BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Kelas - ANNISA FADHILA BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Kelas Suatu sistem pendidikan dikatakan berkualitas jika proses

  pembelajarannya berlangsung secara menarik dan menantang sehingga peserta didik dapat belajar sebanyak mungkin melalui proses belajar yang berkelanjutan. Dengan kualitas pendidikan yang optimal diharapkan akan diperoleh manusia-manusia sebagai sumber daya unggul yang dapat menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian, sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi (Harsanto, 2007: 9).

  Permasalahan dalam kelas dapat bersumber dari murid dan dapat pula karena interaksinya dengan lingkungan kelas. Permasalahan juga mungkin muncul karena pembawaan dari lingkungan luar sekolah baik yang melekat pada guru maupun siswa (Suryana, Rukmana, 2006: 55).

  Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan oleh terjadinya perubahan tingkah laku yang perlu dicapai oleh peserta didik. Apa yang dipelajari dikelas cenderung artifisial dan seolah- olah dipisahkan dari permasalahan lingkungan yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari (Harsanto, 2007: 10).

1. Pengertian Pengelolaan Kelas

  Pengelolaan itu katanya adalah “kelola” ditambah awal “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari pengelolaan adalah “manajemen”.

  Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa inggris, yaitu

  “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Sedangkan secara umum manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan (Syah dkk, 2007: 259).

  Kelas merupakan suatu kelompok orang yang melakukan aktivitas belajar secara bersama-sama, dengan bimbingan dan pengajaran dari guru. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1988: 17) yang mengemukakan pengertian kelas dari segi anak didik. Lebih mendalam Suharsimi Arikunto mengatakan: didalam didaktik sekelompok siswa yang pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama (Syah dkk, 2007: 259).

  Kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar belajar bersama sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dalam kelas tersebut, guru berperan sebagai manajer utama dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melaksanakan pengawasan atau supervisi kelas (Priansa, dan Karwati, 2014: 5).

  Pengertian kelas secara umum diartikan sebagai sekelompok siswa yang ada pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dalam arti sempit kelas menunjukkan suatu ruangan (dibatasi 4 dinding) atau tempat dimana murid-murid belajar, tiap bangunan sekolah di bagi kedalam ruangan- ruangan bangunan yang menunjukkan ruangan kelas. Sedangkan dalam arti luas, kelas diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada murid- murid dalam suatu ruangan untuk suatu tingkat tertentu pada jam tertentu (Suryana, Rukmana, 2006: 28).

  Dari beberapa pengertian kelas menurut para ahli, penulis menyimpulkan kelas adalah kegiatan pembelajaran yang melakukan aktivitas belajar bersama- sama di dalam sebuah ruangan.

  Menurut Raka joni (1984: 3) pengelolaan kelas menunjukkan kepada kegiatan- kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar (Sagala, 2009:84). Kemudian Suryana (2006: 59) berpendapat pengelolaan kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung secara optimal.

  Selanjutnya Djamarah, Syaiful Bahri, dan Zain Aswan (2010: 174) mengartikan Pengelolaan kelas adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siwa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuan. Dapat dikatakan pula bahwa manajemen kelas merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis (Suryana, Rukmana, 2006: 28).

  Sedangkan menurut Syah dkk (2007: 303) Pengelolaan kelas merupakan upaya mendayagunakan potensi kelas dengan cara melakukan seleksi terhadap penggunaan alat- alat yang tepat terhadap problematika dan situasi kelas.

  Berkenaan dengan hal tersebut setidaknya terdapat tujuh hal yang terdapat pada pengelolaan kelas yaitu ruang belajar, pengaturan sarana belajar, susunan tempat duduk, penerangan, suhu, pemanasan sebelum masuk kemateri yang akan dipelajari dan bina sarana dalam pembelajaran (Majid, 2008: 165).

  Dari beberapa pendapat mengenai pengertian pengelolaan kelas oleh para ahli kemudian penulis menyimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, sehingga materi akan mudah di terima oleh peserta didik dan tujuan pembelajaran dapat tecapai.

