PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010

(1)

PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010

(Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran

Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010)

Disusun Oleh :

Nama : Ipho Adhita Wahanani NIM : D0306044

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Sosiologi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

MENUJU SOLO SEHAT 2010

(Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar

Menuju Solo Sehat 2010)

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing dan siap diuji oleh Dewan Penguji Skripsi

Pada Jurusan Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing Skripsi

Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si NIP. 197707192008012016


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Telah Diterima dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Hari :

Tanggal : Oktober 2010

Panitia Penguji Skrisi :

1. Prof. Dr. RB. Soemanto, MA ( ) NIP. 19470914 197603 1 001 Ketua 2. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si ( )

NIP.19631014 198803 2 001 Sekretaris 3. Siti Zunariyah, S.Sos, M.Si ( )

NIP. 197707192008012016 Penguji

Mengetahui Dekan FISIP UNS

Drs. H. Supriyadi, SN., SU NIP. 19530128 198103 1001


(4)

MOTTO

“Maka eratkanlah pegangan tanganmu pada tali Allah yang akan

melindungimu karena sesungguhnya tali Allah itu pengaman yang

dapat dipercaya manakala semua pengaman tidak dapat diandalkan”

(Dr. ‘Aidin bin ‘Abdullah Al-Qarni : 145 : 2004)

Kamu tidak akan disedihkan tanpa disiapkan kebahagiaan, juga

tidak akan digalaukan tanpa dibangunkan kedamaian, dan kamu

tidak mungkin direndahkan tanpa disusunkan derajat yang tinggi


(5)

PERSEMBAHAN

v

Allah SWT

v

Ayah (Almarhum) dan Ibu

tercinta

v

Adikku, Nenek, serta

Keluarga Besar Atmadja


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul PROGRAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MENUJU SOLO SEHAT 2010 (Studi Evaluasi Kualitatif Tentang Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Untuk Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010).

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak mudah dan tidak terlepas dari campurtangan, bimbingan, arahan, bantuan, motivasi dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. Supriyadi, SN. SU. selaku Dekan FISIP UNS.

2. Siti Zunariyah, S.sos, M.Si. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingannya berupa masukan-masukan dan arahan serta memberikan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga dapat terselesaikan.

3. Dra. Suyatmi, M.S. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis dalam menyelesaikan studi di FISIP UNS. 4. Dra. Hj. Trisni Utami, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan segenap

Dosen Jurusan Sosiologi FISIP UNS yang telah memberikan arahan dan membekali ilmu pengetahuan selama penulis menempuh studi di FISIP UNS.


(7)

5. Ayah (Almarhum) dan Ibuku tercinta untuk doa restu dan kasih sayang yang telah diberikan. Adikku Lila, Kakakku Bogie (Almarhum), Nenek, Tante Mimit, Om Didik, Om Sus serta semua keluarga besar Atmadja yang telah memberikan semangat dan motivasinya untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Muhammad Faried Darmawan. Terima kasih atas kasih sayang, dukungan, semangat dan motivasinya. Banyak hal yang kamu ajarkan padaku selama ini, semoga selalu mendampingiku.

7. Seluruh Informan dalam penelitian yaitu warga bantaran Kalianyar, khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08 Kelurahan Mojosongo, Pihak dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, serta Kader Posyandu Anggrek.

8. Fita Itonk. Terima kasih atas kesetiaan, kebersamaan motivasi dan serta semangatnya. Persahabatan kita sangat berarti buatku.

9. Teman-teman Kos MP2 beserta Alumni, Eka, Puji, Tia, Nana, Ervin, Fitri, Ajeng, Ira, Ema, Ijah, Akmal, Deni, Iyo. Terima kasih atas kebersamaannya.

10.Teman-teman Sosiologi, terutama angkatan 2006 Vita, Fita, Indah, Indra, Tegar, Dito. Angkatan 2005 Sukro, Penyol, Pak Ndut, Bram dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, terimakasih atas bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat


(8)

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, penulis kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat dengan sebaik-baiknya bagi semua pihak.

Surakarta, Oktober 2010 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM ... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan ... 7

D. Manfaat ... 7

E. Konsep dan Kerangka Pemikiran ... 8

F. Landasan Teori ... 19


(10)

H. Definisi Konseptual ... 37

I. Metode Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Jenis Penelitian ... 39

3. Teknik Penganmbilan Sampel ... 40

4. Sumbe Data ... 41

5. Teknik Pengumpulan Data ... 42

6. Analisis Data ... 44

7. Validitas Data ... 45

BAB II DESKRIPSI LOKASI ... 47

A. Gambaran Umum ... 47

1. Kota Surakarta ... 47

2. Kecamatan Jebres ... 50

3. Profil Kelurahan Mojosongo ... 51

a. Kondisi Geografis ... 51

b. Kondisi Demografis ... 52

c. Sarana Prasarana ... 55

B. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Promosi Kesehatan Kota Surakarta ... 58

C. Pengertian dan Sasaran ... 61


(11)

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA ... 68

A. Identitas Informan ... 68

B. Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ... 70

1.Petunjuk Pelaksanaan Program PHBS ... 72

2.Tahap Pelaksanaan Program PHBS ... 76

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku ... 103

D. Evaluasi Implementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumahtangga ... 126

BAB IV PENUTUP ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Saran ... 143

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Surakarta ... 49

Tabel 2.2 Komposisi Penduduk Dalam Kelompok Umur dan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 2.3 Komposisi penduduk menurut Mata Pencaharian ... 54

Tabel 2.5 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan ... 55

Tabel 2.6 Sarana Pendidikan ... 56

Tabel 2.7 Sarana Kesehatan ... 57

Tabel 3.1 Data PHBS Warga Bantaran Kalianyar RT 05 RW 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo ... 81

Tabel 3.2 Nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) Warga Bantaran Kalianyar RT 05 RW 08, Kampung Sabrang Lor, Kelurahan Mojosongo ... 83


(13)

DAFTAR DIAGRAM


(14)

ABSTRAK

Ipho Adhita Wahanani, Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Menuju Solo Sehat 2010, Skripsi, Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober, 2010.

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Depkes RI tentang Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunya adalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Upaya untuk merubah paradigma masyarakat tersebut salah satunya dengan digalakkan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Tujuan dari penelitian dalam studi ini adalah untuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga.

Penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif. Dengan observasi yaitu pengamatan langsung yang dilakukan peneliti di lokasi, wawancara yang dilakukan dengan pedoman wawancara. Informan adalah warga bantaran Kalianyar, pihak dari Dinas Kesehatan serta Kader Posyandu Anggrek. Informan ditentukan berdasarkan purpossive sampling atau sampel bertujuan. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan model analisa interaktif. Model interaktif ini terdiri dari tiga komponen utama diantaranya adalah reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data diuji melalui trianggulasi sumber. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :

Pertama, pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugas posyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program.

Kedua, pelaksana program tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan, seminar, lokakarya serta diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang selanjutnya mereka akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan serta dukungan kepada masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga.

Ketiga, program ini belum bisa dikatakan berhasil karena standar nilai keberhasilan dari Dinas Kesehatan adalah berdasarkan nilai IPKS yaitu Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%


(15)

ABSTRACT

Ipho Adhita Wahanani, Program Behavior Clean and Healthy (PHBS) Towards Healthy Solo 2010, Thesis, Surakarta: Faculty of Social and Political Sciences, University of Surakarta Eleven March, October, 2010.

