BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Pengertian - RACHMAWATI PUJI SETIORINI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Pengertian Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai

  dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolism karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Yuliana, 2009). Kurangnya pengetahuan, sikap, keyakinan serta kepercayaan terhadap penyakit diabetes millitus menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang tidak patuh terhadap diet diabetes millitus (Firma, 2014).

  Diabetes mellitus sendiri merupakan sekelompok kelainan metabolik yang diakibatkan oleh adanya kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh/hiperglikemia (Smeltzer Hinkle & Cheever , 2010 ; Kumar , Abbas & Aster, 2013). Kadar glukosa darah secara normal berkisar antara 70-120 mg/dL. Diagnosis DM ditemukan apabila kadar glukosa sewaktu >200 g/dL, atau gula darah puasa >126 g/dL, tes toleransi glukosa oral >200 mg/dL disertai gejala klasik diabetes yaitu poliuria , polidipsia, dan polifagia (Kumar, Abbas & Aster 2013).

2. Klasifikasi a.

  DM tipe I

  mellitus ) b.

  DM tipe II Diabetes tipe ini tidak bergantung pada insulin (non- insulin

  dependent diabetes mellitus) c.

  DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya (Diabetes Mellitus karena obat-obatan , infeksi, defek genetic pada kerja insulin, defek pankreatik eksokrin) d.

  Diabetes Mellitus gestasional (gestasional diabetes mellitus) DM yang berhubungan dengan kehamilan.

  (Tim Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2014) 3.

   Etiologi a.

  DM tipe 1 Diabetes Mellitus tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik , imunologi dan mungkin pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.

  b.

  DM tipe 2 1)

  Usia (resistensi meningkat di usai 65 tahun) 2)

  Obesitas, makan berlebih, kurang olahraga, dan stress serta penuaan

3) Riwayat keluarga dengan Diabetes Mellitus.

  (Tim Dosen Keperawatan Medikal Bedah Indonesia, 2014)

   Manifestasi Klinis

  Gejala diabetes mellitus tipe 2 dibedakan menjadi gejala akut dan kronik menurut Subekti (2011). Gejala akut diabetes mellitus yaitu a. Poliuria

  Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan penderita diabetes mellitus lebih banyak mengeluarkan urin, terutama pada malam hari.

  b. Polidipsi Peningkatan rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui sekresi urin lalu akan berakibat pada terjadinya dehidrasi inrasel sehingga merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretik Hormone) dan menimbulkan rasa haus.

  c.

  Polifagia Kalori yang dihasilkan dari makanan setelah di metabolisasikan menjadi glukosa dalam darah, tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan sehingga penderita selalu merasa lapar.

  d.

  Penurunan berat badan dan rasa lapar Penurunan berat badan ini disebabkan karena penderita kehilangan cadangan lemak dan otot digunakan sebagai sumber energi untuk menghasilkan tenaga akibat dari kekurangan glukosa yang masuk ke dalam sel. Selain itu terdapat gejala kronik pada penderita DM tipe 2 seperti gangguan saraf tepi bisul, gangguan ginekologis berupa keputihan dan gangguan ereksi 5.

   Patofisiologi

  Hiperglikemia yang dialami penderita diabetes disebabkan oleh beberapa faktor, sesuai dengan tipe dari diabetes secara umum. DM tipe I biasanya ditandai oleh defisiensi insulin absout karena keruasakan sel betha pankreas akibat serangan autiumun. Diabetes ini paling sering berkembang pada anak-anak, bermanifestasi pada pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambahnya usia. Untuk bertahan hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur hidupnya.

  Diabetes tipe II disebabkan oleh gabungan dari resistan perifer terhadap kerja insulin dan respons sekresi insulin yang tidak adekuat oleh sel beta pankreas (defisien insulin relatif). Kondisi tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya genetik, gaya hidup dan diet yang mengarah pada obesitas. Resistansi insulin dan gangguan yang akan menyebabkan toleransi glukosa terganggu sekresi insulin akan menyebabkan toleransi glukosa terganggu yang akan mengawali kondisi DM tipe II dengan manifestasi hiperglikemia (Ozougwu, Obimba, Belonwu & Unakalamba, 2013).

