BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pertumbuhan dan Perkembangan a. Pertumbuhan - ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA BALITA USIA 3 TAHUN YANG DIBERI ASI 2 TAHUN DAN TIDAK ASI 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO - re

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pertumbuhan dan Perkembangan a. Pertumbuhan

  1) Pengertian

  Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya

  multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena

  bertambah besarnya sel, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala (Nursalam, 2005).

  Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang biasanya menyangkut ukuran dan struktur biologis (Herawati, 2009).

  Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interceluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan (Narendra, 2010).

  2) Ciri-ciri pertumbuhan

  Ciri-ciri pertumbuhan menurut Narendra (2010) antara lain:

  a) Perubahan ukuran

  Perubahan terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak, terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala dan lain-lain. Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh.

  b) Perubahan proporsi

  Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak atau orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi

  simpisis pubis .

  c) Hilangnya ciri-ciri lama

  Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif. d) Timbulnya ciri-ciri baru

  Timbulnya ciri-ciri baru adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah lepas dan munculnya tanda-tanda seks sekunder seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita

  3) Pola pertumbuhan

  Pola pertumbuhan menurut Narendra (2010) antara lain:

  a) Pola pertumbuhan umum Yang khas pada pertumbuhan umum ialah tinggi badan.

  Sampai usia 2 tahun, pertambahan tinggi badan berlangsung cepat, setelah itu pertumbuhan berlangsung stabil di bawah pengaruh hormon pertumbuhan sampai pubertas. Mulai masa pubertas, hormon kelamin berpengaruh sehingga pertumbuhan berlangsung dengan cepat sampai berhenti pada masa akhil

  balig . Umumnya pertumbuhan organ tubuh mengikuti pola pertumbuhan ini.

  b) Pola pertumbuhan organ limfoid

  Organ limfoid secara cepat mengalami pertumbuhan, sehingga pada usia sekitar 12 tahun mencapai 200% dan berangsur menurun lagi sampai usia dewasa menjadi 100%. Dengan keadaan ini, anak-anak pada masa pubertas relatif lebih kuat daya tahan tubuhnya.

  c) Pola pertumbuhan otak dan kepala

  Pertumbuhan otak dan kepala terjadi paling cepat dibanding bagian tubuh lain sejak kehidupan intrauterin, bahkan berlanjut sampai tahun-tahun pertama kehidupan, sehingga pada usia 6 tahun pertumbuhannya telah mencapai hamper 90% otak orang dewasa.

  d) Pola pertumbuhan organ reproduksi

  Selama masa anak, pertumbuhan dan perkembangan organ kelamin sangat lambat, baru pada masa pubertas terjadi percepatan yang luar biasa mengejar ketinggalannya di masa anak, sehingga dalam waktu singkat menjadi matang.

  Pertumbuhan organ reproduksi ini sejalan pula dengan perkembangan kemampuan seksual seseorang.

  4) Deteksi pertumbuhan

  a) Ukuran antropometri

  (1) Berat badan

  Kenaikan berat badan normal bayi pada triwulan I adalah sekitar 750-1000 gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 gram/bulan, pada triwulan III sekitar 350-450 gram/bulan, dan pada triwulan IV sekitar 250-350 gram/bulan. Selain dengan perkiraan tersebut, BB juga dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus atau pedoman dari Behrman (1992), yaitu: (a)

  Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg (b)

  Berat badan usia 3-12 bulan, (c)

  Umur (bulan) + 9 = n + 9

  2

  2 (d)

  Berat badan usia 1-6 tahun, (Umur (tahun) x 2) + 8 = 2n + 8

  Keterangan: n adalah usia anak Untuk menentukan usia anak dalam bulan, bila lebih 15 hari, dibulatkan ke atas, sementara bila kurang atau sama dengan 15 hari dihilangkan (Nursalam, 2005). (2)

  Tinggi badan Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan rata-rata adalah sebesar + 50 cm. Menurut Behrman (1992), menyebutkan bahwa seperti halnya berat badan, tinggi badan juga dapat diperkirakan berdasarkan rumus, yaitu: (a)

  Perkiraan panjang lahir: 50 cm (b)

  Perkiraan panjang badan usia 1 tahun = 1,5 x panjang badan lahir

  (c) Perkiraan tinggi badan usia 2-12 tahun = (umur x 6) + 77

  = 6n + 77 Keterangan: n adalah usia anak dalam tahun, bila usia lebih 6 bulan dibulatkan ke atas, bila 6 bulan atau kurang, dihilangkan.

