NILAI-NILAI KETELADANAN RASULULLAH (Telaah Kitab Ar-Rasul Al-Mu’allim Wa Asalibuhu Fi At-Ta’lim Karya Abdul Fattah Abu Ghuddah) SKRIPSI

  

NILAI-NILAI KETELADANAN RASULULLAH

(Telaah Kitab Ar-Rasul Al- Mu’allim Wa Asalibuhu Fi At-Ta’lim

  

Karya Abdul Fattah Abu Ghuddah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

PUJI SANTOSO

NIM: 111 14 381

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

  

MOTTO

“Menjadi baik itu mudah, dengan hanya diam maka yang

tampak adalah kebaikan. Yang susah adalah membuat diri

kita bermanfaat karena ini adalah perjuangan”

(KH. Sahal Mahfudz)

  PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia- Nya, skripsi ini penulis persembahkan untuk : 1.

  Ayah dan ibunda penulis tersayang, Sugiyanto dan Sumarmi yang selalu membimbing, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi yang tiada henti.

  2. Keluarga besar penulis terkhusus bagi kakek dan nenek, Supardi dan Suminah.

  3. Pengasuh Pondok API Al-Masykur Bapak KH. Afif Dimyathi beserta keluarga.

  4. Ketiga saudara kandung penulis, Dek Maman, Dek Aziz dan Dek Fahmi atas motivasi yang tak ada hentinya sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.

  5. Sahabat dan teman dekat yang selalu memberikan motivasi kepada penulis dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

  6. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren API Al Masykur.

  7. Kang Rahmat, Kang Mustaqim, Kang Yusuf, Kang Barok yang selalu memberi inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

  8. Teman-teman PAI angkatan 2014 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

  9. Mbak Insanul Kamila, orang yang selalu menjadi motivasi bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini. skripsi ini, penulis persembahkan khusus kepadanya.

KATA PENGANTAR

  Bismillahirrahmanirrohim

  Puji syukur

  alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan

  kepada Allah Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Nilai-Nilai Keteladanan Rasulullah (Telaah Kitab

  Ar-Rasul Al- Mu‟allim Wa Asalibuhu Fi At-Ta‟lim Karya Abdul Fattah

  Abu Ghuddah).

  Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

  Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

  1. Rektor IAIN Salatiga, Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Hj. Siti Rukhayati, M.Ag.

  4. Bapak Dr. Rasimin, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi yang telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.

  5. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

  Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca pada umumnya.Amin.

  Salatiga, 27 September 2018 Puji Santoso NIM. 11114381

  

ABSTRAK

  Santoso, Puji. 2018. Nilai-Nilai Keteladanan Rasulullah (Telaah kitab Ar-Rasul

  Al- Mu‟allim Wa Asalibuhu Fi At-Ta‟lim Karya Abdul Fattah Abu Ghuddah). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan

  Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Rasimin, S.Pd., M.Pd.

  Kata Kunci: Keteladanan, Kitab Ar-Rasul Al- Mu’allim Wa Asalibuhu Fi At- Ta’lim

  Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-Rasul Al-

  Mua‟llim Wa Asalibuhu Fi At- Ta‟lim karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah. Pertanyaan

  yang ingin dijawab melalui penelitian ini sebagai berikut: (1) Apa signifikansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-Rosul al-

  Mu‟allim wa Asalibuhu fi at- Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu Ghuddah?, (2) Bagaimana relevansi nilai-

  nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-Rosul al-

  Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta ‟lim karya Abdul Fattah Abu Ghuddah dengan praktek pendidikan saat ini?, (3) Bagaimana implikasinya?.

  Skripsi ini merupakan penelitian studi kepustakaan atau library research. Seluruh data baik dari data primer dan data sekunder diperoleh dengan menggunakan metode dokumentasi. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah dengan diskristif analisis isi atau content analysis.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, nilai-nilai keteladanan yang terdapat dalam kitab ar-rosul al-

  mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim karya Syekh

  Abdul Fattah Abu Ghuddah meliputi: memudahkan dan tidak memberatkan, kasih sayang, sabar, lemah lembut, adil, rendah hati dan sederhana memiliki peran penting demi terwujudnya tujuan pendidikan. Kedua, pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah tentang nilai-nilai keteladanan masih sangat relevan jika diterapkan pada zaman sekarang. Ini berdasarkan refleksi terhadap realitas yang ada. Nilai keteladanan yang terdapat dalam karangan beliau bersifat tetap, dimanapun dan kapanpun nilai-nilai tersebut akan terus berlaku. Hal itu berdasarkan al-Quran dan Hadis Nabi. Dimana keduanya berlaku sepanjang hayat tidak dipengaruhi tempat dan waktu. Ketiga, keteladanan memiliki dampak atau implikasi yang sangat berpengaruh terhadap seseorang. Hal ini disebabkan oleh karena manusia cenderung untuk meniru atau mencontoh perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. Terlebih lagi bagi anak didik yang masih berada dalam masa perkembangan dan pertumbuhan, mereka menganggap apa yang dilakukan oleh gurunya merupakan tindakan yang layak untuk dicontoh dan diikuti.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  …………………………………...………………… x

  BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

  Setting Sosial ……………………………………………. 18 C. Karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah ……………… 19

  ……………..……………………………… 17 A. Biografi Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah ……………. 17 B.

  BAB II BIOGRAFI

  H. Sistematika Penulisan ………………………………… 16

  G. Definisi Operasional ………………………………….. 14

  F. Metode Penelitian …………………………………..… 11

  E. Kajian Pustaka ………………………………………… 8

  D. Manfaat Penelitian …………………………………….. 7

  C. Tujuan Penelitian ……………………………………… 7

  B. Rumusan Masalah ……………………………………... 6

  A. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1

  ……...……………………………….... 1

  BAB I PENDAHULUAN

  DAFTAR ISI

  ………………………………………..……. i

  ……………………………………………………….. ix

  ABSTRAK

  ………………………………………….. vii

  KATA PENGANTAR

  ………………………………… vi

  HALAMAN PERSEMBAHAN

  ……………………………………………. v

  HALAMAN MOTTO

  …………………………………… iv

  HALAMAN PERNYATAAN

  ………………………………...…. iii

  HALAMAN PENGESAHAN

  ……………………………..……. ii

  HALAMAN PERSETUJUAN

  …………..………….... 22 A. Pengertian Nilai Keteladanan ……………..……………. 22

  B.

  Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Tentang Nilai Keteladanan dalam Kitab Ar-Rasul al-

  Mu‟allim Wa Asalibuhu Fi at- Ta‟lim ……………………………………………………... 24

  BAB IV PEMBAHASAN

  ……………………………………...… 34 A. Signifikansi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah .... 34 B.

  Relevansi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Tentang Nilai Keteladanan dengan Zaman Sekarang

  ……………..… 56 C. Implikasi Pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Tentang

  Nilai Keteladanan ………………………………………....… 63

  

BAB V PENUTUP ........................................................................... 66

A. Kesimpulan ………………………………………….……. 66 B. Saran …………………………………………………....… 67 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini sebagian besar dilalui dengan saling meniru atau

  mencontoh oleh manusia yang satu pada manusia yang lain. Kecenderungan mencontoh ini sangat besar peranannya pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan anak. Sesuatu yang dicontoh, ditiru atau diteladani itu mungkin yang bersifat baik dan mungkin pula bernilai keburukan (Nawawi,1993: 213).

  Kata teladan dialihkan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat di belakang seperti hasanah yang berarti baik. Keteladanan adalah metode influentif, yang paling menentukan keberhasilan dalam mempersiapkan dan membentuk sikap serta perilaku moral, spiritual dan sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah contoh terbaik dalam pandangan anak didik yang akan ditirunya dalam segala tindakan dan sopan santunnya, disadari maupun tidak.

  Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik buruknya anak didik yang menjadi objek bimbingan dan arahan (Supriyatno, 2009: 27-29).

  Fungsi pendidik dalam kegiatan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai. Sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab besar, bukan hanya saat waktu proses pendidikan itu berlangsung, tetapi juga menjadi dalam kehidupannya (Sudarto, 2018: 107). Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai karakter yang baik, karena guru adalah contoh ideal bagi anak didiknya.

  Sebagai teladan, guru harus memiliki karakter yang dapat dijadikan profil dan idola bagi anak didik, guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan, guru harus dapat memahami tentang kesulitan anak didik dalam hal belajar dan kesulitan lainnya di luar masalah belajar, yang bisa menghambat aktifitas belajar anak didik. Guru adalah bapak rohani bagi seorang anak didik dalam memberikan santapan jiwa dengan ilmu pendidikan akhlak. Untuk itu setiap guru harus memiliki karakter yang baik dan terintegrasi, karakter yang baik ini tentu saja ditinjau dari segi murid, orang tua dan dari segi kebutuhan tugasnya (Mufron, 2013: 43).

