HUBUNGAN KOMUNIKAI PETUGAS LABORATORIUM KEPADA PASIEN TB PARU TERHADAP MUTU SAMPEL SPUTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASAYANGAN MARTAPURA 2

  

HUBUNGAN KOMUNIKAI PETUGAS LABORATORIUM KEPADA PASIEN TB

PARU TERHADAP MUTU SAMPEL SPUTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

PASAYANGAN MARTAPURA 2

(1) (1) (1)

  Armita , Dian Nurmansyah , Muhammad Arsyad Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

  JL. Kelapa Sawit 8 Bumi Berkat No.1 Telp. (0511) 7672224 Banjarbaru Kalimantan Selatan 70714

  Email:

  

ABSTRAK

  TB paru merupakan penyakit menular yang menyebar melalui udara tatkala batuk dan berdahak. Laporan Profil Kesehatan Kabupaten Banjar Kecamatan Martapura 2 Puskesmas Pesayangan pada tahun 2017 menunjukan jumlah kasus baru BTA positif sebanyak ≥900 kasus. Berdasarkan data tersebut, masih tingginya angka kejadian TB paru BTA (+) di Kecamatan Martapura 2 (Puskesmas Pasayangan). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan komunikasi petugas laboatorium kepada pasien TB paru terhadap mutu sampel sputum. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

  

sectional, populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru yang berobat di

  Puskesmas Pasayangan Martapura 2 sebanyak 51 sampel dengan teknik pengambilan sampel secara Total Sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner. Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa dari 51 responden menunjukkan komunikasi petugas laboratorium yang baik sebesar 78,4% dan responden dengan mutu sampel sputum yang baik sebesar 37%. Analisis dengan uji chi square didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi petugas laboratorium kepada pasien TB paru terhadap mutu sampel pemeriksaan sputum, dengan nilai sig (p=value) 0,002 < 0,05.

  Kata Kunci :

  TB paru, Komunikasi, Mutu Sampel Sputum

  (1)

  Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari Banjarbaru

  

COMMUNICATION CORRELATION OF LABORATORY OFFICERS TO PATIENTS OF

TB PARU ON QUALITY SAMPLE SPUTUM IN THE WORKING AREA OF PUBLIC

HEALTH CENTER PASAYANGAN MARTAPURA 2

(1) (1) (1)

  Armita , Dian Nurmansyah , Muhammad Arsyad Health Analyst Academy of Borneo Lestari Banjarbaru

  JL. Kelapa Sawit 8 St. Bumi Berkat No.1 Phone. (0511) 7672224 Banjarbaru South Borneo 70714

  Email:

  

ABSTRACT

  Pulmonary TB is a contagious disease that spreads through the air when coughing and phlegming. The Banjar District Health Profile Report of Martapura District 2 Public Health Center Pesayangan in 2017 shows the number of new cases of positive BTA as much a s ≥900 cases. Based on these data, the high incidence of pulmonary TB AFB (+) in District Martapura 2. The aim of this study’s to determine the correlation of communication laboatorium workers to patients with pulmonary tuberculosis on the quality of sputum samples. This research is a quantitative research with cross sectional design, the population in this research is pulmonary TB patient as many 51 samples with sampling technique in total sampling. Instruments in this study is a questionnaire. The results showed that from 51 respondents showed good laboratory workers communication is 78.4% and respondents with good sputum sample quality is 37%. Analysis with chi square test showed that there was a significant correlation between laboratory officer communication to lung TB patient to sputum sample quality, with sig value (p = value) 0,002 <0,05.

  Key words : Pulmonary TB, Communication, Quality of Sputum Samples (1)

  Health Analyst Academy of Borneo Lestari Banjarbaru

  PENDAHULUAN

  pengamatan yang tidak tepat, TB paru merupakan penyakit sehingga mengakibatkan kesimpulan infeksi yang masih merupakan masalah kesehatan utama dan sudah

  Kualitas dahak merupakan komponen mendesak ditangani di negara-negara yang sangat penting, dimana kualitas berkembang, termasuk Indonesia. dahak ini dipengaruhi oleh volume,

  Perkiraan kasus TB paru yaitu 95% cara pengambilan juga saat dan 98% kasus kematian akibat TB pengambilan (Fujiki, 2010). paru didunia terutama terjadi pada negara-negara berkembang (Depkes Rumusan Masalah RI, 2008).