  Tinggi badan merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2005).

  (3) Lingkar kepala

  Secara normal, ukuran lingkar kepala adalah 34-35 cm. Kemudian akan bertambah sekitar 0,5 cm/bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm dan pada tahuntahun pertama lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun, setelah itu sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah + 10 cm. pengukuran lingkar kepala dapat diukur dengan menggunakan pita pengukuran yang disebut meteran (Nursalam, 2005).

  (4) Lingkar lengan atas (Lila)

  Saat lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm.

  Keuntungan dari pengukuran lila adalah murah, mudah, alatnya bisa dibuat sendiri, dan siapa saja dapat melakukannya. Namun kadang-kadang hasil pengukuran kurang akurat karena sukar untuk mengukur lila tanpa mengukur jaringan (Nursalam, 2005).

  b) Keseluruhan fisik

  Dengan pemeriksaan fisik, dapat diketahui apakah seorang anak berada dalam keadaan sakit atau sehat. Di lapangan, pemeriksaan fisik jarang dilakukan untuk menentukan keadaan pertumbuhan anak, padahal perlu diketahui kemungkinan terdapatnya gangguan pada fisik anak. Hal-hal yang dapat diamati dari pemeriksaan fisik meliputi keseluruhan fisik, jaringan otot, jaringan lemak, rambut dan gigi (Nursalam, 2005).

  c) Pemeriksaan laboratorium dan radiologis

  Pemeriksaan laboratorium dan radiologis baru dilakukan di klinik apabila terdapat gejala atau tanda akan adanya suatu gangguan/penyakit, misalnya anemia atau pertumbuhan fisik yang tidak normal. Pemeriksaan radiologis dilakukan terutama untuk menilai umur biologis, yaitu umur tulang (boneage). Biasanya, hal tersebut dilakukan bila ada kecurigaan akan adanya gangguan pertumbuhan (Nursalam, 2005).

  5) Alat Ukur Pertumbuhan

  IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5 tahun dapat menggunakan kurva pertumbuhan WHO. WHO mengeluarkan sebuah kurva pertumbuhan “standar” yang menggambarkan pertumbuhan anak umur 0-59 bulan di lingkungan yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan optimal anak. Pertumbuhan fisik anak umumnya dinilai dengan menggunakan ukuran antropometik, yaitu : berat badan (BB) terhadap umur, tinggi badan (TB) terhadap umur dan Lingkar kepala terhadap umur dengan alat yang digunakan adalah timbangan berat badan, meteran tinggi badan dan pita meteran untuk lingkar kepala. Hasi pengukuran antropometik tersebut dibandingkan dengan kurva pertumbuhan WHO (IDAI, 2006).

b. Perkembangan

  1) Definisi

  Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2010).

  Menurut Purwanti (2009), perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada kualitas fungsi organ- organ jasmani, sehingga penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis (Herawati, 2009).

  Ikatan Dokter Anak Indonesia (2005) menyebutkan bahwa perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, 2005).

  Ada berbagai faktor mengapa perkembangan fisik anak sedikit lebih cepat atau lebih lama. Pembawaan keluarga memiliki pengaruh sangat kuat terhadap berat, tinggi, dan tingkat perkembangan anak. Cara orangtua mengasuh anak juga terbukti mempengaruhi seberapa baik anak tumbuh. Sering-sering ajak anak berbicara atau bernyanyi, berikan dia pelukan, ditimang, rasa tenang, cinta dan perhatian sebanyak mungkin (Shahnaz, 2007). 2)

  Ciri-ciri perkembangan Ciri-ciri perkembangan menurut Narendra (2010) antara lain:

  a) Perkembangan melibatkan perubahan

  Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada organ kelamin, perkembangan kecerdasan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.

  b) Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

  Perkembangan awal merupakan masa kritis, karena hal tersebut akan menentukan perkembangan selanjutnya.

  Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

  c) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

  Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap tersebut tidak dapat terbalik, misalnya anak dapat berdiri terlebih dahulu sebelum berjalan.

  d) Perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan

  Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, dan juga daya nalar. 3)

  Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

  a) Hereditas (Keturunan/pembawaan)

  Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi

  perkembangan individu. Dalam hal ini diartikan sebagai pembawaan khusus dari individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau segala potensi, baik fisik (seperti kecenderungan berbadan gemuk, tinggi dan sebagainya) maupun psikis (seperti kecenderungan menjadi pendiam, lincah, pandai dan sebagainya) yang dimiliki individu sejak masa

  konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen (Herawati, 2009).

  b) Lingkungan

  Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan dan sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat potensinya. Lingkungan ini merupakan lingkungan bio-fisika- psiko-sosial yang memengaruhi individu setiap hari, mulai dari

  konsepsi sampai akhir hayatnya (Herawati, 2009).

  4) Penilaian perkembangan

  Terkait dengan upaya memberikan asuhan kesehatan pada balita supaya dapat melakukan deteksi perkembangan anak, seseorang lebih dahulu harus memahami aspek-aspek dalam perkembangan anak (Nursalam, 2005). Aspek-aspek perkembangan yang dipantau meliputi: a) Gerak kasar atau motorik kasar

  Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otototot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya (Kusnandi, et al., 2010).

  b) Gerak halus atau motorik halus

  Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti, mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya (Kusnandi, et al., 2010).

  c) Kemampuan bicara dan bahasa

  Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya (Kusnandi, et al., 2010).

  d) Sosialisasi dan kemandirian

  Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, merapikan mainan selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya dan sebagainya (Kunandi, et al., 2010).

  5) Alat Ukur Perkembangan

  DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainanperkembangan anak, yang dibuat oleh Fran Kenburg dan J.

  B Doddsuntuk mengetahui perkembangan motorik anak pada saat pemeriksaan saja dan dapat memperkirakan perkembangan anak dimasa yang akan datang, bukan merupakan tes diagnostik atau tes Intelegensi, tetapi memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini dinilai lebih mudah dibanding tes perkembangan yang lain dan dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Tes ini dapat dilakukan kapan saja dengan menggunakan alat sederhana. Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan terdari beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasi antara 85-100% bayi dan anakanak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada ”follow up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian. Penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapatmengidentifikasi lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara.Frankenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari DDST tersebut dinamakan Denver II (Soetjiningsih, 2010)

c. Tumbuh Kembang

  Faktor- faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang menurut Supartini (2004) adalah faktor herediter, faktor lingkungan dan faktor internal

  1) Faktor Herediter

  Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan adalah jenis kelamin, ras dan kebangsaan (Marlow dalam Supartini 2004). Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki cenderung lebih tinggi daripada anak perempuan dan hal ini bertahan sampai usia tertentu karena anak perempuan biasanya lebih awal mengalami pubertas sehingga kebanyakan usia tersebut, anak perempuan lebih tinggi dan besar. Akan tetapi begitu anak laki- laki memasuki masa pubertas, mereka akan berubah lebih tinggi dan besar daripada anak perempuan.

  Ras dan suku dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa suku bangsa menunjukan karakteristik yang khas, misalnya suku asmat di Irian Jaya secara turun temurun berkulit hitam, demikian juga kebangsaan tertentu seterusnya hingga terbentuknya segumpalan daging dan menjadi embrio, kemudian janin. Bertambahnya berat badan bayi beberapa kali lipat dibandingkan berat saat bayi baru lahir

  2) Faktor Lingkungan

  Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak adalah lingkungan prenatal, lingkungan eksternal dan lingkungan internal anak.

  a) Lingkungan Prenatal

  Lingkungan didalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan fetus terutama karena ada selaput yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah gangguan nitrisi karena ibu kurang mendapat gizi adekuat baik secara kuantitas maupun kuantitas, gangguan endokrin pada ibu seperti diabetes mellitus, ibu yang mendapat terapi sitostatika atau yang mengalami infeksi rubella, toksoplasmosis, sifilis dan herpes. Intinya apa yang dialami oleh ibu akan bertdampak pada kondisi pertumbuhan dan perkembangan fetus.

