PENGARUH PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN EKONOMI TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT DESA PEKONMON KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN EKONOMI TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA MASYARAKAT DESA PEKONMON KECAMATAN NGAMBUR

KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

ZARAZ OBELLA NUR ADLIYANI

Sehat merupakan suatu kondisi yang ingin dimiliki oleh setiap individunya. Sehat tidak hanya dalam keadaan fisik, namun juga mental dan sosial. Tidak hanya meliputi kebebasan dari suatu penyakit, namun juga sehat meliputi keadaan psikis seseorang. Sehat umumnya mempengaruhi perilaku manusia, begitupun sebaliknya, perilaku seseorang juga dapat mempengaruhi kesehatan.Perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik dan sejahtera. Salah satunya adalah dengan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pengetahuan, faktor ekonomi, dan faktor pendidikan. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan sampel kepala keluarga pada desa Pekonmon sebanyak 87 kepala keluarga. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik chi squaredengan α (nilai kemaknaan)=0,05. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pengetahuan, ekonomi dan pendidikan berpengaruh terhadap PHBS, namun beberapa penelitian mengatakan tidak terdapat pengaruh. Penelitian ini dilakukan di desa Pekonmon kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Dari hasil penelitian faktor pengetahuan mempengaruhi PHBS dengan α=0,008, sedangkan faktor pendidikan dan ekonomi tidak memiliki pengaruh terhadap PHBS dengan nilai masing-masing α=0,4 dan α=0,08.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF KNOWLEDGE, EDUCATION AND ECONOMIC ABOUT BEHAVIOUR OF CLEAN AND HEALTHY LIFE IN PEKONMON VILLAGE NGAMBUR DISTRICT PESISIR BARAT

REGENCY

By

ZARAZ OBELLA NUR ADLIYANI

Health is what everyone’s want. Health is not only about physical, but also mental and social. Not only being clear of any disease, but health is including psychological condition of someone. In general way, health affects a behavior of someone, so do behavior, it affects the health of someone.Good behavior in keeping the health can increase the quality of someone’s life being better and more prosperous. For example by doing some sanitary activities and keep healthy life. Behaviour of clean and healthy life (BCHL) can be affected by some factors, for example is knowledge , economic, and education. This researchis usingan observationalanalytic studywith the householders as the sample in amount of 87 householders in Pekonmon village. Theanalysisdata that used waschisquaretestwithα(significance value) =0.05 Based on researches that had been done, knowledge, economic, and education is affecting the BCHL, but some of them said there is no affect.This research have been done in a village named Pekonmon village Ngambur district Pesisir Barat Regency. The result of this research showed knowledge is affecting the BCHL to Pekonmon villagers withα=0.008, while education and economic factor is not affecting the BCHL withthe value of eachα=0.4 andα=0.08.


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN EKONOMI TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA

MASYARAKAT DESA PEKONMON KECAMATAN NGAMBURKABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

ZARAZ OBELLA NUR ADLIYANI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG 2016


(4)

(5)

(6)

(7)

“… Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik padamu, dan boleh (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui , sedang kamu tidak mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah ayat 02-216)

Kupersembahkan Skripsi Ini

Untuk


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 15 Januari 1995 sebagai anak pertama dari Bapak Ir. Yan Juansyah DEA., dan Ibu DR. Ir. Lusmeilia Afriani DEA.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDN 2 Rawa Laut tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 2 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2012.

Tahun 2012, Penulis diterima dan terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN. Selama mejadi mahasiswa penulis pernah aktif di organisasi Paduan Suara Universitas Lampung sebagai anggota di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Definisi operasional……… 30 Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan umur responden……… 34 Tabel 4.2. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin responden……… 35 Tabel 4.3. Tingkat PHBS responden ……… 36 Tabel 4.4. Tabel Univariat……… 37 Tabel 4.5. Tabel Analisis Bivariat……….... 39


(10)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas rahmat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan dan nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya akhir zaman.

Skripsi dengan judul “Pengetahuan, Pendidikan dan Ekonomi Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada Masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur

Kabupaten Pesisir Barat” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada semua pihak yang telah berperan baik dalam bentuk motivasi, doa, bantuan, saran, kritik dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung. 2. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas


(11)

3. dr. Dian Isti Angraini, M.Ph selaku Pembimbing Pertama atas kesabaran, kebaikan hati, dan kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini serta selalu meluangkan waktunya untuk bimbingan meskipun hari sudah sore dan tidak pernah mengurangi perhatiannya walaupun harus membagi waktu dengan banyak mahasiswa bimbingan lainnya. Menyempatkan diri untuk membimbing walaupun diluar kampus, dan tidak hanya sekedar membimbing skripsi, namun juga memperbaiki masalah yang lainnya.

4. dr. Tri Umiana Soleha M.Kes selaku Pembimbing Kedua atas seluruh bantuan yang telah dokter berikan, kebaikan hati dan kesediaanya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik serta selalu memberikan perhatian dan pengertian dalam proses penyelesaian skripsi ini serta proses diluar skripsi.

5. dr Azelia Nusadewiarti M.Ph selaku Pembahas yang begitu perhatian memberikan masukan dan tak segan memberikan bimbingan ketika penulis mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan baik saat maupun di luar waktu seminar.

6. Ayah dan ibu tercinta, Bapak Ir. Yan Juansyah DEA. Dan ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani DEA., yang telah megarahkan penulis untuk bersekolah di fakultas kedokteran dan bekerja begitu keras demi mewujudkan impian anaknya menjadi seorang dokter. Terima kasih pula atas doa yang selalu dipanjatkan untuk anak pertama yang selalu merepotkan ini serta seluruh kasih sayang yang tak pernah habisnya kalian berikan. Terimakasih karena


(12)

selalu mendukung setiap kegiatan anaknya walaupun diluar perkuliahan dan terkadang sangat sulit untuk dimengerti. Terimakasih telah mendukung segala keputusan yang penulis ambil, dan selalu memahami penulis walaupun penulis mendapatkan hasil yang tidak memuaskan.