  Kondisi hiperglikemia pada pasien diabetes mellitus tersebut

  

polidipsia dan polifagia ). Poliuria (sering buang air kecil) , akibat

  kondisi hiperglikemia melampaui ambang reabsorbsi ginjal sehingga menimbulkan glukosuria. Kondisi glukosuria selanjutnya menyebabkan diuresis osmotik sehingga timul manifestasi banyak buang air kecil.

  

Polidipsi (sering merasa haus), kondisi polydipsia sangat berkaitan

  erat dengan poliuria , karena banyaknya pengeluargan cairan tubuh melalui ginjal ditambah kondisi tubuh mengalami hiperosmolar akibat peningatan glukosa dalam tubuh menyebabkan kondisi tubuh akan mengalami penurunan cairan intrasel. Selanjutnya kondisi tersebut menyebabkan stimulasi osmoreseptor pusat haus di otal sehingga penderita diabetes mellitus sering mengeluh halus.

  Polifagia (peningkatan nafsu makan), kondisi ini disebabkan penurunan insulin mengakibatkan penggunaan glukosa oleh sel menurun, sehingga menimbulkan pembentukan glukosa dari non- karbohidrat yaitu dari protein dan lemak (lipolisis). Peningkatan lipolisis dan katabolisme protein akan menyebabkan keseimbangan energi negatif yang kemudian akan meningkatkan nafsu makan.

6. Komplikasi a.

  Diabetic Ketoasidosis Akibat adanya gangguan pada sekresi hormone insulin, kerja beta pulau Langerhans pada DM tipe I, pasien DM akan mengalami hiperglikemia akibat penurunan uptake glukosa ke dalam sel yang diikuti pengingkatan lipolisis, gluconeogenesis di hepar dan pemecahan protein. Peningkatan lipolisis dapat mengakibatkan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan bend aketon (asetoasetat hidroksibutirat dan aseton), benda keton keluar melalui urin (ketonuria), peningkatan aseton dalam tubuh akan menyebabkan bau napas seperti buah (aseton).

  b.

  Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketon (HNNK) Peningkatan glukosa darah oleh gangguan sekresi insulin , resistensi insulin atau dapat mengakibatkan hiperglikemia berat mencapai 300 mg/100 mL. Peningkatan glukosa akan menyebabkan ambang batas ginjal untuk glukosa. Sehingga muncul manifestasi glucosuria yang diikuti dengan diuresis osmotik. Sebagai akibatn dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebih pasien akan mengalami dehidrasi dan kehilangan banyak elektorlit, pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. c.

  Gangguan mikrovaskular dan makrovaskular Kekurangan insulin akan mengganggu jalur poliol (glukosa, sorbitol, fruktosa) yang akhitnya menyebabkan penimbunan sorbitol. kebutaan. Sedangkan pada jaringan syaraf, penimbunan sorbitol dan fruktosa dan penurunan kadar minionositol dapat berefek pada kondisi nefropati.

B. Kadar Gula Darah

  a) Pengertian

  Kadar gula darah adalah tingkat gula di dalam darah, konsentrasi gula darah atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal (Perkeni, 2015). Sedangkan, hipoglikemia merupakan keadaan dimana kadar gula darah dalam keadaan rendah dari batas normal (Mc.Naughton, 2011).

  b) Faktor yang mempengaruhi kadar gula darah

  Faktor yang dapat mempengaruhi gula darah pada diabetes mellitus adalah: kurang berolahraga, jumlah makanan yang dikonsumsi bertambah, meningkatnya stress dan faktor emosi, cemas. Pengetahuan diit diabetes mellitus, pertambahan berat badan dan usia , serta dampak perawatan obat misalnya steroid. c) Cara pengukuran gula darah

