BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus - PUPUT AJI TRIJAYANTO BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes Melitus Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu

  mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan guladarah yang tingginya sudah membahayakan (Setiabudi, 2008)

  Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal (hiperglikemia). Diabetes mellitus merupakan kelainan enokrin yang paling umum dijumpai dalam praktek klinik. Diabetes mellitus didefinisikan sebagai sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia akibat resistensi insulin atau ketiadaan insulin mutlak atau relatif (Barasi, 2007).

  Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin (Soegondo dkk, 2009).

  Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang mengakibatkan gangguan metabolisme glukosa dan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin dari sel beta pankres atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Stanley & Beare, 2005).

2. Klasifikasi Diabetes Melitus

  Klasifikasi DM menurut (ADA, 2007) adalah: a. Diabetes MelitusTipe I (insulin dependent)

  Diabetes Melitus Tipe 1 atau disebut juga dengan insulin dependent (tergantung insulin) adalah mereka yang menggunakan insulin oleh karena tubuh tidak dapat menghasilkan insulin. Pada Diabetes Melitus tipe 1, badan kurang atau tidak menghasilkan insulin, terjadi karena masalah genetik, virus atau penyakit autoimun dan faktor lingkungan. Injeksi insulin diperlukan setiap hari untuk pasien Diabetes Melitus tipe 1.

  b.

  Diabetes Melitustipe II (insulin requirement) Diabetes Melitustipe 2 atau disebut juga dengan insulin requirement

  (membutuhkan insulin) adalah mereka yang membutuhkan insulin sementara atau seterusnya. Pancreas tidak menghasilkan cukup insulin agar kadarguladarah normal, olehkarenabadantidakdapatresponterhadap insulin. Penyebabnya tidak hanya satu yaitu akibat resistensi insulin yaitu banyaknya jumlah insulin tetapi tidak berfungsi. Bisa juga karena kekurangan insulin atau karena gangguan sekresi atau produksi insulin.

  Diabetes Melitus tipe 2 menjadi semakin umum oleh karena factor resikonya yaitu obesitas dan kekurangan olah raga. Faktor yang mempengaruhi timbulnya diabetes mellitus yaitu usia lebih dari 65tahun, obesitas, riwayat keluarga.

3. Faktor Resiko Diabetes Melitus

  Faktor resiko dan cepat lambatnya seseorang terkena diabetes melitus dipengaruhi oleh teori dibawah ini:

  a.

  Riwayat keluarga Riwayat keluarga adalah faktor risiko utama seorang akan mengalami diabetes melitus, secara genetik pasien diabetes melitus akan mempengaruhi keturunannya. Tranmisi genetik adalah paling kuat terdapat dalam diabetes, jika orang tua menderita diabetes ,maka 90% pasti membawa carier diabetes, yang ditandai dengan kelainan sekresi insulin. Hal ini dikarenakan seorang dengan riwayat keluarga diabetes memiliki kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak menghasilkan insulin dengan baik (Price & Wilson, 2006).

  Menurut Rahayu (2012), Diabetes melitus dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit diabetes melitus yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak menghasilkan insulin dengan baik dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang memiliki riwayat keturunan diabetes melitus lebih banyak (54%) dibandingkan pasien yang tidak memiliki riwayat keturunan diabetes melitus (46%). Sedangkan menurut Samreen Riaz

  (2009) menyatakan bahwa 25% diabetes melitus tipe 1 dan 50% diabetes melitus tipe 2 terjadi juga karena faktor keturunan.

  Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15%. Jika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabates UK, 2010). Risiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. Jika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah 10% dan 90% jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes UK, 2010).

  b.

  Umur Umur adalah terhitung seorang individu lahir sampai saat berulang tahun terakhir. Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan (Depkes RI, 2008).

  Usia lanjut pada umumnya adalah penderita Diabetes Melitus tipe

  2. Sedikitnya, setengah dari populasi penderita Diabetes usia lanjut tidak mengetahui kalau mereka menderita Diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia (Misnadiarly, 2006).

  Pada orang – orang yang berumur fungsi organ tubuh semakin menurun hal ini diakibatkan aktivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin menjadi berkurang dan sensifitas sel – sel jaringan menurun sehingga tidak menerima insulin. Sedangkan pada usia muda yang secara genetik sudah mempunyai diabetes melitus juga beresiko mengalami diabetes melitus berkelanjutan jika tidak dapat mengatur pola hidup sehat (Hasdianah, 2012)

  Umur merupakan salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kekambuhan diabetes melitus. Setiap bertambahnya umur satu tahun, mengakibatkan berkurangnya fungsi organ tubuh sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan kerja dari insulin sehingga seirang yang berumur ≥ 45 tahun memiliki peningkatan risiko terjadinya diabetes melitus dan berakibat kemtian (Utami, 2004)

  Berdasarkan analisis data Riskesdas tahun 2007 yang dilakukan oleh Irawan, didapatkan bahwa prevalensi DM tertinggi terjadi pada kelompok umur di atas 45 tahun sebesar 12,41%. Kelompok umur yang paling banyak menderita DM adalah kelompok umur 45-52. Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin.

  Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati, 2013).

  Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Kariadi Semarang tahun 2011 menunjukkan bahwa seseorang yang berusia ≥ 45 tahun memiliki peningkatan risiko terhadap terjadinya Diabetes Melitus dan intoleransi glukosa oleh karena faktor degeratif yaitu menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme glukosa (Utami, 2004). Penelitian di RSU Prof Dr. R. D Kandou Manado menunjukkan bahwa hasil usia terbanyak yang beresiko Diabetes melitus adalah usia 50 – 60 tahun (Nadyah, 2011).

c. Obesitas (kegemukan)

  Obesitas adalah keadaan abnormal atau akumulasi lemak yang berlebihan yang menyebabkan timbulnya risiko terhadap kesehatan (WHO, 2012). Obesitas merupakan faktor risiko penyebab terjadinya penyakit degenerative seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner dan hipertensi. Menurut Pusat Diabetes dan Lipid RSCM FKUI dan Instalasi Gizi RSCM (2003) sebagai penelitian abdominal diperlukan rasio lingkar pinggang (lingkar pinggang normal laki – laki <90cm dan wanita <80cm). Pada orang gemuk aktivitas jaringan lemak dan otot menurun sehingga dapat memicu munculnya Diabetes Melitus. Kelainan metabolik tersebut umumnya berupa resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas, obesitas berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot, hati, monosit dan perbukaan sel lemak.

  Indeks masa tubuh secara bersama-sama dengan variable lainnya mempunyai hubungan yang signifikan dengan diabetes mellitus.

  Hasil perhitungan OR menunjukan seseorang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita diabetes. Kelompok dengan risiko diabetes terbesar adalah kelompok obesitas, dengan odds 7,14 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok IMT normal. Penelitian menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes mellitus dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.

  d.

  Jenis kelamin Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.

  Seks berkaitan dengan tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki memproduksikan sperma, sementara perempuan menghasilkan sel telur dan secara biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat dipertukarkan diantara keduanya, dan fungsinya tetap dengan laki- laki dan perempuan pada segala ras yang ada di muka bumi.

  Menurut loacara (2007), rata – rata kematian pasien diabetes melitus 72,29± 8,87 tahun lebih banyak pada wanita disbandingkan dengan laki – laki 71,35±9,06 tahun e. Kurang olahraga

  Olahraga adalah jenis latihan fisik (jasmani) melalui gerakan-gerakan anggota tubuh atau gerakan tubuh secara keseluruhan, dengan maksud untuk meningkatkan dan mempertahankan kebugaran jasmani. Olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol Diabetes Melitus, antara lain dengan melakukan senam khusus Diabetes Melitus Tipe II, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet yang dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres (Soegondo, 2009).

  Aktivitas fisik dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas fisik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes,2010).

  Menurut penelitian yang telah dilakukan di Cina beberapa waktu yang lalu, jika seseorang dalam hidupnya kurang melakukan latihan fisik ataupun olahraga maka cadangan glikogen ataupun lemak akan tetap tersimpan di dalam tubuh, hal inilah yang memicu terjadinya berbagai macam penyakit degenratif salah satu contohnya diabetes melitus tipe II (Yunir dan Soebardi, 2007).

f. Gaya hidup

  Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa riwayat keluarga menderita DM bukanlah satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ada sekitar 41% responden yang telah didiagnosis menderita DM Tipe 2 namun tidak memiliki riwayat keluarga menderita DM. Meskipun faktor keturunan memiliki pengaruh dalam menentukan seseorang berisiko terkena diabetes atau tidak, gaya hidup juga memiliki peran besar terhadap risiko terjadinya DM Tipe 2. Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 yaitu aktivitas fisik olahraga (Utami, 2004). Oleh karena itu, pencegahan diabetes bagi yang berisiko dapat dilakukan dengan membiasakan hidup sehat dan berolahraga secara teratur (Adib, 2011).

  g.

  Pola makan Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memecutimbulnya diabetes melitus.

  Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus (Hasdianah, 2012) h.

  Merokok Responden yang terpapar asap rokok merupakan perokok aktif dan pasif. Dari responden yang terpapar asap rokok, sebagaian besar adalah perokok pasif. Perokok pasif memungkinkan menghisap racun sama seperti perokok aktif. Penelitian oleh Houston mendapatkan bahwa perokok aktif memiliki risiko 76% lebih tinggi untuk terserang DM Tipe 2 dibanding dengan yang tidak terpajan (Irawan,2010).

  i.

