Praktik Penyelesaian Perkara (perdata) - Repository UNIKOM

  Praktek Hukum Perdata Praktek Hukum Perdata

  Oleh Oleh

  HETTY HASSANAH HETTY HASSANAH

TAHAP ADMINISTRATIF TAHAP ADMINISTRATIF PENGGUGAT KEPALA PANITERA KETUA

  Mendaftarkan

PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI

  • Menerima pendaftaran

  Gugatan melalui Setelah membaca gugatan dan men-

  Kepala PP PN berkas gugatan, catatkannya dalam menetapkan Majelis Hakim yg berwenang buku register perkara yang akan memeriksa dg membayar perdata. dan mengadili perkara.

  • Meneruskan perkara

  uang muka perkara kepada Ketua PN.

  PENGGUGAT Menerima surat panggilan dan

PANITERA/JURUSITA

  menandatangani Membuat dan MAJELIS HAKIM (KETUA) berita acaranya . mengirimkan surat

  • Menetapkan hari panggilan sidang I sidang I.

  kepada para pihak Tergugat

  • Memerintahkan beserta berita Menerima

  Panitera perkara salinan gugatan, acaranya. membuat dan surat panggilan & mengirimkan surat menandatangani panggilan. berita acaranya .

  SIDANG I SIDANG I KEMUNGKINAN: KEMUNGKINAN:

  • -

TAHAP YUDISIAL

  Penggugat dan Tergugat hadir Penggugat dan Tergugat hadir maka sidang dibuka dan Majelis maka sidang dibuka dan Majelis

  Hakim wajib mengupayakan Hakim wajib mengupayakan perdamaian. Bila mereka setuju perdamaian. Bila mereka setuju untuk berdamai maka dibuatlah untuk berdamai maka dibuatlah

  Akta van dading Akta van dading

  (130 HIR), (130 HIR), akan tetapi bila tidak tercapai akan tetapi bila tidak tercapai perdamaian maka sidang perdamaian maka sidang dilanjutkan. dilanjutkan. -

  Penggugat hadir Tergugat tidak Penggugat hadir Tergugat tidak hadir, hakim akan memeriksa hadir, hakim akan memeriksa

  Berita Acara Panggilan bila telah Berita Acara Panggilan bila telah sah dan patut maka Tergugat sah dan patut maka Tergugat akan dipanggil kembali (127 akan dipanggil kembali (127

  HIR). Apabila ternyata Tergugat HIR). Apabila ternyata Tergugat tetap tidak hadir juga maka tetap tidak hadir juga maka perkara tersebut diputus secara perkara tersebut diputus secara verstek verstek

  (125 HIR).

  (125 HIR).

  • Penggugat tidak hadir, Tergugat Penggugat tidak hadir, Tergugat hadir, hakim memeriksa BAP,

  hadir, hakim memeriksa BAP, dan mengadakan pemanggilan dan mengadakan pemanggilan kembali pad pihak yang tidak kembali pad pihak yang tidak hadir (126HIR), bila Penggugat hadir (126HIR), bila Penggugat tetap tidak hadir maka perkara tetap tidak hadir maka perkara diputus secara gugur. (124 HIR) diputus secara gugur. (124 HIR)

  • Penggugat dan Tergugat tidak Penggugat dan Tergugat tidak hadir, maka akan dilakukan

  hadir, maka akan dilakukan pemanggilan kembali hingga pemanggilan kembali hingga biaya perkara habis. biaya perkara habis.

  • - - Mediasi(PERMA No. 2 tahun Mediasi(PERMA No. 2 tahun 2003) 2003)
  • JAWAB MENJAWAB 1. Jawaban Dibuat oleh Tergugat. Bentuk: - Eksepsi, yakni tanggapan yang tidak mengenai pokok perkara. Eksepsi ada 2, yaitu (1) eksepsi materiil atau peremptoir (antara lain: kompetensi (Pasal 125 ayat (2), 133, 134 dan 136 HIR, nebis in idem, objek yang sama juga sedang disidangkan) dan (2) eksepsi formil atau dilatoir (antara lain: gugatan premature, gugatan kurang pihak, obscuur libel, dll). - Jawaban, yakni tanggapan mengenai pokok perkara. Isinya ada 3 yaitu: mengakui, menolak, dan referte. - Rekonpensi, yakni gugatan balasan

    (132 huruf a dan b HIR).

    2. Replik Dibuat oleh Penggugat, guna mempertahankan dalil-dalil dalam gugatan dan mematahkan dalil-dalil

    dalam jawaban Tergugat.

