EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Farmasi

  Oleh : Mariana Esti Rahmaroswita NIM : 06 8114 083 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  Program Studi Farmasi

  Oleh : Mariana Esti Rahmaroswita NIM : 06 8114 083 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

  Kata-Kata Bijak Yang Menjadi Inspirasiku Virginia Wolf

  Semua ini ku persembahkan untuk : Orang tuaku tercinta Saudara-saudaraku Sahabat-sahabatku

  Fakultas dan Almamaterku Mereka bisa karena mereka berpikir mereka bisa

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  Yogyakarta, 25 November 2011 Penulis Mariana Esti Rahmaroswita

  

PRAKATA

  Puji dan syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

  

“EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA”. Skripsi ini ditulis

  sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Tersusunnya skripsi ini dapat terwujud berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Direktur RSUD Sleman Yogyakarta yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melakukan penelitian di RSUD Sleman Yogyakarta.

  3. Ibu Yayuk Sri Rohmani, SKM selaku Kepala Sanitasi, Perawat dan segenap pihak RSUD Sleman Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas, waktu, dan membantu kelancaran penulis dalam pengambilan data penelitian ini.

  4. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pham., Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Farmasi.

  5. Bapak A. Tri Priantoro, Drs. M.For. Sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian maupun penyusunan skripsi.

  6. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  7. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang berharga dalam proses penyusunan skripsi.

  8. Ayahanda V. Djemadi, Ibunda Agatha S. yang telah membesarkan dan mendidik penulis, selalu memberikan semangat, kasih sayang, pengorbanan serta doa yang tulus untuk kesuksesan penulis.

  9. Mba Ari, Mba Erni, Mas Bakir, Mas Sigit, Pasha, Marcell, dan Agnes yang selalu memberikan semangat, kasih sayang dan doanya untuk penulis.

  10. Asti, Uus, Lia, Dian, Neldy, Melia, Moncil dan Amel yang selalu menghibur, memberikan semangat, dan kasih sayang dan doanya untuk penulis.

  11. Teman-teman FKK 2006 dan semua teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kekompakan, pertemanan, dan dukungannya selama belajar di Farmasi.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi dan bagi masyarakat.

  Penulis

  

INTISARI

  Pengelolaan limbah rumah sakit adalah bagian dari kegiatan penyehatan lingkungan di rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit. RSUD Sleman Yogyakarta menghasilkan limbah medis dengan kategori limbah infeksius dan limbah benda tajam.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman Yogyakarta dengan membandingkan standar pengelolaan limbah medis padat menurut Protap RSUD Sleman. Jenis penelitian ini adalah non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara, dan laporan bulanan di RSUD Sleman .

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan limbah medis padat masih ada ketidaksesuaian yaitu obat yang rusak tidak dimusnahkan dengan insenerator tetapi digunakan sebagai campuran puyer, TPS belum memenuhi syarat kesehatan dan keamanan, jumlah limbah medis yang dibakar masih melebihi kapasitas insenerator, dan pewadahan limbah benda tajam di ruang rawat inap masih ada ditemukan penggunaan kardus.

  Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengelolaan limbah medis padat RSUD Sleman masih terdapat kekurangan atau ketidaksesuaian dengan Protap RSUD Sleman yang mengacu pada KEPMENKES RI No.

  1204/MENKES/SK/X/2004. Kata kunci : pengelolaan, limbah medis padat, evaluasi

  

ABSTRACT

  Hospital waste management is a part of hospital environment sanitation that is aimed to protect people from the danger of pollution that comes from hospital waste. RSUD Sleman Yogyakarta produced medical waste namely infectious waste and sharp waste.

  This study was aimed to evaluate the management of solid medical waste in RSUD Sleman Yogyakarta compared to Protap RSUD Sleman. This research was a non experimental research, descriptive evaluative research. The data collection was conducted through observation, interview, and examination of monthly report in RSUD Sleman.

