PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI SISWA TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI SISWA TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN

BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

ENDAH PRAHESRA

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh tentang kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto. Populasi dalam penelitian ini berjumlah dengan 184 orang siswa. Sampel di dalam penelitian ini berjumlah 125 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah, angket, observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosional,

persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa: (1) Ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu (2) Ada pengaruh persepsi siswa tentang pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPS Terpadu (3) Ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu (4) Ada pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kata kunci: hasil belajar, kecerdasan emosional, kemandirian belajar, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahirkan di 24b Tejoagung, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro Lampung pada tanggal 31 Desember 1993 dengan nama lengkap Endah Prahesra. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, Putri dari pasangan Bapak Heru Narjito dan Ibu Sri Bandiyah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu: 1. SD Negeri 10 Metro diselesaikan pada tahun 2005 2. SMP Negeri 04 Metro diselesaikan pada tahun 2008 3. SMA Kartikatama Metro diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur PKAB (Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat).


(7)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Persembahan

Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji untuk Mu Allah SWT

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya kecilku ini untuk

orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayah dan Ibu tercinta

yang selalu berdo’a untuk keberhasilanku dengan semangat dan kesabaran walaupun air matamu terlalu sering luruh dalam keringatmu dengan penuh kasih sayang yang tercurah.

Kakak, Adik dan Keluarga Besarku karena kalian aku bisa bersemangat belajar dan bercanda ria

Para Pendidik ku

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu dan mempunyai keberaniab ubtuk menjalani hidup

Sahabat – sahabatku

Menemaniku saat suka dan dukaku, memberi pengalaman serta menjadikan hari-hari yang ku lalui lebih berwarna dengan kebersamaan

Seseorang yang kelak akan mendampingi hidupku Almamater tercinta Universitas Lampung


(8)

Moto

Dan taati Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang.

Bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar. (Q.S. Al Anfal: 46)

Have faith in your lifelong journey. No matter how stressful, everything has to happen exactly as it did to get you to where

you’re going.

(Endah Prahesra)

You have to be brave and take chances. Don’t live life in fear of what comes next. That’s not what living is about.

(Hesti Pratika Ningrum)

Keberhasilanmu adalah upayamu, so.. jangan pernah berhenti dengan apa yang kamu upayakan. Karena ketika orang-orang yang

kamu sayang dapat tersenyum bahagia, itu adalah keberhasilan yang luar biasa.

(Endah Prahesra)

Don’t give up trying to do what you truly believe in. where there is passion and love, you can’t go wrong.


(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI SISWA TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP

KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Shalawat

beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M..Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu


(10)

waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila dan selaku penguji skripsi penulis yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Sutarno, S.Pd.,M.Pd., selaku Kepala SMP Kartikatama Metro, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMP Kartikatama sebagai subjek dalam penelitian skripsi ini. 11. Ibu Dra. Ermawati, selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di SMP

Kartikatama Metro, terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan motivasi serta informasinya yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini. 12. Siswa-Siswi SMP Kartikatama Metro, terimakasih atas kerjasaman dan

kekompakkannya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 13. Ayah dan Ibu Tercinta, beriburibu kata ‘terima kasih karena telah

mendoakanku dalam pengharapan- pengharapan yang pasti. Kesabaran, senyuman, air mata, tenaga dan pikiran tercurah disetiap perjuangan dan


(11)

terkabulkan selain do’a dari orangtua yang ikhlas.

14. Kakakku Rahman dan kedua adikku tercinta Hesti dan Rini, terimakasih atas canda tawa yang kalian berikan kepadaku ketika aku lelah dan mulai putus asa, Terimakasih buat dukungan dan motivasi sepanjang umur ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian.

Amin Ya Rabbal A’lamiin.

15. Teman seperjuangan, Ani dan Taufik, karna kebersamaan kalian akhirnya 3 toga dapat kita kenakan bersama.

16. Sahabat-sahabatku “Lia, Ani, Helita, Aisyah, dan Novita terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, selalu menerima dan membantuku disetiap kesulitan menghadapi semester demi semester.

17. Teman-teman kosanku yang bawel Leona, Tria, Eza, Wirda, Zahra, Lina, Alvitri dan Tara terimakasih untuk kebersamaannya selama ini, ulah kalian, canda tawa, akan selalu menjadi bagian cerita dalam hidupku.

18. Teman-teman seluruh angkatan 2011 Ganjil dan teman-teman 2011 Genap yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terimakasih atas

kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT. 19. Kakak tingkat semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan

dan motivasinya, terkhusus untuk ka Dani yang telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik-adik tingkatku. 20. Keluarga kecil KKN PPL yang tak akan pernah terlupa, Mameh Fitri, Desi,


(12)

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2015 Penulis,


(13)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Kecerdasan Emosional ... 16

3. Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua ... 21

4. Kemandirian Belajar ... 24

B. Penelitian yang Relevan ... 28

C. Kerangka Pikir ... 29

D. Hipotesis ... 32

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 33


(14)

3. Tehnik Pengambilan Sampel ... 37

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 38

1. Definisi Konseptual Variabel ... 38

2. Definisi Operasional Variabel ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Observasi ... 44

2. Angket ... 44

3. Dokumentasi ... 45

4. Wawancara ... 45

5. Studi Kepustakaan ... 46

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 46

1. Uji Validitas Angket ... 46

2. Uji Reliabilitas Angket ... 49

G. Uji Persyaratan Statistik Parametik ... 53

1. Uji Normalitas ... 53

2. Uji Homogenitas ... 54

H. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda ... 55

1. Uji Kelinieran Regresi ... 55

2. Uji Multikolinearitas ... 57

3. Uji Autokorelasi ... 59

4. Uji Heteroskedastisitas ... 60

I. Teknik Pengujian Hipotesis ... 62

1. Regresi Linier Sederhana ... 62

2. Regresi Linier Multiple ... 63

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 65

1. Lokasi SMP Kartikatama Metro ... 65

2. Sejarah Singkat SMPKartikatama Metro ... 65

3. Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro ... 67

4. Keadaan Guru dan Karyawan SMP Kartikatama Metro ... 68

5. Visi Dan Misi SMP Kartikatama Metro ... 70

B. Deskripsi Data ... 71

1. Data Kecerdasan Emosional (X1) ... 72

2. Data Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua (X2) ... 75

3. Data Kemandirian Belajar (X3) ... 77

4. Data Hasil Belajar (Y) ... 80

C. Uju Persyaratan Statistik Parametik ... 82

1. Uji Normalitas ... 82

2. Uji Homogenitas ... 85

D. Uji Persyaratan Regresi Linear Ganda ... 86

1. Uji Kelinieran Regresi ... 87


(15)

E. Pengujian Hipotesis ... 95

1. Pengujian Hipotesis Pertama (X1) ... 95

2. Pengujian Hipotesis Kedua (X2) ... 98

3. Pengujian Hipotesis Ketiga (X3) ... 101

4. Pengujian Hipotesis Keempat (X1, X2, X3) ... 105

F. Pembahasan ... 109

1. Pengaruh Kecerdasan Emosional Siswa Terhadap Hasil Belajar ... 109

2. Pengaruh Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua Terhadap Hasil Belajar ... 112

3. Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar ... 114

4. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar ... 116

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 120

B. Saran ... ... 121 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Hasil MID Semester Ganjil Kelas VIII SMP Kartikatama

Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 4

2. Penelitian yang Relevan ... 28

3. Jumlah Seluruh Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 35

4. Perhitungan Jumlah Sampel Untuk Masing-Masing Kelas ... 37

5. Definisi Operasional Variabel ... 41

6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X1 ... 48

7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X2 ... 48

8. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel X3 ... 49

9. Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket untuk Variabel X1 ... 51

10.Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket untuk Variabel X2 ... 51

11.Hasil Analisis Uji Reliabilitas Angket untuk Variabel X3 ... 52

12.Tabel Analisis Varians untuk Uji Kelinieran Regresi ... 56

13.Daftar Nama Kepemimpinan SMP Kartikatama Metro ... 66

14.Keadaan Gedung SMP Kartikatama Metro ... 67

15.Fasilitas Belajar SMP Kartikatama Metro ... 68

16.Jumlah Tenaga Kerja dan Staf TU SMP Kartikatama Metro ... 69

17.Data Tingkat Pendidikan Guru SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 69


(17)

20.Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro

Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 73

21.Kategori Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama MetroTahun Pelajaran 2014/2015 ... 74

22.Distribusi Frekuensi Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 76

23.Kategori Persepsi Siswa Tentang Pola Asuh Orang Tua Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 77

24.Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 78

25.Kategori Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 79

26.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 81

27.Kategori Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester Ganjil di SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 81

28. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel (X1) ... 82

29. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel (X2) ... 83

30. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel (X3) ... 84

31. Hasil Uji Normalitas untuk Variabel (Y) ... 85

32. Hasil Uji Homogenitas ... 86

33. Hasil Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel Kecerdasan Emosional (X1) ... 87


(18)

35.Hasil Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel Kemandirian Belajar

(X3) ... 89

36.Hasil Uji Multikolinearitas ... 91

37.Hasil Uji Autokorelasi ... 92

38.Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 94

39.Hasil Uji Hipotesis Pertama ... 95

40.Koefisien Regresi Kecerdasan Emosional (X1) Terhadap Hasil Belajar (Y) ... 96

41.Hasil Uji Hipotesis Kedua ... 98

42.Koefisien Regresi Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua (X2) Terhadap Hasil Belajar (Y) ... 99

43.Hasil Uji Hipotesis Ketiga ... 102

44.Koefisien Regresi Kemandirian Belajar (X3) Terhadap Hasil Belajar (Y) ... 102

45.Hasil Uji Hipotesis Keempat ... 105

46.Koefisien Regresi Kecerdasan Emosional, Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua dan KemandirianBelajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu... 106

47.Anova Untuk Uji Hipotesis Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Siswa tentangPola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Belajar Terhadap HasilBelajar IPS Terpadu ... 108


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Paradigma pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa

tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama


(20)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

sehingga menuntut orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk bekerjasama dan bertanggungjawab agar mutu pendidikan dapat terus ditingkatkan.

Pendidikan dapat mengarahkan tingkah laku menuju suatu tingkat perkembangan yang diharapkan. Oleh karena itu pemerintah senantiasa memberikan perhatian yang besar terhadap perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Hakekat pendidikan ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik mengembangkan bakat, minat dan kemampuannya secara optimal dan utuh. Pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Pendidikan yang baik akan menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan produktif sebagai subjek sekaligus objek dalam mengisi pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan kemampuan nasional


(21)

dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan memperhatikan tantangan perkembangan global.

Salah satu sarana dan prasarana untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan berkualitas adalah di sekolah. Di mana pendidikan tersebut dapat membentuk manusia yang berilmu pengetahuan dan memiliki lulusan berkualitas.

Pembelajaran di sekolah bertujuan meningkatkan mutu pendidikan yang dapat menghasilkan siswa-siswi berprestasi dan memiliki kemampuan terbaik dalam belajar. Proses kegiatan pembelajaran adalah hal utama dalam proses pendidikan di sekolah. Sedangkan prestasi belajar merupakan hasil yang diperoleh karena aktivitas yang dilakukan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam usaha mengembangkan dan membina potensi yang dimiliki siswa.

Kekhawatiran yang sering terjadi disebabkan karena masih banyak program pendidikan yang berpusat pada kecerdasan intelektual. Kecerdasan intelektual ini diukur dari nilai rapor dan indeks prestasi. Nilai rapor yang baik, indeks prestasi yang tinggi, atau sering juara kelas merupakan tolak ukur dari kesuksesan seseorang. Tolak ukur ini tidak salah tetapi tidak seratus persen bisa dibenarkan. Terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang menjadi sukses yaitu salah satunya dengan adanya kecerdasan emosional.

Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah

kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang.


(22)

Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis.

Kecerdasan emosional siswa memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Kecerdasan ini yang mendukung seorang siswa dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Hal tersebut juga biasanya dipengaruhi oleh faktor keluarga yaitu pola asuh dari orang tua siswa itu sendiri. Dalam kegiatan belajar pun siswa dituntut untuk mampu berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru.

Menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dilakukan di sekolah setiap pemberian materi dapat dievaluasi dengan pemberian tugas setiap harinya.

Kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas dapat menggambarkan sejauh mana seorang guru berhasil dalam menyampaikan materi pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar. Siswa juga dituntut untuk dapat menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan pengarahan orang lain. Pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak berhasil mencapai hasil yang memuaskan pada saat evaluasi pembelajaran. Dengan kata lain tidak setiap siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Hal ini pun terjadi pada siswa SMP Kartikatama Metro.

Berdasarkan pada penelitian pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015, menunjukkan hasil


(23)

belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu belum sepenuhnya mamuaskan. Dibawah ini disajikan data Hasil Ujian Mid Semester Ganjil.

Tabel 1. Hasil Ujian MID Semester Ganjil Mata IPS Terpadu Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015

Sumber: Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu SMP Kartikatama Metro

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui hasil belajar siswa bervariasi dari nilai yang tinggi sampai nilai yang rendah. Prestasi belajar yang diperoleh siswa kelas VIII siswa SMP Kartikatama Metro dari 184 siswa yang mendapat nilai kurang dari 78 sebanyak 123 siswa atau sebesar 66,85 %. Hal ini berarti sebagian besar siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Djamarah dan Zain (2006: 128), apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65% dikuasai siswa maka persentase keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah.

Tingkat pencapaian kompetensi dasar atau Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran di SMP Kartikatama Metro adalah 78. Jika siswa telah mencapai kriteria tersebut maka tidak perlu diadakan

No Kelas

Nilai

Jumlah siswa Keterangan <78 ≥ 78

1 2 3 4 5 6 VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F Siswa 17 22 23 20 15 26 123 14 10 7 12 13 5 61 31 32 30 32 28 31 184 Nilai kelulusan ditentukan bila, nilai yang diperoleh ≥ 78


(24)

remedial, sebaliknya jika siswa belum mencapai kriteria nilai yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengadakan remedial.

Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada proses pembelajaran. Dalam pendidikan di sekolah proses pembelajaran merupakan kegiatan yang paling penting. Hasil belajar yang baik menunjukkan proses belajar yang baik, dan sebaliknya proses belajar yang baik akan memberikan hasil yang baik pula. Keberhasilan belajar seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor intenal meliputi kesehatan, kecerdasan, minat dan motivasi, serta cara belajar siswa itu sendiri. Faktor eksternal meliputi keluarga, lingkungan sekitar, masyarakat, dan sekolah.

