E-MUSEUM SEBAGAI MEDIA MEMPERKENALKAN CAGAR BUDAYA DI KALANGAN MASYARAKAT

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

  E-MUSEUM SEBAGAI MEDIA MEMPERKENALKAN CAGAR BUDAYA DI KALANGAN MASYARAKAT

1 Oleh: Suraya & Muhammad Sholeh

  

ABSTRACT

Basically the museum is a place of conservation, not only physically but in a system of moral values and norms. The

purpose of conservation is to prevent people from forgetting their culture. An effort of providing museum learning

system for the youth has to be done in order to conserve our cultural heritage. The system should be able to give

information regarding museu m’s collections. The information will attract visitors to come to the museum.

  

One effort named integral system integrates information from many museums in Yogyakarta into a portal website.

The information is presented in text, picture as well as video format.

  

The system application is built with a web-based programming using CodeIgniter frame, and MySQL as the

database. In this study, map feature utilizing Google Map API is used to present information in the form of

particular museum location and other museums nearby.

  Keywords: museum, integration, Yogyakarta

A. Pendahuluan

  Museum pada mulanya muncul di Eropa, yaitu merupakan suatu ruang / tempat khusus untuk menyimpan barang

  • – barang eksotik milik raja. Namun dalam perkembangan dunia selanjutnya, museum merupakan tempat bukan yang sekedar memamerkan tetapi berfungsi sebagai tempat mengumpulkan, melestarikan, merawat, dokumentasi, menyajikan dan mengkomunikasikan benda-benda alam dan budaya untuk kepentingan pengkajian, pembelajaran dan rekreasi. Peninggalan-peninggalan kebudayaan primitif yang dipamerkan di museum pada masa modern sekarang merupakan suatu media yang menginformasikan masa lampau kepada kita, terutama generasi muda sekarang yang tidak bersamaan hidup dengan generasi tua pada masa lampau. (Rumansara, 2013)

  Perkembangan museum di Indonesia tidak lepas dari adanya masa kolonial. Sebelum kemerdekaan, tujuan pendirian museum yang berkenaan dengan kebudayaan adalah untuk mengenal kebudayaan rakyat jajahan. Sementara pendirian museum yang berkenaan dengan sains adalah untuk mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam di negara jajahan. Barulah tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya. Perhatian pemerintah kepada museum mulai diberikan pada 1948 lewat Jawatan Kebudayaan dalam Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Perhatian yang lebih serius diberikan pada 1957 ketika dalam Jawatan Kebudayaan dibentuk Bagian Urusan Museum Pendirian dan pengembangan museum di Indonesia semakin meningkat dari masa sebelum kemerdekaan. Tujuan pendirian museum setelah kemerdekaan adalah untuk kepentingan pelestarian dan pengembangan warisan budaya dalam rangka persatuan dan peradaban bangsa, juga sebagai sarana pendidikan nonformal. Jumlah koleksi pada masa kolonial cukup besar, namun disajikan dengan konsep tata pameran di Eropa. Sementara jumlah koleksi setelah kemerdekaan memang masih terbatas, namun koleksi tersebut dipamerkan untuk kepentingan bangsa dalam rangka penanaman rasa kebangsaaan dan jati diri. (Aris Munandar, 2011)

  Permasalahan yang dialami oleh museum adalah permasalahan klasik yang sebenarnya dialami pula oleh sebagian besar museum di Indonesia. Museum milik negara pada umumnya, cenderung bersikap ‘pasif’ dengan mengandalkan anggaran pemerintah yang tentu saja terbatas pada kewajiban terhadap perawatan dan penyimpanan koleksi berupa tinggalan materi yang memiliki nilai budaya atau identitas bangsa sesuai dengan UU no. 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Sehingga memunculkan kesan membosankan bagi pengunjung, dan museum selalu tampak sepi pengunjung.

