BUDAYA APPATABE’ DI KALANGAN MASYARAKAT DESA PANAIKANG KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA

  BUDAYA APPATABE’ DI KALANGAN MASYARAKAT DESA

  PANAIKANG KECAMATAN PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Jurusan Sosiologi Agama pada

  Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar

  Oleh: SALMA NIM: 30400113088

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Salma NIM : 30400113088 Tempat/ Tgl. Lahir : Kayumaloa/ 24 Maret 1995 Jurusan : Sosiologi Agama Fakultas : Ushuluddin, Filafat dan Politik Alamat : Pattallassang, Kabupaten Gowa Judul : Budaya

  Appatabe’ di Kalangan Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Pattallassang, 21 Oktober 2017 Penyusun,

SALMA NIM: 30400113088

  

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, serta doa tercurah kepada keluarga, sahabat dan para pengikut beliau.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa memulai hingga mengakhiri proses penyusunan skripsi ini yang berjudul

  “Budaya Appatabe’ di Kalangan Masyarakat Desa Panaikang Kecamata n Pattallassang Kabupaten Gowa”, bukanlah hal yang

  mudah. Ada banyak kendala dan cobaan yang dilalui, meskipun diakui penyelesaian skripsi ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan jauh dari kesempurnaan yang diharapkan, baik dari segi teoritis maupun dari segi pembahasan hasil penelitiannya. Namun dengan ketekunan dan kerja keras yang menjadi pendorong penulis dalam menyelesaikan segala proses tersebut akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan.

  Penyusunan skripsi ini merupakan rangkaian sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Sosial serta menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Jurusan Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis dengan lapang dada sangat mengharapkan masukan-masukan, kritikan serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

  Setelah selesainya penyusunan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah membantu serta memberikan support sehingga tugas akhir ini dapat terlaksana.

  Terutama ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Ismail dan ibunda Aliah yang telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang, dorongan kepada penulis untuk sukses dan doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan untuk penulis dengan tulus dan ikhlas selama perkuliahan serta membiayai penulis hingga penulis sampai pada tahap ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis ingin menghaturkan yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M. Si. Selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, serta Wakil Rektor I Prof Dr. H. Mardan M.Ag, Wakil Rektor II Prof Dr. H. Lomba Sultan, M.A, Wakil Rektor III Prof Siti Aisyah, M.A., Ph.D dan Wakil Rektor IV Prof. Dr. Hamdan Johannes, M.A., Ph.D, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan kebijakan-kebijakan demi membangun UIN Alauddin Makassar agar lebih berkualitas.

  2. Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, beserta wakil Dekan I Dr. Tasmin, M.Ag, wakil Dekan II Dr.

  Mahmuddin, M.Ag dan wakil Dekan III Dr. Abdullah, M.Ag pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, atas segala bimbingan dan petunjuk serta pelayanan yang diberikan selama penulis menuntut ilmu pengetahuan di UIN

  3. Wahyuni, S.Sos, M.Si. Selaku ketua jurusan Sosiologi Agama dan Dr. Dewi Anggariani, M.Si. Selaku sekretaris jurusan Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik yang telah memberikan perhatian dan arahan, dukungan moril dalam penyelesaian skripsi ini. Serta memberikan motivasi, nasehat dan bimbingan selama penulis menempuh proses perkuliahan pada Jurusan Sosiologi Agama.

  4. Dr. Hj. Aisyah M. Ag, Selaku pembimbing I dan Muh. Ridha, S.Hi, MA, Selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dari persiapan draft proposal sampai akhir penulisan skripsi ini.

  5. Dr. M. Hajir Nonci, M.Sos. I, selaku penguji I dan Asrul Muslim, S.Ag, M.Pd selaku penguji II, kritikan dan saran yang sangat luar biasa dan sangat membantu penulis dalam melengkapi skripsi ini.

  6. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

  7. Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik beserta seluruh staf-Nya.

  8. Kepada Pemerintah Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yang telah memberi izin melakukan penelitian dan memberi kontribusi dalam penyusunan skripsi ini.