    3. Duplik

    Dibuat oleh Tergugat, guna

    mempertahankan dan memperkuat dalil-dalil dalam jawaban dan mematahkan dalil-dalil dalam replik Penggugat. PEMBUKTIAN - S iapa yang mendalilkan sesuatu, dia harus membuktikan (Pasal 163 HIR). - Alat bukti (Pasal 164 HIR): (1) Bukti Surat (biasa, otentik, akte di bawah tangan, Pasal 137 dan 165 HIR); (2) Saksi (Pasal 145 ayat (1) HIR); (3) Persangkaan (hakim dan undang- undang); (4) Pengakuan (dalam sidang dan diluar sidang, Pasal 174-176 HIR); dan (5) Sumpah (diminta oleh hakim dan pihak lawan, Pasal 155, 156, 158, dan 177 HIR). PUTUSAN DAN EKSEKUSI - P enggolongan putusan: (1) Putusan akhir, yakni putusan yang mengakhiri sengketa, dan (2) Putusan sela, yakni putusan yang diberikan guna memperlancar jalannya persidangan. - Sifat putusan: (1) Condemnatoir (menghukum); (2) Declaratoir (menyatakan); (3) Constitutive (menimbulkan hubungan hukum baru dan menghilangkan hubungan hukum yang lama). - Asas-asas eksekusi: (1) Dijalankan apabila pihak yang kalah tidak secara sukarela menjalankan isi putusan; (2) Dijalankan terhadap putusan inkracht (kecuali putusan Sertamerta, provisi, gorsse akte, perdamaian); (3) Dilaksanakan dibawah perintah Ketua Pengadilan Negeri, dll. - Macam eksekusi: (1) eksekusi riil; (2) eksekusi membayar sejumlah uang; (3) Eksekusi melakukan suatu pekerjaan, dll.

    TAHAP YUDISIAL

      Sidang hari I Mediasi Berhasil Akta Perdamaian

      Pembacaan Gugatan Jawaban Replik

      Duplik Pembuktian Kesimpulan Putusan Hakim

      Putusan Hakim Upaya Hukum

      Upaya Hukum Upaya Hukum

      Putusan Hakim Putusan Hakim

      Upaya Hukum Biasa

      Upaya Hukum Luar Biasa

      Banding Kasasi Verzet Peninjauan Kembali

      Derden Verzet

      

    GUGATAN (1)

    GUGATAN (1)

       Gugatan pada prinsipnya didefinisikan

      Gugatan pada prinsipnya didefinisikan merupakan tuntutan hukum guna merupakan tuntutan hukum guna

    pemenuhan hak dan kewajiban tertentu,

    pemenuhan hak dan kewajiban tertentu,

    yang diajukan oleh seseorang atau lebih

    yang diajukan oleh seseorang atau lebih

      (sebagai Penggugat) terhadap seseorang/ (sebagai Penggugat) terhadap seseorang/

    suatu badan hukum atau lebih (sebagai

    suatu badan hukum atau lebih (sebagai

      Tergugat) Tergugat) .

      .

       Gugatan dapat diajukan

      Gugatan dapat diajukan ,

      , baik itu secara baik itu secara secara lisan (Pasal 120 HIR) ataupun secara lisan (Pasal 120 HIR) ataupun tertulis (Pasal 118 HIR) tertulis (Pasal 118 HIR)

      , , oleh seseorang oleh seseorang

      / / pihak pihak yang dirugikan. yang dirugikan.

      

    GUGATAN (2)

    GUGATAN (2)

      

      Syarat Gugatan: Syarat Gugatan:

    • Formil

      Formil

      , harus memuat: (1) Tempat, tanggal pembuatan gugatan; dan , harus memuat: (1) Tempat, tanggal pembuatan gugatan; dan

      (2) (2) ditandatangani oleh pihak yang mengajukan ( ditandatangani oleh pihak yang mengajukan ( partij partij materiil) atau kuasa materiil) atau kuasa hukumnya ( hukumnya ( partij partij formil) diatas materai secukupnya (Rp. 6.000,-) yang diberi formil) diatas materai secukupnya (Rp. 6.000,-) yang diberi tanggal. tanggal.