7. Adik tercinta Zaraz Elodya Ramadhania Juansyah selaku satu-satunya saudara kandung yang selalu menemani kakaknya dalam berbagai hal. Serta kepada seluruh keluarga besar yang menyemangati keluarga besar bapak H. Razioen dan bapak H. Zabidi.

8. M. Reihansyah Deswindra, adik sepupu sekaligus adik tingkat yang selalu direpotkan oleh penulis.

9. Angga Syafari, teman dari tahun 2010 yang selalu mendukung setiap langkah yang dilakukan penulis. Terimakasih telah meluangkan waktu yang sangat banyak untuk berada bersama penulis dan juga telah mendukung untuk keputusan penulis berada di fakultas kedokteran. Terimakasih selalu menyemangati setiap kegiatan yang dilakukan penulis dan selalu sabar menghadapi setiap keluh kesah penulis.

10. Sahabat-sahabat dari SMA saya, Devita Wulan Permatasari, Ratih Amanda Pratiwi, Maretha Dwi R, Chrityne Widya, Ekka Bella, dan sahabat-sahabat lain yang setia bersama oenulis hingga sekarang.

11.Istighfariza Shaqina selaku sahabat penulis yang tidak hanya sekedar menjadi sahabat di kampus, namun juga yang paling setia menemani penulis dalam setiap keadaan. Terimakasih teah bersedia berada selalu bersama penulis bahkan sampai penelitian ke Pesisir Barat.


(13)

12.Hanna Insani Vedy selaku sahabat penulis yang selalu direpotkan setiap saat, tidak hanya saat skripsi namun juga setiap waktu ujian. Terimakasih telah bersedia mengajari penulis setiap ujian walaupun penulis selalu datang dan pulang larut malam. Terimakasih telah menjadi teman terbaik penulis tidak hanya untuk permasalahan perkuliahan, namun juga menjadi sahabat untuk setiap masalah.

13.Ranti Humaera selaku sahabat penulis hingga teman KKN yang selalu mendukung penulis. Terimakasih telah sabar menghadapi penulis dan menjadi tempat bercerita penulis.

14.Sahabat-sahabat CUNDUNG, Ajeng Defriyanti P, Dika Yunisa, Fetiara Nur Annisa, Hanna Insani Vedy, Hera Julia Garamina, Istighfariza Shaqina, Nurul Sahana, Ranti Humaera, Rizky Indria Lestari, Sofia Lathifa , terimakasih telah berada bersama penulis dari awal memasuki jenjang perkuliahan di fakultas kedokteran.

15.Jose Adelina Putri selaku sahabat penulis dari awal propti fakultas kedokteran.

16.Rio Dwi Septian dan Dian Fernando Sihite selaku sepupu dan teman penulisyang meluangkan waktu menemani penulis melakukan penelitian di Pesisir Barat.

17.Arkida Agung Wibowo SE selaku atasan dan juga teman yang berbaik hati mendukung skripsi penulis walaupun penulis harus tetap bekerja di radio. Terimakasih atas kelonggaran jadwal yang diberikan kepada penulis. Serta terimakasih kepada seluruh teman-teman keluarga besar 94.4fm D!Radio Lampung.


(14)

18.Dinda Prawisdi, Ridho Pamungkas, Wahyu Lestari, Alvin Syafari, Annisya Ayu, serta seluluh keluarga besar Roller Raiders Freestyle Club Lampung yang mendukung pengerjaan skripsi penulis.

19.Seluruh warga Desa Pekonmonn yang menjadi keluaga selama 40 hari KKN dan sekaligus menjadi responden penelitian skripsi penulis.

20.Seluruh Staf Dosen FK Unila atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita. Serta seluruh Staf Tata Usaha dan Akademik, pegawai FK Unila.

21.Sahabat SD, SMP, SMA, Bimbel, LIA, Indah Puspita Sitompul dan teman-teman lain yang selalu mendoakan penulis.

22.Seluruh teman angkatan 2012, kakak berserta adik tingkat yang sudah memberikan semangat kebersamaan dalam satu kedokteran.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Akan tetapi, sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 15 Januari 2016 Penulis,


(15)

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Pekonmon adalah desa yang didirikan warga setempat pada tahun 2007 di Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Desa Pekonmon sendiri terbagi atas dua wilayah, yaitu Pekonmon induk dan Pekonmon atas, dimana Pekonmon induk memiliki empat desa, sedangkan Pekonmon atas memiliki dua desa. Letak geografis desa Pekonmon berada di daerah dataran tinggi sehingga sulit untuk di jangkau. Jarak dari desa Pekonmon ke ibukota Kecamatan terdekat adalah 20 km, sedangkan jarak ke ibukota kabupaten terdekat adalah 25 km. Waktu yang ditempuh untuk mencapai ibukota kecamatan terdekat dari desa Pekonmon adalah 60 menit. Desa Pekonmon sangat sulit unuk dijangkau, selain karena letak geografis yang jauh, keadaan jalan untuk akses masuk ke desa juga sangat tidak layak. Kendaraan beroda empat tidak bisa masuk ke desa dikarenakan lubang dan kondisi jalan yang jelek. Hanya kendaraan beroda dua yang dapat menembus jalan menuju desa. Tidak sembarang kendaraan roda dua yang dapat menuju desa, namun kendaraan beroda dua tersebut merupakan motor gunung yang dikemudikan oleh warga setempat.


