PENGARUH FAKTOR PREDIPOSING, REINFORCING, DAN ENABLING TERHADAP PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN INSTITUSI PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 LABUHAN HAJI BARAT KABUPATEN ACEH SELATAN

  

PENGARUH FAKTOR PREDIPOSING, REINFORCING, DAN ENABLING

TERHADAP PRILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN

  

INSTITUSI PENDIDIKAN DI SMP NEGERI 2 LABUHAN HAJI BARAT

KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

OLEH:

SALMANIDAR

NIM: 09C10104117

  

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR

DI PUSKESMAS BLANG KEUJEUREN

KECAMATAN LABUHAN HAJI BARAT

KABUPATEN ACEH SELATAN

SKRIPSI

  

OLEH:

ROSMAWAR

NIM: 09C10104117

  

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar

  

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

LEMBAR PENGESAHAN

  Judul : FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN VITAMIN K PADA BAYI BARU LAHIR DI PUSKESMAS BLANG KEUJEUREN KECAMATAN LABUHAN HAJI BARAT KABUPATEN ACEH SELATAN

  Nama : ROSMAWAR NIM : 09C10104117 Prodi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

  Menyetujui, Komisi Pembimbing

  Pembimbing Ketua

  Evi Darni, S.kep, MKM NIDN : 0126067306

  Pembimbing Anggota

  Hj. Afifah, SKM, M.Kes NIDN : 0111126501

  Mengetahui, Dekan Fakultas Kesehatan

  Masyarakat

  Sufyan Anwar, SKM, MARS NIDN : 0121067602

  Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

  Marniati SKM, M.Kes NIDN. 0104097801

  

ABSTRAK

Rosmawar. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Vitamin K Pada

  Bayi Baru Lahir Di Puskesmas Blang Keujeuren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan. Di bawah bimbingan Evi Darni, S.kep, MKM dan Hj. Afifah, SKM, M. Kes Kasus kematian pada bayi yang disebabkan oleh devisiensi vitamin K sangat mengkhawatirkan. Maka dari itu, pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dianggap penting sebagai tindakan pencegahan terhadap efek buruk dari yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K. Hal ini tergambar dari data yang di input oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2012 bahwa dari 96.212 bayi yang lahir, hanya 42.621 atau 44.3% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K (Depkes RI, 2012). Begitu juga halnya pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir di Kabupaten Aceh Selatan juga masih rendah, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan bahwa pada Tahun 2012 terdapat 3.406 bayi yang lahir, dari jumlah tersebut hanya 5.8 atau 0.2 % bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K. Jenis penelitian bersifat analitik dengan desain Crossectional. Lokasi penelitian

  

dilakukan di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten

  Aceh Selatan. Penelitian ini di laksanakan bulan September tahun 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bidan yang pernah menolong kelahiran berjumlah 30 orang, sedangkan sampelnya adalah 30 orang. Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Hasil penelitian di peroleh tidak ada hubungan antara pengetahuan bidan dengan pelaksanan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (p value = 1,000> 0,05), tidak ada hubungan antara pendidikan bidan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (p value = 1,000 > 0,05), tidak ada hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan bidan dengan pelaksanan pemberian vitamin K pada bayi (p value = 0,743 > 0,05), ada hubungan antara sikap bidan dengan pelaksanan pemberian vitamin K pada bayi (p value = 0,003 > 0,05). Tidak ada hubungan antara fasiitas dengan pemberian Vitamin K pada bayi baru lahir . Diharapkan bagi institusi yang terkait masalah pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru lahir agar dapat bekerjasama dengan instansi terkait seperti puskesmas untuk melaksanakan pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.

  Kata Kunci: Vitamin K, Bayi Baru Lahir,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada beberapa dekade terakhir ini, tingkat kepedulian masyarakat

  terhadap kesehatan sudah mulai meningkat, terutama kepedulian terhadap akan pentingnya zat

  • – zat gizi seperti : karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Namun terdapat beberapa zat
  • – zat gizi yang luput dari perhatian masyarakat, padahal fungsinya sangat esensial bagi tubuh, salah satunya adalah vitamin K (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2012).

  Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak yang berperan penting dalam mengaktifkan zat

  • – zat pada proses pembekuan darah. Vitamin ini sangat dibutuhkan oleh tubuh, terutama pada bayi yang baru lahir, karena dalam keadaan normal bayi yang baru lahir relatif mengalami kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan karena cadangan vitamin K pada bayi yang didapat dari ibu sangat terbatas, selain itu sumber vitamin K yang didapat dari ASI (air susu ibu) hanya mengandung vitamin K dalam kadar rendah (Almatsier, 2009).

  Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran pencernaan, akan tetapi kondisi saluran pencernaan pada bayi baru lahir masih dalam keadaan steril (tidak terdapat bakteri usus) sehingga vitamin K belum dapat diproduksi, begitu juga dengan fungsi organ hati sebagai tempat methabolisme vitamin K juga belum berfungsi secara matang, terutama pada bayi yang lahir prematur. Kurangnya kadar vitamin K inilah yang menyebabkan bayi baru lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan. Dimana perdarahan dapat terjadi pada kulit, hidung, mata dan saluran pencernaan yang ditandai dengan muntah atau tinja berwarna agak hitam, bayi terlihat pucat, perdarahan dapat terjadi secara terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik, bahkan kekurangan vitamin K yang akut dapat mengakibatkan perdarahan pada otak (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2012).

  Mengingat bahaya dari defisiensi vitamin K pada bayi yang sangat mengkhawatirkan, maka dari itu pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dianggap penting sebagai tindakan pencegahan terhadap efek buruk dari yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin K. Terdapat beberapa jenis vitamin K yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione). Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi yang baru lahir adalah vitamin K1 (Sandjaja 2009).

  Di Indonesia pada tahun 2012 terdapat 4,5 juta bayi yang baru lahir, dari jumlah tersebut, hanya 2,6 juta atau 57,8% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K. Provinsi Aceh termasuk salah satu provinsi yang masih rendah dalam hal pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir. Hal ini tergambar dari data yang di input oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada tahun 2012 bahwa dari 96.212 bayi yang lahir, hanya 42.621 atau 44.3% bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K (Depkes RI, 2012). Begitu juga halnya pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir di Kabupaten Aceh Selatan juga masih rendah, berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan bahwa pada Tahun 2012 terdapat 3.406 bayi yang lahir, dari jumlah tersebut hanya 5.8 atau 0.2 % bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K. Gambaran yang lebih memprihatinkan terhadap pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir terjadi di Kecamatan Labuhan Haji Barat, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Blang Keujeren, berdasarkan data dari Puskesmas tersebut pada tahun 2012 terdapat 271 ibu yang melahirkan, jumlah ibu yang melahirkan dengan bantuan medis 239 orang sedangkan dengan bantuan non medis 32 orang. Jumlah bayi yang lahir 271 bayi, 270 bayi yang lahir dengan selamat, dari jumlah tersebut tidak ada satupun bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K. Walaupun angka kejadian Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K (PDVK) masih sedikit, tetapi jika dilihat dampaknya terhadap kelangsungan hidup dan kualitas anak maka perlu dilakukan pencegahan PDVK dapat terjadi spontan atau perdarahan karena proses lain. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

  1.2. Rumusan Masalah

  Berdasarkan identifikasi di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana hubungan pemberian vitamin K terhadap bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

  1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus 1.

  Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan terhadap pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

  2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan bidan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

  3. Untuk mengetahui hubungan pelatihan bidan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

  4. Untuk mengetahui sikap bidan dalam melakukan pemberian vitamin K terhadap bayi baru lahir .

  5. Untuk mengetahui hubungan fasilitas yang tersedia di puskesmas blang keujeuren dalam melaksanakan pemberian vitamin K terhadap bayi baru lahir.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1.Manfaat Teoritis a.

  Dapat dijadikan acuan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai masalah yang relevan.

  b.

  Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir.

1. Manfaat Praktis:

  Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Vitamin K

2.1.1. Definisi dan bentuk vitamin K

  Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam proses pembekuan darah, seperti prothrombin, proconvertin, komponen thromboplastin plasma, dan Stuart-Power Factor. Vitamin K juga adalah sekelompok senyawa kimia yang terdiri atas filokuinon yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan menakuinon yang terdapat dalam minyak ikan dan daging. Menakuinon juga dapat disintesis oleh bakteri di dalam usus halus manusia (Sandjaja 2009).

  Ada tiga bentuk vitamin K, yaitu: (1) Vitamin K1 (phytomenadione) yang tedapat pada sayuran hijau, (2) Vitamin K2 (menaquinone) yang dapat disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain Escherichia coli, (3) Vitamin K3 (menadione) merupakan vitamin K sintetis yang sekarang jarang diberikan pada bayi yang baru lahir (neonatus) karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik. Vitamin K3 ini bersifat larut dalam air, digunakan untuk penderita yang mengalami gangguan penyerapan vitamin K dari makanan (Sandjaja 2009).