Menurut guru mata pelajaran IPS Terpadu bahwa dalam pembelajaran IPS Terpadu rendahnya hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015 diduga dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosional siswa yang kurang baik dalam memotivasi diri, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, dan kemandirian belajar siswa di sekolah yang masih kurang pada setiap pemberian tugas.

Faktor pertama yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar adalah

kecerdasan emosional siswa yang masih kurang. Setelah wawancara dengan guru IPS Terpadu yang bersangkutan, di dalam kegiatan belajar mengajar masih ada sebagian siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah yang

berdampak pada hasil akhir yang mereka peroleh. Hal ini ditunjukkan kurangnya siswa untuk memotivasi diri mereka sendiri dalam belajar, mereka masih sering berhenti di tengah jalan jika mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas,


(25)

tidak hanya itu saja, masih seringnya antar siswa berkelahi tanpa bisa mengontrol emosinya masing-masing. Siswa mudah terpengaruh dan terpancing emosinya ketika ada rangsangan dari luar, dan terkadang etitude mereka pun kurang dalam menghargai guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran di dalam kelas. Masih rendahnya hubungan yang baik antar siswa, guru, maupun masyarakat sekitar juga membuat masih kurang baiknya emosional yang dimiliki oleh seorang siswa Selain materi yang penting diajarkan oleh siswa, yang utama adalah sikap awal siswa yang harus dibentuk terlebih dahulu, akhlak dan budi pekerti merupakan yang utama yang harus dimiliki oleh setiap siswa, sopan satun, saling menghargai satu sama lain, rasa hormat kepada yang lebih tua itu merupakan dasar dari terbentuknya kepribadian yang baik kedepannya. Ketika semua itu sudah baik, pasti pendidikan akademik atau kecerdasan intelektual akan baik pula.

Faktor kedua yang diduga dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu adalah persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, pola asuh orang tua merupakan aspek penting dalam membentuk kepribadian awal siswa. Bagaimana pola asuh orang tua di rumah dapat mencerminkan bagaimana siswa tersebut di sekolah. Kecerdasan emosional pun terkadang berdasar dari bagaimana orang tua memperhatikan atau memperlakukan anak mereka di rumah. Orang tua yang kurang memberikan pola asuh yang baik terhadap anak tidak jarang memberikan dampak yang negatif untuk persepsi si anak tersebut. Ada 3 pola asuh di dalam penerapan orang tua, yaitu demookratis, permisif, dan otoriter. Setelah wawancara dengan beberapa siswa, masih sedikitnya dari mereka


(26)

mendapat bimbingan yang baik dari orang tua, dan ketika mereka ada masalah dalam belajar orang tua kurang bisa mengontrol dan cenderung kurang peduli. Orang tua yang terbiasa menerapkan pola asuh ini diharapkan dapat merubahnya dengan mengontrol anak mereka ketika keluar rumah, mengecek ketika si anak ada PR, atau tugas-tugas sekolah lainnya. Walaupun pendidikan orang tua kurang, mereka masih bisa sekedar menanya bagaimana kegiatan di sekolah, ataupun yang lain. Sehingga persepsi siswa terhadap pola asuh orang tua di rumah akan baik, dan anak merasa diperhatikan.

Faktor ketiga yang menyebabkan rendahnya hasil belajar IPS Terpadu siswa adalah kemandirian belajar. Berdasarkan observasi diketahui bahwasannya siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas mayoritas kurang bisa mandiri. Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang ketika guru menjelaskan materi siswa terlihat kurang menyimak ataupun memperhatikan, ketika diberikan latihan ataupun tugas mereka mulai kebingungan dan cenderung meniru tugas dari

kawannya. Mereka masih malu dan ragu untuk mengemukakan pendapat di depan kelas.

Kemandirian belajar merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Siswa harus mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif, dan tidak sekedar meniru. Dan siswa pun harus mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.


(27)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini diberi judul: “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Siswa Tentang Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Katikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sebagian besar hasil belajar siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu yaitu yang memperoleh nilai kurang dari 78 dianggap kurang berhasil.

2. Masih kurangnya siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro dalam memotivasi diri, mereka sering berhenti di tengah jalan ketika mereka kesulitan dalam mengerjakan sesuatu.

3. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung masih ada beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam hal kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sehingga berdampak negatif pada kegiatan belajar di sekolah.

4. Pola asuh orang tua masih cenderung memberikan kebebasan kepada anaknya dan kurang memberikan pengawasan yang baik.

5. Rendahnya hubungan atau relasi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan masyarakat.


(28)

6. Ketidaksiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan disampaikan, kadangkala siswa kelihatannya menyimak dan memperhatikan ketika guru menjelaskan materi, tetapi setelah diberikan latihan atau tugas nilainya masih rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kecerdasan emosional (X1), persepsi siswa tentang pola asuh orang tua (X2), kemandirian belajar (X3), dan hasil belajar IPS Terpadu (Y).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPS

Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun pelajaran 2014/2015?

2. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun pelajaran 2014/2015?

3. Apakah ada pengaruh kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun pelajaran 2014/2015?


(29)

4. Apakah ada pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Untuk mengetahui pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.


(30)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun praktis: 1. Manfaat secara teoritis:

a. Memperkaya ilmu pendidikan bagi peneliti khususnya dan masyarakat pada umumnya.

b. Memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu pendidikan yang menyangkut hasil belajar.

c. Menambah konsep baru yang dapat dijadikan sebagai bahan rujukan lebih lanjut bagi pengembangan ilmu pendidikan.

2. Manfaat secara praktis:

a. Sumbangan pemikiran bagi siswa agar mampu memotivasi diri, ataupun menjalin hubungan sosial dengan orang lain dengan baik agar semua tujuan yang direncanakan dan hasil belajar yang maksimal tercapai. b. Siswa juga diharapkan dapat lebih bisa bertanggung jawab dan percaya

terhadap dirinya ketika kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Informasi kepada orang tua, agar bisa memberikan pola asuh yang baik bagi anak-anaknya agar dapat meningkatkan hasil belajar di sekolah.


(31)

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek Penelitan

Objek penelitan ini adalah kecerdasan emosional (X1), persepsi siswa tentang pola asuh orang tua (X2), kemandirian belajar (X3) dan hasil belajar IPS Terpadu (Y).

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kartikatama Metro. 4. Waktu Penelitian

Waktu penelitan ini pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ilmu Penelitian

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian adalah ilmu kependidikan, khususnya bidang IPS Terpadu.


(32)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar

Konsep belajar dari pandangan seorang guru terhadap pengertian belajar akan mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” atau dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 3), Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan positif yang kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah prolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa hasil belajar mengacu pada perolehan hasil secara kuantitatif dan kualitatif secara keterlibatan mental,


(33)

emosi dan sosial dari siswa dalam proses pembelajaran aktif. Hasil belajar teraktualisasi pada perubahan sikap dan kepribadian siswa untuk lebih berprestasi dalam berbagai aktifitas belajar di sekolah. Hasil belajar siswa merupakan suatu indikasi pencapaian tujuan pendidikan yang sudah menjadi komitmen nasional antara lain terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.