  The result of this research showed that there was unappropriateness in the medical solid waste management. Those are the broken medicine was not annilhilated by incinerator but being used as powder mixture, the temporary dumping-tip had not fulfilled the health and secure requirement. The amount of waste in the incinerator was overload, and the placement of sharp waste in the wards still used cardboards.

  It can be concluded that the management of medical solid waste processes was inappropriate with Protap RSUD Sleman that refers to KEPMENKES RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004.

  Keywords: medical solid waste management

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i-ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................... vii PRAKATA ..................................................................................................... viii

  INTISARI ....................................................................................................... x

  

ABSTRACT ..................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI .................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

  1. Permasalahan .................................................................................... 3

  2. Keaslian Penelitian............................................................................. 4

  3. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

  B. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 5

  1. Tujuan Umum ................................................................................... 5

  2. Tujuan Khusus .................................................................................. 5

  1. Penimbulan Guna Mengurangi Infeksi Nosokomial Pencemaran Lingkungan, serta Menguurangi Bahaya Kecelakaan ....................................................................................... 18

  G. Keterangan Empiris ................................................................................. 28

  F. Insenerator ................................................................................................ 26

  E. Alat Pelindung Diri .................................................................................. 23

  4. Pemusnahan Jarum suntik.................................................................. 21

  3. Pemusnahan Sampah Medis .............................................................. 20

  2. Sampah Medis.................................................................................... 19

  D. Prosedur Tetap RSUD Sleman ................................................................. 18

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Rumah Sakit ............................................................................................ 6

  2. Tata Laksana Limbah Medis Padat ................................................... 14

  1. Persyaratan Limbah Medis Padat ...................................................... 11

  C. Pengelolaan Limbah Medis Padat ............................................................ 10

  B. Limbah Rumah Sakit ............................................................................... 9

  3. Klasifikasi Rumah Sakit ................................................................... 7

  2. Jenis Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan ...................................... 6

  1. Pengertian Rumah Sakit .................................................................... 6

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................... 29

  B. Variabel Penelitian ................................................................................... 29

  B. Pelaksanaan Limbah Medis Padat RSUD Sleman.................................... 41

  C. Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Sleman .......................................................................................... 55

  2. Berdasarkan Berat Limbah Medis .................................................... 54

  d. Pemusnahan ................................................................................... 49

  c. Pengangkutan ................................................................................. 48

  b. Pengumpulan.................................................................................. 47

  a. Pemilahan dan Pewadahan............................................................. 45

  1. Berdasarkan Sumber Penghasil ......................................................... 42

  2. Sarana dan Prasarana ........................................................................ 40

  C. Definisi Operasional ................................................................................ 30

  1. Sumber Daya Manusia ...................................................................... 34

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil RSUD Sleman Yogyakarta ............................................................ 33

  F. Analisis Data ............................................................................................ 32

  3. Pengambilan Data ............................................................................. 31

  2. Perizinan ........................................................................................... 31

  1. Studi Pustaka ..................................................................................... 31

  E. Tata Cara Penelitian ................................................................................. 31

  D. Instrumen Penelitian ................................................................................ 31

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 63

  B. Saran .......................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65 LAMPIRAN .................................................................................................... 67 BIOGRAFI ...................................................................................................... 78

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I. Metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali ....................................................................................... 12 Tabel II. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya.................................................................................. 13 Tabel III. Sarana dan Prasarana RSUD Sleman untuk pengelolaan limbah medis Januari-Oktober 2011........................................... 40 Tabel IV. Jenis limbah medis padat berdasarkan sumber penghasilnya ............................................................................. 42 Tabel V. Rata-rata limbah yang dihasilkan per bulan

  Januari-Juni 2011 ....................................................................... 54 Tabel VI. Hasil Uji Baku Emisi RSUD Sleman ........................................ 59

  DAFTAR BAGAN

  Halaman Bagan I. Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Sleman ..................... 22 Bagan II. Struktur Organisasi Instalasi Sanitasi RSUD Sleman

  Yogyakarta ................................................................................. 36