    • Materiil
    • – fakta-fakta perbuatan, peristiwa dan/atau kerugian yang dialami. fakta-fakta perbuatan, peristiwa dan/atau kerugian yang dialami.
    • – Fakta-fakta dan dasar hukum dengan menunjuk sifat melawan hukum,

      Materiil

      , harus memuat: , harus memuat:

       Persona Standi on Judicio Persona Standi on Judicio (identitas jelas semua pihak dalam gugatan, baik (identitas jelas semua pihak dalam gugatan, baik itu Penggugat maupun Tergugat). Dalam bagian ini minimal harus memuat itu Penggugat maupun Tergugat). Dalam bagian ini minimal harus memuat nama lengkap, pekerjaan, dan alamat dari masing-masing pihak. nama lengkap, pekerjaan, dan alamat dari masing-masing pihak.

       Posita/Fundamentum Petendi Posita/Fundamentum Petendi (dalil-dalil gugatan). Dalam bagian ini harus (dalil-dalil gugatan). Dalam bagian ini harus diuraikan secara rinci dan sistimatis tentang: diuraikan secara rinci dan sistimatis tentang:

      Fakta-fakta dan dasar hukum dengan menunjuk sifat melawan hukum, ketentuan hukum ataupun asas-asas hukum mana saja yang sudah ketentuan hukum ataupun asas-asas hukum mana saja yang sudah dilanggar berdasarkan fakta-fakta perbuatan atau peristiwa, missal dilanggar berdasarkan fakta-fakta perbuatan atau peristiwa, missal melanggar Pasal 1365 BW, Pasal 1234 BW, Pasal 38 UU RI No. melanggar Pasal 1365 BW, Pasal 1234 BW, Pasal 38 UU RI No.

      23/1997, dll 23/1997, dll

       Petitum Petitum (tuntutan). Bagian ini dapat merangkum semua tuntutan hukum (tuntutan). Bagian ini dapat merangkum semua tuntutan hukum untuk diputuskan oleh Majelis Hakim agar dipenuhi oleh Tergugat. Disini untuk diputuskan oleh Majelis Hakim agar dipenuhi oleh Tergugat. Disini tuntutan dapat dinyatakan sepanjang tuntutan itu sudah diuraikan tuntutan dapat dinyatakan sepanjang tuntutan itu sudah diuraikan sebelumnya dalam bagian posita dan berdasarkan hukum, serta tidak sebelumnya dalam bagian posita dan berdasarkan hukum, serta tidak melawan ha melawan ha k k

      

    GUGATAN (3)

    GUGATAN (3)

       Gugatan diajukan kepada (Pasal 118 HIR): (1) Pengadilan

      Gugatan diajukan kepada (Pasal 118 HIR): (1) Pengadilan negeri dalam wilayah hukum tempat tinggal Tergugat; (2) Jika

    negeri dalam wilayah hukum tempat tinggal Tergugat; (2) Jika

      Tergugat lebih dari satu, maka dapat diajukan kepada Tergugat lebih dari satu, maka dapat diajukan kepada pengedilan negeri dalam wilayah hukum salah satu tempat pengedilan negeri dalam wilayah hukum salah satu tempat tinggal Tergugat; (3) Jika tempat tinggal Tergugat tidak tinggal Tergugat; (3) Jika tempat tinggal Tergugat tidak diketahui, maka gugatan dapat diajukan kepada pengedilan diketahui, maka gugatan dapat diajukan kepada pengedilan negeri dalam wilayah hukum dimana terakhir kali Tergugat negeri dalam wilayah hukum dimana terakhir kali Tergugat

    bertempat tinggal. Terkecuali, terhadap gugatan yang secara

    bertempat tinggal. Terkecuali, terhadap gugatan yang secara

    khusus menyangkut sengketa terhadap suatu barang, meski khusus menyangkut sengketa terhadap suatu barang, meski tempat tinggal Tergugat tidak diketahui pasti gugatan dapat tempat tinggal Tergugat tidak diketahui pasti gugatan dapat diajukan kepada pengadilan negeri dalam wilayah hukum diajukan kepada pengadilan negeri dalam wilayah hukum tempat barang sengketa berada; dan (4) Jika ternyata tempat barang sengketa berada; dan (4) Jika ternyata

      Tergugat bertempat tinggal diluar negeri, maka gugatan harus

    Tergugat bertempat tinggal diluar negeri, maka gugatan harus

    diajukan kepada pengadilan negeri di Ibu kota Negara RI diajukan kepada pengadilan negeri di Ibu kota Negara RI (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat).

      (Pengadilan Negeri Jakarta Pusat).

       Secara garis besar, proses beracara di pengadilan negeri dalam

      Secara garis besar, proses beracara di pengadilan negeri dalam perkara perdata terbagi dalam 2 tahapan, yaitu (1) tahap perkara perdata terbagi dalam 2 tahapan, yaitu (1) tahap administratif, dan (2) yudisial administratif, dan (2) yudisial .

