KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND Repository - UNAIR REPOSITORY

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN OLEH : MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY LAMONGAN – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : Mokhammad Riza Noor Tsany NIM : 141311133082

  Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa laporan PKL yang berjudul KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam laporan PKL tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

  Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pembatalan nilai yang telah saya peroleh pada saat ujian dan mengulang pelaksanaan PKL.

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND Praktek Kerja Lapang sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh:

  MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY NIM. 141311133082

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T. ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  

SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Brachionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES

RESEARCH STATION, CHONBURI, THAILAND

  Oleh :

  

MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY

NIM. 141311133082

  Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa Praktek Kerja Lapang (PKL) ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan.

  Telah diujikan pada Tanggal : 09 Juni 2016 KOMISI PENGUJI Ketua : Kustiawan Tri Pursetyo, S.Pi., M.Vet Anggota : Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir., M.Kes Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  RINGKASAN MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang sangat mudah tumbuh dan

  memiliki kandungan nutrisi yang baik sebagai pakan alami bagi Rotifer (Brachionus sp.). Tujuan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui, mempelajari, memahami serta melaksanakan secara langsung teknik kultur

  Tetraselmis sp. dan untuk mengetahui kendala kultur Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari 2016 sampai dengan 14 Februari 2016. Metode yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan pengambilan data primer dan data sekunder.

  Pengambilan data primer dengan cara partisipasi aktif, observasi dan wawancara.

  Kultur Tetraselmis sp. dengan menggunakan media botol kultur yang berisi air laut 1000 ml. Pemberian nutrisi berupa media Conway yang terdiri dari Makronutrien dan Vitamin B-Komplek dengan dosis Makronutrien 1 ml dan Vitamin B-Komplek 1 ml. Pertumbuhan puncak Tetraselmis sp. terjadi pada hari

  7

  ke-6 sebesar 28,2 x 10 sel/ml. Kualitas air selama masa pemeliharaan meliputi suhu berkisar antara 22-28 C dan salinitas berkisar antara 29-31 ppt. Faktor yang mempengaruhi kultur Tetraselmis sp. skala laboratorium meliputi sterilisasi peralatan laboratorium, standar oprasional prosedur laboratorium dan media kultur yang mendukung, diantaranya suhu dan salinitas.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  MOKHAMMAD RIZA NOOR TSANY. Laboratory-Scaled Culture of The Phytoplankton Tetraselmis sp. As Live Feed for Rotifer (Brachionus sp.) in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Lecture Advisor Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet.

  Tetraselmis sp. are the microalgae are very easy to grow and deliver more

  nutrients well as live feed for rotifers (Brachionus sp.). The objective of this internship is to know, to learn, to understand and to conduct the culture technique of Tetraselmis sp., as well as to identify the problems of Tetraselmis sp. culture at Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  The internship was conducted in Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand on January 17, 2016 until February 14, 2016. The method used in this internship was the descriptive method by collecting the primary data and the secondary data. The primary data were collected by an active participation, observation and some interviews.

  Tetraselmis sp. culture was conducted by using the media culture bottles, containing sea water 1000 ml. Nutrient attached was in the form of Conway media, which consist of macronutrient and Vitamin B-Complex at a dose of 1 ml. The peak growth of Tetraselmis sp. were occurred on the 6th day of culture,

  7

  which were 28.2 x 10 cells / ml. The water quality during the culture period were covered as the temperature were approximately 22-28 C and the salinity were approximately 29-31 ppt. The factors that affected the Tetraselmis sp. laboratory- scaled culture were the sterilization of the laboratory equipment, laboratory standard operational procedures, and the media culture condition, such as the temperature and the salinity.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas limpahan rakhmat serta hidayat-Nya, sehingga Praktek Kerja Lapang tentang

  Kultur Fitoplankton Tetraselmis sp. Skala Laboratorium Sebagai Pakan Rotifer (Brachionus sp.) dapat terselesaikan. Karya Ilmiah ini disusun

  berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapang yang telah dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand pada tanggal 17 Januari hingga 14 Februari 2016.

  Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Praktek Kerja Lapang (PKL) ini masih belum sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Karya Ilmiah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.

  Surabaya, 21 Agustus 2016 Penulis

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

UCAPAN TERIMA KASIH

  Pada kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

  1. Ibu Dr. Mirni Lamid, MP., drh., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga, Surabaya.

  2. Bapak Kustiawan Tri Pursetyo, S. Pi., M. Vet. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan serta petunjuk mulai dari penyusunan usulan hingga selesainya laporan Praktek Kerja Lapang.

  3. Bapak Agustono, Ir., M.Kes. selaku Koordinator Praktek Kerja Lapang yang telah memberikan arahan dalam persiapan hingga pelaksanaan Praktek kerja Lapang.

  Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP

  4. dan Dr. Adriana Monica Sahidu, Ir.,

  yang telah menguji saat pelaksanaan sidang

  M.Kes selaku dosen penguji Praktek Kerja Lapang.

