


(5)

commit to user

iv MOTTO

…sesungguhnya ALLAH tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…

(QS AR RA’AD:11)

Kegagalan bukanlah akhir dari sebuah kesuksesan. Jadikanlah kegagalan itu sebagai

pelajaran paling berharga untuk mencapai kesuksesan. Berusaha dan berdoa adalah

jalan yang terbaik


(6)

commit to user

iv

PERSEMBAHAN

Tulisan ini di persembahkan Untuk kedua orang tua tercinta Terimakasih untuk semua dukungan Dan pengorbanan yang kalian berikan Sesungguhnya aku tidak akan bisa menjadi seperti sekarang

Tanpa dukungan dan semangat dari kalian Terimakasih


(7)

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikun wr. wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tesis ini.

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Magister Manajemen (S2) di Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta. Penulisan tesis ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

pengarahan, bimbingan dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu

dalam proses penyelesaiannya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Alah SWT atas karunua, hidayah, akal dan fikiran serta atas segala kemudahan

yang diberikan kepada penulis.

2. Nabi Muhammad SAW yang memberikan pelajaran dan pedoman hidup yang

sangat berharga kepada umatnya.

3. Bapak Prof. Dr. Hartono, MS selaku Direktur Program Studi Magister

Manajemen Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus Dosen Pembimbing I

atas bimbingan dan bantuannya dalam penyusuna tesis ini.

4. Bapak Drs. Agus Budiatmanto Msi, Ak selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan petunjuk dan arahan sejak permulaan sampai dengan selesainya


(8)

commit to user

iv

5. Dosen-dosen dan karyawan Program Studi Magister Manajemen Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

6. Kedua Orang Tua atas do’a, kasih sayang, dorongan dan bantuan baik material

maupun spiritual yang telah diberikan selama ini.

7. Keluarga dan orang-orang terdekat yang telah memberikan dukungan, semangat,

kasih sayang dan cinta selama hidupku.

8. Teman-teman Magister Manajemen yang sudah memberikan masukan selama

penulisan tesis ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

Semoga Allah SWT selalau melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya

kepada kita semua.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan

penulis semoga tesisi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Surakarta, Juni 2011


(9)

commit to user

iv INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder. Data diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui

www.depkeu.djpk.go.id periode tahun 2004-2008. Dengan menggunakan metode

purposive sampling, dari 147 kabupaten/ kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara diperoleh sampel sebanyak 56 kabupaten kota. Data kemudian di analisis dengan metode regresi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa PAD, DAU dan DAK berpengaruh positif terhadap alokasi Belanja Modal baik secara parsial maupun secara simultan. Uji beda antar daerah Jawa dan luar Jawa menunjukkan bahwa Belanja Modal dan PAD daerah Jawa lebih tinggi dibandingkan dengan daerah di luar Jawa. Sedangkan untuk DAU dan DAK daerah luar Jawa lebih tinggi di bandingkan dengan daerah di Jawa.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Belanja Modal


(10)

commit to user

iv

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of Revenue, the General Allocation Fund and the Special Allocation Fund to the Capital Expenditure Budget Appropriation in the Budget of the Regional Government of Regency / Municipality in Java, Bali and Nusa Tenggara.

This research is a quantitative study using secondary data. Data obtained from the General Director of Local Government Fiscal Balance website through the www.depkeu.djpk.go.id year period 2004-2008. Using a purposive sampling method, from 147 districts / cities in Java, Bali and Nusa Tenggara obtained a sample of 56 districts / cities. The data were analyzed with regression methods.

The result of analysis showed that the Revenue, the General Allocation Fund and the Special Allocation Fund has a positive effect on the allocation of Capital Expenditure either partially or simultaneously. Test difference between Java and outside Java show that the Capital Expenditure and Revenue is higher in Java compared to regions outside Java. As for the General Allocation Fund and the Special Allocation Fund areas outside Java is higher in comparison with areas in Java.

Keywords: Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund, Capital Expenditure


(11)

commit to user

iv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN iv

HALAMAN MOTTO v

HALAMAN PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

INTISARI xiii

ABSTRACT xiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

E. Orisinalitas Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 9

A. Landasan Teori 9

1. Anggaran Daerah 9

2. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia 11

3. Fungsi Anggaran Sebagai Sarana Manajemen Publik 13

4. Hubungan Keagenan dalam Anggaran Sektor Publik 13

5. Pendapatan Asli Daerah 15

6. Dana Lokasi Umum 19

7. Dana Alokasi Khusus 21

8. Belanja Modal dalam Anggaran Daerah 24

9. Penelitian Terdahulu 24

B. Hipotesis 26

C. Kerangka Pemikiran 28

BAB III METODE PENELITIAN 31

A. Jenis Penelitian 31

B. Populasi dan Sampel Penelitian 31

C. Data dan Sumber Data 32


(12)

commit to user

iv

E. Teknik Analisis Data 34

1. Uji Asumsi Klasik 34

2. Analisis Regresi dan Uji Beda 36

3. Uji Hipotesis 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40

A. Gambaran Umum 40

B. Analisis Data 42

1. Uji Asumsi Klasik 42

2. Analisis Hasil Regresi 45

3. Uji Beda Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap 48

Anggaran Belanja Modal

4. Uji hipotesis 51

C. Pembahasan Hasil Penelitian 54

BAB V PENUTUP 62

A. Kesimpulan 62

B. Keterbatasan 62

C. Implikasi 63

D. Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 66


(13)

commit to user

iv

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Ringkasan PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal

Tertinggi dan Terendah selama 2004-2008

41

Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas Data 42

Tabel IV.3 Hasil Uji Multikolinearitas 43

Tabel IV.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas 44

Tabel IV.5 Hasil Uji Autokorelasi 45

Tabel IV.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda 46

Tabel IV.7 Hasil Uji Antar Daerah Jawa dan Luar Jawa 48

Tabel IV.8 Hasil Uji antar Tahun Anggaran 49

Tabel IV.9 Hasil Anova Uji antar Tahun Anggaran 50

Tabel IV.10 Hasil Uji F 52


(14)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan pemerintah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Sehubungan dengan itu pemerintah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan Negara yang bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat.

Dengan berlakunya undang-undang otonomi daerah yang melimpahkan segala kewenangan pemerintah pusat kepada perintah daerah, maka pengelolaan anggaran sektor publik di kelola oleh pemerintah masing-masing daerah. Dalam undang-undang republik Indonesia nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (yang direvisi dari undang-undang nomor 22 tahun 1999), menimbang bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.


(15)

commit to user

Dampak pelaksanaan otonomi daerah adalah tuntutan terhadap pemerintah dalam menciptakan good governanace sebagai prasyarat dengan mengedepankan akuntabilitas dan transparansi.

Anggaran merupakan managerial plan for action untuk tercapainya tujuan organisasai pemerintah. Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari uang publik (Mardiasmo, 2005: 61). Penganggaran sektor publik terkait dalam proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang telah di susun.

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk provinsi maupun untuk kabupaten dan kota. Penyusunan APBD diawali dengan membuat kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang Kebijakan Umum APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran yang akan menjadi pedoman untuk penyusunan anggaran pendapatan dan anggaran belanja. Selanjutnya, DPRD akan mengawasi kinerja pemerintah melalui anggaran. Bentuk pengawasan ini sesuai dengan

agency theory yang mana pemerintah daerah sebagai agen dan DPRD sebagai

prinsipal. Hal ini menyebabkan penelitian di bidang anggaran pada pemerintah daerah menjadi relevan dan penting.