  Nama kimia dari vitamin K1 adalah 2-metil-3fitil-1,4-naftokuinon. Produk sintesis vitamin K3 (menadion atau 2-metil-1,4-naftokuinon) memiliki kekuatan tiga kali dibanding vitamin K. Dukimarol adalah senyawa antagonik

  Menadion (vitamin K3), yaitu senyawa induk seri vitamin K, tidak ditemukan dalam bentuk alami tetapi jika diberikan, secara in vivo senyawa ini akan mengalami alkilasi menjadi salah satu menakuinon (vitamin K2). Filokuinon (vitamin K1) merupakan bentuk utama vitamin K yang ada dalam tanaman.

  Menakuinon

  • –7 merupakan salah satu dari rangkaian bentuk tak jenuh polirenoid dari vitamin K yang ditemukan dalam jaringan binatang dan disintesis oleh bakteri dalam intestinum(Sandjaja 2009).

  2.1.2 Sifat Vitamin K

  Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam, dan alkali. Vitamin K juga terdapat di alam dalam dua bentuk, keduanya terdiri atas cincin 2-metilnaftakinon dengan rantai samping. Vitamin K1 mempunyai rantai samping fitil. Vitamin K2 merupakan sekumpulan ikatan yang rantai sampingnya terdiri atas beberapa satuan isoprene (berjumlah 1 samping dengan 14 unit). Vitamin K3 terdiri atas naftakinon tanpa rantai samping, oleh karena itu mempunyai sifat larut air. Vitamin K atau metadion baru aktif secara biologis setelah mengalami alkalilasi didalam tubuh (Almatsier, 2006).

  2.1.3. Fungsi Vitamin K

  Vitamin ini merupakan kebutuhan vital untuk sintesis beberapa protein termasuk dalam pembekuan darah. Disebut juga vitamin koagulasi, vitamin ini bertugas menjaga konsistensi aliran darah dan membekukannya saat diperlukan. Vitamin yang larut dalam lemak ini juga berperan penting dalam pembentukan tulang dan pemeliharaan ginjal. Selain berperan dalam pembekuan, vitamin ini juga penting untuk pembentukan tulang terutama jenis K1. Vitamin K1 diperlukan supaya penyerapan kalsium bagi tulang menjadi maksimal (Winarno 1986).

  Vitamin K diperlukan untuk proses karboksilasi-gama pada residu glutamate untuk membentuk tiga protein kunci yang terdapat dalam tulang, termasuk osteokalsin, yang memiliki aktifitas tinggi dalam mengikat kalsium. Telah dilaporkan bahwa pada orang usia lanjut status vitamin K berbanding terbalik dengan resiko fraktur (Barasi, 2007).

  Vitamin K merupakan kofaktor enzim karboksilase yang mengubah residu protein berupa asam glutamate (glu) menjadi gama-karboksiglutamat (gla).

  Protein-protein ini dinamakan protein-tergantung vitamin K atau gla-protein. Enzim karboksilase yang menggunakan vitamin K sebagai kofaktor didapat di dalam membran hati dan tulang dan sedikit di lain jaringan. Gla-protein dengan mudah dapat mengikat ion kalsium. Kemampuan inilah yang merupakan aktivitas biologik vitamin K (Winarno, 1986).

  Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protombin. Kadar protombin yang tinggi didalam darah merupakan indikasi baiknya daya penggumpalan darah. Pada proses pembekuan darah, gama-karboksilasis terjadi di dalam hati pada residu asam glutamate yang terdapat pada berbagai faktor pembekuan darah, seperti factor II (Protrombin), VII, VIII, IX, dan X (Almatsier 2006).

  Kemampuan gla-protein untuk mengikat kalsium merupakan langkah essensial dalam pembekuan darah. Gla protein lain yang mampu mengikat ion kalsium terdapat di dalam jaringan tulang dan gigi sebagai osteokalsin dan gla-protein matriks. Kedua jenis gla-protein ini mengikat hidroksiapatit yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Tanpa vitamin K, tulang memproduksi protein yang tidak sempurna, sehingga tidak dapat mengikat mineral-mineral yang diperlukan dalam pembentukan tulang. Gla protein juga ditemukan pada jaringan tubuh lain seperti ginjal, pankreas, limpa, paru-paru, dan endapan aterosklerotik namun fungsinya belum diketahui dengan pasti. Gla protein di dalam otak diduga berperan dalam metabolisme sulfatida yang diperlukan untuk perkembangan otak (Almatsier 2006).