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar I. Insenerator RSUD Sleman .................................................... 28 Gambar II. Limbah medis padat infeksius di RSUD Sleman.................. 46 Gambar III. Limbah medis padat benda tajam di RSUD Sleman............. 47 Gambar IV. Ember sampah medis RSUD Sleman ................................... 47 Gambar V. Safety box RSUD Sleman ..................................................... 48 Gambar VI. Troli sampah medis RSUD Sleman ...................................... 49 Gambar VII. Tempat Penampungan Sementara (TPS)

  Limbah Medis RSUD Sleman .............................................. 49 Gambar VIII. Petugas RSUD Sleman dengan APD lengkap .................... 50 Gambar IX. Sekop insenerator RSUD Sleman ......................................... 51 Gambar X. Timbangan limbah medis RSUD Sleman ............................. 51 Gambar XI. Galah insenerator RSUD Sleman.......................................... 52 Gambar XII. Sikat insenerator RSUD Sleman ........................................... 52 Gambar XIII. Needle Destroyer .................................................................. 53

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran I. Surat ijin penelitian dari BAPPEDA Sleman........................ 67 Lampiran II. Denah tempat APAR, penyimpanan B-3, dan jalur evakuasi.................................................................. 68 Lampiran III. Volume limbah di RSUD Sleman Yogyakarta ..................... 69 Lampiran IV. Hasil wawancara dengan responden RSUD Sleman............. 75

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang RS menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya

  membahayakan kesehatan dilingkungannya (Direktorat Jenderal PPM dan PLP dan WHO, 1991). Hal ini dikarenakan di dalam limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi oleh jasad renik, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan makhluk lain di sekitar lingkungannya dan dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid,

  

kholera , disentri dan hepatitis. Jadi limbah medis dapat dikategorikan sebagai

  limbah infeksius dan masuk pada klasifikasi limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk mencegah terjadinya dampak negatif limbah medis tersebut terhadap masyarakat atau lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan secara khusus (BAPEDAL, 1999).

  Di negara maju, jumlah limbah diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit per hari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam jenis kategorinya kemudian diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko kontaminasi dan trauma (Injuri) (KLMNH, 1995).

  RS sering kali terjadi infeksi silang (nosokomial). Sebagai contoh, limbah medis tajam disposable. Karena berhubungan langsung dengan penderita,

  1 alat itu mengandung mikro-organisme, atau bibit penyakit. Bila pengelolaan pembuangannya tidak benar, alat suntik dapat menularkan penyakit kepada pasien lain, pengunjung RS, petugas kesehatan, maupun masyarakat umum. Salah satu kasus di RSU Rantauprapat tahun 2009 pernah ditemukan oleh pemulung limbah jarum suntik di TPA, bahkan pernah ada pemulung yang terinfeksi karena tidak sengaja menginjak jarum suntik yang dibuang di TPA.

  Untuk mengatasi permasalahan di atas Departemen Kesehatan RI mengeluarkan peraturan melalui surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

  1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan yang salah satu isinya menyebutkan tentang pengelolaan limbah rumah sakit. RSUD Sleman menerbitkan Prosedur Tetap (Protap) yang dikeluarkan pada tanggal 2 Agustus 2010 oleh Dr. Sarjoko, M.Kes dengan mengacu Keputusan Menteri Kesehatan di atas, sehingga akan menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah sakit.

  Pengelolaan limbah medis padat yang baik dan aman didukung dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas petugas pengelola serta memberikan pelatihan kepada petugas pengelola agar dapat mencegah kecelakaan serta menjaga kesehatan masyarakat pengunjung, pasien terutama petugas pengelola limbah medis. Namun apabila limbah medis tersebut tidak dikelola dengan baik akan berdampak negatif dan merugikan bagi masyarakat di sekitar rumah sakit maupun bagi rumah sakit itu sendiri. Dampak negatif tersebut dapat berupa gangguan kesehatan dan pencemaran.

  Wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta banyak RS baik pemerintah maupun swasta dari sekian RS yang ada, penulis hanya mengambil 1 (satu) lokasi untuk penelitian yaitu RSUD Sleman karena RSUD Sleman salah satu RS Pemerintah. Penulis ingin mengetahui dan mengkaji seberapa jauh RSUD Sleman sebagai RS milik Pemerintah melaksanakan peraturan-peraturan yang ada salah satunya pengelolaan limbah RS.

  Berdasarkan data dari RSUD Sleman disebutkan bahwa selama ini belum pernah terjadi kasus gangguan kesehatan terhadap petugas pengelola akibat dari pengelolaan sampah medis. Hal tersebut belum dapat menjamin bahwa kesehatan masyarakat sekitar rumah sakit terhindar dari bahaya limbah padat medis infeksius. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana pengelolaan limbah medis di RSUD Sleman mulai dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan.

1. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka pemasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: apa sajakah yang menjadi kekurangan atau ketidaksesuaian dari pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman Yogyakarta mulai dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan dengan standar yang mengacu pada Protap yang diterbitkan RSUD Sleman tanggal 2 Agustus 2010 dibandingkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004.

2. Keaslian Penelitian

  Sejauh ini telah ditemukan penelitian yang sejenis, yaitu Riza Hapsari (2010) yang berjudul “Analisis Pengelolaan Sampah dengan Pendekatan Sistem di RSUD dr. Moewardi Surakarta”. Penelitian Riza Hapsari (2010) memfokuskan pengelolaan sampah melalui pendekatan sistem mulai dari input, proses, dan

  

output untuk mengetahui masalah-masalah yang ada dalam sistem pengelolaan

  sampah dengan dianalisis menggunakan SWOT (Strengths Weaknesses

  

Opportunities Threats ) mengkaji sumber daya internal dan kondisi lingkungan

eksternal RSUD dr. Moewardi Surakarta.

  Penelitian ini berjudul ”Evaluasi Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Sleman Yogyakarta” lebih memfokuskan untuk mengetahui bagaimana pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman Yogyakarta yang dilihat dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, sampai pemusnahan dengan standar yang mengacu pada Protap (Prosedur Tetap) yang diterbitkan RSUD Sleman yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004.

3. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

  a. Manfaat teoritis adalah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah dan menambah wawasan di bidang kesehatan khususnya dalam menangani limbah medis rumah sakit yang bersifat infeksius.

  b. Manfaat praktis adalah sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman dan sebagai evaluasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah medis padat rumah sakit dalam rangka penyehatan lingkungan.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum Mengevaluasi pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman Yogyakarta.

  2. Tujuan khusus

  Mengetahui gambaran pengelolaan limbah mulai dari pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan di RSUD Sleman Yogyakarta dengan standar yang mengacu pada Protap yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Rumah Sakit

  1. Pengertian rumah sakit

  Menurut WHO (Adisasmito, 2007), pengertian rumah sakit dan peranannya adalah suatu bagian menyeluruh, (integrasi) dari organisasi dan media, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada masyarakat baik kuratif maupun rehabilitatif, dimana output layanannya menjangkau pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan tenaga kesehatan serta untuk penelitian biososial.

  2. Jenis rumah sakit berdasarkan pelayanan

  Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 19, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan yaitu Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus:

  a) Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

  b) Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

  6

3. Klasifikasi rumah sakit umum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

  340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit, sebagai berikut: a) Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5

  (lima) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis lain, dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis.

  Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi. Pelayanan Medik Spesialis lain sekurang–kurangnya terdiri dari Pelayanan Mata, Telinga, Hidung, Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dari Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Othopedi dan Gigi Mulut.

  b) Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4

  (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya, dan 2 (dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.

  Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, dan Patologi Klinik. Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang–kurangnya 8 (delapan) dari 13 (tiga belas) pelayanan, meliputi Mata, Telinga, Hidung, Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik. Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis dasar yang meliputi Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.

  c) Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, dan 4 (empat) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.

  Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi. Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.

  d) Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.

  Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang–kurangnya 2 (dua) dari 4 (empat) jenis Pelayanan Spesialis Dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri, dan Ginekologi.

B. Limbah Rumah Sakit

  Limbah klinis berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veterinary, farmasi atau yang sejenisnya serta limbah yang dihasilkan rumah sakit pada saat dilakukan perawatan, pengobatan dan penelitian. Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang potensi bahaya yang terkandung dalam limbah klinis, maka jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Limbah benda tajam

  Limbah yang berupa objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, dan pisau bedah.

  2. Limbah infeksius

  Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan atau isolasi penyakit menular.

  3. Limbah jaringan tubuh

  Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah, dan cairan tubuh biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi.

  4. Limbah sitotoksik

  Bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan, atau tindakan terapi sitotoksik.

  5. Limbah farmasi

  Limbah yang berasal dari obat-obatan yang kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

  6. Limbah kimia

  Limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, veterinary , laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

  7. Limbah radioaktif

  Bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medik atau riset radionukleida.

C. Pengelolaan Limbah Medis Padat

  Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi pengelolaan sumber daya manusia, alat dan sarana, keuangan dan tatalaksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan (Said, 1999).

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit adalah sebagai berikut:

1. Persyaratan Limbah Medis Padat

  Beberapa persyaratan dalam mengelola limbah medis padat yaitu sebagai berikut: a) Minimasi Limbah 1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

  2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun.

  3) Setiap rumah sakit melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.

  4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

  b) Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang 1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.

  2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali.

  3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan pada satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 4) Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel I. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillis subtilis

  Tabel I. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali (Suyudi, 2004) No. Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

1. Sterilisasi dengan panas:

  a. Sterilisasi kering dalam oven 160 C 120 menit

  b. “Poupinel” 170 C 60 menit

  c. Sterilisasi basah dalam otoklaf 121 C 30 menit

2. Sterilisasi dengan bahan kimia:

a. Ethylene oxide (gas)

  50 C-60 C 3-8 jam

  • b. Glutaraldehyde (cair) 30 menit 5) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

  Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi pada tabel 1.

  6) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label seperti pada tabel 2.

  7) Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

  8) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”.

  Tabel II. Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya (Suyudi, 2004) No. Kategori Warna Kontainer/ Kantong Plastik Lambang Keterangan

  

1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal

dengan simbol radioaktif

  2. Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf

  3 Limbah infeksius, patologi dan anatomi

  Kuning Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer

  4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor

  5 Limbah kimia dan farmasi Coklat - Kantong plastik atau kontainer

  c) Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis padat di lingkungan Rumah Sakit 1) Pengumpulan limbah medis setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup.

  2) Penyimpanan medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.

  d) Pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan ke luar rumah sakit 1) Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.

  2) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.

  e) Pengolahan dan pemusnahan 1) Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

  2) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator.

2. Tata Laksana Limbah Medis Padat

  Tata laksana dalam mengelola limbah medis padat yaitu sebagai berikut:

  a) Minimisasi limbah 1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang mengandung limbah sebelum membelinya.

  2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia. 3) Mengutamakan pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi. 4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.

  5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.

  6) Memesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. 7) Menggunakan bahan-bahan yang di produksi lebih awal untuk menghindari kadaluwarsa.

  8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan (isi dari kemasan tersebut harus habis di pergunakan sebelum di buang) 9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar distributor. b) Pemilihan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang 1) Dilakukan pemilihan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. 2) Tempat pewadahan limbah medis padat:

  (a) Terbuat dari wadah yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya seperti

  fiberglass .

  (b) Disetiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis.

  (c) Kantong plastik diangkut setiap hari atau kurang dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah.

  (d) Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.

  (e) Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan telah kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.

  (f) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scapel), jarum, hipodermik,

  syringes , botol gelas dan kontainer .

  (g) Alat-alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needles, atau seeds. (h) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene

  oxide , maka tangki reaktor harus dikeringkan sebelum dilakukan

  injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut terlalu sangat berbahaya maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi.