Health is a fundamental human right and is one of the factors that determine the quality of human resources. Therefore, health should be maintained and improved quality. To achieve this goal, the government has launched the Healthy Indonesia 2010 vision. MOH vision of Healthy Indonesia 2010 was a first step for each district to carry out that vision in each area respectively. One is the city of Surakarta Solo with his vision of Healthy 2010. One of the efforts the City Health Office of Surakarta (DKK) towards Healthy Solo 2010 is the entry into force of the health paradigm is the paradigm shift that had been sick embraced by the community. Efforts to change the paradigm of community is one of them with the intensified implementation of the program Clean And Healthy Lifestyle. The aim of the research in this study is to determine Impementasi Program Behavior Clean and Healthy (PHBS) resident banks to reach Solo Kalianyar Healthy 2010 in accordance with indicators PHBS household order.

This study used qualitative methods of evaluation. With the observation of direct observations conducted by researchers at the site, interviews conducted with the guidance interview. The informant is a citizen Kalianyar banks, the Departments of Health and Kader Posyandu Orchid. Informants are determined based on sampling or sample purpossive aims. Analysis of the data in this study using the model of interactive analysis. This interactive model consists of three main components such as data reduction, data and conclusion. The validity was tested through triangulation of data sources. Based on research results can be summarized as follows:

First, the implementation of the program Clean and Healthy Behavior involve officers of health that includes health center staff, village, neighborhood health center staff and the PKK as an implementer of the program.

Second, implementing the program get a debriefing form of training, seminars, workshops and discussions held by the Public Health Service which in turn they will provide socialization, understanding, modeling and support to people to want to apply health behavior according to the order of the sixteen indicators PHBS household.

Third, this program can not be said to succeed because the standard value of the success of the Public Health Service is based on the value that is healthy IPKS President and the Plenary as much as 65%.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republic Indonesia (Depkes RI. 2006).

Hal tersebut dipertegas lagi dengan tujuan pembangunan kesehatan menuju sehat 2010, yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal. Lingkungan sehat yang diharapkan adalah lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Adapun ciri khas lingkungan sehat, yaitu :


(17)

2. Sanitasi lingkungan yang memadai 3. Pemukiman yang sehat

4. Perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan

5. Serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong.

Dari segi perilaku sehat, perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah perilaku yang bersifat produktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi Nasional serta program dari Pusat Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010)”.

Melalui visi ini pembangunan kesehatan dilansaskan kepada paradigma sehat, yang ini pokoknya menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia, kesehatan sebagai investasi bangsa dan kesehatan menjadi titik sentral pembangunan nasional. Paradigma ini yang akan mengarahkan pembangunan kesehatan untuk lebih mengutamakan upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan pemnyakit atau pencegahan kesehatan (preventif), dengan


(18)

tanpa mengessampingkan upaya-upaya penanggulangan atau penyembuhan penyakit (kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

Promosi kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat sendiri bertujuan untuk memberdayakan setiap individu agar sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya. Selain itu bermanfaat pula untuk mencegah terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Sehingga bertambah juga tingkat pengetahuan seseorang tentang sehat-sakit. Sedangkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program perilaku hidup bersih dan sehat adalah kemitraan atau dukungan lintas sector yang rendah, kemampuan teknis petugas rendah, mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas, perubahan struktur organisasi, indicator PHBS skala nasional.

Sesuai dengan salah satu dari Grand Strategy Depkes RI yaitu bahwa pembangunan kesehatan harus lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Visi Depkes RI tentang Indonesia Sehat 2010 merupakan pijakan awal bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan visi tersebut di tiap wilayahnya masing-masing. Salah satunya adalah kota Surakarta dengan visinya yaitu Solo Sehat 2010. dalam mewujudkan visi tersebut telah ditetapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian


(19)

masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau serta memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya. Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat.

Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK) menuju Solo Sehat 2010 adalah mulai diberlakukannya paradigma sehat yaitu perpindahan paradigma sakit yang selama ini dianut oleh masyarakat. Dimana paradigma sakit selama ini masyarakat beranggapan bahwa apabila sakit, masyarakat miskin dapat berobat dengan mudah dan murah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Upaya untuk merubah paradigma masyarakat tersebut salah satunya dengan digalakkan pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Upaya peningkatan perilaku sehat dirumah tangga belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini antara lain dapat dilihat dari data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004 menunjukkan bahwa Indonesia sebesar 35% masyarakat merokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan (65% banding 45%). Sebanyak 82% penduduk 15 tahun keatas kurang melakukan aktifitas fisik


(20)

atau olahraga, dengan kategori (75%) kurang bergerak dan (9%) tidak terbiasa melakukan aktifitas fisik. Berdasarkan hasil pendataan untuk PHBS tatanan rumah tangga Provinsi Jawa Tengah 73% belum menjadi peserta dana sehat dan sebesar 68% keluarga belum bebas rokok (Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun 2006).

Berdasarkan data-data tersebut diatas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat khususnya dalam tatanan rumah tangga masyarakat yang tinggal disekitar bantaran Kalianyar untuk mengetahui perilakunya untuk mewujudkan hidup bersih dan sehat serta mewujudkan Visi Solo Sehat 2010. Rumah tangga atau keluarga merupakan langkah dan sarana awal bagi seseorang untuk menerapkan pola perilaku tersebut. Selama ini, bantaran selalu identik dengan kekumuhan dan padat penduduk. Pilihan masyarakat untuk bermukim di sekitar bantaran sungai tak terlepas dari air sebagai kebutuhan hidup manusia. Akan tetapi, terlepas dari kebutuhan tersebut, perilaku masyarakat didaerah bantaran itupun belum menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat, misalnya masyarakat masih membuang sampah disungai tepatnya dibelakang rumah mereka. Hal tersebut akan berakibat tercemarnya air sungai dan apabila dikonsumsi akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Sehingga menjadikan penurunan kualitas kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai tersebut akibat penyalahgunaan fungsi bantaran sungai.


(21)

Berangkat dari argumentasi tersebut, dengan mengingat dari dampak perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat, khususnya untuk masyarakat yang tinggal disekitar bantaran Kalianyar. Upaya tersebut salah satunya termasuk dalam pelaksanaan Program PHBS, yaitu dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada petugas kesehatan seperti petugas Puskesmas, Posyandu, PKK dan lain-lain. Penyuluhan kepada petugas kesehatan tersebut dilakukan oleh pembuat kebijakan yaitu Dinas Kesehatan Kota Surakarta. Setelah mendapatkan penyuluhan, selanjutnya, petugas kesehatan tersebut melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta dengan mulai diberlakukannya perubahan paradigma sakit ke paradigma sehat. Dimana paradigma sakit, masyarakat berfikir bahwa masyarakat miskin apabila sakit dapat berobat dengan murah dan mudah. Namun dalam paradigma sehat ini pemerintah ingin mengubah pola pikir masyarakat tersebut, agar tidak lagi berfikir untuk berobat, namun berfikir untuk berperilaku hidup sehat dan tidak sakit. Agar selanjutnya dapat diketahui bagaimana pelaksanaan program tersebut agar visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta Menuju Solo Sehat 2010 tersebut dapat tercapai.


(22)

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka batasan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga ?

C. TUJUAN

Sesuai perumusan masalah diatas, yang menjadi tujuan penelitian dalam studi ini adalah untuk mengetahui Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga.

D. MANFAAT

1. Manfaat teoritis

Penelitian diharapkan mampu menjadi pijakan bagi penelitian berikutnya agar dapat dikaji lebih mendalam.