(17)

2

Letak geografis yang tidak strategis dan jauh dari pusat ibukota kecamatan, membuat akses layanan menjadi sulit didapat. Salah satunya adalah layanan kesehatan. Layanan kesehatan primer yang terdekat dari desa Pekonmon adalah Puskesmas Ngambur yang terletak di pusat ibukota kecamatan, yaitu berjarak kurang lebih 20 km dari desa. Jauhnya jarak dan sulitnya akses keluar masuk desa membuat warga malas dan jarang memeriksakan kesehatan mereka di puskesmas terdekat. Budaya dan etnis warga yang masih kental dengan keadaan yang tradisional juga mempengaruhi warga untuk tidak datang ke pelayanan kesehatan primer. Warga lebih memilih untuk diam di rumah dan menunggu penyakit yang mereka derita sembuh, atau warga lebih memilih untuk bertanya kepada tabib (sebutan untuk orang yang mereka percayai dapat menyembuhkan penyakit). Kondisi tersebut juga yang membuat warga tidak ingin konsultasi dan bertanya pada tenaga medis mengenai perilaku apa saja yang baik dan tidak baik terhadap kesehatan.

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan jasmani, rohani dan sosial, serta tidak hanya terbebas dari penyakit, cacat, juga kelemahan. Dikatakan sehat secara fisik adalah orang tersebut tidak memiliki gangguan apapun secara klinis. Fungsi organ tubuhnya berfungsi secara baik dan dia memang tidak sakit. Sehat secara mental atau psikis adalah sehatnya pikiran, emosional, maupun spiritual dari seseorang. Ada suatu kasus seseorang yang memeriksakan kondisi badannya serba tidak enak, akan tetapi secara klinis/hasil pemeriksaan dokter menunjukan bahwa orang


(18)

3

tersebut tidak sakit, hal ini bisa disebabkan karena orang tersebut mengalami gangguan secara mental/psikis yang memengaruhi keadaan fisiknya (Notoatmodjo, 2007).

Ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu mencegah penyakit melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya (Notoatmodjo, 2007). Bersih adalah suatu keadaan atau kondisi lingkungan yang menampilkan suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, penyakit dan pencemaran (Putra, 2002).

Warga perkotaan sudah mulai sadar akan pentingnya kesehatan, namun di beberapa daerah di Indonesia masih banyak yang belum sadar mengenai pentingnya kesehatan dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan. Salah satu daerah yang masyarakatnya kurang peduli terhadap kesehatan adalah masyarakat di Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat provinsi Lampung. Keadaan wilayah sepanjang Pantai Pesisir Barat umumnya datar sampai berombak dengan kemiringan berkisar 3% sampai 5%. Di bagian Barat Laut Kabupaten Pesisir Barat terdapat gunung-gunung dan bukit (Anonimous, 2014).

Berdasarkan survei pendahuluan, beberapa desa terletak di gunung dan jauh dari pelayanan kesehatan. Sebagian besar masyarakat malas untuk


(19)

4

datang ke pelayanan kesehatan yang disebabkan karena jarak tempuh yang cukup jauh. Hal ini yang juga menyebabkan masyarakat tidak mau memeriksakan diri mereka ke pelayanan kesehatan dan menjadikan mereka tidak peduli terhadap kesehatan. Kekurangan dalam bidang ekonomi menjadi pencetusnya ketidakmampuan warga membeli kendaraan untuk menempuh jarak yang jauh dan tidak adanya kendaraan umum menjadi keterbatasan masyarakat Pesisir Barat.

Menurut penelitian yang dilakukan Habeahan (2009) di Medan terhadap siswa siswi pada Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar, membuktikan bahwa pengetahuan yang baik mengenai PHBS akan ikut mempengaruhi keadaan seseorang menjadi baik pula. Baiknya pengetahuan tentang PHBS akan mengurangi keluhan yang ada, sehingga kualitas hidup menjadi baik. Pada penelitian yang dilakukan Amalia (2009) di Surakarta mendapatkan bahwa terdapat hubungan antara faktor pendidikan dengan PHBS, yaitu pendidikan yang rendah diikuti penilaian PHBS yang rendah. PHBS yang tidak baik, akan memengaruhi kualitas hidup seseorang menjadi kurang baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang mengenai kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta ekonomi terhadap PHBS, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah “apakah terdapat pengaruh dari faktor pendidikan,


(20)

5

pengetahuan, dan ekonomi terhadap PHBS pada masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh antara pendidikan, pendapatan dan ekonomi terhadap perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pendidikan masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

3. Mengetahui tingkat ekonomi masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

4. Mengetahui perilaku hidup bersih dan sehat pada rumah tangga masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

5. Mengetahui pengaruh tingkat pendidikan masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

6. Mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.


(21)

6

7. Mengetahui pengaruh tingkat ekonomi masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu juga untuk mengetahui seberapa pengaruh status pendidikan, pengetahuan, dan ekonomi terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.

1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi peneliti

Peneliti menjadi tahu tentang hubungan faktor ekonomi, pendidikan dan pengetahuan terhadap PHBS pada masyarakat.

2) Bagi pemerintah

Sebagai masukan dan informasi di program kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup sehat pada masyarakat.

3) Bagi masyarakat

Sebagai informasi tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mencegah penularan penyakit.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.1.1. Sehat

Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) definisi sehat adalah keadaan sejahtera, sempurna dari fisik, mental, dan sosial yang tidak terbatas hanya pada bebas dari penyakit atau kelemahan saja. Pencapaian derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.

Dalam setiap hal di dunia, termasuk kesehatan pasti memiliki masalah-masalah tertentu. Tidak selamanya masalah-masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psychosocio somatic health well being merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:


(23)

8

2. Behaviour atau perilaku, antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) (Soejoeti, 2005).

Status kesehatan akan tercapai secara optimal apabila keempat faktor tersebut bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal juga. Jika salah satu faktor tersebut berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan tergeser dibawah optimal (Notoatmodjo, 2007).

Gambar 1. Faktor-faktor Pengaruh Derajat Kesehatan Menurut Hendrik L.Blum (Amalia, 2009).


(24)

9

1) Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang dan peranan terbesar diikuti perilaku, fasilitas kesehatan dan keturunan. Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi dua kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

2) Perilaku

Perilaku merupakan faktor kedua yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat atau tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Di samping itu, juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pendidikan sosial ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya.

3) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan serta kelompok masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat


(25)

10

dijangkau atau tidak. Selanjutnya adalah tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 4) Keturunan

Keturunan (genetik) merupakan faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya dari golongan penyakit keturunan seperti diabetes melitus dan asma bronkial.

Menurut Undang-undang No. 23 Tahun 1992, yang dimaksud dengan sehat ialah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut While, kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa oleh ahlinya tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit atau kelainan (Diskamara, 2009).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain mencangkup: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau


(26)

11

mengoptimumkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2. Perilaku

Perilaku adalah kumpulan dari reaksi, perbuatan, aktivitas, gabungan gerakan, tanggapan dan jawaban yang dilakukan seseorang, seperti proses berpikir, bekerja, hubungan seks dan sebagainya (Chaplin, 2006). Menurut Wordworth and Marquis (1971) perilaku merupakan keseluruhan atau totalitas kegiatan akibat belajar dari pengalaman sebelumnya dan dipelajari melalui proses penguatan dan pengkondisian.

Menurut Branca dalam Herri (2010), perilaku adalah reaksi manusia akibat kegiaan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiga aspek ini saling berhubungan. Jika salah satu aspek mengalami hambatan, maka aspek perilaku lainnya juga terganggu.

Bimo Walgito (1990) mengatakan bahwa perilaku adalah akibat interelasi stimulus eksternal dengan internal yang akan memberikan respon-respon eksternal. Stimulus internal merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisiologis atau psikologis seseorang. Misalnya, ketika kita lapar maka reaksi kita adalah mencari makanan. Sedangkan stimulus eksternal merupakan segala macam reaksi seseorang akibat faktor luar diri (lingkungan). Misalnya, ketika melihat roti maka


(27)

12

timbul keinginan untuk makan, meskipun reaksi dari tubuh kita tidak menunjukkan rasa lapar.

Menurut Skinner perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus). Perilaku terhadap rangsangan dari luar dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservabel behavior” atau “covert behavior” apabila respon tersebut terjadi dalam diri sendiri dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

b. Perilaku Terbuka (overt behaviour), apabila respon tersebut dalam bentuk tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktik (practice) yang diamati orang lain dari luar atau “observabel behavior”.

Perilaku muncul sebagai akibat dari:

 Hubungan timbal balik antara stimulus dan respon yang lebih dikenal dengan rangsangan tanggapan. Hubungan stimulus dan respon akan membentuk pola-pola perilaku baru.


(28)

13

 Hubungan stimulus dan respon merupakan suatu mekanisme dari proses belajar dari lingkungan luar.

Ganjaran (reward) akan memberikan penguatan kepada respon atau tetap untuk mempertahankan respon. Adanya hukuman (punishment) melemahkan respon atau mengalihkan respon ke bentuk respon lainnya. Perubahan perilaku akibat perubahan dari ganjaran atau hukuman (Herri, 2010).

Menurut Soekidjo Notoatmojo (2007), perilaku adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Pendapat di atas disimpulkan bahwa perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut.

Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Perilaku pasif atau respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang memiliki pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum melakukannya secara kongkrit.

b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung (melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa menjaga kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendiri melaksanakan dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat serupa.


(29)

14

Menurut Suryani (2003) yang dikutip dari Fitriani (2011), perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungannya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku manusia pada hakekatnya tindakan manusia itu sendiri yang bertentangan sangat luas dari mulai berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja dan sebagainya.

Skinner (1938) membedakan respon menjadi dua, yaitu: 1. Respondent Respon atau reflexive

Merupakan respon yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu. Bisa juga disebut dengan eliciting stimulation atau stimulasi yang menimbulkan respon tetap seperti: makanan lezat merangsang makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup menarik bila jari terkena api, juga cakupan emosional seperti menangis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia.

2. Operant respon atau instrumental respon

Yaitu respon yang timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu. Perangsang ini disebut dengan reinforce artinya penguat. Seperti karyawan yang telah bekerja dengan baik diberikan reward (penghargaan) atau hadiah dengan harapan bisa lebih meningkatkan kinerjanya lagi (Fitriani, 2011).


(30)

15

Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning (respon perilaku yang diciptakan karena adanya kondisi tertentu) menurut Skinner adalah sebagai berikut:

a. Melakukan identifikasi terhadap hal – hal yang merupakan penguat berupa reward atau hadiah bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analsiis untuk mengidentifikasi komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki.

c. Menggunakan secara urut komponen sebagai satu tujuan sementara.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan urutan komponen tersebut (Fitriani, 2011).

2.1.3. Perilaku Kesehatan

Gochman (1998) mendefinisikan perilaku kesehatan sebagai atribut-atribut seperti kepercayaan, ekspektasi, motif-motif, nilai-nilai, persepsi elemen kogniti lainnya, karakteristik kepribadian, termasuk mood dan status emosi dan sifat-sifat serta pola peilaku yang jelas, tinndakan dan kebiasaan yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan, restorasi dan peningkatan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta


(31)

16

lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit. 2. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan

sehat.

3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

PHBS harus diterapkan dalam setiap sisi kehidupan manusia kapan saja dan dimana saja termasuk di dalam lingkungan dan tempat tinggal karena perilaku merupakan sikap dan tindakan yang akan membentuk kebiasaan sehingga melekat dalam diri seseorang. Perilaku merupakan respon individu terhadap stimulasi baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang


(32)

17

hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan RI No. 23 tahun 1992).

Indikator PHBS menurut Depkes (2010) yaitu:

1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2) Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.

3) Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat, dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya. 4) Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memiliki akses

terhadap air bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air sumur terlindung dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5) Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.


(33)

18

6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni.

7) Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan kayu.

8) Tidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.

9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari. 10)Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10

tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.

Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan masyarakat agar hidup sehat, serta meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan derajat hidup yang optimal (Dinkes, 2006). Ada 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat-tempat umum. tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan lain-lain. Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan diperlukan pengelolaan


(34)

19

manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian.