2. Perbedaan Pengelolaan Kelas dan Pengelolaan Pembelajaran

  Pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran adalah dua kegiatan yang sangat erat hubungannya namun dapat dan harus dibedakan satu sama lain karena tujuannya berbeda. Pembelajaran (instruction) mencakup semua kegiatan yang secara langsung dimaksudkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus pembelajaran (menentukan entry behavior peserta didik, menyusun rencana pelajaran, memberi informasi, bertanya, menilai dan lain sebagainya). Pengelolaan kelas menunjuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan kelompok yang produktif, dan lain sebagainya). Dengan perkataan lain, di dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dibedakan adanya dua kelompok masalah yaitu masalah pembelajaran dan masalah pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan kelas harus ditanggulangi dengan tindakan korektif pengelolaan, sedangkan masalah pembelajaran harus ditanggulangi dengan tindakan korektif instruksional. Peserta didik yang enggan ambil bagian di dalam kegiatan kelompok karena merasa ditolak oleh kelompok lain (masalah pengelolaan) tidak dapat ditanggulangi dengan membuat kegiatan menjadi lebih menarik (tindakan instruksional), meskipun tentu saja memang tidak dapat dibantah bahwa penarikan diri peserta didik tersebut akan menghalangi tercapainya tujuan khusus pembelajaran yang hendak dicapai melalui kegiatan kelompok yang dimaksud. Sebaliknya hubungan antar pribadi (interpersonal) yang baik antara guru dengan peserta didik dan antar peserta didik (suatu petunjuk keberhasilan pengelolaan) tidak dengan sendirinya menjamin bahwa proses belajar mengajar akan menjadi efektif. Yang jelas, pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

  Sebagai pemberian dasar serta penyiapan kondisi bagi terjadinya proses belajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk kepada pengaturan orang (dalam hal ini terutama peserta didik) maupun pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup pengertian yang luas mulai dari ventilasi, penerangan, tempat duduk, sampai dengan perencanaan program belajar mengajar yang tepat. Sudah barang tentu yang belakangan ini, terutama yang lebih merupakan pengaturan perangkat lunak (soft ware) telah memasuki kawasan pengajaran (Rofiq, 2009: 19).

3. Unsur-unsur Pengelolaan Kelas

  Pada prinsipnya pendekatan atau teori apapun yang dipilih dan yang dijadikan dasar dalam pengelolaan kelas, harus diorientasikan pada terciptanya proses pembelajaran secara aktif dan produktif. Untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka unsur-unsur pengelolaan kelas berikut yang harus diperhatikan yaitu:

  a. Preventif Ialah ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan dan kondisi belajar yang optimal berkaitan dengan kemampuan pendidik dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) Sikap tanggap terhadap perhatian dan keterlibatan peserta didik

  a) Pandangan mata atau kontak panda ng yang di dalammya terkandung interaksi antar pribadi.

  b) Gerakan pendidik dalam posisi mendekati dengan memperlihatkan sub kelompok atau individu di dalam kelas akan besar pengaruhnya pada kesadaran kelas dan kegiatan kelompok.

  c) Pernyataan yang dikemukakan pendidiktentang kesiapan memulai pelajaran.

  d) Reaksi-reaksi pendidik terhadap tidak adanya perhatian dari peserta didik

  2) Membagi perhatian, dapat dilakukan dengan dua cara

  a) Visual, pendidik dapat mengganti pandangannyadari meperhatikan kegiatan yang satu dengan yang lain.

  b) Verbal, pendidik dapat mengemukakan komentar sederhana kepada peserta didik.

  b. Represif ketrampilan yang bersifat represif yaitu ketrampilan yang berhubungan dengan pengambilan kondisi belajar yang optimal dengan kegiatan belajar sebagai berikut:

  1) menganalisa mengklasifikasikan dan mendefinisikan tingkah laku peserta didik yang mengganggu.

  2) pengelolaan kelompok dengan memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan kelompok 3) menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah (Haningsih, 2011: 63-67).

4. Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas

  Pengelolaan kelas merupakan sekumpulan perilaku kompleks yang digunakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Lebih lanjut Wilford mengemukakan beberapa pendapat mengenai pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut: a. Pendekatan Otoriter. Pendekatan ini memerlukan pada perlunya pengawasan dan pengaturan siswa oleh guru. b. Pendekatan Intimidasi. Pendekatan ini memberi peluang besar guru untuk mengawasi dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi.

  c. Pendekatan Permisif. Pendekatan ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan apa yang ingin dilakukan, guru hanya memantau apa yang diinginkan siswa tersebut.

  d. Pendekatan Resep Masakan. Pendekatan ini menekankan kepada guru untuk melihat dan mengawasi sejauh mana siswa mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh ditentukan.

  e. Pendekatan Pengajaran. Pendekatan ini memberi kesempatan guru untuk menyusun rencana pengajaran dengan tepat sehingga dapat menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan.

  f. Pendekatan Modifikasi Perilaku. Pendekatan ini menekankan kepada guru mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada siswa.

  g. Pendekatan Iklim Sosio-emosional. Dalam konteks ini guru menekankan terjalinnya hubungan yang positif antara guru dan siswa.

  h. Pendekatan Sistem Proses Kelompok/Dinamika Kelompok. Pendekatan ini guru ditekankan untuk meningkatkan dan memelihara kelompok kelas yang efektif dan produktif (Suyanto, Jihad, 2013:102-103).

  Gaya kepemimpinan guru yang tepat yang digunakan dalam pengelolaan kelas akan mengoptimalkan dan memaksimalkan keberhasilan pengelolaan kelas tersebut.

5. Tujuan Pengelolaan Kelas

  Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum, tujuan pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa (Sudirman, 1991: 311).

  Suharsimi Arikunto (1998: 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai inndikator dari sebuah kelas yang tertib apabila : a. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

  b. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang walaupun tahu dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakannya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dinyatakan kelas tidak tertib.

  Jadi, beda antara (a) dan (b) adalah pada (a) anak tidak tahu akan tugas atau tidak dapat melakukan tugas, dan pada anak (b) anak tahu dan dapat tetapi kurang bergairah bekerja (Zain, 2010: 178).

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan, menciptakan dan memelihara kondisi yang optimal di dalam kelas sehingga peserta didik dapat belajar dengan baik. Selain itu juga guru dapat mengembangkan dan menggunakan dan mengembangkan alat bantu belajar yang digunakan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat membantu peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.

B. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Kualitas hubungan antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sebagian besar ditentukan oleh pribadi pendidik dalam mengajar dan peserta didik dalam belajar (Suryana, Rukmana, 2006: 10).

  Menurut UU Sisdiknas no.20 tahun 2003 pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Secara sederhana, istilah pembelajaran (intruction) bermakna sebagai “upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah pencapaian tujuan yang telah direncanakan‟.

  Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

  Dalam kamus besar bahasa indonesia pembelajaran dimaknai sebagai proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dari berbagai uraian tentang definisi pembelajaran secara umum memiliki pengertian yang sama, yaitu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik (Fadlillah, 2014: 173).

  Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materia l, fasilitas, perlengkapan, prosedur, yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Majid, 2013: 4).

  Dari beberapa pengertian pembelajaran menurut para ahli, penulis menyimpulkan pembelajaran adalah suatu kegiatan proses penyampaian materi pelajaran kepada peserta didik yang dilakukan oleh guru di dalam suatu ruangan yang bertujuan agar siswa mendapatkan ilmu pengetahuan serta tujuan dari pendidikan tersebut dapat tercapai.

  Secara etimologi, sejarah dalam bahasa arab disebut tarikh, yang bermakna ketentuan masa. Sedangkan secara terminologi berarti keterangan yang telah terjadi dikalangannya pada masa lampau atau masa sekarang. Kata tarikh juga bermakna perhitungan tahun, seperti keterangan mengenai tahun sebelum dan sesudah Masehi. Adapun yang dimaksud ilmu tarikh, ialah sesuatu pengetahuan yang mempelajari keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian lampau maupun yang sedang terjadi di kalangan umat (Mustafa, Aly, 1998: 13).

  Sejarah adalah studi tentang riwayat hidup Rasulullah saw, sahabat- sahabat dan imam-imam pemberi petunjuk yang diceritakan kepada murid- murid sebagai contoh teladan yang utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan sosial (Thoha, 1999: 215).