      .

      

    PERMOHONAN SITA JAMINAN

    PERMOHONAN SITA JAMINAN

      Sita jaminan ( Sita jaminan ( beslag beslag

      ) dapat dimohonkan ) dapat dimohonkan oleh Penggugat dalam gugatannya atau oleh Penggugat dalam gugatannya atau secara terpisah dengan suatu permohonan secara terpisah dengan suatu permohonan tersendiri yang diajukan kepada Majelis tersendiri yang diajukan kepada Majelis

      Hakim yang memerika dan mengadili Hakim yang memerika dan mengadili perkara. perkara.

       Penyitaan pada prinsipnya dapat diletakan

      Penyitaan pada prinsipnya dapat diletakan baik itu terhadap benda bergerak maupun baik itu terhadap benda bergerak maupun tidak bergerak guna menjamin tidak bergerak guna menjamin pelaksanaan putusan pelaksanaan putusan .

      .

      JENIS SITA JAMINAN JENIS SITA JAMINAN Conservato Conservato i i r r Ps. Ps. 227 HIR 227 HIR Revindicatoir Revindicatoir Ps. Ps. 226 HIR 226 HIR Marital Marital Pandbeslag Pandbeslag Sita yang

      Sita yang diletakan, diletakan, baik itu baik itu terhadap terhadap benda benda bergerak bergerak maupun tidak maupun tidak bergerak yang bergerak yang dimiliki atau dimiliki atau berada dalam berada dalam penguasaan penguasaan

      Tergugat Tergugat .

      .

      Sita yang Sita yang diletakan diletakan terhadap terhadap benda benda bergerak bergerak milik milik

      Penggugat Penggugat yang berada yang berada dalam dalam penguasaan penguasaan Tergugat.

      Tergugat.

      Sita yang Sita yang dimohonkan dimohonkan oleh istri, oleh istri, baik terhadap baik terhadap benda benda bergerak bergerak maupun tidak maupun tidak bergerak bergerak yang dimiliki yang dimiliki atau berada atau berada dalam dalam penguasaan penguasaan suami. suami.

      Sita yang Sita yang diletakan, baik diletakan, baik itu terhadap itu terhadap benda bergerak benda bergerak maupun tidak maupun tidak milik Tergugat milik Tergugat guna guna pemenuhan pemenuhan suatu kewajiban suatu kewajiban tertentu, misal tertentu, misal dalam kasus dalam kasus wanprestasi wanprestasi sewa menyewa sewa menyewa tanah atau tanah atau bangunan. bangunan.

      

    PENGIKUTSERTAAN PIHAK KETIGA

    PENGIKUTSERTAAN PIHAK KETIGA

      Bilamana dipandang perlu atau sangat Bilamana dipandang perlu atau sangat dibutuhkan, Majelis Hakim dapat menarik dibutuhkan, Majelis Hakim dapat menarik atau mengizinkan pihak ketiga untuk atau mengizinkan pihak ketiga untuk beracara dalam suatu perkara (RV). beracara dalam suatu perkara (RV).

    BENTUK-BENTUK PENGIKUTSERTAAN

      

    PIHAK KETIGA

    PIHAK KETIGA

    Vrijwaring Vrijwaring Ps. Ps. 70-76 RV 70-76 RV Voeging Voeging Ps. Ps. 297 – 282 297 – 282 RV RV Tussenkomst Tussenkomst Ps. Ps. 297 – 282 297 – 282 RV RV

      Seseorang/suatu badan hukum badan hukum ditarik masuk ke ditarik masuk ke dalam perkara oleh dalam perkara oleh salah satu pihak, ia salah satu pihak, ia ditarik sebagai ditarik sebagai penjamin bagi pihak penjamin bagi pihak itu. itu.

    • Seseorang/suatu
    • Seseorang/suatu
    • seseorang masuk
    • B

      B ersifat pasif. ersifat pasif.

      Seseorang/suatu badan hukum badan hukum masuk kedalam masuk kedalam suatu perkara atas suatu perkara atas inisiatifnya sendiri inisiatifnya sendiri dan bergabung dan bergabung dengan salah satu dengan salah satu pihak guna pihak guna membela membela kepentingan pihak kepentingan pihak tersebut. tersebut.

      seseorang masuk kedalam suatu kedalam suatu perkara untuk perkara untuk membela membela kepentingan dirinya kepentingan dirinya sendiri, tanpa sendiri, tanpa bergabung dengan bergabung dengan salah satu pihak salah satu pihak yang berperkara. yang berperkara.