  b) Pengaruh Budaya Lingkungan

  Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan dan memahami kesehatan serta perilaku hidup sehat. Pola prilaku ibu yang sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya ada beberapa larangan untuk makanan tertentu padahal zat gisi tersebut diperlukan dalam pertumbuhan janin. Begitu juga keyakinan untuk melahirkan dengan meminta pertolongan petugas kesehatan disarana kesehatan atau tetap memilih dukun beranak, dilandasi oleh budaya yang dialami. Setelah anak lahir, dia dibesarkan dengan pola asuh keluarga yang juga dilandasi oleh nilai budaya yang ada dimasyarakat. Anak yang dibesarkan dilingkungan petani dipedesaan akan mempunyai pola kebiasaan atau perilaku yang berbeda dengan mereka yang dibesarkan dikota besar seperti metropolitan.

c) Status Sosial dan Ekonomi Keluarga.

  Anak yang berada dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak keterbatasan untuk memberi makanan bergisi, membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lain, tentunya keluarganya akan mendapatkan kesulitan untuk membantu anak mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal sesuai tahap usianya. Keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah juga sering kali tidak dapat, tidak mau dan tidak meyakini pentingnya penggunaan fasilitas kesehatan yang dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan anaknya, misal pentingnya imunisasi untuk anak atau penggunaan sarana kesehatan untuk berobat sehingga pada akhirnya mereka masih menggunakan praktik pemeliharaan kesehatan secara tradisional yaitu pergi kedukun yang praktik pertolongan yang belum dapat dibuktukan hasilnya secara ilmiah yang dapat mempertahankan kesehatan anak.

  d) Nutrisi

  Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus dikomsumsi secara seimbang dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pada tahap usianya. Khususnya selama periode pertumbuhan dan perkembangan secara cepat seperti masa prenatal, usia bayi atau remaja akan membutuhkan lebih banyak kalori dan protein. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan hanya karena kurang adekuatnya asupan gizi tersebut. Asupan nutrisi yang berlebih juga dapat menimbulakan dampak yang buruk pula bagi kesehatan anak misalnya terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalan sel/jaringan, bahkan pada pembuluh darah sehingga bila anak sakit, pertumbuhan dan perkembangan terganggu.

  e) Iklim dan Cuaca

  Iklim tertentu dapat mempengaruhi status kesehatan anak seperti pada musim penghujan yang dapat menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu yang akan menyebabkan sulitnya transportasi sehingga sulit mendapatkan bahan makanan, bahwa timbul berbagai penyakit menular seperti diare dan penyakit kulit yang dapat mengancam semua orang termasuk bayi dan anak-anak. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak yang sangat rentan terhadap penyakit menular.

  Apabila daya tahan tubuh mereka sedang munurun yang juga akibat status nutrisi yang tidak adekuat, mereka akan dengan mudah terjangkit penyakit menular tersebut. Pada beberapa tempat yang andemis untuk terjadi wabah demam berdarah, terjadi perubahan cuaca akan berakibat atas peningkatan angka kejadian demam berdarah. Demikian juga dimusim kemarau ketika sulit mendapatkan air bersih, angka kejadian seperti diare akan meningkat. Oleh karena itu masyarakat harus mempunyai kemampuan untuk mengantisipasi kejadian tersebut dan melakukan tindakan pencegahan. Status kesehatan anak tertentu akan berdamapak pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut.

  f) Olahraga/ latihan fisik

  Olahraga atau latihan fisik berdampak pada pertumbuhan fisik maupun perkembangan psikososial anak. Secara fisik manfaat olahraga atau latihan fisik yang terus dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga akan meningkatkan aktifitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan pertumbuhan sel. Pada saat olahraga anak juga akan berinteraksi dengan teman sepermainan dan mengenal aturan yang berlaku serta belajar menaatinya untuk tujuan bersama misalnya sepak bola yang dilakukan oleh kelompok anak sekolah. Aktifitas fisik dari permainan sepak bola akan membantu pertumbuhan sel, selain itu anak juga ditanamkan aturan permainan yang harus mereka taati bersama dan inter sosial yang jalankan mereka memiliki kemampuan untuk berkominikasi dengan sesama teman.

