PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMKN 2 PONOROGO - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA DAN PERAN GURU TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMKN 2 PONOROGO

TAHUN AJARAN 2017/2018

  

SKRIPSI

OLEH

ULFA LAILI DARUSANTI

NIM : 210314174

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO

2018

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Skripsi atas nama saudara: Nama : Ulfa Laili Darusanti NIM : 210314174 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FATIK) Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peran Guru terhadap Motivasi Belajar Siswa

  SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018. Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji dalam ujian munaqosah.

  Pembimbing Nurul Khasanah, M. Pd NIP. 198406112009122003 Tanggal, Juli 2018

KEMENTERIAN AGAMA RI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONOROGO

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi atas nama saudara : Nama : Ulfa Alili Darusanti

  NIM : 210314174 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam Judul Penelitian :Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peran Guru terhadap Motivasi

  Belajar Siswa SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018

Telah dipertahankan pada sidang munaqasah di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Ponorogo pada: Hari : Rabu

  Tanggal : 25 Juli 2018

dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Agama Islam, pada: Hari :

  

ABSTRAK

Darusanti, Ulfa Laili . 2018. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Peran Guru Terhadap Siswa

Kelas XI Jurusan Kecantikan SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018. Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut

Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing, Nurul Khasanah, M. Pd.

  Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Peran Guru, Motivasi Belajar Pola asuh orang tua adalah sikap dan cara orang tua dalam mempersiapkan anggota

keluarga yang lebih muda termasuk anak supaya dapat mengambil keputusan sendiri dan

bertindak sendiri sehingga mengalami perubahan dari keadaan bergantung kepada orang tua

menjadi berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Peran (role) guru artinya keseluruhan

tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru, sedangkan

motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar

untuk mengadakan perubahan tingkah laku Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahuai pola asuh orang tua siswa kelas XI

jurusan kecantikan SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018, (2) Untuk mengetahui peran

guru di SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018, (3) Untuk mengetahui motivasi belajar

siswa kelas XI jurusan kecantikan di SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018, Untuk

mengetahui pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua dan peran guru di SMKN 2

Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018.

  Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan

tipe penelitian Ex Post Facto. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan

kecantikan SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018 berjumlah 70, dengan teknik

sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui angket. Teknik analisis data yang

digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda.

  Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa (1) Pola Asuh Orang Tua siswa kelas

  

XI SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018 termasuk dalam kategori sedang. Hal ini

ditunjukkan dengan jawaban siswa dengan frekuensi sebanyak 51 siswa dengan persentase

sebesar 69,230%. dari 70 responden/siswa. (2)Peran guru SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran

2017/2018 termasuk dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa

dengan frekuensi sebanyak 43 siswa dengan persentase 61% dari 70 responden/siswa. (3)

Motivasi Belajar siswa kelas XI jurusan kecantikan SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018

termasuk dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan jawaban siswa dengan frekuensi

sebanyak 43 siswa dengan persentase 61% dari 70 responden/siswa. (4) Ada pengaruh pola

asuh orang tua dan peran guru terhadap motivasi belajar siswa kelas XI SMKN 2 Ponorogo.

Nilai regresi tabel ANOVA didapatkan Fhitung sebesar 4,672 > Ftabel (3,99), jadi Ho ditolak Ha

diterima. Besar koefisien determinasi (R2) adalah 0,122 = 12,2%, artinya pola asuh orang tua

dan peran guru berpengaruh terhadap motivasi belajar sebesar 12,2% sedangkan 87,8%

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak sedang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang mengalami perkembangan terus-

  menerus. Manusia bergerak dan bertindak karena adanya faktor dari dalam dan faktor dari luar dari dirinya. Seseorang dapat berbuat sesuatu karena

  1 adanyadorongan oleh kekuatan yang ada didalam dirinya.

  Adapun dorongan yang datang dari dalam diri seseorang untuk berbuat disebut ‘motif’. Menurut Anoraga dan Suyati motif adalah daya gerak yang mencangkup dorongan, alasan, dan kemauan yang timbul dalam diri seseorang

  2 sehingga menyebabkan ia berbuat sesuatu.

  Semua proses yang bertujuan merealisasiakn motif, disebut motivasi. Danumihadja menyatakan istilah motivasi berasal dari kata motivation, yang berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan.