1 Peneliti pada Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta

  Pada dasarnya museum merupakan tempat pelestarian, bukan hanya secara fisik, tetapi dalam sistem nilai dan norma. Tujuan pelestarian adalah agar masyarakat tidak melupakan kekayaan budaya atau tidak mengenal lagi akan kebudayaan mereka. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah memberikan pembelajaran tentang museum kepada generasi muda. Upaya yang dapat ditempuh adalah membangun system informasi museum yang dapat memberikan gambaran dan isi dari museum. Dengan adanya informasi ini, tentunya akan didapat gambaran apa isi dari museum sehingga diharapkan akan mendorong untuk melakukan kunjungan ke museum.

B. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk:

  a. Menciptakan suatu sistem informasi yang menginformasikan museum di Yogyakarta yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja;

b. Menyajikan informasi lokasi museum dengan teks dan gambar, sehingga pengguna mendapatkan gambaran dari suatu lokasi museum.

  C. Manfaat Penelitian

  Dalam penelitian E-Museum mempunyai berbagai manfaat yaitu sebagai berikut: (1) Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preparasi, (4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa, (7) Visualisasi warisan alam dan budaya, (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, (9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  D. Tinjauan Pustaka

  Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian atau makalah dalam jurnal, diantaranya : 1. (Patias, 2008), dalam paper ini penulis menuangkan gagasan dan mengimplementasikan, bagaimana membuat virtual dari suatu museum. Kelebihan system tentunya gambaran dari museum dapat divisualkan sedangkan kelemahannya adalah system dikemas dalam bentuk CD sehingga pendistribusian nya mengalami kendala, kecuali kalau CD ini menjadi souvenir dan tidak disajikan berbasis website. 2. (Michael, 2010) dalam paper berjudul Comparative study of interactive systems in a Museum., penulis menawarkan penggunaan TIK, khususnya multimedia untuk memberikan gambaran museum secara virtual. 3. (Satrya, 2012), dalam makalah yang ditulis di jurnal ilmiah Pariwisata, STP Trisakti Jakarta lebih banyak menulis bagaimana strategi untuk meningkatkan kunjungan ke museum. Strategi tersebut diantaranya mengoptimalkan peran Corporate Social Responsibility (CSR) dari suatu perusahaan dalam mendukung program-program dari suatu museum. Pendekatan yang dilakukan dalam makalah ini lebih cenderung menggugah aspek sosial dari suatu perusahaan tetapi tidak mengulas penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam meningkatkan peranan museum.

1. Pengertian dan Sejarah Museum

  Museum merupakan sarana untuk mengembangkan budaya dan peradaban manusia. Dengan kata lain, museum tidak hanya bergerak di sektor budaya, melainkan dapat bergerak di sektor ekonomi, politik, sosial, dll. Di samping itu, museum merupakan wahana yang memiliki peranan strategis terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Para ahli kebudayaan meletakkan museum sebagai bagian dari pranata sosial dan sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik.

  Dalam era pembangunan teknologi yang cepat berkembang dewasa ini, peranan museum sangat diharapkan untuk mengumpulkan, merawat, dan mengkomunikasikan berdasarkan penelitian dari benda-benda yang merupakan bukti konkret dari proses pengembangan kebudayaan. Di museum, masyarakat dapat memperoleh tempat berekreasi sambil mendapatkan informasi mengenai ilmu dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam kehidupan manusia dan lingkungan.

  Pada umumnya masyarakat masih memandang museum sebagai suatu tempat atau lembaga yang bersuasana statis, berpandangan konservatif atau kuno, mengurusi benda-benda kuno kalangan elite untuk kebanggaan dan kekaguman semata. Bangunan museum memang terkesan menyeramkan karena identik dengan barang-barang kuno, sunyi, kemegahan, dan kadang agak kurang terurus. Namun seharusnya hal ini tidak menjadi suatu halangan bagi masyarakat untuk tidak mengunjungi museum. Karena dibalik kekakuannya, museum juga memperkenalkan proses perkembangan sosial budaya dari suatu lingkungan kepada masyarakat. Masyarakat juga