    • B

      B ersifat aktif. ersifat aktif.

      B ersifat aktif ersifat aktif

    • B

    UPAYA HUKUM

      Verzet Verzet Ps. Ps. 129 129 HIR HIR

    • - D

      D apat ditempuh bilamana Tergugat dijatuhkan putusan apat ditempuh bilamana Tergugat dijatuhkan putusan verstek verstek .

      . - D D iajukan kepada pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan iajukan kepada pengadilan negeri yang menjatuhkan putusan verstek verstek dlm tenggat waktu 14 hari sejak putusan dlm tenggat waktu 14 hari sejak putusan diberitahukan diberitahukan .

      . - Menangguhkan eksekusi, terkecuali terhadap putusan

      Menangguhkan eksekusi, terkecuali terhadap putusan uitvoerbar bij uitvoerbar bij voerad voerad (Ps

      (Ps .

      .

      180 ayat (1) 180 ayat (1)

      & &

      Ps Ps .

      .

      128 ayat (2) 128 ayat (2)

      HIR) HIR)

      Diajukan oleh mereka yang merasa hak miliknya diletakkan sita Diajukan oleh mereka yang merasa hak miliknya diletakkan sita eksekutorial oleh Pengadilan Negeri eksekutorial oleh Pengadilan Negeri .

      . - Diajukan oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan Diajukan oleh pihak yang tidak puas terhadap putusan P P engadilan engadilan Negeri

      Alasan-alasan kasasi: (1) tidak berwenang atau melampaui batas wewenang; (2) salah penerapan hukum; (3) lalai yang menyebabkan wewenang; (2) salah penerapan hukum; (3) lalai yang menyebabkan

      . - Alasan-alasan kasasi: (1) tidak berwenang atau melampaui batas

      Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau diberitahukan diberitahukan . . - Memori kasasi diwajibkan untuk disampaikan dalam tenggat waktu 14 Memori kasasi diwajibkan untuk disampaikan dalam tenggat waktu 14 hari setelah pernyataan kasasi hari setelah pernyataan kasasi .

      UU UU 4/2004 4/2004 - Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau

      .

      UU 35/1999 Jo .

      UU 14/1985 Jo. UU 14/1985 Jo. UU 35/1999 Jo

      UU 14/1970 Jo.

      Kasasi Kasasi UU 14/1970 Jo.

      .

      Negeri .

      Memori banding tidak diwajibkan .

      . - Memasukkan surat bantahan dengan nomor register baru

      . - Memori banding tidak diwajibkan

      Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau diberitahukan diberitahukan .

      /1986 - Diajukan dalam tenggat waktu 14 hari sejak putusan dibacakan atau

      2 /1986

      2

      No.

      Darden Darden Verzet Verzet Ps. Ps. 195 (6) 195 (6) HIR HIR

      Banding Banding

      Bantahan diajukan kepada Pengadilan Negeri yang menetapkan sita eksekutorial eksekutorial . .

      . - Bantahan diajukan kepada Pengadilan Negeri yang menetapkan sita

      Memasukkan surat bantahan dengan nomor register baru .

      UU RI UU RI No.

      Jawaban Jawaban

      

    Jenis Eksepsi (1)

    Jenis Eksepsi (1)

      

      Pasal 125 ayat (2), 132 dan 133 HIR hanya Pasal 125 ayat (2), 132 dan 133 HIR hanya

    memperkenalkan eksepsi kompetensi absolut

    memperkenalkan eksepsi kompetensi absolut dan relatif. Namun, Pasal 136 HIR dan relatif. Namun, Pasal 136 HIR mengindikasikan adanya beberapa jenis eksepsi. mengindikasikan adanya beberapa jenis eksepsi.

      

    Dilihat dari Ilmu Hukum, jenis eksepsi terbagi

      

    Dilihat dari Ilmu Hukum, jenis eksepsi terbagi

    atas: atas: 1.

      1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie) Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie)

      2.

      2. Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi Eksepsi Prosesual di Luar Eksepsi Kompetensi

      Kompetensi 3.

      3. Eksepsi Hukum Materiil (Materiele Exceptie) Eksepsi Hukum Materiil (Materiele Exceptie)

      

    Kompetensi

    Kompetensi

       Kompetensi Absolut Kompetensi Absolut

      (ps. 134 HIR) (ps. 134 HIR)

      “ “

      Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak termasuk Jika perselisihan itu adalah suatu perkara yang tidak termasuk wewenang pengadilan negeri, maka pada sembarang waktu dalam wewenang pengadilan negeri, maka pada sembarang waktu dalam pemeriksaan perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku pemeriksaan perkara itu, boleh diminta supaya hakim mengaku tidak berwenang, dan hakim itu pun, karena jabatannya, wajib pula tidak berwenang, dan hakim itu pun, karena jabatannya, wajib pula mengaku tidak berwenang. mengaku tidak berwenang.