  Air Susu Ibu (ASI) tidak banyak mengandung vitamin K, sedangkan bakteri yang dapat mensintesis vitamin K tidak segera tersedia di dalam saluran cerna bayi. Untuk mencegah terjadinya gangguan penggumpalan darah yang dapat menyebabkan perdarahan, bayi baru lahir dianjurkan mendapat vitamin K melalui mulut atau injeksi intramuscular. Susu formula bayi sebaiknya difortifikasi dengan vitamin K (Almatsier 2006).

2.2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk vitamin K

  Menurut standar RDA (Recommended Dietary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang tergantung dari berat badannya. Untuk dewasa, setidaknya membutuhkan 1 mikrogram setiap hari per kg berat badan. Jadi, kalau berat badan 50 kg maka kebutuhan perharinya mencapai 50 mikrogram (Almatsier 2006).

  Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

  Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk Vitamin K Golongan umur AKG (mkg)

  45 13-15 tahun

  Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak dapat menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi perdarahan. Kekurangan vitamin K karena makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan absorpsi lemak (bila produksi empedu kurang atau pada diare). Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seorang mendapat antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika membunuh bakteri di dalam usus yang membentuk vitamin K. Oleh karena itu, sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu kemampuan darah untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah

  65 Sumber: Wilson dan Gracia (2001)

  65 Menyusui 7-12 bln

  65 Menyusui 0-6 bln

  65 Hamil

  60 ≥ 20 tahun

  55 16-19 tahun

  80 Wanita 10-12 tahun

  0-6 bulan

  70 ≥ 20 tahun

  65 16-19 tahun

  45 13-15 tahun

  20 Pria 10-12 tahun

  15 4-9 tahun

  10 1-3 tahun

  5 7-12 bulan

2.3. Dampak Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K

  Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan pendarahan atau hemorrhargia. Bagaimanapun, kekurangan vitamin K jarang terjadi karena hampir semua orang memperolehnya dari bakteri dalam usus dan dari makanan. Namun kekurangan bisa terjadi pada bayi karena sistem pencernaan mereka masih steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, sedangkan air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir (Rahayu, 2008).

  Pada orang dewasa, kekurangan dapat terjadi karena sedikitnya konsumsi sayuran atau mengonsumsi anti biotik terlalu lama. Antibiotik dapat membunuh bakteri menguntungkan dalam usus yang memproduksi vitamin K. Terkadang kekurangan vitamin K disebabkan oleh penyakit liver atau masalah pencernaan dan kurangnya garam empedu (Purwanto, 2002).

  Aspirin berlebihan dapat mencegah pembekuan darah normal dengan mengganggu pembentukan platelet dan faktor-faktor tergantung vitamin K.

  Diagnosa adanya defisiensi vitamin K adalah timbulnya gejala-gejala, antara lain hipoprotrombinemia, yaitu suatu keadaan adanya defisiensi protrombin dalam darah. Selain itu, terlihat pula perdarahan subkutan dan intramuskuler (Almatsier 2006).

  Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah anemia hemolisis, hiperbilirubinemia, kernikterus, sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak (Almatsier 2006).

2.4. Pendarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)

  Menurut Purwanto (2000) PDVK dapat dibagi berdasarkan waktu terjadinya antara lain :

  1. PDVK Dini - terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran.

  Keadaan ini dapat dicegah dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

  2. PDVK Klasik – terajadi pada minggu pertama kehidupan.

  Bentuk yang paling umum, disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan tidak diberikannya suntikan vitamin K pada bayi baru lahir.

  3. PDVK Lambat – terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan.

  Sangat jarang terjadi akan tetapi sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematian Untuk mengetahui adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan faktor-faktor pembekuan, sementara untuk pemeriksaan kemungkinan perdarahan otak dapat dilakukan USG atau CT Scan. Karena gejala kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas, sekitar 1/3 kasus terjadi tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena itu, pemberian suntikan vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi baru lahir (Almatsier, 2006).

2.5. Prosedur pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1.

  Vitamin ini diberikan pada saat bayi baru lahir sampai usia 2 minggu karena resiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada usia 1-2 minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat memproduksi vitamin K sendiri (Almatsier, 2006).