  Stress Stress adalah keadaan yang membuat tegang yang terjadi ketika seseorang mendapatkan masalah atau tantangan dan belum mempunyai jalan keluarnya atau banyak pikiran yang mengganggu seseorang terhadap sesuatu yang akan dilakukannya (Clonninger, 1996, dalam Safaria dan Saputra, 2009).

  Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah kerena stress menstimulus organ endokrin utuk mengeluarkan ephinefrin, yang mempunyai efek sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses

  

glikoneogenesi di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar

glukosa di dalam darah dalam beberapa menit (Guyton & Hall, 2007).

  Orang yang mengalami stres memiliki risiko 1,67 kali untuk menderita

  DM Tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami stres (Andi dkk,2007).

  Adanya peningkatan risiko diabetes pada kondisi stres disebabkan oleh produksi hormone kortisol secara berlebihan saat seseorang mengalami stres. Produksi kortisol yang berlebih ini akan mengakibatkan sulit tidur, depresi, tekanan darah merosot, yang kemudian akan membuat individu tersebut menjadi lemas, dan nafsu makan berlebih. Oleh karena itu, ahli nutrisi biologis Shawn Talbott menjelaskan bahwa pada umumnya orang yang mengalami stres panjang juga akan mempunyai kecenderungan berat badan yang berlebih, yang merupakan salah satu faktor risiko diabetes melitus (Siagian,2012).

  j.

  Hipertensi Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh / disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah. Ada hubungan yang bermakna antara tekanan darah dengan diabetes melitus. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang yang terkena hipertensi berisiko lebih besar untuk menderita diabetes, dengan odds 6,85 kali lebih besar dibanding orang yang tidak hipertensi. Penelitian menurut Sunjaya (2009) menemukan bahwa individu yang mengalami hipertensi mempunyai risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibanding individu yang tidak hipertensi.

  k. Diet

  Menurut Waspadji (2004) dijelaskan bahwa Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit degeneratif yang prevalensinya semakin meningkat. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan pola makan. Tingginya kadar gula dalam darah akibat asupan kalori dan karbohidrat yang berlebih merupalan penyebab utama penyakit tersebut.

  Diet pada penderita diabetes melitus meliputi pengaturan kalori, dan pemberian makanan karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat dalam ketujuh kelompok penggolongan makanan. Karbohidrat merupakan sumber energi yang paling dahulu digunakan sebelum protein dan lemak. Komposisi karbohidrat yang di anjurkan di Indonesia saat ini pada diabetasi terdiri dari 60-70% karbohidrat. Melihat komposisi diet yang dianjurkan selama ini tampak bahwa presentase yang dianjurkan makin tinggi dan makin mendekati menu rata-rata bangsa Indonesia yang terdiri dari 81% karbohidrat (Munadi, 2008). l.

  Status urban Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia jumlah penduduk Indonesia dengan prevalensi diabetes melitus tipe II di daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural 7,2% dan diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penduduk dengan asumsi prevalensi diabetes melitus tipe II mencapai 12 juta diabetesi. Sedangkan untuk di daerah Jawa Tengah pada tahun 2011, prevalensi penyakit diabetes melitus tipe II mengalami peningkatan sebesar 9,7% dengan prevalensi tertinggi di kota Semarang (Depkes, 2011).

  • Tipe I -Tipe II

  g. Pola makan

  Risiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar 15% (Diabetes UK, 2010)

  DM dari ibu lebih besar 10-30% dari pada ayah (Diabetes UK, 2010)

  Tubuh tidak menghasilkan Insulin kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 75% (Diabetes UK, 2010)

Gambar 2.1. Kerangka Teori menurut ADA(2007),Rahayu(2012), Diabetes UK (2010).

   Kerangka Teori

  h. Merokok i. Stress j. Hipertensi k. Diet l. Status urban a.Riwayat Keluarga B.

  f. Gaya hidup

  Kelainan Gen Diabetes Melitus

  e. Kurang Olahraga

  d. Jenis kelamin

  c. Obesitas

  b. Umur

  Faktor Resiko:

  Klasifikasi:

  Onset (Waktu cepat lambatnya terdiagnosis)

C. Kerangka Konsep

  Variabel Independen: Variabel Dependen:

  • Riwayat Garis Keturunan Kejadian Diabetes Melitus -Waktu Terdiagnosis

Gambar 2.4 Kerangka konsep penelitian D.

   Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian adalah : a.

  Proporsi garis keturunan Ayah+Ibu lebih beresiko terhadap kejadian diabetes melitus.

  b.

  Ada hubungan garis keturunan dengan waktu terdiagnosis diabetes melitus.