  9. Kepada saudara(i) penulis yang telah memberikan dukungan, baik dukungan materi maupun dukungan moril, saudara(i) penulis yang bernama Rosnawati

  (Kakak Pertama), Rosmawati (Kakak Kedua), Rizal (Kakak Ketiga), Rudi (Kakak Keempat), Susanti dan Rismawati.

  10. Buat Sahabat terdekat penulis Amel, Azhar, Ippang, Rida, Linda, Iswan, Wawan, Andis dan Sahabat Marlyn yang selama ini menemani saat suka maupun duka serta memberikan nasehat, dukungan dan kritikannya kepada penulis.

  11. Buat Teman seperjuangan, saudara(i) di Jurusan Sosiologi Agama Angkatan 2013 terkhusus kelompok 3.4 Murdiono, Surianingsi, Nurfadillah, Ririn Julianti, Nur Qadri, Mega, Nur Hawati, Lissa, Hariati, Amelia, Arioka, Kasmin, Yusli, Risda, Nurfitriani Dll, yang telah bersama-sama berjuang dalam menempuh pendidikan selama beberapa tahun ini.

  12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah banyak membantu.

  Semoga dengan hadirnya tulisan ini dapat menjadi tambahan referensi dan informasi bagi para akademisi maupun praktisi yang memerlukan.

  Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa membalas amal baik dan bantuan yang telah diberikan, Amin Yaa Rabbal Alamin. Demikian penyusunan tugas akhir ini, semoga bermamfaat bagi semua pihak.

  Pattallassang,10 November 2017 Penyusun

SALMA NIM: 30400113088

  

DAFTAR ISI

  JUDUL ..................................................................................................................i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................ ii PERSETUJUAN PENGUJI DAN PEMBIMBING ............................................... iii PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................... iv KATA PENGANTAR ............................................................................................v DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... xii ABSTRAK ....................................................................................................... xix

  

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1-13

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1 B. Fokus dan Deskripsi Fokus ............................................................................. 7 C. Rumusan Masalah ........................................................................................... 8 D. Kajian Pustaka ................................................................................................. 9 E. Tujuan dan kegunaan penelitian.................................................................... 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................ 14-34

A. Kebudayaan ................................................................................................... 14 B. Perubahan Sosial ........................................................................................... 16 C. Interaksi Sosial ............................................................................................. 21 D. Tindakan Sosial ............................................................................................. 23 E. Kebudayaan Bugis Makassar ........................................................................ 24 F. Tabe’ dalam Agama Islam ............................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 35-40

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian .......................................................... 35 B. Metode Pendekatan ....................................................................................... 35

  D.

  Instrument Penelitian .................................................................................... 38 E. Teknik Pengolahan Analisis Data ................................................................. 39

  

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 41-68

A. Gambaran Umum DesaPanaikang ................................................................ 41 B. Pemahaman masyarakat terhadap budaya appatabe’ .................................... 51 C. Penerapan budaya appatabe’ di kalangan masyarakat.................................. 54

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 69-70

A. Kesimpulan ................................................................................................... 69 B. Implikasi ........................................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71-73

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR TABEL

  Tabel. 1 Jenis tanah dan luas lahan ........................................................................... 44 Tabel. 2 Jumlah Penduduk berdasarkan umur .......................................................... 45 Tabel. 3 Jumlah jiwa berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2016 ........................... 46 Tabel. 4 Jumlah jiwa berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2017 ........................... 46 Tabel. 5 Tingkat pendidikan ..................................................................................... 48 Tabel. 6 Komposisi jumlah kartu keluarga pada tahun 2016 .................................... 49 Tabel. 7 Komposisi jumlah kartu keluarga pada tahun 2017 .................................... 49

PEDOMAN TRANSLITERASI

A. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Konsonan

  Ta T Te ث Ṡa ṡ es (dengan titik di atas)

  Kaf K Ka ل

  Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب

  Ba B Be ت

  Ya Y Ye

  Apostrof ى

  Hamzah ’

  Ha H Ha ء

  Wau W We ھ

  Nun N En و

  Mim M Em ن

  Lam L El م

  Qaf Q Qi ك

  ج Jim J Je

  Fa F Ef ق

  Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا

  ط Ṭa ṭ te (dengan titik di bawah) ظ Ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah) ع ‘ain ‘ apostrof terbalik غ