  5. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart University, Thailand yang memberikan kesempatan untuk mempelajari ilmu budidaya di tempat penelitian yang dimiliki yaitu Sriracha Fisheries Research

  Station dan Samutsongkhram Fisheries Research Station.

  6. Ibu Dr. Wanmimol selaku Wakil Dekan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Kasetsart University yang telah menyambut serta mempersiapkan segala aktivitas praktek kerja lapang di Thailand.

  7. Mr. Alongot Intrarachart (P’Koh) dan Mr. Weerakit Joerakate (P’Game), selaku Kepala Research Station yang telah mengijinkan untuk belajar

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA lebih banyak di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research Station, Samutsongkhram, Thailand.

  8. Mr. Attawut Kantavong (P’Kongh) dan Mrs. Naruechon Pattarapanyavong (P’Moon), selaku Supervissor yang membimbing selama pembelajaran di Sriracha Fishery Research Station, Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research Station , Samutsongkhram, Thailand.

  9. Mr. Saroj Rermdumri (P’Lon), Mrs. Kanokwan Khaodon (P’O), Mr.

  Somchai Sakawjit (P’Thee), dan seluruh staff di Sriracha Fishery

  Research Station , Chonburi Dan Samutsongkhram Fisheries Research Station , Samutsongkhram, Thailand yang telah membantu kami

  beradaptasi dengan kehidupan di Thailand.

  10. Kedua orang tua saya yang telah mendoakan dan mendukung saya serta menasehati saya.

  11. Ita Zefares, Chamaiporn Srishakam, dan Metchawin Pasotakang, selaku teman-teman di Thailand, yang sudah mendukung dan membantu segala aktifitas praktek kerja lapang di Thailand.

  12. Virly Rachmawati, Alfindra Haida Nabila, dan Shinta Mayanda Yulianto, selaku tim praktek kerja lapang yang sudah membantu dalam menyelesaikan praktek ini hingga akhir.

  13. Rikky Leonard, selaku sahabat yang telah membantu menyelesaikan laporan ini hingga akhir.

  14. Semua pihak yang turut berperan dalam meneyelesaikan laporan praktek kerja lapang ini.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7 2.6 Nutrien . ................................................................................

  12 3.1. Tempat dan Waktu . .............................................................

  11 III PELAKSANAAN KEGIATAN . ...............................................

  11 2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.) ........................................

  10 2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)..............

  9 2.10 Klasifikasi dan Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ...........

  9 2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton . ...............................

  8 2.8 Pertumbuhan . .......................................................................

  8 2.7 Teknik Kultur . .....................................................................

  7 2.5 Peranan Tetraselmis sp. ........................................................

  Halaman

  5 2.4 Aspek Fisika dan Kimia . ......................................................

  5 2.3 Reproduksi Tetraselmis sp. ...................................................

  4 2.2 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp. ..........................

  4 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp. ............................

  3 II TINJAUAN PUSTAKA . ...........................................................

  3 1.3 Manfaat . ...............................................................................

  1 1.2 Tujuan . .................................................................................

  1 1.1 Latar Belakang . ....................................................................

  RINGKASAN .................................................................................... iv SUMMARY ....................................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................... viii UCAPAN TERIMA KASIH . ............................................................ ix DAFTAR ISI . .................................................................................... xi DAFTAR TABEL . ............................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR . ....................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN . .................................................................... xvi I PENDAHULUAN . ....................................................................

  12

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 3.3. Metode Pengumpulan Data . ................................................

  12

  3.3.1 Data Primer ............................................................ 12

  A. Metode Survei ................................................... 13

  B. Metode Observasi ............................................. 13 C. Metode Praktek .................................................

  14 3.3.2 Data Sekunder ..........................................................

  14 IV HASIL DAN PEMBAHASAN . .................................................

  15 4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapang . ..................

  15 4.1.1 Lokasi Geografis Dan Topografi . ..............................

  15 4.1.2 Universitas Kasetsart . ................................................

  15 4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station . ..........................

  16 4.1.4 Lokasi .........................................................................

  16 4.1.5 Visi dan Misi ..............................................................

  17 4.1.6 Sarana Dan Prasarana ................................................

  17 A. Air .........................................................................

  17 B. Wadah Kultur ........................................................

  17 C. Sterilitator ..............................................................

  18 D. Bangunan ..............................................................

  18 4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station . ...........

  19 4.1.8 Lokasi .........................................................................

  20 4.1.9 Visi dan Misi ..............................................................

  20 4.1.10 Sarana dan Prasarana ................................................

  20 A. Air .........................................................................

  20 B. Wadah Kultur ........................................................

  20 C. Sterilitator ..............................................................

  21 D. Bangunan ..............................................................

  21 4.2 Kegiatan di Lokasi Praktek Kerja Lapang ...........................