Sebagai contoh, setiap jam terdapat dua orang meninggal atau lebih dari 17.000 ibu meninggal setiap tahun. Sekitar empat juta ibu hamil dan ibu menyusui menderita gangguan anemia karena kekurangan zat besi. Lebih dari 1,5 juta balita yang terancam gizi buruk diseluruh pelosok tanah air. Setiap jam terdapat sepuluh dari sekitar 520 bayi yang di Indonesia meninggal dunia. Sehingga diharapkan dengan adanya program PHBS khususnya di tatanan rumah tangga,dapat menekan angka tersebut (Dinkes, 2006).

2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi 2.2.1. Faktor Ekonomi

Jika dilihat dari faktor ekonomi, maka penghasilan adalah salah satu faktor yang memengaruhi tingkat wawasan masyarakat mengenai sanitasi, lingkungan dan perumahan. Kemampuan anggaran rumah tangga juga dapat memengaruhi kecepatan untuk meminta pertolongan apabila anggota keluarganya sakit (Widoyono, 2008).

Terdapat perbedaan antara upah minimum dengan pendapatan, jika pendapatan adalah uang yang diterima tanpa bekerja permintaan untuk modal kesehatan mungkin lebih kecil karena pendapatan tidak secara langsung mengurangi status kesehatan. Pendapatan yang diterima tidak


(35)

20

secara langsung berhubungan dalam memberi keuntungan atau kerugian atau memberi manfaat kesehatan. Akibatnya, tingkat optimalisasi dalam permintaan kesehatan untuk setiap individu menurun dan penurunan dalam permintaan perawatan kesehatan (Amalia, 2009)

Menurut Faturrahman dan Mollo yang dikutip dari Sumiarto (2003) tingkat pendapatan berkaitan dengan kemiskinan yang akan berpengaruh pada status kesehatan masyarakat. Faktor-faktor lain yang memengaruhi antara lain adalah jenis pekerjaan, pendidikan formal kepala keluarga, jumlah anggota keluarga dan lain-lain.

2.2.2. Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan dapat terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra yang ada pada manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.


(36)

21

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). 4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tertentu, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungklan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).


(37)

22

Pengetahuan dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang diketahui responden dalam usaha pencegahan penyakit skabies. Meliputi pengertian penyakit skabies, cara penularan baik langsung maupun tidak langsung, masa inkubasi kuman skabies, gejala-gejala penyakit skabies, daerah yang paling sering terkena dan cara-cara pencegahan agar tidak tertular (Andayani, 2005).

2.2.3. Faktor Pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima informasi kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan. Banyak kasus kesakitan dan kematian masyarakat diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Suatu laporan dari negara bagian Kerala di India Utara menyatakan bahwa status kesehatan di sana sangat baik, jauh di atas rata-rata status kesehatan nasional. Setelah ditelusuri ternyata tingkat pendidikan kaum wanitanya sangat tinggi di atas kaum pria (Widoyono, 2008).

Jenjang pendidikan memegang peranan penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Sander, 2005).


(38)

23

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap menuju perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat memperoleh dan mencerna informasi untuk kemudian menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita memengaruhi derajat kesehatan (Depkes RI, 1999).

2.3. Kerangka Teori

Derajat kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perilaku, pelayanan kesehatan, lingkungan, dan keturunan,masing-masing faktor memiliki perannya sendiri terhadap kesehatan dalam masyarakat. Perilaku sendiri sebagai salah satu faktor memiliki beberapa pilar didalamnya, seperti perilaku mencari pelayanan kesehatan, perilaku mencari pengetahuan mengenai kerbersihan dan sebagainya. Lingkungan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat juga punya beberapa pilar di dalamnya seperti ekonomi, pendidikan, letak geografis dan yang lainnya. Faktor-faktor tersebut memengaruhi PHBS pada masyarakat. Apabila beberapa faktor tersebut rendah, maka akan mengakibatkan PHBS yang ada juga menjadi rendah. PHBS yang rendah mengakibatkan kesehatan terganggu sehingga kualitas hidup masyarakat menjadi rendah.


(39)

24

Gambar 2. Kerangka Teori. Faktor-faktor yang mempengaruhi PHBS menurut HL Blum modifikasi (Amalia, 2009)

Masyarakat pedesaan

Kesehatan terganggu PHBS

Kualitas hidup masyarakat Perilaku - Sehat - Mencari pelayanan kesehatan - Pengetahuan - Individu - Masyarakat Keturunan - Penyakit - Behavior Lingkungan - Iklim - Udara - Tanah - Air - Kebudayaan - Pendidikan - Ekonomi Pelayanan kesehatan - Fasilitas - Lokasi - Pemberi pelayanan informasi - SDM


(40)

25

2.4. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 3. Kerangka konsep 2.5. Hipotesis

1. Ada pengaruh antara faktor pendidikan masyarakat terhadap PHBS 2. Ada pengaruh antara faktor pengetahuan masyarakat terhadap PHBS 3. Ada pengaruh antara faktor ekonomi masyarakat terhadap PHBS

Perilaku Hidup Bersih & Sehat

Faktor pendidikan

Fakto pengetahuan


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan metode pendekatan cross sectional yang merupakan penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data dalam waktu yang sama (Dahlan, 2009). Penelitian ini diambil pada suatu waktu di Kabupaten Pesisir Barat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur untuk menilai faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh dengan PHBS.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini berlokasi di Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai dengan Desember 2015.


(42)

27

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Polulasi target dari penelitian ini adalah semua warga di Desa Pekonmon Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Populasi sampel dari penelitian ini adalah sebagian perwakilan warga desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat sesuai kriteria inklusi dan ekslusi.