  Dalam bahasa inggris sejarah disebut history, yang berarti pengalaman masa lampau dari pada umat manusia “the past experience of mankind”.

  Pengertian selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup yang luas. Kemudian sebagai cabang ilmu pengetahuan sejarah mengungkap peristiwa-peristiwa masa silam, baik peristiwa sosial, politik, ekonomi maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, negara atau dunia.

  Sayid Quthub dalam bukunya mengatakan bahwa sejarah bukanlah peristiwa, melainkan tafsiran peristiwa-peristiwa dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata, yang menjalin seluruh bagian serta memberinya dinamisme dengan memberinya waktu dan tempat (Zuhairini dkk, 1994: 1-2).

  Dari beberapa pengertian sejarah menurut para ahli, penulis menyimpulkan sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lapau pada suatu tempat yang mencakup kebudayaan manusia dan alam semesta.

  Kemudian penjelasan mengenai kebudayaan, di dalam kamus besar bahasa indonesia kebudayaan yaitu hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Antara keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

  Kebudayaan berasal dari kata “budi” dan “daya”, kemudian digabungkan menjadi “budidaya” yang artinya upaya untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu agar menjadi lebih beik dan bermanfaat bagi kehidupan. Lalu diberi imbuhan “ke” dan “an” menjadi kebudidayaan atau disingkat menjadi kebudayaan. Jadi, kebudayaan adalah upaya yang dilakukan umat manusia untuk menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, baik yang sudah ada maupun yang belum ada agar memberikan manfaat bagi kehidupan

  Menurut Herkovits, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. Sebagian para ahli mengartikan kebudayaan kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih baik

  Kebudayaan dapat diartikan secara sederhana yaitu sebagai hasil budi daya manusia, hasil cipta, rasa dan karsa dengan menggunakan simbol- simbol secara artifak. Pengertian kebudayaan hampir mirip dengan definisi peradaban yakni masyarakat yang teramat mapan dan kompleksyang mencangkup segi- segi kehidupan politik, administrasi, pendidikan,ilmu pengetahuan, agama, hukum, dan sebagainya (Thoha, 1999: 241).

  Dari beberapa pengertian kebudayaan menurut para ahli, penulis menyimpulkan kebudayaan adalah suatu bagian dari lingkungan hidup yang menghasilkan dan mengembangkan sesuatu, seperti kepercayaan, adat istiadat dan kesenian.

  Selanjutnya adalah pengertian Islam Menurut kamus besar bahasa indonesia islam yaitu agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.

  Berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.

  Islam secara etimologi berasal dari bahasa arab, salima yang artinya selamat dan aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa, menyerah diri, ketundukan dan kepatuhan. Islam juga memiliki arti berserah diri. Dengan melakukan aslama orang itu akan selamat dunia akhirat

  Dengan demikian kebudayaan islam yaitu cara pandang komunitas Muslim yang telah berjalan, terlembaga dan tersosialisasi dari kurun waktu ke waktu, satu generasi ke generasi yang lain dalam berbagai aspek kehidupan yang cukup luas tapi tetap menampilkan satu bentuk budaya, tradisi, seni, yang khas islam (Thoha, 1999: 242).

  Dari beberapa pengertian islam menurut para ahli, penulis menyimpulkan islam adalah agama yang diturunkan Allah melalui perantara malaikat Jibril kepada nabi Muhammad, Al- qur‟an kitab sucinya yang berisi perintah dan larangan serta sebagai pembenar ajaran-ajaran terdahulu dari nabi Adam.

  Dari uraian di atas yang mencakup sejarah, kebudayaan dan Islam selanjutnya akan dibahas mengenai sejarah kebudayaan Islam. Menurut pendapat Muhammad Haidir (2013) Sejarah Kebudayaan Islam" adalah catatan lengkap tentang segala sesuatu yang di hasilkan oleh umat islam untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia.

  Dari uraian pendapat para ahli mengenai definisi sejarah, kebudayaan dan Islam. Penulis menarik kesimpulan sejarah kebudayaan Islam adalah peristiwa yang dialami oleh Nabi muhammad yang bersambung kepada para sahabat dan umat islam pada masa lampau sampai sekarang.