  Menurut Lickona (dalam Rasimin, 2016: 148) Karakter yang baik adalah sesuatu yang kita inginkan bagi anak-anak kita. Karakter yang baik adalah hidup dengan tingkah laku yang benar yakni tingkah laku benar dalam hal berhubungan dengan orang lain (seperti kedermawanan dan rasa simpati) dan berhubungan dengan diri sendiri (misalnya kontrol diri dan tidak berlebih- lebihan). Karakter itu sendiri terbentuk dari tiga bagian yang saling berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan kebiasaan-kebiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya penting untuk menjalani hidup yang bermoral; ketiganya adalah faktor pembentuk kematangan moral.

  Berdasarkan hal tersebut di atas, karakter baik atau mulia meliputi tentang kebaikan baik yang berhubungan dengan orang lain atau diri sendiri, hal tersebut lalu menimbulkan komitmen terhadap kebaikan, dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan. Ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh seorang pendidik selain pengajaran, yaitu keteladanan (modeling) dan pembiasaan (habituation) (Nuh, 2013: 53).

  Seorang pendidik merupakan salah satu unsur penting dalam dunia pendidikan. Seorang pendidik merupakan tokoh sentral yang diharapkan mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik menjadi lebih baik. Tugas dan tanggung jawab seorang guru sungguh sangat berat. Di pundaknyalah tujuan pendidikan secara umum dapat tercapai atau tidak. Inilah mengapa tidak semua orang bisa menjadi guru yang berhasil. Hanya orang- orang tertentu yang mempunyai rasa cinta terhadap anak-anak atau peserta didik dan berdedikasi tinggi terhadap dunia pendidikan saja yang mampu menjadi seorang guru (Azzet, 2011: 13).

  Mendidik menurut Sutari Imam Barnadib (dalam Muliawan, 2005: 142) adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dengan sengaja dengan tujuan memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru hendaknya mendidik anak didik dengan cara-cara yang baik (keteladanan) yang bisa menumbuhkan etika dan perilaku yang baik dalam pergaulan sosial. Jadi menurut Imam Ghazali seorang guru harus mampu memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya (Barizi, 2011: 239).

  Mendidik merupakan kegiatan yang menyentuh sikap mental dan kepribadian anak didik. Sedangkan kegiatan mengajar dan latihan sebagai salah satu bentuknya, lebih erat hubungannya dengan aspek intelektual dan ketrampilan. Akan tetapi harus diakui bahwa mengajar yang baik, pada dasarnya berarti juga sebagai kegiatan mendidik (Nawawi,1993: 211). Sementara dalam konsepsi Islam, pendidikan hakekatnya bertujuan untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tentang kewajiban, hak dan tanggung jawab sosial serta sikap toleran agar hubungan antar manusia dapat berjalan harmonis (Jalaluddin, 2001: 95).

  Namun dalam kenyataannya, pendidikan belum mampu mengantarkan anak didik meraih tujuan ideal yang telah ditetapkannya yaitu, berpengetahuan luas serta menjunjung nilai moral yang luhur, hal ini dibuktikan dengan masih sering terjadinya kenakalan remaja seperti hubungan seks di luar nikah, narkoba dan kenakalan remaja lainnya bahkan yang lebih parah ada oknum guru yang tega melakukan perbuatan asusila terhadap anak didiknya, miris melihat kondisi pendidikan sekarang ini. Seorang guru yang seharusnya menjadi teladan bagi anak didiknya malah melakukan perbuatan tercela seperti itu. Bukan memberikan contoh teladan yang baik, malah merusak masa depan anak didiknya. Pendidikan yang selama ini berlangsung baru sekedar transfer

  Sedangkan nilai-nilai luhur yang terdapat di dalam proses of knowledge. pendidikan tersebut belum mampu diterapkan dalam kehidupan nyata.

  Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mencoba untuk menganalisis nilai-nilai keteladanan Rasulullah SAW. yang terkandung dalam karya Abdul Fattah Abu Ghuddah, karena Rasulullah merupakan suri tauladan yang sempurna bagi umatnya. Salah satu karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah adalah kitab ar-rasul al-

  mu‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim yang merupakan

  kitab yang membahas berbagai persoalan dalam dunia pendidikan terutama yang berkaitan dengan cara mendidik yang baik sesuai dengan apa yang dipraktekkan oleh Rasulullah semasa hidupnya. Karena Rasul merupakan pendidik terbaik yang pernah ada. Melalui karakter yang ada dalam diri Nabi dan metode yang diterapkannya, beliau mampu memberikan pengajaran kepada para sahabatnya secara efektif dan efisien, serta membekas dalam diri para sahabatnya.