Menurut Wahidmurni, dkk (2010: 18) menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Sedangkan dalam Slameto (2003: 54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

1. Faktor intern, yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, faktor ini dibedakan menjadi tiga yaitu

a. Faktor Jasmaniah yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor Psikologis yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

c. Faktor Kelelahan.

2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu, terdiri dari a. Faktor Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c. Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media masa, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. Hasil belajar jika dikaji lebih mendalam, dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (dominan) yakni dominan kognitif atau kemampuan berpikir, dominan afektif atau sikap, dan dominan


(34)

psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne (dalam Sudjana, 2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari system lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termasuk kemampuan

memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

Berdasarkan konsepsi di atas, pengertian hasil belajar dapat dikatakan sebagai perubahan perilaku secara positif serta kemampuan yang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar yang berupa hasil belajar

intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Dan juga harus bermakna bagi siswa itu sendiri dalam menimbulkan prakarsa dan kreatifitas, artinya tidak terbatas pada perolehan nilai dari suatu bidang studi, tetapi membentuk sikap yang diperoleh dari belajar yang diikutinya dan untuk selanjutnya menjadi bekal dasar pengalaman belajar berikutnya dan menjadi bekal bagi siswa sebagai individu dan masyarakat.


(35)

2. Kecerdasan Emosional

Inteligensi atau kecerdasan menurut Dusek (Casmini,2007: 14) dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar untuk memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes inteligensi, dan secara kualitatif suatu cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

Menurut Daniel Goleman (2002: 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan

serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi seseorang pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik, apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya. Sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang (Maliki, 2009: 15).


(36)

Menurut Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan

informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang. Goleman mengutip Salovey (2002: 58-59) menempatkan menempatkan

kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002: 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri

memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002: 77-78).

Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

Hasil belajar atau prestasi yang baik harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.


(37)

d. Mengenali Emosi Orang Lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002: 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

e. Membina Hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002: 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.

Kecerdasan emosional (EQ) sangat menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalm hal belajar, semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki seorang individu akan membuat siswa mampu mengatasi segala hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam belajarnya. Begitupun

sebaliknya, dengan individu yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka siswa akan merasa sulit dalam mengatasi hambatan dalam belajarnya.

Menurut Goleman (Casmini, 2007: 23-24) ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak emosional. b. Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok. Perorangan mempengaruhi kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada lingkungan.

Hal positif akan diperoleh bila anak diajarkan keterampilan dasar kecerdasan emosional, secara emosional akan lebih cerdas, penuh pengertian, mudah menerima perasaan-perasaan dan lebih banyak pengalaman dalam


(38)

banyak sukses di sekolah dan dalam berhubungan dengan rekan-rekan sebaya serta akan terlindung dari resiko-resiko seperti obat-obat terlarang, kenakalan, kekerasan serta seks yang tidak aman. (Gottman, 2001: 250).

Ada 8 tahap yang saling berkaitan dikemukakan oleh Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 218-228) dalam perkembangan emosi

(psikososial):

1) Bayi (rasa percaya versus rasa tidak percaya mendasar);

2) Masa kanak-kanak awal pada tahun ke-2 sampai ke-3 (otonomi versus

rasa malu dan ragu-ragu);

3) Anak usia bermain (play age) usia 3 sampai 5 tahun (inisiatif versus

rasa bersalah);

4) Anak sia sekolah usia 6 samapi 12 atau 13 tahun (Produktivitas

versus Inferioritas);

5) Masa remaja (identitas versus kebingungan identitas);

6) Masa dewasa muda usia 19 sampai 30 tahun (keintiman versus)

7) Masa dewasa usia 31 sampai 60 tahun (generativitas versus stagnasi); 8) Usia senja, usia 60 tahun sampai akhir hayat (integritas versus rasa

putus asa).

Tahap keempat adalah tahap dimana anak mengalami usia sekolah. Tahap perkembangan emosi (psikososial) pada usia sekolah menurut Erik Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 222-223) “mencakup perkembangan anak sekitar usia 6 tahun sampai kira-kira 12 atau 13 tahun, pada tahap ini bagi anak-anak usia sekolah, harapan mereka untuk mengetahui sesuatu akan bertambah kuat dan terkait erat dengan perjuangan dasar untuk mencapai kompetensi”. Di dalam perkembangan yang normal anak-anak akan berjuang secara produktif untuk bisa belajar kemampuan-kemampuan yang

diperlukannya.

Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan- keterbatasan kemampuan dan


(39)

pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa dirinya tidak berguna, tidak bisa berbuat apa-apa. Tahap ini dikatakan juga sebagai tahap laten. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan tidak berguna.

Paparan mengenai perkembangan emosi (psikososial) anak usia sekolah dapat diketahui pada tahapan ini anak harus belajar bekerja keras

mengembangkan sikap rajin. Hal ini berkaitan dengan bagaimana anak dapat mengembangkan rasa percaya dirinya untuk memotivasi diri, bersemangat dan bekerja keras untuk keberhasilannya dalam belajar. Kecerdasan emosi tetap memegang peranan penting di dalamnya. Apalagi setelah memahami teori Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 223) tentang tahapan emosi (psikososial) anak di usia sekolah guna meningkatkan hasil belajarnya. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa keterampilan dasar emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi membutuhkan proses dalam

mempelajarinya dan lingkungan yang membentuk kecerdasan emosional tersebut besar pengaruhnya. Penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosional atau yang bisa dikenal dengan EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya. Peserta didik yang memiliki

kecerdasan emosional yang baik, akan membentuk generasi yang berpendidikan berkarakter. Penerapan kecerdasan emosional dalam pembelajaran sangatlah


(40)

penting, sehingga berdampak baik bagi kehidupan siswa tersebut, baik di dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Kecerdasan emoisonal sudah

semestinya harus terus dilatih, dikelola dan juga dikembangkan.

3. Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua

Orang tua memiliki banyak tugas, salah satu diantaranya adalah mengasuh putra putrinya. Sebagai pengasuh dan pembimbing dalam keluarga, orang tua sangatlah berperan dalam meletakkan dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua selalu dinilai dan ditiru oleh anaknya dan kemudian akan secara sadar atau tidak sadar akan diresapi serta manjadi kebiasaan juga bagi anak mereka. Dalam mengasuh putra putrinya, orang tua dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah usia orang tua, jenis kelamin, status sosial dan lain sebagainya. Disamping itu juga diwarnai oleh sikap-sikap tertentu dalam memelihara, membimbing dan mengarahkan putra putrinya. Sikap tersebut dapat tercermin dalam pola asuh orang tua terhadap anaknya.

Kemudian banyak ahli psikolog dan sosiologi yang mengemukakan dari pola asuh orang tua menurut cara pandang mereka masing-masing. Orang tua merupakan orang yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi

perkembangan anak-anaknya. Orang tua memberikan pendidikan yang pertama sejak anak dilahirkan ke dunia karena dari orang tua seorang anak dari tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui sesuatu dalam segala aspek kehidupan.