      ” ”

      (Rv. 132; IR. 136, 190.) (Rv. 132; IR. 136, 190.)

       Kompetensi Relatif Kompetensi Relatif (Ps. 133 HIR Jo. 118 HIR).

      (Ps. 133 HIR Jo. 118 HIR).

      “ “

      Jika si tergugat dipanggil menghadap pengadilan negeri, sedang Jika si tergugat dipanggil menghadap pengadilan negeri, sedang menurut peraturan pasal 118 ia tak usah menghadap pengadilan menurut peraturan pasal 118 ia tak usah menghadap pengadilan negeri itu, maka bolehlah ia meminta supaya hakim menyatakan diri negeri itu, maka bolehlah ia meminta supaya hakim menyatakan diri tidak berwenang dalam hal itu, asal saja permintaan itu diajukan tidak berwenang dalam hal itu, asal saja permintaan itu diajukan dengan segera pada permulaan persidangan hari pertama; dengan segera pada permulaan persidangan hari pertama; permintaan itu tidak akan diperhatikan lagi, jika si tergugat telah permintaan itu tidak akan diperhatikan lagi, jika si tergugat telah mengadakan suatu perlawanan lain. (Rv. 131; IR. 136, 191.) mengadakan suatu perlawanan lain. (Rv. 131; IR. 136, 191.) Putusan dituangkan dalam bentuk: Putusan dituangkan dalam bentuk:

      Jenis Eksepsi Jenis Eksepsi Add. 1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie) Add. 1. Eksepsi Prosesual (Processuele Exceptie) Yaitu jenis eksepsi yang berkenaan dengan syarat formil gugatan.

      Yaitu jenis eksepsi yang berkenaan dengan syarat formil gugatan. Eksepsi Prosesual dibagi dua bagian, yaitu:

      Eksepsi Prosesual dibagi dua bagian, yaitu: 1.

      1. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Absolut

      Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Absolut

        Eksepsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri yang sedang

      Eksepsi yang menyatakan bahwa Pengadilan Negeri yang sedang melakukan pemeriksaan perkara tersebut dinilai tidak berwenang untuk mengadili melakukan pemeriksaan perkara tersebut dinilai tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut, karena persoalan yang menjadi dasar gugatan tidak termasuk perkara tersebut, karena persoalan yang menjadi dasar gugatan tidak termasuk wewenang pengadilan negeri tersebut melainkan wewenang badan peradilan lain, wewenang pengadilan negeri tersebut melainkan wewenang badan peradilan lain, misalnya PTUN atau Pengadilan Agama. misalnya PTUN atau Pengadilan Agama.

      Eksepsi ini dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan perkara berlangsung, Eksepsi ini dapat diajukan setiap waktu selama pemeriksaan perkara berlangsung, bahkan hakim pun wajib pula mengakuinya karena jabatannya (Ps. 134 HIR). bahkan hakim pun wajib pula mengakuinya karena jabatannya (Ps. 134 HIR).

      2.

      2. Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Relatif

      Eksepsi Yang Menyangkut Kompetensi Relatif

        Eksepsi yang menyatakan bahwa suatu pengadilan negeri tertentu

      Eksepsi yang menyatakan bahwa suatu pengadilan negeri tertentu tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut, karena tempat tidak berwenang untuk mengadili perkara tersebut, karena tempat kedudukan atau obyek sengketa tidak berada dalam wilayah hukum kedudukan atau obyek sengketa tidak berada dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri yang sedang memeriksa atau mengadili perkara

      Pengadilan Negeri yang sedang memeriksa atau mengadili perkara tersebut. tersebut.

      Eksepsi ini tidak diperkenankan diajukan setiap waktu, melainkan harus diajukan Eksepsi ini tidak diperkenankan diajukan setiap waktu, melainkan harus diajukan pada permulaan sidang, yaitu sebelum diajukan jawab menyangkut pokok perkara. pada permulaan sidang, yaitu sebelum diajukan jawab menyangkut pokok perkara.

    • Putusan sela (interlocutoir), apabila eksepsi ditolak; atau
    • Putusan sela (interlocutoir), apabila eksepsi ditolak; atau - Putusan akhir, apabila eksepsi dikabulkan.
    • Putusan akhir, apabila eksepsi dikabulkan.