2. Manfaat praktis

Dapat memberikan gambaran yang obyektif dan nyata tentang Impementasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) warga bantaran Kalianyar untuk mencapai Solo Sehat 2010 yang sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga


(23)

E. KONSEP DAN KERANGKA PEMIKIRAN e.1 Konsep Yang Digunakan

Penelitian Evaluasi merupakan aspek penting dari penelitian sosial terutama yang diarahkan pada evaluasi social action program yang disebut juga perubahan sosial yang direncanakan. Program-program yang direncanakan untuk memeperbaiki kehidupan manusia misalnya bidang pendidikan, bidang kesehatan dan lain-lain. Berdasarkan hal diatas maka dalam penelitian ini akan membahas serangkaian kajian yang berkaitan dengan Evaluasi Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Warga Bantaran Kalianyar Menuju Solo Sehat 2010

Menurut Herbert H. Hyman penelitian evaluasi adalah prosedur penemuan fakta tentang aksi-aksi social yang direncanakan. Dari definisi tersebut didalamnya mencakup 2 substansi yaitu, aspek konseptual : yaitu adanya hubungan aktifitas dengan tujuan yang diinginkan, serta aspek metodologis yeitu bagaimana mengukur akibat atau dampak yang ditimbulkan oleh aktifitas program.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa evaluasi mengandung pengertian:

1. sudut spesifikasi obyeknya berarti menilai hasil berbagai macam program yang dilaksanakan pemerintah berkaitan dengan problem yang dihadapi masyarakat.


(24)

2. sudut teknik penilaian merupakan cara untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menilai hasil dari program pemerintah tadi.

3. sudut analisisnya akan dapat menunjukkan hasil akhir (kesimpulan) dari kegiatan menilai program pemerintah tersebut, apakh efektif atau tidak, mempunyai dampak positif lebih daripada negatifnya atau sebaliknya. M. T. Feurstein (1986 : 8) menyatakan bahwa hasil evaluasi berarti membantu mereka yang terlibat dalam banyak jenis program pengembangan untuk menafsir nilai pekerjaan yang sedang mereka lakukan. Menurut Feurstein ada 10 alasan pokok melakukan evaluasi yaitu:

1. Keberhasilan : untuk mengetahui apa yang telah dicapai 2. mengukur kemajuan : apakah sesuai dengan sasaran program 3. Memperbaiki monitoring : agar manajemennya lebih baik

4. Mengetahui apakah sudah efektif : perubahanm apakah yang ditimbulkan oleh program

5. Identifikasi kekuatan dan kelemahan : untuk memperkuat program 6. Keuntungan biaya : apakah biayanya masuk akal

7. Mengumpulkan informasi : untuk merencanakan dan mengelola aktifitas program secara lebih baik.

8. Berbagai pengalaman : mencegah orang lain tidak melakukab kesalahan yang sama untuk mendorong mereka agar menggunakan metode yang sama.


(25)

9. Meningkatkan efektivitas ; agar lebih memberi dampak

10.Memungkinkan perencanaan yang lebih baik : agar sesuai dengan kebutuhan orang banyak khususnya masyarakat tingkat bawah. M. T. Feurstein memberikan sembilan indikator yang digunakan untuk menilai keserhasilan suatu program yaitu :

1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan tersedia

2. Relevansi : indikator yang menunjukkan seberapa jauh sesuatu hal dapat dikatakan relevan atau tepat

3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benar-benar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan

4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang telah disediakan dipakai untuk tujuan semula

5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya

6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu 7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang

diinvestasikan untuk mencapai sasaran

8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik


(26)

Pada intinya evaluasi merupakan proses penilaian untuk mengukur performance dan hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target yang telah ditentukan sebelumnya, yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan program dimasa mendatang.

Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program dilakukan untuk mengetahui proses kerja dari pelaksanaan program, apakah program yang dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan program yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui sejauh mana program yang telah dilaksanakan berhasil memberikan dampak atau manfaat bagi kelompok sasaran dari program tersebut.

e.2 Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) e.2.1 Pengertian

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat.


(27)

e.2.2 Tujuan

Tujuan dari pelaksanaaan program PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat baik tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah.

e.2.3 Tatanan

Program PHBS dapat dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah tangga, tempat ibadah, instansi pendidikan, warung makan, pasar dan sebagainya. Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah memfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan instansi pendidikan dan tatanan tempat ibadah. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang besar dalam pencapaian derajat kesehatan

1. Tatanan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

2. Institusi Pendidikan


(28)

mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya. PHBS di institusi pendidikan berarti suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengajar maupun anak didiknya dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTA atau MA.

3. Tempat Ibadah

Tempat ibadah adalah sarana yang digunakan untuk kegiatan keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang dianut. PHBS ditempat ibadah adalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

e.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga e.3.1 Pengertian

Pada bagian ini akan dibahas mengenai pengertian rumah dan PHBS tatanan rumah tangga, untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut:

e.3.1.1 Rumah

1) Keputusan Menteri Kesehatan RI. NO.829/MENKES/SK/VII/1999 rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga dalam.


(29)

tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

e.3.1.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat

e.3.2 Tujuan

Adapun tujuan pelaksanaan program PHBS di tatanan rumah tangga adalah untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku anggota keluarga di tatanan rumah tangga terhadap program kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup sehat dan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat. Menjelaskan tujuan khusus dari program PHBS adalah meningkatkan pengetahuan dan kemauan anggota rumah tangga untuk melakukan PHBS dan agar anggota rumah tangga berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat

e.3.3 Manfaat

Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah:

1. Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.

2. Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota rumah tangga.

3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan


(30)

dan usaha lain.

4. Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

5. Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupaten atau kota dalam bidang pembangunan kesehatan.

6. Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

e.4 Indikator PHBS e.4.1 Indikator

Indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian Persyaratan indikator yaitu:

1. Sahih dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya diukur oleh indikator tersebut,

2. Obyektif harus memberikan hasil walaupun dipakai orang yang berbeda pada waktu yang berbeda,

3. Sensitif dapat mengukur perubahan sekecil apapun,

4. Spesifik dapat mengukur perubahan situasi yang dimaksud

e.4.2 Indikator PHBS

Mengacu pada pengertian pada perilaku sehat indikator ditetapkan pada area atau wilayah yaitu:

a. Indikator Nasional


(31)

1. presentase penduduk tidak merokok

2. persentase penduduk yang memakan sayuran dan buah-buahan 3. persentase penduduk melakukan aktifitas olahraga

b. Indikator Lokal Spesifik

Indikator lokal spesifik yaitu indikator nasional ditambah indikator local spesifik masing-masing daerah sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Ada 16 indikator yang dapat digunakan untuk perilaku sehat adalah sebagai berikut:

1. Ibu hamil memeriksakan kehamilan. 2. Ibu melahirkan ditolong tenaga kesehatan.

3. Pasangan usia subur memakai alat kontrasepsi (KB). 4. Bayi ditimbang.

5. Penduduk sarapan pagi sebelum melaksanakan aktivitas. 6. Bayi diimunisasi lengkap.

7. Penduduk minum air bersih yang dimasak. 8. Penduduk menggunakan jamban sehat. 9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun. 10.Penduduk menggosok gigi sebelum tidur. 11.Penduduk tidak menggunakan NAPZA.