  Cara pemberian dapat dilakukan baik secara suntikan di otot (intra muskular) ataupun di minum (oral) suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada saat bayi baru lahir, pada umur 3-7 hari, dan pada umur 4-8 minggu (Rahayu, 2008).

  Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan akibat kekurangan vitamin K, dokter akan memberikan pengobatan berupa suntikan vitamin K dan transfusi darah. Pemberian vitamin K tidak perlu dilakukan ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik kemampuan tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi asupan makanan yang didapatkan (Depkes RI, 2012).

2.6. Faktor – Faktor Pemberian Vitamin K pada Bayi yang Baru Lahir.

  Menurut Heird (1995) terdapat beberapa faktor pemberian vitamin K pada bayi yang baru lahir antara lain : akibat rendahnya cadangan vitamin K pada bayi yang baru lahir, prematuritas, kadar vitamin K yang rendah pada air susu ibu (ASI), Terlambatnya kolonisasi bakteri usus yang disebabkan oleh terlambatnya pemberian makanan, ASI eksklusif, diare berat, pemberian antibiotik.

2.6.1. Rendahnya Cadangan Vitamin K Pada Bayi Yang Baru Lahir

  Ibu yang baru melahirkan dan mengalami pendarahan sudah sering kita dengar. Bagaimana bayi yang baru lahir? Ternyata bayi baru lahir atau neonatus juga rawan pendarahan. Malah kondisi itu dapat menyebabkan anak kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan karena kondisi saluran cerna masih dalam keadaan steril (tidak ada bakteri normal usus) sehingga vitamin K tidak dapat diproduksi.

  Selain itu fungsi organ hati sebagai tempat metabolisme vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang bulan.

  Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam saluran cerna, akan tetapi pada bayi baru lahir kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru lahir memiliki resiko untuk mengalami gangguan perdarahan. Menurut ...bayi yang baru lahir rawan terjadi pendarahan. Pendarahan yang biasanya terjadi adalah pendarahan tali pusat, pendarahan yang terlihat di kulit, buang air besar (BAB) berdarah, hingga muntah darah. ―Dalam istilah medis disebut hemorrhagic disease of the newborn (HDN). Umumnya HDN disebabkan kekurangan vitamin K, khususnya vitamin K1. HDN bisa diklasifikasi menjadi tiga.

  Pertama, HDN klasik yang terjadi pada usia 1-7 hari. Gejala itu timbul karena kekurangan vitamin K, khususnya karena hati bayi yang belum matang untuk membentuk vitamin K. Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K1 untuk mencegah HDN. ―Ini wajib, baik yang dilahirkan di rumah sakit maupun dengan tenaga kesehatan lainnya.

2.6.2. Prematuritas

  Prematuritas adalah suatu keadaan yang belum matang yang ditemukan pada bayi yang lahir pada usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Prematuritas (terutama premturitas yang ekstrim) merupakan penyebab utama dari kelainan dan kematian pada bayi baru lahir. Beberapa organ dalam bayi mungkin belum berkembang sepenuhnya sehingga bayi memiliki resiko tinggi menderita penyakit tertentu (Hermaya, 1992).

  Menurut Almatsier (2006) Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan atau bayi prematur. Oleh karena itu, bayi yang lahir prematur dianjurkan mendapat injeksi vitamin K untuk mengurangi resiko pendarahan.

2.6.3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) Eksklusif

  Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama, karena mengandung zat gizi yang diperlukan bayi untuk membangun dan menyediakan energi. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang dibutuhkan bayi. Selain itu, secara alamiah ASI

  ―dibekali‖ enzim pencerna susu sehingga organ pencerna bayi mudah mencerna dan me-nyerap gizi ASI. (Nurhaieni Arif, 2009). ASI Ekslusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai umur 4 (empat) bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat (Depkes RI, 1997).

  ASI sebagai nutrisi yaitu merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang, sehingga ASI merupakan makanan yang sempurna baik kualitas maupun kwantitasnya. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi yaitu merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur.