  Apakah terdapat hubungan Daya penularan dari seorang komunikasi petugas laboratorium penderita TB paru ditentukan oleh kepada pasien TB paru terhadap banyaknya kuman yang dikeluarkan mutu sampel pemeriksaan sputum? dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan sputumnya Tujuan Penelitian maka makin menular penderita 1.

Tujuan Umum tersebut. Bila hasil pemeriksaan

  Mengetahui hubungan sputumnya negatif maka penderita komunikasi petugas laboratorium tersebut dianggap tidak menular kepada pasien TB paru terhadap (Tabrani, 2006). mutu sampel pemeriksaan

  Beberapa faktor yang sputum. mempengaruhi pemeriksaan TB paru, 2.

  Tujuan Khusus mutu hasil pemeriksaan laboratorium a. karakteristik

  Mengetahui

  tuberculosis ditentukan oleh banyak

  responden pada pasien TB paru hal, diantaranya oleh kualitas reagen b. komunikasi

  Mengetahui untuk pemeriksaan mikroskopis BTA, petugas laboratorium pada meliputi bahan baku yang digunakan, pasien TB paru cara peracikan, cara penyimpanan, c.

  Mengetahui mutu sampel uji mutu dan lain-lain (Depkes RI, pemeriksaan sputum pada 2008). pasien TB paru

  Pengumpulan spesimen

  d. hubungan

Mengetahui merupakan tahapan yang penting

  komunikasi petugas dalam menentukan baik-buruk atau laboratorium terhadap mutu valid-tidaknya sebuah hasil sampel sputum secara statistik. pemeriksaan laboratorium (Riswanto, 2010). Dahak harus dikumpulkan secara benar untuk menghindari

  

METODE PENELITIAN memeriksakan diri ke

Jenis dan Rancangan Penelitian Laboratorium Puskesmas

Survey Analitik

  penelitian yaitu

  Bahan dan Instrumen Penelitian

  survey atau penelitian yang menghubungkan komunikasi petugas Instrumen yang digunakan laboratorium kepada pasien TB paru pada penelitian ini adalah dengan mutu sampel (sputum). kuesioner yang akan diberikan

  Rancangan penelitian ini adalah kepada responden di Wilayah

  Cross Sectional yaitu penelitian yang

  Kerja Puskesmas Martapura 2 dirancang hanya untuk satu kali Pasayangan, dimana kuesioner penelitian tanpa ada Follow Up yang yang dibagikan peneliti berguna digunakan untuk memberikan untuk menggambarkan informasi tentang hubungan komunikasi yang disampaikan komunikasi petugas laboratorium petugas laboratorium terkait kepada pasien TB paru rawat jalan sampel sputum kepada pasien mengenai mutu sampel (sputum). (responden).

  Populasi dan Sampel Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian 1.

  Penelitian ini dilakukan di Populasi

  Populasi dalam penelitian ini wilayah kerja Puskesmas Martapura 2 adalah semua pasien TB paru yang Pasayangan pada bulan Juni hingga Juli memeriksakan diri ke 2018. laboratorium Puskesmas

  Prosedur Pengambilan dan

  Martapura 2 Pasayangan pada

  Pengumpulan Data bulan Juni 2018.

  1. Data Primer

  Data yang diperoleh peneliti 2. Sampel secara langsung (data primer) sampel yang diambil dalam dalam penelitian ini adalah data penelitian ini minimum sebanyak yang diambil dari hasil pengisian 48 responden yang merupakan kuesioner oleh responden. pasien TB paru yang berobat.

  2. Untuk mengantisipasinya adanya Data Sekunder

  Data sekunder adalah data bias, maka jumlah sampel yang diperoleh tidak secara ditambah 5% dari jumlah langsung dari objek penelitian perhitungan responden, sehingga yaitu meliputi jumlah angka total responden menjadi 50,4

  ≈51

  kejadian TB Paru yang didapat dari arsip data di Instalasi Karakteristik responden berdasarkan Laboratorium Puskesmas pendidikan