(16)

commit to user

Lingkup anggaran akan menjadi relevan dan penting dalam lingkungan pemerintah daerah. Hal ini terkait dengan dampak anggaran terhadap kinerja pemerintah, sehubungan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Anggaran sektor publik pemerintah daerah merupakan output

pengalokasian sumberdaya. Adapun pengalokasian sumber daya merupakan permasalahan dasar dalam penganggaran sektor publik (Key 1940 dalam Fozzard, 2001). Keterbatasan sumber daya pangkal masalah utama dalam pengalokasian anggaran sektor public dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal dalam public

expenditure management (Fozzard, 2001). Tuntutan untuk mengubah struktur

belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas fiscal rendah (Halim, 2001).

Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah daerah setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik. Pergeseran ini ditujukan untuk peningakatan investasi modal dalam bentuk asset tetap, yakni peralatan banguan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik, karena aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasyarat dalam memberikan pelayanan kepada public oleh pemerintah daerah.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah asset tetap. Alokasi belanja modal ini di dasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk


(17)

commit to user

kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Pemanfaatan belanja hendaknya di alokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas pembangunan (Saragih, 2003). Stine (1994) menyatakan bahwa penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik.

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan asli daerah yang terdiri dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dari laba perusahaan daerah dan lain-lain pendapatan yang sah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari PAD lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber pendapatan di luar PAD, karena PAD dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah, sedangkan bentuk pemberian pemerintah yang non PAD lebih bersifat terikat.

Keterbatasan infrastruktur seperti sarana dan prasarana yang tidak mendukung untuk investasi menimbulkan masalah dalam alokasi PAD yang sebenarnya. Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan referensi antara eksekutif dan legislative dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk belanja modal justru mengalami penurunan. Abdullah menduga bahwa

power legislative yang sangat besar menyebabkan diskresi atas penggunaan

spread PAD tidak sesuai dengan preferensi publik. Menurut Mardiasmo (2002)

saat ini masih banyak masalah yang dihadapi pemerintah daerah terkait dengan upaya meningkatkan penerimaan daerah.


(18)

commit to user

Abdullah dan Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar, terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004).

Dana Alokasi Umum merupakan dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dutujukan untuk kabupaten dan kota di Indonesia, namun tidak semua kabupaten dan kota mendapatkan dana dari DAU seperti wilayah provinsi DKI Jakarta. Karena otonomi provinsi DKI Jakarta diletakkan pada lingkup provinsi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Jumlah DAU secara keseluruhan ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN. Pemerintah merumuskan formula dan penghitungan DAU dengan memperhatikan pertimbangan dewan yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan otonomi daerah.

Konsekuensi atas penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah mengakibatkan perlunya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah darah yang menyebabkan terjadinya transfer yang cukup signifikan di dalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah darah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut


(19)

commit to user

untuk member pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang mungkin tidak peneting.

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang sifatnya khusus dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, yang berasal dari APBN yang dialokasikan untuk membiayai kebutuhan tertentu yang bersifat khusus. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan arumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional. Dalam anggaran belanja modal, DAK berpengaruh karena akan lebih cenderung digunakan untuk menambah aset tetap yang dimiliki oleh pemerintah guna meningkatkan pelayanan publik.

DAK dialokasin dalam APBN sesuai dengan program yang menjadi prioritras nasional. Dialokasin kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas nasional yang menjadi urusan daerah. DAK yang dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional dalam bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktrur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, sertas lingkungan hidup.


(20)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut

1. Apakah pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh terhadap anggaran belanja modal dalam APBD?

2. Apakah dana alokasi umum (DAU) berpengaruh terhadap anggaran belanja modal dalam APBD?

3. Apakah dana alokasi khusus (DAK) berpengaruh terhadap anggaran belanja modal dalam APBD?

C. Tujuan Penelitian

Tujauan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris:

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap anggaran Belanja Modal dalam APBD.

2. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap anggaran Belanja Modal dalam APBD.

3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) tehradap anggaran Belanja Modal dalam APBD.


(21)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Apabila tujuan penelitian dapat dipenuhi, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi bagi akademis untuk penelitian-penelitian serupa. Dan dapat digunakan pemerintah daerah sebagai pertimbangan dalam penentuan anggaran belanja daerah.

E. Orisinalitas Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan replikasi dari penelitian Darwanto (2007) yang meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Dimana penelitian yang di lakukan Darwanto menemukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap belanja modal. Sedangkan secara parsial Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh. PAD dan DAU secara parsial berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal.

Perbedaan penelitian ini dengan yang di lakukan Darwanto adalah terletak pada variable DAK, penelitian ini mengeluarkan variable pertumbuhan ekonomi dan memasukkan variable DAK karena dalam penelitian sebelumnya variabel pertumbuhan ekonomi tidak menunjukkan pengaruh terhadap belanja modal. Waktu dan objek penelitian.


(22)

commit to user

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Anggaran Daerah

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi keberhasilam pelaksanaan pembangunan daerah adalah kemampuan keuangan daerah yang memadai. Semakin besar keuangan daerah semakin besar pula kemampuan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah. Anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan di dalamnya tercermin kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah. Sebuah anggaran yang baik akan mencerminkan efektifitas kinerja pemerintah di mata publik, maka pemerintah harus benar-benar dapat membuat anggaran yang matang dan realistis untuk direalisasikan sehingga kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kerja yang hendak di capai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran (Mardiasmo, 2002).

Pengaturan pada sebuah aspek perencanaan diarahkan agar seluruh proses penyusunan APBD semaksimal mungkin dapat menunjukkan latar belakang pengambilan keputusan dalam penetapan arah kebijakan umum, skala prioritas


(23)

commit to user

dan penetapan alokasi, serta distribusi sumber daya dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Oleh karena itu dalam proses dan mekanisme penyusunan APBD harus jelas siapa pihak-pihak yang bertanggung jawab, sehingga dapat dijadikan landasan untuk pertanggung jawaban baik antara eksekutif dan legislative, ataupun tanggung jawab di dalam internal eksekutif sendiri.

Proses penyusunan anggaran publik memiliki karakteristik berbeda dengan penganggaran dalam bisnis. Menurut Lee dan Jhonson (1998) karakteristik tersebut mencakup ketersediaan sumber daya, motif laba, barang publik, eksternalitas, penentuan harga pelayanan publik, dan perbedaan lain seperti intervensi pemerintah terhadap perekonomian melalui anggaran, kepemilikan atas organisasi, dan tingkat kesulitan dalam proses pembuasan keputusan.

Budget analisis mengimplikasikan bahwa budget proses meliputi empat

langkah: preparation dan submission, apporoval, execution, dan audit

(Robbinson, 2005). Sedangkan menurut Samuael (2000) penganggaran setidaknya memiliki tiga tahapan, yakni perumusan proposal anggaran, pengesahan proposal anggaran, pengimplementasian anggaran yang telah ditetapkan sebagai produk hukum. Menurut Von Hagen (2002) penganggaran terbagi dalam empat tahapan, yakni eksekutive planning, legislative approval, executive implementation, dan ex

post accountability. Dimana pada dua tahapan pertama terjadi interaksi antara

eksekutif dan legislative dan politik anggaran paling mendominasi, dan pada dua tahap terakhir hanya melibatkan birokrasi sebagai agent.