  Karya beliau ini mengajak kita semua untuk menjadi seorang pendidik yang berkarakter khususnya, serta mampu menjadi suri tauladan (uswah) di lingkungan kita hidup pada umumnya, sehingga kita mampu memberikan perubahan ke arah yang positif, mampu memberikan warna dalam hidup yang singkat ini, baik untuk keluarga dan masyarakat dimana kita tinggal serta bangsa dan negara. Hidup bukanlah sekedar rutinitas tanpa nilai, tapi merupakan suatu dinamika yang terus bergerak menuju suatu perubahan, sehingga kita harus mampu berperan di dalamnya. Sifat keteladanan Nabi ini telah disebutkan, sebagaimana difirmankan Allah SWT di dalam surat al Ahzab ayat: 21. Firman tersebut mengatakan sebagai berikut:

  َل َناَك ْدَقَل اًيرِثَك َوَّللا َرَكَذَو َرِخلآا َمْوَ يْلاَو َوَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِوَّللا ِلوُسَر ِبُ ْمُك

  Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

  baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-

  Ahzab: 21). Dalam ayat di atas secara menjelaskan bahwa Allah SWT menjadikan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai teladan bagi seluruh umat manusia.

  Keteladanan tersebut berlaku di dalam semua lini kehidupannya. Oleh karena itu, penulis berusaha mengungkapkan nilai-nilai keteladanan yang ada dalam diri Rasulullah, sebagai pijakan bagi kita untuk meneladani akhlak Beliau yang mulia.

  Keteladanan memegang peran penting dalam upaya pembentukan karakter seseorang. Karena pada umumnya anak didik belum paham dengan baik tentang konsep kebaikan. Dalam kehidupan ini, khususnya dalam dunia pendidikan kesulitan yang biasa dihadapi oleh anak-anak adalah menerjemahkan konsep kebaikan yang abstrak ke dalam tindakan. Konsep yang abstarak tersebut harus dikonkretkan terlebih dahulu agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan. Salah satu cara untuk mengkonkretkannya adalah dengan member contoh atau keteladanan (Munir, 2010: 11-12).

  Untuk itu bagi umat Islam, keteladanan yang paling baik dan utama, terdapat di dalam diri Rasulullah Muhammad SAW. Keteladanan Rasulullah mencakup semua lini kehidupan mengingat posisi dan profesi Nabi begitu komplit dan kompleks. Rasanya sulit menemukan tokoh besar dengan sisi kehidupan yang begitu kaya seperti dijalankan Rasulullah (Nuh, 2013: 171- 172).

  Berdasarkan pemaparan masalah di atas, kitab karya Abdul Fattah Abu Ghuddah Ar-Rosul al-

  Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim ini layak diteliti

  untuk mencari nilai-nilai keteladanan Rasulullah SAW sebagai panutan bagi kita dalam kehidupan sehari-hari khusunya untuk dalam mendidik. Beranjak dari latar belakang yang sudah penulis paparkan di atas, maka penulis mencoba menyusun sebuah skripsi dengan mengangkat judul tentang nilai-nilai keteladanan Rasulullah (telaah kitab ar-rosul al-

  mu‟allim wa asalibuhu fi at- ta‟lim karya Abdul Fattah Abu Ghuddah).

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang yang diuraikan di atas, yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:

  1. Apa signifikansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-Rosul al-

  

Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu Ghuddah ?

2.

  Bagaimana relevansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-

  Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu

  Ghuddah dengan praktek pendidikan saat ini? 3. Bagaimana implikasi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-

  Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu

  Ghuddah dengan praktek pendidikan saat ini? C.

   Tujuan Penelitian

  Dari persoalan di atas tujuan yang hendak penulis diskripsikan dalam penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui signifikansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-

  Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu

  Ghuddah.

  2. Menemukan relevansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-

  Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu

  Ghuddah.

  3. Mengetahui implikasi nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kitab Ar-

  Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Abdul Fattah Abu

  Ghuddah dengan praktek pendidikan saat ini.

D. Manfaat Penelitian

  Suatu pengkajian dan telaah baru terhadap suatu ilmu pengetahuan diharapkan mampu menambah dan memberikan temuan dan informasi baru yang dapat diambil manfaatnya. Manfaat bagi para praktisi yang aktif dalam bidang ini maupun kepada khalayak yang membaca serta mempelajari kajian ini. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut:

  1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang poitif dalam bidang pendidikan dan wawasan yang lebih luas tentang nilai-nilai keteladanan Rasulullah. Serta diharapkan dapat memberikan satu tambahan literature dalam memperkaya khasanah keilmuan islam dan menjadi suatu masukan serta rujukan bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah ini.