  22 4.2.1 Persiapan Media ..........................................................

  22 4.2.2 Pemberian Nutrisi ......................................................

  22 4.2.3 Pengamatan Kualitas Air ...........................................

  23 A. Suhu ......................................................................

  24

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 4.2.4 Penghitungan Tetraselmis sp. ....................................

  25 4.2.5 Hambatan dan Penanggulangan .................................

  29 4.2.6 Kemungkinan Pengembangan Usaha ........................

  30 V SIMPULAN DAN SARAN .......................................................

  31 5.1 Simpulan ..............................................................................

  31 5.2 Saran ....................................................................................

  31 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................

  32 LAMPIRAN ......................................................................................

  35

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Tabel Halaman 4.1 Kualitas Air Selama Masa Pertumbuhan Tetraselmis sp. ..............

  24 4.2 Kepadatan Populasi Kultur Tetraselmis sp. ...................................

  27

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Gambar Halaman 2.1 Morfologi Tetraselmis sp.. ................................................................

  4 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) ..................................................

  10 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart. ........................................

  16 4.2 Penampang Haemocytometer............................................................

  26 4.3 Grafik Pertumbuhan Tetraselmis sp. .................................................

  27

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Lampiran Halaman

  1. Peta lokasi Praktek Kerja Lapang di Sriracha Fisheries Reasearch Station, Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station, Provinsi Samutsongkhram, Thailand. ..................

  35

  2. Denah Lokasi Sriracha Fisheries Reasearch Station dan Samutsongkhram Fisheries Reasearch Station....................................

  36 3. Foto Dokumentasi Sriracha dan Samutsongkhram .............................

  37 4 . Peralatan Kultur Plankton Tetraselmis sp. .........................................

  41 5. Bahan Kultur Plankton Tetraselmis sp. ...............................................

  44

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

1.1 Latar Belakang

  Kegiatan budidaya perikanan laut yang berkembang saat ini harus diimbangi dengan ketersediaan larva atau benih ikan yang memadai, baik dari segi jumlah, mutu dan kesinambungannya. Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya pengadaan larva tersebut adalah sulitnya menyediakan pakan dengan kualitas baik, terutama pakan alami yaitu fitoplankton (mikroalgae) dan zooplankton. Saat ini telah banyak dihasilkan pakan buatan untuk larva, namun keberadaan pakan alami tetap dibutuhkan. Hal ini karena pakan alami mempunyai kelebihan dibandingkan pakan buatan, diantaranya adalah kandungan gizi yang seimbang dan berperan dalam menjaga kualitas perairan (Widjaja, 2004).

  Rotifer merupakan pakan awal bagi larva ikan yang sampai saat ini fungsinya belum dapat digantikan oleh pakan buatan (Widjaja, 2004). Menurut Suminto, (2008) Sebagai pakan alami, Rotifer mempunyai keunggulan- keunggulan karena sifat dan karakteristiknya yang menarik yaitu ukurannya yang relatif kecil, kemampuan berenang yang lemah, dapat dibudidayakan dengan kepadatan yang tinggi, tingkat reproduksi yang tinggi dan mempunyai nilai nutrisi yang tinggi. Pakan alami Rotifer adalah makanan yang berasal dari mikroalga yang berperan sebagai sumber protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dalam pertumbuhannya. Penggunaan mikroalga tersebut bertujuan agar Rotifer yang dikultur mempunyai laju pertumbuhan yang cepat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi, karena masing-masing mikroalga mengandung nutrisi yang amat dibutuhkan bagi pertumbuhan larva (Widjaja, 2004).

  2 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA kualitas pakan yang diberikan. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk Rotifer antara lain fitoplankton (mikroalga), ragi dan emulsi bahan pengkaya (Melianawati dkk., 2006). Beberapa jenis fitoplankton yang dapat digunakan sebagai pakan Rotifer diantaranya adalah Chlorella sp., Dunaliella sp.,

  

Nannochloropsis sp. dan Tetraselmis sp. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

  Tetraselmis sp. merupakan jenis pakan alami yang sering digunakan sebagai pakan dan mempunyai nilai gizi yang baik (Supriyantini dkk., 2007).

  Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) bahwa Tetraselmis sp. mengandung protein yang cukup tinggi yaitu berkisar 49,75% sedangkan lemak berkisar 9,10% dan karbohidrat 19,37%. Oleh sebab itu Tetraselmis sp. sangat cocok untuk digunakan sebagai pakan zooplankton. Salah satu contohnya adalah Rotifer.