      

    Eksepsi

    Eksepsi

      , , Tergugat tidak lengkap.

      , ,

       Rei judicatie (ne bis in idem) Rei judicatie (ne bis in idem)

      Tergugat tidak Tergugat tidak memenuhi prestasi karena Penggugat justru cidera

    memenuhi prestasi karena Penggugat justru cidera

    janji. janji.

      , ,

       Non adimpleti contractus Non adimpleti contractus

      Tergugat tidak lengkap.

       Plurium litis consortium Plurium litis consortium

       Dilatoire Dilatoire

      Penggugat tidak berkualitas Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat. sebagai Penggugat.

      , ,

       Disqualificatoire Disqualificatoire

      , , meskipun mengakui kebenaran meskipun mengakui kebenaran gugatan tapi ada tambahannya yang sangat prinsipal gugatan tapi ada tambahannya yang sangat prinsipal hingga gugatan gagal. hingga gugatan gagal.

       Peremptoire Peremptoire

      , , gugatan pokok tidak akan berhasil, gugatan pokok tidak akan berhasil, misalnya gugatan diajukan premature. misalnya gugatan diajukan premature.

      Perkara ini sudah Perkara ini sudah pernah diputus dan sudah berkekuatan hukum yang pernah diputus dan sudah berkekuatan hukum yang tetap. tetap.

       Van litispendentie Van litispendentie

      , ,

      Perkara yang sama kini masih Perkara yang sama kini masih dalam proses peradilan dan belum ada putusan yang dalam proses peradilan dan belum ada putusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. mempunyai kekuatan hukum tetap.

       Van connexiteit Van connexiteit

      , ,

      Perkara ini ada hubungannya Perkara ini ada hubungannya dengan perkara yang masih ditangani oleh dengan perkara yang masih ditangani oleh pengadilan /instansi lain dan belum ada putusan. pengadilan /instansi lain dan belum ada putusan.

       Obscuur libel Obscuur libel

      ,gugatan tidak jelas ,gugatan tidak jelas

       Van beraad Van beraad

      , , gugatan ini belum waktunya diajukan. gugatan ini belum waktunya diajukan.

      

    JAWABAN

    JAWABAN

    Rol perkara No……./Pdt.G/2000/PN

      Rol perkara No……./Pdt.G/2000/PN ……

      …… Dalam Perkara antara :

      Dalam Perkara antara : PT.X .............Sbg Tergugat Konpensi/

      PT.X .............Sbg Tergugat Konpensi/ PenggugatRekopensi

      PenggugatRekopensi

    Lawan

      

    Lawan

    PT.Y..................Sbg Penggugat Konpensi/

      PT.Y..................Sbg Penggugat Konpensi/ Tergugat Rekopensi

      Tergugat Rekopensi

      

    Persona Standi Jawaban

    Persona Standi Jawaban

      Di Jakarta Di Jakarta

      (terlampir), selanjutnya sebagai Tergugat dalam Konvensi/ (terlampir), selanjutnya sebagai Tergugat dalam Konvensi/

      PT. ..............., alamat ............, berdasarkan Surat Kuasa Khusus PT. ..............., alamat ............, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

      Untuk dan atas nama klien kami, PT.X .......... yang dalam hal ini Untuk dan atas nama klien kami, PT.X .......... yang dalam hal ini diwakili oleh ................ yang bertindak untuk dan atas nama diwakili oleh ................ yang bertindak untuk dan atas nama

      

      Dengan hormat, Dengan hormat,

      

      Yang memeriksa perkara No. ..........

      

      Majelis Hakim Majelis Hakim Yang memeriksa perkara No. ..........

      Pengadilan Negeri ............... u/p. u/p.

      Bapak Ketua Bapak Ketua Pengadilan Negeri ...............

      Kepada Yth.

       Kepada Yth.

      Jakarta, Jakarta,

      Penggugat dalam Rekovensi, bersama ini menyampaikan Jawaban Penggugat dalam Rekovensi, bersama ini menyampaikan Jawaban dalam Konvensi dan Gugatan dalam Rekovensi, antara lain sebagai dalam Konvensi dan Gugatan dalam Rekovensi, antara lain sebagai berikut : berikut :

      Posita Jawaban Posita Jawaban

      Dalam Konpensi Dalam Konpensi

       Dalam Eksepsi

      Dalam Eksepsi  ..........................

      ..........................

      ........................, dst.

       ........................, dst.