  2. Manfaat praktik

  Sebagai masukan yang membangun dalam pemberdayaan dan peningkatkan kualitas suatu lembaga pendidikan khususnya pendidikan agama islam. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan yang terkait dengan pendidikan. Serta sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (SI) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

E. Kajian Pustaka

  Penelitian Arif Cahya Wicaksana (2014) tentang

  “Relevansi Nilai-Nilai Keteladanan Bisnis Rasulullah dengan Pendidikan Akhlak (Studi Buku Karya Muhammad Syafii Antonio Ensiklopedia Leadership dan Manajemen Muhammad SAW Bisnis dan Kewirausahaan)

  . Disebutkan bahwa adanya nilai-nilai yang terkandung dalam bisnis Rasulullah terutama nilai-nilai akhlak.

  Rasulullah mengajarkan bentuk transaksi bisnis yang sarat dengan nilai-nilai etika, akhlak, dan kemanusiaan.

  Penelitian Cholid (2009) tentang “Manajemen Metode Pembelajaran

  Rasulullah SAW (Studi atas Kitab Tarbiyah al Nabi Liashabih Karya Khalid Abdullah al Qurasyi)”. Disebutkan bahwa metode yang digunakan dalam

  proses pendidikan sangat berpengaruh terhadap proses penanaman nilai-nilai yang terkadung dalam proses pendidikan itu sendiri. Hal itu dapat dilihat dari keberhasilan Rasulullah dalam dakwahnya.

  Penelitian Nur Saifuddin Anshori (2013) tentang “Pendidikan Karakter

  Nabi Muhammad SAW dalam Buku Sirah Nabawiyah Terjemahan Kitab Ar

  Rachiqu al Makhtuum Karya Syeikh Shafiyurrahman al M ubarakfury”.

  Disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW. merupakan suri teladan yang baik. Karakter Beliau dapat dijadikan sebagai bahan pendidikan karakter yang selama ini kurang mengena serta nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam buku sirah nabawiyah ini masih sangat relevan jika diterapkan pada konteks zaman sekarang.

  Penelitian Anang Umar (2015) tentang

  “Nilai-Nilai Keteladanan Nabi

Muhammad Saw. pada Perang Badar al-Kubra dan Relevansinya dengan

Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam”. Disebutkan bahwa terdapat

  nilai-nilai keteladanan dalam diri Nabi Muhammad SAW. dalam perang Badar al-Kubra yaitu: nilai kepribadian, nilai sosial, nilai kecerdasan, nilai motivasi, nilai memahami orang lain, nilai ketegasan dan nilai-nilai keteladanan nabi tersebut sesuai dengan kompetensi seorang pendidik pada zaman sekarang.

  Penelitian Miss Saining Samae (2017) tentang

  “Pengaruh Keteladanan

Guru dalam Menanamkan Nilai Akhlak Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri

2 Surakarta”. Disebutkan bahwa keteladanan guru memiliki pengaruh dalam

  menanamkan nilai akhlak siswa di MTs Negeri 2 Surakarta, hal ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi perkataan dan segi perbuatan.

  Penelitian Nurna Noviatri (2014) tentang

  “Kontribusi Keteladanan Guru

dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kedisiplinan Siswa Kelas V SD Negeri

Se- Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta”. Disebutkan bahwa adanya

  kontribusi serta pengaruh dari keteladanan guru terhadap kedisiplinan siswa kelas V.

  Penelitian Ifa Istinganah (2015) tentang

  “Pengaruh Keteladanan Guru

Akidah Ahklak dan Keteladanan Orang Tua Terhadap Nilai-Nilai Akhlakul

Karimah Siswa di MTsN se- Kabupaten Blitar”. Disebutkan bahwa adanya

  pengaruh keteladanan guru dan orang tua terhadap pembentukan akhlakul karimah pada anak.

  Peneitian Melly Nurbaity (2017) tentang

  “Pembentukan Kepribadian

Anak Melalui Keteladanan Orang Tua di Lingkungan Rumah Menurut Konsep

Pendidikan Islam”. Disebutkan bahwa keteladanan orang tua memiliki

pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.

  Penelitian Ina Siti Julaeha (2014) tentang

  “Keteladanan Orang Tua

dalam Mendidik Anak Menurut Abdullah Nasih „Ulwan”. Disebutkan bahwa

  orang tua adalah peletak awal pembentukan kepribadian Islam melalui keteladanan yang dilakukan di dalam lingkungan keluarga. Baik buruknya anak ditentukan dari pengaruh sikap yang dicontohkan orang tua kepadanya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian literatur dengan menggunakan pendekatan analysis content.