Kriteria inklusi:

1. Warga Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat yang merupakan kepala keluarga.

2. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sampai akhir 3. Berusia 20 sampai 50 tahun

3.3.2. Jumlah sampel

Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah menggunakan rumus (Dahlan, 2006):

√ √

n = Besar sampel Zα = Deviat baku alfa Zβ = Deviat baku beta

P1 = Proporsi pada beresiko atau kasus Q1 = 1-P1


(43)

28

P2 = Proporsi pada kelompok tidak terpajan atau kontrol Q2 = 1-P2

P = Proporsi total = Q = 1-P

P1-P2 = Perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna

Proporsi merokok dengan pengetahuan kurang 40% (P1) dan proporsi merokok dengan pengetahuan baik 25% (P2) (Zaenabu, 2014). Dengan kepercayaan sebesar 95% atau tingkat kesalahan 5% dan perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna adalah 25%. Kesalahan tipe I yaitu sebanyak 5% dan kesalahan tipe II yaitu 20%. Maka didapat jumlah sebesar:

Diketahui bahwa:

Kesalahan tipe I 5%, maka Zα = 1,96 Kesalahan tipe II 20%, maka Zβ = 0,84

P1= merokok dengan pengetahuan kurang =

= 0,4

P2= merokok dengan pengetahuan baik =

= 0,25

Q2 = 1-P2 = 1 - 0,25 = 0,75

P1-P2 = Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna, ditetapkan 0,2

Dengan demikian:

P1 = P2 + 0,2 = 0,25 + 0,2 = 0,45 Q1 = 1-P1 = 1 - 0,45 = 0,55


(44)

29

P = (P1 + P2)/2 = (0,45 + 0,25)/2 = 0,35

Q = 1-P = 1-0,35 = 0,65

√ √

√ √ n = 87,2 dibulatkan menjadi 88

Untuk menghindari terjadinya sampel yang drop out maka peneliti menambahkan 10% dari jumlah sampel keseluruhan. Sehingga jumlah keseluruhan sampel yang akan diambil adalah 97 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Peneliti memilih metode pengambilan sampel dengan consecutive sampling yaitu semua sampel yang ada dan memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah yang diperlukan terpenuhi.

3.4.Variabel penelitian

3.4.1. Variabel Independen

Variabel independen penelitian ini yaitu faktor ekonomi, faktor pengetahuan dan faktor pendidikan.


(45)

30

3.4.2. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian yaitu PHBS pada masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Pesisir Barat.

3.5.Definisi Operasional

Tabel 1.Definisi operasional

Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukur PHBS Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat pada kepala keluarga masyarakat

berdasarkan 10 indikator dari Depkes.

Wawancara Kuesioner PHBS

2 (Baik)= diatas cut off point

1 (Kurang Baik)= dibawah cut off point

Cut off point

berdasarkan uji statistik yag dilakukan, yaitu dengan nilai mean 25,47.

Ordinal

Faktor Ekonomi

Melihat hubungan pendapatan

masyarakat dengan penerapan PHBS

Wawancara Kuesioner 2= Cukup ( >= UMP, Rp. 1.581.000,00) 1= Kurang (< UMP, Rp. 1.581.000,00) (SK PemProv, 2014) Ordinal Faktor Pendidikan

Tingakat pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden

Wawancara Kuesioner 1= Dasar (SD, SMP)

2= Tinggi (SMA, Diploma,

Perguruan Tinggi) (UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 17)

Ordinal

Faktor Pengetahuan

Tingkat pengetahuan pasien dalam menjalankan PHBS di kehidupan sehari-hari.

Wawancara Kuesioner 2 (Baik)= diatas cut off point

1 (Kurang Baik)= dibawah cut off point

Cut off point

berdasarkan uji


(46)

31

statistik yag dilakukan, yaitu dengan nilai mean 37.74

3.6. Metode Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Data primer yaitu berupa data tingkat pendidikan, pengetahuan, ekonomi dan PHBS dan dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner.

3.6.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah jumlah populasi masyarakat Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat yang didapatkan peneliti melalui lurah setempat.

3.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang telah digunakan adalah lembar kuisioner (daftar pertanyaan) dan form pengisian data identitas. Pertanyaan dibuat berdasarkan variabel-variabel yang akan diukur yang terdapat pada kerangka konsep penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat pada masyarakat Desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Alat tulis juga digunakan dalam penelitian ini demi membantu pengisian kuesioner oleh sampel. Form digunakan untuk


(47)

32

pengisian data pribadi sampel. Informed consent telah diberi bersamaan dengan kuesioner tersebut yang menjelaskan tujuan dilakukan penelitian. Pengisian kuesioner oleh masyarakat telah dilakukan secara langsung, sambil diperhatikan peneliti untuk memastikan tidak ada kecurangan yang berlaku. Data yang diperoleh dianalisis, setelah kuesioner dikembalikan oleh masyarakat kepada peneliti.

3.8. Metode Kuesioner dan Observasi 3.8.1. Alat dan Bahan yang di perlukan

a. Kuesioner b. Alat tulis

c. Form pengisian data identitas

3.9. Analisis Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah menggunakan program komputer, kemudian dianalisis sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan terikat yang bertujuan untuk melihat variasi masing-masing variabel tersebut.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah analisa yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik: Uji statistik yang digunakan dalam


(48)

33

penelitian ini adalah Uji Chi Square dengan α=0,05. Apabila syarat -syarat penggunaan Uji Chi Square tidak terpenuhi maka akan dilakukan uji alternatif yaitu Uji Fisher exact atau Kolmorgorov Smirnov (Dahlan, 2006).

3.10. Etika Penelitian

Penetilian ini telah mendapat surat kelayakan etik penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan surat keterangan lolos kaji etik dan informed consent.