  Motivasi diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Kemudian Winardi berpendapat bahwa motivasi adalah pembangkit atau penimbul motif. Selanjutnya Hamalik mengemukakan bahwa motivasi merupakan fungsi dari berbagai variabel yang saling mempengaruhi. Ia merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri seseoang atau proses psikologi. Sering kali kita

1 Umbu Tagela Ibi Leba & Sumardjono Padmomartono, Profesi Kependidikan (Yogyakarta:

  menghubungkan motivasi hanya dengan tindakan atau perilaku yang tampak nyata. Hal ini bisa jadi dikatakan benar dan bisa jadi dikatakan salah, sebab motivasi sesungguhnya merupakan proses psikologis dalam diri seseorang yang mana terjadi interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar dan

  3 pemecahan masalah.

  Berdasarkan pemaparan di atas penelitian menyimpulkan bahwasanya motivasi merupakan keinginan yang terdapat pada seseorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan yang menjadi dasar berprilaku seseorang. Motivasi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang mana seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan berusaha mengelakkan perasaan tidak suka.

  Kemudian dalam hubungannya dengan belajar, untukmenciptakan kondisi atau proses yang mengarahkan siswa agar melakukan aktivitas belajar sehingga dapat belajar dengan baik diperlukan pula proses dan motivasi yang baik pula. Maka para ahli psikologi pendidikan mulai memperhatikan tentang motivasi yang baik. Motivasi tidak pernah dikatakan baik, apabila tujuan yang diinginkan tidak baik. Dalam proses belajar jika tidak melalui proses dengan didasari motif yang baik, maka akan menghasilkan hasil belajar yang semu, tidak outentik dan tidak

  4 tahan lama.

3 Ibid. , 82.

  Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri, seperti minat atau keingintahuan, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang

  5 disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman.

  Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dengan demikian keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggungjawab dalam pencapaian tujuan umum pendidikan.Upaya mencapai tujuan merupakan tugas dan tanggungjawab keluarga untuk menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dihayati

  6 anak-anak.

  Keluarga adalah kelompok yang mengembangkan keintiman melalui perilaku-perilaku yang memunculkan rasa identitas sebagai keluarga (family

  7 identity ), berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan.

  Islam juga memandang keluarga sebagai lingkungan pertama bagi individu di mana ia berinteraksi atau memperoleh unsur-unsur dan ciri-ciri dasar kepribadian.

  Orang tua wajib menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak-anaknya

  8 di lingkungan keluarga.

  5 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT bumi aksara 2012), 163.

  6 Muh.Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta:PT Rineka Cipta, 2014), 2.

  7 Sri Lestari, Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga

  Pola asuh merupakan bagian dari proses pemeliharaan anak melalui proses dan metode yang menitikberatkan pada kasih sayang dan ketulusan cinta yang mendalam dari orang tua. Monks dkk, memberikan pengertian pola asuh sebagai cara orang tua, yaitu ayah dan ibu, dalam memberikan kasih sayang dan cara mengasuh yang mempunyai pengaruh yang besar pada anak melihat dirinya dan

  9 lingkunganya.

  Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persiten dalam menjaga dan membimbing anak sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu

  10 ke waktu.

  Menurut Crow padaawal proses belajar perlu adanya upaya orang tua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melatih, membiasakan diri berperilaku sesuai

  11

  dengan nilai-nilai dan kontrol orang tua untuk mengembangkanya. Setiap orang tua mempunyai pola asuh sendiri yang mempengaruhi motivasi anak dalam proses belajar. Dalam pola asuh tersebut terdapat adanya dorongan yang diberikan orang tua kepada anak dalam melaksanakan pekerjaannya.

  9 Muhammad TakdirIllahi, QUANTUM PARENTING: Kiat Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas (Yogyakarta: Kata Hati, 2016),133-134.

  10 Syaiful Bahri, Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya

  Selain orang tua di rumah, guru juga mempunyai peran sebagai pendidik dalam meningkatkan motivasi belajar anak yaitu dengan memposisikan dirinya sebagai orang tua kedua untuk anak. Secara umum mendidik merupakan suatu usaha untuk membantu anak didik untuk berkembang. Pendidikan inidilakukan dalam pergaulan atau interaksi antara pendidik dan siswa dalam proses pendidikan yang dilakukan orang tua di lingkungan rumah, sedangkan pendidikan dilakukan guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.