  Penelitian Puji Tulus Santoso (2013) tentang

  “Pengaruh Keteladanan

Guru Terhadap Pengamalan Akhlakul Karimah pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 1 Sumbang Kabupaten Banyumas”. Disebutkan bahwa keteladanan

  guru mempunyai pengaruh dengan kategori sangat kuat dan sangat tinggi terhadap pengamalan akhlakul karimah pada siswa kelas VIII. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif.

F. Metode Penelitian

  Pengertian metode, berasal dari kata methods (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yng berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan, 2010: 24).

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian literature (library research). Metode literature atau metode kepustakaan adalah salah satu metode penelitian pendidikan yang menggunakan cara telaah pustaka (Muliawan, 2014: 71).

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengambil data dari pendapat para ahli yang dituangkan dalam buku-buku, istilah ini biasanya disebut library (penelitian pustaka) yaitu mengadakan penelitian dengan cara

  research

  mempelajari dan membaca literatur-literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Studi kepustakaan merupakan tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku- buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti (Nazir, 1985: 111) 2.

  Sumber penelitian Sumber data penelitian adalah subjek darimana data itu diperoleh

  (Arikunto, 2014: 172). Sedangkan data-data tersebut terbagi dalam dua bagian: a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang paling utama digunakan dan sesuai dengan permasalahan ini. Sumber primer dalam hal ini adalah hasil- hasil penelitian atau tulisan-tulisan karya peneliti atau teoritisi yang orisinil (Hadjar, 1996: 83). Adapun sumber data primer adalah Kitab Ar-Rosul al-

Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah.

  b.

  Sumber data sekunder Sumber sekunder adalah bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori (Hadjar, 1996: 84). Data ini berupa dokumen, buku, majalah, jurnal, dan yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Diantaranya adalah:

  1) Agus Khudlori. Muhammad Sang Guru. 2) Umar Husein Assegaf. Mendidik dan Mengajar ala Rasulullah. 3) Rahmat Hidayat. Muhammad SAW The Super Teacher. 4) Muhammad Suwaid. Mendidik Anak Bersama Nabi SAW.

  3. Metode pengumpulan data Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Dokumentasi. Menurut Suharsimi Arikunto

  (2010:274) Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.

4. Analisi data

  Untuk menganalisis data penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode diskristif

  Metode deskriptif adalah pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif (Sudjana, 1989: 198). Peneliti melakukan analisis data dengan menggambarkan buah pemikiran Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam kitab Ar-Rosul al- Mu‟allim wa Asalibuhu fi at-Ta‟lim.

  b.

  Metode analisis Metode Content Analisys (analisis isi) yaitu analisis terhadap makna yang terkandung dalam pemikiran, menganalisa dan memahami dari sebuah pendapat maupun sebuah buku, baik sebagian maupun keseluruhan untuk mengetahui, memahami dan menjelaskan isi dari sebuah buku tersebut (Suryabrata, 1996: 85).

  Dalam proses penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis isi

  

(content analysis) dalam bentuk deskriptif analisis yaitu berupa catatan

  informasi faktual yang menggambarkan segala sesuatu apa adanya dan mencakup penggambaran secara rinci dan akurat terhadap berbagai dimensi yang terkait dengan semua aspek yang diteliti. Maka, di sini penulis menggambarkan permasalahan yang dibahas dengan mengambil materi-materi yang relevan dengan permasalahan, kemudian dianalisis, dipadukan, sehingga dihasilkan kesimpulan (Bungin, 2008: 155-159).

G. Definisi Operasonal 1.

  Nilai-nilai Nilai adalah sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (yakni manusia yang meyakini) (Thoha, 1996: 60).

  Menurut Spranger (dalam Asrori 2008: 153) nilai diartikan sebagai suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi soaial tertentu.

  Sedangkan menurut Muhammad Noor Syam, 1986 (dalam Muhaimin dan Abdul Mujib 1993: 109) nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas objek yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat.

  Dengan demikian yang dinamakan nilai adalah suatu yang berharga yang dijadikan pedoman oleh seseorang dalam bertindak.

2. Keteladanan

  Dalam kamus besar Indonesia disebutkan, bahwa keteladanan dasar katanya teladan yaitu perbuatan atau barang yang patut ditiru dan dicontoh.

  Oleh karena itu keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995: 129).