12.Penduduk mempunyai askes atau tabungan atau emas atau uang. 13.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan


(32)

14.Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala untuk mengukur hipertensi.

15.Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Papsmear.

16.Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah kesehatan yang ada di daerah.

e.4.3 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

Indikator PHBS tatanan rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga diarahkan pada aspek program prioritas yaitu: kesehatan ibu dan anak, gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup dan upaya kesehatan masyarakat. Indikator lokal Jawa Tengah menggunakan 10 indikator nasional ditambah dengan 6 indikator lokal menurut yaitu :

1. Persalinan dengan tenaga kesehatan. 2. Pemberian ASI eksklusif pada bayi. 3. Penimbangan balita.

4. Mengkonsumsi beraneka ragam makanan dalam jumlah yang seimbang.

5. Memanfaatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. 6. Menggunakan jamban sehat.


(33)

7. Membuang sampah pada tempatnya.

8. Setiap anggota rumah tangga menempati ruangan rumah minimal 9 meter persegi.

9. Lantai rumah kedap air.

10.Anggota rumah tangga berumur 10 tahuan keatas melakukan olahraga atau aktifitas fisik 30 menit per hari, dilakukan 3-5 kali per minggu.

11.Anggota keluarga tidak merokok.

12.Mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar. 13.Menggosok gigi minimal 2 kali sehari.

14.Tidak minum Miras dan tidak menyalahgunakan narkoba. 15.Menjadi peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

16.Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) minimal seminggu sekali.

Berdasarkan indikator tersebut dapat ditentukan klasifikasi PHBS yang ditunjukkan melalui nilai Indeks Potensi Keluarga Sehat (IPKS) yaitu:

1. Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5.

2. Sehat madya (warna kuning) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 6- 10.


(34)

antara 11- 15.

4. Sehat paripurna (warna biru) : apabila indikator rumah tangga mempunyai nilai 16.

F. LANDASAN TEORI

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan sosiologis dimana dalam sosiologi yang menjadi obyek utamanya adalah masyarakat, dengan melihat dari sudut hubungan antar manusia dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan paradigma yang berlaku dalam ilmu sosiologi. Paradigma merupakan hal yang sangat penting dalam ilmu pngetahuan karena paradigma merupakan kesatuan konsensus yang terluas. Secara lebih jelas, George Ritzer merumuskan paradigma sebagai berikut, “Pandangan dasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang mestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (dicipline).

Selanjutnya Ritzer membagi paradigma menjadi 3 yaitu paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan paradigma perilaku sosial. Sedangkan paradigma yang dipakai dalam penelitian ini adalah paradigma perilaku sosial. Ada dua teori yang termasuk ke dalam paradigma perilaku sosial yaitu :

1) Behaviour Sociology; 2) Teori Exchange.


(35)

Berkaitan dengan ini, perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat bantaran sungai adalah bagian dari behavioral sociology.

Paradigma perilaku Sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan antara individu dan lingkungannya yang terdiri atas bermacam-macam obyek sosial dan non sosial. Pokok persoalannya adalah tingkah laku individu yang berlangsung dalam hubungannnya dengan faktor lingkungan yang menghasilkan akibat-akibat atau perubahan dalam faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan terhadap tingkah laku.

Teori ini dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner yang lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Teori ini biasa juga disebut Teori belajar dalam Ilmu Psikologi. Konsep dasar dari teori ini adalah penguat / ganjaran (reward). Teori ini lebih menitikberatkan pada tingkah laku aktor dan lingkungan.

Bagi Skinner, respon muncul karena adanya penguatan. Ketika dia mengeluarkan respon tertentu pada kondisi tertentu, maka ketika ada penguatan atas hal itu, dia akan cenderung mengulangi respon tersebut hingga akhirnya dia berespon pada situasi yang lebih luas. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan.


(36)

senantiasa ingin mendapatkan keuntungan dari interaksi tersebut. Manusia tidak bertindak secara rasional sepenuhnya, tapi senantiasa berfikir untung rugi pada saat berinteraksi walau manusia tidak memiliki info yang cukup untuk mengembangkan alternatif, tapi dapat menggunakan info yang terbatas tersebut untuk mengembangkan alternatif guna memperhitungkan untung rugi.

Manusia terbatas, tapi dapat berkompetisi untuk mendapat keuntungan. Walau manusia senantiasa berusaha mendapat keuntungan dari hasil interaksi, tapi mereka dibatasi oleh sumber-sumber yang tersedia. Manusia berusaha memperoleh wujud materi tapi mereka melibatkan dan menghasilkan sesuatu yang non materi (benci, suka, dll).

Ada 5 bentuk Perilaku Sosial yaitu : a. Proposisi keberhasilan

Jika tindakannya sering mendapatkan ganjaran, maka semakin sering dilakukan

b. Proposisi stimulus

Jika stimulus merupakan kondisi dimana seseorang mendapatkan ganjaran, maka semakin besar kemungkinan untuk mengulangi seperti pada waktu lalu


(37)

Semakin bermanfaat maka semakin sering kemungkinan tindakan tersebut diulangi

d. Proposisi kejenuhan kerugian

Semakin sering seseorang mendapatkan ganjaran yang isitimewa, maka bagian yang lebih mendalam dari ganjaran tersebut mejadi kurang bermakna bagi orang lain

e. Proposisi persetujuan dan perlawanan

Jika tidak mendapat ganjaran atau hukuman yang tidak diharapkan, ia akan marah dan semakin besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan perlawanan dan hasil tingkah lakunya makin berharga bagi dirinya. Jika dapat ganjaran atau lebih, maka akan menunjukan tingkah laku persetujuan. Dan hasil tingkah lakunya semakin berharga baginya

f.1 Asumsi Dasar

1. Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu) 2. Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan) 3. Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)

Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan


(38)

probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:

1. Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

2. Penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Berdasarkan Skiner pembentukan perilaku pada masyarakat dibedakan menjadi 2 respon yaitu:

1. Respondent respons yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu, perangsangan-rangsangan yang semacam ini disebut eliciting stimuli,


(39)

karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang semacam ini disebut reinforcing stimuli, atau reirforcer, karena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat perilaku yang telah dilakukan.

Hal ini didasari pada asumsi-asumsi berikut: 1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di definisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di kontrol secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.

Menurut Skinner, bahwa proses pembentukan dan perubahan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam individu dan dari luar individu yaitu:


(40)

1) Faktor dari dalam individu, berupa karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.

2) Faktor dari luar individu, berupa lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sehubungan dengan kesehatan menurut Eunike R. Rustiana (2005:75) antara lain faktor–faktor umum dalam perilaku kesehatan, beberapa faktor umum yang memepengaruhi perilaku kesehatan seseorang yaitu:

1. Keturunan,

2. Belajar dengan operan conditing dengan tipe seperti penguatan, pemadaman dan hukuman,

3. Belajar dengan meniru, 4. Status emosional seseorang,

5. gejala kesakitan yang dirasakan seseorang, 6. Kognitif.

Dalam berbicara mengenai perilaku sosial, Skinner tidak membahas mengenai personality traits atau karakteristik yang dimiliki seseorang. Bagi Skinner, deskripsi kepribadian direduksi dalam kelompok atau respon spesifik yang cenderung diasosiasikan dalam situasi tertentu.


(41)

f.2 Perilaku Kesehatan

Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikan menjadi 3 kelompok:

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. c. Perilaku gizi (makanan dan minuman).

2. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan Adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku Kesehatan Lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain yaitu Becker membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini.