  Guru sebagai tenaga professional sebagai agen pembelajaran yang edukatif

  12

  yaitu menjadi fasilitator, motivator, pemacu dan inspirator pembelajaran. Guru harus meyakinkan peserta didik bahwa belajar itu penting bagi dirinya bahwa, waktu yang mereka habiskan proses dalam belajar akan memperoleh hasil di masa depan.

  SMKN 2 Ponorogo merupakan sekolah berbasis kejuruan dengan berbagai program keahlian yang terpandang di tengah-tengah kota Ponorogo. Sekolah berbasis “SMK Bisa” banyak diminati oleh berbagai macam lapisan masyarakat karena menawarkan program yang menjanjikan dalam dunia pekerjaan.Profesionalisme guru mempengaruhi emosi anak karena dalam

  13

  memberikan motivasi guru melihat suasana emosional anak. Jadi pada hakikatnya guru dan orang tua mempunyai tujuan yang sama yaitu membimbing, maka dari itu keduanya harus memiliki hubungan yang harmonis dan keserasian satu salam lain pada satu tujuan pendidikan.

  Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMKN 2 Ponorogo, siswa kelas XI memiliki semangat belajar yang baik, dibuktikan dengan antusias mereka mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Namun, pada mata pelajaran PAI, ketika pembelajaran berlangsung, didapati banyak siswa yang kurang memperhatikan pembelajaran, sikap acuh siswa ketika penjelasan materi yang disampaikan oleh guru, antusias siswa dalam belajar kurang, dan rasa ingin tahu siswa kurang. Sehingga siswa tidak paham terhadap materi yang disampaikan.

  14 Siswa terlihat kurang mempunyai motivasi belajar di dalam kelas.

  Motivasi belajar siswa yang berubah-ubah menjadi sulit ditebak karena motivasi belajar siswa dipengaruhi beberapa faktor dan potensi masing-masing anak. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah keluarga. Sejalan dengan pendapat Elizabet B. Hurlock bahwa orang tua satu dengan yang lain mempunyai pola asuh yang berbeda dalam membimbing dan mendidik anaknya. Dilihat dari latar belakang keluarga dan pola asuh orang tua yang berbeda dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar. Selain keluarga menurut Hamzah B. Uno motivasi belajar dipengaruhi oleh guru. Guru dapat memberi

  15

  motivasi siswa dengan melihat suasana emosional siswa tersebut. Menurut

  Suparla motivasi belajar siswa motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh peran

  16 guru sebagai motivator yang mendorong siswa agar belajar dengan giat.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul: “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Peran Guru terhadap Motivasi

  Belajar Siswa SMKN 2 Ponorogo Tahun Ajaran 2017/2018 ”.

B. Batasan Masalah

  Banyak faktor atau variabel yang dapat dikaji untuk menindak lanjuti dalam penelitian ini. Namun karena luasnya bidang cakupan serta adanya berbagai keterbatasan yang ada baik waktu, dana, maupun jangkauan penulis, dalam penelitian ini tidak semua dapat ditindak lanjuti. Untuk itu dalam penelitian ini dibatasi masalah : 1.

  Subjek penelitian ini adalah siswa/siswi kelas XI jurusan kecantikan SMKN 2 Ponorogo.

  2. Pola asuh orang tua terdiri dari pola asuh orang tua demokratis, permisif, dan otoriter.

  3. Peran guru.

  4. Motivasi belajar (ekstrinsik).

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pola asuh orang tua siswa kelas XI jurusan kecantikan di SMKN

  2 Ponorogo? 2. Bagaimana peran guru di SMKN 2 Ponorogo? 3.

  Bagaimana motivasi belajar siswa jurusan kecantikan di SMKN 2 Ponorogo? 4. Adakah pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua dan peran guru terhadap motivasi belajar siswa di SMKN 2 ponorogo?

D. Tujuan Penelitian

  Dalam sebuah penelitian, menentukan tujuan merupakan hal yang sangat penting, karena menjadi pedoman dalam melakukan penelitian. Dengan rumusan tersebut maka peneliti menetapkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Untuk mengetahuai pola asuh orang tua siswa kelas XI jurusan kecantikan SMKN 2 Ponorogo.