  Menurut Al-Ashfahani (dalam Arief, 2002: 117) al-uswah dan al-iswah sebagaimana kata al-qudwah dan al-qidwah berarti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti orang lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan atau kemurtadan.

  Keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan Islam , yaitu keteladanan yang baik sesuai dengan pengertian uswah (Armai Arief, 2002: 117.)

  Keteladanan, dalam proses pendidikan berarti setiap pendidik harus berusaha menjadi teladan anak didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan teladan dalam keburukan. Dengan keteladanan itu diharapkan anak didik, akan mencontoh dan meniru segala sesuatu yang baik di dalam perkataan dan perbuatan pendidiknya (Nawawi, 1993: 215).

  Keteladanan adalah suatu contoh yang dapat dijadikan acuan oleh orang lain karena dianggap orang yag dijadikan contoh tersebut mengandung nilai yang baik dan luhur. Seorang guru yang dicintai oleh anak didiknya adalah guru yang mempunyai kepribadian layak ditiru. Inilah kepribadian utama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Menurut falsafah Jawa, kata guru berasal dari kalimat “bisa digugu (dipercaya) dan ditiru (dicontoh)”. Jadi, orang yang menjadi guru adalah seorang yang bisa dipercaya dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didiknya (azzet, 2011: 55). Jadi keteladanan adalah suatu hal baik berupa perkataan atau tindakan yang bernilai positif yang dapat dijadikan contoh yang dapat panutan bagi orang orang lain.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini tersusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari: sampul, lembar berlogo, judul (sama dengan sampul), persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

  Bagian inti dalam penulisan penelitian ini, penulis menyusun dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan. Dalam bab ini penulis akan memaparkan tentang pokok-pokok penulisan dalam skripsi ini. bagian ini memuat: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, defenisi operasional dan sistematika penelitian.

  Bab II berisi biografi. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai biografi tokoh, setting sosial, dan karya-karyanya. Bab III berisi deskripsi pemikiran. Bab IV berisi pembahasan, dalam bab ini akan disajikan pembahasan mengenai signifikansi nilai-nilai keteladanan Rasulullah telaah kitab ar-Rosul

  al-Muallim wa Asalibuhu fi at- Ta‟lim karya Syekh Abdul Fattah Abu

  Ghuddah, relevansinya dengan praktik pendidikan saat ini serta implikasinya.

  Bab V berisi penutup yang merupakan refleksi dari penulisan skripsi dalam bentuk kesimpulan dan saran.

BAB II BIOGRAFI A. Biografi Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah lair di kota Aleppo, Suriah, 17 Rajab

  tahun 1336 H / 1917 M. Pada masa mudanya, Syekh Abdul Fattah menyelesaikan pendidikan menengah di Suriah, lalu melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Mesir, yaitu Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, dan lulus pada tahun 1368 H / 1948 M. Setamat dari Fakultas Syariah Al-Azhar, dia mengambil spesialisasi bidang pedagogi (pengajaran) di Fakultas Bahasa Arab di universitas yang sama dan lulus pada 1370 H / 1950 M. Setelah itu, dia kembali ke negeri asalnya, Suriah (Khudlori, 2015: 342).

  Segudang pengalaman di dunia pendidikan telah dia lakoni, bahkan dia tergolong pakar di bidang satu ini. Sepulang dari Mesir, dia bekerja sebagai guru di Aleppo, lalu menjadi dosen di Fakultas Syariah di Universitas Damaskus. Tak berselang lama, Syekh Abdul Fattah pindah ke Saudi Arabia dan mengikat kontrak dengan Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud di Riyadh, dimana ia bekerja sebagai dosen. Selain itu, dia juga mengjar di Ma‟had Ali li al-Qadha‟ (sekolah tinggi yudisial), menjadi profesor pembimbing untuk mahasiswa pascasarjana, dan lain-lain (Khudlori, 2015: 342- 343).

  Selama periode 1385-1408 H / 1965-1988 M, Syekh Abdul Fattah berpartipasi dalam pembangunan Universitas Imam Muhammad Ibnu Saud dan pembentukan kurikulumnya, seta diangkat menjadi anggota Majlis Ilmi (Dewan Ilmiah) di kampus itu. Syekh Abdul Fattah juga pernah ditugaskan sebagai profesor tamu di Universitas Islam Umm Durman, Sudan, dan beberapa perguruan tinggi di India. Pernah pula berpartipasi dalam berbagai seminar dan konferensi ilmiah Islam tingkat internasional. Sekembalinya dari Sudan, dia mengajar di King Saud University di Riyadh. Dia pernah menempati posisi-posisi penting dalam dunia pendidikan serta memberikan kontribusi terhadap perkembangan banyak lembaga dan perguruan tinggi.