  Permainan sangatlah penting karena merupakan media kominikasi antara anak dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan di Rumah Sakit. Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang ditunjukan selama melakukan permainan atau melalui interksi yang ditunjukan anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya (Supartini, 2004). Permainan anak setiap usia melibatkan koordinasi motorik. Apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermainnya bergantung pada perkembangan motor mereka. Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif. g) Posisi Anak dalam Keluarga

  Anak tunggal, anak tengah, anak bungsu akan mempengaruhi bagaimana pola anak tersebut diasuh dan didik dalam keluarga. Anak tunggal tidak mempunyai teman bicara dan beraktifitas kecuali dengan orang tuanya. Oleh karena itu kemampuan intelektual anak tunggal akan dapat lebih cepat berkembang dan mengembangkan harga diri positif karena secara terus- menerus berinteraksi dengan orang dewasa, yaitu orang tuanya dan dapat menstimulasi secara psikososial. Akan tetapi mereka biasanya lebih tergantung dan kurang mandiri. Perkembangan motorik lebih lambat karena tidak ada stimulasi untuk melakukan aktifitas fisik yang biasanya dilakukan oleh saudara kandungnya. 3)

  Faktor Internal Berikut ini akan diuraikan faktor internal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

  a) Kecerdasan

  Ada tiga faktor hormon yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu hormon somatotropik, hormon tiroid dan hormon gonadotropin. Hormon somatotropik (growth

  Hormon ) terutama digunakan selama masa kanak - kanak yang

  mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan sistem skelet. Apabila kelebihan hormon ini akan menyebabkan gigantisme, yaitu anak tumbuh sangat tinggi dan besar, apabila kekurangan akan menyebabkan kerdil.

  Hormon Tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, sedangkan hormon gonatropik menstimulasi pertumbuan sel interstitial dari testis untuk memproduksi testosteron, dan ovarium untuk produksi estrogen. Selanjutnya testosteron akan menstimulasi perkembangan karakteristik sex sekunder anak laki- laki yaitu menghasilkan spermatozoa, sedangkan estrogen akan menstimulasi perkembangan karakteristik sexs sekunder akan perempuan yaitu menghasilkan ovum.

  b) Pengaruh Emosi

  Orang tua terutama ibu adalah orang terdekat tempat anak belajar untuk bertumbuh dan berkembang. Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Apabila orang tua memberi contoh perilaku emosional yang melempar sandal atau sepetu bekas dipakai, membentak saat anak rewel, marah saat jengkel, anak akan belajar untuk meniru prilaku orang tua tersebut. Anak belajar mengekspresikan perasaan dan emosi dengan meniru perilaku orang tua tersebut. Apabila pola seperti ini dibiarkan anak akan mengembangkan prilaku emosional seperti diatas kerena maturasi atau pengamatan kepribadian diperoleh anak melalui proses belajar dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu orang tua harus berhati-hati dalam bersikap karena apabila senang membentak anak akan menjadi belajar untuk bicara kasar pada orang lain. Apabila orang tua suka memukul saat marah dan jengkel anak akan belajar bersikap kasar pada orang lain. Orang tua adalah model peran bagi anak.

2. ASI Eksklusif a.

  Defenisi ASI Eksklusif ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organization) adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia 6 bulan sistem pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan sempurna sehingga ia belum mampu mencerna makanan selain ASI (Marimbi, 2010).

  ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi (Indiarti, 2009). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Weni, 2011) b.

  Manfaat ASI dan Menyusui Menurut Weni (2011), manfaat ASI ada 4 yaitu:

  1) Manfaat ASI bagi bayi

  a) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik

  b) Mengandung antibodi

  c) ASI mengandung komposisi yang tepa

  d) Mengurangi kejadian karies gigi.

  e) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan antar ibu dan bayi f)

  Terhindar dari alergi

  g) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

  h) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi karena gerakan menghisap mulut bayi pada payudara

  2) Manfaat ASI bagi ibu

  a) Aspek kontrasepsi

  Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin. Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya tidak ada ovulasi.

  b) Aspek kesehatan ibu.

  Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mamae pada ibu menyusui lebih rendah dibanding ibu yang tidak menyusui.

  c) Aspek penurunan berat badan.

  Ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula sebelum hamil.

  Pada saat hamil, badan bertambah berat selain karena ada janin juga karena penimbunan lemak pada tubuh. Cadangan lemak ini sebetulnya memang disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.

  d) Aspek psikologis.

  Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

  3) Manfaat ASI bagi keluarga

  a) Aspek ekonomi.

  ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.

  b) Aspek psikologi.

  Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

  c) Aspek kemudahan.

  Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan. 4)

  Manfaat ASI bagi Negara

  a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi.

  Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi. Bayi yang tetap diberikan ASI ternyata juga terlindungi dari diare karena kontaminasi makanan yang tercemar bakteri menjadi lebih kecil.

  b) Menghemat devisa Negara.

  ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp. 8,6 milyar yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula. c) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit.

  Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.

  d) Peningkatan kualitas generasi penerus.

  Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

  c.

  Komponen ASI Susu menjadi salah satu sumber nutrisi bagi manusia, komponen

  ASI sangat rumit dan berisi lebih dari 100.000 biologi komponen unik, yang memainkan peran utama dalam perlawanan penyakit pada bayi.

  Berikut komponen penting dari ASI menurut Proverawati (2010) : 1)

  Kolostrum Cairan susu kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada sel alveoli payudara ibu. Sesuai untuk kapasitas pencernaan bayi dan kemampuan ginjal baru lahir yang belum mampu menerima makanan dalam volume besar. Jumlahnya tidak terlalu banyak tetapi kaya gizi dan sangat baik bagi bayi. Kolostrum mengandung karoten dan vitamin A yang sangat tinggi.

  2) Protein

  Protein dalam ASI terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang mudah dicerna). ASI lebih banyak mengandung whey daripada casein sehingga protein ASI mudah dicerna.

  3) Lemak

  Lemak ASI adalah penghasil kalori (energi) utama dan merupakan komponen zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. 4)

  Laktosa Merupakan karbohidrat utama pada ASI. Fungsinya sebagai sumber energi, meningkatkan absorbs kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus. 5)

  Vitamin A Konsentrasi vitamin A berkisar pada 200 UI/dl.

  6) Zat Besi

  Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5-1,0 mg/ltr), bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat besi pada ASI mudah dicerna. 7)

  Taurin Berupa asam amino dan berfungsi sebagai neurotransmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi. DHA dan ARA merupakan bagian dari kelompok molekul yang dikenal sebagai

  

omega fatty acids . DHA (docosahexaenoic acid) adalah sebuah blok

bangunan utama di otak sebagai pusat kecerdasan dan di jala mata.

  Akumulasi DHA di otak lebih besar dari dua tahun pertama kehidupan. ARA (arachidonic acid) yang ditemukan di seluruh tubuh dan bekerja bersama-sama dengan DHA untuk mendukung visual dan perkembangan mental bayi. 8)

  Lactobasilus Berfungsi menghambat pertumbuhan mikoorganisme seperti bakteri E.Coli yang sering menyebabkan diare pada bayi.

  9) Lactoferin

  Sebuah besi batas yang mengikat protein ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang. Memiliki efek langsung pada antibiotic berpontensi berbahaya seperti bakteri Staphylococci dan E.Coli. Hal ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam kolostrum, tetapi berlangsung sepanjang seluruh tahun pertama bermanfaat menghambat bakteri staphylococcus dan jamur candida. 10)

  Lisozim Dapat mencegah dinding bakteri sekaligus mengurangi insiden

  caries dentis dan maloklusi. Enzim pencernaan yang kuat akan

  ditemukan dalam ASI pada tingkat 50 kali lebih tinggi daripada dalam rumus. Lysozyme menghancurkan bakteri berbahaya dan akhirnya menghambat keseimbangan rumit bakteri yang menghuni usus.

  d.

  Produksi ASI ASI dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses laktasi. Keberhasilan laktasi ini dipengaruhi oleh kondisi sebelum dan saat kehamilan berlangsung. Kondisi sebelum kehamilan ditentukan oleh perkembangan payudara saat lahir dan pubertas. Sedangkan kondisi pada saat kehamilan yaitu pada trimester II dimana payudara mengalami pembesaran oleh karena pertumbuhan dan diferensiasi dari lobulo alveolar dan sel epitel payudara. Pada saat pembesaran payudara, hormon prolaktin dan laktogen placenta aktif bekerja dalam memproduksi ASI (Proverawati, 2010).

  Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut bayi pada puting payudara ibu. Gerakan-gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin, yaitu hormone utama yang mengendalikan pengeluaran ASI.

  Proses pengeluaran ASI juga tergantung pada let down reflek, dimana isapan puting dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat mengalir secara lancar. Keluarnya ASI terjadi sekitar hari ketiga setelah bayi lahir, dan kemudian terjadi peningkatan aliran susu yang cepat pada minggu pertama, meskipun kadang-kadang agak tertunda sampai beberapa hari. Larangan bagi bayi untuk menghisap puting ibu akan banyak menghambat keluarnya ASI, sementara menyusui bayi menurut permintaan bayi secara naluriah akan memberikan hasil yang baik. Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung ASI serta adanya faktor kelainan anatomis yang mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan ASI sangat jarang terjadi (Proverawati, 2010).

  Menurut Prasetyono (2009) berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga yaitu, kolostrum, foremilk dan hindmilk.

  1) Kolostrum

  Kolostrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi dilahirkan. Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi.

  Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit. Pada masa awal menyusui, kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh.

  Meskipun sedikit, kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya. Selanjutnya, secara berangsur-angsur produksi kolostrum berkurang saat ASI keluar pada hari ketiga sampai kelima.

  Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak. Kolostrum disekresi oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga atau keempat sejak masa laktasi (Baskoro, 2008).

  2) Foremilk

  Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini hanya mengandung sekitar1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi. 3)

  Hindmilk

  Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui

  hampir selesai. Hindmilk sangak kaya, kental dan penuh lemak bervitamin, sebagaimana hidangan utama setelah sup pembuka. Air susu ini sebagian besar energy. yang dibutuhkan oleh bayi.

  e.

  Pola Pemberian ASI ASI harus diberikan kepada bayinya sesering mungkin dan dalam waktu lama, misalnya hingga bayi berusia 2 tahun. Sesungguhnya, ASI bernutrisi tinggi hanya diproduksi oleh payudara ibu sampai bayi berusia 6 bulan. Oleh karena itu ibu mesti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Meskipun setelah berumur 4 bulan atau 6 bulan bayi memperoleh makanan tambahan pemberian ASI harus dilanjutkan minimal sampai 12 bulan atau sebaiknya 24 bulan. Sebab ASI memberikan sejumlah zat-zat yang berguna untuk bayi, seperti lemak, protein bermutu tinggi, vitamin dan mineral (Prasetyono, 2009).

  Ketika bayi menangis, ibu harus segera menyusuinya, meskipun hal itu terjadi pada malam hari, baik bayi tidur bersama ibu ataupun tidur terpisah. Pemberian ASI pada beberapa hari pertama setelah kelahiran bayi tidak harus dari satu payudara tetapi bayi mesti diberi ASI dari kedua payudara secara bergantian. Tindakan tersebut mencegah terjadinya pengerasan payudara (Prasetyono, 2009).

  Biarkan bayi menyusui sesuai permintaannya. Bayi yang menyusu sesuai permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.

  Biasanya bayi langsung mengosongkan payudara pertama dalam beberapa menit. Frekuensi menyusui dapat diatur sedemikian rupa dengan membuat jadwal rutin (Prasetyono, 2009).

3. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang Anak

  Rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi Tumbuh Kembang Anak (TKA). Padahal, kandungan ASI kaya akan karetonoid dan selenium, sehingga ASI berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai penyakit. Setiap tetes ASI juga mengandung mineral dan enzim untuk pencegahan penyakit dan antibodi yang lebih efektif dibandingkan dengan kandungan yang terdapat dalam susu formula, sehingga jika anak mendapatkan ASI bisa dihindarkan dari kematian yang seharusnya tidak perlu. Susu formula dapat meningkatkan resiko terjadinya asma dan alergi. Sementara itu, menurut Satuan Tugas ASI Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian ASI bisa menurunkan persentase kematian hingga 13 % (Dwiharso, 2010).