  2. Untuk mengetahui peran guru di SMKN 2 Ponorogo.

  3. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas XI jurusan kecantikan di SMKN 2.

  4. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pola asuh orang tua dan peran guru di SMKN 2 ponorogo.

E. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti berharap bahwa penelitian ini ada manfaatnya baik secara teoritis maupun praktis.

  1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

  2. Secarapaktis a.

  Bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar.

  b.

  Bagi orang tua Dapat kita lihat sebagai bahan informasi tentang pentingnya pemberian pola asuh yang sesuai untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

  Sehingga diharapkan agar orang tua senantiasa memberikan pola asuh yang baik untuk anak-anaknya sehingga anak mampu memiliki motivasi yang baik pula.

  c.

  Bagi guru Sebagai bahan informasi tentang motivasi belajar siswa dengan pola asuh orang tua, sehingga diharapkan guru dan orang tua dapat bekerjasama dan memberikan bimbingan serta arahan kepada anak didiknya agar keberhasilan bias dicapai. d.

  Bagi mahasiswa Dapat memberikan ilmu yang dapat digunakan untuk bekal di masa depan yang berkaitan dengan pola asuh.

F. Sistematika Pembahasan

  Untuk dapat memberikan gambaran mengenai penelitian ini dapat disusun sistematika penulisan sebagai berikut: Isi dan sistematika penyusunan laporan hasil penelitian kuantitatif ini dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti dan bagian akhir untuk memudahkan dalam penulisan, maka pembahasan dalam laporan penelitian nanti penulis kelompokkan menjadi V bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub yang berkaitan. Sistematika pembahasan ini adalah:

  Bab pertama , Berisi tentang latar belakang masalah, batasan masalah,

  rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

  Bab kedua , bab ini menguraikan telaah hasil penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

  Bab ketiga , bab ini menguraikan rancangan penelitian, populasi dan

  sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

  , merupakan uraian tentang gambaran umum lokasi

  Bab keempat

  penelitian, deskripsi data, analisis data (pengajuan hipotesis) dan interpretasi

  Bab kelima , bab ini berisi kesimpulan dari seluruh uraian bab terdahulu dan saran yang bisa menunjang peningkatan dari permasalahan yang dilakukan.

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Hasil telaah pustaka yang digunakan penulis sebelumnya ada kaitanya

  dengan variable yang diteliti antara lain: 1.

  Penelitian dilakukan oleh Elis Prasetyawati dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Peran Guru Terhadap Kemandirian Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar Gugus 4 Wates Kabupaten KulonProgo Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk : a.

  Mengetahui ada atau tidak pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar siswa kelas III SD se Gugus 4 Wates b.

  Mengetahui ada atau tidak pengaruh peran guru terhadap kemandirian belajar siswa kelas III SD se Gugus 4 Wates c.

  Mengetahui ada atau tidak pengaruh pola asuh orang tua dan peran guru terhadap kemandirian belajar siswa kelas III SD se Gugus 4 Wates. Dengan hasil penelitian menunjukan : a.

  Terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap kemandirian belajar b. terdapat pengaruh peran guru terhadap kemandirian belajar siswa.

  c. pola asuh orang tua dan peran guru berpengaruh signifikan terhadap

  

17

kemandirian belajar siswa.

  Dari deskripsi tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian penulis, perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu tempat penelitianya berbeda pada penelitian ini dilaksanakan di Yogyakarta sedangkan penelitian penulis dilakukan di Ponorogo dan variable Y nya yang diteliti adalah kemandirian belajar siswa sedangkan penelitian sekarang yaitu motivasi belajar siswa, sedangkan persamaanya Kedua X

  1 dan X 2 sama-sama menggunakan pola asuh orang tua dan peran guru.

2. Penelitian dilakukan oleh Diah Aprillia Nurhayati dengan judul penelitian

  “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar KKPI Kelas X Program Keahlian TKJ dan TAV di SMK PIRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini dengan menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan untuk : a.

  Mengetahui adanya pengaruh pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa

17 Elis Prasetyawati dengan judul, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Dan Peran Guru Terhadap

  

Kemandirian Belajar Siswa Kelas Iii Sekolah Dasar Gugus 4 Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun b.