  Dari uraian mengenai pembelajaran dan sejarah kebudayaan Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah suatu kegiatan proses penyampaian materi pelajaran yang materinya berisi peristiwa yang dialami oleh Nabi muhammad yang bersambung kepada para sahabat dan umat islam pada masa lampau sampai sekarang yang dilakukan oleh guru di dalam suatu ruangan atau tempat.

1. Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Metode secara harfiyah berarti „cara‟. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu (Fathurrohman, dan Sutikno, 2010: 55). Secara harfiyah “metodik” itu berasal dari kata “metode” (method). Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan (Daradjat, 2008: 1). Sedangkan menurut Zain dkk (2010: 75) metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.

  Kemudian metode menurut Sanjaya (2012: 187) adalah upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

  Selanjutnya Metode menurut Majid (2011: 132) adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan.

  Dari beberapa pengertian metode menurut para ahli, penulis menyimpulkan metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan agar tercapai secara optimal.

  Kemudian menurut M. Fadlillah (2014: 189) metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah menyampaikan materi kepada peserta didik sehingga dapat dipahami dan dimengerti dengan baik serta bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

  Dari beberapa pendapat para ahli mengenai definisi tentang metode pembelajaran, penulis menarik kesimpulan bahwa pada masing masing pendapat mempunyai kesamaan yaitu metode adalah suatu cara sedangkan pembelajaran adalah proses mentransfer materi kepada peserta didik, jadi metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran berupa materi pelajaran yang diajarkan kepada peserta didik supaya menjadi mudah diterima oleh peserta didik yang kemudian akan dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut dengan maksimal.

  Dalam proses pembelajaran guru dapat menggunakan beberapa metode pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan dalam pengelolaan kelas agar kondisi kelas kondusif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan hasil yang baik.

a. Ragam Metode Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Ada sejumlah metode yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar- mengajar, Pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, kondisi lingkungan dimana pembelajaran berlangsung berikut uraian singkat tentang masing- masing metode pembelajaran : 1) Metode Diskusi

  Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa- siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Zain, dan Djamarah, 2010: 87).

  Metode diskusi adalah bertukar informasi, pendapat dan unsur- unsur pengalaman seca ra teratur dengan maksud untuk mendapatkan pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas ( Syaodih, dan Ibrahim, 2003 : 106). Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah (Roestiyah, 2012: 5).

  Diskusi adalah percakapan yang responsip yang dijalin oleh pertanyaan- pertanyaan problematis dan diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah (Syah, dkk, 2007: 141).

  Dari beberapa pengertian metode diskusi menurut para ahli, penulis men yimpulkan metode diskusi adalah suatu cara belajar dengan bertukar informasi, pendapat dan unsur- unsur pengalaman dimana para siswa diberi suatu masalah untuk dipecahkan secara berkelompok.

  2) Metode Pemberian Tugas (Resitasi) Metode pemberian tugas yaitu dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas/ kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran, seperti mengerjakan soal- soal, mengumpulkan kliping, dan sebagainya (Syaodih, dan Ibrahim, 2003: 107).

  Menurut Zain, dan Djamarah (2010: 85) metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

  Kemudian metode pemberian tugas diartikan suatu cara dalam proses belajar-mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan kepada guru (Daradjat, 2014: 298).

  Sedangkan menurut Syah dkk (2001: 148) metode pemberian tugas adalah penyajian bahan pelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang dapat dilakukan, di dalam atau di luar kelas, di laboratorium, di bengkel, atau di rumah.

  Dari beberapa pengertian metode pemberian tugas menurut para ahli, penulis dapat menyimpulkan metode pemberian tugas adalah suatu metode dimana guru memberikan tugas kepada siswa ketika guru selesai memberikan materi dan siswa mengerjakan tugas tersebut kemudian guru mengoreksi tugas yang telah diberikan kepada siswa. 3) Metode Tanya Jawab

  Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru terhadap siswa, tetapi dapat pula dari siwa kepada guru (Zain, dan Djamarah, 2010: 94).

  Kemudian metode tanya jawab menurut Syaodih, dan Ibrahim (2003: 106) adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.