  Beliau merupakan sosok yang patut dijadikan contoh, beliau memiliki komitmen sangat tinggi untuk selalu membaca dan terus belajar, meskipun salah satu matanya di kemudian hari buta dan salah satu telinganya tidak dapat mendengar. Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah meninggal pada 9 Syawal 1417 H atau 16 Februari 1997 M di Riyadh dalam usia 80 tahun, tetapi kemudian dibawa ke Madinah dan dimakamkan di Baqi‟ sesuai keinginan Beliau (Khudlori, 2015: 343-344).

B. Setting Sosial

  Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah merupakan ulama Suriah yang dikenal karena kiprah akademiknya. Ayah beliau, yang bernama Muhammad bin Bashir dikenal baik karena ketaatan dan keshalehannya. Ayah Beliau merupakan pengusaha di industri teksil. Pada pertengahan 1960-an Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah menggalang ulama di Suriah dan membawa persatuan di kalangan umat Islam. Beliau mengangkat isu-isu kontemporer dan digunakan untuk berbicara melawan gelombang sekularisme. Pada tahun 1962, Beliau terpilih sebagai anggota parlemen untuk kota Aleppo, meskipun perlawanan sengit ia hadapi dari pesaing lainnya. Beliau menggunakan posisi ini untuk membantu dan mempromosikan kepentingan Islam dan umat Islam di Suriah.

  Syekh Abdul Fattah pun sempat dipenjarakan pada tahun 1966 dan menghabiskan sebelas bulan di penjara dengan ulama lainnya sebelum akhirnya memutuskan untuk pindah ke Arab Saudi. Disana, Beliau mengajar di Universitas Imam Muhammad Ibn Saud di Riyadh selama tahun 1965-1988.

  Beliau menyibukkan dengan aktivitas akademik sebagai Profesor tamu di Universitas Islam Um Durman di Sudan. Beliau juga berpartisipasi dalam berbagai seminar dan konferensi dan juga bekerja untuk jangka waktu di King Saud University di Riyadh. (Wulandari. 2008. Setting Sosial Syekh Abdul Fattah Abu Guddah, iakses pada 28 Agustus 2018).

C. Karya Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah

  Kitab ar-rasul al-mu

  ‟allim wa asalibuhu fi at-ta‟lim pada awalnya

  merupakan materi kuliah umum yang diminta oleh direktorat Fakultas Syahriah dan Fakultas Bahasa Arab di Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia, pada tahun 1385- 1386. Tema ini ar-Rosul al-Muallim wa Asalibuhu fi at-

  Ta‟lim dipilih menjadi materi kuliah pada kedua fakultas tersebut, karena besar korelasinya dengan dunia keilmuan, pengajaran dan para pelajar itu sendiri (Khudlori, 2015: xiii).

  Untuk mengembangkan materi tersebut menjadi sebuah kitab yang lengkap, pengarang kitab ini menambahkan banyak catatan di dalamnya, termasuk pembahasan-pembahasan penting yang menyenpurnakan isinya. Selain itu, beberapa catatan juga diperluas sehingga dirasa cukup sesuai konteks dan sebagian yang lain dipersempit pembahasannya, sehingga jadilah kitab yang lengkap. Kitab ini sangat penting, mengingat kitab ini berhubungan dengan sisi terpenting kehidupan Rasulullah sebagai seorang guru beserta sejarah hidupnya (Khudlori, 2015: xiii-xiv).

  Dalam kitab ini, pengarang kitab ini banyak mengutip dari hadis Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan petunjuk Rosulullah dalam mengajar beserta metode-metodenya. Secara garis besar kitab ini terbagi menjadi dua pembahasan, yakni: 1.

  Deskripsi kepribadian Rasulullah, sifat-sifat yang mulia, keistimewaan, serta perilakunya yang bijaksana

2. Membahas rahasia dan metode-metode Rosulullah dalam mengajar, serta bimbingan dan arahan beliau yang lurus seputar dunia pendidikan.

  Hadis-hadis yang yang terdapat dalam buku ini tidak hanya berupa pengajaran tetapi juga berupa pengarahan, sehingga diharapkan melalui hadis tersebut mampu memberikan gambaran, contoh, dan arahan yang jelas seputar dunia pendidikan dan pengajaran. Hadis-hadis tersebut diambil diantaranya dari Imam Bukhri, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Nasa‟i, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah dari kitab mereka masing-masing (Khudlori, 2015: xiv-xv).