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

  Benda-benda koleksi yang dipamerkan harus dirancang sedemikian rupa termasuk menunjukkan adanya isu-isu masa kini yang berjalan dengan fakta sejarah. Kegiatan yang dilakukan di museum tidak sekedar melihat benda koleksi yang indah, tetapi bagaimana agar yang datang ke museum pulang tetapi ingin kembali datang ke museum karena museum dianggap mempunyai daya tarik tersendiri. Ada yang mem buat saya cukup bangga saat ini, sudah cukup banyak pengelola museum yang membolehkan museumnya digunakan untuk acara-acara kegiatan kemasyarakatan, melakukan seminar untuk mengasah intelektual, dan yang terpenting museum tidak digunakan untuk sebagian kecil orang saja. (Khoirnafiya, 2012)

2. Fungsi Museum

  Kata “Museum” berasal dari kata Muze, oleh orang Yunani Klasik diartikan sebagai kumpulan sembilan Dewi, perlambang ilmu kesenian. Kesenian itu sendiri merupakan budaya manusia bersifat universal, selain beberapa sistem yang ada yakni: religi, teknologi, organisasi kemasyarakatan, bahasa, pengetahuan dan mata pencaharian. Kesemuanya itu , juga merupakan materi koleksi museum secara umum. (Antara, 2013)

  Sebagai lembaga ilmiah, tentu Museum mempunyai berbagai fungsi. Berdasarkan kebijaksanaan pengembangan permuseuman Indonesia berpegang pada rumusan ICOM (International Council Of Museum) (ICOM, 2013). Museum mempunyai sembilan fungsi, yakni (1) Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) Konservasi dan preparasi, (4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) Pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) Pengenalan kebudayaan antardaerah dan bangsa, (7) Visualisasi warisan alam dan budaya, (8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, (9) Pembangkit rasa bertakwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

  Museum dinilai masih kurang maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi oleh museum. Antara lain aspek fisik seperti storage, keamanan museum, dan fasilitas public serta aspek non fisik yang meliputi kualitas SDM dan Manajemen Museum. Disamping kedua komponen tersebut terdapat hal lain yang harus diperhatikan juga oleh museum dan tidak kalah pentingnya dengan kedua hal tersebut. hal itu adalah masalah publikasi dari museum itu sendiri. Hampir sebagian besar museum di Indonesia masih belum memiliki sarana publikasi yang luas dan menarik. Padahal dari publikasi yang menarik dapat menarik pula minat dari masyarakat itu sendiri untuk mengunjungi museum. Seharusnya pihak museum dapat memanfaatkan sarana komunikasi massa seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet sebagai saranan promosi yang strategis untuk mempublikasikan museum pada masyarakat luas. (Sukma, 2013)

E. Hasil Penelitian

1. Hasil Perancangan Basis Data

  a. Tabel Museum Tabel 1 merupakan tabel museum yang berisi data-data museum.

  Tabel 1. Struktur tabel Museum Nama Field Type

  Id_museum* Int Nama_museum Varchar(10) Alamat Varchar(40) Lat_museum Decimal(10) Long_museum Decimal(10) Folder_gallery Varchar(100) Link_youtube Varchar(100) Keterangan Text Image Varchar(100) url Varchar(100) Hit Int

  b. Tabel Artikel Tabel 2 merupakan tabel artikel yang berisi artikel-artikel yang berkaitan tentang museum yang ada di sistem.

  Tabel 2. Struktur tabel Tabel artikel Nama Field Type Id_artikel* Int Judul Varchar(100) Id_user** Int Id_museum** Int url Varchar(100) Image Varchar(100) Tanggal Date Isi Text c. Tabel Home Slide

  Tabel 3 merupakan tabel home slide, yaitu tabel yang berisi data-data yang nantinya akan di tampilkan pada slide pada halaman pengunjung.

  Tabel 3. Struktur tabel Tabel home slide Nama Field Type Id * Int Judul Varchar(50) Deskripsi Varchar(100) Gambar Varchar(30) Alt Varchar(30)

  d. Tabel Menu Admin Tabel 4 merupakan tabel menu_admin yang berisi daftar menu yang dimiliki oleh admin.