  (i) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran spongioform encephalopathies (Menteri Kesehatan RI, 2004).

  c) Tempat Penampungan Sementara (TPS) 1) Bagi rumah sakit yang mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah Padat

  (IPLP) dilingkungannya harus mengolah limbah selambat-lambatnya 24 jam.

  2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai Instalasi Pengolahan Limbah Padat (IPLP), maka limbah medis padatnya harus di musnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai

  Instalasi Pengolahan Limbah Padat (IPLP) untuk lakukan pemusnahan selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruangan.

  d) Transportasi 1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

  2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia atau binatang.

  3) Petugas yang menangani limbah, harus mengenakan alat pelindung diri yang terdiri dari: topi, masker, pelindung mata, pakaian panjang (coverall), apron untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus.

  e) Pengolahan, pemusnahan, dan pembuangan akhir limbah padat 1) Limbah infeksius dan benda tajam

  (a) Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan cara desinfeksi.

  (b) Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya.

  Kapsulisasi juga cocok untuk benda tajam. (c) Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuang ke tempat pembuangan B3 atau dibuang ke landfill jika residunya sudah aman.

  2) Limbah farmasi (a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman,

  sanitary landfill , dibuang ke sarana air limbah atau inertisasi. Tetapi

  dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inertisasi. (b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insinerator pada suhu diatas 1.000

  C.

D. Prosedur Tetap RSUD Sleman

  Pelaksanaan pengelolaan limbah medis RSUD Sleman berpedoman pada Prosedur Tetap (Protap) yang mengacu pada KEPMENKES RI No.

  1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan, Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Tahun 2002, dan KEPDIRJEN PPM dan PLP No. HL.00.00.6.44 tentang Tata Cara Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit yang pelaksanaannya sebagai berikut:

  

1) Penimbulan guna mengurangi kejadian infeksi nosokomial, pencemaran

lingkungan, serta mengurangi bahaya kecelakaan

  a) Penanganan sampah medis, meliputi: sisa medikasi, sisa operasi, darah, specimen laborat, bekas infus set, bahan yang terkontaminasi pasien penyakit menular, kapas bekas, plester bekas, ampul sisa obat, hanskun, bungkus obat, dan bahan lain sisa tindakan pasien, pewadahan dengan tempat sampah dilapisi plastik kuning, pemusnahan menggunakan insenerator, lalu abu sisa pembakaran dibuang ke TPA/komposting.

  b) Penanganan sampah non medis, meliputi: bungkus makanan, sisa barang- barang perkantoran, sisa makanan, daun-daun, sampah rumah tangga, pewadahan menggunakan tempat sampah umum tanpa dilapisi plastik, pemusnahan menggunakan kontainer dan bekerjasama dengan DPU dalam pembuangan.

  c) Penanganan limbah farmasi, meliputi: stok obat yang sudah kadaluarsa, sisa-sisa obat yang sudah tidak terpakai, bungkus/wadah/kemasan obat, pewadahan menggunakan tempat sampah dilapisi plastik berwarna merah, sedangkan bungkus atau wadah menggunakan plastik sampah warna hitam, pemusnahan menggunakan insenerator.

  d) Penanganan limbah jarum suntik, meliputi: jarum suntik bekas digunakan, pewadahan menggunakan safety box, penghancuran terlebih dahulu menggunakan needle destroyer

2) Sampah medis

  Menurut Protap pelaksanaan sampah medis dimulai dari timbulan sampah yang berupa sisa medikasi, sisa operasi, darah, specimen laborat, bekas infus set, bahan yang terkontaminasi pasien penyakit menular, kapas bekas, plester bekas, ampul sisa obat, hanskun, bungkus obat, dan bahan lain sisa tindakan pasien dimasukkan dalam tempat sampah medis berwarna kuning dan dilapisi plastik kuning. Khusus limbah sisa biakan bakteri dari laboratorium baik wadah maupun media disterilisasikan dengan autoclave terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat sampah. Tiap pagi cleaning service mengeluarkan plastik sampah medis dari ruangan diletakkan bersebelahan sampah non medis. Petugas sanitasi melakukan penanganan pemusnahan dengan dibakar pada insenerator dengan suhu 1.000-1.200

  C. Adapun pegawai yang bertugas dalam pengelolaan limbah di RSUD Sleman Yogyakarta meliputi petugas sanitasi, petugas ruangan,

  cleaning service , dan petugas pengangkut sampah.