  Selanjutnya pendapat selanjutnya metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian materi pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab atau sebaliknya, siswa bertanya mengenai suatu materi kepada guru dan guru menjawab dengan penjelasan utuh mengenai materi yang ditanyakan (Budimanjaya dan Said 2015: 40).

  Sedangkan menurut Roestiyah (2012: 129) tanya jawab adalah suatu teknik untuk memberi motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau guru yang mengajukan pertanyaan- pertanyaan itu, siswa menjawab.

  Dari beberapa pengertian metode tanya jawab menurut para ahli, penulis menyimpulkan metode tanya jawab adalah suatu metode yang cara penyajian materi pelajaran cara memberikaan kesempatan siswa untuk bertanya kepada guru dan guru menjawab dengan penjelasan yang jelas dan mudah dipahami atau pun sebaliknya. 4) Metode Ceramah

  Teknik mengajar melalui metode ceramah dari dahulu sampai sekarang masih berjalan dan paling banyak dilakukan (Daradjat, 2014: 289).

  Berikut ini penulis menjabarkan beberapa definisi metode ceramah menurut para ahli.

  Metode ceramah yaitu suatu metode pembelajaran yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan (Majid, 2013: 194). Pendapat lain menyebutkan metode ceramah adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengetahui secara pasif (Fathurrohman dan Sutikno, 2007: 61).

  Kemudian menurut Sanjaya (2007: 145) metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung pada siswa.

  Sedangkan menurut Roestiyan (2012: 137) metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi, atau uraian tentang suatu pokok persoalan serta masalah secara lisan.

  Dari beberapa pengertian metode ceramah menurut para ahli, penulis menarik kesimpulan metode ceramah adalah suatu cara untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik agar dapat menerima informasi atau materi pelajaran dilakukan secara langsung melalui penjelasan secara langsung menggunakan lisan. 5) Metode Drill

  Metode drill adalah cara membelajarkan siswa untuk mengembangkan kemahiran dan ketrampilan serta dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan (Majid, 2013: 214).

  Selanjutnya ada yang mengartikan metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan dan ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajaran (Roestiyah, 2008: 125).

  Penggunaan istilah “Latihan” sering disamakan artinya dengan istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut ( Daradjat, 2004: 302).

  Dari beberapa pengertian metode drill menurut para ahli, penulis menyimpulkan metode drill adalah cara menyampaikan materi pelajaran dengan cara memberikan soal atau memberikan tugas pada masing-masing siswa agar peserta didik lebih menguasai materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan baik. Metode ini sangat populer digunakan pada pertemuan terakhir pada materi tertentu tujuannya materi agar dapat lebih dikuasai oleh peserta didik.

  6) Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya kadar tiruan (Sanjaya, 2007: 150). Menurut Roestiyah (2012: 83) demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan sesuatu proses.

  Dari beberapa pengertian metode demonstrasi menurut para ahli, penulis menyimpulkan metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana penyajian pelajaran dengan menunjukkan, memperlihatkan, dan memperagakan suatu proses kepada siswa baik secara tiruan maupun sebenarnya.

2. Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Sehingga media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi supaya dapat lebih menarik perhatian siswa (Arsyad, 2014: 31). Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiyah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, dkk, 2008: 6).

  Istilah media digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Sanjaya, 2007: 161).

  Rossi dan Breidle (1966: 3) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Menurut Rossi alaat- alat semacam radio dan televisi kalau digunakan dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media pembelajaran (Sanjaya, 2007: 161).

  Selanjutnya ada yang berpendapat media pembelajaran adalah sebagai penyampaian pesan (the carries of messages) dari beberapa sumber saluran ke penerima pesan (the receiver of the messages) (Trianto, 2009: 234).