  Mengetahui adanya pengaruh motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa mata diklat produktif c.

  Mengetahui adanya pengaruh pola asuh orang tuadan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa mata diklat produktif.

  Hasil dari penelitian menunjukan : a.

  Terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi variabel pola asuh orang tua siswa terhadap prestasi belajar siswa b.

  Terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi variabel motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas c.

  Terdapat pengaruh yang positif dan signifikansi variabel pola asuh

  18 orang tua dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar sisiwa kelas.

  Dari deskripsi tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian penulis, perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu penelitian ini menggunakan 2 variabel sedangkan penelitian penulis menggunakan tiga variable serta letak lokasi penelitian ini berada di Yogyakarta sedangkan penelitian penulis berada di Ponorogo, persamanya sama-sama menggunakan penelitian kuantitatif dan sama-sama membahas tentang Motivasi.

18 Diah Aprillia Nurhayati, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa

  

Terhadap Prestasi Belajar KKPI Kelas X Program Keahlian TKJ dan TAV di SMK PIRI 1 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2010/2011 (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarat, 2010),

3. Penelitian dilakukan oleh Luthfia Hayatun Nisa dengan judul “Pengaruh

  Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Membaca Al- Qur’an di TPQ Nurul Amin Kepoh Nong kosawit Gunungpati Semarang”.Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan untuk : a.

  Mengetahui pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

  Hasil penelitianya menunjukan : a.

  Pola asuh orang tua di Kepoh Nongkosawit Gunungpati Semarang termasuk dalam pola asuh demokratis dan dalam kategori cukup b.

  Motivasi belajar membaca al-Qur’an di TPQ Nurul Amin Kepoh Nongkosawit Gunungpati Semarang yang diperoleh masuk dalam kategori cukup dan termasuk dalam motivasi ekstrinsik.

  c.

  Terdapat pengaruh yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap motivasi belajar membaca al- Qur’an di TPQ Nurul Amin Kepoh

  19 Nongkosawit Gunungpati Semarang.

  Dari deskripsi tersebut terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian penulis, perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian penulis yaitu lokasi penelitian ini di lakukan di semarang sedangakan yang penelitian penulis di laksanakan di Ponorogo , penelitian penulis

19 Luthfia Hayatun Nisa, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Membaca

  

Al-Quran Di Tpq Nurul Amin Kepoh Nongkosawit Gunungpati Semarang 2015/2016 (Skripsi menggunakna tiga variable sedangkan penelitian dua variabel. Persamaanya sama sama menggunakan penelitian kuantitatif dan variable

  X

  1 sama-sama membahas tentang pola asuh orang tua sedangkan Y membahas motivasi.

B. Landasan Teori 1. Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

  Pola asuh dalam keluarga adalah sebuah frase yang menghimpun empat unsur penting, yaitu: pola, asuh, orang tua dan keluarga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Asuh yang berarti mengasuh yang bermakna menjaga, membimbing dan memimpin. Orang tua, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah ayah dan ibu kandung, orang yang dianggap tua dan orang-orang yang dihormati di kampung. Dalam konteks keluarga, orang tua yang dimaksud adalah ayah dan ibu kandung dengan tugas dan tanggung jawab mendidik anak dalam

  20

  keluarga. Secara terminologi pola asuh orang tua adalah cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan

  21 dari tanggung jawab kepada anak.

20 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga:Upaya Membangun Citra dan Membentuk Pribadi Anak, 50-51.

  21

  Menurut Gunarsa Singgih dalam bukunya Psikologi Remaja, Pola asuh orang tua adalah sikap dan cara orang tua dalam mempersiapkan anggota keluarga yang lebih muda termasuk anak supaya dapat mengambil keputusan sendiri dan bertindak sendiri sehingga mengalami perubahan dari keadaan bergantung kepada orang tua menjadi berdiri

  22 sendiri dan bertanggung jawab sendiri.

  Menurut Kohn yang dikutip Chabib Thoha pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berhubungan dengan anaknya. Sikap ini dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain dari cara orang tua memberi peraturan pada anak, cara memberikan hadiah dan hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritas dan cara orang tua memberikan perhatian dan

  23 tanggapan terhadap keinginan anak.