(41)

Pola asuh orang tua menurut Singgih D Gunarso (2010: 55) merupakan “perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang ditetapkan”. Pernyataan di atas memiliki makna bahwa pola asuh orang tua merupakan suatu proses interaksi atau hubungan komunikasi antara orang tua dengan putra putrinya. Pola asuh adalah sikap, cara dan kebiasaan orang tua yang diterapkan untuk mengasuh, memelihara dan membesarkan anak di lingkungan keluarga. Sikap dan kebiasaan ini secara konsisten cenderung mengarah pada pola tertentu selaras dengan wawasan orang tua sebagai pimpinan dan nahkoda di lingkungan keluarga. Dalam hubungan interaksi antara orang tua dan anak melibatkan beberapa aspek yaitu sikap, nilai dan kepercayaan orang tua yang diberikan kepada anaknya.

Tipe atau bentuk pola asuh orang tua untuk mendidik anak-anaknya sangat bermacam-macam dan bervariasi. Kebanyakan dalam kehidupan sehari-hari orang tua menggunakan kombinasi dari ke semua pola asuh yang ada, akan tetapi satu jenis pola asuh akan terlihat lebih dominan daripada pola asuh lainnya dan sifatnya hampir stabil sepanjang waktu. Tipe pola asuh tersebut menurut Suherman (2011: 8) adalah “Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu sikap otoriter, sikap permisif/liberal dan sikap demokratis”.

Pola asuh otoriter menurut Suherman (2011: 8) yaitu “orang tua dalam memenuhi kebutuhan anak dengan cara mengontrol tingkah laku anak secara


(42)

ketat, selalu mengatur kehidupan anak, dan orang tua selalu menuntut anak untuk mentaati semua peraturan yang dibuat”. Dalam hal ini, orang tua tidak mendorong dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang memberikan pujian, sehingga pola asuh ini tidak jarang berpeluang untuk memunculkan perilaku agresif.

Pola asuh yang kedua atau sikap permisif menurut Suherman (2011: 8) yaitu “perlakuan orang tua yang membebaskan anak untuk berbuat sesuai dengan keinginannya, tanpa disertai dengan adanya kontrol dan pengawasan orang tua. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan”. Orang tua yang mendidik dan mengasuh anaknya dengan keras akan dapat membentuk watak anak yang disiplin dan penurut. Tidak jarang di dalam pola asuh ini semua keputusan lebih banyak dibuat oleh anak daripada orang tuanya.

Pola asuh yang terakhir demokratis menurut Suherman (2011: 8) yaitu “dimana perlakuan orang tua yang selalu memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapat tentang segala sesuatu yang menyangkut kehidupan pribadinya. Dalam mengambil suatu keputusan harus dirundingkan terlebih dahulu oleh orang tua dan anak”. Dalam pola asuh demokratis ini anak diberikan kebebasan dalam melakukan hal apapun tetapi orang tua tetap

mengontrol perbuatan anaknya, agar anak dapat belajar tanggung jawab sejak dini, bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan, tidak munafik dan jujur.


(43)

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa dalam mengasuh anak ada beberapa pola asuh yang digunakan oleh orang tua untuk menjadikan anaknya sebagai penerus keluarga dan bangsa, dalam hal ini pola asuh tergantung pada orang tuanya bagaimana menggunakan pola asuh yang cocok bagi anaknya. Ketika orang tua menerapkan pola asuh yang tepat dan baik untuk anak mereka, pastinya persepsi dari si anak tersebut terhadap didikan orang tuanya akan baik dan hubungan keduanya akan selalu harmonis. Begitupun dengan aktivitas belajar mereka di sekolah, ketika penerapan pola asuh dari orang tua baik maka kegiatan belajar di sekolah pun akan baik, karena semua kegiatan mereka di sekolah selalu diperhatikan dan dikontrol oleh guru yang biasanya akan dievaluasi kepada orang tua mereka.

4. Kemandirian Belajar

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah ”berdiri sendiri”.

Seseorang dikatakan mandiri jika secara fisik dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktifitas hidupnya; secara mental dapat berfikir sendiri, menggunakan kreativitasnya, mampu

mengekspresikan gagasannya kepada orang lain; secara emosional mampu mengelola perasaanya; dan secara moral memiliki nilai-nilai yang mampu mengarahkan perilakunya.

Knain dan Turmo (Ratnaningsih, 2007: 38) “yang dimaksud kemandirian belajar adalah suatu proses yang dinamik dimana siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada saat mempelajari konteks yang spesifik. Untuk itu siswa perlu memiliki berbagai strategi belajar,


(44)

merefleksi secara efektif”.

Kemandirian merupakan kesanggupan untuk berdiri sendiri, tidak saja secara ekonomi sosial, tetapi terutama secara moral dalam artian bertanggungjawab atas keputusan-keputusannya dalam perkara yang bersifat rasional maupun emosional. Kemandirian menurut Havighurst (Familia, 2006: 32) memiliki empat aspek, yaitu aspek intelektual (kemauan untuk berfikir dan

menyelesaikan masalah sendiri ), aspek sosial (kemampuan untuk membina relasi secara aktif), aspek emosi (kemauan untuk mengelola emosinya sendiri), aspek ekonomi (kemauan untuk mengatur ekonomi sendiri).

Istilah kemandirian belajar berhubungan dengan beberapa istilah lain diantaranya self regulated learning, self regulated thinking, self directed learning, self efficacy dan self-esteem. Pengertian kelima istilah terakhir di atas tidak tepat sama, namun mereka memiliki beberapa kesamaan karakteristik (Sumarmo, 2004: 1). Memberikan tiga karakteristik kemandirian belajar, yaitu bahwa individu:

1) Merancang belajar sendiri sesuai dengan tujuannya

2) Memilih strategi kemudian melaksanakan rancangan belajarnya 3) Memantau kemajuan belajarnya, mengevaluasi hasilnya dan

dibandingkan dengan standar tertentu.

Familia (2006: 45) “anak mandiri pada dasarnya adalah anak yang mampu berfikir dan berbuat untuk dirinya sendiri. Seseorang anak yang mandiri biasanya aktif, kreatif, kompeten, tidak tergantung pada orang lain dan tampak spontan”. Ciri khas anak mandiri antara lain mempunyai kecendrungan


(45)

memecahkan masalah dari pada berkutat kekhawatiran bila terlibat masalah, tidak takut mengambil resiko karena sudah mempertimbangkan baik buruknya, percaya terhadap penialain sendiri sehingga tidak sedikit-dikit bertanya dan meminta bantuan dan mempunyai kontrol yang lebih baik terhadap hidupnya. Kemandirian pada anak sangat penting karena merupakan salah satu life skill

yang perlu dimiliki.

Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam menyelesaikan masalah belajarnya. Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan,

mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam prosesnya. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwasanya kemandirian belajar ( self-direction in learning) sebagai sifat dan sikap serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.

Pendapat Tillmann dan Weiss (Ratnaningsih, 2007: 41) bahwa siswa dikatakan mandiri dalam belajar, jika yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang meningkatkan dan memfasilitasi belajar selanjutnya dan juga mengabstraksi pengetahuan yang diperoleh untuk dapat ditransfer pada situasi belajar yang lain.

Menurut Yang (Sumarmo, 2004: 12) siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik dalam pengawasannya


(46)

sendiri dari pada dalam pengawasan program; mampu memantau,

mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur belajar dan waktu secara efisien”.

Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup bagi seorang dari keadaan tidak tahu. Dalam belajar harus terjadi perubahan baik tingkah laku, sikap dan cara berfikir. Dari keseluruhan proses pendidikan di

sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Dan berikut ini diuraikan pendapat para ahli tentang pengertian belajar.

a) Slameto (2003: 2) menyatakan “belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

b) Menurut Hamalik (2004: 36) menyatakan “belajar ialah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman.