(42)

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antar lain :

1. Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat lima sempurna.

2. Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status sesehatan yang bersangkutan.

3. Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya.

4. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat.

5. Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk


(43)

bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.

6. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya

Kemampuan berfikir seseorang adalah sebagai penentu dalam menentukan pilihan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan. Perubahan perilaku kesehatan merupakan tujuan pendidikan kesehatan. Berdasarkan teori dari Lawrence Green perilaku dipengaruhi 4 faktor yaitu:

b. Faktor Pemudah, factor pemicu terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap, keyakinan


(44)

dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Contoh seseorang tidak merokok karena mereka yakin bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan. c. Faktor Pemungkin, factor pemicu terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk didalamnya ketrampilan petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau pemerintah terhadap kesehatan.

d. Faktor Penguat, factor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Factor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok yang dipercaya oleh masyarakat

e. Faktor Lingkungan, adalah segala factor baik fisik, biologis maupun social budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan

Dr. M.a. Suleiman dalam jurnalnya yang berjudul “The Influence Of Environmental Factors On The Adolescent’s” Health menjelaskan tentang :

To understand how people participate in health maintenance,

comprehensive information is needed on how people think and act in relation to health, including details of their beliefs, attitudes, knowledge and awareness of health matters. It has been suggested that the individual strives to maintain a healthy balance and an equilibrium achievement by reducing health risks and improving healthy resources, including health potential. Health is influenced by a variety of external factors based on the complex interactions between the individual and his immediate environment. Numerous among these are social, psychological and environmental factors.


(45)

The social environment role in the adolescents’ capacity to maintain and promote their health and to prevent diseases.

(Untuk memahami bagaimana orang-orang berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan, diperlukan informasi yang komprehensif tentang bagaimana orang berpikir dan bertindak dalam hubungannya dengan kesehatan, termasuk rincian dari keyakinan mereka, sikap, pengetahuan dan kesadaran akan masalah-masalah kesehatan. Telah diusulkan bahwa individu berusaha untuk menjaga keseimbangan yang sehat dan pencapaian ekuilibrium dengan mengurangi risiko kesehatan dan meningkatkan sumber daya yang sehat, termasuk kesehatan potensial. Kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal yang didasarkan pada interaksi yang kompleks antara individu dan lingkungan. Banyak di antaranya adalah sosial, psikologis dan faktor lingkungan. Lingkungan sosial memainkan peran penentu untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mereka dan untuk mencegah penyakit)

f.3 Perilaku Sakit

Mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb. Perilaku ini mencakup:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan penyakit yang layak.


(46)

c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh perawatan, dan pelayanan kesehatan).

Berdasarkan teori-teori diatas, maka penelitian ini memfokuskan pada dampak atas pelaksanaan program perilaku masyarakat yang hidup bersih dan sehat agar dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perilaku masyarakat yang diharapkan di kota Surakarta, khususnya masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kalianyar adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatikan kesehatannya sesuai dengan upaya preventif yang ditekankan pemerintah kota surakarta tanpa mengabaikan usaha kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan mengingat masyarakat yang tinggal di Bantaran Sungai identik dengan kumuh dan mayoritas penduduknya berasal dari masyarakat kalangan bawah dimana untuk menjangkau layanan kesehatan, sebagian masyarakat masih mengeluh dengan mahalnya biaya pengobatan saat ini, oleh karena itu untuk mencegah terjadinya penyakit dan angka KLB (Kejadian Luar Biasa), masyarakat harus lebih menekankan kepada usaha preventive atau upaya pencegahan. Perilaku masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Kalianyar akan dilihat berdasarkan indikator-indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga dimana indikator tersebut akan digunakan untuk mengukur derajat kesehatan untuk tercapainya Visi Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu Menuju Solo Sehat 2010.


(47)

G. PENELITIAN TERDAHULU

Untuk pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan di jelaskan beberapa penelitian terdahulu tentang perilaku kesehatan. Salah satunya adalah penelitian tentang Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Dengan Terapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Tangga Desa Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini dilakukan oleh Siti Nurhamidah pada tahun 2007. Penelitian ini merupakan explanatory survey dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Dempet, Kabupaten Demak. Hasil dari penelitian ini menggambarkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan sedang mengenai PHBS, namun dalam terapan PHBS, responden masih berada ditingkat Sehat pratama (warna merah) : indikator rumah tangga yang memenuhi antara 0-5. Hasil dari penelitian menunjukkan 37,7% responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan terapan PHBS diringkat pratama. Selanjutnya 45,3% responden dengan tingkat pengetahuan sedang dengan terapan PHBS ditingkat pratama. Responden dengan tingkat pengetahuan tinggi dengan terapan PHBS ditingkat pratama dalam persen sebesar 17,0%. Responden dengan tingkat pengetahuan rendah dengan terapan PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 31,6%. Selanjutnya menunjukkan 52,6% responden dengan tingkat madya. Responden dengan pengetahuan tinggi dengan terapan PHBS ditingkat madya dalam persen sebesar 15,8%. Analisa dari


(48)

hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu rumah tangga dengan terapan PHBS tatanan rumah tangga di Desa Dempet, Kabupaten Demak. Hal tersebut menunjukkan bahwa sedikit ibu rumah tangga yang mempunyai pengetahuan tinggi namun tidak diterapkan pada perilaku kesehatan sehari-hari. Pernyataan tersebut didukung dengan indikator klasifikasi PHBS ditunjukkan melalui nilai indeks potensi keluarga sehat (IPKS) yaitu sehat pratama dan sehat madya.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Imanda Amalia pada tahun 2009 tentang hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong (HIK) di pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dan bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, pendapatan dan perilaku hidup bersih dan sehat pada pedagang hidangan istimewa kampong (HIK) di pasar Kliwon dan Jebres Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah proporsi PHBS berdasarkan tingkat pendidikan yaitu pedagang HIK berpendidikan SLTP/SMA memiliki PHBS lebih baik daripada pedagang HIK berpendidikan SD/tak sekolah. Proporsi tersebut menunjukkan adanya hubungan sangat signifikan antara tingkat pendidikan dengan PHBS. Tingkat pendidikan pedagang HIK sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Tingkat pendidikan pedagang HIK yang rendah akan


(49)

mempengaruhi pedagang HIK dalam memeperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam menerapkan hidup sehat. Sedangkan tingkat pendapatan pedagang HIK juga sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup bersih dan sehat. Pedagang HIK yang belum dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari juga mengakibatkan pedagang HIK lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup daripada pengobatan penyakit dan pencegahan penyakit berupa PHBS baik dirumah maupun ditempat kerja.

Dalam usaha untuk mencapai Solo Sehat 2010, maka perlu juga dilihat penelitian Takehito Takano dan Keiko Nakamura dalam jurnalnya yang berjudul “Participatory research to enhance vision sharing for Healthy Town initiatives in Japan” . Jurnal tersebut menjelaskan tentang :

This is of participatory research project conducted by the Tokyo Citizen’s Council for Health Promotions to enchance vision sharing, there by aiding the implementation of healthy town initiative. The Citizen’s Cuoncil conducted a survey to elucidate citizen interest and expectations regarding healthy town. The project had three stage: (i) a survey; (ii) dissemination of the result; and (iii) evaluation of the impact of the survey’s finding. The survey was conducted among ordinary citizen’s council. Responses from 476 ordinary citizen, 400 community group members, 316 health promotion practicioner and 387 members of the citizen’s council were received and analyzed. Major criteria that respondent required of a healthy town were : adequate sports facilites and walking/jogging trails (44,5%); easy access for senior citizens, small children and people with disabilities (42,2%); and parks, clean rivers and natural features (33,1%). Prioritized criteria given by specific respondent garoup were (i) a town with little crime and few traffict accident (ordinary citizen :37,2%) and (ii) a town were people help aech other (health promotion practicioners :36,7%; members of the citizen council: 31,5%). Factor analysis revealed that the following three dimensions : (i) helath conducine physical living environment ; (ii) social


(50)

network and mutual help; and (iii) social discipline/rules and good access to services. The research result were disseminated to the general public, community groups and members of the Citizen’s Council. The result substantiated citizen views, which were then incorporated into plants toward realizing Healthy Town initiative. This research effort generated a vision of the creation of healthy town by the participation of citizen in a megacity.