  Menurut Ahmad Tafsir, pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persiten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan

  24 pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu.

  22 Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Gunarsa, Singgih D, Psikologi Remaja (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 109.

  23 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam,110.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan

  25 kegiatan pengasuhan.

b. Macam-macam Pola Asuh Orang Tua

  Menurut Chabib Thoha pola asuh orang tua ada tiga macam yaitu :

  1) Pola Asuh Demokratis

  Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan untuk mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit berlatih untuk bertanggung jawab kepada diri sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk

  26

  berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Di samping itu, orang tua memberi pertimbangan dan pendapat kepada anak, sehingga anak mempunyai sikap terbuka dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain, karena anak sudah terbiasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah.

  2) Pola Asuh Otoriter

  Pola asuh otoriter mencerminkan sikap orang tua yang bertindak keras dan cenderung diskriminatif. Hal ini ditandai dengan adanya tekanan anak untuk patuh kepada semua perintah dan keinginan orang tua, kontrol yang sangat ketat terhadap tingkah laku anak, anak kurang mendapat kepercayaan dari orang tua, anak sering dihukum, apabila anak berhasil atau berprestasi jarang diberi pujian dan hadiah. Akibatnya, anak semakin tertekan dan tidak bisa leluasa

  27 menentukan masa depannya.

  Pola pengasuhan otoriter sering kali membuat anak remaja berontak. Terlebih lagi bila orang tuanya keras, tidak adil dan tidak menunjukkan afeksi. Remaja akan bersikap bermusuhan kepada orang tua serta sering kali menyimpan perasaan tidak puas terhadap kontrol dan dominasi orang tua mereka. Remaja mungkin menjadi kurang yakin akan kemampuan dirinya, kurang matang dan manjadi

  28 agresif.

  3) Pola asuh permisif

27 Ibid.,

  Pola asuh permisif adalah pola asuh yang bisa memberikan harapan kebebasan anak dalam membentuk karakternya tanpa campur tangan orang tua. Akan tetapi pola asuh seperti ini bisa sangat berbahaya bagi masa depan anak karena mereka kurang mendapatkan bimbingan dalam memasuki dunia sosial yang serba dinamis. Sikap orang tua dalam pola asuh permisif biasanya memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berperilaku sesuai dengan yang diinginkan. Anak akan bersifat mementingkan diri sendiri dan kurang

  29 menghargai orang lain.

  Pengasuhan yang permisif dapat dibedakan menjadi dua yakni pengasuhan mengabaikan (neglectful) dan pengasuhan memanjakan (indulgent). Pola asuh mengabaikan yakni orang tua dengan tidak mempedulikan anak mereka, memberikan pada anak untuk bertindak semaunya. Sedangkan pola pengasuhan memanjakan yakni orang tua sangat menunjukkan dukungan emosional kepada anak mereka tetapi kurang menerapkan kontrol pada anak mereka. Dapat dikatakan bahwa pola asuh permisif baik yang mengabaikan atau memanjakan

  30 menyebabkan remaja tidak memiliki kontrol diri yang baik. Steinbergh menyatakan pola asuh permisif pada umumnya tidak ada pengawasan, bahkan cenderung membiarkan anak tanpa

  31 ada nasihat dan arahan yang bisa merubah perilaku yang tidak baik.

2. Peran Guru a. Pengertian Peran Guru

  Peran (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugas sebagai guru.

  Guru mempunyai peran yang amat luas, baik di sekolah, keluarga dan di dalam masyarakat. Peran ialah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri- ciri khas semua petugas dari

  32 pekerjaan atau jabatan tertentu.

  Pendidik di Indonesia dikenal dengan istilah guru. Menurut Gufron Maba peran guru dalam proses pembelajaran belum dapat digantikan oleh mesin, robot, ataupun computer.

  Hal ini dikarenakan guru sebagai bintang utama yang semestinya diidolakan siswanya. Dengan demikian dalam sistem pembelajaran manapun guru selalu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses pencapaian tujuan pendidikan, tanpa guru pendidikan tidak dapat berjalan

31 Muhammad TakdirIllahi, QUANTUM PARENTING: Kiat Mengasuh Anak Secara Efektif dan Cerdas,138.

  33

  sebagaimana mestinya. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam interaksi edukatif di sekolah, guru sebagai pendidik di sekolah lebih dekat kepada sebuah profesi. Peran dan kedudukan guru yang tepat dalam berinteraksi akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan, oleh sebab itu setiap guru harus mengetahui sifat-sifat khusus setiap murid dan ia harus tabah menghadapi serta berusaha

  34 untuk memecahkan kesulitan.