Berdasarkan seluruh pengertian di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud kemandirian belajar adalah kemampuan seseorang (siswa) dalam

mewujudkan kehendak atau keinginannya secara nyata tanpa bergantung dengan orang lain, dalam hal ini siswa mampu melakukan belajar sendiri, dapat menentukan belajar yang efektif dan mampu melakukan aktifitas belajar secara sendiri yang dalam hal baik akan mempengaruhi hasil belajarnya.


(47)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini dan sudah pernah dilaksanakan adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Reza

Aprilia (2006)

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010

Adanya hubungan antara pola asuh orang tua dengan kecerdasan emosional siswa kelas VIII di SMP negeri 8 bandar lampung tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dibuktikan dari perhitungan uji F yang menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 29,65 > 16,81. 2 Fahrurrozi (2007) Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Persepsi Siswa tentang Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas XII IPS Semester Ganjil SMA PERSADA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011

Ada pengaruh antara kemandirian belajar, aktivitas belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar ekonomi akuntansi siswa kelas XI IPS semester genap tahun pelajaran 2010/2011 Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji F yang menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 0,656 > 0,430.


(48)

Tabel. 2 Lanjutan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 3 Meita

Sekarsari (2009)

Pengaruh Kemandirian Belajar, Aktivitas Belajar dan

Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012

Ada pengaruh antara kemandirian belajar, aktivitas belajar dan perhatian orang tua terhadap hasil belajar ekonomi akuntansi siswa kelas XI IPS semester genap tahun pelajaran 2011/2012 Hal ini dibuktikan dengan perhitungan uji F yang menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 35,429 > 2,69.

C. Kerangka Pikir

Keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik dapat dilihat dari tinggi rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa baik berupa angka yang tetera pada rapor maupun perubahan tingkah laku, ketangkasan, kecakapan, kepribadian dan juga keterampilan yang lebih baik. Hasil yang nyata yang dapat dilihat secara langsung sebagai cerminan keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tertera pada rapor yang diperoleh dari hasil evaluasi dalam suatu periode tertentu. Perolehan hasil belajar IPS Terpadu yang bervariasi pada siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran


(49)

diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar.

Kecerdasan emosional yang baik memiliki pengaruh yang besar terhadap prestasi ataupun hasil belajar siswa. Menurut Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang. Apalagi setelah memahami teori Erikson (Jess Feist dan Gregory J. Feist, 2008: 223) tentang tahapan emosi (psikososial) anak di usia sekolah guna meningkatkan hasil belajarnya.

Pola asuh orang tua sangat berkaitan dengan kecerdasan emosional, terkadang kecerdasan emosional dapat tercermin dari bagaimana pola asuh yang diberikan oleh orang tua di rumah. Sehingga siswa dapat mempersepsikan bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tuanya di rumah. Hal itu pun sangat berpengaruh terhadap hasil ataupun prestasi siswa di sekolah. Tipe pola asuh tersebut menurut Suherman (2011: 8) adalah “Ada tiga jenis sikap orang tua dalam keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu sikap otoriter, sikap

permisif/liberal dan sikap demokratis”.

Sikap otoriter dimana mempunyai ciri-ciri yaitu menekankan segala aturan orang tua harus diataati oleh si anak. Cara otoriter ini akan menimbulkan akibat

hilangnya kebebasan pada anak, inisiatif dan aktivitas-aktivitasnya menjadi tumpul, secara umum kepribadiannya lemah dimikian pula kepercayaan dirinya. Sedangkan sikap permisif dapat dikatakan kebalikan dari sikap otoriter yaitu pada


(50)

pola asuh ini semua kekuasaan ada di tangan si anak. Semua keinginan anak dan apa saja yang akan dilakukan oleh anak akan dibolehkan dan dituruti oleh orang tua. Terakhir yaitu sikap demokratis dimana kedudukan orang tua dan anak sama. Dalam mengambil suatu keputusan harus dirundingkan terlebih dahulu oleh orang tua dan anak.

Kemandirian belajar yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa merupakan faktor internal siswa itu sendiri yang terdiri dari lima aspek yaitu disiplin, percaya diri, motivasi, inisiatif, dan tanggung jawab, sehingga jika siswa memiliki kelima aspek tersebut dapat terlihat berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar di kelas dari kemandirian siswa dalam mengerjakan segala tugasnya.

Tillmann dan demikian pula pendapat Yang (Sumarmo, 2004: 12) siswa yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih baik dalam pengawasannya sendiri dari pada dalam pengawasan program; mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;

menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; dan mengatur belajar dan waktu secara efisien”.

Berdasarkan uraian di atas, maka keterikatan antara kecerdasan emosional (X1), persepsi siswa tentang pola asuh orang tua (X2), dan kemandirian belajar (X3), dengan hasil belajar (Y), dapat dirumuskan dalam kerangka pikir yang


(51)

r3

Keterangan: Gambar di atas menunjukkan pengaruh kecerdasan emosional (X1), persepsi siswa tentang pola asuh orang tua (X2) dan kemandirian belajar (X3) terhadap hasil belajar ips terpadu (Y).

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015. 2. Ada pengaruh persepsi siswa tentang pola asuh orang tua terhadap hasil

belajar IPS Terpadu siswa VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015.

3. Ada pengaruh kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015. 4. Ada pengaruh kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh

orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015.

Hasil Belajar Y Kecerdasan

Emosional (X1)

r1

Kemandirian Belajar (X3)

R

r2 Persepsi Siswa

tentang Pola Asuh Orang Tua


(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian sangatlah penting. Penggunaan metode ini untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan dan mengembangkan suatu pengetahuan, serta mengkaji kebenaran suatu pengetahuan sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Metode

penelitian adalah metode kerja yang dilakukan dalam penelitian termasuk alat-alat yang digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data di lapangan pada saat melakukan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan objek atau subjek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Sugiyono, 2009: 6). Tujuan penelitian ini merupakan verifikatif yaitu untuk menentukan tingkat pengaruh variabel-variabel dalam suatu kondisi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berdasarkan data yang ada di tempat penelitian sehingga menggunakan pendekatan ex post facto dan survey. Menurut


(53)

Sugiyono (2011: 7) Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kegiatan tersebut. Sedangkan metode survey yaitu pendekatan yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,

wawancara terstruktur dan sebagainya (Sugiyono, 2011: 12).

B. Populasi dan Sampel

Bagian ini akan mengemukakan secara lebih rinci tentang populasi dan sampel dalam penelitian ini. Pada pembahasan sampel akan dibagi tentang teknik penentuan besarnya sampel dan teknik pengambilan sampel tersebut. Adapun penjelasannya lebih rinci akan dijelaskan berikut ini.

1. Populasi

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 297). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 6 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 184 orang.