  Syin Sy es dan ye ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah) ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

  Sin S Es ش

  Zai Z Zet س

  Ra R Er ز

  Zal Z zet (dengan titik di atas) ر

  Dal D De ذ

  Kha Kh ka dan ha د

  ح Ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah) خ

  Gain G Ge ف Hamzah ( ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda

  ء apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

  Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

  Tanda Nama Huruf Latin Nama fath}ah a a

  َ ا

  kasrah i i

  َ ا

  d}ammah u u

  َ ا

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama ai a dan i fath}ahَ dan ya>’

  ْ ىَـ

  fath}ah dan wau au a dan u

  ْ وَـ

  Contoh: : kaifa

  َ َفْيَك

  : haula

  ََلْوَه

  3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu

  :

  Nama Nama Harakat dan Huruf dan

  Huruf Tanda Contoh: a> a dan garis di atas fath}ahَdan alif atau ya>’ ى ْ َْ...ْ| ْاْ َْْ... : ma>ta

  ََتاَم

  i> i dan garis di atas kasrah dan ya >’ : rama>

  ىـ ىَمَر

  : u> u dan garis di atas qi>la d}ammah dan wau

  ََلْيِك ْ ـو

  : yamu>tu

  َُتْوُمَي 4.

  Ta>’ marbu>t}ah Transliterasi untuk ta>’ marbu>t}ah ada dua, yaitu: ta>’ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta>’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan ta>’ marbu>t}ah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta>’ marbu>t}ah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: : raud}ah al-at}fa>l

  َِلاَف ْطَلأا َ َُة َض ْوَر

  : al-madi>nah al-fa>d}ilah

  ََُل ِضاَفْلَا َ َُةَنْيِدَمْلَا

  : al-h}ikmah

  َُةَ ْكِْحْلَا

  5. Syaddah (Tasydi>d) Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydi>d ( ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan

  َ َـّـ huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah.

  Contoh: : rabbana>

  ََانَّبَر

  : najjaina>

  ََانْيَّ َنَ

  : al-h}aqq

  َّقَحْلَا

  : nu‚ima

  ََمِّعُه

  : ‘aduwwun

  َ و ُدَع

  Jika huruf ber- tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah

  ى ( ), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi i>. َّىـِــــ

  Contoh: : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

  َ ِلَع

  : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

  َ ب َرَع

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf (alif

  َ لا

  lam ma ‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men- datar (-).

  Contoh: : al-syamsu (bukan asy-syamsu)

  َ ُسْم َّشلَا

  : al-zalzalah (az-zalzalah)

  َ ََل َزْلَّزلَا

  : al-falsafah

  َ ةَف َسْلَفْلَا

  : al-bila>du

  َُدَلابْلَا

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh:

  T{abaqa>t al- Fuqaha>’

  َِلل ِبِ

  di>nulla>h

  َُنْيِد َ َِالله

  Contoh:

  ) Kata ‚Allah‛ yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah.

  الله

  9. Lafz} al-Jala>lah (

  Wafaya>h al- A‘ya>n

  Qur’a>n), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata- kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransli- terasi secara utuh. Contoh:

  ََن ْو ُرُمِأَت

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al- Qur’an (dari al-

  : umirtu

  َُتْرِمُأ

  : syai’un

  َ ء ْ َشَ

  : al- nau‘

  َُعْوَّنلَا

  : ta’muru>na

  billa>h Adapun ta>’ marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah, ditransliterasi dengan huruf [ t]. Contoh:

  َُْه َ َْ ِف َ َِةَ ْحَْر َ َِالله

  hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

  Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital ( All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

  Inna awwa la baitin wud}i‘a linna>si lallaz\i> bi Bakkata muba>rakan Syahru Ramad}a>n al-laz\i> unzila fi>h al-

  Qur’a>n Nas}i>r al-Di>n al-T{u>si> Abu>> Nas}r al-Fara>bi> Al-Gaza>li> Al-Munqiz\ min al-D}ala>l Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu>

  (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: ‘Ali> bin ‘Umar al-Da>r Qut}ni> Abu> Al-H{asan, ditulis menjadi: Abu> Al-H{asan,