  Tabel 4. Struktur tabel Menu_admin Nama Field Type Id * Int Nama Varchar(30) url Varchar(50) Icon Varchar(30) e. Tabel Users Tabel 5 merupakan tabel users yang berisi data-data user admin.

  Tabel 5. Struktur tabel Tabel users Nama Field Type Id_user* Int Username Varchar(10) Password Varchar(33)

  f. Tabel Artikel Tabel 6 di bawah ini merupakan tabel artikel yang berisi artikel-artikel yang berkaitan tentang museum yang ada di sistem.

  Tabel 6. Struktur tabel Tabel artikel Nama Field Type Id_artikel* Int Judul Varchar(100)

JURNAL PENELITIAN VOL. 11

  Id_user** int Id_museum** int url Varchar(100) Image Varchar(100) Tanggal Date Isi Text Hit int

g. Tampilan Aplikasi

  Halaman Login 1)

  Halaman Login adalah halaman yang digunakan oleh administrator untuk masuk dalam sistem untuk mengolah data agar dapat ditampilkan kepada masyarakat. Untuk dapat masuk ke halaman tersebut terlebih dahulu harus memasukkan nama dan password. Berikut ini tampilan login admin.

  Gambar 1. Tampilan dialog login Tugas admin diantaranya memasukkan data museum, artikel, galery serta mengatur hak akses user lainnya.

  Halaman tambah museum 2)

  Halaman ini digunakan admin untuk memasukkan data-data museum yang ada Tampilan untuk memasukkan data museum ada di gambar 2

  Gambar 2. Menu tambah data Museum Halaman Home 3)

  Merupakan halaman utama atau halaman pertama kali muncul ketika seseorang mengakses website portal museum Yogyakarta. Melalui halaman depan ini pengaksesan bisa dilakukan ke halaman lain melalui link-link yang ada. Tampilan depan akan menampilkan objek singkat dari lokasi wisata Gambar 3 merupakan tampilan utama dari sistem, untuk melihat informasi detail dari suatu lokasi wisata, pengguna dapat melakukan klik pada nama lokasi yang diinginkan.

  Informasi yang ditampilkan dalam menu utama adalah :

  1. Slide bergerak yang menampilkan foto sejarah di Kota Yogyakarta

  2. Link menuju museum

3. Berita yang terkait dengan suatu museum

  nk ke Li

  Slide berisi gambar sejarah Berita terkait dengan suatu museum

  Gambar 3. Tampilan menu utama pengguna Lokasi Museum 4)

  Di samping menginformasikan lokasi museum dalam bentuk teks dan gambar (gambar 4), aplikasi juga menampilkan peta dimana lokasi museum berada serta lokasi museum yang ada di daerah disekitar lokasi museum. Dengan adanya peta ini, tentunya informasi lebih menarik dan mempermudah pengunjung untuk menuju lokasi museum.

  Gambar 4. Data museum yang dapat diakses Link ke Museum tertentu 5)

  Agar mempermudah pengguna menuju lokasi museum, dalam penelitian ini, aplikasi yang dikembangkan dilengkapi dengan fasilitas untuk peta yang menggambarkan lokasi dari suatu museum serta lokasi museum lain yang terdekat (radius 3 km) . Gambar 5 dan gambar 6 menampilkan informasi dari suatu museum serta posisi museum dalam bentuk peta.

  JURNAL PENELITIAN VOL. 11 Gambar 5. Informasi suatu museum.

  Gambar 6. Peta lokasi museum dan lokasi museum terdekat Informasi Museum 6)

  Tampilan museum disajikan baik dalam bentuk teks, gambar maupun foto. Dengan adanya tampilan ini diharapkan pengunjung mempunyai gambaran isi dari suatu museum. Gambar 7 menampilkan informasi museum dalam bentuk foto.