(54)

Tabel 3. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

No Kelas Jumlah siswa yang menjadi sampel

Laki-laki Perempuan 1 2 3 4 5 6 VIII.A VIII.B VIII.C VIII.D VIII.E VIII.F 31 32 30 32 28 31 15 15 18 18 14 19 16 17 12 14 14 12

Jumlah 184 99 85

Sumber: Absensi Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010: 81). Sedangkan menurut Basrowi dan Kasinu (2007: 260) sampel adalah sebagian populasi yang dipilih dengan teknik tertentu untuk mewakili populasi. Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi digunakan rumus Cochran yang didasarkan pada jenis kelamin, yaitu: Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal N = Ukuran populasi

T = Tingkat kepercayaan (digunakan 0,95 sehingga nilai t = 1,96) d = Taraf kekeliruan (digunakan 0,05)


(55)

p = Proporsi dari karakteristik tertentu (golongan) q = 1 – p

1 = Bilangan konstan (Sudarmanto, 2011).

Berdasarkan rumus di atas besarnya sampel dalam penelitian ini adalah

p =

= 0,5380; (Proporsi untuk siswa laki-laki)

q = 1 – 0,5380= 0,462; (Proporsi untuk siswa perempuan)

x 0,5380 x 0,462 = 0,9548

= = 0,0025

Jadi, besarnya sampel dalam penelitian ini adalah 125 siswa. Dengan menggunakan rumus Cochran ini maka dalam menentukan besarnya sampel mempertimbangkan atau memasukkan karakter yang terdapat pada populasi sehingga diharapkan penentuan besarnya sampel tersebut akan dapat


(56)

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah probability sample dengan menggunakan

simple random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel

yang memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi yang dipilih untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2010: 82). Untuk menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional (Nazir dalam Meita, 2009: 44) hal ini dilakukan dengan cara:

Jumlah sampel tiap kelas =

X jumlah tiap kelas

Tabel 4. Perhitungan Jumlah Sampel Untuk Masing - Masing Kelas Kelas Perhitungan Pembulat Presentase (%) VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F 06 , 21 31 184

125

74 , 21 32 184

125

38 , 20 30 184

125

74 , 21 32 184 125   02 , 19 28 184

125

06 , 21 31 184

125

21 22 20 22 19 21 16,8% 17,6% 16% 17,6% 15,2% 16,8%

Jumlah 125 100%

Penentuan siswa yang akan dijadikan sampel untuk setiap kelas dilakukan dengan undian yang merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam menarik sampel dengan menggunakan Proposional random sampling (Nazir dalam Meita, 2009: 44).


(57)

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 38). Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas (Independent Variable).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional (X1), persepsi siswa tentang pola asuh orang tua (X2) dan kemandirian belajar (X3).

2. Variabel terikat (Dependent Variable).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS Terpadu (Y).

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Definisi konseptual variabel adalah penarikan batasan yang menjelaskan suatu konsep secara singkat, jelas, dan tegas (Imam Chourmain, 2008: 36).

1. Definisi Konseptual Variabel

a. Hasil Belajar

Menurut Gagne (dalam Sumarmo, 2011: 31) hasil belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi pengetahuan,


(58)

keterampilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu

b. Kecerdasan Emosional

Menurut Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir dan berperilaku seseorang.

c. Persepsi siswa tentang pola asuh orang tua

Pola asuh orang tua menurut Singgih D Gunarso (2010: 55) merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua

menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang ditetapkan.

d. Kemandirian Belajar

Knain dan Turmo (Ratnaningsih, 2007: 38) yang dimaksud kemandirian belajar adalah suatu proses yang dinamik dimana siswa membangun pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada saat mempelajari konteks yang spesifik.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukan di atas menggambarkan definisi operasianal variabel tentang variabel-variabel, indikator-indikator, dan sub indikator yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.


(59)

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasinal merupakan penarikan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Tujuannya: agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang ditelitinya. (Imam Chourmain, 2008: 36).

1. Kecerdasan Emosional

a. Mampu mengenali emosi diri

1) Mengenal dan merasakan emosi sendiri 2) Memahami perasaan yang timbul

3) Mengenali pengaruh dari perasaan sendiri b. Mampu mengelola emosi

1) Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat kearah yang positif tanpa berkelahi

c. Memotivasi diri

1) Memberi semangat pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik d. Mampu mengenali emosi orang lain

1) Dapat memahami perasaan orang lain dengan baik e. Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain

1) Saling berkomunikasi dengan teman ketika ada tugas kelompok maupun hal lain

2) Saling tolong menolong ketika ada yang membutuhkan 2. Persepsi siswa tentang pola asuh orang tua

a. Pola asuh otoriter

1) Anak tidak diberikan kebebasan dalam melakukan apapun 2) Orang tua cenderung kaku dalam memberikan aturan b. Pola asuh permisif

1) Anak cenderung diberikan kebebasan tanpa batas

2) Tidak adanya pengontrolan yang baik dari orang tua kepada anak c. Pola asuh demokratis

1) Orang tua dan anak saling terbuka dengan hal apapun


(60)

3. Kemandirian Belajar a. Tanggung Jawab

1) Kesadaran dalam mengikuti pelajaran di kelas 2) Mengambil resiko atas aktivitas belajar b. Mampu mengatur jam belajar

1) Adanya kemauan untuk melakukan proses pembelajaran sendiri 2) Membuat jadwal

3) Melaksanakan belajar

4) Tidak tergantung pada pengajar c. Percaya diri

1) Optimis dalam hasil belajar

Definisi-definisi yang dikemukan di atas maka untuk lebih jelasnya maka berikut ini disajikan tabel yang menggambarkan definisi operasional variabel tentang variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, indikator- indikator yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian.

Tabel 5. Indikator Masing-masing Variabel, Indikator, Sub Indikator dan Skala

No Variabel Indikator Sub Indikator Skala 1 Kecerdasan

Emosional (X1) 1. Mampu mengenali emosi diri 2. Mampu mengelola emosi

1.Mengenal dan merasakan emosi sendiri 2. Memahami perasaan yang timbul 3. Mengenali pengaruh dari perasaan sendiri 1. Lebih mampu

mengungkapkan amarah dengan tepat kearah yang positif tanpa berkelahi Interval


(61)

Tabel. 5 Lanjutan

No Variabel Indikator Sub Indikator Skala 3.Memotivasi diri

4.Mampu mengenali emosi orang lain 5.Mampu membina hubungan sosial dengan orang lain 1. Memberi semangat pada diri sendiri untuk menjadi lebih baik

1.Dapat memahami perasaan orang lain dengan baik 1. Saling

berkomunikasi dengan teman ketika ada tugas kelompok maupun hal lain 2. Saling tolong

menolong ketika ada yang

membutuhkan 2 Persepsi

Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua (X2)

1.Pola asuh otoriter

2.Pola asuh permisif

1. Anak tidak diberikan

kebebasan dalam melakukan apapun 2. Tidak adanya

pengontrolan yang baik dari orang tua kepada anak.

1. Anak cenderung diberikan

kebebasan tanpa batas.

2.Tidak adanya pengontrolan


(62)

Tabel 5. Lanjutan

No Variabel Indikator Sub Indikator Skala

3.Pola asuh demokratis

yang baik dari orang tua kepada anak

1. Orang tua dan anak saling terbuka dengan hal apapun 2.Anak tidak

sungkan menceritakan masalahnya kepada orang tua 3 Kemandirian

Belajar (X3)

1.Tanggung jawab

2.Mampu mengatur jam belajar

3.Percaya diri

1. Kesadaran dalam mengikuti

pelajaran di kelas 2. Mengambil

resiko atas aktivitas di kelas 1. Adanya kemauan untuk melakukan proses pembelajaran sendiri

2. Membuat jadwal 3. Melaksanakan

belajar 4. Tidak

tergantung pada pengajar

1. Optimis pada hasil belajar.


(63)

Tabel 5. Lanjutan

No Variabel Indikator Sub Indikator Skala 4 Hasil Belajar

(Y)

Hasil ujian MID semester ganjil mata Pelajaran IPS Terpadu

Besarnya nilai yang diperoleh dari hasil ulangan harian pada pertengahan

semsester ganjil mata pelajaran IPS Terpadu

Interval

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Teknik ini digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono, 2010: 310). Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro.