  Dari beberapa pengertian media pembelajaran menurut para ahli, penulis menyimpulkan media pembelajaran adalah suatu alat dan bahan yang dipakai sebagai penyampaian pesan dari beberapa sumber ke penerima pesan.

a. Manfaat media pembelajaran

  Menurut Priansa dan Karwati (2014: 225) manfaat media pembelajaran sebagai berikut :

  1) Mengatasi perbedaan pengalaman Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Pengalaman setiap peserta didik yang satu dengan yang lain pasti berbeda, baik latar belakang kelurganya, maupun lingkungannya. Media pembelajaran mampu mengatasi prbedaan pengalaman tersebut. 2) Mengatasi keterbatasan

  Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh peserta didik. Misalnya: meerangkann tentang gajah, tidak mungkin guru membawa gajah ke kelas. Guru dapat menampilkan gajah dengan memanfaatkan media pembelajaran, misalnya: melalui poster atau vidio.

  3) Interaksi langsung Media pembelajaran memungkinkan interaksi langsung antara peserta didik dan lingkungan.

  4) Menghasilkan keseragaman pengamatan Persepsi yang dimiliki masing-masing peserta didik akan berbeda, apabila mereka hanya mendengarkan saja, belum pernah melihat sendiri, bahkan belum pernah memegang, meraba dan merasakan. Untuk itu media pembelajaran membantu peserta didik untuk memiliki persepsi yang sama.

  5) Menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis Sering kali sesuatu yang disampaikan oleh guru dipahami secara berbeda oleh peserta didik. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran seperti gambar, film, objek, model, grafik dan lain- lain dapat memberikan konsep dasar yang benar.

  6) Merangsang dan membangkitkan motivasi untuk belajar Pemasangan gambar- gambar di papan tempel, pemutaran film, mendengarkan rekaman atau radio merupakan rangsangan-rangsangan tertentu ke arah rangsangan dan motivasi peserta didik untuk belajar. 7) Membangkitkan keinginan dan minat guru

  Penggunaan media pembelajaran akan memperluas horizon pengalaman, persepsi, serta konsep- konsep. Akibatnya keinginan dan minat untuk belajar akan selalu meningkat.

b. Jenis-Jenis Media

  Salah satu ciri media pembelajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi kepada penerima yaitu siswa. Ada sejumlah media yang bisa digunakan dalam kegiatan belajar- mengajar, berikut uraian singkat tentang masing- masing media pembelajaran: 1) Media Cetak

  Media cetak yaitu yang tampil dalam bentuk bahan- bahan tercetak atau tertulis seperti buku, modul dan pamflet (Syaodih dan Irbrahim, 2010: 114). Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas (Arsyad, 2014: 85).

  Dari pengertian media cetak menurut para ahli, penulis menyimpulkan media cetak adalah alat yang digunakan dalam penyampaian meteri pembelajaran berupa benda fisik berupa buku, koran, majalah artikel dan lain- lain.

  2) Media Visual Visual yaitu gambar yang menunjukkan sesuatu yang dapat dilihat.

  Media visual disebut juga media yang hanya mengandalkan indra penglihatan (Zain, dan Djamarah, 2006: 124).

  Dari pengertian media visual tersebut, penulis menyimpulkan media visual adalah suatu media yang dapat digumakan dalam pembelajaran berupa gambar atau video yang dapat dilihat menggunakan indra penglihatan.

  3) Media Audio Audio adalah suara yang dapat didengar oleh telinga. Media audio adala h media yang dapat didengar oleh telinga (Azra, 2007: 128). Kemudian

  Syah dkk (2007: 128) audio adalah suara yang dapat didengar manusia. Selanjutnya pengertian media audio menurut Zain dan Djamarah (2006: 124) adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja.

  Dari beberapa pengertian media audio menurut para ahli, penulis menyimpulkan media audio adalah suatu media yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran berupa suara atau bunyi. 4) Media Audio-Visual

  Media audio visual adalah media yang mempertunjukkan gambar dan mendengarkan suara (Syah, dkk, 2007: 129). Kemudian Hamdani (2011: 245) media audio-visual adalah media yang mengandung unsur suara dan juga memiliki unsur gambar yang dapat dilihat, seperti rekaman vidio, film dan sebagainya. Selanjutnya media audio-visual menurut Zain, dan Djamarah (2006: 124) adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

  Dari beberapa pengertian media audio visual menurut para ahli, penulis menyimpulkan media audio visual adalah alat atau perangkat yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran yang berupa gambar dan suara.

3. Manfaat Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

  Secara umum sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia. Karena sejarah menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia.