  Atas dasar pemikiran di atas maka pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilakukan untuk mengetahui secara langsung tentang kultur fitoplankton

  Tetraselmis sp. pada skala laboratorium yang digunakan sebagai pakan Rotifer

  (Brachionus sp.) sekaligus memahami permasalahan yang ada dengan memadukan teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

  3 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah :

  1. Untuk mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. sebagai pakan alami di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  2. Untuk mengetahui grafik hambatan yang terjadi pada teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

1.3 Manfaat

  Manfaat pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah : 1. Mahasiswa mampu mengetahui teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. yang ada di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  2. Mahasiswa mampu mengetahui hambatan yang terjadi pada teknik kultur fitoplankton Tetraselmis sp. di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tetraselmis sp.

  Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan.

  Empat buah flagella pada ujung depannya yang berukuran 0,75-1,2 kali panjang badan dan berukuran 10x6x5 µm. Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang berdiri sendiri ukurannya 7-12 µm. Inti sel jelas dan kecil serta dinding sel mengandung bahan selulosa dan pektosa. Tetraselmis sp. memiliki klorofil sehingga berwarna hijau cerah (Gambar 1). Dan dipenuhi plastida kloroplast (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Klasifikasi Tetraselmis sp. adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales Sub ordo : Chlamidomonacea Genus : Tetraselmis Spesies : Tetraselmis sp.

Gambar 2.1 Morfologi Tetraselmis sp. (Creswell, 2010) ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  5 Sifat Ekologi dan Fisiologi Tetraselmis sp.

  Tetraselmis sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana,

  kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan. Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 15-35 ppt. (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Kisaran suhu 25-28 C merupakan suhu yang optimal untuk pertumbuhan Tetraselmis sp.

  Tetraselmis sp. dapat tumbuh baik dengan menggunakan lampu TL 80 Watt (Matakupan, 2009).

2.3 Reproduksi Tetraselmis sp.

  Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara vegetatif aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dimulai dengan membelahnya protoplasma sel menjadi dua, empat, delapan dalam bentuk zoospore setelah masing-masing melengkapi diri dengan flagella. Sedangkan reproduksi secara seksual, setiap sel mempunyai gamet yang identik (isogami) kemudian dengan bantuan substansi salah satu gamet tersebut ditandai dengan bersatunya kloroplast yang kemudian menurunkan zygote yang sempurna (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

  Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) menjelaskan bahwa laju pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel dalam periode tertentu. Pertumbuhan ditandai dengan bertambah besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan Tetraselmis sp. dalam kultur pakan alami.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  6 1.

  Fase Istirahat Sesaat setelah penambahan inokulum ke dalam media kultur, populasi tidak mengalami perubahan. Ukuran sel pada saat ini pada umumnya meningkat.

  Secara fisiologis Tetraselmis sp. sangat aktif dan terjadi proses sintesis protein baru. Organisme mengalami metabolisme, tetapi belum terjadi pembelahan sel sehingga kepadatan sel belum meningkat. Umumnya terjadi pada hari pertama dan kedua kultur.

  2. Fase Logaritmik atau Eksponensial

  Fase ini diawali dari pembelahan sel dengan laju pertumbuhan tetap. Pada kondisi kultur yang optimum, laju pertumbuhan pada fase ini mencapai maksimal. Umumnya terjadi pada hari ketiga hingga hari kelima.

  3. Fase Penurunan kecepatan tumbuh

  Fase ini merupakan fase pada hari ketujuh yang menunjukkan kecepatan pertumbuhan sel yang mulai lambat karena kondisi fisik dan kimia kultur mulai membatasi pertumbuhan.

  4. Fase Stasioner

  Pada fase ini, pertumbuhan mulai mengalami penurunan dibandingkan fase logaritmik. Pada fase ini laju reproduksi sama dengan laju kematian, dengan demikian penambahan dan pengurangan jumlah sel relatif sama atau seimbang sehingga kepadatan sel tetap. Fase ini terjadi pada hari ketujuh hingga hari ke sepuluh.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7 5.

  Pada fase ini laju kematian lebih cepat dari pada laju reproduksi. Jumlah menurun secara geometrik. Penurunan kepadatan sel ditandai dengan perubahan kondisi optimum yang dipengaruhi oleh temperatur, cahaya, pH air, jumlah hara yang ada, dan beberapa kondisi lingkungan lain yang dimulai pada hari kesepuluh.

  2.4 Aspek Fisika dan Kimia

  Pertumbuhan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika seperti suhu, cahaya matahari, kedalaman, kekeruhan, salinitas dan kandungan oksigen terlarut. Faktor kimia seperti pH, fosfat, nitrat, nitrit, dan silikat (Nybakken, 1992). Kelimpahan dan komposisi jenis fitoplankton antara lain dipengaruhi oleh salinitas, musim, habitat, kecerahan dan proses reproduksi (Davis, 1951 dalam Merizawati, 2008). Suhu merupakan parameter lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan fitoplankton. Sifat fisika-kimia perairan seperti kelarutan oksigen serta kecepatan reaksi kimia dipengaruhi oleh suhu. Kehidupan berbagai jenis fitoplankton dipengaruhi oleh salinitas (Sediadi, 1999 dalam Merizaati, 2008).

  2.5 Peranan Tetraselmis sp.

  Tetraselmis sp. adalah salah satu jenis mikro alga satu yang banyak

  memiliki manfaat, diantaranya sebagai pakan ikan, makanan kesehatan bagi manusia, bahkan campuran kosmetik maupun biofilter dalam menanggulangi limbah organik. Tetraselmis sp. layak untuk dibudidayakan karena sifatnya mudah dan cepat berkembang biak (Suriadi dan Siswanto, 2004).

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  8 Dalam kultur mikroalga skala laboratorium dibutuhkan medium kultur yang sesuai untuk pertumbuhannya. Medium air laut yang mengandung nutrien lengkap sebagai medium tumbuh yaitu sumber nutrisi berupa makronutrien (N, P, K, S, Na, Si, Ca) dan mikronutrien (Fe, Zn, Mn, Cu, Mg, Mo, B). Unsur N, P, dan S berfungsi dalam pembentukan protein, K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, Fe dan Na berfungsi dalam pembentukan klo rofil sedangkan Ca dan Si berfungsi dalam pembentukan dinding sel. Selain media air laut yang mengandung unsur lengkap sebagai media tumbuh, kultur Tetraselmis sp. juga ditambahkan pupuk sebagai penambahan kandungan dalam medium kultur (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Penambahan pupuk dalam medium dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga 10 kali lebih cepat dibandingkan dengan kultur mikroalga tanpa penambahan pupuk (Naughton, 1998). Penambahan pupuk pada medium kultur alga skala laboratorium dapat menggunakan pupuk Conway (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.7 Teknik Kultur

  Dalam suatu unit pembenihan, penyediaan pakan alami untuk larva ikan dibedakan menjadi tiga, yaitu kultur murni (skala laboratorium), kultur semi massal dan kultur massal yaitu dalam bak bervolume besar (Cahyaningsih dkk., 2003). Kultur murni (skala laboratorium) fitoplankton dilakukan di dalam ruangan (indoor) yang tertutup (Isnansetyo dan kurniastuty, 1995). Pada saat kultur massal sebaiknya wadah, peralatan dan air yang digunakan disterilisasi dengan pemberian klorin, karena cara ini lebih cepat, ekonomis dan mudah pelaksanaannya (Wasis,

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  9 jam. Tujuannya agar media bebas dari organisme-orgnaisme yang akan menyebabkan kontaminasi (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Air laut yang akan digunakan untuk kultur disterilkan terlebih dahulu dengan menggunakan klorin 10-20 ppm dan diaerasi selama 24 jam (Wasis, 2009).

  2.8 Pertumbuhan

  Pertumbuhan Tetraselmis sp. Dalam kultur dapat ditandai dengan bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu jenis fitoplankton dapat dikelompokkan menjadi internal dan eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap sifat- sifat pertumbuhan fitoplankton adalah faktor genetik (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

  Salah satu prinsip dalam pengelolaan plankton ialah bagaimanana memperhatikan kelimpahan plankton supaya tetap stabil. Pertumbuhan plankton mulai berkurang terjadi pada akhir fase logaritmik, menuju fase stasioner dimana diantara kedua fase tersebut terdapat fase berkurangnya pertumbuhan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

  2.9 Cara Menghitung Kepadatan Plankton

  Metode yang digunakan dalam perhitungan Tetraselmis sp. adalah metode penghitungan dengan menggunakan Haemocytometer. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10 x atau 40 x (Creswell, 2010).

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  10 Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty, (1995), klasfikasi Rotifer adalah sebagai berikut: Filum : Avertebrata Kelas : Aschelmintes Sub kelas : Rotaria Ordo : Eurotaria Family : Brachionidae Sub family : Brachioninae Genus : Brachionus Spesies : Brachionus sp.

Gambar 2.2 Morfologi Rotifer (Brachionus sp.) (Lahope, 2013) Rotifer berciri simetris bilateral, dinding tubuh dilindungi oleh lorika.

  Tubuh rotifera terdiri atas kepala (depan), badan (tengah) dan kaki (bagian posterior) yang biasanya kecil dengan jari yang mengandung kelenjar semen untuk melekat. Antara bagian kepala dan badan tidak terlihat jelas pemisahannya. Pada kebanyakan spesies, di bagian kepala terdapat korona yang terletak di bagian anterior tubuh. Korona juga dapat digunakan sebagai daya penggerak, akan tetapi banyak spesies yang menghabiskan kehidupannya dengan melekat pada substrat, dan ada juga yang bersifat plankton seperti Brachionus sp. Fungsi korona adalah untuk menyaring makanan ke kepala dan membuang sisa. Alat pencernaan

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  11 makanan (Rimper, 2008)

  2.11 Habitat Dan Penyebaran Rotifer (Brachionus sp.)

  Rotifera dapat ditemukan di air tawar dan tanah lembab, di mana mereka hidup di genangan air yang terbentuk di atas tanah. Habitat rotifera dapat mencakup lingkungan air, seperti dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir, seperti sungai atau aliran. Rotifera juga sering ditemukan pada lumut dan lumut tumbuh di batang pohon dan batu, di genangan air, di tanah atau serasah daun, pada jamur tumbuh di dekat pohon mati, dalam tangki limbah pabrik pengolahan dan bahkan pada krustasea air tawar dan larva serangga air (Segers, 2008).

  2.12 Peranan Rotifer (Brachionus sp.) Brachionus sp. merupakan salah satu jenis zooplankton yang digunakan

  sebagai pakan alami. Rotifer diberikan sebagai pakan larva selama kurang lebih satu bulan. Kegunaan Brachionus sp. secara tidak langsung mulai berkembang.

  Brachionus sp. merupakan pakan hidup bagi jenis-jenis tertentu golongan ikan

  sehingga seringkali diperlukan dalam budidaya. Penyediaan pakan alami berupa

  phytoplankton dan zooplankton yang tidak cukup tersedia, seringkali

  menyebabkan kegagalan dalam mempertahankan kelangsungan hidup larva ikan. Brachionus sp. sangat penting dalam menunjang budidaya perikanan, terutama sebagai pakan yang baik pada larva ikan maupun udang (Kaligis. 2015).

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3.1 Tempat dan Waktu

  Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Sriracha Fisheries Research Station, Chonburi, Thailand. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 17 Januari- 14 Februari 2016.

  3.2 Metode Kerja

  Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, maupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2011).

  3.3 Metode Pengumpulan Data

  Data yang diambil dalam Praktek Kerja Lapang ini berupa data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

  Menurut Sangadji dan Sopiah (2010), Data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap suatu obyek (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian.

  Data primer dapat diperoleh dengan dua metode yaitu metode survei dan metode observasi.

  

LAPORAN PKL KULTUR FITOPLANKTON Tetraselmis MOKHAMMAD RIZA N. T.

  13 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Hasil dari metode ini berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individu atau kelompok. Data yang diperoleh dari metode survei sebagian besar berupa data deskriptif yang dapat dirancang untuk menjelaskan sebab akibat atau mengungkapkan ide-ide (Sangadji dan Sopiah, 2010).

  Metode survei yang akan digunakan untuk mendapatkan data di lapangan adalah metode wawancara (interview). Wawancara adalah teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara ini dapat dilakukan dengan melalui tatap muka, komunikasi telepon dan e-mail.

B. Observasi

  Metode observasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematis tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu yang diteliti. Data yang diperoleh bersifat lebih akurat, tidak terdistorsi dan bebas dari response bias.

  Tipe observasi yang digunakan menurut Nazir (2011) yaitu:

  1. Observasi langsung yang memungkinkan pengumpulan data perilaku dan kejadian secara detail.

  2. Observasi terhadap perilaku dan lingkungan sosial yang bertujuan untuk memahami perilaku dan kejadian dalam lingkungan sosial. Teknik observasi yang dapat digunakan adalah participant observation dan nonparticipant observation.

  14 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

C. Metode Praktek

  Metode praktek adalah suatu metode dengan memberikan materi pendidikan baik menggunakan alat atau benda, seperti di peragakan, dengan harapan siswa menjadi jelas dan mudah sekaligus dapat mempraktekkan materi yang di maksud suatu saat di masyarakat. Metode ini memberikan jalan kepada mahasiswa untuk menerapkan, menguji dan menyesuaikan teori dengan kondisi sesungguhnya melalui praktek peserta praktik atau latihan akan mendapatkan pelajaran yang sangat baik untuk mengembangkan dan menyempurnakan keterampilan yang di perlukan (Abdul Arno dalam Kadir, 2014).

3.3.2 Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung.

  Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pengumpul data primer. Data sekunder ini diperoleh dari laporan-laporan, data dokumentasi, pustaka yang menunjang (Sangadji dan Sopiah, 2010).

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.1 Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja lapang

  4.1.1 Lokasi Geografis dan Topografi

  Lokasi Praktek Kerja Lapang (PKL) adalah di Research Station dibawah naungan Universitas Kasetsart, yaitu Sriracha Fisheries Research Station yang berada di Provinsi Chonburi dan Samutsongkhram Fisheries Research Station yang berada di Provinsi Samutsongkhram, Thailand.