2. Angket / Kuisioner

Angket merupakan suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan tertulis yang diajukan kepada subyek untuk mendapatkan jawaban secara tertulis juga. Menurut Suharsimi (2006: 151) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari


(64)

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kecerdasan

emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, kemandirian belajar dan hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII SMP Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang

menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Menurut Suharsimi (2006: 158) di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data terkait dengan jumlah siswa dan hasil belajar IPS Terpadu kelas VIII SMP

Kartikatama Metro tahun pelajaran 2014/2015.

4. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi di mana sang pewawancara melontarkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab oleh orang yang diwawancarai. Menurut


(1)

120

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan penguijian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun

Pelajaran 2014/2015. Jika siswa memiliki kecerdasan emosional yang baik, maka secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang baik pula. Sebaliknya jika kecerdasan emosional yang dimiliki oleh seorang siswa kurang, maka hasil belajar siswa pun akan rendah.

2. Ada pengaruh positif dan signifikan persepsi siswa tentang pola asuh orang tua terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun pelajaran 2014/2015. Jika orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat dan baik kepada anak, maka hasil belajar anak di sekolah akan meningkat. Sebaliknya, jika pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kurang tepat ataupun optimal, maka hasil belajar anak di sekolah pun akan rendah. 3. Ada pengaruh positif dan signifikan kemandirian belajar siswa terhadap hasil


(2)

121

pelajaran 2014/2015. Jika kemandirian belajar siswa tinggi, maka hasil belajar siswa akan meningkat. Sebaliknya, jika kemandirian belajar siswa rendah, maka hasil belajar siswa juga akan rendah.

4. Ada pengaruh positif dan signifikan kecerdasan emosional, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua dan kemandirian belajar terhadap hasil belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran

2014/2015. Jika kecerdasan emosional siswa baik, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua tepat, dan kemandirian belajar siswa tinggi, maka hasil belajar siswa akan meningkat. Sebaliknya, jika kecerdasan emosional siswa kurang baik, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua kurang tepat, dan

kemandirian belajar siswa rendah, maka hasil belajar yang diperoleh siswa pun akan rendah atau kurang optimal.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis mengenai “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Persepsi Siswa tentang Pola Asuh Orang Tua, dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya bisa mengontrol kecerdasan

emosional yang dimiliki dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dengan kita memiliki kecerdasan emosional yang baik dan tepat cara pengontrolannya, maka akan berpengaruh terhadap hasil belajar di sekolah yang baik pula.


(3)

122

2. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya bisa mempersepsikan tentang pola asuh orang tua dengan baik dan tepat. Hal ini dikarenakan ketika orang tua sudah memberikan pola asuh yang baik kepada anak, maka persepsi si anak anak baik dan berpengaruh terhadap hasil belajar di sekolah yang baik pula. 3. Siswa sebagai peserta didik, hendaknya dapat menumbuhkan kemandirian

belajar yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dimaksudkan, dengan memiliki kemandirian belajar yang tinggi, maka siswa akan terpacu untuk mendapatkan hasil belajar yang baik di dalam proses pembelajaran di sekolah.

4. Guru sebagai pengajar, hendaknya memperhatikan kecerdasan emosional siswa, persepsi siswa tentang pola asuh orang tua, dan kemandirian belajar siswa agar dalam proses pembelajaran siswa dapat lebih baik dan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, Kasinu. 2007. Metodelogi Penelitian Sosial Konsep, Prosedur dan Aplikasi. Kediri: CV. Janggala Pustaka Utama.

Aprilia, Reza.2006. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan Emosional Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. Bandar Lampung. Skripsi Universitas Lampung. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta: Nuansa Aksara.

Dimiyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fahrurrozi, 2007. Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Persepsi Siswa tentang Penggunaan Media Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas XII IPS Semester Ganjil SMA PERSADA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011. Bandar Lampung. Skripsi Universitas Lampung.

Familia, Pustaka. 2006. Membuat Prioritas, Melatih Anak Mandiri. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Feist Jess, Feist J Gregory. 2008. Theories of Personality.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(5)

Gottman, John. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, Sutrisno. 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi angkasa. Imam, Chourmain. 2008. Acuan Normatif Penelitian Untuk Penulisan Skripsi,

Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Al-Haramain Publishing House.

Maliki, S. 2009. Manajemen Pribadi Untuk Kesuksesan Hidup. Yogyakarta: Kertajaya.

Ratnaningsih, N. 2007. Pengaruh Pembelajaran Konstektual Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematika Serta Kemandirian Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi. UPI Bandung: Tidak Dipublikasikan.

Riduwan, 2004, Dasar-Dasar Statistika, Bandung: Alfabeta.

Rusman, Tedi. 2011. Statistik Penelitian Dengan SPSS. Bandar Lampung. Sekarsari, Meita. 2009. Pengaruh Kemandirian Belajar, Aktivitas Belajar dan

Perhatian Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Akuntansi Siswa

Kelas XI IPS Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012. Bandar

Lampung. Skripsi Universitas Lampung.

Singgih D Gunarso dan Ny Singgih D Gunarso. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta Pusat: Gunung Mulia.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Linier Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarmanto, R. Gunawan. 2011. Penentuan Besarnya Sampel Penelitian Menggunakan Rumus Cochran.

Sudjana, Nana. 2001, Metode Statistika, Edisi Revisi, Cet. 6, Bandung: Tarsito. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).

Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

Sugiyono. 2009. MetodePenelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV Alfabet.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman. 2011. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EG Sumarmo, U. 2004. Kemandirian Belajar, Apa, Mengapa, dan Bagaimana

dikembangkan pada peserta didik makalah seminar pendidikan matematika, tanggal 8 Juli 2004 Universitas Yogyakarta.

Wahidmurni, Alifin Mustikawan, dan Ali Ridho. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

http://dirman-djahura.blogspot.com/

http://iwinindya.blogspot.com/2013/05/makalah-kecerdasan-emosional.html http://www.kajianpustaka.com/2012/10/kecerdasan-emosional-eq.html


Dokumen yang terkait

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR, AKTIVITAS BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 97

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN CARA BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 BANDARLAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 70

PENGARUH PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG WAJIB BELAJAR KETERSEDIAAN SARANA BELAJAR DI RUMAH DAN KEMAMPUANMENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 91

PENGARUH CARA BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 84

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DI SEKOLAH DAN SIKAP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 NATAR

1 16 116

PENGARUH KEMANDIRIAN DAN SIKAP BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PUNGGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

6 71 68

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH, DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 PADANGCERMIN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 8 86

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, PERSEPSI SISWA TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 9 89

PENGARUH KONSEP DIRI MELALUI AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 TUMIJAJAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 4 89

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 1 KALIANDA LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 13 78