(24)

commit to user

2. Proses Penyusunan Anggaran di Indonesia

Penerapan otonomi daerah tidak terlepas dari perubahan pradigma dan penganggaran daerah. Penganggaran berbasis kinerja mulai diterapkan di Indonesia berdasarkan PP 105/2000 dan kepmendagri 29/2002 pada tahun anggaran 2003/2004. Anggaran kinerja mendorong partisipasi dari stakeholder sehingga tujuan pencapaian hasil sesuai dengan kebutuhan publik. Dimana legislatif diberikan kesempatan untuk berperan aktif dalam penyusunan dan penetapan anggaran sebagai produk hukum. Dalam kaitannya dengan pembahasan anggaran, eksekutif dan legislative membuat kesepakatan-kesepakatan yang dicapai melalui bargaining (dengan acuan kebijakan umum APBD dan prioritas dan plafon anggaran) sebelum anggaran ditetapkan sebagai suatu peraturan daerah.

Proses penyusunan anggaran dalam penganggaran kinerja di mulai dari satuan kerja-satuan kerja yang ada di pemda, dokumen perencanaan anggaran di buat oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dokumen tersebut di susun dalam format usulan anggaran yang disebut Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK). Dokumen RASK kemudian diteliti oleh tim aggaran eksekutif untuk di nilai kelayakannya, dimana dalam format usulan tersebut harus benar-benar mengandung informasi yang relevan, tujuan yang pasti dari anggaran tersebut, sasaran yang ingin dituju melalui anggaran tersebut, dan besarnya anggaran yang diajukan yang kemudian akan diakomodasi dalam RAPBD yang akan di sampaikan kepada legislative.


(25)

commit to user

Anggaran yang telah ditetapkan dan di sahkan oleh legislative menjadi dasar bagi eksekutif untuk melaksanakan aktifitasnya dalam pemberian pelayanan publik dan acuan bagi legislative untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan penilaian kerja eksekutif dalam hal pertanggung jawaban kepala daerah.

Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting. Karena bagaimanapun juga anggaran dengan jelas mengungkapkan apa yang akan di lakukan di masa mendatang. Pemikiran yang strategis di setiap organisasi adalah proses di mana manajemen berfikir tentang pengintegrasian aktivitas organisasional ke arah tujuan yang berorientasi ke sasaran masa mendatang. Proses penyusunan anggaran sektor publik di Indonesia melalui empat tahapan : a. Tahap persiapan anggaran

Yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia.

b. Tahap ratifikasi

Tahap ratifikasi melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif di tuntut tidak hanya memiliki managerial skill namun harus juga mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building

yang memadai.

c. Tahap implementasi/ pelaksanaan anggaran

Pada tahap ini yang paling penting bagi manajer keuangan yaitu pengetahuan sistem (informasi) akuntansi dan pengendalian manajemen.


(26)

commit to user

Tahap pelaporan dan evaluasi ini terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika pada tahap ketiga dari tahapan proses penyusunan anggaran tercapi dengan baik.

3. Fungsi Anggaran Sebagai Alat Manajemen Sektor Publik

Anggaran berfungsi sebagai berikut:

a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.

b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa mendatang.

c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.

d. Anggaran sebagai alat pengendali unit kerja.

e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam pencapaian visi organisasi.

f. Anggaran merupakan instrument politik.

g. Anggaran merupakan instrument kebijakan fiskal.

4. Hubungan Keagenan dalam Anggaran Sektor Publik

Teori yang menjelaskan hubungan principal dan agent ini salah satunya berakar pada teori ekonomi, teori keputusan, teori sosiologi dan teori organisasi. Teori principal-agent menganalisis susunan kontraktual diantara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implicit atau eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/ melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan


(27)

commit to user

oleh principal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang). Lupia dan McCubbins (2000) menyatakan pendelegasian terjadi ketika seorang atau sekelompok orang (principal) memilih orang atau kelompok lain (agent) untuk bertindak sesuai dengan kepentingan principal.

Hubungan principal-agent terjadi apabila tindakan yang dilakukan seseorang memiliki dampak pada orang lain atau ketika seseorang sangat tergantung pada tindakan orang lain (Stiglitz,1987 dan Pratt & Zeckhauser, 1985 dalam Gilardi,2001). Pengaruh atau ketergantungan ini diwujudkan dalam kesepakatan-kesepakatan dalam struktur institusional pada berbagai tingkatan, seperti norma perilaku dan konsep kontrak.

Menurut Lane (2003a) teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik. Ia menyatakan bahwa Negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan principal-agent (Lane, 2000: 12-13). Hal senada dikemukakan oleh Moe (1984) yang menjelaskan konsep ekonomika organisasi sektor publik dengan menggunakan teori keagenan. Bergman dan Lane (1990) menyatakan bahwa kerangka hubungan principal-agent merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitment-komitment kebijakan publik. Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah kontraktual, yakni informasi yang tidak simetris (asimetric

information), moral hazard, dan adverse selection.

Moe (1984) di pemerintah terdapat suatu keterkaitan dalam kesepakatan-kesepakatan principal-agent yang dapat ditelusuri melalui proses anggaran: pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri keuangan-pengguna anggaran,


(28)

commit to user

perdana menteri-birokrat, dan pejabat-pemberi layanan. Hal yang sama juga dikemukakan oleh gilardi (2001) dan Storm (2000) yang melihat hubungan keagenan sebagai hubungan pendelegasian (chains of delegation) yakni pendelegasian dari masyarakat kepada wakilnya di parlement, dari parlement kepada pemerintah, dari pemerintah sebagai suatu kesatuan kepada seorang menteri, dan dari pemerintah kepada birokrasi.

Masalah keagenan ini tejadi pada semua organisasi baik organisasi privat maupun organisasi publik. Jadi teori keagenan berfokus pada persoalan asimetri informasi, agent mempunyai informasi lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi, dan tujuannya yagn sesungguhnya, yang berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection. Sedangkan principal sendiri harus mengeluarkan biaya untuk memonitor kinerja agent dan menentukan struktur insentif dan monitoring yang efisien.

5. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber penerimaan yang harus selalu terus menerus di pacu pertumbuhannya. Dalam otonomi daerah ini kemandirian pemerintah daerah sangat dituntut dalam pembiayaan pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat. Menurut Halim (2004: 67), "Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004 dan Pasal 6 UU No. 33 Tahun 2004 menjelaskan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri:


(29)

commit to user a. Pajak Daerah,

b. Retribusi Daerah,

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah.

Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004, Pasal 1 .Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Menurut Mardiasmo (2002: 132), Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Menurut Abdul Halim (2007: 96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan:

1. Pajak Daerah.

Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri dari:

a. Pajak hotel, b. Pajak restoran, c. Pajak hiburan, d. Pajak reklame,


(30)

commit to user e. Pajak penerangan jalan,

f. Pajak pengambilan bahan galian golongan C, g. Pajak Parkir.

2. Retribusi Daerah.

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan yang terdiri dari 29 objek.

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yangdipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

a. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

b. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMD.

c. Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pendapatan lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:


(31)

commit to user

a. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan. b. Jasa giro.

c. Pendapatan bunga.