  Masa tumbuh kembang anak membutuhkan asupan gizi yang diperoleh melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Analisis situasi kondisi ibu dan anak yang menyangkut upaya peningkatan pemberian ASI hingga kini masih belum menunjukkan kondisi yang menggembirakan. Gangguan tumbuh kembang pada awal kehidupan bayi diantaranya disebabkan karena kekurangan gizi sejak bayi, pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang terlalu dini atau terlalu lambat, MP-ASI tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi, perawatan bayi yang kurang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya ibu tidak memberi ASI eksklusif kepada bayinya (Linkages, 2011).

  Menurut hasil penelitian Meriyani (2009) secara umum pertumbuhan balita dari segi berat badan pada status pemberian ASI tidak eksklusif berada pada kategori sesuai standar lebih tinggi daripada pemberian ASI eksklusif dikarenakan ibu yang memberikan ASI eksklusif tidak memberikan asupan makanan pendamping. Menurut hasil Penelitian Fitriani (2006) secara umum pertumbuhan batita dari segi tinggi badan pada pemberian ASI tidak eksklusif kategori sesuai standar lebih tinggi dibanding pada pemberian ASI eksklusif hal ini dikarenakan perhatian akan memberikan makanan yang bergizi sangat kurang.

  Menurut hasil Penelitian Fitriani (2006) secara umum pertumbuhan batita dari segi lingkar kepala pada status pemberian ASI tidak eksklusif berada pada kategori sesuai standar lebih tinggi daripada pemberian ASI eksklusif dikarenakan ibu yang memberikan ASI eksklusif masih kurang memberikan makanan yang bergizi tinggi.

  Penelitian yang dilakukan oleh Ni Made di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan perkembangan bayi. Penelitian Novita dkk (2007) di lingkungan Puskesmas Cigondewah, Bandung menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang mendapat ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Rata- rata IQ bayi ASI eksklusif 128,3 dengan rentang IQ 112- 142 sedangkan bayi ASI noneksklusif rata-rata 114,4 dengan rentang IQ 82-137.

B. Kerangka Teori

  Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang.

  Faktor Herediter: Faktor Lingkungan: Faktor Internal: a.

  a.

  a. Keturunan Lingkungan Prenatal Kecerdasan b.

  b.

  b. Suku/ras Budaya Pengaruh Emosi c.

  Sosial ekonomi d. Nutrisi e. Cuaca f. Latihan fisik g.

  Posisi anak Nutrisi

  Pemberian ASI Manfaat Pemberian ASI: a.

  Bagi Bayi Manfaat ASI bagi Anak b. Bagi Ibu c.

  Bagi Keluarga d. Bagi Negara

  Pertumbuhan Dan Perkembangananak

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber modifikasi : Supartini (2004), Mutiah (2010), Weni (2010)

C. Kerangka Konsep Variabel Independent Variabel Dependent

  Pemberian ASI Pertumbuhan dan perkembangan anak pada balita usia 3 tahun

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

  Keterangan : : Yang diteliti : Arah penelitian D.

   Hipotesis

  Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: ada perbedaan pertumbuhan dan perkembangan balita usia 3 tahun yang diberi ASI 2 tahun dan tidak diberi ASI 2 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Leksono Wonosobo Tahun 2014.

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN FREKUENSI REGURGITASI PADA BAYI USIA 0­6 BULAN ATERM YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALONGSARI KOTAMADYA MOJOKERTO

0 18 2

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI 0 – 6 BULAN YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN MULYOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOREJO SURABAYA

0 0 5

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI USIA 6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN ASI TIDAK EKSKLUSIF DI KELURAHAN BUMIJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS JETIS YOGYAKARTA

0 0 15

HUBUNGAN STATUS GIZI BALITA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI POSYANDU RW 05 WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAMPLAN TAHUN 2018

0 0 10

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN TOILETING PADA ANAK UMUR 2 – 3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGKAJENE KABUPATEN SIDRAP

0 0 41

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori - HUBUNGAN ANTARA IBU BEKERJA DAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS 1 KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi - Dede Setiawan BAB II

0 3 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Persalinan a. Pengertian - Awalia Rahmawati BAB II

1 5 58

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA BALITA USIA 3 TAHUN YANG DIBERI ASI 2 TAHUN DAN TIDAK ASI 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK PADA BALITA USIA 3 TAHUN YANG DIBERI ASI 2 TAHUN DAN TIDAK ASI 2 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEKSONO 1 WONOSOBO - repository perpustakaan

0 0 12