3) Pemusnahan sampah medis

  Menurut Protap pelaksanaan pemusnahan sampah medis yang diterima dimasukkan dalam bak pengumpul sampah medis yang telah disediakan dan ditutup dengan seng lalu tiap pagi petugas sanitasi membersihkan ruang bakar insenerator dengan sekop dan sikat selanjutnya abu sisa pembakaran kemarin dikumpulkan ke dalam ember sampah kemudian ditimbang dan dicacat hasilnya.

  Petugas sanitasi menerima dan melakukan penimbangan sampah medis sebelum dibakar dan dilakukan pencatatan. Kemudian sampah medis yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ruang bakar insenerator maksimal 50 Kg sampah medis. Petugas sanitasi memusnahkan limbah selambat-lambatnya dalam 24 jam.

  Petugas sanitasi mencacat seluruh kegiatan yang dilakukan dalam buku laporan kerja dan blanko penimbangan.

  Peralatan yang digunakan dalam pengolahan limbah di RSUD Sleman adalah timbangan, sekop dan sikat, ember sampah, dan insenerator. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari masker, sarung tangan, sepatu boot, helm, dan goggle.

4) Pemusnahan jarum suntik

  Peralatan yang digunakan dalam pengolahan limbah di RSUD Sleman adalah penghancur jarum, ember dan tempat sampah, chlorin 0,5%, dan penjepit jarum. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari masker, sarung tangan, sepatu boot, dan goggle.

  Menurut Protap pelaksanaan pemusnahan jarum suntik sebagai berikut: setiap selesai digunakan perawat memasukkan jarum suntik ke dalam disposafe

  

box yang ada (warna kuning), setelah penuh cleaning service mengeluarkan dari

  ruangan dan meletakkan bersebelahan dengan sampah medis. Petugas kebersihan mengambil bersamaan pengambilan sampah dan membawa ke insenerator.

  Petugas sampah menerima dan melakukan penimbangan dan perhitungan kemudian dicatat.

  Jarum direndam larutan chlorin 0,5% selama 30 menit. Setelah direndam jarum ditiriskan dengan bak berlubang. Kemudian masukkan jarum ke mesin penghancur jarum sedikit demi sedikit sambil ditekan dengan galah. Hasil gilingan jarum suntik di bakar di insenerator. Seluruh kegiatan dicatat dalam buku laporan kerja. Petugas yang menangani limbah menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari masker, sarung tangan, sepatu boot, dan goggle.

  Untuk lebih jelasnya tentang pengelolaan limbah medis padat di RSUD Sleman maka akan diterangkan dengan skema dibawah ini:

  Limbah Medis Padat Rumah Sakit/ Poliklinik/ Puskesmas Limbah Limbah Limbah Limbah Benda Farmasi Jaringan Infeksius Pemilahan Tajam Tubuh Kantong Pewadahan Plastik Hitam Kantong Plastik Kuning Safety box

  Pengangkutan Troli Tertutup TPS Pengumpulan Needle destroyer

  Insenerator lalu insenerator Pemusnahan TPA Piyungan Pembuangan Akhir

Bagan I. Pengelolaan Limbah Medis Padat RSUD Sleman

E. Alat Pelindung Diri

  Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.

  Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya (Manguneh, 2007).

  APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha oleh karyawan. Kewajiban menggunakan APD itu sendiri telah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun 2010, alat pelindung diri meliputi:

  1. Alat pelindung kepala