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.

e. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah.

f. Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. h. Pendapatan denda pajak.

i. Pendapatan denda retribusi. j. Pendapatan eksekusi atas jaminan. k. Pendapatan dari pengembalian. l. Fasilitas sosial dan umum.

m. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. n. Pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atau pengeluaran, namun tidak selalu seluruh tambahan pendapatan tersebut akan dialokasikan dalam belanja. Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa PAD dan dana perimbangan berpengaruh terhadap belanja daerah secara keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total pendapatan daerah, kontribusinya terhadap


(32)

commit to user

pengalokasian anggaran cukup besar,terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004).

6. Dana Alokasi Umum

Dalam pengaturan keuangan menurut UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah provisi berupa transfer antar pemerintah dari pusat ke kabupaten dan kota yang disebut dengan dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana Alokasi Umum adalah merupakan transfer yang bersifat umum (block grant) yang diberikan kepada semua kabupaten dan kota untuk tujuan mengisi kesenjangan antara kapasitas dan kebutuhan fiskalnya dan didistribusikan dengan formula berdasarkan prinsip-pinsip tertentu yang secara umum mengindikasikan bahwa daerah miskin dan terbelakang harus menerima lebih banyak dari pada daerah kaya. Dengan kata lain tujuan alokasi DAU adalah dalam rangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik antar pemda di Indonesia (Kuncoro, 2004).

Secara definisi DAU dapat diartikan sebagai berikut:

a. Salah satu komponen dari dana perimbangan pada APBN, yang pengalokasiannya didasarkan atas konsep kesenjangan fiskal yaitu selisih antara kebutuhan fiscal dengan kapital fiskal.

b. Instrumen untuk mengatasi horizontal balance yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dan penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah.


(33)

commit to user

c. Equalization grant berfungsi untuk menetralisasi ketimpangan

kemampuan keuangan dengan adanya PAD, Bagi Hasil Pajak dan bagi hasil SDA yang diperoleh daerah (Sigit, 2003; Kuncoro, 2004).

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya di dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Dengan demikian, terjadi transfer yang cukup signifikan didalam APBN dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana ini apakah untuk memberi pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting. DAU merupakan salah satu alat bagi pemerintah pusat sebagai alat pemerataan pembangunan di Indonesia yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dalam kebutuhan pembiayaan dan penguasaan pajak antara Pusat dan Daerah telah diatasi dengan adanya perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah (dengan kebijakan bagi hasil dan DAU minimal sebesar 25% dari Penerimaan Dalam Negeri). Dengan perimbangan tersebut, khususnya dari DAU akan memberikan kepastian bagi Daerah dalam memperoleh sumber-sumber pembiayaan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini sesuai dengan prinsip fiscal gap yang dirumuskan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan yang sejalan dengan Sesuai dengan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan


(34)

commit to user

Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa kebutuhan DAU oleh suatu Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota) ditentukan dengan menggunakan pendekatan konsep fiscal gap, di mana kebutuhan DAU suatu daerah ditentukan oleh kebutuhan daerah (fiscal needs) dan potensi daerah (fiscal capacity). Dengan pengertian lain, DAU digunakan untuk menutup celah/gap yang terjadi karena kebutuhan daerah melebihi dari potensi penerimaan daerah yang ada. Berdasarkan konsep fiscal gap tersebut, distribusi DAU kepada daerah-daerah yang memiliki kemampuan relatif besar akan lebih kecil dan sebaliknya daerah-daerah yang mempunyai kemampuan keuangan relatif kecil akan memperoleh DAU yang relatif besar. Dengan konsep ini beberapa daerah, khususnya daerah yang kaya sumber daya alam dapat memperoleh DAU yang negatif. Berdasarkan penelitian empiris yang dilakukan oleh Holtz-Eakin et.al., (1985) dalam Darwanto (2007) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik mereka menegaskan bahwa variabel-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan (adjusted) dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang non-linier dan asymmetric

7. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan


(35)

commit to user

kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah. DAK merupakan dana yang berasal dari APBN dan dialokasikan ke daerah kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan tertentu yang sifatnya khusus, tergantung tersedianya dana dalam APBN (Suparmoko, 2002). Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, dan atau kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

Kebijakan DAK secara spesifik:

a. Diprioritaskan untuk membantu daerah-daerah dengan kemampuan keuangan di bawah rata-rata nasional, dalam rangka mendanai kegiatan penyediaan sarana dan prasarana fisik pelayanan dasar masyarakat yang telah merupakan urusan daerah;

b. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, daerah perbatasan dengan negara lain, daerah tertinggal/ terpencil, daerah rawan banjir/longsor, serta termasuk kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;

c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;

d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;


(36)

commit to user

e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintahan;

g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/Lembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD;

h. Mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK. Dana yang dialihkan berasal dari anggaran Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan.


(37)

commit to user

8. Belanja Modal dalam Anggaran Daerah

Menurtu UU no. 33 tahun 2004 Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Pada dasarnya belanja terdiri dari dua jenis belanja, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. Belanja langsung merupakan, belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan yang meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Belanja modal dianggarkan setiap tahun dalam APBD untuk menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP no. 24 Tahun 2005).

9. Penelitian Terdahulu

Sulistiawan (2005) meneliti tentang pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Pemerintah. Menemukan hasil bahwa DAU dan PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja daerah.

Abdullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah : Pendekatan Principal-Agent Theory


(38)

commit to user

menemukan bahwa adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislative dalam pengalokasian spread PAD kedalam belanja sektoral. Abdullah (2006) melakukan penelitian dengan judul Perilaku Oportunistik Legislatif dalam Penganggaran Daerah: Bukti Empiris atas Aplikasi Agency Theory di Sektor

Publik. Penelitian ini menemukan bahwa perubahan PAD berpengaruh signifikan

terhadap perilaku oportunistik legislatif. Hal ini bermakna bahwa penurunan pada anggaran pendidikan dan kesehatan menunjukkan oportunisme legislative, begitu pula kenaikan untuk infrastruktur dan legislative.

Darwanto (2007) meneliti pengaruh pertumbhan ekonomi, PAD dan DAU terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal dengan menggunakan sampel Kabupaten/ Kota di pulai Jawa dan Bali, menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi, PAD dan DAU secara simultan berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan secara parsial pertumbuhan eonomi tidak berpengaruh, PAD dan DAU secara parsial berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal. Situngkir (2009) melakukan penelitian menggunakan variable yang sama dengan penelitian Darwanto dengan menambahkan variable Dana Alokasi Khusus (DAK) menemukan hasil yang konsisten dengan penelitian yang di temukan Darwanto. Dimana variable pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara parsial, sedangkan variable PAD, DAU dan DAK masing-masing berpengaruh secara parsial. Dan semua variable berpengaruh secara simultan.


(39)

commit to user

B. Hipotesis

Kebijakan desentralisasi ditujukan untuk mewujudkan kemandirian daerah, pemerintah daerah otonom mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat (UU 32/2004). Peran dan kewenangan legislative dalam proses penyusunan anggaran dan power yang di miliki oleh legislative membuka ruang bagi legislative untuk memaksakan kepentingan pribadinya. Di mana legislative cenderung mengusulkan pengurangan atas alokasi pendidikan, kesehatan, dan belanja publik lainnya yang tidak besifat job programs dan

targetable.

Studi Abdullah (2004) menemukan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislative dalam pengalokasian spread PAD kedalam belanja sektoral. Alokasi untuk infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk kesehatan dan pendidikan justru mengalami penurunan.

H1: pendapatan asli daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran belanja modal dalam APBD.

Dana alokasi umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah.