  ‘Ali> bin ‘Umar al-Da>r Qut}ni>. (bukan: Al-H{asan, ‘Ali> bin ‘Umar al-Da>r

  B. Daftar Singkatan Qut}ni> Abu>)

  Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: Nas}r H{a>mid Abu> Zai>d, ditulis menjadi: Abu> Zai>d, Nas}r H{a>mid (bukan: Zai>d,

  Nas}r H{ami>d Abu>)

  B. Daftar Singkatan Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la> saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam r.a = radiallahu ‘anhu Cet. = Cetakan t.p. = Tanpa penerbit t.t. = Tanpa tempat t.th. = Tanpa tahun t.d = Tanpa data H = Hijriah M = Masehi SM = Sebelum Masehi QS. …/…: 1-5 = QS Al-Fatihah/1:1-5

  h. = Halaman

  

ABSTRAK

Nama :Salma Nim :30400113088 Judul Skripsi :Budaya

  Appatabe’ di Kalangan Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

  Penelitian ini berjudul Budaya

  Appatabe’ di Kalangan Masyarakat Desa

  Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Mengemukakan dua rumusan masalah yaitu, Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap budaya

  

appatabe’ di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dan

  Bagaimana penerapan budaya

  appatabe’ di kalangan masyaraat Desa Panaikang

  Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui pemahaman masyarakat terhadap budaya

  appatabe’ dan untuk

  mengetahui penerapan budaya

  appatabe’ di kalangan Masyaraat Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan lokasi penelitian ini terletak di Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabuparen Gowa, dengan menggunakan pendekatan sosiologi, antropologi dan fenomenologi. Data -data dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder, sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya data yang di peroleh di lapangan akan di olah dan di analisis demi mendapatkan sebuah kesimpulan.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap budaya

  appatabe’ khususnya di kalangan masyarakat Desa Panaikang

  Kecamatan Pattallassang mengatakan bahwa budaya

  appatabe’ merupakan

  tentang kesopanan dan saling menghormati, masyarakat pada umumnya mengetahui bahwa budaya

  appatabe’ merupakan tentang kesopanan dan saling

  menghargai tapi sebagian dari masyarakat tidak menerapkan maupun melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai cara yang di lakukan oleh masyarakat khususnya para orang tua untuk tetap menerapkan budaya

  appatabe’,

  yaitu dengan cara mengsosialisasikan sejak dini kepada anak maupun dengan cara memperlihatkan kepada anak-anak, namun semua itu tidak menjadikan budaya

  appatabe’ tetap eksis dalam kehidupan sehari-hari, itu dikarenakan ada

  beberapa faktor yang dapat mengikis maupun menghilangkan budaya

  appatabe’,

  baik pengaruh tekhnologi, zaman yang modern, maupun tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.

  Implikasi dari penelitian ini ialah diharapkan para orang tua agar tetap mengajarkan budaya

  appatabe’ dan memberikan pemahaman kepada anak-anak

  tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya

  appatabe’. Sehingga budaya

appatabe’ tidak terlupakan dalam kehidupan masyarakat khususnya dalam hal

  berinteraksi. Budaya appa

  tabe’ sebaiknya selalu di terapkan dalam kehidupan

  sehari-hari khususnya di lingkungan keluarga, jika budaya appa

  tabe’ telah di

  terapkan dalam lingkungan keluarga maka akan dengan mudahnya diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat yang ada di muka bumi ini akan selalu membentuk sistem

  nilai yang akan ia anut, sistem nilai ini menjadi bagian penting dalam pembentukan budaya. Perbedaan budaya suatu masyarakat sangat dipengaruhi

  1 sistem nilai yang dianut dan menjadi pegangan hidup masyarakat tersebut.

  Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya pada dasarnya dipengaruhi oleh nilai-nilai kemanusiaan. Nilai tersebut berupa etika yang erat hubungannya

  2

  dengan moralitas, maupun estetika yang berhubungan dengan keindahan, karena dengan nilai kebudayaan yang masyarakat anut akan menjadi suatu patokan interaksi dalam masyarakat.

  Manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai kebiasaan, kepentingan dan keinginan, yang saling berinteraksi dalam masyarakat dengan individu- individu yang lainnya. Saling memelihara statusnya dan memahami peranannya,

  3

  tetapi di masyarakat juga telah tumbuh sejumlah nilai. Problema yang dihadapi manusia mengandung nilai kebaikan dan keburukan yang menyebabkan manusia harus memilih nilai-nilai yang akan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

1 St. Aisyah, Antara Akhlak, Etika dan Moral (Makassar: Alauddin University Press, 2014), h.184.

  2 Nilai masyarakat mengikuti ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, Salah satu kebudayaan Bugis yang mengajarkan cara hidup adalah panngadereng.

panngadereng yaitu suatu sistem norma dan aturan-aturan adat. Dalam keseharian

  suku Bugis, panngadereng sudah menjadi kebiasaan dalam berinteraksi dengan orang lain yang harus dijunjung tinggi. Salah satu panngadereng dalam suku

4 Bugis dikenal dengan budaya tabe’.

  Budaya

  tabe’ merupakan nilai lokalitas dari suku Bugis Makassar dan nilai

  luhur yang sangat tinggi sehingga harus dilestarikan untuk menopang kehidupan

  5

  yang lebih baik agar tidak hanya sebagai dampak modernisasi. Secara umum, sikap

  tabe’ yang dimaksudkan adalah suatu bentuk penghormatan kepada sesama manusia dalam hal berinteraksi.

  Islam mempunyai konsep ajaran yang pas dan sesuai dengan zaman, dalam mengatur umatnya demi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya, Islam menyuguhkan nilai keseimbangan antara dunia dan akhirat. Jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai kebahagiaan dunia, selain dengan ibadah, menyembah kepada Allah, manusia juga harus tetap menjaga dan memelihara hubungan yang

  6

  baik kepada sesama manusia. Agama Islam sendiri mengajarkan tentang akhlak, etika maupun moral yang dijadikan landasan umat manusia untuk berinteraksi 4 Andi Ki la, “Budaya Tabe’ Dalam Masyarakat Bugis”. Blog

  

http://andikiilawati.blogspot.co.id/2015/01/budaya-tabe-dalam-masyarakat-Bugis.html(7Desember

2016). 5

  3

  dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari adalah bersikap sopan santun, baik kepada teman sebaya maupun kepada yang lebih tua.

  Sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok masyarakat. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Kesopanan juga merupakan bentuk lain dari penghormatan terhadap orang lain. Bentuk kesopanan umum ini dapat dilakukan dengan mengajarkan kepada anak-anak sikap untuk mengucapkan maaf, meminta ijin atau permisi, serta mengatakan terima kasih. Anak-anak diajarkan sikap tersebut bukan dengan cara kaku, tetapi dengan cara yang membuat mereka paham akan nilai-nilai dalam

  7 menghormati orang lain. Seperti dalam Q.S Al-ahzab/33: 21.

  

            

    

  Terjemahnya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)

  8 hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.

  Ayat di atas menyatakan sesungguhnya telah ada bagi kamu pada diri

  

Rasulullah , yakni Nabi Muhammad SAW, suri teladan yang baik bagi kamu,

  yakni bagi orang yang senantiasa mengharap rahmat kasih sayang Allah dan kebahagiaan hari kiamat serta teladan bagi mereka yang berzikir mengigat

  4

kepada Allah dan menyebut-nyebut nama-nya dengan banyak, baik dalam suasana

  9

  susah maupun senang. Dari ayat tersebut, bahwa sebaik-baiknya suri tauladan yang patut untuk dicontohi manusia adalah Rasulullah SAW. Allah telah mengutus Rasulullah ke dunia ini untuk menjadi suri teladan yang baik bagi umatnya agar mendapatkan Rahmat Allah SWT.

  Selanjutnya dalam QS Al-Luqman/31:14.

  

          

      

  Terjemahnya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

  10 kembalimu.

  Ayat tersebut menunjukkan betapa penghormatan kepada kedua orang tua menempati tempat kedua setelah pengagungan kepada Allah SWT. Sisipan yang sengaja diletakkan setelah wasiat Luqman yang lalu tentang keharusan meng- esahkan Allah dan mensyukurinya. Dengan sisipan ini, Allah menggambarkan betapa ia sejak dini telah melimpahkan anugerah kepada hamba-hambanya dengan

  11

  mewasiatkan anak agar berbakti kepada kedua orang tuanya. Jadi kesimpulannya adalah seseorang harus menjaga sikap sopan santun kepada kedua orang tuanya terutama pada ibunya, karena ibu yang telah mengandung dan melahirkan, dari Allah manusia berasal dan hanya kepada Allah jua manusia kembali.

  5 Pelestarian budaya sopan santun di Indonesia telah gencar dikerjakan.

  Sikap ini bisa ditanamkan lewat pendidikan Formal maupun Nonformal, pendidikan nonformal yakni Pendidikan yang diajarkan oleh kedua orang tua pada anak-anaknya. Seperti orang tua mengajarkan anaknya untuk membiasakan mencium tangan serta mengatakan salam sebelum serta setelah pulang sekolah, mengetuk pi ntu sebelum masuk rumah, mengatakan “permisi” waktu melalui orang, baik di jalan atau di manapun. Sikap sopan santun juga telah diajarkan lewat pendidikan Formal, seperti PAUD (Pendidikan Anak Umur Awal). Lewat wadah ini anak diajarkan pendidikan yang berlaku teori, anak akan diajarkan bagaimana caranya bertatakrama pada Allah SWT, orang tua, guru, teman serta yang lain. Oleh karena itu sikap sopan santun dalam bentuk sikap

  tabe’ sangat

  perlu diajarkan kepada anak-anak, baik melalui pendidikan formal maupun non formal, karena anak-anak lebih cepat menyerap pengajaran dari orang tua maupun dari guru sekolah.

  Sekilas budaya

  tabe’ terlihat mudah, namun hal ini sangat penting dalam

  tatakrama masyarakat di daerah Sulawesi Selatan khususnya pada masyarakat

  12

  suku Bugis dan Makassar. Sikap

  tabe’ dapat memunculkan rasa keakraban

  meskipun sebelumnya tidak saling kenal mengenal. Apabila ada yang melewati orang lain yang sedang duduk sejajar tanpa sikap

  tabe’ maka yang bersangkutan

  akan dianggap tidak mengerti adat sopan santun atau tatakrama. Bila yang melakukan adalah anak-anak atau remaja, maka orang tuanya akan dianggap tidak

  6

  mengajari anak-anaknya tentang sopan santun. Ketika orang tua melihat anaknya yang sedang melewati orang lain tanpa sikap

  tabe’ maka orang tua akan menengur sang anak.

  Realita saat ini budaya appa

  tabe’ perlahan-lahan telah pudar dan kurang

  diterapkan dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada kalangan anak-anak dan remaja. Banyak anak-anak dan remaja saat ini tidak lagi memiliki sikap

  tabe’

  dalam dirinya. Bahkan kebanyakan dari anak-anak saat ini tidak lagi menghargai orang yang lebih tua, ketika melewati orang lain khususnya orang yang lebih tua, kata permisi atau

  tabe’ tidak lagi diterapkan. Anak-anak yang mengenal budaya

appa tabe’ akan berperilaku sopan. Seperti halnya di Desa Panaikang budaya

appa tabe’ pengaplikasiannya sangat kurang diterapkan dalam kehidupan sehari-

  hari, sehingga masyarakat Desa Panaikang khususnya anak-anak dengan mudahnya berperilaku yang tidak sopan kepada orang yang lebih tua.

  Tata krama ataupun sopan santun hendaknya tidak hilang, orang yang sopan akan disenangi oleh orang lain. Oleh karena itu sangat penting mengajarkan budaya appa

  tabe’ melalui pola asuh keluarga, sekolah dan lingkungan bermain anak.

  Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis tertarik meneliti tentang “Budaya Appatabe’ di kalangan masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa

  ”. Karena dengan melihat fenomena sekarang ini, budaya appatabe

  7 B.

   Fokus dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus penelitian

  Berdasarkan latar belakang dengan judul “Budaya Appatabe’ di kalangan

  

Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa”,

  maka penulis memfokuskan penelitian ini pada perilaku budaya appatabe

   diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan rmasyarakat.

  2. Deskripsi Fokus

  Berdasarkan fokus penelitian dari judul di atas, dapat dideskripsikan berdasarkan subtansi permasalahan penelitian ini yaitu ”Bagaimana perilaku budaya appa

  tabe’ diterapkan dalam kehidupan sehari-hari”. Maka penulis

  memberikan deskripsi fokus dan menjabarkan beberapa pengertian, diantaranya sebagai berikut: a. Budaya appa

  tabe’

  Budaya appa

  tabe’ yang dimaksud pada penelitian ini ialah cara maupun

  sikap tingkah laku yang dilakukan seseorang demi menghormati orang lain dalam melakukan interaksi, sikap

  tabe’ biasanya disertakan dengan gerakan simbolik

  yaitu ditandai dengan gerakan badan yang membungkuk dan tangan diulur ke bawah sambil mengucapkan kata

  tabe’.

  b. Penerapan budaya

  tabe’

  Penerapan adalah cara atau proses dalam mengaplikasikan sesuatu untuk

  13

  dijadikan sebagai bahan pengsosialisasian. Namun maksud dari penulis, kata

  8

  kesopanan seperti budaya appa

  tabe’ kepada generasi muda dewasa ini. Seperti

  sekarang ini budaya appa

  tabe’ yang ada di Desa Panaikang seiring

  berkembangnya zaman sudah mulai pudar, entah karena orang tua tidak lagi mengsosialisasikan kepada anak-anak mereka maupun karena pengaruh lingkungan yang modern.

  c. Masyarakat Desa Panaikang Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini ialah orang-orang yang hidup bersama yang saling melakukan interaksi dalam keseharian dan juga masyarakat secara keseluruhan yang ada di Desa Panaikang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa.

C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah “Penerapan Budaya Appatabe’ Pada Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa”. Namun untuk menghindari kekeliruan dalam mewujudkan pembahasan yang terarah, maka penulis merumuskan hal-hal yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pemahaman masyarakat terhadap budaya appatabe’ di Desa

  Panaikang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa? 2. Bagaimana penerapan budaya appatabe’ di kalangan masyarakat Desa

  Panaikang kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa?

  9 D.

   Kajian Pustaka

  Berbagai sumber kepustakaan yang penulis telusuri, belum ditemukan kajian yang sama persis dengan judul penelitian tentang “Budaya Appatabe’ di kalangan Masyarakat Desa Panaikang Kecamatan Pattalassang Kabupaten Gowa ”. Namun terdapat beberapa rujukan yang memiliki kaitan penelitian penulis berupa hasil penelitian lapangan terdahulu (field research) dan kajian pustaka (library

  

research ) berupa buku-buku yang dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam

  menemukan ide-ide dan gagasan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu akan membantu peneliti dalam menjelaskan permasalahan-permasalahan secara lebih rinci. Penelitian terdahulu yang di anggap relevan dengan penelitian ini ialah, diantaranya;

  Penelitian Rustam Aziz 2010, yang berjudul “ Penerapan Budaya Siri Na

  Pacce Pada Siswa SLTP Negeri 21 Makassar di

  era Modernisasi”. Inti penelitiannya adalah tingkat pemahaman siswa SLTP Negeri 21 Makassar terhadap konsep budaya siri na pacce bisa dikatakan masih kurang baik dan jauh dari harapan. Pada umumnya, mereka telah mengetahui bahwa budaya siri na

  

pacce merupakan identitas masyarakat Bugis Makassar, namun mereka belum

  bisa mengaplikasikan secara keseluruhan tentang makna yang terkandung dalam budaya tersebut. Hal ini disebabkan karena pengaruh modernisasi dan globalisasi saat ini. Upaya yang perlu dilakukan adalah dengan cara menanamkan dan mengajarkan konsep budaya sedini mungkin kepada anak, kedua memberikan

  10

  mata pelajaran di sekolah yang berkaitan dengan budaya lokal, ketiga menerapkan

  14 kebudayaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

  Penelitian Fatmawati 2013, yang berjudul “Penerapan Adat Istiadat Suku Bugis Sebagai Pembentuk Etika pada Anak Usia Dini di Desa Lattekko Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone”. Inti pembahasannya adalah tentang bagaimana masyarakat menerapkan nilai-nilai adat istiadat suku Bugis sebagai pembentukan etika anak, adat istiadat yang dimaksudkan adalah bentuk penerapan dari nilai-nilai adat istiadat suku Bugis seperti

  ade’ ada-ada (bicara) dan ade’ gau

  15

  (kedo-kedo). Kedua adat istiadat ini dijadikan sebagai pedoman dalam pembentukan etika pada anaknya.

  Ade’ (bicara) yang dimaksudkan adalah berkata

  sopan dengan oranglain seperti

  iye’ (iya), tabe’ (permisi) idi’ (kamu) sedangkan

ade’ (gau) lebih kepada menunjukkan sikap menghormati orang lain seperti

  membungkukkan badan dan pada saat bertemu maupun saat berpisah dengan orang yang lebih tua, mengucapkan salam pada saat keluar maupun masuk dalam rumah.

  Penelitian Abdurahman 2002, yang berjudul “Nilai-Nilai Filosofis Budaya

  Sipattau

  Di Mandar Kecamatan Sendana Kabupaten Majene”. Inti pembahasannya adalah bahwa sippatau masih begitu sangat kental dilakukan dalam kehidupan masyarakat sedangkan arti dari sipattau dalam masyarakat 14 Rustam Aziz “Penerapan Budaya Siri Na Pacce Pada Siswa SLTP Negeri 21 Makassar

  

Diera Modernisasi”, Skripsi (Makassar: Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik, UIN Alauddin

  11

  mandar adalah saling menghargai, saling menghormati dan saling memuliakan

  16 terhadap sesama manusia tanpa membedakan golongannya.

  Penelitian yang dilakukan oleh St. Musyayydah Nh 2016, yang berjudul “Penerapan Budaya Siri’ na Pacce Di kalangan Masyarakat Tombolo Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jenneponto. Inti penelitiannya adalah bahwa tingkat pemahaman masyarakat terhadap budaya siri na pacce bisa dikatakan masih kurang baik dan jauh dari harapan. Pandangan Islam terhadap siri na pacce adalah suatu hal yang harus dimiliki oleh setiap pribadi muslim, karena rasa malu yang terdapat pada diri pribadi setiap muslim adalah nikmat dan karunia dari Allah

  17 SWT yang tertinggi nilainya dibandingkan dengan nikmat-nikmat yang lain.

  Berdasarkan ke-empat kajian pustaka tersebut, maka penulis memaparkan alasan sehingga menjadikan kajian pustaka ini sebagai bahan rujukan untuk dijadikan sebagai bahan pendukung dari penelitian penulis tersebut, adapun kemiripan dari kajian pustaka ialah terletak pada penerapan nilai-nilai budaya suku Bugis dan Makassar. Budaya yang dimaksudkan adalah berupa nilai-nilai yang terkandung dalam adat istiadat suku Bugis dan Makassar seperti, sikap dalam pergaulan sehari-hari, etika maupun memberikan penghormatan kepada orang lain. Dalam suku Bugis dan Makassar dikenal sebagai

  ade’ ada-ada

  (bicara) yang dimaksudkan adalah berkata sopan kepada orang lain seperti 16 Abdurrahman, “Nilai-Nilai Filosofis Budaya Sipattau di Mandar Kecamatan Sendana

  12

  mengucapkan iye ketika hendak dipanggil, serta mengucapkan

  tabe’ ketika

  hendak melewati orang lain, sedangkan nilai yang terkandung dari ad

  e’ gau

  (perbuatan) yaitu sebuah pengaplikasian atau simbolik yang dapat menandakan ketika seseorang sedang menghargai orang lain, contohnya; membungkukkan badan ketika hendak melewati orang lain dengan gerakan simbolik, maka seseorang akan terlihat makin senang jika diperlakukan dengan seperti itu.

  Sedangkan perbedaan pada penelitian ini adalah terletak pada fokusnya masing- masing, jika penelitian terdahulu memfokuskan penelitiannya pada penerepan kebudayaan suku Bugis dan Makassar, seperti

  siri na’pacce, sippatau maupun

  kebudayaan yang lainnya. Sedangkan penelitian ini memfokuskan tentang budaya appatabe’ yang ada di kalangan masyarakat Desa Panaikang.