  Cara pengukuran glukosa darah yaitu pengambilan setetes darah dari ujung jari tangan, darah tersebut di berikan pada strip pereaksi khusus tertentu, biasanya antara 40-60 detik. Bantal pereaksi pada strip akan berubah warnanya dan kemudian dapat dicocokan dengan peta warna pada kemasan produk atau disisipkan kedalam alat pengukur yang memperlihatkan angka digital kadar glukosa darah sewaktu maupun puasa. Pemeriksaan kadar gula darah dengan menggunakan strip yang dilakukan pada glucometer lebih baik dibandingkan tanpa glucometer karena informasi yang diberikan lebih obyektif kuantitatif (Soegondo, 2009).

  d) Metode pengecekan gula darah

  Pertama, pemeriksaan gula darah lamgsung setelah berpuasa sepanjang malam. Merupakan pemeriksaan gold standard untuk diagnosis DM.

  Kedua, selama 10 jam berpuasa diambil untuk diperiksa untuk menilai kemampuan tubuh dalam menangani kelebihan gula seusai minum cairan berkadar glukosa tinggi dengan tes glukosa oral.

  e) Nilai Kadar Gula darah sewaktu dan puasa

  Menurut Perkeni (2015) kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dL) ialah: (Tabel 2.1)

  Jenis pemeriksaan kadar gula Bukan DM

  Belum pasti DM DM

  Kadar gula sewaktu (mg/dL)

  Plasma vena <100 100-199 ≥200

  Darah kapiler <90 90-199 ≥200

  Kadar gula darah puasa (mg/dL)

  Plasma vena <100 100-125 ≥126

  Darah kapiler <90 90-99 ≥100

  f) Kriteria gula darah Menurut Perkeni (2015) kadar gula darah sewaktu dan puasa sebagai patokan dan diagnosis DM (mg/dL) yaitu : (Tabel 2.2)

  Kriteria Baik Sedang Buruk Gula Darah Puasa (mg/dL) 80-109 110-139 >140 Gula Darah sewaktu (mg/dL) 110-159 160-199 >200 C.

   Diet Diabetes Mellitus 1. Definisi

  Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati, 2009). Prinsip diet bagi penderita DM adalah mengurangi dan mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi mekanisme pengaturan gula darah. Menjadi diabetes sering segera dikaitkan dengan tidak boleh makan gula. Memang benar gula menaikan gula darah namun perlu diketahui bahwa semua makanan juga bisa menaikkan kadar gula darah.

  Pengaturan diit merupakan komponen utama keberhasilan sangat besar yaitu kepatuhan seseorang yang menjalaninya. Prinsip pengaturan makan pada penderita Diabetes mellitus hampir sama dengan anjuran makan untuk orang sehat pada umumnya, yaitu makanan yang beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang (sesuai kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu). Hal ini sangat penting untuk ditekankan adalah pengaturan pola makan yang disiplin dalam hal jadwal makan, jenis makanan dan jumlah makanan atau lebih dikenal dengan istilah 3J. Pengaturan porsi makanan sedemikian rupa diharapkan asupan gizi terpenuhi sepanjang hari. Hal penting yang harus diperhatikan dalam perencanaan makan adalah kebutuhan kalori ditentukan berdasarkan umur, jenis kelamin, berat badan , aktifitas fisik, menyusui/kehamilan.

  Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes mellitus di Indonesia menetaplan empat pilar utama dalam pengelolaan DM yaitu edukasi, diit, latihan jasmani dan pengobatan (farmakologi). Tetapi, yang akan dilakukan dalam studi kasus kali ini adalah penerapan pola diit.

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)/Diit

  Terapi nutrisi medis adalah hal yang sangat penting dalam mencegah DM,mengelola DM jika sudah terjadi dan mencegah atau setidaknya memperlambat tingkat perkembangan kompikasi Diabetes mellitus (ADA, 2008). Pada penatalaksanaan diit DM tipe 2 , penatalaksanaan diit merupakana bagian utama secara total. Penatalaksanaan diit ini jadwal makan (Perkeni, 2011).