  No. Pendidikan Jumlah (%) Terakhir Responden

  bulan Januari s/d Desember tahun

  1 Tidak Sekolah 2017.

  2 SD/Sederajat

  3

  6

  3 SMP/Sederajat

  15

  29 Cara Pengolahan dan Analsa Data

  4 SMA/Sederajat

  29

  57 Data yang dikumpulkan diberi

  5 Perguruan

  4

  8 Tinggi

  kode numerik, diolah secara manual

  Total 51 100

  ditabulasikan dan diberi skor sesuai dengan kategori, selanjutnya data

  Karakteristik responden berdasarkan

  dimasukkan kedalam tabel dan

  pekerjaan dianalisis dibuat distribusia frekuensi. No. Pekerjaan Jumlah (%) Responden HASIL PENELITIAN Pegawai

  1

  7

  14 Negeri Analisa Hasil Penelitian

  Pegawai

  21

  41

  2 Swasta Karakteristik responden Mahasiswa

  4

  8

  3 berdasarkan umur Pedagang

  4

  6

  12 No. Umur Jumlah (%) Petani

  5

  1

  2 Responden Responden Buruh

  6

  3

  6 1 20-30

  12

  24 Ibu Rumah

  7

  9

  18 2 31-40

  10

  20 Tangga (IRT) Total 51 100

  3 41-50

  15

  29 51-60

  8

  16

  4 5 61-70

  6

  12 Gambaran Komunikasi Petugas Total 51 100 Laboratorium Total Komunikasi Jumlah (%) (%) Karakteristik responden berdasarkan

  Baik

  40

  78.4 78. jenis kelamin

  4 Kurang Baik

  11 21.6 100 No. Jenis Jumlah (%) Total 51 100 Kelamin Responden

  1 Perempuan

  47

  24 Gambaran Mutu Sampel Sputum

  2 Laki-laki

  27

  53 Mutu Total

  Total 51 100 Sampel Jumlah (%) (%) Sputum Baik

  37

  72.5

  72.5 Kurang Baik

  14 27.5 100 Total 51 100

  • taile d )

  Hasil penelitian pada

  Dari nilai Sig (p=value) 0,002 < 0,05 maka artinya terdapat hubungan yang signifikan antara Komunikasi Verbal oleh petugas laboratorium kepada pasien TB paru terh adap

  menghasilkan nilai Asymp. sig sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai Ecaxt Sig. yakni 0,005 atau dapat dengan cara membandingkan antara nilai Chi quare hitung dengan Chi square tabel.

  Chi Square Test pada tabel 5.10

  Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan bantuan program komputer menggunakan uji

  Hubungan Komunkasi Verbal Terhadap Mutu Sampel Sputum

  51 responden ini menunjukkan bahwa kondisi atau mutu sampel sputum yang baik (dengan kriteria sampel kental/purulen, tidak bercampur saliva, dan tidak bercampur darah) sputum yang kurang baik (dengan kriteria hanya berupa air liur) sebesar 27%. Artinya masih ada beberapa sampel sputum yang kurang baik atau tidak sesuai standar dan tidak memenuhi syarat sebagai sampel yang layak untuk dilakukan pemeriksaan. Sampel yang kurang baik akan mempengaruhi hasil dan keakuratan pemeriksaan.

  Hasil penelitian pada

  Mutu Sampel Sputum Pasien TB Paru

  51 responden menunjukkan bahwa komunikasi yang baik yang dilakukan oleh petugas laboratorium kepada pasien (responden) tentang pemeriksaan penyakit TB Paru sebesar 78%, dan komunikasi yang kurang baik sebesar 22%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar komunikasi yang disampaikan oleh petugas laboratorium tentang pemeriksaan TB paru terkait mutu sampel sputum sudah baik, namun masih ada beberapa komunikasi yang disampaikan dari petugas laboratorium yang masih kurang baik.

  PEMBAHASAN Komunikasi Verbal Petugas Laboratorium

  Distribusi Hasil Uji Asosiasi Variabel Komunikasi dengan Mutu Sampel Sputum Menggunakan Chi Square Test Kom unik asi Mutu Sampel Sputum To tal %

  14 27, 5 51 100

  5

  72,

  7 64 11 100 Total 37

  36

  4

  7 17 40 100 .002 Kura ng Baik

  83

  Baik % Kura ng Baik % Baik 33

  Asy mp Sig. ( 2

  Mutu sampel pemeriksaan sputum.Hasil penelitian yang didapatkan dari 51 responden, diantaranya dengan komunikasi yang disampaikan oleh petugas laboratorium yang baik, mendapatkan mutu sampel sputum baik sebanyak 33 orang (83%), dan mutu sampel sputum yang kurang baik sebanyak 7 orang (17%). Sedangkan komunikasi yang laboratorium yang kurang baik, menghasilkan mutu sampel sputum baik sebanyak 4 orang (36%), dan mutu sampel sputum yang kurang baik sebanyak 7 orang (64%).