(40)

commit to user

Berkaitan dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, hal tersebut merupakan konsekuensi adanya penyerahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah . dengan demikian terjadi transfer yang cukup signifikan dalam APBN dari pemeritah pusat ke pemerintah daerah, dan pemerintah daerah secara leluasa dapat menggunakan dana tersebut apakah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat atau untuk keperluan lain yang tidak penting.

Holtz-Eakin et.al. (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Secara spesifik menegaskan bahwa variable-variabel kebijakan pemerintah daerah dalam jangka pendek disesuaikan dengan transfer yang diterima, sehingga memungkinkan terjadinya respon yang non linear dan asimetric.

H2: Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran belanja modal dalam APBD.

Dana Alokasi Khusus adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan kegiatan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Karena bersifat untuk membiayai kegiatan khusus, Dana Alokasi Khusus berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal (Simorangkir). H3: Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif terhadap pengalokasian anggaran belanja modal dalam APBD.

Perbedaan letak geografis dan kekayaan sumber daya yg di miliki daerah kabupaten/kota menyebabkan perbedaan kebutuhan dalam pengelolaan keuangan.


(41)

commit to user

Seperti daerah-daerah dengan kekayaan sumber daya yang rendah akan sangat membutuhkan dana transfer dari pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Dan di setiap tahun terjadi perubahan dalam alokasi dana transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

H4: Ada perbedaan yang signifikan pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal untuk darah Jawa dan Luar Jawa.

H5: Ada perbedaan yang signifikan pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Anggaran Belanja Modal di setiap tahun Anggaran.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir membantu menjelaskan hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen.

PAD adalah pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang

Pendapatan Asli Daerah

Anggaran Belanja Modal Dana Alokasi Khusus


(42)

commit to user

sah. PAD berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal, sehingga apabila PAD suatu daerah meningkat akan mendukung meningkatnya anggaran Belanja Modal daerah dalam satu tahun anggaran karena sumber dana dari PAD akan digunakan untuk membiayai belanja atau pengeluaran daerah dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan terhadap masyaraka. Pendanaan yang berasal dari PAD digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah, seperti pelayanan sektor publik. Namun besarnya kewenangan legislatif dalam penyusunan anggaran dapat digunakan untuk memprioritaskan preferensinya dalam anggaran. Sebagai akibatnya, terjadi kenaikan pada alokasi dana untuk infrastruktur dan DPRD, akan tetapi alokasi untuk pendidikan dan kesehatan justru mengalami penurunan.

Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap Anggaran belanja Modal. Holtz-Eakin et.al (1985) menyatakan bahwa terdapat keterkaitan sangat erat antara transfer dari pemerintah pusat dengan belanja pemerintah daerah. Hal ini menunjukkan bahwa makin besar dana transfer dari pemerintah pusat maka akan meningkatkan belanja modal daerah dalam satu tahun anggaran. DAU adalah transfer yang bersifat umum (block garant) dari pemerintah pusat kepada pemerinah daerah untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan daerah. Terjadi transfer yang signifikan dalam APBN dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Transfer dana tersebut dengan leluasa dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kebutuhan publik atau bahkan digunakan untuk keperluan lain yang bersifat self interest.


(43)

commit to user

DAK adalah transfer yang bersifat khusus dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan atau masalah khusus yang sesuai dengan prioritas nasional. DAK bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan tertentu. DAK di alokasikan untuk membantu mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintah daerah, serta lingkungan hidup. DAK yang relative meningkat akan dapat menambah saran dan prasarana daerah dan daerah dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakanya.

Anggaran Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk membiayai asset tetap dan asset lainnya yang memberikan manfaat bagi daerah. Besarnya belanja modal yang dialokasikan oleh satuan pemerintah daerah dalam APBD tentu sangat dipengaruhi oleh keuangan daerah tersebut. Alokasi belanja modal di dasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah maupun untuk kualitas pelayana publik. Meningkatnya Belanja Modal dalam satu tahun anggaran dikarenakan adanya peningkatan struktur pendapatan daerah yang bersumber dari paja dan retribusi daerah dan juga besarnya dana perimbangan dari pemerintah pusat.


(44)

commit to user

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif mengenai pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal. Analisis data kuantitatif adalah analisis yang digunakan pada data sekunder dengan menggunakan metode statistik. Data yang diperoleh selama penelitian akan dikelola lebih lanjut berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan untuk kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah populasi 147 kabupaten/ kota pada periode tahun 2004-2008.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive

sampling. Metode purposive sampling adalah metode pemilihan sampel dengan

menggunakan kriteria tertentu, adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel yaitu:

1. Kabupaten/kota yang melaporan APBD pada kemeterian keuangan dan di publikasikan pada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah selama periode 2004-2008.


(45)

commit to user

2. Kabupaten/kota dengan data realisasi APBD yang lengkap Berupa Belanja Modal, PAD, DAU dan DAK yang di publikasikan oleh kementerian keuangan pada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah selama periode 2004-2008.

Dari kriteria yang ditentukan diperoleh sampel untuk penelitian sebanyak 56 kabupaten/kota (lihat lampiran 1)

C. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sekaran (2006) data sekunder adalah data yang dibuat atau dikumpulkan oleh pihak luar. Data penelitian ini bersumber dari dokumen laporan realisasi APBD yang diperoleh dari situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah melalui www.depkeu.djpk.go.id periode tahun 2004-2008. Dari laporan realisasi APBD ini diperoleh data mengenai jumlah realisasi anggaran belanja modal, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Data tersebut merupakan data kombinasi dari data runtut waktu (time series) dengan pooling data.

Dari jumlah sampel 56 kabupaten/kota dengan periode tahun pengamatan 2004-2008 di peroleh jumlah 280 data untuk Belanja Modal, PAD, DAU, dan DAK.


(46)

commit to user

D. Definisi Operasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel Independen terdiri dari PAD, DAU dan DAK sedangkan untuk variabel Dependen yaitu Belanja Modal.berikut devinisi operasional untuk masing-masing variabel:

Variable Independen

1. PAD, Total realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain penerimaan PAD yang sah.

2. DAU, Total dana transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi masalah ketimpangan horizontal (antar daerah) dengan tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar daerah.

3. DAK adalah total dana transfer dari pemerintah pusat bersifat khusus.

Variable Dependen

Variable dependen dalam penelitian ini adalah Anggaran Belanja Modal yaitu realisasi total anggaran pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.


(47)

commit to user

E. Teknik Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi maka diperlukan pengujian asumsi klasik meliputi:

a. Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Nugroho, 2005: 18). Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value dengan taraf signifikansi (a) sebesar 0,05. Jika nilai p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika nilai p-value<0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2005)

b. Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas, diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variable independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model (Nugroho, 2005: 58). Selain itu deteksi terhadap multikoliniearitas juga bertujuan untuk menghindari bias dalam proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variable dependen. Ghozali (2005), multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model


(48)

commit to user

regresi ditemukan adanya korelasi antara variable independen. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat jika nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance (Tolerance

Value/TOL) tidak kurang dari 0,1, maka model tersebut dapat dikatakan

terbebas dari multikolinieritas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.

TOL adalah jumlah yang menunjukkan bahwa variabel bebas tidak dapat dijelaskan oleh variabel lain dalam suatu persamaan regresi. Batas TOL adalah 0,1 sehingga jika TOL di bawah 0,1 maka terjadi multikolinearitas.

