BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Theresia Dian Fransisca BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian yang tinggi diberbagai negara terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian

  penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina, 2010).

  Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai. Akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan masalah yang relatif besar (Sudaryat, 2010). Penyakit diare merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas anak di dunia. Diare menjadi penyebab kedua kematian pada anak di bawah lima tahun, sekitar 760.000 anak meninggal setiap tahun karena diare. Sebagian besar dari mereka disebabkan oleh makanan dan sumber air yang terkontaminasi penyebab diare. Sebesar 780 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum dan 2,5 milyar orang tidak memiliki sanitasi. Diare akibat infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang. Sebagian besar orang yang meninggal karena diare sebenarnya karena dehidrasi berat dan kehilangan cairan (World Health Organization, 2013).

  1 Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 terdapat 30.775 kasus diare. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kasus diare menempati urutan ke-7 dari 10 besar penyakit lainnya, sedangkan kejadian diare pada Balita menempati urutan ke-2 dari 10 besar penyakit lainnya. Kasus diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (31.4%) dan balita (25.2%), sedangkan pada golongan semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat (13.2%) (Riskesdas, 2013).

  Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial kejadian luar biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB diare dengan jumlah penderita 1. 213 orang dan kematian 30 orang (2,47%). Angka kematian saat KLB diare diharapkan <1%. Berdasarkan rekapitulasi KLB diare dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015, bahwa tahun 2008 angka kematian saat KLB masih cukup tinggi (>1%) yaitu 2,94%, kecuali pada tahun 2011 angka kematian saat KLB 0,40%, sedangkan tahun 2015 angka kematian diare saat KLB bahkan meningkat menjadi 2,47%. Angka kesakitan nasional hasil Survei Morbiditas Diare tahun 2012 yaitu sebesar 214/1.000 penduduk. Maka diperkirakan jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan jumlah penderita diare yang dilaporkan ditangani di fasilitas kesehatan sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33%. Data tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 5.405.235 atau 100%. (Kemenkes RI, 2016).

  Proporsi kasus diare di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 67,7 persen, menurun bila dibandingkan proporsi tahun 2014 yaitu 79,8 persen. Hal ini menunjukkan penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Kasus yang diketemukan maupun yang diobati di layanan pemerintah maupun swasta belum semua terlaporkan. Untuk kasus berdasarkan gender antara laki-laki dan perempuan lebih banyak perempuan, hal ini disebabkan bahwa perempuan lebih banyak berhubungan dengan faktor risiko diare, yang penularannya melalui vekal oral, terutama berhubungan dengan sarana air bersih, cara penyajian makanan dan PHBS. Angka penemuan kasus diare tertinggi adalah Kebumen 202,5 persen, sedangkan kabupaten/kota dengan angka penemuan terendah adalah Brebes 11,9 persen. Angka penemuan kasus diare di Kabupaten Banyumas berada pada urutan ke 18 yaitu sebesar 67,8% (Dinkes Jateng, 2015).

  Kasus Diare di Kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun masih tetap tinggi dibanding dengan kasus penyakit lainnya. Angka kesekitan diare Kabupaten Banyumas tahun 2014 adalah 214 /1000 penduduk, sedang pada tahun 2013 adalah 21,55 /1000 penduduk. Cakupan Penemuan kasus Diare tahun 2014 sebesar 100%. Jumlah kasus diare yang ditemukan pada tahun 2015 sebesar 35.006 kasus, sedangkan jumlah kasus diare yang ditangani sebesar 23.728 kasus (67,8) (Dinkes Kab. Banyumas 2015).

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2014) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Dalam Penanggulangan Diare Balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan” bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan kader posyandu dalam penanggulangan diare balita.

  Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2012) yang berjudul “Hubungan Penyuluhan Kesehatan tentang Pencegahan Diare pada Balita dengan Sikap Ibu dalam Pencegahan Diare pada Balita di Puskesmas Kandangan” bahwa adanya hubungan antara penyuluhan kesehatan tentang penegahan diare pada balita dengan sikap ibu dalam pencegahan diare.

  Data kasus diare di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan pada tahun 2015 sebesar 1174 kasus. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 07 November 2016 di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan bahwa kasus diare yang terjadi pada anak balita dari bulan Juli 2016 sampai Oktober 2016 sebanyak 90 orang balita. Rata- rata per bulan sebanyak 23 orang balita yang mengalami diare.

  Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Penyuluhan Kesehatan Kader tentang Diare terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan? ” B.

   Rumusan Masalah

  Di Indonesia penyakit diare masih merupakan penyakit yang sering menyerang pada balita. Walaupun Angka mortalitas diare menurun namun angka morbiditas diare pada balita masih cukup tinggi. Seriusnya dampak akibat penyakit diare pada balita, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita akibat kehilangan cairan yang sering serta terganggunya proses absopsi makanan dan zat nutrien yang dibutuhkan balita untuk pertumbuhan bahkan bisa mengakibatkan kematian pada anak.

  Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat diambil rumusan masalah yaitu “Apakah ada hubungan penyuluhan kesehatan kader tentang diare terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan?

  ” C.

   Tujuan 1.

  Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis Hubungan

  Penyuluhan Kesehatan Kader tentang Diare terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan.

2. Tujuan Khusus a.

  Mendeskripsikan karakteristik responden di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan.

  b.

  Mendeskripsikan penyuluhan kesehatan kader tentang diare di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan.

  c.

  Mendeskripsikan penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan.

  d.

  Menganalisa hubungan penyuluhan kesehatan kader tentang diare terhadap penanganan diare pada anak di Puskesmas Wilayah Kerja Purwokerto Selatan.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti dengan cara mengaplikasikan teori-teori tentang penanganan diare pada anak

  2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai informasi dan pengetahuan tentang pentingnya penyuluhan yang dilakukan oleh kader kesehatan terhadap penanganan diare yang terjadi pada anak.

  3. Bagi instansi terkait Sebagai bahan informasi tentang pentingnya program Penyuluhan Kesehatan kader terhadap penanganan diare pada anak.

  4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai acuan atau referensi bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut tentang diare khususnya dalam hal pemberian penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh kader kesehatan.

E. Penelitian Terkait 1.

  Suryati (2014) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Kader Posyandu Dalam Penanggulangan Diare Balita di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu Jakarta Selatan”. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan keaktifan kader posyandu dalam penanggulangan diare balita.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variable penelitian dan analisa data yang hanya menggunakan analisa univariate dan analisa bivariate.

2. Agustina (2012) yang berjudul “Hubungan Penyuluhan Kesehatan tentang

  Pencegahan Diare pada Balita dengan Sikap Ibu dalam Pencegahan Diare pada Balita di Puskesmas Kandangan”. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya hubungan antara penyuluhan kesehatan tentang penegahan diare pada balita dengan sikap ibu dalam pencegahan diare.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variable penelitian dan uji analisa data menggunakan korelasi

  Spearman’s Rank.

  3. Febrina Ernawati (2012) yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan tentang Diare pada anak jalanan di Semarang”. Desain penelitian ini adalah quasi experimental dengan rancangan the pre and post test group design. Hasil penelitian menyatakan bahwa pendidikan kesehatan berupa penyuluhan, diskusi, dan simulasi dapat meningkatkan pengetahuan tentang diare secara bermakna pada anak jalanan yang ada di Semarang.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable penelitian menggunakan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional

  4. Emanuella Silva Joventino, et al. (2013) yang berjudul “Self-Effectiveness

  

in preventing diarrhea and child care : a transversal study ”. Jenis

  penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini membuktikan hubungan yang signifikan antara tingkat efektivitas ibu dalam mencegah diare anak dan beberapa faktor yang berhubungan dengan perawatan yang diberikan kepada anak.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variable penelitian dan uji analisa data menggunakan korelasi

  Spearman’s Rank.

  5. Sandeepkumar, R., et al. (2014) yang berjudul “A study on the effect of

sklii-based health education on management of cute diarrheal diseases ”.

  Jenis penelitian Quasy Experiment. Hasil penelitian bahwa ada peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan ibu setelah menyampaikan pendidikan kesehatan dalam bentuk mengajar metode yang tepat untuk membuat garam rehidrasi oral.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable penelitian pendidikan kesehatan.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

6. Maria Gabriela Silva Guimares, et al. (2015) yang berjudul “Child health

  

in Peruvian Amozon : Prevalence and factors associated with referred

morbidity and health care acess in the city of Inapari. Hasil penelitian

  bahwa morbiditas utama pada anak-anak di Inapari berhubungan dengan morbiditas diare, gejala pernapasan, anemia, dan muntah.

  Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

  Perbedaaan dengan penelitian yang akan digunakan adalah variable penelitian berupa analisa faktor.