  Sumber utama ajaran islam (Al- Qur‟an) mengandung cukup banyak nilai- nilai kesejarahan, yang langsung atau tidak langsung mengandung makna yang besar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama, khususnya bagi Islam. Maka tarikh dan ilmu tarikh (sejarah) dalam islam menduduki arti penting dan mempunyai kegunaan dalam kajian tentang Islam. Allah Swt berfirman:

                   

  Artinya:

  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Qs.Al-Ahzab:

  21) Adapun beberapa manfaat dari mempelajari sejarah kebudayaan

  Islam adalah sebagai berikut:

  a. Dapat menyerap unsur-unsur sejarah kebudayaan Islam serta dapat mengetahu perilaku para Nabi dan orang-orang saleh untuk ditiru dalam kehidupan sehari-hari.

  b.

  Dapat mengetahui suri tauladan yang baik sesuai dengang syari‟ah.

  c. Meningkatkan iman kepada Allah Swt dan mensucikan moral.

  d. SKI dapat memberikan pembinaan tingkah laku manusia yang ideal dalam kehidupan pribadi, sosial dan anak-anak (Toha, dkk, 1999: 222).

C. Pengertian Madrasah Ibtidaiyah

  Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata madrasah berarti sekolah atau perguruan biasanya yang berdasarkan agama islam. Secara etimologi

  Madrasah merupakan isim makan dari fi’il madhi dari darasa, mengandung

  arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran.

  Dengan demikian, secara teknis madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal dan memiliki konotasi spesifik. Madrasah merupakan institusi peradaban Islam yang sangat penting. Sedangkan di Indonesia istilah madrasah dikenal dengan lembaga pendidikan islam pada jenjang dasar dan menengah (Nata, 2004: 50).

  Madrasah Ibtidaiyah adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia, setara dengan sekolah dasar, yang pengelolanya dilakukan oleh Kementrian Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.

D. Hasil Penelitian Terdahulu 1.

  Skripsi dengan judul “Kompetensi Guru Dalam Mengelola Pembelajaran Kelas 1 Di Mi Muhammadiyah Pejogol Cilongok Banyumas” oleh Fat Hanif Nuridho program studi pendidikan agama Islam, fakultas agama Islam universitas muhammadiyah Purwokerto tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan pembelajaran kelas di MI muhammadiyah Pejogol, Cilongok, Banyumas meliputi tiga tahapan yaitu perencanaan, pengelolaan dan evaluasi. Pengelolaan pembelajaran di Mi Muhammadiyah Pejogol Cilongok Banyumas sudah baik. Mengenai metode, media dan pendekatan yang diterapkan juga sudah baik sesui dengan materi yang diajarkan. Siswa sangat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi dan siswa juga aktif di dalam kelas, krena gurunya mempunyai trik dalam menghadapi siswanya.

  2. Sekripsi dengan judul “Pengelolaan pembelajaran Bahasa inggris Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten Banyumas” oleh Ulil Azmi Banani, program studi pendidikan guru sekolah dasar, fakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas muhammadiyah Purwokerto 2014. Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru belum seluruhnya sesuai dengan RPP. Guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan berbagai metode dan model pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai media yang memadai.

  3. Tesis dengan judul “Manajemen Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Komparasi SDIT Assalamah dengan SDI Istiqomah Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2013/

  2014” oleh Mochamad Arifin, program studi agama islam, konsentrasi pendidikan agama islam, Sekolah tinngi agama islam Salatiga 2014. Dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama islam dalam hal mengoperasionalkan/menggunakan media pembelajaran yang berbasis teknologi secara maksimal, dan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam guru perlu adanya pendahuluan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

  Dari beberapa penelitian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pengelolaan kelas sangatlah penting dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran apapun termasuk pelajaran sejarah kebudayaan Islam. Oleh karena itu, sangatlah penting pengelolaan kelas diketahui oleh guru ataupun calon guru tentang bagaimana pengelolaan kelas yang baik agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik sesuai dengan apa yang di rencanakan dan diharapkan.

  Dari sejumlah penelitian terdahulu penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini peneliti hanya terfokus pada pengelolaan kelasnya saja pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.