  Adapun penatalaksanaan diit yang harus dilakukan pada penderita diabetes mellitus yaitu sebagai berikut: a)

  Tujuan Tujuan Diet Penyakit Diabetes Mellitus adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara: 1)

  Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan mengembangkan asupan makanan , insulin atau dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.

2) Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

  3) Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.

  4) Menghindari atau menangani komplilkasi aku pasien yang menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangak pendek dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.

  5) Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

  (Almatsier, 2009)

  b) Syarat Diet

  Syarat-syarat diet penyakit Diabetes Mellitus adalah: Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan utnuk metabolism basal sebesar 25-30 % kkal/kg BB normal , ditambah kebutuhan untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus , misalnya kehamlan atau laktasi serat tidaknya kompilkasi. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi (20%) , siang (30 %) , dan sore (25 %) , serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing-masing 10-15 %).

  2) Kebutuhan protein normal , yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total.

  3) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25 % dari kebutuhan energi total, dalam bentuk < 10 % dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10 % dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolesterol makanan dibatasi , yaitu < 300 mg/hari.

  4) Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total , yaitu 60-70 %.

  5) Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecualli jumlahnya sedikit sebagai bumbu, bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5 % dari kebutuhan energi total.

  6) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif yaitu yang bergizi dan tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, mannitol dan silitol, sedangkan gula alternatif hendaknya dalam terbatas.

  Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi total dapat meningkatkan kolesterol dan LDL, sedangkan gula alkohol dalam jumlah berlebih mempunyai pengaruh laksatif. 7)

  Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi kebutuhan seratt sehari. 8)

  Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat, yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi, asupan garam harus dikurangi.

  9) Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup, penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak diperlukan.

  (Almatsier,2009)

  c) Kebutuhan kalori

  Cara untuk menentukan kebutuhan kalori pada penderita Diabetes mellitus yaitu dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal. Kebutuhan kalori ini dipengaruhi

  1) Jenis Kelamin Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria.

  Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BB.

  2) Usia

  Penderita DM pada usia diatas 40 tahun membutuhkan kalori yang dikurangi 5% , untuk usia antara 40 sampai 59 tahun.

  Sedangkan ,untuk usia 60 dan 69 tahun membutuhkan 10% dan 20% untuk usia diatas 70 tahun.

  3) Berat Badan

  Kebutuhan kalori pada penderita yang mengalami kegemukan dikurangi sekitar 20-30% (tergantung tingkat kegemukan).

  Sedangkan, untuk penderita yang kurus ditambah sebanyak 20- 30% sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan berat badan.

  Makanan sejumlah kalori dengan komposisi tersebut dibagi dalam 3 porsi besar yaitu untuk makan pagi (20%) , siang (30%) dan sore(25) serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%). Cara perhitungan kebutuhan kalori (Perkeni , 2015):

  Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca yang di modifikasi (1)

  Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg Bagi pria dengan tinggi badan dibawawah 160 cm dan wanita dibawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi: Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm-100)x 1 kg. BB normal: BB ideal ± 10 % Kurus: kurang dari BBI – 10% Gemuk: lebih dari BBI + 10 %

  (3) Perhitungan badan ideal menurut (IMT)

  Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus:

  IMT = BB (kg) / TB (m

  

2

  ) Klasifikasi IMT* BB kurang < 18,5 BB Normal 18,5-22,9 BB lebih ≥ 23,0

  (a) Dengan resiko 23,0-24,9

  (b) Obes I 25,0 – 29,9

  (c) Obes II ≥ 30

  • *WHO WPR/IASO/IOTF dalam the Asia-Pasific Perspective : Redefining Obesity and its Treatment.

  d) Pemilihan Jenis Makanan

  Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas , makanan yang harus dibatasi dan makanan yang dianjurkan adalah makanan yang mengandung singkong , ubi dan sagu). Untuk yang mengandung protein rendah lemak (seperti ikan, ayam tanpa kulit, tempe , tahu dan kacang- kacangan) dan sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang diolah dengan cara dipanggang , dikukus, direbus dan di bakar.