(49)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR ... BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ... 6

2.1.1. Sehat ... 6

2.1.2. Perilaku ... 10

2.1.3. Perilaku Kesehatan ... 15

2.2Faktor-faktor yang Memengaruhi ... 18

2.2.1 Faktor Ekonomi ... 18

2.2.2 Faktor Pengetahuan ... 19

2.2.3 Faktor Pendidikan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 25

3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2.1 Lokasi ... 25

3.2.2 Waktu Penelitian ... 25

3.3Populasi dan Sampel ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2. Jumlah sampel ... 26

3.4Variabel penelitian ... 28


(50)

3.4.2. Variabel Dependen ... 29

3.5Definisi Operasional... 29

3.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5.2 Data Primer ... 30

3.5.3 Data Sekunder ... 30

3.6Instrumen Penelitian... 30

3.7Metode Kuesioner dan Observasi ... 30

3.7.1 Alat dan Bahan yang di perlukan ... 31

3.8Analisis Data ... 31

3.9Etika Penelitian ... 32

3.10 Etika Penelitian ... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1. Karakteristik Responden ... 34

4.1.1.1. Umur Responden ... 34

4.1.1.2. Jenis Kelamin Responden ... 35

4.1.2. Tingkat PHBS Responden ... 36

4.1.3.Tingkat Ekonomi, Pendidikan, Pengetahuan dan PHBS Responden... 37

4.1.3.1. Tingkat Ekonomi Responden ... 37

4.1.3.2. Tingkat Pendidikan Responden ... 37

4.1.3.3. Tingkat Pengetahuan Responden ... 38

4.1.3.4. Tingkat PHBS Responden ... 38

4.1.4. Pengaruh Tingkat Ekonomi, Pendidikan, dan Pengetahuan Terhadap PHBS pada Responden ... 39

4.1.4.1. Pengaruh Ekonomi Terhadap PHBS pada Responden ... 39

4.1.4.2. Pengaruh Pendidikan Terhadap PHBS pada Responden ... 4.1.4.3. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap PHBS pada Responden ... 39

4.2. Pembahasan ... 40

4.2.1. PHBS Responden ... 40

4.2.2. Pengaruh Ekonomi, Pendidikan, dan Pengetahuan Terhadap PHBS pada Responden ... 43

4.2.2.1. Pengaruh Ekonomi Terhadap PHBS pada Responden ... 43

4.2.2.2. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap PHBS pada Responden ... 45

4.2.2.3. Pengaruh Tingkat Pengetahuan Terhadap PHBS pada Responden ... 47


(51)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Simpulan

5.2.Saran DAFTAR PUSTAKA


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada warga desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pendidikan responden sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang dasar.

2. Tingkat pengetahuan responden lebih dari setengah masyarakat desa Pekonmon memiliki pengetahuan PHBS baik.

3. Tingkat ekonomi responden sebagian besar masyarakat memiliki tingkat ekonomi kurang.

4. Tingkat penerapan PHBS lebih dari setengah masyarakat desa Pekonmon memiliki PHBS yang baik.

5. Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap PHBS pada masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.


(53)

50

6. Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap PHBS pada masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

7. Tidak ada pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap PHBS pada masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

5.2. Saran

1. Kepada seluruh warga desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat agar lebih ditingkatkan lagi mengenai PHBS agar taraf hidup dapat lebih baik lagi dan juga tingkat kesehatan dan kebersihan lingkungan desa dapat terjaga.

2. Kepada pemerintah desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat agar lebih diperhatikan masalah akses jalan dan juga fasilitas-fasilitas yang tersedia. Penambahan pusat kesehatan di desa sangat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa menjadi lebih baik dan berkualitas.

3. Kepada peneliti lain agar lebih mendalam mengobservasi faktor yang mempengaruhi PHBS dengan menggunakan penelitian kualitatif agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendetail.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia I. 2009. Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (Hik) Di Pasar Kliwon Dan Jebres Kota Surakarta. Surakarta.

Andayani LS. 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumuk Qur'an Stabat.Info Kesehatan Masyarakat.Vol. IX, No. 3, Desember 2005. Hal. 33-38.

Anonimous. 2014. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. http://www.pesisirselatankab.go.id/. diakses pada tanggal 22 Maret 2015 pukul 22:51 WIB

Chaplin JP. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja/grafindo Persada. Depkes RI. 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI.

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010.

Jakarta: Depkes RI.

Depkes, RI. 2010. Panduan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga. Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta

Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2004. Jawa Tengah

Diskamara ER 2009. Hubungan Profil Keluarga dengan Pola Penyakit Pasien Keluarga Binaan Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2006-2008.Jakarta.

Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Furwanto R, Zulfitri R, Hasanah Oswati.. 2011. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan penerapan PHBS tatanan Rumah tangga. 2011.


(55)

Habeahan J. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota medan Tahun 2009. Medan

Haniek H. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan PHBS pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun 2011. Program Studi Pendidikan Dokter fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Irawati E, Wahyuni.. 2011. Gambaran Karakteristik Keluarga tentag PHBS pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen.

Jurnal Gaster. Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (741-749)

Kusumawati Y, Astuti D, Ambarwati. 2008. Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang KEsehatan Lingkungan dengan PHBS.

Jurmal Kesehatan Masyarakat. Vol 1, No 1, Juni 2008.

Putra GGA. 2002. Perilaku Masyarakat Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan PermukimanUntuk Menunjang Program SaptaPesona Pariwisata. Semarang.

Notoajmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplika..Jakarta:Rineka Cipta Sander M.A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya Dengan Kejadian Diare di Desa

Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal MedikaI. Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005: 163-193.

Sari S. 2009. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial Terhadap PHBS pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. 2009

Soejoeti S. 2005. Konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial budaya. Cermin Dunia Kedokteran.Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sumiarto. 1993. Perumahan dan Pemukiman, Sejarah dan Tantangan di Depan, Forum Perencanaan Pembangunan Vol 1 Nomor 2, Desember 1993, Yogyakarta: UGM.


(56)

Walgito B. 1990.Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Widiansyah M. 2014. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Remaja Perokok di Desa Sidorejo Kabupaten Penajar Paser Utara. eJournal Sosiologi Konsentrasi, Vol 2, No. 4, 2014: 1-12 Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan

Pemberntasannya. Jakarta: Erlangga.


(1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

5.2.Saran

DAFTAR PUSTAKA


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada warga desa

Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1.