  Sebagai pencerdas bangsa dan negara pendidikan berada dalam garda terdepan artinya sebagai pelabuhan ilmu pengetahuan dan kebudayaan yangakan ditransitkan kepada peserta didik. Pendidik merupakan cultural transition yang besifat dinamis kearah suatu perubahan kontinu, sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban manusia.

  Menurut Syamsul Nizar Pendidik bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta didik, baik spiritual, intelektual,

  35 moral, estetika maupun kebutuhan fisik peserta didik.

33 Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan Suatu Pengantar Ilmu Pendidikan (Jakarta:Radar Jaya Offset Jakarta, 2015), 137.

b. Peran dan Fungsi Guru

  Guru memiliki suatu kesatuan peran dan fungsi yang tidak terpisahkan atara kemampuan integratif, antara yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih. Guru adalah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan, itulah sebabnya keempat kemampuan yang harus dimiliki oleh

  36 seorang guru juga dalam gradasi yang beraneka ragam.

  Dikutip dari buku Hasan Langgulung bahwasanya guru semestinya melakoni dirinya juga sebagai motivator, fasilitator, dinamisator bagi proses pembelajaran. hal ini ddikarenakan guru berhadapan dengan peradaban yang

  37 dinamis dan berenergi dengan semangat yang membara.

  Menurut Suparla disisi lain guru dicitrakan memiliki peran ganda yang dikenal sebagai EMASLIMDEF (Educator,

  Manager, Administration, Supervisior, Leader, Inovator, Motivator, Dinamisator, Evaluator Dan, Fasilitator ).

  EMASLIMDEF lebih condong pada peran kepala sekolah namun dalam skala mikro di kelas seorang guru harus mempunyai kemampuan ini. Sebagaiman dijelaskan sebagai

  38

  berikut: 1)

  Educator Sebagai educator merupakan peran yang pertama dan utama, khususnya untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan atas. Peran ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, role model, memberikan contoh dalam hal sikap dan kepribadian

  39 peserta didik.

  2) Manager

  Pendidik memiliki peran untuk menegakkan tata tertibyang telah disepakati bersama di sekolah, memberikan arahan atau rambu-rambu ketentuan agar tat tertib di sekolah dapat dilaksanakan dengan sebaik- baiknya oleh seluruh warga sekolah. 3)

  Administrator Guru memiliki peranuntuk melaksankan administrasi sekolah, seperti buku presensi siswa, buku daftar nilai, buku rapor, administrasi kurikulum dan penilaian.

  4) Supervisor

  Guru memiliki peran memberikan bimbingan dan pengawasan kepada peserta didik, memahamipermasalahan yang dialami peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan masalahnya.

  5) Leader

  Guru memiliki peran memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta didik.

  6) Inovator

  Guru harus memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah pengetahuan dan ketrampilannya sebagai guru. 7)

  Motivator Guru memiliki peran untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, motivasi belajar baik

  40 motivasi intrinsik maupun ekstrinsik.

  Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memeberikan motivasi sebagai berikut: a) Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.

  b) Menjelaskan secara konkret, apa yang dilakukan pada akhir pelajaran.

  c) Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat merngsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari.

  41

  d) Membentuk kebiasaan yang baik. 8)

  Dinamisator Guru memiliki peran memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif. 9)

  Evaluator Guru memiliki peran menyusun instrumen penilaian, melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk danm jenis penilaian serta menilai pekerjaan siswa. Maka dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta

  42 ketepatan atau keefektifan metode mengajar .

  Informasi yang diperoleh melalui informasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini kan dijadikan titik tolak unuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil

  43 yang optimal.