VIF adalah jumlah yang menunjukkan bahwa suatu variabel bebas dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya dalam suatu persamaan regresi. Batas VIF adalah 10, apabila diatas 10 maka terjadi multikolinearitas.

c. Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki kesamaan varians residual suatu periode pengamatan dengan pengamatan yang lain, atau homoskesdastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat di lihat dengan membandingakn nilai thitung dengan nila ttable dengan tingkat sinifikansi α 5%. Jika nilai signifikansi lebih besar


(49)

commit to user

dari α 5 %, maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika lebih kecil dari α 5% maka terjadi heteroskedastisitas.

d. Autokorelasi

Uji Autokorelasi, dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian uji autokorelasi ini, dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (D-W) Test, yaitu untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai d statistik. Uji Durbin Watson dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan. Jika nilai

Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi

(Nugroho, 2005).

2. Analisis Regresi dan Uji Beda

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh seberapa variable independen terhadap variabel dependen (Sekaran, 1992). Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%. Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variable-variabel penelitian dengan cara


(50)

commit to user

menguji secara simultan melalui signifikansi simultan (Uji statistik F), yang bermaksud untuk dapat menjelaskan pengaruh variable independen terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk menguji masing-masing variabel secara parsial, dilakukan dengan uji signifikansi parameter individual (uji t statistik) yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen, serta variabel mana yang dominan mempengaruhi variabel dependen.

Uji beda menggunakan Dummy Variabel dilakukan untuk menghitung perbedaan rata-rata Belanja Modal, PAD, DAU dan DAK untuk daerah kabupaten kota di jawa dan luar jawa, One Way Anova untuk menguji rata-rata Belanja Modal, PAD, DAU dan DAK setiap tahun. Model regresi yang digunakan adalah:

Y= α + β1PAD + β2DAU + β3DAK + β4Djw+ β5Dth+ e keterangan:

Y= Anggaran Belanja α= Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5= koefisien regresi PAD= Pendapatan Asli Daerah DAU= Dana Alokasi Umum DAK= Dana Alokasi Khusus

Djw= Dummy untuk wilayah daerah Dth= Dummy untuk tahun


(51)

commit to user

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji R2 ini untuk mengetahui seberapa tepat variabel penjelas yang dimasukkan kedalam model mampu menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Nilai koefisien determinasi R2 berkisar antara 0 samai 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang di butuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi F hitung lebih besar dari F tabel maka hipotesis alternative diterima, sebaliknya jika F hitung lebih kecil dari F tabel maka hipotesis alternatifnya ditolak.

c. Uji t

Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hubungan secara parsial variabel dependen dengan variabel dependen dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstant. Apabila tingkat signifikansi t lebih kecil dari 0,05 atau t hitung > t tabel hipotesis alternative yang diajukan diterima, artinya secara prsial variabel independen tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika tingkat signifikansi t hitung lebih besar 0,05 atau nilai t hitung < t tabel maka hipotesis alternative


(52)

commit to user

yang diajukan ditolak, artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.


(53)

commit to user 40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Berdasarkan hasil gambaran daerah Kabupaten/kota di Indonesia, maka tiap-tiap daerah mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah-nya untuk menunjang kegiatan pembangunan daerah. Dana Alokasi Umum (DAU) dari pemerintah pusat digunakan sebagai sumber keuangan untuk memenuhi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan di daerah. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi kegiatan atau pembangunan yang bersifat khusus dan berskala nasional.

Dalam UU No. 25 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah juncto UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, ditegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda, Pempus akan mentransfer dana perimbangan, yang terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Bagian daerah dari Bagi hasil pajak dan bukan pajak. Selain dana perimbangan tersebut, Pemda memiliki sumber pendanaan sendiri berupa PAD, pinjaman daerah, maupun Lain-lain penerimaan daerah yang sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemda. Seharusnya dana transfer dari Pempus diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemda untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut sudah seharusnya pula dilakukan secara transparan dan akuntabel. Pada praktiknya, transfer dari Pempus merupakan sumber dana utama Pemda untuk membiayai


(54)

commit to user

operasi utamanya sehari-hari, yang oleh Pemda “dilaporkan” di Perhitungan APBD. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi (kalau tidak mungkin menghilangkan) kesenjangan fiskal antar-pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan publik minimum di seluruh negeri.

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka sampel yang digunakan adalah Kabupaten/Kota di Indonesia di pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Dari 147 kabupaten/kota di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperoleh sampel sebanyak 56 kabupaten/kota. Berikut Kabupaten/Kota dengan PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal tertinggi dan terendah selama periode 2004-2008:

Tabel IV.1

Ringkasan PAD, DAU, DAK dan Belanja Modal Tertinggi dan Terendah selama 2004-2008

2004 2005 2006 2007 2008

Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Belanja Modal Kota Bekasi Kota Banjar Kota Bekasi Kota Surakarta Kota Bekasi Kab. Buleleng Kota Bekasi Kota Bima Kab. Badung Kab. Klungkung

PAD Kab.

Badung Kota

Bima

Kab.

Badung

Kota Bima Kab.

Badung Kota Bima Kab. Badung Kota Bima Kab. Badung Kota Bima

DAU Kab.

Lebak Kota Salatiga Kab. Klaten Kota Banjar Kab. Klaten Kota Banjar Kab. Klaten Kab. Majalengka Kab. Klaten Kab. Sumba Barat

DAK Kab.

Bima Kota Banjar Kab. Bima Kab. Pemalang Kab Rembang Kota Bekasi Kota Semarang

Kota Bekasi Kab.

Lotim

Kota Bekasi


(55)

commit to user

B. Analisis Data

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data memiliki sebaran yang normal. Untuk menguji normalitas data dalam penelitian ini digunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan p-value

dengan taraf signifikansi (a) sebesar 0,05. Jika p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas dari Kolmogorov-Smirnov

dapat dilihat pada Lampiran 7 dan secara ringkas ditunjukkan tabel IV.2 berikut.

Tabel IV.2

Hasil Uji Normalitas Data

S

Sumber: Data diolah

Dari hasil perhitungan uji Kolmogorov-Smirnov, dapat diketahui bahwa p-value dari unstandardized resdiual 0,209 ternyata lebih besar dari a

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 280

Normal Parametersa,,b Mean -1750.0000

Std. Deviation 31777.56393

Most Extreme Differences

Absolute .129

Positive .129

Negative -.069

Kolmogorov-Smirnov Z 1.160

Asymp. Sig. (2-tailed) .209

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(56)

commit to user

5% (p>0,05), sehingga keseluruhan data tersebut dinyatakan memiliki distribusi normal atau memiliki sebaran data yang normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah ada korelasi di antara variabel independen yang satu dengan yang lainnya. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value dan Variance

Inflation Factor (VIF). Hasil pengujian multikolinieritas dapat dilihat pada

Lampiran 8 dan secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel IV.3 berikut Tabel IV.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

PAD 0,860 1,162 Bebas multikolinieritas

DAU 0,831 1,203 Bebas multikolinieritas

DAK 0,734 1,362 Bebas multikolinieritas

Djw 0,822 1,217 Bebas multikolinieritas

Dth 0,675 1,481 Bebas multikolinieritas

Sumber: Data diolah

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang memiliki tolerance lebih dari 0,1 (>0,1) dan semua variabel bebas memiliki nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali, 2005). Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinieritas dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi memiliki variansi yang sama (homoskedastisitas) dari residual satu ke pengamatan yang lain. Jika asumsi ini tidak dipenuhi, maka terjadi


(57)

commit to user

heteroskedastisitas. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 9 dan secara ringkas dapat ditunjukkan dalam tabel IV.4 berikut ini.

Tabel IV.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel thitung ttabel* Sig. Keterangan

PAD

0,758 1,980 0,449 Tidak terjadi heteroskedastisitas

DAU -0,844 1,980 0,339 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

DAK 0,280 1,980 0,780 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Djw 1,347 1,980 0.179 Tidak terjadi

heteroskedastisitas

Dth 1,751 1,980 0,081 Tidak terjadi

heteroskedastisitas Sumber: Data primer diolah

Keterangan: *) ttabel pada taraf signifikansi 5%

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan tidak ada gangguan heteroskedastisitas, karena nilai thitung lebih kecil dari nilai ttabel dengan nilai

p>0,05 atau tidak signifikan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini (Ghozali, 2005).

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi, dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji


(58)

commit to user

adanya pengaruh autokorelasi dalam penelitian ini digunakan metode

Durbin-Watson (D-W) test.

Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin Watson (D-W) test

memperoleh nilai DW sebesar 1,626 (Lampiran 10). Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

Tabel IV.5

Rangkuman Hasil Uji Autokorelasi

Variabel D-W Kriteria Keterangan

PAD, DAU, dan DAK terhadap belanja modal

1,626 -2 < 1,626 < +2 Tidak ada masalah autokorelasi

Sumber: data diolah

Dari tabel IV.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji autokorelasi memperoleh nilai D-W sebesar 1,626 berada di antara -2 hingga +2, maka dapat dinyatakan bahwa tidak ada gangguan autokorelasi dalam parameter model regresi. Hasil perhitunganan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

2. Analisis Hasil Regresi

Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh PAD, DAU, dan DAK terhadap alokasi belanja modal dalam APBD pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Penyelesaian model regresi linier berganda dilakukan dengan bantuan Program SPSS for Windows


(59)

commit to user

Release 18 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11.

Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel IV.6

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Belanja modal sebagai variabelDependen

Koefisien thitung Signifikansi

Konstanta -17168,705

Pendapatan Asli Daerah 0,190 5,647 0,000

Dana Alokasi Umum 0,054 3,004 0,003

Dana Alokasi Khusus 0,061 2,261 0,025

Djw 15714,287 3,289 0,001

Dth 20905,183 11,334 0,000

Adjusted R2 0,569

F Statistik 74,645 0,000

Sumber: data diolah

Dari hasil analisis regresi di atas, maka dapat disusun persamaan sebagai berikut:

BM= -17.168,705+5,647.PAD+3,004.DAU+2,261.DAK+3,289.Djw+11,334.Dth

Persamaan menunjukkan bahwa alokasi belanja modal dipengaruhi oleh PAD, DAU dan DAK. Nilai konstanta sebesar

-

17.168,705 menyatakan jika tidak ada peningkatan PAD, DAU dan DAK, maka alokasi belanja modal hanya sebesar 17.168,705 juta rupiah per tahun.

Nilai koefisien PAD sebesar 0,190 menyatakan jika terjadi peningkatan PAD sebesar 1 juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,190 juta rupiah.


(60)

commit to user

Nilai koefisien DAU sebesar 0,054 menyatakan jika terjadi peningkatan DAU sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,054 juta rupiah.

Nilai koefisien DAK sebesar 0,061 juta rupiah menyatakan jika terjadi peningkatan DAK sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 0,061 juta rupiah.

Nilai koefisien Djw sebesar 15.714,287 menyatakan jika terjadi peningkatan Djw sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 15.714,287 juta rupiah.

Nilai koefisien Dth sebesar 20.905,183 menyatakan jika terjadi peningkatan Dth sebesar satu juta rupiah maka alokasi belanja modal akan mengalami peningkatan sebesar 20.905,83 juta rupiah.


(61)

commit to user

3. Uji Beda Pengaruh PAD, DAU dan DAK terhadap Anggaran Belanja

Modal

Analisis dilakukan dengan compare mean variabel independen untuk melihat perbedaan antara Dummy daerah kabupaten/kota di pulau jawa dan luar pulau jawa, sehingga di peroleh hasil:

Tabel IV.7

Hasil Uji Antar Daerah Jawa dan Luar Jawa

Group Statistics

Djw N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Belanja Modal Jawa 160 94852.2656 59842.88630 4730.99556

Luar Jawa 120 70474.5898 43232.63250 3946.58134

PAD Jawa 160 64242.9300 85537.29630 6762.31703

Luar Jawa 120 21195.7935 14329.99177 1308.14329

DAU Jawa 160 359294.1518 1.44237E5 11402.93419

Luar Jawa 120 310586.4693 1.07048E5 9772.14082

DAK Jawa 160 33815.0393 67834.23918 5362.76748

Luar Jawa 120 69336.5174 1.16787E5 10661.15313

Sumber: Data diolah

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa:

1. Rata-rata belanja modal untuk daerah jawa lebih besar yaitu 94.852,2656 juta rupiah di bandingkan dengan belanja modal untuk daerah di luar jawa dengan rata-rata 70.474,5898 juta rupiah.

2. Rata-rata PAD untuk daerah jawa sebesar 64.242,9300 juta rupiah lebih besar di bandingakan dengan PAD kabupaten/kota di luar jawa sebesar 21.195,7935 juta rupiah.

3. Rata-rata DAU untuk daerah Jawa sebesar 359.294,1518 juta rupiah dan untuk daerah luar jawa sebesar 310.586,4693 juta rupiah.


(62)

commit to user

4. Rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di jawa sebesar 33.815,0393 juta rupiah, ini lebih kecil di bandingkan rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di luar jawa yaitu sebesar 69.336,5174 juta rupiah.

Untuk melihat perbedaan dalam tahun anggaran dilakukan compare mean

untuk oneway anova masing-masing variabel setiap tahun. Berikut hasil perhitungannya:

Tabel IV.8

Hasil Uji Antar Tahun Anggaran

Descriptives

N Mean Std. Deviation Std. Error Minimum Maximum

Belanja Modal

2004 56 40472.9802 23021.31594 3076.35274 7418.14 139927.32

2005 56 44088.0477 34294.30040 4582.76866 10175.44 242976.68

2006 56 82748.3423 41040.36667 5484.24968 34665.38 297759.00

2007 56 124784.7316 50109.72521 6696.19370 32975.54 308046.56

2008 56 129929.3493 42931.40629 5736.95048 63514.09 258401.73

Total 280 84404.6902 54627.26135 3264.60328 7418.14 308046.56

PAD 2004 56 32949.7345 47251.05074 6314.18725 2525.24 332316.94

2005 56 36657.7773 48699.53481 6507.74908 3870.97 319375.01

2006 56 43816.8575 49149.97358 6567.94149 4970.31 299473.81

2007 56 52635.8893 74228.80955 9919.24191 4913.25 525089.02

2008 56 62910.5275 1.03795E5 13870.22909 6271.13 759801.04

Total 280 45794.1572 68649.20975 4102.57497 2525.24 759801.04

DAU 2004 56 331572.2066 95703.07150 12788.86087 107734.00 462249.79

2005 56 224318.2716 77436.69216 10347.91326 52871.00 404869.00

2006 56 343820.6616 1.17135E5 15652.80590 157314.00 635488.00

2007 56 365481.8398 1.29761E5 17339.99044 4884.56 694207.00

2008 56 426904.1739 1.41882E5 18959.71905 82809.11 744676.78

Total 280 338419.4307 1.31632E5 7866.51864 4884.56 744676.78

DAK 2004 56 8751.0396 3375.88583 451.12172 4000.00 26475.59

2005 56 11818.4896 4707.41450 629.05472 3999.96 34864.49

2006 56 27766.8823 8197.00822 1095.37130 7340.00 45910.00

2007 56 62676.3850 1.02546E5 13703.23040 7587.70 586736.00

2008 56 134179.8529 1.50584E5 20122.62731 7176.60 584249.61

Total 280 49038.5299 93540.95873 5590.14150 3999.96 586736.00


(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

c. Mendorong peningkatan produktivitas perluasan kesempatan kerja dan

diversifikasi ekonomi terutama di pedesaan, melalui kegiatan khusus di bidang pertanian, kelautan dan perikanan, serta infrastruktur;

d. Meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar dan prasarana

dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur;

e. Menjaga dan meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah kerusakan

lingkungan hidup, dan mengurangi risiko bencana melalui kegiatan khusus di bidang lingkungan hidup, mempercepat penyediaan serta meningkatkan cakupan dan kehandalan pelayanan prasarana dan sarana dasar dalam satu kesatuan sistem yang terpadu melalui kegiatan khusus di bidang infrastruktur;

f. Mendukung penyediaan prasarana di daerah yang terkena dampak pemekaran

pemerintah kabupaten, kota, dan provinsi melalui kegiatan khusus di bidang prasarana pemerintahan;

g. Meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai dari DAK

dengan kegiatan yang didanai dari anggaran Kementerian/ Lembaga dan kegiatan yang didanai dari APBD;

Rata-rata belanja modal untuk daerah jawa lebih besar yaitu 94.852,2656 juta rupiah di bandingkan dengan belanja modal untuk daerah di luar jawa dengan rata-rata 70.474,5898 juta rupiah. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sarana prasarana dan infrastruktur di daerah jawa lebih lebih tinggi di bandingkan dengan daerah yang berada di luar pula jawa.

Rata-rata PAD untuk daerah jawa sebesar 64.242,9300 juta rupiah lebih besar di bandingakan dengan PAD kabupaten/kota di luar jawa sebesar


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

21.195,7935 juta rupiah. Ini dikarenakan oleh letak geografis, kepadatan penduduk dan kemampuan pemerintah daerah yang baik dalam mengelola PAD.

Rata-rata DAU untuk daerah Jawa sebesar 359.294,1518 juta rupiah dan untuk daerah luar jawa sebesar 310.586,4693 juta rupiah. Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersifat umum untuk membiayai kebutuhan daerah.

Rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di jawa sebesar 33.815,0393 juta rupiah, ini lebih kecil di bandingkan rata-rata DAK untuk daerah kabupaten/kota di luar jawa yaitu sebesar 69.336,5174 juta rupiah. Kebutuhan DAK yg lebih besar untuk daerah di luar pulau Jawa di gunakan untuk pembiayaan seperti dana reboisasi, dana untuk daerah-daerah tertinggal, dan daerah pesisir.

Besarnya ketergantungan pemerintah daerah di luar pulau jawa terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat membutuhkan perhatian penting. Pemerintah pusat harus mampu mengelola komposisi dana perimbangan untuk masing-masing daerah yang berbeda karakter pemerintahannya.


(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62 BAB V P E N U T U P

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Secara simultan PAD, DAU, DAK, Djw dan Dth berpengaruh terhadap

Anggaran Belanja Modal dalam APBD pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

2. Secara parsial masing-masing variabel PAD, DAU, DAK, Djw dan Dth

berpengaruh terhadap Anggaran Belanja Modal dalam APBD pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.

3. Hasil uji beda Daerah jawa dan luar jawa membuktikan bahwa untuk Belanja

Modal dan PAD di pulau Jawa lebih tinggi di bandingkan dengan daerah di luar pulau Jawa. Sedangkan untuk DAU dan DAK daerah di luar pulau Jawa lebih tinggi di bandingkan di daerah pulau Jawa.

B. Keterbatasan

Meskipun penelitian ini telah dirancang dan dilaksanakan sebaik-baiknya, namun masih terdapat beberapa keterbatasan, yaitu :

1. Keterbatasan dalam mengambil jumlah sampel penelitian, yaitu terbatas pada


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

lainnya belum dimasukkan, sehingga tingkat generalisasinya kurang dan hasilnya akan berbeda jika diterapkan pada populasi yang lebih luas.

2. Keterbatasan pada jumlah variabel yang digunakan, yaitu hanya menggunakan

variabel PAD, DAU dan DAK sedangkan masih banyak variabel-variabel lain yang memiliki pengaruh pada anggaran belanja modal dalam APBD.

3. Keterbatasan periode waktu yang diteliti yaitu hanya 5 tahun, 2004-2008

sehingga hasil penelitian tidak dapat mencerminkan kenyataan yang sesungguhnya

C. Implikasi

Hasil penelitian ini memberikan sejumlah implikasi yaitu:

1. Bagi Departemen Keuangan dan depertemen terkait memberikan masukan

baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam hal penyusunan kebijakan dimasa datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian dan evaluasi dari APBD dan APBN serta UU dan PP yang menyertainya.

2. Penelitian ini juga diharapkan agar otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya sehingga suatu daerah benar-benar dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat. Pemerintah daerah Kabupaten/Kota lebih giat dalam meningkatkan PAD. Dan transfer berupa DAU dan DAK dari pemerintah pusat lebih d manfaatkan pada hal-hal produktif.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

3. Bagi Penulis dapat memberikan bukti empiris mengenai pengaruh PAD, DAU

dan DAK terhadap alokasi anggran Belanja Modal pemerintah

Kabupaten/Kota di pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara secara umum.

4. Bagi Universitas, sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi

peneliti-peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

D. Saran

Dari hasil penelitian, analisis data, pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan alokasi belanja daerah maka Pemerintah Daerah

diharapkan bisa terus menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi untuk meningkatkan pendapatan daerah, demikian juga

2. Pemerintah Daerah terutama untuk darah yang berada di luar Pulau Jawa agar

terus mengupayakan untuk bisa mengelola dana transfer dari pemerintah pusat yang berupa Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus semaksimal mungkin untuk kesejahteraan rakyat, karena dana tersebut merupakan dana dominan yang digunakan untuk membiayai kebutuhan daerah.

3. Bagi penelitian mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih

diperluas lagi, yaitu tidak terbatas pada Kabupaten/Kota se-Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

4. Bagi penelitian mendatang hendaknya melibatkan variabel lainnya, karena

pada dasarnya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi alokasi belanja modal daerah.


Dokumen yang terkait

The influence of original local government revenues, general allocation funds and special allocation funds to local government expenditures

0 12 99

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

2 7 98

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, DAN DANA ALOKASI Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerinta

0 3 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 3 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ANGGARAN BELANJA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Anggaran Belanja Modal Kabupaten Dan Kota Di Jawa Tengah (Tahun 2012)

0 2 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Empiris Pada Kabupaten atau Kota di Sumatera).

0 0 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Provinsi Jawa T

0 1 15

PENDAHULUAN Pengaruh Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

0 1 11

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA Pengaruh Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal.

0 1 15

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi Jaw

0 0 14