  Makanan yang perlu dihindari yaitu makanan yang mengandung karbohidrat sederhana (seperti gula pasir,gula jawa,susu kental manis,minuman botol manis, es krim, kue-kue trans, dan lemak jenuh (seperti cake, makanan cepat saji, gorengan-gorengan) sera tinggi natrium (seperti ikan asin, telur asin dan makanan yang diawetkan (Almatsier, 2009).

  Suyono (2011) , mengatakan bahwa untuk penderita diabetes mellitus juga harus membatasi makanan dari jenis gula, minyak dan garam. Makanan untuk diet DM biasanya kurang bervariasi, sehingga banyak penderita DM yang merasa bosan, sehingga variasi diperlukan agar penderita tidak merasa bosan. Hal itu diperbolehkan asalkan penggunaan makanan penukar memiliki kandungan gizi yang sama dengan makanan yang digantikan.

  Tabel 1. Jenis Diet Diabetes mellitus menurut kandungan energi, protein , lemak dan karbohidrat. (Tabel 2.3) Jenis Diet ENERGI

  60 48 299

  Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,perkawinan atau adopsi.

  Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan- ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagaian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri atau suami, istri dan anaknya (Akhmadi,2009).

   Keperawatan Keluarga 1. Definisi Keluarga

  80 62 396 D.

  VIII 2500

  73 59 369

  VII 2300

  62 53 319

  VI 2100

  55.5 36.5 275 V 1900

  Kkal Protein

  IV 1700

  51.5 36.5 235

  III 1500

  45 35 192

  II 1300

  43 30 172

  G I 1100

  G Karbohidrat

  G Lemak

  Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketegantungan (Departemen Kesehatan RI, 2014). Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai berkualitas. Sistem keluarga merupakan sistem terbuka atau sistem sosial yang hidup, terdiri dari beberapa sub-sub atau komponen yaitu suami isteri, orangtua, anak, kakak adik (sibling), kakek- nenek-cucu, dan sebagainya. Semua sistem ini saling berinteraksi membentuk norma-norma atau ketentuan –ketentuan yang harus ditaati oleh seluruh anggota keluarga tersebut.

2. Tipe Keluarga

  Dalam (Friedman, 2010) disebutkan beberapa tipe keluarga yaitu:

  a) Nuclear Family

  Keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah.

  b) Exstended Family

  Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

  c) Reconstitud Nuclear

  Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak- anaknya,baik itu bawaan dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.

  d) Middle Age / Aging couple bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah atau perkawinan atau meniti karier.

  e) Dyadic Nuclear

  Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya atau salah satu bekerja dirumah.

  f) Single Parent

  Satu orangtua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

  g) Dual Carier Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.

  h) Commuter Married

  Suami istri atau keduanya orang kaier dan tingal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. i)

  Single Adult Wanita atau pria yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah. j)

  Three Generation Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. k) Institutional Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti. l)

  Comunal dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. m)

  Group Marriage Satu rumah terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan yang lain dan semua adalah orangtua dari anak-anak. n)

  Unmarried parent and child Ibu dan anak dimana pernikahan tidak dikehendaki, anaknya di adopsi. o)

  Cohibing Couple Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan

3. Struktur Keluarga

  (Menurut Murwani, 2008) struktur keluarga terdiri atas:

  a) Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga berfungsi untuk, membuat anggota keluarga bersifat terbuka dan jujur ,selalu menyelesaikan konflik keluarga berfikiran positif dan tidak mengulang-ulang isu da pendapat sendiri.Komunikasi dalam keluarga bersifat agar anggota keluarga yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat , apa yang disampaikan jelas dan berkualitas , selalu meminta dan menerima umpan tersebut dapat mendengarkan dengan baik, memberikan umpan balik dan melakukan validasi.