  ASI mengandung beberapa jenis vitamin, yaitu antara lain; vitamin A, Karotin, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin C (asam askorbat), biotin kolin Asam Folat, Inositol, asam nikotinat (niasin), asam panthotenat, pridoksin (vitamin B3), riboflavin (B2), thiamin (vitamin B1) dan sianokobalamin (vitamin B12). Namun vitamin K yang didapat dari ASI hanya dalam kadar rendah

  (sedikit). Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Amatsier (2009) bahwa ASI tidak banyak mengandung vitamin K. Oleh karena itu pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif memiliki risiko terjadinya perdarahan, akan tetapi manfaat pemberian ASI jauh lebih besar sehingga ASI tetap pilihan yang terbaik bagi bayi (Dinkes RI, 2012).

2.7. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Vitamin K pada Bayi yang Baru Lahir.

  

2.7.1. Pengetahuan bidan terhadap pentingnya pemberian vitamin K pada

bayi baru lahir

  Pengetahuan merupakan hasil dari ―tahu‖ dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2003).

  Pengetahuan berhubungan dengan informasi yang di miliki seseorang, semakin banyak yang di miliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan seseorang, pengetahuan merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita dan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan (Alimul Hidayat, 2007).

  Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan prilaku yang diambilnya karena dengan pengetahuan, tersebut seseorang memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kekurangan pengetahuan bidan tentang pentingnya pemberian vitamin K pada bayi, mengakibatkan bayi yang seharusnya pendarahan dan efek lain yang timbul akibat defisiensi vitamin K (Notoatmodjo, 2007).

  Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2007) : a.Tahu (know)

  Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

  c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

  d. Analisa (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen

  • – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama yang lain.

  e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang lain. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau mengunakan kriteria

  • –kriteria yang telah ada. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden.

  Pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas sedangkan kualitas pengetahuan pada masing-masing tingkat pengetahuan dapat di lakukan dengan skoring sebagai berikut : a) Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76% – 100%.

  b) Tingkat pengetahuan cukup baik bila skor atau nilai 56% – 75%.

  c) Tingkat pengetahuan kurang baik bila skor atau nilai 40% – 55%.

  d) Tingkat pengetahuan tidak baik bila skor atau nilai < 40%.

2.7.2. Tindakan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir

  Tingkatan-tingkatan praktek antara lain persepsi, respon terpimpin, mekanisme serta adaptasi. Dalam persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil merupakan praktek tingkat pertama, sedangkan respon terpimpin (guid a respon) dapat melakukan tindakan yang benar sesuai dengan contoh merupakan indikator praktek tingkat dua. Untuk mekanisme (mechanism) artinya apabila seorang bidan telah melakukan injeksi vitamin K dengan benar maka sudah mencapai praktik tingkat ketiga, sedangkan adaptasi (adaptation) adalah suatu praktik (tindakan) modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

  

2.7.3. Pendidikan atau pelatihan yang didapat oleh bidan tentang vitamin K

  Pendidikan bidan merupakan salah satu unsur yang sangat penting yang akan mempengaruhi kualitas pelayanan bidan tersebut, terutama pada penanganan ibu melahirkan dan bayinya yang menjadi pasien dari bidan tersebut. Semakin sering bidan tersebut mengikuti pendidikan berupa pelatihan tentang informasi dan mengikuti perkembangan terbaru dalam ilmu kebidanan, maka semakin meningkat keterampilan bidan tersebut dalam menangani permasalahan yang terjadi terhadap pasien yang ditanganinya, terutama mengenai pentingnya pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (Hidayat, 2007).

  2.7.4. Karakteristik Individu Bidan

1. Jenis Kelamin

  Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa jenis kelamin merupakan bagian identitas yang sangat berarti bagi individu, karena dengan jenis kelamin dapat di ketahui apakah seseorang digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang di tentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Jenis kelamin merupakan aspek identitas yang sangat berarti, wanita dan pria mempunyai pengalaman yang berbeda tentang pembentukan identitas jenis kelamin. Identitas jenis kelamin terbentuk sekitar usia tiga tahun. Anak laki-laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian yang sesuai bagi masing-masing jenis kelaminnya. Jenis kelamin tidak banyak mempengaruhi pemberian vitamin K pada bayi baru lahir (Hidayat,2007).

  Wanita dan pria mempunyai perbedaan secara psikologis dimana wanita lebih emosional daripada pria karena wanita lebih mudah tersinggung, mudah terpengaruh, sangat peka, menonjolkan perasaan, dan mudah meluapkan perasaan. Sementara pria tidak emosional, sangat objektif, tidak mudah terpengaruh, mudah memisahkan antara pikiran dan perasaan sehingga terkadang kurang pekadan mampu memendam perasaannya.

2. Umur

  Umur adalah usia yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan logis (Notoatmodjo, 2007).