Tingkat pendidikan responden sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan yang dasar.

2.

Tingkat pengetahuan responden lebih dari setengah masyarakat desa

Pekonmon memiliki pengetahuan PHBS baik.

3.

Tingkat ekonomi responden sebagian besar masyarakat memiliki

tingkat ekonomi kurang.

4.

Tingkat penerapan PHBS lebih dari setengah masyarakat desa

Pekonmon memiliki PHBS yang baik.

5.

Tidak ada pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap PHBS pada

masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir

Barat.


(3)

50

6.

Terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap PHBS pada

masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir

Barat.

7.

Tidak ada pengaruh antara tingkat ekonomi terhadap PHBS pada

masyarakat desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir

Barat.

5.2.

Saran

1.

Kepada seluruh warga desa Pekonmon Kecamatan Ngambur

Kabupaten Pesisir Barat agar lebih ditingkatkan lagi mengenai PHBS

agar taraf hidup dapat lebih baik lagi dan juga tingkat kesehatan dan

kebersihan lingkungan desa dapat terjaga.

2.

Kepada pemerintah desa Pekonmon Kecamatan Ngambur Kabupaten

Pesisir Barat agar lebih diperhatikan masalah akses jalan dan juga

fasilitas-fasilitas yang tersedia. Penambahan pusat kesehatan di desa

sangat membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat desa menjadi

lebih baik dan berkualitas.

3.

Kepada peneliti lain agar lebih mendalam mengobservasi faktor yang

mempengaruhi PHBS dengan menggunakan penelitian kualitatif agar

mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendetail.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia I. 2009. Hubungan Antara Pendidikan, Pendapatan Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Pada Pedagang Hidangan Istimewa Kampung (Hik) Di Pasar Kliwon Dan Jebres Kota Surakarta. Surakarta.

Andayani LS. 2005. Perilaku Santri Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Skabies di Pondok Pesantren Ulumuk Qur'an Stabat.Info Kesehatan Masyarakat.Vol. IX, No. 3, Desember 2005. Hal. 33-38.

Anonimous. 2014. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. http://www.pesisirselatankab.go.id/. diakses pada tanggal 22 Maret 2015 pukul 22:51 WIB

Chaplin JP. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja/grafindo Persada.

Depkes RI. 1992. UU RI No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan. Depkes RI.

Depkes RI. 1999. Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI.

Depkes, RI. 2010.

Panduan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Di Rumah Tangga

.

Pusat Promosi Kesehatan, Jakarta

Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2006. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2004. Jawa Tengah

Diskamara ER 2009. Hubungan Profil Keluarga dengan Pola Penyakit Pasien Keluarga Binaan Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Tahun 2006-2008.Jakarta.

Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Furwanto R, Zulfitri R, Hasanah Oswati.. 2011. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan penerapan PHBS tatanan Rumah tangga. 2011.


(5)

Habeahan J. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Anak-anak di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Kota medan Tahun 2009. Medan

Haniek H. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap dengan PHBS pada Ibu Rumah Tangga di Kecamatan Lubuk Sikaping Tahun 2011. Program Studi Pendidikan Dokter fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Irawati E, Wahyuni.. 2011. Gambaran Karakteristik Keluarga tentag PHBS pada Tatanan Rumah Tangga di Desa Karangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal Gaster. Vol. 8, No. 2 Agustus 2011 (741-749)

Kusumawati Y, Astuti D, Ambarwati. 2008. Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga tentang KEsehatan Lingkungan dengan PHBS. Jurmal Kesehatan Masyarakat. Vol 1, No 1, Juni 2008.

Putra GGA. 2002. Perilaku Masyarakat Dalam Pemeliharaan Kebersihan Lingkungan PermukimanUntuk Menunjang Program SaptaPesona Pariwisata. Semarang.

Notoajmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplika..Jakarta:Rineka Cipta

Sander M.A. 2005. Hubungan Faktor Sosio Budaya Dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal MedikaI. Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005: 163-193.

Sari S. 2009. Pengaruh Persepsi dan Dukungan Sosial Terhadap PHBS pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. 2009

Soejoeti S. 2005. Konsep sehat, sakit dan penyakit dalam konteks sosial budaya. Cermin Dunia Kedokteran.Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanDepartemen Kesehatan RI, Jakarta.

Sumiarto. 1993. Perumahan dan Pemukiman, Sejarah dan Tantangan di Depan, Forum Perencanaan Pembangunan Vol 1 Nomor 2, Desember 1993, Yogyakarta: UGM.


(6)

Walgito B. 1990.Pengantar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Widiansyah M. 2014. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Remaja Perokok di Desa Sidorejo Kabupaten Penajar Paser Utara. eJournal Sosiologi Konsentrasi, Vol 2, No. 4, 2014: 1-12

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan Pemberntasannya. Jakarta: Erlangga.


Dokumen yang terkait

Pengetahuan Dan Sikap Orangtua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga Di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur Tahun 2012

2 75 63

Pengaruh Pengetahuan dan Sarana Sanitasi Lingkungan Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga Di Kecamatan Teupah Barat Kabupaten Simeuleu

2 47 144

Pengetahuan Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Keluarga Di Lingkungan XIII Kelurahan Binjai Estate

1 52 86

Hubungan Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat Pada Keluarga Di Desa Simalingkar Kecamatan Pancurbatu

3 49 85

Hubungan Pendidikan Kesehatan Dengan Perilaku Hidup Sehat Remaja Di Smu Darussalam Medan

3 77 8

Pengaruh Persepsi Dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Masyarakat Nelayan Desa Bagan Kuala Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai

7 74 85

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada Siswa SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 7 11

Pengaruh Predisposisi dan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Desa Simodong Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara 2013

0 0 16

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI PONDOK PESANTREN AL-HIKMAH SEMBEREJO KARANGMOJO GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Pond

0 0 15

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PADA PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA LEBANI SUKO KECAMATAN WRINGIN ANOM KABUPATEN GRESIK

0 2 14