  10) Facilitator

  Guru memiliki peran memberikan bantuan teknis, arahan, petunjuk kepada peserta didik. Guru hendaknya membantu siswa mau dan mampu untuk mencari, mengolah, dan memakai informasi. Memperbanyak mutu pemberian tugas, pekerjaan rumah, kuis, dan lain lain yang mampu “memaksa” secara tidak sadar, membiasakan siswa untuk mencari dan membaca berbagai referensi, menggunakan perpustakaan, mengoptimalkan manfaat internet, menulis laporan dengan komputer dan memepresentasikannya.

  Dalam penelitian ini, peneliti hanya membahas tentang peran guru sebagai educator, supervisor,

  inovator, motivator, evaluator, dan facilitator . Hal ini disesuaikan dengan proses pembelajaran yang dilakukan di SMKN 2 Ponorogo.

3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

  Motivasi berasal dari kata lain “movere” yang berarti dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan. Kata “movere” dalam bahasa Inggris, sering disepadankan dengan ”motivation” yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan

  44

  dorongan atau keadaan. Menurut Tutik Rachmawati dalam bukunya

  “Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik”, motivasi adalah kekuatan yang mendorong

  45

  seseorang untuk melakukan suatu perbuatan. Motivasi merupakan suatu energi dalam diri manusia yang mendorong

  46 untuk melakukan aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu.

  Sedangkan pengertian belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia sebagai hasil dari pengalaman atau interaksi antara individu dengan lingkungan.

  44 Euis Karwati, Manajemen Kelas (Classroom Management) (Bandung: Alfabeta, 2014), 165.

  45 Tutik Rachmawati dan Daryanto, Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 47.

  Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Perubahan inilah yang menjadi tolak ukur keberhasilan

  47

  proses belajar yang dialami oleh peserta didik. Menurut Slameto, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

  48 sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

  Jadi, motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan keterampilan. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta mengarahkan minat belajar sehingga sungguh- sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai

  49

  prestasi. Selain itu, motivasi belajar juga memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar,

  47 Karwati, Manajemen Kelas, 188.

  48 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), 142. sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar.

  50 Tanpa motivasi belajar,

  seorang peserta didik tidak akan belajar dan pada akhirnya tidak akan mencapai keberhasilan dalam belajar.

  51 b. Manfaat Motivasi Belajar Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru.

  Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut:

  52

  1) Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tidak semangat; meningkatkan, bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini, hadiah, pujian, dorongan, atau pemicu semangat dapat digunakan untuk mengobarkan semangat belajar.

  2) Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa dikelas bermacam-macam; ada yang acuh tak acuh, ada yang tidak memusatkan perhatian, ada yang bermain, disamping yang bersemangat untuk belajar.

  50 WS. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2005), 169.

  51 Sani, Inovasi Pembelajaran, 49.

  3) Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara macam-macam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat, pemberi hadiah, dan pendidik.

  4) Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat semua siswa belajar sampai berhasil.

c. Macam-macam Motivasi Belajar Ada dua macam motivasi dalam belajar, yakni:

  1) Motivasi Intrinsik, adalah motivasi yang datangnya secara alamiyah atau murni dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri dari lubuk hati yang

  

53

  paling dalam. Bila seorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan

  54

  motivasi dari luar dirinya. Misalnya, seorang peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan alam karena dia

  55

  menyukai pelajaran tersebut. Selain itu motivasi intrinsik

  53 Hanafiah dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 26.

  54 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 150. berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan

  56 kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.

  2) Motivasi Ekstrinsik, adalah motivasi yang datangnya

  57 disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta didik.

  Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik apabila anak didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Anak didik belajar karena hendak mencapai tujuan

  58

  yang terletak diluar hal yang dipelajarinya. Motivasi ekstrinsik muncul akibat insentif eksternal atau pengaruh dari luar peserta didik. Misalnya tuntutan, imbalan, dan

  59

  hukuman. Selain itu, motivasi ekstrinsik berupa adanya penghargaan, lingkungan yang kondusif, dan kegiatan

  60 belajar yang menarik.

  Jadi, seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak

  56 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), 23.

  57 Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, 27.

  58 Djamarah, Psikologi Belajar, 151.

  59 Sani, Inovasi Pembelajaran, 49. mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan.

  Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai

  61 subjek belajar.

  Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

  62

  sebagai berikut:

  a) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar b)

  Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

  c) Adanya harapan dan cita-cita masa depan

  d) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar

  e) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.

  63 d.

   Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

  1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar