HUTANG PIUTANG DI KALANGAN BURUH PEREMPUAN DI DESA JETIS, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN MOJOKERTO JURNAL

  HUTANG PIUTANG DI KALANGAN BURUH PEREMPUAN DI DESA JETIS, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN MOJOKERTO JURNAL Disusun oleh : USWAH DIA DARA 071411431031 DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Semester Gasal 2017/2018

  

HUTANG PIUTANG DI KALANGAN BURUH PEREMPUAN DI DESA

JETIS, KECAMATAN JETIS, KABUPATEN MOJOKERTO

USWAH DIA DARA

071411431031

  

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

Email : udiadara@gmail.com

Semester Gasal 2017/2018

  

ABSTRAK

  Hutang piutang merupakan realitas sosial yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat khususnya pada masyarakat lapisan bawah. Masyarakat lapisan bawah identik dengan buruh sebagaimana yang dapat terlihat dari pendapat atau upah rendah yang diperolehnya setelah bekerja. Penelitian yang berjudul Hutang Piutang Di Kalangan Buruh Perempuan di Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto menjawab permasalahan tentang bagaimana hutang piutang menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat lapisan bawah ( buruh ) di Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

  Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan teoritisasi dari David Chaney mengenai gaya hidup dan James S. Coleman mengenai pilihan rasional untuk menjelaskan fenomena hutang piutang yang dialami masyarakat lapisan bawah di Desa Jetis. Dengan menggunakan paradigma definisi sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus serta cara menentukan subjek penelitian menggunakan teknik snowball.

  Penelitian ini tidak mempersalahkan hutang piutang sebagai suatu yang salah maupun benar, akan tetapi dalam penelitian ini menjelaskan mengenai bagaimana hutang piutang yang dewasa ini seakan menjadi gaya hidup buruh di Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Dalam penelitian kali ini informan menyatakan bahwa alasan utama terjadinya hutang piutang secara terus menerus yang tidak pernah putus adalah karena faktor ekonomi yang rendah kemudian hutang dimaknai sebagai pilihan terbaik bagi masyarakat lapisan bawah ketika penghasilan rendah ditengah kebutuhan yang tinggi. Kata kunci : Hutang Piutang, Gaya Hidup, Buruh, Pedesaan

  

ABSTRACT

  Accounts payable is a social reality that has been inherent in people’s lives, especially in the lower society. The lower society is identical to the worker as can be seen from the opinions or low wages earned after work. The research entitled Debt Receivable Among Women Workers in Jetis Village, Jetis Subdistrict, Mojokerto Regency answered the problem of how accounts payable become part of the lifestyle of lower society (labor) in Jetis Village, Jetis Subdistrict, Mojokerto Regency.

  To answer that problem, theoretical use of David Chaney’s lifestyle and James S. Coleman on the rational choice to explain the phenomenon of accounts payable experienced by the lower classes in Jetis Village. Using a social definition paradigm that uses a qualitative approach with case study methods and how to determine the subject of research using snowball techniques.

  This research does not blame the accounts payable as a false or true, but in this study explains about how accounts payable that today seems to be a lifestyle of workers in the Jetis Village, Jetis Subdistrict, Mojokerto Regency. In this research, informants stated that the main reason for continuous debt debt that never breaks is due to low economic factor then the debt is interpreted as the best choice for lower level society when low income amid high requirement.

  Keywords: Debt Receivables, Lifestyle, Labor, Rural bagi masyarakat Indonesia yang

1. PENDAHULUAN berada di pedesaan dengan

  Hutang piutang sangat erat penghasilan yang pas-pasan disertai kaitannya dengan kehidupan dengan kebutuhan yang beragam. masyarakat di Indonesia karena Seperti halnya yang dikatakan oleh hutang pada saat ini tidak hanya (Cameron & Golby, 1990 dalam dilakukan secara individu penelitian Nurudin & Ekasari, 2009) (perorangan), namun juga dilakukan bahwa perilaku berhutang akan lebih oleh sekelompok orang (Hidayat, sering terjadi pada orang yang 2013). Oleh sebab itu, bicara perihal memiliki pendapatan rendah dengan hutang sangat tidak asing lagi dibarengi pengeluaran yang tinggi. terdengar ditelinga kita khususnya Hutang menjadi salah satu alternatif yang dilakukan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya atas landasan rasional yang mendorong seseorang itu untuk berhutang.

  Kehidupan sosial yang pada umumnya jauh dari kesan mewah serta cenderung dengan hidup yang sederhana merupakan potret keadaan yang biasanya sering kita temui pada masyarakat khususnya di pedesaan (Meivani&Arsal, 2015). Namun belakangan ini gambaran tersebut rupanya telah memudar dan meluntur mengingat potret desa pada saat ini masyarakatnya mulai mengedepankan tampilan sebagai wajah baru yang ditonjolkan pada masyarakat pedesaan.

  Belakangan ini telah terjadi pergeseran budaya dari masyarakat Desa yang umumnya bersifat dan menjunjung tinggi kegiatan-kegiatan tradisional kini mulai beralih ke gaya hidup yang sifatnya Modern.

  Pergeseran budaya akibat adanya Globalisasi ini membuat perubahan gaya hidup pada masyarakat pedesaan yang mana saat ini tampilan dijadikan sebagai kebutuhan utama. Yang dimaksud dengan gaya hidup atau yang sering kita dengar dengan istilah

  life style adalah gabungan dari gaya

  pribadi dan gaya sosial yang muncul dalam wilayah tertentu yang merupakan aktivitas dalam mengisi waktu senggang serta sikap manusia dalam menghadapi adanya isu sosial tertentu (Machin & Eeuwen, 2005 dalam Suyanto 2013 : 143).

  Gaya hidup yang yang harus dipenuhi namun dengan pendapatan dan status ekonomi yang rendah membuat hutang dijadikan alternatif atau pilihan terbaik bagi masyarakat Desa Jetis untuk memperoleh apa yang mereka inginkan. Pada umumnya sebagian besar orang menganggap hutang sebagai suatu beban tetapi tidak sedikit pula orang yang memaknai hutang itu sebagai motivasi untuk memperoleh rupiah dalam pekerjaannya. Oleh sebab itu tidak sedikit orang yang mengulangi perilaku berhutang ini hingga menjadi suatu kebiasaan yang terus-menerus dilakukan.

  Gaya hidup bagi Chaney merupakan ciri sebuah dunia modern yang digunakan oleh siapapun yang hidup sebagai suatu bentuk kehidupan yang khas dijalani oleh kelompok sosial tententu. Gaya hidup dapat membantu kita memahami apa yang dilakukan oranglain, mengapa mereka melakukannya dan untuk apa mereka melakukannya (Chaney,

  1996).

  Gaya hidup kini bukan lagi menjadi sebuah monopoli oleh suatu kelas akan tetapi sudah menjadi lintas kelas. Gaya hidup yang ditawarkan melalui iklan akan sangat mudah diterima oleh masyarakat dalam golongan apapun sehingga tidak lagi menjadi milik eksklusif kelas tertentu dalam masyarakat ( Suyanto, 2013).

2. KERANGKA TEORI

  Pada perkembangannya gaya hidup telah membentuk perilaku- perilaku yang terkadang tidak masuk diakal atau di luar nalar pemikiran manusia. Perilaku tersebut adalah seperti fenomena hutang piutang pada buruh perempuan yang menggunakan hutang sebagai suatu pemenuhan kebutuhan sekunder yang mana mekanisme survival buruh tersebut untuk menunjang penampilannya

a. Teori Gaya Hidup, David Chaney

  adalah dengan bantuan segala sesuatu yang didapatkannya dari berhutang.

b. Teori Pilihan Rasional, James S.Coleman

  James S.Coleman memiliki dasar pemikiran utamanya yang paling sederhana mengacu pada tindakan rasional atau yang sering disebut dengan tindakan yang memiliki tujuan. Berangkat dari sini Coleman mengemban tugas sosiologi yang cukup berat yakni mengembangkan teori-teori mikro ke level makro norma-norma, nilai-nilai sosial, distribusi status serta konflik sosial (Ritzer, 2012 ).

  Teori ini berawal dari perihal tujuan dan maksud oleh seorang aktor dalam memilih atau menentukan suatu keputusan. Namun di dalam keputusan tersebut sekurang- kurangnya terdapat dua faktor yang menjadi pemaksa utama suatu tindakan atau suatu hal itu dapat terjadi. Jadi bagi Coleman semakin tinggi sumber daya yang seorang ator punyai maka pencapain tujuan tersebut semakin mudah dan sulit untuk dicapai tujuan tersebut apabila sumber daya yang dimiliki rendah.

  Setidaknya ada dampak negatif dan juga dampak positif yang ditimbukan ketika mendorong aktor dalam melakukan tindakan serta menghindar dari tindakan yang lain (Ritzer, 2014 : 332-333).

  Seperti halnya fenomena hutang piutang pada buruh perempuan yang terjadi saat ini di pedesaan khususnya di Desa Jetis adalah karena sumber daya atau pendapatan sebagai buruh yang rendah sehingga para buruh ini mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berhutang yang sesuai dengan terapan dari teori pilihan rasional tersebut. Hutang dalam hal ini dianggap sebagai suatu pilihan rasional terbaik ketika pendapatan yang mereka peroleh rendah sedangkan kebutuhan mereka begitu tinggi, sehingga dengan cara berhutang inilah mereka mampu untuk memuaskan dirinya atas pencapain yang diperoleh akibat keinginan yang ada dalam masing- masing aktor atau dalam hal ini adalah buruh perempuan.

  Dalam penelitian kali ini paradigma yang dipilih adalah paradigma definisi sosial. Paradigma definisi sosial memiliki perhatian pada bagaimana seseorang baik individu maupun kelompok dalam masyarakat memahami kondisi sosial mereka serta bagaimana efek dari pemahamanan tersebut pada tindakan atau interaksi sosial setelahnya

  (Ritzer, 2012 : 1152-1153). Kemudian untuk pendeketannya, dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bukan bermaksud untuk meringkas keseluruhan yang dikatakan oleh informan namun bertujuan memberikan deskripsi yang rinci mengenai Hutang Piutang yang terjadi. Studi kasus adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih dapat dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya yang alamiah sehingga dapat digunakan untuk rujukan dan bahan penelitian selanjutnya.

3. METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilakukan di sebuah desa di Mojokerto. Dipilihnya lokasi tersebut diatas tidaklah tanpa alasan, dan alasan yang melatarbelakangi akan pemilihan lokasi tersebut adalah karena berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap masyarakat di Desa Jetis tersebut banyak yang memiliki hutang hingga saat ini, bahkan mereka berhutang tidak sekali dua kali melainkan berkali-kali yang mana hutang mereka tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok melainkan juga tidak sedikit yang berhutang untuk digunakan kebutuhan kedua hingga kebutuhan ketiga yang menyebakan mereka memiliki pola konsumtif yakni membeli barang-barang yang bukan menjadi kebutuhan utamanya secara terus menerus tanpa memperhatikan nilai guna yang seharusnya. Dalam menentukan informan yang akan memberikan data untuk penelitian di Desa Jetis ini telah dipilih 7 orang buruh sebagai informan dengan teknik yang dipilih sebagai penentuan informan adalah menggunakan snowball sampling.

  Seperti pada umumnya dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara mendalam (indepth

  interview) dengan menggunakan

  pedoman wawancara. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Terdapat tiga hal yang perlu untuk dilakukan dalam analisis data kualitatif yakni reduksi data, penyajian data serta yang terakhir adalah penariakan kesimpulan.

  4. HASIL PENELITIAN

  a. Faktor Penyebab Perilaku Berhutang Dalam masyarakat Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto yang berprofesi sebagai seorang buruh pabrik maupun non pabrik yang menyebabkan mereka memilih hutang sebagai gaya hidup adalah karena adanya dorongan akibat dari faktor ekonomi yang rendah sehingga kebutuhan tidak dapat terpenuhi karena penghasilan telah habis digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya primer.

  Ketika seorang buruh yang bekerja setiap hari dan memperoleh upah baik itu harian, mingguan ataupun juga bulanan dengan gaji dibawah UMR (Upah Minimum Regional) maka dapat dipastikan bahwa hasil yang dperoleh tersebut tidaklah cukup digunakan untuk kebutuhan yang sifatnya sekunder karena mengingat hutang yang dilakukan oleh para buruh ini lebih banyak digunakan untuk membeli peralatan dan kebutuhan yang sifatnya sebagai kebutuhan pelengkap.

  Faktor penyebab buruh berhutang yang selanjutnya adalah karena adanya dorongan dari diri pribadi buruh tersebut untuk mengedepankan tampilan. Dengan kebutuhan tampilan yang tinggi untuk bersosialisasi sedangkan penghasilan yang diperoleh rendah maka hutang dirasa sah-sah saja dilakukan dalam situasi seperti ini . Gengsi karena mengikuti gaya hidup masa kini dengan pendapatan yang tidak memungkinkan menjadi mungkin apabila dilakukan dengan cara berhutang karena bias di angsur maupun dibayar tunda sesuai dengan kemampuan buruh tersebut dalam melunasi pinjamannya.

  Dalam hal ini terdapat informan yang mengatakan bahwa tujuan berhutang bagi para buruh tidak hanya melulu untuk pemenuhan gengsi dan sosialisasi, melainkan ada beberapa hal lain yang mendasari perilaku berhutang tersebut adalah karena faktor kepuasan semata dan hanya digunakan sebagai suatu kesenangan sehingga dilakukannya secara berulang.

  Perilaku hutang piutang yang terjadi secara terus menerus hingga saat ini tentu memiliki suatu akar atau mula kapan mereka memulainya. Dan perlu diketahui bahwa awal mula perilaku ini terjadi adalah bermula dari saat masyarat atau buruh ini menikah dan mengenal dunia industri.

  Kehidupan rumah tangga dengan kebutuhan yang beragam memang memiliki dampak tersendiri bagi masyarakatnya sehingga dalam hal ini hutang piutang juga muncul sebagai akibat dari suatu pernikahan dimana kebutuhan dalam rumah tangga dibarengi dengan kebutuhan yang beragam pula.

  Pada awalnya para buruh perempuan ini tidak mengenal hutang piutang ketika dirinya masih lajang, namun ketika dirinya mulai harus mengatur perekonomian dan membagi antara kebutuhan pribadi dan kebutuhan keluarga yang terbagi lagi menjadi antara kebutuhan rimer dan sekunder maka muncul lah perilaku berhutang ini sebagai mekanisme survival yang mereka lakukan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan yang berulang dilakukan hingga saat ini.

  b. Pola Gaya Hidup dan Sistem Hutang Piutang

  Gaya hidup telah merambah ke masyarakat lapisan bawah yang saat ini telah menjadikan kebutuhan tampilan sebagai kebutuhan utamanya. Gaya hidup yang di anut oleh masyarakat saat ini adalah gaya hidup modern yang telah meninggalkan kesederhanaan sebagai ciri dari masyarakat pedesaan.

  Sistem hutang piutang dalam masyarakat pedesaan ini begitu beragam salah satunya adalah pemilihan instansi untuk berhutang yang dipilih oleh masyarakat Desa Jetis disini adalah berbeda-beda. Bagi mereka yang memiliki hutang bentuk uang dalam jumlah yang besar Bank dan Koperasi adalah tujuan mereka, sedangkan toko atau warung dan perorangan dipilih untuk hutang dalam bentuk barang. Sistem pembayaran hutang piutang yang ada tergantung pada masing-masing orang dan instansi yang terkait, namun yang umum dilakukan adalah pembayaran dengan sistem di angsur ataupun dibayar tunda yang digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti halnya untuk modal berwirausaha hingga digunakan untuk membeli sebuah motor bagi salah satu seorang buruh. Jadi tidak semua hutang piutang itu umumnya digunkan untuk sebuah kebutuhan pokok. Seperti halnya yang terjadi saat ini pada para buruh saat ini banyak yang berhutang barang- barang yang diluar kebutuhan primer atau kebutuhan pokok untuk hidup. Barang-barang tersebut dapat berupa pakaian, kendaraan, perhiasan dan juga kebutuhan tampilan untuk kecantikan.

  Dalam memperoleh pinjaman para buruh ini biasanya menyertakan agunan yang beragam mulai dari BPKB, Sertifikat Rumah hingga kartu ATM yang mana tergantung kepemilikan mereka untuk diagunkan dan sesuai dengan instansi yang memberi pinjaman. Dalam segi pelunasan, setiap orang memiliki waktu pelunasan yang berbeda-beda antara satu orang dengan yang lainnya. Waktu pelunasan tersebut bisa dalam kurun waktu hari, minggu, bulan hingga bank tergantung besar kecilnya jumlah uang atau barang dan kesepatan awal antara pemberi dan penerima pinjaman.

  Kemudian hutang piutang terus berjalan karena para buruh menganggap bungah hutang yang mereka miliki adalah murah untuk hutang benda seperti pakaian sedangkan merasa mahal saat hutang tersebut dalam bentuk uang dengan bungah yang telah ditetapkan oleh pihak instansi yang bersangkutan. Ketika buruh tidak dapat membayar angsuran hutang yang harusnya dibayar maka ada beberapa jalan yang akan mereka tempuh yakni dengan mencari pinjamam kepada pihak atau instansi lain atau akan membiarkan mereka terkena denda agar tidak perlu repot untuk mencari pinjaman lain.

  Beberapa buruh menganggap hutang menjadi suatu yang mengganggu namun ada juga yang menganggap memiliki hutang adalah suatu hal yang wajar sehingga todak perlu ditakutkan karena para buruh beranggapan rezeki telah ada yang mengatur.

  c. Makna Hutang

  Hutang dikmaknai berbeda antara satu orang dengan oranglain yang mana hutang dimaknai untuk memenuhi kebutuhan atau memperoleh barang yang ingin dimiliki oleh seorang tersebut. Sama halnya dengan para buruh yang memilih jalan berhutang adalah semata-mata untuk memiliki apa yang diinginkannya sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Hutang dimaknai sebagai suatu beban yang tidak sepenuhnya menjadi beban karena dibalik beban yang di tanggung buruh terdapat imbalan berupa kepemilikan barang yang diinginkan oleh mereka sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri bagi pelakunya.

  Disini peneliti akan kembali mencoba mereview kembali hubungan antara Gaya Hidup dan Pilihan Rasional dalam bentuk konsep Gaya Hidup Buruh Perempuan yang merujuk pada hasil temuan data.

  Dalam fenomena yang terjadi pada para buruh sebagai bagian dari masyarakat lapisan bawah ini menganggap bahwa hutang adalah sebagai segala sesuatu yang wajar dilakukan oleh manusia yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya akibat sumber daya finansial yang rendah. Disamping resiko pembayaran antara berhutang yang mana akan lebih mahal daripada harga yang dibayar dengan tunai, hutang masih menjadi pilihan dan terus dilakukan berulang.

  Meski terkadang di antara para buruh tersebut merasakan bahwa bungah hutang itu tidak murah akan tetapi hal tersebut terus dilakukan oleh para buruh tersebut atas dasar ingin memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Namun yang berkaitan dengan teori gaya hidup yang telah dijelaskan diatas dengan kehidupan masyarakat pedesaan yang menjadi topik penelitian kali ini adalah sulit dibedakannya jarak antara gaya hidup

5. PEMBAHASAN

  masyarakat yang tinggal di pedesaan dengan masyarakat perkotaan.

  Kebutuhan tampilan para buruh terkait dengan teori gaya hidup dalam aspek adaptasi individu terhadap kondisi sosial yang dilakukan secara aktif dalam tindakan sosial individu dalam pemenuhan kebutuhan dan sosialisasi dengan oranglain. Adaptasi yang dilakukan di sini adalah seperti halnya kelompok- kelompok masyarakat yang terbentuk atas dasar kesamaan memiliki hutang. Kemudian pemenuhan kebutuhan dan sosialisasi dengan oranglain tersebut dapat terpenuhi dengan berhutang karena diketahui hampir semua buruh pada masyarakat pedesaan memiliki upah atau gaji yang relatif kecil sehingga jelas akan habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari saja.

  Pemilihan hutang sebagai alternatif ketika upah tidak mencukupi untuk membeli suatu secara tunai merupakan nilai-nilai atau anggapan yang akan oranglain berikan terhadap perilaku yang akan dilakukan atas tindakan tersebut. Dengan pernyataan dan pengakuan dari keseluruhan para buruh yang mengungkapkan bahwa hutang yang dilakukan masyarakat bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan primer, yakni diantaranya hutang untuk membeli pakaian dan kebutuhan tampilan lainnya sesuai dengan teori gaya hidup yang menyatakan bahwa gaya hidup adalah masuk dalam kebutuhan sekunder atau kebutuhan kedua.

  Hutang bagi para buruh perempuan di Desa Jetis merupakan hal yang wajar sehingga terus dilakukan secara berulang, bahkan beberapa mengatakan dengan terus terang hal tersebut dilakukan agar mereka dapat menyamai tetangga lainnya atau masyarakat lainnya dalam aspek tampilan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan teori gaya hidup yang menyebutkan bahwa gaya hidup merupakan suatu kebiasaan individu ataupun kelompok dalam kehidupan sosial yang menerapkan pola hidup tertentu untuk mencapai status yang diakui dalam masyarakat, sehingga hutang menjadi gaya hidup buruh saat ini adalah karena kebiasaan-kebiasaan berhutang tersebut yang sering secara terus menerus dilakukan oleh masyarakat.

  Kemudian berdasarkan teori pilihan rasional dapat dijelaskan bahwa informan memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap makna dari hutang piutang itu sendiri. Dalam hal ini hutang piutang diyakini sebagai suatu yang sudah sangat tepat ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya namun disisi lain terdapat dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya untuk memiliki suatu benda maupun barang sebagai hal yang harus terpenuhi bagi kehidupan buruh sebagai bagian dari masyarakat lapisan bawah.

  Hutang piutang yang kerap kali terjadi pada buruh sebagai bagian dari masyarakat lapisan bawah dimaknai sebagai sesuatu hal yang harus dilakukan untuk atau agar dapat memiliki suatu barang yang dikehendaki. Dengan melakukan kegiatan ini bersama-sama dengan tetangga maupun keluarga dianggapnya suatu kesenangan tersendiri. Meski dengan upah yang didapatkannya dari bekerja selama satu hari yang tidak seberapa namun ia meyakini akan dapat membayar dan melunasi penuh hutang yang ia miliki. Berhutang dipilihnya karena upah yang di dapatkan rendah sehingga jika tidak dengan berhutang maka ia tidak dapat memiliki apa yang diinginkannya.

  Tujuan didukung dengan sumber daya yang mencukupi dan memenuhi. Sedangkan apabila sumber daya rendah maka aktor akan memilih dan menempuh jalan lain untuk mencapai tujuannya tersebut dan dalam hal ini hutang dipilih buruh sebagai bagian pada masyarakat lapisan bawah di Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto untuk mencapai tujuan yang diinginkannya.

  Hutang pada saat ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat pedesaan karena hutang dilakukan buruh untuk memenuhi kebutuhan tampilannya yang nampak dilihat oleh mata dan dilakukan secara berulang serta telah menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh para buruh perempuan secara terus menerus. Kedua, buruh sebagai bagian dari masyarakat lapisan bawah menjadikan hutang sebagai gaya hidup adalah karena dorongan faktor ekonomi yang rendah namun dibarengi dengan kebutuhan tampilan yang tinggi, sehingga hutang menjadi mekanisme survival buruh ketika kebutuhannya tidak dapat terpenuhi.

  Ketiga, Hutang pada masyarakat pedesaan khususnya buruh di Desa Jetis dilakukan dalam bentuk uang maupun barang yang melibatkan instansi formal maupun non formal. Kemudian yang keempat atau yang terakhir adalah hutang dimaknai berbeda antara masyarakat yang telah lama bekerja menjadi buruh dan masyarakat yang baru bekerja

6. KESIMPULAN

  menjadi buruh. Bagi buruh yang telah lama bekerja memaknai hutang sebagai media yang digunakan untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang menjadikan penyemangat mereka dalam bekerja. Sedangkan bagi mereka yang masih baru bekerja sebagai buruh memaknai hutang sebagai media untuk memperoleh suatu bentuk barang yang diinginkan.

  Namun dari sini dapat disimpulkan secara keseluruhan hutang dianggap menjadi suatu hal yang dianggap pilihan terbaik ketika sumberdaya yang dimilki buruh tersebut rendah ditengah kebutuhan dan keinginan mencapai sesuatu yang tinggi.

  Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khusunya yang berkaitan dengan hutang piutang.

  Selain itu bagi masyarakat khususnya buruh perempuan di Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto agar membatasi konsumsi yang dilakukan secara berlebihan terhadap barang-barang yang sifatnya sekunder agar tidak menjadi masyarakat yang berperilaku konsumtif yang merujuk pada pola hidup boros. Dalam hal ini juga diharapkan masyarakat agar berhutang menyesuaikan dengan pendapatan mereka sebagai seorang buruh. Kemudian bagi pemerintah daerah dan instansi keuangan sekitar Desa Jetis, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto agar lebih banyak melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk beralih praktik Hutang Piutang dari Rentenir ke Bank yang saat ini telah banyak berdiri di sekitar Desa Jetis.

7. SARAN

  Putra Utama

  Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto Tahun 2016

  Artikel Dari Internet

  Kabupaten Mojokerto. Kabupaten di provisnsi Jawa Timur, Indonesia ( Di akses tanggal 7 September 2017 )

  

  Shanto (2016) Pengertian Buruh ( Di akses tanggal 8 November 2017 ) spn.or.id/pengertian-buruh/

  Arsip Departemen Pemerintah

  Kantor Kepala Desa (2017). Data

  Pokok Desa/Kelurahan Profil Desa Jetis . Desa Jetis

  Skripsi, Tesis dan Jurnal

  Ekonomi : Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post- Modernisme. Jakarta : PT. Kharisma

  Aisya, Mugawati. 2016. Hubungan

  Gaya Hidup dengan Kejadian Menarche di SMA Negeri 1 Driyorejo Kabupaten Gresik. Fakultas

  Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya

  Fitriyani, Nur. Widodo, Prasetyo Budi dan Fauziah, Nailul. Hubungan

  • – Buku Sumber Untuk Penelitian Kualitatif. Tiara Wacana.Yogyakarta.

  Antara Koformitas Dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa di Genuk Indah Semarang.

  Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

  Godaibilah, Achmad .2009. Hutang

  Jakarta : Prenada Media Suyanto, Bagong. 2013. Sosiologi

  DAFTAR PUSTAKA Literature Buku

  Yogyakarta : Pustaka Pelajar

  Bungin, Burhan. 2007. Metode

  Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta : PT. Raja

  Grafindo Persada Chaney, David. 1996. Lifestyles sebuah Pengantar Komprehen.

  Yogyakarta : Jala Sutra Hujatnikajennong, Agung dkk. 2006.

  . Resistensi Gaya Hidup : Teori dan

  Rasionalitas. Bandung :

  Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Nugroho, Heru. 2001. Uang, Rentenir dan Hutang Piutang di Jawa .

  Ritzer, George. 2014. Teori Sosiologi

  Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan.

  Modern. Jakarta : Kencana

  Prenadamedia Group

  Ritzer, Geoerge. 2012. Teori

  Sosiologi (Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern) . Yogyakarta: Pustaka

  Pelajar. edisi ke-18 Salim, Agus. 2006. Teori dan

  Paradigma Penelitian Sosial

  Siahaan, Hotman M. 1986. Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi .

  Erlangga, Surabaya Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005.

  Piutang dan Aplikaisnya Pada Masyarakat

  Kampung Gunung RT.006/03 Kelurahan Cipondoh Indah Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Jakarta : UIN

  Warung Kelontong Pada Masyarakat Pedesaan (Studi kasus di Desa Banjarsari Kulon kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas) .

  Nurudin, Indra Herdiana dan Ekasari,Rini. 2009. Studi

  Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

  Uang di Bayar Genteng pada Masyarakat Desa Kebulusan, Kec,Pejagoan, Kab.Kebumen (Studi Komparasi Hukum Islam dan Hukum Perdata Indonesia). Yogyakarta :

  Jurnal, Fokus Ekonomi Vol.02 No.02 Nurokhhman, Akhmad. 2010. Hutang

  Kesejahteraan Buruh atau Karyawan Perusahaan di Indonesia.

  Hidayahtullah, Jakarta Novius, Andri. 2007. Fenomena

  Universitas Islam Negeri Syarif

  Buruh dalam Hak-Hak Buruh di PT.Gloria Satya kencana Gunungn Sindur Parung Bogor . Skripsi,

  Najib, Ainun. 2016. Peran Serikat

  Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, Surakarta

  Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar Pengguna Handphone di SMA Negeri 1 Sambi Boyolali .

  Semarang : Jurnal Unnes Murdaningsih, Siti. 2008. Gaya

  2015. Sistem Hutang Piutang Di

  Syarif Hidyatullah Hidayat, Rahmat. 2013. Faktor-faktor

  Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta Meivani, Yurizka &Arsal, Thriwaty.

  “Anak Cowok” dan “Anak Cewek”. Skripsi, Fakultas

  Pengaruh Gaya Hidup Modern Masyarakat Indonesia Terhadap Visualisasi Indonesia Terhadap Visualisasi Iklan Televisi Tri Indie+Versi

  Mahmuda, Miftah Afif. 2014. Studi

  Surabaya : Jurnal Paradigma Sosiologi FISH Universitas Negeri Surabaya Volume 01 Nomor 02

  2013. Pola Preferensi Pendidikan Prasekolah.

  Terhadap Pembelian Rumah Sehat Sederhana (Studi pada Pelanggan Perumahan Puri Dinar Mas PT. Ajisaka di Semarang). Jurnal Administrasi Bisnis : Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang Maftuhah dan Legowo, Martinus.

  Listyorini, Sari. 2012. Analisis Faktor-faktor Gaya Hidup dan Pengaruhnya

  Pekanbaru : Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Sultan Syarif Kasimriau

  Hutang Terhadap Profitabilitas Perusahaan Telekomunikasi Yang Go Public Di Periode 2006-2011.

  Irawan, Rudi. 2012. Pengaruh

  Yogyakarta : Jurnal Psikologi Volume 40, No. 1, Hal. 92- 101

  Psikologis Perilaku Berhutang padaKaryawan Berpenghasilan Tetap.

  Fenomenologi Perilaku

  Berhutang . Yogyakarta :

  Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Thaib, Chaidir dan Taroreh, Rita.

  III Kabupaten Banyuasin . Jurnal Intizar

  dalam Perspektif Muamalah di Desa Ujung Tanjung Kecamatan Banyuasin

  Yuswalina. 2013. Hutang-Piutang

  Katolik Soegijapranata, Semarang

  Mekanisme Penetapan dan Pelaksanaan Upah Minimum Kota di Perusahaan PT. Daya Manunggal Salatiga. Skripsi, Universitas

  No.1, Jakarta Wibowo, Yusuf Dedy. 2008.

  Pengajar Fakultas Ekonomi, The Winners 84 Vol.6

  Tinjauan Tentang Tenaga Kerja Buruh di Indonesia. Jurnal, Staf

  Utomo, Indi Setyo. 2005. Suatu

  Jurnal Emba Vol.03 No.04, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sam Ratulangi, Manado

  dan Profitabilitas Terhadao Kebijakan Dividen (Studi pada Perusahaan Foods and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014) .

  2015. Pengaruh Kebijakan Hutang

  gaya Hidup Materialisme Pada Remaja SMU di Jakarta Selatan. Jakarta :

  Sekolah Tinggi Psikologi Nur Rakhma, Afida. 2016. Makna

  Surabaya : Pesona Jurnal Psikologi Indonesia Suryani, 2004. Kelas Sosisal dan

  Konformitas dan Perilaku Konsumtif pada Remaja .

  Universitas Sumatera Utara Suminar, Eva dan Meiyuntari,Tatik.2015. Konsep Diri,

  Perlindungan Hukum Terhadap Buruh PKWT Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan. Skripsi,

  Universitas Hasanuddin : Jurnal Socius Volume XV, Januari-April 2014 Sihombing, Johannes Deral. 2015.

  Model Tindakan Rasional Pada Proses Transformasi Komunitas Petani Rumput Laut di Kelurahan Pabiringka Kabupaten Jeneponto .

  Radjab, Mansyur. 2014. Analisis

  Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta

  Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010- 2013) . Skripsi, Fakultas

  Orientati, Suci. 2014. Pengaruh

  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, Surabaya

  Bekerja Bagi Pengerajin Batik (Studi di Desa “Batik” Sumurgung, Kabupaten Tuban) . Skripsi,

  Vol.19 No.02, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia.