BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 1502272315BAB II

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

2.1 Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

  Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota. Dengan memperhatikan kondisi eksisting, perencanaan dan pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya juga mengacu pada amanat pembangunan nasional dan amanat internasional seperti Agenda Habitat, Amanat RI O + 20, amanat Milenium Development Goals, dan amanat pembangunan internasional lain. Pembangunan bidang Cipta Karya juga memperhatikan I su-isu Strategis yang mempengaruhi pembangunan pada suatu wilayah seperti lokasi rawan bencana alam, dampak terjadinya perubahan iklim, faktor daya beli masyarakat akibat kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk khususnya pada kawasan perkotaan, serta green economy. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan melibatkan unsur masyarakat dan stakeholder dari dunia usaha (swasta) supaya tercipta Permukiman yang Layak Huni dan Berkelanjutan.

Gambar 2.1. Diagram Konsep P p Perencanaan dan Pelaksanaan Pemba bangunan

  

Bidang Cipta Karya

  Penjabaran rencan ana pembangunan tersebut akan disusun s n secara sistematis dengan berlandaskan p pada rencana kerangka jangka menenga gah yang menjadi dasar pada penjabaran an rencana kerja bidang Cipta Karya, da dan juga mengacu pada Rencana Strategis gis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesu esuai dengan yang telah digariskan pada Re Rencana Strategis, diperlukan penyusuna nan rencana yang lebih teknis, yang did idasarkan pada skenario pemanfaatan d dan perwujudan struktur dan pola ruang ng yang diwujudkan dalam strategi pengemb embangan wilayah dan strategi pengemban mbangan sektor. Rencana yang lebih teknis is tersebut disusun dalam kerangka jangka ka menengah dan dijabarkan pada tatara ran kegiatan yang lebih rinci dari berbag agai macam aspek, seperti rencana pen endanaan, sumber pendanaan dan keran rangka pelaksanaannya. Dokumen peren rencanaan tersebut diwujudkan dalam bentu ntuk Rencana Program I nvestasi Jangka Me Menengah (RPI JM) bidang Cipta Karya.

  Dalam pelaksanaa aannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya y a yang merupakan perencanaan investasi j i jangka menengah, akan menjadi salah h satu aspek yang dipertimbangkan dalam m penyusunan anggaran atau rencana kerj kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/ RKP/ RKPD.

  Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

  Penyusunan Program bidang Cipta Karya merupakan rangkaian aktivitas penyiapan usulan kegiatan ke-Cipta Karya-an di tingkat kabupaten/ kota sampai dengan provinsi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja DJCK dan penanganan isu-isu strategis bidang Cipta Karya bersumber pada dokumen RPI JM.

  Tahap Penyusunan Program Tahap Penyusunan Anggaran

Pra Musrenbangnas &

Trilateral Penyusunan

Musrenbangnas

Renja KL SE Pagu Anggaran SE Pagu Alokasi Alokasi Anggaran RKA KL – Pagu Penyusunan (Definitif) SEB Pagu Meeting RKP Penyusunan Anggaran Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Konreg Konreg Komisi V Pra Indikatif Perpres RKA KL – Pagu (Definitif) Anggaran RDP Si k l u s N a s i o n a l Penelaahan RKA KL Usulan RPIJM Sik lu s Pr o p in s i Konsolidasi Kab/Kota Juli Agustus September Oktober November Desember Usulan Kegiatan & Penyaringan Musrenbangprop dalam Identifikasi (long list) Program Propinsi

Memorandum Pr o s e s Pe n y u s u n a n

Penyiapan Usulan Konreg berdasar MP Penyusunan Penajaman Ta h u n T proses Musrenbangnas Membawa hasil Pr o g r a m u n t u k STA RT POI N T Usulan prioritas berdasarkan ( Verfikasi dan pemilihan tingkat Propinsi Musrenbangprop yang pagu propinsi ) Sinkronisasi Program Propinsi Memorandum Legalisasi Membawa hasil Konreg dalam proses Musrenbangprop Konreg – MP – RPIJM Sandingan Usulan Konreg Usulan Konreg belum terakomodir dalam Pembahasan usulan dalam

  (sinkronisasi)

  Dasar penyusunan program DJCK yaitu Renstra Kementerian PU 2010-2014 dan Rencana Program I nvestasi Jangka Menengah (RPI JM) Kab/ Kota bidang Cipta Karya. Keluaran proses Penyusunan Program berupa Memorandum Program (MP) Provinsi.

  Satker Satker Gubernur/ Pelaksana

Dit. Bina Dinas CK Bapeda Bupati/

No. Dit. Teknis Ket. Waktu

  Randal Teknis KaDinas

Program Kab/Kot Kab/Kot Walikota

Uraian Kegiatan

  Provinsi Provinsi CK Prov.

  Konsolidasi dokumen

  1 RPIJM Kab./Kota Identifikasi rincian (long 2 list) kegiatan dan output RPIJM Kab./Kota

  Penyaringan long list

  3 usulan kegiatan Verifikasi hasil 4 penyaringan usulan kegiatan Penyiapan

  5 November T-2 Memorandum Program Penandatanganan

6 Desember T-2 Memorandum Program

  Januari T-1 Review Memorandum

  7 (di tahun Program (tahunan) penganggaran)

2.2 Amanat Pembangunan Nasional

  Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah. Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya mengacu pada kebijakan pembangunan

  • nasional dengan mengsinkronkan kebijakan kebijakan pembangunan infrastruktur permukiman terhadap arahan program pembangunan Ditjen Cipta Karya.

2.2.1 Rencana Program Jangka Panjang Nasional ( RPJPN) .

  RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara I ndonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah I ndonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.

  Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya untuk mencapai tujuan pembangunan sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945. Untuk itu, dalam 20 tahun mendatang, sangat penting dan mendesak bagi bangsa I ndonesia untuk melakukan penataan kembali berbagai langkah-langkah, antara lain di bidang pengelolaan sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup dan kelembagaannya sehingga bangsa I ndonesia dapat mengejar ketertinggalan dan mempunyai posisi yang sejajar serta daya saing yang kuat di dalam pergaulan masyarakat I nternasional. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Undang-Undang tentang RPJP Nasional Tahun 2005–2025 adalah untuk:

  a) mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan nasional, b) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

  Daerah,

  c) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan, d) menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan, dan e) mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

2.2.2 Rencana Program Jangka Menengah Nasional ( RPJMN)

2.2.2.1. Visi dan Misi RPJPN 2005 - 2025

  Berdasarkan kondisi bangsa I ndonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa I ndonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik I ndonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional tahun 2005 - 2025 adalah:

  

“I NDONESI A YANG MANDI RI , MAJU, ADI L DAN MAKMUR”

  Dengan penjelasan sebagai berikut: Bangsa mandiri adalah bangsa yang mampu mewujudkan kehidupan

  Mandiri :

  sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

  Suatu bangsa dikatakan makin maju apabila sumber daya

  Maju :

  manusianya memiliki kepribadian bangsa, berakhlak mulia, dan berkualitas pendidikan yang tinggi.

  Adil : Sedangkan Bangsa adil berarti tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah.

  Kemudian Bangsa yang makmur adalah bangsa yang sudah

  Makmur :

  terpenuhi seluruh kebutuhan hidupnya, sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi bangsa-bangsa lain di dunia. adalah sebagai berikut:

  Delapan Misi Pembangunan Nasional

1. Mew ujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,

  berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila adalah

  memperkuat jati diri dan karakter bangsa melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara kerukunan internal dan antarumat beragama, melaksanakan interaksi antar budaya, mengembangkan modal sosial, menerapkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, dan memiliki kebanggaan sebagai bangsa I ndonesia dalam rangka memantapkan landasan spiritual, moral, dan etika pembangunan bangsa.

  2. Mew ujudkan bangsa yang berdaya- saing adalah mengedepankan

  pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian; pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri. adalah

  3. Mew ujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum

  memantapkan kelembagaan demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat sipil; memperkuat kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin pengembangan media dan kebebasan media dalam mengomunikasikan kepentingan masyarakat; dan melakukan pembenahan struktur hukum dan meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak rakyat kecil. adalah

  4. Mew ujudkan I ndonesia aman, damai, dan bersatu

  membangun kekuatan TNI hingga melampaui kekuatan esensial m inimum serta disegani di kawasan regional dan internasional; memantapkan kemampuan dan meningkatkan profesionalisme Polri agar mampu melindungi dan mengayomi masyarakat; mencegah tindak kejahatan, dan menuntaskan tindakan kriminalitas; membangun kapabilitas lembaga intelijen dan kontra-intelijen negara dalam penciptaan keamanan nasional; serta meningkatkan kesiapan komponen cadangan, komponen pendukung pertahanan dan kontribusi industry pertahanan nasional dalam sistem pertahanan semesta.

  5. Mew ujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah

  meningkatkan pembangunan daerah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan wilayah/ daerah yang masih lemah; menanggulangi kemiskinan dan pengangguran secara drastis; menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek termasuk gender.

  6.

  adalah memperbaiki

  Mew ujudkan I ndonesia asri dan lestari

  pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keaneka ragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

  7. Mew ujudkan I ndonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,

  adalah

  

maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional

  menumbuhkan wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah agar pembangunan I ndonesia berorientasi kelautan; meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan; mengelola wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

  8. Mew ujudkan I ndonesia berperan penting dalam pergaulan dunia

  adalah memantapkan diplomasi I ndonesia dalam rangka

  internasional

  memperjuangkan kepentingan nasional; melanjutkan komitmen I ndonesia terhadap pembentukan identitas dan pemantapan integrasi internasional dan regional; dan mendorong kerja sama internasional, regional dan bilateral antarmasyarakat, antarkelompok, serta antarlembaga di berbagai bidang.

2.2.2.2 Arah Kebijakan Umum Pembangunan nasional

  Mengacu pada permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsa dan Negara I ndonesia baik dewasa ini maupun dalam lima tahun mendatang, maka arah kebijakan umum pembangunan nasional 2010-2014 adalah sebagai berikut:

  1. Arah kebijakan umum untuk melanjutkan pembangunan mencapai I ndonesia yang sejahtera. I ndonesia yang sejahtera tercermin dari peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dalam bentuk percepatan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan bertumpu pada program perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar, serta terjaganya dan terpeliharanya lingkungan hidup secara berkelanjutan.

  2. Arah kebijakan umum untuk memperkuat pilar-pilar demokrasi dengan penguatan yang bersifat kelembagaan dan mengarah pada tegaknya ketertiban umum, penghapusan segala macam diskriminasi, pengakuan dan penerapan hak asasi manusia serta kebebasan yang bertanggung jaw ab.

  50

  3. Arah kebijakan umum untuk memperkuat dimensi keadilan dalam semua bidang termasuk pengurangan kesenjangan pendapatan, pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah (termasuk desa-kota), dan kesenjangan jender. Keadilan juga ‘ hanya dapat diwujudkan bila sistem hukum berfungsi secara kredibel, bersih, adil dan tidak pandang bulu. Demikian pula kebijakan pemberantasan korupsi secara konsisten diperlukan agar tercapai rasa keadilan dan pemerintahan yang bersih.

  Berdasarkan keberhasilan pencapaian program pembangunan dalam lima tahun sebelumnya (2004-2009), pemerintah akan melanjutkan pendekatan pembangunan kelembagaan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan. Pendekatan yang bersifat kelembagaan ini dimaksudkan sebagai pendekatan yang menyeimbangkan antara pentingnya proses yang berlandaskan pada tatakelola yang baik, bersih, transparan, adil, dan akuntabel, dengan hasil yang baik dan efisien. Pemerintahan tidak seharusnya hanya berorientasi pada hasil jangka pendek, dengan tidak mengindahkan azas-azas kepatutan, keadilan, dan keberlanjutan. Pendekatan ini dipandang akan memberikan hasil yang berkelanjutan karena dibangun di atas fondasi yang lebih kokoh, melewati proses yang telah disetujui bersama secara demokratis, serta dengan rasa memiliki yang tinggi dan akuntabel.

  Pembangunan kelembagaan ini tidak hanya membangun mekanisme kelembagaan yang baru, tetapi juga mengembalikan kembali aturan lama yang dipandang lebih berkelanjutan ke dalam sistem. Sebagai contoh, program BOS selama ini lebih banyak dilakukan pemerintah pusat, padahal UU Otonomi Daerah menetapkan bahwa pendidikan merupakan tugas pemerintah kabupaten/ kota, selanjutnya program ini akan lebih mengedepankan dan mengaktifkan peran pemerintah daerah.

  

2.2.3 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi

I ndonesia ( MP3EI )

  Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia 2011-2025

  MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi I ndonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan Penjelasan umum koridor ekonomi :

  1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baj a. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat sunda.

  2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong I ndustri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.

  3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

  4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata, peternakan, dan perikanan.

  5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan peternakan.

  6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

  

2.2.4 Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan

I ndonesia ( MP3KI )

  Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di I ndonesia (MP3KI ). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di I ndonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi I ndonesia (MP3EI ).

  MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

  Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I , berupa bantuan dan jaminan/ perlindungan sosial. Lalu di Klaster I I adalah pemberdayaan masyarakat, tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

  Klaster I I I

  (KUMKM), dan adalah program prorakyat. Kedua, transformasi

  Klaster I V

  perlindungan dan bantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

  Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu :

  TAHAP 1 ( Periode 2013- 2014)

  • Percepatan pengurangan kemiskinan untuk mencapai target 8% -10% pada tahun 2014;
  • Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMI SKI NAN, SI NERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAI KAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);
  • Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat

  miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI ;

  • Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

  TAHAP 2 ( Periode 2015 –2019)

  • Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;
  • Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;
  • Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;
  • Penguatan sustainable livelihood.

  TAHAP 3 ( Periode 2020- 2025)

  • Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

  Sistem jaminan sosial mencapai

  • universal coverage.

2.2.5 Kaw asan Ekonomi Khusus ( KEK)

  Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik I ndonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Kawasan Ekonomi Khusus dikembangkan untuk mempercepat pengembangan ekonomi di wilayah tertentu yang bersifat strategis bagi pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.

  Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

  Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

  Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/ kabupaten/ kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

  Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

  Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

2.2.6. Direktif Presiden

  Melalui I nstruksi Presiden Republik I ndonesia Nomor 3 tahun 2010 Tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan, seluruh Badan/ Lembaga negara, Gubernur dan Kepala Daerah (Bupati/ Walikota) untuk dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing- masing, dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan sebagaimana termuat dalam Lampiran I nstruksi Presiden ini, yang meliputi program :

  1. Pro rakyat;

  2. Keadilan untuk semua ( justice for all);

  3. Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium ( Millennium Development Goals - MDG’s).

  Dalam rangka pelaksanaan program-program sebagaimana dimaksud diatas:

  1. Untuk program pro rakyat, memfokuskan pada:

  a. Program penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga;

  b. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro dan kecil;

  2. Untuk program keadilan untuk semua, memfokuskan pada:

  a. Program keadilan bagi anak;

  b. Program keadilan bagi perempuan;

  c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan;

  d. Program keadilan di bidang bantuan hukum;

  e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan; f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

  3. Untuk program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium, memfokuskan pada: a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan;

  b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua;

  c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

  d. Program penurunan angka kematian anak;

  e. Program kesehatan ibu;

  f. Program pengendalian HI V/ AI DS, malaria, dan penyakit menular lainnya;

  g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup;

  h. Program pendukung percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium.

2.3 Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/ Cipta Karya

  Rencana pembangunan infrastruktur permukiman disusun dengan yang mengacu pada rencana tata ruang maupun rencana pembangunan, baik skala nasional maupun skala provinsi dan kabupaten/ kota.

  Penjabaran rencana pembangunan tersebut akan disusun secara sistematis dengan berlandaskan pada rencana kerangka jangka menengah yang menjadi dasar pada penjabaran rencana kerja bidang Cipta Karya, dan juga mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Cipta Karya. Untuk itu, sesuai dengan yang telah digariskan pada Rencana Strategis, diperlukan penyusunan rencana yang lebih teknis, yang didasarkan pada skenario pemanfaatan dan perwujudan struktur dan pola ruang yang diwujudkan dalam strategi pengembangan wilayah dan strategi pengembangan sektor. Rencana yang lebih teknis tersebut disusun dalam kerangka jangka menengah dan dijabarkan pada tataran kegiatan yang lebih rinci dari berbagai macam aspek, seperti rencana pendanaan, sumber pendanaan dan kerangka pelaksanaannya. Dokumen perencanaan tersebut diwujudkan dalam bentuk Rencana Program I nvestasi Jangka Menengah (RPI JM) bidang Cipta Karya.

  Dalam pelaksanaannya nanti RPI JM Bidang Cipta Karya yang merupakan perencanaan investasi jangka menengah, akan menjadi salah satu aspek yang dipertimbangkan dalam penyusunan anggaran atau rencana kerja tahunan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat provinsi dan Kabupaten/ Kota. Dalam arti bahwa rencana pembangunan dalam RPI JM tersebut harus tertuang dalam rencana kerja/ RKP/ RKPD.

  Dengan demikian jelas bahwa RPI JM Bidang Cipta Karya merupakan perwujudan rencana dari berbagai macam kebijakan yang menyangkut pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, sesuai dengan sistem perencanaan pembangunan nasional yang berlaku Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

  

2.3.1 Undang- Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman

  Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia I ndonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

  Pemerintah perlu berperan lebih dalam pertumbuhan dan pembangunan wilayah yang kurang memperhatikan keseimbangan bagi kepentingan masyarakat berpenghasilan rendah mengakibatkan kesulitan masyarakat untuk memperoleh rumah yang layak dan terjangkau.

  Perumahan dan kawasan permukiman diselenggarakan untuk :

  a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR; c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

  d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

  f. menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

  Alat ukur pencapaian keluaran/ output penyelenggaraan infrastruktur kawasan permukiman kumuh adalah meningkatnya kualitas lingkungan permukiman kumuh di kawasan perkotaan dengan cara pengembalian fungsi kawasan permukiman sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kawasan permukimannya dan menjadi bagian penting dalam pengembangan kota secara keseluruhan.

  Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru mencakup: a. ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi;

  b. ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum;

  c. penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum; dan d. pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

  Sesuai Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, penetapan lokasi perumahan dan permukiman kumuh wajib memenuhi persyaratan: a. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah nasional, rencana tata ruang wilayah provinsi, dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/ kota; b. kesesuaian dengan rencana tata bangunan dan lingkungan;

  c. kondisi dan kualitas prasarana, sarana, dan utilitas umum yang memenuhi persyaratan dan tidak membahayakan penghuni; d. tingkat keteraturan dan kepadatan bangunan;

  e. kualitas bangunan; dan f. kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat.

2.3.2 Undang- Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya.

  Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang. Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada pengaturan penataan ruang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung, serta harus diselenggarakan secara tertib.

  Undang-undang tentang Bangunan Gedung mengatur fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, termasuk hak dan kewajiban pemilik dan pengguna bangunan gedung pada setiap tahap penyeleng-garaan bangunan gedung, ketentuan tentang peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah, sanksi, ketentuan peralihan, dan ketentuan penutup.

  Pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk : 1. mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya; 2. mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjaminkeandalan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;

  3. mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung; Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan tersebut dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, dan keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya, bagi kepentingan masyarakat yang berperikemanusiaan dan berkeadilan.

  Masyarakat diupayakan untuk terlibat dan berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya.

  Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai perencana, pelaksana, pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasuk penyedia jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu, pengaturan bangunan gedung ini juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

  Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik I ndonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang tentang Bangunan Gedung.

  Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik, dan bersejarah. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai hak: a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis bangunan gedung yang telah memenuhi persyaratan; b. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan perizinan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah; c. mendapatkan surat ketetapan bangunan gedung dan/ atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah Daerah; d. mendapatkan insentif sesuai dengan peraturan perundangundangan dari

  Pemerintah Daerah karena bangunannya ditetapkan sebagai bangunan yang harus dilindungi dan dilestarikan; e. mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah

  Daerah;

  f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundangundangan apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah Daerah atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya. Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban: a. menyediakan rencana teknis bangunan gedung yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan fungsinya; b. memiliki izin mendirikan bangunan (I MB); c. melaksanakan pembangunan bangunan gedung sesuai dengan rencana teknis yang telah disahkan dan dilakukan dalam batas waktu berlakunya izin mendirikan bangunan;

  d. meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana teknis bangunan gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan bangunan mengetahui tata cara/ proses penyelenggaraan bangunan gedung;

  b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas bangunan pada lokasi dan/ atau ruang tempat bangunan akan dibangun; c. mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan bangunan gedung; d. mendapatkan keterangan tentang ketentuan bangunan gedung yang laik fungsi; e. mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/ atau lingkungan yang harus dilindungi dan dilestarikan memanfaatkan bangunan gedung sesuai dengan fungsinya;

  f. memelihara dan/ atau merawat bangunan gedung secara berkala;

  g. melengkapi pedoman/ petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan bangunan gedung; h. melaksanakan pemeriksaan secara berkala atas kelaikan fungsi bangunan gedung. i. memperbaiki bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi; j. membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki, dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatannya, atau tidak memiliki izin mendirikan bangunan, dengan tidak mengganggu keselamatan dan ketertiban umum.

  Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat I ndonesia yang sangat beragam. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kebersamaan, dan saling membantu, serta dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.

2.3.3 Undang- Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

  Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup. Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan, ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk diterbitkan. I su-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air merupakan kepentingan semua pihak ( water is everyone's business).

  Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebutberpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi.

  Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban dan ketentraman.

  Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya Air harus sesuai dengan prinsip hukum pengelolaan sumber daya alam yang menyebutkan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip :

  1. Good governance principle,

  2. Subsidiary principle,

  3. Equity principle,

  4. Priority use principle,

  5. Prior appropriation principle,

  6. Sustainable development principle,

  7. Good sustainable development governance, 8. Principle of participatory development.

  Pengaturan kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/ kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: a. wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/ atau wilayah sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

  b. wilayah sungai lintas kabupaten/ kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi; c. wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/ kota menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/ kota;

  Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/ atau oleh pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

  Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi ekonomi sumber daya air.

  

2.3.4. Undang- Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Persampahan