  4.1.2 Universitas Kasetsart

  Universitas Kasetsart didirikan pada tanggal 2 Februari 1943 dan pada tahun ini telah memasuki umur 73 tahun. Fakultas Perikanan didirikan sebagai salah satu dari empat fakultas pertama Kasetsart University (KU) pada hari yang sama dengan universitas didirikan. Fakultas Perikanan dibentuk dengan empat disiplin ilmu yaitu Biologi Perikanan, Manajemen Perikanan, Budidaya Perikanan dan Pengembangan Perikanan. Fakultas perikanan memiliki beberapa lembaga kecil lainnya atau stasiun penelitian yang didukung oleh akademik pendukung divisi fakultas. Stasiun penelitian milik Kasetsart antara lain Sriracha Fisheries Research Station, Samutsongkhram Fisheries Research Station, Kamphaengsaen Fisheries Research Station, Ranong Coastal Resources Research Station, dan Klongwan Fisheries Research Station.

  Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Kasetsart akan disajikan pada gambar dibawah ini :

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  16 (Kasetsart University, 2002 )

Gambar 4.1 Fakultas Perikanan Universitas Kasetsart

  4.1.3 Sriracha Fisheries Research Station

  Sriracha Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1960 untuk melakukan penelitian dasar biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut di pesisir Sriracha dan sekitarnya. Stasiun ini juga melakukan penelitian yang bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam mengembangkan produk nilai tambah dari rumput laut serta dalam budidaya dan pengelolaan perikanan.

  4.1.4 Lokasi

  Lokasi Sriracha Fisheries Research Station adalah 101/12 Moo 9, Sukhumvit Rd., Tambon Bang Phra. Sriracha District, Chonburi Province 20110, Thailand.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  17 Visi Fisheries Research Station adalah melakukan penelitian di bidang

  oseanografi, lingkungan laut, budidaya pesisir dan menjadi stasiun untuk pembelajaran, penelitian, pelatihan bagi peneliti mahasiswa dan lain-lain.

  Misi Fisheries Research Station adalah :

  • Untuk melakukan penelitian di bidang biologi kelautan, oseanografi, lingkungan laut, konservasi dan pemulihan sumber daya pesisir laut.
  • Untuk mendukung pembelajaran dan bidang pelatihan mahasiswa serta memberikan bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain untuk kegiatan penelitian mereka.
  • Untuk menjadi pusat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertukaran teknologi bagi petani dan lain-lain.

4.1.6 Sarana dan Prasarana

  A. Air

  Air yang digunakan pada proses budidaya di Sriracha Fisheries Research Station adalah air laut dengan salinitas 35 ppt. Air laut diambil dari Pantai Timur Teluk Thailand yang lokasinya di belakang stasiun penelitian. Dalam kultur

  Tetraselmis sp. memang dibutuhkan air laut atau air dengan salinitas yang tinggi yang telah di sterilisasi (Sari dan Manan, 2012).

  B. Wadah Kultur

  Dalam mengkultur plankton menggunakan botol kultur berukuran 1 liter yang telah disterilisasi menggunakan autoclave, yang dilengkapi dengan aerasi

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  18 o

  24 C.

  C. Sterilitator

  Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam proses budidaya digunakan autoklaf berukuran besar (tinggi 70 cm dan diameter 90 cm). Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau

  o

  sekitar 2 atm dan bersuhu 121 C (250 F) (Sari dan Manan, 2012).

  D. Bangunan

  Bangunan terdiri dari :

  • Kantor •

  Laboratorium Research ini memiliki 4 laboratorium, yaitu laboratorium plankton, laboratorium pengamatan mikroorganisme, laboratorium kualitas air dan laboratorium sedimen.

  • Aula • Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian
  • Dapur • Kolam treatment air

  Kolam treatment ini digunakan untuk mentreatment air dengan cara mengendapkan dan mensterilkan air menggunakan klorin dengan konsentrasi 150 mg klorin / liter, hal ini sesuai dengan literatur bahwa konsentrasi klorin yang dibutuhkan untuk sterilisasi atau sanitasi air adalah 100-250 mg klorin / liter.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  19

  • Kolam hatchery Anemone Fish Kolam hatchery Anemone Fish di Sriracha Fisheries Research Station terbuat dari fiber yang rata-rata memiliki ukuran 60 x 150 x 85 cm. Jumlah ikan dalam kolam hatchery ini disesuaikan dengan ukuran kolam. Satu kolam rata-rata berisi 20 ekor ikan anemone berukuran dewasa. Hal ini tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yang menggunakan kolam fiber dalam pemeliharaan ikan anemone yaitu dengan ukuran 50 x 100 x 80 cm dengan kepadatan 15 ekor dalam satu kolam.
  • Kolam budidaya Anemone Mushroom Kolam budidaya anemone Mushroom di Sriracha Fisheries Research Station terbuat dari beton dengan ukuran rata-rata 60 x 250 x 150 cm. Kolam ini mampu menampung 25 artificial stone yang digunakan sebagai tempat bertumbuhnya anemone mushroom. Anemone mushroom membutuhkan coral buatan untuk pertumbuhannya supaya memudahkan saat ingin mengambilnya, karena apabila tidak diberi koral buatan, anemone mushroom akan melekat di dasar kolam.