(Penelitian ini merupakan penelitian partisipatif yang dilakukan oleh Dewan Warga Negara Tokyo untuk mempromosikan kesehatan dalam rangka meningkatkan berbagi visi untuk membantu pelaksanaan inisiatif Kota Sehat. Dewan Warga Negara melakukan survei untuk menjelaskan kepentingan dan harapan warga mengenai Kota Sehat. Proyek ini memiliki tiga tahap: (i) survei; (ii) penyebaran hasil; dan (iii) evaluasi dampak dari temuan survei. Survey dilakukan antara warga negara biasa, anggota kelompok masyarakat, kelompok promosi kesehatan dan anggota Dewan Warga Negara. Tanggapan dari 476 warga negara biasa, 400 anggota kelompok masyarakat, 316 kelompok promosi kesehatan dan 387 anggota Dewan Warga Negara diterima dan dianalisis. Kriteria yang dituntut untuk mencapai Kota Sehat 2010 adalah sebagai berikut: fasilitas olah raga yang memadai dan aktifitas jogging (44,5%); kemudahan akses bagi warga negara senior, anak-anak kecil dan para penderita cacat (42,2%), membersihkan sungai dan fitur alam lainnya (33.1%). Kriteria prioritas yang diberikan oleh kelompok-kelompok responden tertentu adalah : (i) kota dengan beberapa sedikit kejahatan dan kecelakaan lalu lintas (warga negara biasa: 37,2%)


(51)

dan (ii) sebuah kota di mana orang membantu satu sama lain (kelompok promosi kesehatan : 36.7%; anggota Dewan: 31,5%). Analisis faktor menunjukkan bahwa struktur pandangan mengenai kriteria warga negara untuk menuju Kota Sehat memiliki tiga dimensi berikut: (i) kesehatan fisik lingkungan hidup yang kondusif, (ii) jaringan sosial dan saling membantu, dan (iii) masyarakat disiplin terhadap peraturan dan akses yang baik ke layanan. Hasil-hasil penelitian disebarluaskan kepada masyarakat umum, kelompok masyarakat dan anggota Dewan Warga Negara. Hasil tinjauan didukung oleh warga, yang kemudian dimasukkan ke dalam rencana menuju inisiatif mewujudkan Kota Sehat. Upaya penelitian ini menghasilkan visi penciptaan Kota Sehat oleh partisipasi warga dalam kota besar).

Berdasarkan penjelasan mengenai penelitian tentang perilaku kesehatan yang terdahulu, maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian ini lebih memfokuskan pada Evaluasi Impementasi Program Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada masyarakat yang tinggal di sekitar bantaran kalianyar sesuai dengan indikator PHBS pada tatanan rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan Visi yang dicetuskan oleh Dinas Kesehatan Kota Surakarta yaitu “Menuju Solo Sehat 2010”.


(52)

H. DEFINISI KONSEPTUAL

1. Perilaku

Menurut ensiklopedi Amerika bahwa perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan, dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi perilaku tertentu 2. Perilaku Sehat

Adalah pengetahuan, sikap dan tidakan proaktif untuk memelihara dan mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 3)).

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat. (Departemen Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2002 : 4).

4. Tatanan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari.


(53)

PHBS tatanan rumah tangga adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku bersih dan sehat.

I. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Bantaran Kalianyar, Kampung Sabrang Lor RT 05 RW 08, Kelurahan Mojosongo. Alasannya pemilihan lokasi tersebut adalah :

1. Lokasi merupakan salah satu tempat atau daerah di wilayah Surakarta dimana program PHBS itu dilakukan.

2. Lokasi tersebut adalah tempat berkumpulnya warga dari kalangan menengah ke bawah yang mayoritas penduduknya kurang dapat menjangkau layanan kesehatan, sehingga untuk meminimalisir terjadinya penyakit, warganya harus dapat membiasakan hidup bersih dan sehat sebagai upaya dan preventif dalam rangka menuju Solo Sehat 2010.

3. Bantaran Sungai identik dengan kekumuhan, jadi perlu dikaji bagaimana perilaku masyarakat sekitarnya untuk menjaga kesehatan keluarga maupun lingkungannya.


(54)

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini menggunakan metode evaluasi kualitatif yaitu penelitian terhadap program yang sudah atau sedang berjalan dimana bertujuan untuk mengukur akibat dan dampak dari suatu program sebagai landasan bagi penyusunan kebijaksanaan dan rancangan program yang akan datang. Proses evaluasi dimaksudkan untuk menguraikan dan memahami dinamika internal berjalannya suatu program. (Michael Quinn Patton, 2006: 30).

Penelitian ini merupakan evaluasi implementasi suatu program yaitu Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program PHBS tersebut.

Penulis dalam penelitian ini menggunakan indikator-indikator untuk mengetahui seberapa tingkat keberhasilan program yang penulis evaluasi. Sebuah indikator merupakan sebuah petunjuk atau tanda. Indikator-indikator menunjukkan kemajuan yang telah dicapai dan membantu dalam mengukur perubahan. Indikator-indikator yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Availabilitas : indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu ada dan tersedia


(55)

dikatakan relevan atau tepat

3. Accesabilitas ; indikator yang menunjukkan apakah sesuatu itu benar-benar dapat terjangkau oleh mereka yang memerlukan

4. Kebergunaan : indikator yang menunjukkan sejauh mana sesuatu yang telah disediakan dipakai untuk tujuan semula

5. Ketercakupan : indikator yang menunjukkan apakah proporsi mereka yang memerlukan sesuatu itu dapat menerimanya

6. Kualitas : indikator yang menunjukkan kualitas atau standar tertentu 7. Usaha : indikator yang menunjukkan apa dan berapa banyak yang

diinvestasikan untuk mencapai sasaran

8. Efisiensi : indikator yang menunjukkan apakah sumber daya dan aktifitas telah dimanfaatkan dengan cara yang terbaik

9. Hasil : merupakan hasil akhir dari pelaksanaan program.

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan daripada unit-unit analisis yang memiliki spesifikasi atau ciri-ciri tertentu dan populasi survei adalah kumpulan unsur-unsur yang dipilih secara nyata dari sampel survei. Berkaitan dengan penelitian ini maka yang menjadi populasinya adalah


(56)

warga masyarakat yang tinggal disekitar Bantaran Kalianyar. 2. Sampling

Besarnya sampel tidak ditentukan berdasarkan ketentuan mutlak, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Jumlah sampel tidak harus mewakili populasi, dimana peneliti menggunakan pertimbangan berdasarkan konsep teoritis serta karakteristik empiris.

3. Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini bersifat purpossive sampling, yaitu pengambilan sampel yang sesuai dengan maksud dan tujuan peneliti. Pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Pengambilan sampel dalam penelitian ini mewakili karakteristik dari masyarakat yaitu dari tingkat pendidikan dan pekerjaan serta penghasilan.

D. Sumber Data

1. Data Primer

Data ini diperoleh dari wawancara kepada warga yang tinggal disekitar Bantaran Kalianyar tentang pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sesuai dengan indikator PHBS tatanan rumah tangga

2. Data Sekunder

Diperoleh melalui buku kesehatan maupun data Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Posyandu setempat, Buku


(57)

Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Dinas Kesehatan Kota Surakarta (DKK), Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPERMAS) kota Surakarta maupun literatur lainnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk pendekatan kualitatif terhadap sumber data yang digunakan, maka teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Teknik wawancara ini dilakukan dengan struktur yang tidak ketat atau informal guna menanyakan pendapat informan dan responden tentang kesadaran untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka menuju Solo Sehat 2010.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan perorangan atau per keluarga/tatanan rumah tangga selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian tanya jawab yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam wawancara ini :

v Pewawancara adalah seseorang yang menggali informasi secara mendalam sesuai dengan tujuannya

v Sumber informasi kunci adalah warga yang dipandang memenuhi kriteria batasan masalah peneliti


(58)

2. Pedoman wawancara (Interview Guide)

Teknik pengumpulan data dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya secara sistematis sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman wawancara. Interview guide dalam penelitian ini bersifat fleksibel artinya pertanyaan yang diajukan kepada informan akan berkembang dan tidak hanya terpancang pada daftar pertanyaan, karena sifat dari penelitian kualitatif yaitu semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin valid data yang diperoleh dalam penelitian ini.

3. Observasi Langsung

Yaitu merupakan pengamatan perilaku yang relefan dengan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian (HB Sutopo, 1998). Menurut Koentjoroningrat observasi merupakan pengamatan langsung terhadap obyek penelitian. Teknik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari system fenomena yang diselidiki, dimana observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian, pelaksanaannya langsung dimana suatu peristiwa terjadi. Adapun sistem yang dilakukan pada observasi langsung adalah Non Participation Obervation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai pengamat bukan anggota penuh dari obyek yang diteliti.


(59)

Kegiatan observasi dalam penelitian ini meliputi observasi terhadap kegiatan sehari-hari warga Bantaran Kalianyar yang sesuai dengan indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan Rumah Tangga.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat diketemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti disampaikan oleh data. Sesuai dengan judul penelitian, maka pnelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan. Reduksi data dilakukan selama proses penelitian ini berlangsung yang dimulai sebelum pengumpulan data dilakukan. Data reduksi dimulai sejak peneliti mengambil keputusan dalam memilih kasus, pertanyaan yang akan diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kegiatan merakit informasi atau mengorganisasikan data serta menyajikan dalam bentuk tabel berupa data


(60)

statistik sederhana dan selanjunya diinterpretasikan serta evaluasi dalam bentuk cerita agar dapat diambil suatu kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan dari keseluruhan data yang diperoleh dari hasil melakukan penelitian terhadap objek penelitian.

G. Validitas Data

Validitas data yang dimaksudkan adalah sebagai pembuktian bahwa data yang diperileh peneliti sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Untuk menguji data yang telah terkumpul, peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data atau sebagai pembanding terhadap data. Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber, dimana data tidak hanya diambil dari satu sumber saja tetapi dari beberapa sumber.

Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan: (1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. (2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. (3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. (4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai


(61)

pendapat dan pandangan orang. (5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini yang digunakan untuk mengecek keabsahan data adalah dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen, yaitu data PHBS Kota Surakarta maupun data PHBS di Posyandu setempat.


(62)

BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

A. Gambaran Umum

1. Kota Surakarta

Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan “Kota Solo” secara umum memang dataran rendah dan berada diantara pertemuan Sungai Pepe, Sungar Anyar, Sungai Jenes yang kesemuanya bermuara di Sungai Bengawan Solo, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 92 meter di atas permukaan air laut dan terletak antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur, 70°36’00”-70°56’00” Lintang Selatan. Kota Surakarta terletak di Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa Tengah bagian selatan dan merupakan daerah perhubungan antara propinsi Jawa Tengah – Jawa Timur dan propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan keadaan mobilitas masyarakat yang tinggi.

Berbicara tentang letak daerah Surakarta, sebenarnya kota ini sangat strategis. Hal ini dikarenakan kota Surakarta sendiri merupakan jalur utama transportasi ke beberapa kota besar di Pulau Jawa. Kota – kota tersebut antara lain adalah Semarang, Yogyakarta


(63)

dan Surabaya. Karena kota Surakarta yang strategis maka perkembangan kota ini memicu kegiatan ekonomi di berbagai sudut kota kecil disekitar wilayahnya antara lain Boyolali, Klaten, Sragen, Sukoharjo, Karanganyar dan Wonogiri. Kotamadya Surakarta dibatasi oleh :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karangnanyar

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo

dan Kabupaten Karanganyar

Dengan 51 Kelurahan, 595 RW dan 2.669 RT yang bergabung dalam 5 Kecamatan yaitu : Kecamatan Banjarsari 33% dari luas wilayah secara keseluruhan, Kecamatan Jebres 29%, Kecamatan Laweyan 20%, Kecamatan Pasar Kliwon 11% dan Kecamatan Serengan 7%. Kelima Kecamatan dan 51 Kelurahan tersebut adalah :

a. Kecamatan Laweyan : Pajang, Laweyan, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari, Purwosari, Sondakan, Kerten, Jajar dan Karangasem.


(64)

b. Kecamatan Serengan : Danukusuman, Serengan, Tipes, Kratonan, Jayengan dan Kemlayan

c. Kecamatan Pasar Kliwon : Joyontakan, Semanggi, Pasar Kliwon, Gajahan, Baluwarti, Kampung Baru, KedungLumbu, Sangkrah, dan Kauman.

d. Kecamatan Jebres : Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan, Kampung Sewu, Pucang Sawit, Jagalan, Purwodiningratan, Tegalharjo, Jebres, Mojosongo. e. Kecamatan Banjarsari : Kadipiro, Nusukan, Gilingan,

Stabelan, Kestalan, Keprabon, Timuran, Ketelan, Punggawan, Mangkubumen, Manahan, Sumber dan Banyuanyar.

Untuk lebih jelasnya perhatikan table dibawah ini :

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kota Surakarta

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Laweyan 8,64

2 Serengan 3,19

3 Pasar Kliwon 4,82

4 Jebres 12,58

5 Banjarsari 14,81

TOTAL 44,04


(65)

Data kependudukan menurut catatan Surakarta dalam angka tahun 2007 adalah ; berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 penduduk kota Surakarta mencapai 515.372 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata 12.827 jiwa/km2. dari luasan wilayah kota Surakarta yang hanya 44,04 km2 menunjukkan bahwa kota ini merupakan kota yang padat penduduk.

Untuk dibidang kesehatan, kota Surakarta nampaknya sudah mengalami peningkatan. Derajad kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator kualitas SDM. Indikator utama derajad kesehatan penduduk adalah angka harapan hidup, angka kematian bayi lahir (AKB) dan angka kematian ibu melahirkan (AKI). Angka rata-rata harapan hidup 65 tahun bagi pria dan 67 tahun bagi wanita. Angka kematian bayi lahir (AKB) 5,42 per seribu kelahiran dan angka kematian ibu melahirkan (AKI) 0,43 per seribu kelahiran. Selain itu status gizi baik telah mencapai 91,8 %. Meningkatnya angka harapan hidup serta rendahnya AKB dan AKI tersebut mencerminkan keberhasilan program kesehatan dan gizi daerah. Kondisi ini sangat kondusif bagi kelangsungan pembangunan pada era otonomi daerah.