Penelitian yang dilakukan pada 51 responden dengan karakteristik

  Hasil penelitian Widyowati et al (2007) menunjukkan bahwa hasil uji

  chi square

  didapatkan besarnya koefisien antara pengetahuan dengan kepatuhan pengumpulan dan kualitas sputum adalah 0,257 dengan

  approx.signifikansi 0,026 karena

  nilainya kurang dari 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan suspek TB paru dengan kepatuhan pengumpulan dan kualitas sputum. Hal ini juga memungkinkan bahwa kurangnya pengetahuan pasien TB paru yang didapatkan saat komunikasi petugas laboratorium kepada pasien TB paru mengenai informasi-informasi tentang pemeriksaan TB paru misal seperti mengumpulkan sputum s-p-s dan kualitas sputum (kuning kehijauan, kental dan volume 3-5 ml). Terbentuknya kesadaran adanya bahaya penyakit dimulai dari pemberian informasi yang jelas dan benar melalui pemberian pengetahuan.

  PENUTUP Kesimpulan

  usia tertinggi terdapat pada kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebesar 29%, responden dengan karakteristik jenis kelamin laki- laki tertinggi sebesar 53%, jumlah responden terbanyak berpendidikan SMA sebesar 57%, dan jumlah responden terbanyak dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta sebesar 41%.

  2. Komunikasi yang baik yang dilakukan oleh petugas laboratorium kepada pasien (responden) tentang pemeriksaan penyakit TB Paru sebesar 78%, dan komunikasi yang kurang baik sebesar 22%..

  3. Kondisi atau mutu sampel sputum yang baik sebesar 73%, dan mutu sampel sputum yang kurang baik sebesar 27%.

  4. Dari nilai Sig (p=value) 0,002 < 0,05 maka artinya terdapat hubungan yang signifikan antara komunikasi verbal oleh petugas laboratorium kepada pasien TB paru terhadap mutu sampel pemeriksaan sputum di Puskesmas Martapura

  2 Pasayangan.

  Saran 1.

  Puskesmas (Petugas Laboratorium)

Bagi

  Untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang penyakit TB paru khususnya penemuan kasus (Case Finding ) perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan variabel diluar pengetahuan yang mempengaruhi dalam pengumpulan sampel sputum yang berkualitas.

  REFERENSI

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Pedoman

  Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.

  Cetakan pertama. Jakarta: R.I., Depkes. Fujiki, A. 2007 Mikroskopis TB untuk

  program tuberkulosis nasional (terjemahan), Jepang:RIT.

  Petugas kesehatan terutama petugas laboratorium di Puskesmas Martapura 2 Pasayangan secara berkala memberikan penyuluhan kepada pasien atau penderita TB paru tentang prosedur pemeriksaan yang harus dijalani (pemeriksaan sputum S-P-S dan kualitas sputum yang baik: kental, kuning kehijauan, bervolume 3-5 ml).

  mencegah, menanggulangi TBC paru, ekstra paru, anak dan pada kehamilan

  . Jakarta: Pustaka Populer Obor. Tabrani, I., 2007. Konversi Sputum

  BTA pada Fase Intensif TB Paru Kategori I antara Kombinasi Dosis Tetap (KDT) dan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Generik di RSUP. H.

  Adam Malik Medan . Tesis.

  Widyowati S.R., Tri P., Haryani, 2007.

  Hubungan Antara Pengetahuan Suspek Tuberculosis Paru Dengan Kepatuhan Pengumpulan Dan Kualitas Sputum.

  RS Dr.Soeradji Tirtonegoro, Klaten. Program Studi Ilmu Keperawatan, FK UGM, Yogyakarta. JIK Vol.02/No.03

  Misnadiarly, 2006. Mengenal,