4.1.7 Samutsongkhram Fisheries Research Station

  Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989 untuk mendukung pembelajaran dan pelatihan dari mahasiswa serta memberikan bantuan kepada dosen, peneliti dan lain-lain dalam kegiatan penelitian mereka. Beberapa topik penelitian yang terkait dengan pengembangan dua teknologi baru untuk pembibitan air pesisir dan menemukan solusi untuk masalah dan tentang budidaya pesisir.

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  20 Samutsongkhram Fisheries Research Station didirikan pada tahun 1989.

  Pada awalnya bernama Samutsongkhram Coastal Aquatic Station, dan sejak tanggal 1 Oktober 2001 nama itu diganti menjadi Stasiun Penelitian Pengembangan dan administrasi dukungan Akademik Fakultas Perikanan, Kasetsart University dan diganti sebagai Samutsongkhram Fisheries Research Station. Lokasi Research ini di provinsi Samutsongkhram-Thailand.

  4.1.9 Visi Dan Misi

  Samutsongkhram Fisheries Research Station memiliki visi melakukan penelitian tentang kehidupan perairan di pantai sehingga mampu mengoptimalkan kondisi budidaya perairan.

  4.1.10 Sarana dan Prasarana

  A. Air Air yang digunakan untuk budidaya adalah air payau bersalinitas 5-10 ppt.

  Air laut diambil dari perairan Don Hoi Lod dan air tawar diambil dari sumur. Untuk mendapatkan air distilasi mereka melakukan distilasi sendiri menggunakan alat penyulingan air.

  B. Wadah Kultur

  Wadah kultur plankton yang digunakan adalah botol kultur kaca berukuran 1 liter yang diletakkan dibawah 2 buah lampu neon 40 watt di dalam ruangan

  o

  bersuhu 24 C.

  21 ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Untuk mensterilkan alat-alat dan air laut yang akan digunakan dalam proses budidaya digunakan autoklaf. Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan tahan panas menggunakan uap air panas bertekanan 15 Psi atau sekitar 2 atm dan bersuhu 121

  o

  C (250 F).

D. Bangunan

  Bangunan terdiri dari :

  • Kantor • Laboratorium Terdapat 3 laboratorium antara lain : laboratorium kultur plankton, laboratorium kualitas air, dan laboratorium pensterilan alat-alat. Laboratorium dilengkapi dengan fasilitas yang cukup lengkap dan berstandar baik.
  • Aula •

  Kamar atau Dormitori bagi mahasiswa yang melakukan penelitian

  • Dapur • Kolam budidaya Bandeng (Milk Fish)
  • Kolam budidaya Kakap (Sea Bass)
  • Gudang Pakan

  ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  22

  4.2.1 Persiapan Media

  Media kultur berupa air laut yang memiliki salinitas 30-35 ppt. Air laut dialirkan melalui pipa yang membentang dari laut menuju bak tandon di Sriracha Fisheries Research Station untuk ditampung.

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PENGKAYA MEDIA PERTUMBUHAN Tetraselmis sp.

10 54 43

PERTUMBUHAN MIKROALGA HASIL BUDIDAYA SKALA LABORATORIUM DENGAN MEDIA KULTUR LIMBAH CAIR TAPIOKA

0 1 11

KULTUR ROTIFER DENGAN BEBERAPA JENIS PAKAN DAN KOMBINASINYA

0 0 8

APLIKASI Effective Microorganism (EM) DALAM BUDIDAYA PAKAN ALAMI Daphnia sp. Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 83

PENGARUH PERSENTASE KOMBINASI Gracilaria sp. dan Ulva reticulata SEBAGAI PAKAN ALAMI TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON TROPIS (Haliotis asinina) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 65

PEMANFAATAN EKSTRAK TAUGE KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus) SEBAGAI PUPUK UNTUK MENINGKATKAN POPULASI Spirulina sp. Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 82

KULTUR Chaetoceros sp. SKALA LABORATORIUM SEBAGAI PAKAN ROTIFER (Branchionus sp.) DI SRIRACHA FISHERIES RESEARCH STATION, CHONBURI DAN SAMUTSONGKHRAM FISHERIES RESEARCH STATION, SAMUTSONGKHRAM, THAILAND. Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 69

STUDI KEMAMPUAN Nannochloropsis sp. DAN Chlorella sp. SEBAGAI AGEN BIOREMEDIASI LOGAM BERAT MERKURI (Hg) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 93

TEKNIK KULTUR Nitzschia sp. DARI SKALA LABORATORIUM SAMPAI SKALA INTERMEDIET DI BALAI BUDIDAYA PERIKANAN AIR PAYAU (BPBAP) SITUBONDO Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 89

TEKNIK PEMBUATAN PAKAN UNTUK BENIH IKAN LELE DENGAN TAMBAHAN AZOLLA sp. SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI DI INSTALASI BUDIDAYA AIR TAWAR PUNTEN KOTA BATU PROPINSI JAWA TIMUR Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 68