2. Kecamatan Jebres

Secara umum, Kecamatan Jebres berada di pinggiran Kota Surakarta tepatnya di daerah paling timur. Kecamatan ini mempunyai


(1)

begitu, akan memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat

tentang kesehatan dan mereka merasa ikut merencanakan suatu

kegiatan kesehatan sehingga dalam pelaksanaan kegiatan tersebut

mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.

Perlu juga dari pihak pembuat kebijakan serta petugas terlatih

menanamkan kesadaran dan motivasi kepada masyarakat. Dalam hal

ini individu, kelompok, maupun masyarakat, diberi pengertian yang

benar tentang kesehatan. Kemudian ditunjukkan kepada mereka baik

secara langsung ataupun tidak langsung, yaitu misalnya melalui film,

slide, photo, gambar, atau cerita, bagaimana bahayanya perilaku yang

tidak sehat, dan apa untungnya kalau berperilaku sehat. Hal ini

diharapkan akan bisa membangkitkan keinginan mereka untuk

berperilaku hidup sehat Selanjutnya berkali-kali disampaikan ataupun

ditunjukkan kepada mereka bahwa telah makin banyak orang yang

berperilaku sehat tersebut dan sekaligus ditunjukkan atau disampaikan

pula keuntungan-keuntungannya, hingga mereka akan tergerak untuk

berperilaku sehat.


(2)

BAB IV

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu factor

yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu

dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk mewujudkan hal tersebut,

pemerintah telah mencanangkan visi Indonesia Sehat 2010. Visi Indonesia Sehat

2010 yang telah diterapkan Departemen Kesehatan merupakan visi yang ideal

tentang gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yaitu kehidupan

masyarakat Indonesia yang hidup dalam lingkungan yang sehat dan dengan

perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan

kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 didukung dengan telah ditetapkannya

Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Salah satu subsistem dari SKN adalah

subsistem pemberdayaan masyarakat. Selain itu, kebijakan nasional promosi

kesehatan untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan Visi

Nasional Promosi Kesehatan yaitu :”Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010

(PHBS 2010)”.


(3)

memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,

memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan

pengetahuan sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan

pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam

tatanan rumah tangga agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka

menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan. PHBS merupakan wujud

keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

hidup bersih dan sehat.

Pelaksanaan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ini melibatkan

petugas-petugas kesehatan yang meliputi petugas puskesmas, kelurahan, petugas

posyandu serta ibu-ibu PKK sebagai pelaksana program. Pelaksana program

tersebut mendapatkan pembekalan berupa pelatihan, seminar, lokakarya serta

diskusi yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan yang selanjutnya mereka

akan memberikan sosialisasi, pemahaman, keteladanan serta dukungan kepada

masyarakat untuk mau menerapkan perilaku kesehatan yang sesuai dengan

keenambelas indicator PHBS tatanan rumahtangga. Serangkaian kegiatan

pembekalan

tersebut

dilakukan

agar

kelompok

pelaksana

ini

dapat

mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung dilaksanakannya

program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta memotivasi petugas untuk

membantu masyarakat untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan.


(4)

Untuk wilayah bantaran Kalianyar, khususnya Kampung Sabrang Lor RT 05 RW

08, sosialisasi kepada masyarakat khsususnya kepada kepala rumah tangga

tersebut dilakukan oleh kader Posyandu setempat. Sedangkan sosialisasi yang

dilakukan oleh kader Posyandu tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman

dan keteladanan kepada masyarakat agar mereka sadar, mampu dan mau untuk

menerapkan perilaku kesehatan.

Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa dari informan yang berjumlah 10,

hanya sebesar 60% yang masuk kategori Sehat Utama, sedangkan 40% masuk

dalam kategori Sehat Madya. Sedangkan, harapan dari Dinas Kesehatan Kota

Surakarta, standar nilai IPKS yang diharapkan dari keseluruhan masyarakat

adalah adalah Sehat Utama dan Paripurna sebanyak 65%. Dengan begitu program

ini sudah bisa dikatakan berhasil mencapai Solo Sehat 2010. Untuk itu, dari hasil

penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program PHBS untuk mencapai

Solo Sehat 2010 diwilayah bantaran Kalianyar khususnya Kampung Sabrang Lor

RT 05 RW 08 ini belum maksimal. Ada beberapa hal yang masih perlu

ditingkatkan, misalnya aspek partisipasi masyarakatnya. Masyarakat juga perlu

diajak serta mengidentifikasi dan membahas masalah kesehatan serta mencari

alternatif pemecahan masalah-masalah itu. Artinya, masyarakat tidak hanya pasif

menerima informasi dari petugas kesehatan, melainkan ikut aktif mencari masalah

kesehatan yang dirasakan penduduk, memikirkan jalan keluarnya, mencari

sumber daya yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah-masalah


(5)

tersebut, serta ikut dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan. Dengan begitu, akan

memperluas dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kesehatan dan

mereka merasa ikut merencanakan suatu kegiatan kesehatan sehingga dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut mereka lebih termotivasi untuk berperan serta.

B.

SARAN

1.

Untuk Kalangan Akademisi

a.

Semoga penelitian ini dapat menggugah kita semua akan pentingnya

peran evaluasi dalam berbagai program yang berlangsung terutama

program yang menyangkut tentang kebijakan public yang menyangkut

kehidupan orang banyak, walaupun hasil penelitian ini masih jauh dari

sempurna.

b.

Tidak ada lagi perbedaan baik buruk apa itu Penelitian Murni,

Penelitian Terapan, apa itu Kuantitaif, Kualitatif, Evaluasi dan apapun

juga itu semua hanyalah sebuah cara atau metode untuk menuju hasil

dalam penelitian.

2.

Untuk Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Surakarta.

Pelaksanaan program PHBS seharusnya tidak hanya dari pelaksana

kegiatan yang memberikan informasi dan sosialisasi kepada tiap tatanan

rumah tangga dan masyarakat, akan tetapi pemerintah juga harus berusaha

mengajak masyarakat untuk ikut serta mengidentifikasi dan membahas


(6)

masalah kesehatan serta mencari alternatif pemecahan masalah-masalah

itu. Sehingga pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan juga

semakin bertambah.

3.

Untuk Pelaksana Program, khusunya Kader Posyandu. Pendekatan kepada

tiap-tiap anggota keluarga lebih ditingkatkan lagi mengingat perilaku dari

masyarakat bantaran Kalianyar masih kurang mencerminkan perilaku

yang sehat. Pendekatan yang dilakukan harus sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknis yang ada yaitu pemberdayaan masyarakat

melalui advokasi, bina suasana dan gerakan masyarakat. Pemahaman

mereka akan kesehatan baik kesehatan diri maupun lingkungan perlu

ditingkatkan.

4.

Untuk Informan, perlu disadari bahwa untuk menjaga kesehatan baik diri,

keluarga maupun lingkungan sekitar, faktor kesadaran dari diri sendiri

merupakan

faktor

yang

paling

penting

untuk

menjaga

serta

meningkatkannya. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pencegahan

(preventif).