      Dalam Pokok Perkara Dalam Pokok Perkara

      1. Bahwa Tergugat mohon apa yang telah diuraikan di atas

      1. Bahwa Tergugat mohon apa yang telah diuraikan di atas dianggap telah termasuk pula dalam pokok perkara ini. dianggap telah termasuk pula dalam pokok perkara ini.

      2. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang

      2. Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang

    dikemukakan Penggugat kecuali yang secara tegas

    dikemukakan Penggugat kecuali yang secara tegas

    diakui oleh Tergugat. diakui oleh Tergugat.

      3. .............. dst.

      3. .............. dst.

      Dalam Rekopensi Dalam Rekopensi 15. ..................

      15. ..................

      16. ................. dst.

      16. ................. dst.

      Petitum Jawaban Petitum Jawaban

      Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka Tergugat dalam Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka Tergugat dalam

      Konpensi/ Penggugat dalam Rekopensi mohon dengan segala Konpensi/ Penggugat dalam Rekopensi mohon dengan segala kerendahan hati agar Pengadilan Negeri ............ berkenan kerendahan hati agar Pengadilan Negeri ............ berkenan untuk memutuskan antara lain sebagai berikut : untuk memutuskan antara lain sebagai berikut :

      Dalam Konpensi Dalam Konpensi

      Dalam Eksepsi Dalam Eksepsi

      

    • Menerima Eksepsi Tergugat seluruhnya
    • Menerima Eksepsi Tergugat seluruhnya
    • Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

       - Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.

      Dalam Pokok Perkara Dalam Pokok Perkara

      

      Menolak Gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya Menolak Gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

      

      Biaya perkara menurut hukum Biaya perkara menurut hukum

      

    REKONVENSI

    REKONVENSI

      4. mempermudah pemeriksaan 5. menghindari putusan yang saling bertentangan 5. menghindari putusan yang saling bertentangan

      Baik gugatan konvensi (gugat asal) maupun gugatan rekonvensi (gugat balasan)

    pada umumnya diperiksa bersama-sama dan diputus dalam satu putusan hakim. pada umumnya diperiksa bersama-sama dan diputus dalam satu putusan hakim.

       Baik gugatan konvensi (gugat asal) maupun gugatan rekonvensi (gugat balasan)

      b. Komposisi para Pihak Penggugat asal sebagai Penggugat Konvensi pada saat yang bersamaan Penggugat asal sebagai Penggugat Konvensi pada saat yang bersamaan berkedudukan menjadi Tergugat Rekonvensi. Sedangkan Tergugat Asal berkedudukan menjadi Tergugat Rekonvensi. Sedangkan Tergugat Asal sebagai Penggugat Rekonvensi pada saat yang bersamaan sebagai Penggugat Rekonvensi pada saat yang bersamaan berkedudukan sebagai Tergugat Konvensi. berkedudukan sebagai Tergugat Konvensi.

      b. Komposisi para Pihak

      Gugatan Penggugat disebut gugatan konvensi (gugatan asal), sedangkan Gugatan tergugat disebut gugatan rekonvensi (gugatan balik) Gugatan tergugat disebut gugatan rekonvensi (gugatan balik)

      a. Komposisi Gugatan Gugatan Penggugat disebut gugatan konvensi (gugatan asal), sedangkan

      a. Komposisi Gugatan

      Komposisi para pihak dihubungkan dengan Gugatan Rekonvensi

       Komposisi para pihak dihubungkan dengan Gugatan Rekonvensi

      3. Mempercepat penyelesaian sengketa 4. mempermudah pemeriksaan

       Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugat balasan (gugat

      3. Mempercepat penyelesaian sengketa

      2. Menghemat biaya perkara

      2. Menghemat biaya perkara

      1. Menegakkan Asas Peradilan Sedehana

      1. Menegakkan Asas Peradilan Sedehana

      Tujuan rekonvensi antara lain:

       Tujuan rekonvensi antara lain:

      Pada dasarnya gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan jawaban tergugat (Pasal 132b HIR jo 158 RBg). jawaban tergugat (Pasal 132b HIR jo 158 RBg).

       Pada dasarnya gugatan rekonvensi harus diajukan bersama-sama dengan

      Rekonvensi adalah gugatan yang diajukan tergugat sebagai gugat balasan (gugat

    balik) terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya [Pasal 132a ayat

    balik) terhadap gugatan yang diajukan penggugat kepadanya [Pasal 132a ayat

    (1) HIR]. (1) HIR].

      Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yaitu pertimbangan Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yaitu pertimbangan hukum dalam hukum dalam konvensi dan pertimbangan hukum dalam rekonvensi. konvensi dan pertimbangan hukum dalam rekonvensi.