  b) Struktur peran Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu , posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat sebagai suami,istri , anak , orang tua dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Misalnya sebagai orang tua ketika salah seorang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa maka sebagainya orang tua harus memberikan dukungan dan perhatiannya bukan mengucilkannya.

  c) Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi sehingga mengubah perilaku anggota keluarga yang lain kearah positif. Misalnya ketika salah seorang anggota keluarga mengalami gangguan jiwa maka orang tua mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan sikap anggota keluarga yang lain kearah yang positif. Ada beberapa macam tipe struktur kekuatan yaitu,

  legitimate power (hak untuk mengontrol), referent power

  (kekuasaan penghargaan) ,coercive power (kekuasaan paksaan atau dominasi) dan affective power (kekuasaan afektif).

  d) Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem , sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak , mempersatujan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik , menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.

4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

  Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. (Freedman, 2010) membagi tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan , yaitu: a)

  Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga , maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahanya. b) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama utnuk mencari pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keadaan mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi , terutama dalam mengatasi gangguan jiwa keluarga harus mengambil tindakan dengan segera agar tidak memperburuk keadaan klien. Jika keluarga mempunyai keterbatasan sebaiknya meminta bantuan orang lain di lingkungan sekitar keluarga.

  c) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit terutama anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacar atau usiannya yang terlalu muda. Perawatan inii dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau pergi ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

  d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga .

  e) Mempertahanka hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan lembaga kesehatan yang ada).

5. Peran Keluarga

  Peran adalah seperangkat tingkat laku yang diharapkan oleh lain terhadap seseorang seseorang kedudukannya dalam suatu sistem kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seseorang peran dala situasi social tertentu (Mubarak, 2009). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat (Setiadi, 2008).

  Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran ayah sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom , pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak , pelindung keluarga dan juga sebagi anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembanan fisik, mental ,sosial dan spiritual.

6. Fungsi Keluarga

  Menurut Friedman (2010) fungsi keluarga dibedakan menjadi 5 yaitu: a) Fungsi Afektif

  Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif pasien gangguan jiwa. Keberhasilan melaksakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat diperlajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksakan fungsi afektif , seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah: 1)

  Saling mengasih, cinta kasih, kehangatan , saling menerima , saling mendukung antara keluarga dengan anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa, sehingga terciptakan hubungan yang hangat dan saling mendukung.

  2) Saling menghargai, keluarga harus menghargai , mengakui keberadaan dan hak anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa serta selalu mempertahankan iklim yang positif.

  Ikatan kekeluarga yang kuat dikembangkan melalui proses identifikan dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga terutama pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sangat membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya. Keluarga harus mengembangankan proses tingkah laku yang positif tersebut.

  b) Fungsi Sosialisasi

  Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui setiap anggota keluarga, yang menghasilkan interaksi social.

  Keluarga merupakan tempat setiap anggota keluarga untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan yang dicapai anggota keluarga melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.

  c) Fungsi Ekonomi

  Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga.

  d) Fungsi Perawatan Kesehatan

  Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah dan merawat terjadinya penyakit.

  Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga . kesanggupan keluarga melaksankan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga dilaksanakan. Keluarga yag dapat melaksanakan tugas kesehatan.

  e) Fungsi Reproduksi generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

E. Kerangka Konsep

Gambar 2.1 bagan kerangka konsep terjadi

  hiperglikemia Ambang reabsorbsi glukosa di ginjal tinggi glukosa

  • Lipolisis - proteolisis Keseimbangan energi negatif dalam tubuh

  Diuresis osmotik Poliuria hipersomolar Penurunan cairan intrasel Stimulasi osmoreseptor pusat haus di otak

  Polidipsi Gangguan insulin relatif / absolut

  Penggunaan glukosa oleh sel menurun Glukogenesis:

  Polifagia Sumber : Kumar, Abbas & Aster, 2013 (dalam modifikasi) BB Turun/BB naik

  Ketidakseimbang nutrisi, kadar gula darah Penerapan diit 3J