  Seperti yang di katakan bahwa semakin tinggi umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang lebih di percaya. Semakin tua umur seseorang, makin konstruktif dalam menganalisis terhadap masalah yang di hadapi. Pengalaman dan kematangan jiwa seseorang di sebabkan semakin cukupnya umur dan kedewasaan dalam berfikir dan bekerja (Notoadmodjo, 2003). Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hidayat (2007) bahwa tingkat pengalaman bidan berbanding lurus dengan umur, dimana semakin bertambah umur beraarti pengalaman semakin banyak, sehingga keterampilan semakin meningkat.

2.7.5. Fasilitas di Puskesmas

   Fasilitas merupakan salah satu faktor penunjang dalam pemberian

  vitamin K pada bayi yang baru lahir, seperti ketersediaan peralatan yang mendukung untuk pelaksanaan injeksi pada bayi yang baru lahir meliputi vitamin K, alat suntik dan lain

  • –lainnya. Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa yang
menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan di antaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas, pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga (Notoatmodjo, 2003).

  2.8. Kerangka teori 1.

  Pengetahuan 2. Pendidikan

  PEMBERIAN 3. Pelatihan

  VITAMIN K PADA BAYI BARU 4. Sikap

  LAHIR 5. Fasilitas

  Sumber : Hidayat (2007) dan Notoatmodjo (2003;2007)

Gambar 2.1. Kerangka Teori

  2.9. Kerangka Konsep Penelitian

  Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2007) dan Notoatmodjo (2003), maka penulis mengangkat beberapa variabel saja untuk penelitian.

  Adapun kerangka konsepyang diteliti adalah sebagai berikut : Pengetahuan

  Pendidikan

  INJEKSI VITAMIN K PADA Pelatihan

  BAYI BARU LAHIR Sikap

  Fasilitas (Logistik)

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.10 Hipotesa Penelitian 1.

  Ada hubungan antara Pengetahuan bidan dengan pemberian vitamin K pada bayi Baru lahir

  2. Ada hubungan antara Pendidikan bidan dengan pemberian vitamin K pada bayi Baru lahir

3. Ada hubungan antara Pelatihan yang diikuti bidan dengan pemberian vitamin

  K pada bayi Baru lahir 4. Ada hubungan antara sikap bidan dalam pemberian vitamin K dengan pemberian vitamin K pada bayi Baru lahir

  5. Ada hubungan antara fasilitas yang tersedia di puskesmas dengan pemberian vitamin K pada bayi Baru lahir

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

  Jenis penelitian ini menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan metode cross sectional, untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

  3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  3.2.1. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

  3.2.2. Waktu Penelitian

  Penelitian ini telah dilaksanakan Di puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Pada Tanggal 23 Sampai 30 September 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

  Populasi adalah pengambilan keseluruhan subyek/obyek penelitian yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah bidan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan selama tahun 2012 yang berjumlah 30 orang.

3.3.2. Sampel

  Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi untuk dijadikan sebagai sumber data. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling dengan tehnik

  

purposive sampling yaitu menetapkan sampel dari populasi secara sengaja dan

  tersedia disuatu tempat sesuai dengan pertimbangan dan kriteria yang dikehendaki peneliti (Notoatmodjo, 2010).

  Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan memakai rumus Arikunto (2006), yang menjelaskan bahwa apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua dan apabila lebih dari 100 maka dapat diambil sampel 10-15%. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diambil sebanyak 30 sampel.

3.4. Metode pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

  Data yang diperoleh langsung melalui responden meliputi : pengetahuan, pendidikan, pelatihan, sikap dan fasilitas.

3.4.2. Data Sekunder

  Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012, data dari Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2012, dan data dari berbagai referensi dari buku

3.5. Definisi Operasional

  Definisi operasional adalah perumusan pengertian variabel yang akan di pakai sebagai pegangan dalam mengumpulkan data. Ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukur atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument.

Tabel 3.1. Definisi Operasional.

  No Variabel Independen

  1 Variabel Pengetahuan Definisi : Hasil tahu responden tentang pemberian vitamin

  K pada bayi yang baru lahir Wawancara

  Cara Ukur : Kuesioner Alat Ukur :

  • – Tahu Hasil Ukur :
  • – Tidak tahu Skala Ukur : Ordinal

  2 Variabel Pendidikan Definisi : Ada atau tidaknya bidan yang bertugas di

  Puskesmas Blang Keujeuren Kabupaten Aceh Selatan mengikuti pendidikan tentang vitamin K.

  Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur :

  • – Pernah – Tidak pernah

  Skala Ukur : Ordinal

  3 Variabel Pelatihan Definisi : Ada atau tidaknya bidan yang bertugas di

  Puskesmas Blang Keujeuren Kabupaten Aceh Selatan mengikuti pelatihan tentang vitamin K. Wawancara

  Cara Ukur : Kuesioner Alat Ukur :

  • – Pernah Hasil Ukur :
  • – Tidak pernah Skala Ukur : Ordinal

  4 Variabel Fasilitas Definisi : Ada tidaknya faktor penunjang dalam pemberian vitamin K di Puskesmas Blang

  Keujeuren Kabupaten Aceh Selatan. Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur :

  • – Ada – Tidak Skala Ukur : Ordinal

  5 Variabel Sikap Definisi : Kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dalam penatalaksanaan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir. Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuesioner Hasil Ukur :

  • – Ada – Tidak Skala Ukur : Ordinal No Variabel Dependen

  1 Variabel Bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K Definisi : Ada tidaknya injeksi vitamin K pada bayi yang baru lahir di Puskesmas Blang Keujeuren

  Kabupaten Aceh Selatan. Cara Ukur : Berdasarkan jumlah bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K.

  Alat Ukur : Data dari Puskesmas Blang Keujeuren Hasil Ukur :

  • – Ada – Tidak Skala Ukur : Ordinal

3.6. Aspek Pengukuran

  Aspek pengukurannya dapat dilakukan dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Guttman (Ridwan, 2006) dengan ketentuan sebagai berikut:

3.6.1. Variabel Independen 1.

  Pengetahuan Tahu : Apabila nilai jawaban ≥ 15

2. Pendidikan

  • Pernah : Apabila nilai jawaban ≥ 4.5
  • Tidak pernah : Apabila nilai jawaban < 4.5 3.

  Pelatihan

  • Pernah : Apabila nilai jawaban ≥ 4.5
  • Tidak Pernah : Apabila nilai jawaban < 4.5 4.
  • Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 9
  • Tidak : Apabila nilai jawaban < 9 5.
  • Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 7.5
  • Tidak : Apabila nilai jawaban < 7.5 6.
  • Ada : Apabila nilai jawaban ≥ 10.5
  • Tidak : Apabila nilai jawaban < 10.5

  Sikap

  Fasilitas

  Injeksi vitamin K pada bayi baru lahir

3.6.2. Variabel Dependen 1. Bayi yang mendapatkan injeksi vitamin K

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan.

3.7. Metode Analisis Data

  Analisis data merupakan bagian dari suatu penelitian, dimana tujuan dari analisis data adalah agar diperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti.

  Adapun metode analisis datanya mengunakan Analisis Bivariat Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel, analisis data

  dilanjutkan dengan tingkat analisis bivariat terhadap dua variabel yaitu tiap-tiap variabel independen mempunyai hubungan dengan satu variabel dependen. Dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square untuk menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat pada tingkat kemaknaan 95% (α : 0,005) dengan rumus sebagai berikut :

  2 X = ∑

  2 X : Nilai Chi-Square

  ∑ : Jumlah fo : Frekuensi harapan fe : Frekuensi pengamatan/diperoleh

  Pada kegiatan analisis uji Chi Squere dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

  Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari tanggal 23 s\d 30 september 2013 di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 30 orang bidan yang pernah menolong kelahiran di Puskesmas Blang Keujeren Kecamatan Labuhan Haji Barat Kabupaten Aceh Selatan. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket yang terdiri dari 33 item pertanyaan yang diukur dengan menggunakan skala ordinal. Angket tersebut mengukur variabel pengetahuan, pendidikan, pelatihan, sikap, fasilitas, dan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.

  4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

4.1.1.1 Letak Geografis

  Kecamatan Labuhan Haji Barat terletak kurang lebih 25 Km sebelah Barat Tapaktuan ibu kota Kabupaten Aceh Selatan yang terdiri atas wilayah pantai dan pegunungan, hampir semua desa dialiri sungai besar maupun kecil dengan area

  2

  persawahan. Luas wilayah kecamatan Labuhan Haji barat 130 Km dengan batas wilayah sebagai berikut:

  • – Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten. Aceh Tenggara – Sebelah Selatan berbatas dengan Samudra Hindia – Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Aceh Barat Daya
  • 4

  • 3