  Gambar 7. Tampilan Suatu museum dalam bentuk foto

F. Kesimpulan dan Rekomendasi

  1. Kesimpulan

  Berdasarkan penjelasan, uraian pada bab-bab sebelumnya dan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

  1. Dengan adanya portal museum ini dapat menampilkan informasi mengenai museum yang ada di kota Yogyakarta, sehingga dapat mempermudah pengunjung untuk mengetahui informasi sebelum melakukan kunjungan ke suatu museum;

  2. Informasi disajikan secara interaktif dengan dilengkapi dengan data berupa teks, gambar serta peta lokasi;

  3. Sistem informasi dibangun berbasis website, sehingga dapat diakses dimana saja dan kapan saja dengan menggunakan fasilitas internet.

  2. Rekomendasi Hasil akhir dari penelitian ini adalah website yang menginformasikan museum di kota Yogyakarta.

  Informasi yang ditampilkan berbasis peta, sehingga pengunjung dapat mengetahui tempat museum dengan informasi peta serta lokasi museum lain yang terdekat dari suatu lokasi museum Pengembangan website berbasis GIS sangat diperlukan terutama bagi pengunjung museum yang tidak berasal dari Jogjakarta, website semacama ini bisa dikembangkan atau dikelola oleh Dinas Pariwisata dan

  Kebudayaan Kota Yogyakarta.

  Dalam website Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta, (Gambar 8), informasi yang ditampilkan hanya berisi informasi teks sehingga bisa dikembangkan atau ditambah dengan informasi berbasis geografis.

  Gambar Daftar Pustaka

  Anonim. (2008). Here. Retrieved 8 25, 2013, from www.here.com: http://here.com/- 7.8082266,110.3623643,15,0,0,normal.day

  Anonim. (2013). Kebijakan Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. Aris Munandar, A.

  d. (2011). Sejarah Permuseuman di Indonesia. Direktorat Permuseuman, http://museumku.wordpress.com/2012/02/09/sejarah-permuseuman-indonesia-bagian-3/. Davis, B. G. (2004). Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen (edisi Revisi). Jakarta: Pustaka Bina Presindo.

  ICOM. (2013). ICOM Code of Ethics for Museums. Paris: International Council of Museums .

  JURNAL PENELITIAN VOL. 11 Jogiyanto. (2001). Analisa dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

  Kadir,Abdul (2013) Mudah Mempelajari Database MySql Yogyakarta : Penerbit Andi Khoirnafiya, S. (2012, Januari 12). Peranan Museum Bagi Masyarakat Masa Kini. Retrieved April 2014, 17, from http://museumku.wordpress.com: http://museumku.wordpress.com/2012/01/16/peranan-museum-bagi- masyarakat-masa-kini/

  Michael, D. a. (2010). Comparative study of interactive systems in a Museum. Proceedings of the Third

  international conference on Digital heritage

  ISBN 3-642-16872-8,978-3-642-16872-7, http://portal.acm.org/citation.cfm?id=1939603.1939626.

  Murdick, R. G. (1999). Sistem Informasi Untuk Manajemen Modern Edisi 3. Jakarta: Penerbit Erlangga. Patias, P. C. (2008). THE DEVELOPMENT OF AN E-MUSEUM FOR CONTEMPORARY ARTS. Proceedings of

  the 14th International Conference on Virtual Systems and Multimedia Project Papers,ISSN 0167-7055 , http://despinamichael.net/website/data/papers/VSMM2008_emuseum.pdf.

  Rumansara, E. H. (2013). Peran Sanggar Seni Dalam Menunjang Kegiatan Bimbingan Edukatif Pada Pameran Benda Budaya Bimbingan Edukatif Pada Pameran Benda Budaya Koleksi Museum - Museum Di Papua.

  JURNAL ANTROPOLOGI PAPUA ISSN: 1693-2099 , 79-87.

  Satrya, D. G. (2012). Strategi Pengembangan Museum. Jurnal Imial pariwisata Volume 17 No 1, Maret 2012 ISSN 1411-1527 STP Trisaksi Jakarta , 15-28. Sukma, G. S. (2013, Pebruari 11). Museum Di Indonesia, Menyongsong Program Gerakan Nasional Cinta Museum.

  Retrieved April 2014, 18, from http://gilangswarasukma.blogspot.com: http://gilangswarasukma.blogspot.com/2013/02/museum-di-indonesia-menyongsong-program.html