PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PENGKAYA MEDIA PERTUMBUHAN Tetraselmis sp.

(1)

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PENGKAYA

MEDIA PERTUMBUHAN

Tetraselmis

sp.

(Skripsi)

Oleh

AIQAL VICKRY HERMAWAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(2)

ABSTRACT

THE COCONUT WATER UTILIZATION AS MEDIA ENRICHMENT FOR Tetraselmis sp.

By:

Aiqal Vickry Hermawan

Tetraselmis sp. monoculture high potential economic value. Tetrasemis sp. growth influenced by environmental and nutritional conditions. The research objective was to determine the optimum concentration of coconut water media for the growth of Tetraselmis sp.. The research was conducted in Aquaculture Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Lampung during November to December 2011. Complete randomaized was used in this experiment six treatments namely 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, and 5% with 3 replication for each were applied. The highest cell density (54,75.104 cells/ml) was occurred in 5% coconut water media on the 168 hours. Based on the data, 0%, 1%, 2%, 3% and 4% treatment were significantly different with 5% treatment (ANOVA test, multiple comparison test).


(3)

ABSTRAK

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PENGKAYA MEDIA PERTUMBUHAN Tetraselmis sp.

Oleh :

Aiqal Vickry Hermawan

Tetraselmis sp. merupakan mikroalga yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Pertumbuhan Tetrasemis sp. dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan nutrien. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi optimum media air kelapa pada pertumbuhan Tetraselmis sp.. Penelitian dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung selama November-Desember 2011. Penelitian ini menggunakan enam perlakuan yaitu 0%, 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% dengan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Kerapatan sel tertinggi (54,75.104 sel / ml) terjadi di media air kelapa 5% pada jam ke-168. Berdasarkan data, perlakuan 0%, 1%, 2%, 3% dan 4% berbeda nyata dengan perlakuan 5% (ANOVA, uji perbandingan berganda).


(4)

PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI PENGKAYA

MEDIA PERTUMBUHAN

Tetraselmis

sp.

Oleh

AIQAL VICKRY HERMAWAN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN

pada

Jurusan Budidaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(5)

Judul : PEMANFAATAN AIR KELAPA SEBAGAI

PENGKAYA MEDIA PERTUMBUHAN Tetraselmis sp. Nama : Aiqal Vickry Hermawan

NPM : 0614111017 Program Studi : Budidaya Perairan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1.Komisi Pembimbing

Berta Putri, S.Si, M.Si Henni Wijayanti M. S.Pi, M.Si

NIP. 198109142008122002 NIP. 198101012008012042

2.Ketua Program Studi Budidaya Perairan

Ir. Siti Hudaidah, M.Sc.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Berta Putri, S.Si, M.Si .………...

Sekretaris : Henni Wijayanti M. S.Pi, M.Si .………...

Penguji

Bukan Pembimbing : Moh Muhaemin, S. Pi., M. Si. ………....

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof.Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(7)

Kupersembahkan karya ini kepada

Allah SWT sebagai wujud rasa syukur atas pencapainku saat ini

Orang yang berarti dalam hidupku :Ibu dan Ayah tercinta berserta

keluarga besarku atas cinta, kasih sayang, doa dan semangat yang

tak ternilai harganya


(8)

MOTO

Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda

kalian, tapi Dia melihat hati dan amal kalian

(Nabi Muhammad SAW)

Karena Anda akan pasti sampai, maka pastikanlah

bahwa Anda memulai sesuatu yang baik, mengerjakan

yang baik, dalam niat yang baik

(Mario Teguh)

Kesalahan yang paling besar bukanlah kegagalan,

tetapi adalah berhenti dan menyerah sebelum merasakan


(9)

RIWAYAT HIDUP

Aiqal Vickry Hermawan dilahirkan di Teluk Betung, Bandar Lampung pada tanggal 13 Mei 1989, anak tunggal dari pasangan Bapak Bambang M Hermanto dan Ibu Salmiah. Penulis mengawali pendidikan dari Taman Kanak-kanak di TK Darma Wanita Sidomulyo Lampung Selatan pada tahun 1993.

Pada tahun 1994 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Sidomulyo. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Banyumas pada tahun 2000 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sidomulyo pada tahun 2003 hingga lulus tahun 2006. Setelah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Atas, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi kampus, yaitu menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan Unila (HIDRILA) pada tahun 2007-2008 sebagai anggota bidang Penelitian dan Pengembangan dan pada tahun 2008-2009 sebagai anggota bidang Kerohanian. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan bidang Budidaya Perairan.

Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL) Padang Cermin – Lampung Selatan selama 40 hari yang


(10)

berjudul “Pembenihan Kuda Laut (Hippocampus comes) di di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung”.

Pada tahun 2011 untuk mencapai gelar Sarjana Perikanan (S.Pi.), penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk skripsi yang berjudul


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pemanfaatan Air Kelapa Sebagai Pengkaya Media Pertumbuhan Tetraselmis

sp.”. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi, yaitu kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kesabaran hati kepada penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Budidaya Perairan 4. Bapak Limin Santoso, S.Pi., M.Si.selaku dosen Pembimbing Akademik 5. Ibu Berta Putri, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing Utama yang penuh

kesabaran telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi


(12)

6. Henni Wijayanti M. S.Pi, M.Si selaku dosen Pembimbing Kedua yang telah membimbing dan memberikan arahan serta nasihat kepada penulis selama penyelesaian skripsi

7. Bapak Moh Muhaemin, S. Pi., M. Si. Selaku dosen Penguji yang telah memberikan saran bagi kesempurnaan skripsi

8. Seluruh dosen Jurusan Budidaya Perairan dan Karyawan (Mas Bambang) atas dukungan yang diberikan

9. Ibu dan ayah yang telah membesarkan, mendidik, memberi kasih sayang, nasihat, dan selalu mendoakan yang terbaik untuk penulis

10. Keluarga besar H. M Tawwaba atas limpahan kasih sayang dan perhatiannya

11. Sahabatku Nena dan Dini terima kasih atas motivasi dan kebersamaannya 12. Teman-teman seperjuangan : Meytia, Desi, Dewi, Agung, Nungki, Rio, Leo

Tubagus, Leo Bambang, Likdiansah, Bely, Arif, Irmalia, Rasyid, Juki, Aldian, Evi, Dedew, Handa serta seluruh teman-teman yang belum saya sebutkan seluruhnya terimakasih atas kebersamaan, dukungan, perhatian dan semangat yang diberikan

13. Teman - teman angkatan 2006, Tabiah, Dita, Ipit, Feri, Edi, Cory, Refi, Nopi, Yoan, Kemas, Acy, Dewi, Sely, serta yang lainnya terima kasih atas semangat dan kebersamaannya.

14. Kakak-kakakku angkatan 2004, 2005 serta adik-adik tingkat 2007 – 2011 teruskan perjuangan kalian dan terimakasih atas dukungan yang telah diberikan


(13)

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2012

Aiqal Vickry Hermawan


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat ... 4

D. Kerangka Pemikiran ... 4

E. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tetraselmis sp. ... 7

B. Faktor-faktor Pertumbuhan Mikroalga ... 8

1. Media (Nutrisi) ... 8

2. Faktor Lingkungan... 9

C. Pertumbuhan Mikroalga ... 10

1. Fase Adaptasi ... 10

2. Fase Eksponensial ... 10

3. Fase Stasioner ... 11

4. Fase Kematian ... 11

D. Kelapa... 12

E. Kualitas Air ... 12

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

B. Alat dan Bahan ... 15

1. Alat Penelitian ... 15

2. Bahan Penelitian ... 16

C. Rancangan Penelitian ... 16

D. Prosedur Penelitian ... 17

1. Persiapan Penelitian ... 17

2. Pembuatan Media Air Kelapa ... 18


(15)

vii

4. Sampling ... 19 5. Analisis Data ... 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kerapatan Sel Tetraselmis sp. ... 21 2. Kecepatan Pertumbuhan Sel Tetraselmis sp. ... 25 3. Faktor Lingkungan ... 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 30 B. Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir ... 5

2. Mikroalga Tetraselmis sp. ... 7

3. Kurva pertumbuhan mikroalga ... 12

4. Jenis Kelapa varietas Dalam (Tall variety) ... 13

5. Kerapatan mikroalaga Tetraselmis sp. dengan konsentrasipengkaya air kelapa yang berbeda ... 21


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga yang mudah dibudidayakan dan memiliki nilai gizi tinggi yaitu, kandungan protein 74%, lemak 4%, dan karbohidrat sebanyak 21% Redjeki dan Asmin (1993) dalam Dauri (2004). Tingginya kandungan protein tersebut menjadikan Tetraselmis sp. sebagai pakan alami yang potensial bagi Artemia, tiram, remis, kerang dan karang

(Ronquillo-Jesse et al., 1997) dalam da Costa et al., 2004. Tetraselmis sp. juga dapat

dimanfaatkan sebagai pakan dalam kultur rotifera (Makridis et al, 2006).

Tetraselmis sp. memiliki dinding sel yang tipis dan enzim autolisis sehingga mudah dicerna oleh larva ikan dan udang (Pantastico, 1989; Rostini, 2007 dalam

Sutomo 2005).

Ketersediaan kultur Tetraselmis sp. sebagai pakan hidup bagi biota budidaya dapat diperbanyak menggunakan teknik kultur. Kultur mikroalga membutuhkan optimasi berbagai faktor pendukung hidup untuk memperoleh biomassa yang tinggi. Keberhasilan teknik kultur bergantung pada kesesuaian antara jenis mikroalga yang dibudidayakan dan beberapa faktor lingkungan. Hadiwigeno et al., (1991) dalam Prihantini et al., (2007) menyatakan bahwa upaya untuk meningkatkan produksi biomassa dapat dilakukan dengan


(18)

2

memanipulasi faktor lingkungan seperti cahaya, kadar CO2, suhu, pH, salinitas,

dan media kultur.

Media kultur merupakan salah satu faktor yang penting untuk pertumbuhan mikroalga. Media kultur mengandung makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroalga. Komposisi nutrien yang lengkap dan konsentrasi nutrien yang tepat menentukan produksi biomassa dan kandungan gizi dari mikroalga (Chrismadha dan Nofdianto, 1994) dalam

Prihantini et al, (2005).

Media yang umum digunakan untuk kultur mikroalga terbagi menjadi dua jenis yaitu media sintetik dan alami (Setyaningsih, 1999) dalam Prihantini et al., (2007). Media sintetik adalah media yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia yang komposisi dan jumlahnya telah ditentukan (Brock dan Madigan, 1991)

dalam Prihantini et al., (2007), seperti media Conwy, media EDTA dan NPFe

(Safe’i, 2007). Menurut Langroudi (2010), menyatakan bahwa media Conwy

memiliki unsur yang diperlukan Tetraselmis sp. untuk tumbuh, sehingga media Conwy dapat digunakan sebagai media kultur Tetraselmis sp. Sedangkan media alami merupakan media yang dibuat dari bahan-bahan alami, seperti ekstrak tauge dan air kelapa (Hasanah, 1997; Damayanti 2006) dalam Prihantini et al., (2007). Selain itu, media alami dapat juga diperoleh dari limbah pembuatan produk tertentu, seperti limbah pengolahan produk kacang kedelai, limbah minuman teh (Wong dan Lay, 1980) dalam Prihantini et al., (2007), dan limbah cair tapioka (Agustini dan Susilaningsih, 1997) dalam Prihantini et al., (2007). Adapun limbah lain yang dapat digunakan sebagai media kultur mikroalga Tetraselmis sp. adalah limbah sampah rumah tangga (da Costa et al., 2004), limbah gula tebu (Koening


(19)

3

et al., 1988) dalam (da Costa et al., 2004) dan limbah kotoran ayam (Koening et al., 1990) dalam (da Costa et al., 2004).

Air kelapa telah digunakan sebagai media pertumbuhan untuk kultur jamur, makroalga, dan mikroalga (Budiharjo, 2003). Hal tersebut dikarenakan banyaknya makro dan mikronutrien yang terkandung di dalamnya. Air kelapa mengandung nutrien seperti C, N, P, K, Fe, Mg, Na, Zn, Cu, Mn, Se, Cl, S, Al, dan B. Vitamin yang terkandung pada air kelapa adalah vitamin C, B1, B2, B3, B5,

B6 (Vigliar et al., 2006). Pada air kelapa juga terkandung asam amino dan enzim

yaitu Asam folat, Catalase, Dehydrogenase, Diastase, Peroxidase, dan RNA polymerase (Jean, 2009).

Penelitian Hasanah (1991), menyatakan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai media kultur mikroalga yaitu Chlorella pyrenoidosa. Pada penelitian Ningsih (2008), menunjukkan bahwa media air kelapa dapat meningkatkan kelimpahan Skeletonema costatum. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan air kelapa terhadap pertumbuhan Tetraselmis sp. Kandungan nutrien air kelapa diharapkan dapat menjadi media organik pada kultur mikroalga yang dampaknya dapat meningkatkan kelimpahan Tetraselmis sp.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi optimum media air kelapa pada pertumbuhan Tetraselmis sp.


(20)

4

C. Manfaat

Manfaat dari penelitian diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi mahasiswa dan pembudidaya ikan untuk menggunakan air kelapa sebagai media pertumbuhan Tetraselmis sp. serta bagi pengusaha kelapa kopra untuk dapat memanfaatkan limbah air kelapa.

D. Kerangka Pemikiran

Mikroalga mempunyai peranan penting dalam usaha pembenihan ikan, udang, dan kerang-kerangan. Menurut Pantastico (1989), pakan hidup memiliki beberapa kelebihan dibandingkan pakan buatan, karena pakan hidup memiliki enzim autolisis sehingga mudah dicerna oleh larva ikan. Permintaan dunia perikanan terhadap mikroalga cenderung meningkat setiap tahun (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah unit pembenihan dan pembudidaya berbagai jenis mikroalga perairan yang membutuhkan pasokan jumlah pakan alami dalam jumlah besar untuk menunjang kelangsungan dari organisme yang dibudidayakan.

Selama ini, air kelapa kurang dimanfaatkan dalam industri kopra atau industri minyak tradisional, selain untuk pembuatan nata de coco. Air kelapa banyak mengandung zat yang bermanfaat seperti makronutrien, vitamin, asam amino, berbagai mineral, dan bahkan hormon pertumbuhan. Komposisi nutrisi air kelapa yang lengkap tersebut merupakan alternatif pengganti media sintetik pada kultur pertumbuhan mikroalga. Sehingga air kelapa diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga. Secara umum kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.


(21)

5

Gambar 1. Kerangka pikir

E. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Uji ANOVA

H0 : τi= 0 : Penggunaan media air kelapa sebagai pengkaya pada

media air laut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan Tetrasemis sp. pada selang kepercayaan 95%.

Air kelapa (makro dan mikro nutrien, vitamin, asam amino,

enzim dll) sebagai pengkaya media air laut

Pertumbuhan

Tetraselmis sp. pH, suhu, salinitas, dan

intensitas cahaya

Kultur Tetraselmis sp.

Faktor lingkungan

Media Kultur Alga

Diberi pengkaya Tidak diberi pengkaya


(22)

6

H1 : τi≠ 0 : Penggunaan media air kelapa sebagai pengkaya pada

media air laut berpengaruh terhadap pertumbuhan Tetrasemis sp. pada selang kepercayaan 95%.

2. Uji BNT

H0 : τi= τj = 0 : Tidak ada pengaruh perbedaan antara perlakuan penggunaan air

i = j kelapa pada media air laut terhadap pertumbuhan Tetraselmis sp. pada selang kepercayaan 95%.

H1 : τi≠τj ≠ 0 : Minimal ada sepasang pengaruh perbedaan antara perlakuan

i ≠ j penggunaan air kelapa pada media air laut terhadap Tetraselmis sp pada selang kepercayaan 95%.


(23)

(24)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tetraselmis sp.

Mikroalga Tetraselmis sp. merupakan salah satu mikroalga hijau. Klasifikasi Tetraselmis sp. menurut Bold & Wynne (1985) adalah sebagai berikut: Filum : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae Ordo : Volvocales

Sub ordo : Chlamydomonaceae Genus : Tetraselmis

Spesies : Tetraselmis sp.

Gambar 2. Mikroalga Tetraselmis sp.


(25)

2

Mikroalga Tetraselmis sp. termasuk mikroalga hijau bersel tunggal, mempunyai sifat selalu bergerak aktif, berbentuk oval, mempunyai empat buah flagel pada ujung depannya. Menurut Mujiman (1984), sel-sel Tetraselmis sp.

berupa sel tunggal yang berdiri sendiri dengan ukuran 7-12 μm dan memiliki klorofil. Pigmen klorofil Tetraselmis sp. terdiri atas dua macam yaitu karoten dan xantofil. Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel mengandung bahan selulosa dan pektosa.

Reproduksi Tetraselmis sp. terjadi secara seksual dan aseksual. Secara seksual melalui isogami yaitu peleburan gamet jantan dan betina yang identik, sedangkan secara aseksual terjadi dengan pembelahan protoplasma menjadi 2, 4, dan 8 sel dalam bentuk zoospora, masing-masing sel akan melengkapi organnya dengan 4 buah flagela dan akan terlepas dalam bentuk zigospora (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

B.Faktor – Faktor Pertumbuhan Mikroalga 1. Media (Nutrisi)

Menurut Suriawiria (1985), komposisi, baik berbentuk bahan alami maupun buatan yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba dinamakan media. Media yang digunakan dalam budidaya Tetraselmis

sp. berbentuk cair atau larutan yang tersusun dari senyawa kimia (pupuk) yang merupakan sumber nutrisi untuk keperluan hidupnya. Pertumbuhan dan perkembangan Tetraselmis sp. memerlukan berbagai nutrisi yang diabsorpsi dari luar. Hal tersebut berarti kebutuhan unsur makronutrien dan unsur mikronutrien dalam media tumbuhnya mutlak diperlukan. Ketersediaan nutrien berpengaruh


(26)

3

terhadap kelimpahan fitoplankton karena nutrien berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembangun sel dan sebagai bahan aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi) (Dhole, 2002).

Unsur nutrisi yang dibutuhkan Tetraselmis sp. dalam jumlah besar adalah Nitrogen, Fosfor, Besi, Sulfur, Magnesium, Kalium dan Kalsium. Sedangkan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit adalah Si, Zn, Cu, Mn, Co, Na, Fe dan Bo Round (1970) dalam Nurhaliati (2001). Selain unsur-unsur tersebut, mikroalga membutuhkan vitamin sebagai growth factor. Penambahan beberapa vitamin (Tiamin, Biotin, dan Kobalamin) ke dalam media pertumbuhan mikroalga dapat memacu proses biosintesis sel, sehingga peningkatan biomassa sel semakin cepat (Droop 1962 : Round 1973).

2. Faktor Lingkungan

Mikroalga Tetraselmis sp. bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana kecuali pada tempat yang sangat kritis bagi kehidupan seperti gurun pasir dan salju abadi. Menurut Sutomo (2005) salinitas yang optimal bagi pertumbuhan

Tetraselmis sp. adalah 30 - 36 ppt. Tetraselmis sp. dapat hidup pada suhu 40C tetapi tidak dapat tumbuh normal, dan pada kisaran suhu 25oC – 30oC merupakan kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhannya (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995). Nilai pH yang sesuai untuk pertumbuhan Tetraselmis sp. berkisar antara 8

– 9,5 (Fogg, 1987). Penelitian Ghezelbash et al. (2008), menyatakan bahwa


(27)

4

Aerasi, diperlukan untuk mencegah terjadinya pengendapan, meratakan nutrien, membuat gerakan untuk terjadinya pertukaran udara (penambahan CO2)

dan dalam skala massal mencegah terjadinya stratifikasi suhu air (Renny, 2003).

C. Pertumbuhan Mikroalga

Pertumbuhan mikroalga dalam kultur dengan media terbatas sangat dipengaruhi oleh kondisi cahaya, suhu, aerasi dan nutrisi. Pertumbuhan dalam kultur tersebut akan mengikuti pola tertentu. Pelczar, et al. (1986) membagi pola pertumbuhan atau kurva pertumbuhan menjadi 4 fase pertumbuhan, yaitu :

1. Fase adaptasi

Pertumbuhan mikroorganisme pada umumnya diawali fase adaptasi yang merupakan tahap penyesuaian sel terhadap lingkungan baru. Pembelahan sel pada fase tersebut belum terjadi atau jika ada berlangsung lambat dan relatif sedikit (Clegg & Mackean, 1996). Pada fase adaptasi sel mengalami defisiensi enzim atau koenzim, sehingga harus disintesis terlebih dahulu guna berlangsungnya aktivitas biokimia sel selanjutnya (Madigan et al. 2000). Pertumbuhan pada fase tersebut umumnya berupa pertambahan massa dan ukuran sel (Pelczar et al. 1986).

2. Fase eksponensial

Peningkatan jumlah sel yang pesat terjadi pada saat eksponensial. Sel-sel membelah dengan kecepatan maksimum dan aktivitas fotosintesis meningkat. Aktivitas fotosintesis yang tinggi menyebabkan protein dan komponen-komponen penyusun protoplasma lainya tinggi, yang berperan dalam proses pertumbuhan.


(28)

5

Kandungan protein yang dihasilkan pada fase eksponensial lebih tinggi dibandingkan dengan fase stasioner (Fogg & Thake 1987).

3. Fase stasioner

Fase stasioner ditandai dengan terjadinya keseimbangan antara tingkat pertumbuhan dan tingkat kematian sel. Pertambahan sel terjadi dalam jumlah kecil (Madigan et al. 2000). Penurunan laju pertumbuhan pada fase stasioner disebabkan keterbatasan nutrien dan terbentuknya senyawa metabolit sekunder, hasil metabolisme sel yang terakumulasi dalam media kultur dapat menghambat proses metabolisme sel (Pelczar et al. 1986).

4. Fase kematian

Setelah fase stasioner, terjadi pengurangan jumlah sel secara bertahap. Sel-sel mati dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada jenis dan kondisi lingkungan (Sarles et al. 1956). Beberapa faktor yang menyebabkan kematian sel adalah jumlah nutrien berkurang, jumlah suplai CO2 dan O2 berkurang, perubahan

pH media, dan rendahnya penetrasi cahaya yang dipengaruhi oleh kerapatan sel (Fogg & Thake 1987).


(29)

6

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Mikroalga Pelczar et al. (1986)

Keterangan :

1. Fase adaptasi 2. Fase eksponensial 3. Fase stasioner 4. Fase kematian

D. Kelapa

Kelapa merupakan satu-satunya spesies dalam genus Cocos, dan pohonnya dapat mencapai ketinggian 30 meter, buah kelapa memiliki kulit keras dan daging buah yang berwarna putih. Daunnya berpelepah dan memiliki panjang mencapai 3

– 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helainya (Andrianto, 2010). Kelapa yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2 – 10 buah kelapa setiap tangkainya (Sugara, 2009). Menurut Steenis (1992) dalam Andrianto (2010) kelapa diklasifikasikan sebagai berikut :

Fase lag/ adaptasi

Fase eksponensial Fase stasioner Fase kematian Waktu

K

erap

at

an

s

el


(30)

7

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera L.

Sebagian besar pohon kelapa dapat dimanfaatkan dalam industri. Kelapa merupakan tumbuhan yang memiliki nilai ekonomis tinggi, yaitu selain dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan minyak tradisional dan dalam industri kopra, serta batangnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Umumnya air kelapa kurang termanfaatkan dan biasanya hanya digunakan dalam pembuatan nata de coco (Setyamidjaja, 1984). Air kelapa banyak mengandung zat-zat yang bermanfaat bagi manusia, hewan, tumbuhan tingkat tinggi bahkan alga. Secara umum, air kelapa mengandung 4,7% total padatan, 2,6% gula, 0,55% protein, 0,74% lemak, serta 0,46% mineral (Tulecke et al.; Suryanto, 2009 dalam

Andriyanto, 2010). Jenis gula yang terkandung pada air kelapa adalah glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Komposisi nutrisi air kelapa yang lengkap tersebut dapat digunakan sebagai alternatif media pertumbuhan mikroalga. Air kelapa yang digunakan dalam penelitian berasal dari jenis Cocos nucifera varietas Dalam. Varietas tersebut umumnya dimanfaatkan pada industri kopra/minyak goreng. Hasil penelitian Patiori (1992) menyatakan bahwa air kelapa muda dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kelimpahan mikroalga Skelenotema costatum


(31)

8

pada konsentrasi 40% media budidaya. Komposisi nutrisi air kelapa dapat dilihat pada Lampiran 1.

.

Gambar 4. Jenis kelapa Varietas Dalam (Tall variety) Chan (2006)


(32)

1

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah kertas indikator pH (Merck), termometer, refraktometer, timbangan analitik, alat sentrifugasi, mikroskop cahaya, kamar hitung Improved Neubauer, alat cacah (counter), lampu TL 40 watt, timer, autoklaf, tabung sentrifugasi, instalasi aerasi alat-alat gelas (botol aquabidest bervolume 500 ml sebanyak 18 buah, labu erlenmeyer 1 lt, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, gelas obyek, gelas penutup, pengaduk gelas),

alumunium foil, kapas, kertas sampul coklat, karton hitam, botol sampel, rak, dan alat tulis.


(33)

2

2. Bahan–Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain: a. Kultur mikroalga Tetraselmis sp.

Mikroalga Tetraselmis sp. yang digunakan berasal dari koleksi kultur Laboratorium Plankton Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung (BBPBL).

b. Air kelapa

Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa segar yang berasal dari kelapa yang baru dipecah dan berumur 12 bulan tanpa mengalami penyimpanan. Jenis kelapa yang digunakan adalah dari jenis Cocos nucifera, varietas Dalam. c. Air laut steril

Air laut steril yang digunakan berasal dari BBPBL. Air kelapa tersebut selanjutnya disterilisasi kembali menggunakan autoklaf.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 6 perlakuan penambahan air kelapa yang berbeda yaitu : Perlakuan 0% : 0 ml air kelapa + 200 ml air laut

Perlakuan 1% : 2 ml air kelapa + 198 ml air laut Perlakuan 2% : 4 ml air kelapa + 196 ml air laut Perlakuan 3% : 6 ml air kelapa + 194 ml air laut


(34)

3

Perlakuan 4% : 8 ml air kelapa + 192 ml air laut Perlakuan 5% : 10 ml air kelapa + 190 ml air laut. Pada masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Penelitian ini dilakukan penempatan dan ulangan secara acak dengan menggunakan Model Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij

Keterangan : Yij = Data pengamatan kerapatan sel Tetraselmis sp. dengan penambahan media air kelapa pada media air laut ke-i, ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

τi = Pengaruh penambahan air kelapa ke-i

εij = Galat percobaan penambahan media air kelapa pada media air laut ke-i, ulangan ke-j

Untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan analisis ragam pada selang kepercayaan 95% dan akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selang kepercayaan 95%.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian disiapkan terlebih dahulu dan dibersihkan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari organisme lain. Seluruh peralatan gelas yang akan digunakan dalam penelitian dicuci, dikeringkan, dan dibungkus dengan kertas. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan autoklaf


(35)

4

pada suhu 121oC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Selang aerasi dan botol film dicuci hingga bersih lalu dikeringkan, kemudian disemprot dengan alkohol 70% dan dikeringkan kembali.

2. Pembuatan Media Air Kelapa

Air kelapa yang digunakan sebagai media pertumbuhan mikroalga berasal dari air kelapa segar yang baru dipecah dari jenis Cocos nucifera L varietas Dalam yang berumur 2 bulan. Pembuatan medium air kelapa dengan beberapa variasi konsentrasi tersebut dilakukan dengan cara menambahkan 10 ml (5%), 8 ml (4%), 6 ml (3%) dan 4 ml (2%), 2 ml (1%) masing-masing ke dalam sejumlah air laut steril hingga mencapai volume 200 ml.

3. Inokulasi sel-sel Tetraselmis sp.

Kultur Tetraselmis sp. sebanyak 20 ml (kerapatan  1.000.000 sel/ml) disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 2200 rpm untuk memisahkan biomassa Tetraselmis dari media. Endapan sel Tetraselmis diinokulasikan ke dalam masing-masing 200 ml botol aquabidest yang telah berisi media perlakuan, jumlah sel yang digunakan sebagai inokulum ± 100.000 sel/ml.

Kemudian botol aquabidest atau botol kultur secara acak diletakkan ke dalam rak kultur dan diberi pencahayaan dari 2 buah lampu TL masing-masing berkekuatan 40 watt dengan intensitas 3600-4000 lux. Lampu diletakkan sejajar di samping kiri dan kanan rak kultur berjarak 10-20 cm dari botol kultur dengan fotoperiodesitas 14 jam terang dan 10 jam gelap.


(36)

5

4. Sampling

Penghitungan jumlah sel dilakukan secara berkala setiap 24 jam sekali dimulai hari ke-0 (t0) hingga hari ke-10 (t10). Penghitungan jumlah sel dilakukan

dibawah mikroskop cahaya menggunakan kamar hitung Improved Neubauer. Data jumlah sel yang didapat selanjutnya digunakan untuk menghitung kerapatan sel. Kerapatan sel dalam 1 ml sampel dihitung dengan rumus :

K = n x p x 2500 Keterangan :

K = kerapatan sel Tetraselmis sp. (sel/ml)

n = jumlah total sel Tetraselmis sp. pada keempat kotak kamar hitung p = tingkat pengenceran yang digunakan.

Kecepatan pertumbuhan (k) mikroalga Tetraselmis sp. pada penelitian dihitung dengan menggunakan rumus berikut menurut Gotelli (1995) dalam

Andersen 2005 :

Keterangan:

k = Kecepatan pertumbuhan

Nt = Kepadatan populasi pada waktu t

N0 = Kepadatan populasi sel pada waktu 0

T0 = Waktu awal


(37)

6

Pengukuran faktor lingkungan ruang kultur meliputi suhu ruang (oC) dengan menggunakan thermometer ruang, serta nilai pH diukur setiap 24 jam sekali dengan menggunakan kertas indicator pH, sedangakan intensitas cahaya (lux) diukur dengan menggunakan luxmeter dan salinitas setiap perlakuan diukur menggunakan refraktometer, keduanya diukur pada awal dan akhir penelitian pada saat sebelum dilakukan penghitungan jumlah sel Tetraselmis sp.

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian berupa kerapatan sel dan kecepatan pertumbuhan, data kerapatan sel tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) program SPSS 13 (Triton, 2005). Apabila hasil uji antar perlakuan berbeda nyata maka akan dilakukan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT) dengan selang kepercayaan 95% (Pramesti, 2011).


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai bahan pengkaya media pertumbuhan mikroalga Tetraselmis sp. dengan konsentrasi optimum 5% dengan kerapatan tertinggi sebesar 54,75.104 sel/ml.

B.Saran

Saran yang diajukan yaitu inokulum awal dalam media kultur air kelapa dan air laut yang digunakan sebaiknya diatas 100.000 sel/ml.


(39)

1

DAFTAR PUSTAKA

Algae Resources Database.National Bioresource Project Image. 2011.http://www.shigen.nig.ac.jp/algae/imageListQueryAction.do.diakses 20 September 2011, pkl 13.00.

Andrianto, Dwi. 2010. Peningkatan Produksi Rumput Laut (Euchema cottoni) yang Direndam Dalam Air Kelapa Varietas Dalam (Cocos nucifer var.tall) Pada waktu dan Proposi Tertentu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Barlina, R. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan Pengolahannya. Balai penelitian tanaman kelapa dan palma lain. Manado.

Prespektif-vol. 3 (2) : 46 – 60. Dalam Andrianto, Dwi. 2010. Peningkatan Produksi Rumput Laut (Euchema cottoni) yang Direndam Dalam Air Kelapa Varietas Dalam (Cocos nucifer var.tall) Pada waktu dan Proposi Tertentu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

C.H. Bold, M.J. Wynne, Introduction of the algae structure and reproduction. 2nd ed. Prentice Hall Inc., London, 1985, p736.

da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil.

Dhole, B, S. 2002. Persyaratan Budidaya Fitoplankton : Panduan Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Lampung : Balai pengembangan Budidaya Laut Lampung.

Drop, R. M. 1962. Organic micronutrients. Dalam: Lewin, R. A. (ed.). 1962.

Physiology and Biochemistry of algae. Academic Press, New York: 141-159.

Fogg, G.E. & B. Thake. 1987. Algal cultures and Phytoplankton ecology. 3rd ed The Univercity of Wincosin Press, Wincosin.

Ghezelbash, F. Farboodnia, T. Heidari, R. 2008. Biochemical Effects of Different Salinities and Luminance on Green Microalgae Tetraselmis chuii. Urmia Univercity.Iran.


(40)

2

Gotelli, N.J. 1995. A Primer of Ecology. Dalam Andersen, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevi er Academic Press, New York.

H. Lorenzen, In: E. Zeuthen (Ed.), Synchrony in Cell Division and Growth, John Wiley & Sons, Inc., New York,1964.

Hasanah, Y, Pengaruh penambahan beberapa konsentrasi glukosa terhadap pertumbuhan Chlorella pyrenoidosa Chick pada medium air kelapa. Skripsi S1 FMIPA-UI Jurusan Biologi, Depok, 1997. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007.PengaruhKonsentrasi

Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus.

Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

Isnansetyo, A dan Kurniastuty.1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Yogyakarta : Kanisius.

Jean W. H. Yong, Liya Ge, Yan Fei Ng and Swee Ngin Tan. 2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water. Natural Sciences and Science Education Academic Group, Nanyang Technological University. Singapore.

Koening, M. L. et al. (1988), O vinhoto no cultivo de microalgas. Gayana Bot., 45 : (1/4), 253-263. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil.

Koening, M. L. et al. (1990). Cultivo em laboratório de Tetraselmis chuii e

Tetraselmis tetrathele (Chlorophyceae) com fertilizante orgânico.

Arquivos de Biologia e Tecnologia. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil.

Langroudi1, E. H, M. Kamali, B. Falahatkar. 2010. The independent effects of ferrous and phosphorus on growth and development of Tetraselmis suecica; an in vitro study.University of Guilan. Iran.

L.E. Graham, L.W. Wilcox, Algae, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000.

M. H. Wong, C. C. Lay, Enviromental Pollution Seri A 23 (1980). Dalam

Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9


(41)

3

Makridis, P., R.A. Costa and M.T. Dinis,2006. Microbial Conditions and antimicrobial activity in cultures of two microalgae species, Tetraselmis chuii and Chlorella minuttisimaand effect on bacterial load on enriched Artemia metanauplii Aquaculture.

Matjik, A. A. dan Sumertajaya, I.M. 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor.

Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Cetakan 14. Penebar Swadaya. Jakarta. N.W.S. Agustini, N.W.S. & D. Susilaningsinh., Pertumbuhan mikroalga

Scenedesmus sp. dalam limbah cair tahu dan tapioca. Prosiding Seminar Biologi XIV & Kongres Nasional Biologi XI, Jakarta, 1997, 281-287.

Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

NIES.2012.Tetraselmis sp-1429. National Bio Resource Project. National Institute for Environmental Studies. Dikutip dari : http://www.shigen.nig.ac.jp/algae/images/strainsimage/nies-1429.jpg. Pada tanggal 4 Januari 2012. Pukul 13.30 WIB.

Novrina, Renny. 2003. Teknik Kultur Nannocholoropsis sp Di Balai Budidaya Lampung. Universitas Lampung. Lampung.

Nurhaliati, N. 2001. Pengaruh Perbedaan Salinitas (15,18,21,24,27,30, dan 33 ppt) Terhadap Kepadatan Populasi Isochrysis galbhana klon Tahiti. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pantastico, J.B. 1989. Recent Trend and The Use Of Mikroalgae I Aquaculture

With Emphasis On Prawn Farming. Paper presented At Workshop On Biotechnology Of Marine Phytopankters In Shoutheast Asean Region, 10-23 September 1989. Ilo Ilo Philippines : 7 pp. Dalam Sutomo. 2005.

Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan C. gracilis di laboraturium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 31 : 43-58. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Pelczar, Chan dan Crieg. 1986. Mikrobiologi, Singapura. Mc Graw. Hill Book Pramesti, Getut.2011. Aplikasi SPSS dalam penelitian. Elex Media Komputido.

Jakarta.

Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007.PengaruhKonsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus.


(42)

4

Prihantini, N. B.P, D. Berta Putri & Ratna Yuniati. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal.

Universitas Indonesia. Depok.

Pujiastuti, Astri. 2010. Pengaruh Penggunaan Media yang Berbeda Terhadap Kemampuan Penyerapan Logam Berat Pb (Timbal) Oleh Tetraselmis sp. Skripsi fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Redjeki, S dan Asmin I. 1993. Mikroalga Sebagai Langkah Awal Budidaya Ikan

Laut. Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara-Serang. ProsidingSeminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Jakarta: Pusat Penelitian dan pengembangan Bioteknoilogi LIPI. Dalam Dauri, Ahmad. 2004. Kepadatan Populasi Tetraselmis chuii Pada Berbagai Tingkat Salinitas. STPSD. Bandar Lampung.

Reley, S.P. and Chester, R. 1971. Primary and Secondary Production in the Marine Enveronment : in Introduction to Marine Chemistry. London : Academic Press.

Ronquillo, J. D. Koening, Louis, Maria. de Macedo, Jose, Silvo. (1997), Culture of Tetraselmis tetrathele and its utilization in the hatchery production of different penaeid shrimps in Asia. Hydrobiologia, 358, 237-244. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil

S.F. Hadiwigeno, Cholik, F. Sukardi. 1995. Peranan Bioteknologi Mikroalga dalam Rangka Menunjang pengembangan Industri Perikanan. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Bogor. Dalam Prihantini, N. B.P, D. Berta Putri & Ratna Yuniati. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal.

Universitas Indonesia. Depok.

Safe’i.2007. Pengaruh Media yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tetraselmis

chuii Pada Skala Laboraturium. Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Bandar Lampung. Bandar Lampung.

Setyamidjaja. 1984. Kelapa. Balai pustaka. Jakarta.

Steenis, G. V. G. C. 1992. Flora, untuk sekolah di Indonesia cetakan ke-6. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sugara, C. 2009. Teknologi alternatif pemanfaatan limbah air kelapa dalam peningkatan kualitas budidaya rumput laut (euchema cottoni) di daerah endemic desa patas, kecamatan Gerokgak buleleng, Bali. Laporan PKM Universitas Brawijaya. Malang.


(43)

5

Suriawira,V. 1985. Pengantar Mikrobiologi. Kanisius. Yogyakarta.98-117 hal. Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan

Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan C. gracilis di laboraturium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 31 : 43-58. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. T.Chrismadha & Nofdianto., Pengaruh konsentrasi nutrien terhadap pertumbuhan

dan produktivitas Chlorella sp. pada kultur semikontinyu. LIMNOTEK 2(1) (1994) 33--43. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara,Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

T.D. Brock & M. T. Madigan. 1991. Biology of microorganism. 6th ed. Prentice Hall Inc., New Jersey, 1991, p893. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang

Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

T.M. Madigan & J.M. Martinko, J. Parker, Brock biology of micro organisms. 9th ed. Prentice-Hall Inc, New Jersey, 2000, p1011

Triton, P.B. 2005. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi, Jakarta : vii + 274 hlm.

Vigliar, Renata & Sdepanian, Vera, L & Neto, Ulies Fagundes. 2006. Biochemical profile of coconut water from coconut palms planted in an inland region. Departamento de Pediatria, UNIFESP, Sao Paulo, SP. Brasil.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air kelapa dapat digunakan sebagai bahan pengkaya media pertumbuhan mikroalga Tetraselmis sp. dengan konsentrasi optimum 5% dengan kerapatan tertinggi sebesar 54,75.104 sel/ml.

B.Saran

Saran yang diajukan yaitu inokulum awal dalam media kultur air kelapa dan air laut yang digunakan sebaiknya diatas 100.000 sel/ml.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Algae Resources Database.National Bioresource Project Image. 2011.http://www.shigen.nig.ac.jp/algae/imageListQueryAction.do.diakses 20 September 2011, pkl 13.00.

Andrianto, Dwi. 2010. Peningkatan Produksi Rumput Laut (Euchema cottoni) yang Direndam Dalam Air Kelapa Varietas Dalam (Cocos nucifer var.tall) Pada waktu dan Proposi Tertentu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Barlina, R. 2004. Potensi Buah Kelapa Muda Untuk Kesehatan dan Pengolahannya. Balai penelitian tanaman kelapa dan palma lain. Manado. Prespektif-vol. 3 (2) : 46 – 60. Dalam Andrianto, Dwi. 2010. Peningkatan Produksi Rumput Laut (Euchema cottoni) yang Direndam Dalam Air Kelapa Varietas Dalam (Cocos nucifer var.tall) Pada waktu dan Proposi Tertentu. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

C.H. Bold, M.J. Wynne, Introduction of the algae structure and reproduction. 2nd ed. Prentice Hall Inc., London, 1985, p736.

da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil.

Dhole, B, S. 2002. Persyaratan Budidaya Fitoplankton : Panduan Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Lampung : Balai pengembangan Budidaya Laut Lampung.

Drop, R. M. 1962. Organic micronutrients. Dalam: Lewin, R. A. (ed.). 1962. Physiology and Biochemistry of algae. Academic Press, New York: 141-159.

Fogg, G.E. & B. Thake. 1987. Algal cultures and Phytoplankton ecology. 3rd ed The Univercity of Wincosin Press, Wincosin.

Ghezelbash, F. Farboodnia, T. Heidari, R. 2008. Biochemical Effects of Different Salinities and Luminance on Green Microalgae Tetraselmis chuii. Urmia Univercity.Iran.


(3)

Gotelli, N.J. 1995. A Primer of Ecology. Dalam Andersen, R.A. 2005. Algal Culturing Technique. Elsevi er Academic Press, New York.

H. Lorenzen, In: E. Zeuthen (Ed.), Synchrony in Cell Division and Growth, John Wiley & Sons, Inc., New York,1964.

Hasanah, Y, Pengaruh penambahan beberapa konsentrasi glukosa terhadap pertumbuhan Chlorella pyrenoidosa Chick pada medium air kelapa. Skripsi S1 FMIPA-UI Jurusan Biologi, Depok, 1997. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. PengaruhKonsentrasi

Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

Isnansetyo, A dan Kurniastuty.1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton. Yogyakarta : Kanisius.

Jean W. H. Yong, Liya Ge, Yan Fei Ng and Swee Ngin Tan. 2009. The Chemical Composition and Biological Properties of Coconut (Cocos nucifera L.) Water. Natural Sciences and Science Education Academic Group, Nanyang Technological University. Singapore.

Koening, M. L. et al. (1988), O vinhoto no cultivo de microalgas. Gayana Bot., 45 : (1/4), 253-263. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil. Koening, M. L. et al. (1990). Cultivo em laboratório de Tetraselmis chuii e

Tetraselmis tetrathele (Chlorophyceae) com fertilizante orgânico. Arquivos de Biologia e Tecnologia. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil.

Langroudi1, E. H, M. Kamali, B. Falahatkar. 2010. The independent effects of ferrous and phosphorus on growth and development of Tetraselmis suecica; an in vitro study. University of Guilan. Iran.

L.E. Graham, L.W. Wilcox, Algae, Prentice Hall, Inc., New Jersey, 2000.

M. H. Wong, C. C. Lay, Enviromental Pollution Seri A 23 (1980). Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh

Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan


(4)

Makridis, P., R.A. Costa and M.T. Dinis,2006. Microbial Conditions and antimicrobial activity in cultures of two microalgae species, Tetraselmis chuii and Chlorella minuttisimaand effect on bacterial load on enriched Artemia metanauplii Aquaculture.

Matjik, A. A. dan Sumertajaya, I.M. 2002. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor.

Mujiman, Ahmad. 1984. Makanan Ikan. Cetakan 14. Penebar Swadaya. Jakarta. N.W.S. Agustini, N.W.S. & D. Susilaningsinh., Pertumbuhan mikroalga

Scenedesmus sp. dalam limbah cair tahu dan tapioca. Prosiding Seminar Biologi XIV & Kongres Nasional Biologi XI, Jakarta, 1997, 281-287. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh

Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan

Scenedesmus. Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

NIES.2012.Tetraselmis sp-1429. National Bio Resource Project. National Institute

for Environmental Studies. Dikutip dari :

http://www.shigen.nig.ac.jp/algae/images/strainsimage/nies-1429.jpg. Pada tanggal 4 Januari 2012. Pukul 13.30 WIB.

Novrina, Renny. 2003. Teknik Kultur Nannocholoropsis sp Di Balai Budidaya Lampung. Universitas Lampung. Lampung.

Nurhaliati, N. 2001. Pengaruh Perbedaan Salinitas (15,18,21,24,27,30, dan 33 ppt) Terhadap Kepadatan Populasi Isochrysis galbhana klon Tahiti. Bogor. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pantastico, J.B. 1989. Recent Trend and The Use Of Mikroalgae I Aquaculture

With Emphasis On Prawn Farming. Paper presented At Workshop On Biotechnology Of Marine Phytopankters In Shoutheast Asean Region, 10-23 September 1989. Ilo Ilo Philippines : 7 pp. Dalam Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan C. gracilis di laboraturium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 31 : 43-58. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Pelczar, Chan dan Crieg. 1986. Mikrobiologi, Singapura. Mc Graw. Hill Book Pramesti, Getut.2011. Aplikasi SPSS dalam penelitian. Elex Media Komputido.

Jakarta.

Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. PengaruhKonsentrasi

Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9


(5)

Prihantini, N. B.P, D. Berta Putri & Ratna Yuniati. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal. Universitas Indonesia. Depok.

Pujiastuti, Astri. 2010. Pengaruh Penggunaan Media yang Berbeda Terhadap Kemampuan Penyerapan Logam Berat Pb (Timbal) Oleh Tetraselmis sp. Skripsi fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Redjeki, S dan Asmin I. 1993. Mikroalga Sebagai Langkah Awal Budidaya Ikan

Laut. Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegara-Serang. ProsidingSeminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Jakarta: Pusat Penelitian dan pengembangan Bioteknoilogi LIPI. Dalam Dauri, Ahmad. 2004. Kepadatan Populasi Tetraselmis chuii Pada Berbagai Tingkat Salinitas. STPSD. Bandar Lampung.

Reley, S.P. and Chester, R. 1971. Primary and Secondary Production in the Marine Enveronment : in Introduction to Marine Chemistry. London : Academic Press.

Ronquillo, J. D. Koening, Louis, Maria. de Macedo, Jose, Silvo. (1997), Culture of Tetraselmis tetrathele and its utilization in the hatchery production of different penaeid shrimps in Asia. Hydrobiologia, 358, 237-244. Dalam da Costa, M. R. A. A. & Marisa, L. K & Silvio, J. D. M. 2004. Urban Secondary Sewage: an Alternative Medium for the Culture of Tetraselmis chuii (Prasinophyceae) and Dunaliella viridis (Chlorophyceae). Brazilian Archives Of Biology And Technology. Brazil

S.F. Hadiwigeno, Cholik, F. Sukardi. 1995. Peranan Bioteknologi Mikroalga dalam Rangka Menunjang pengembangan Industri Perikanan. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi Mikroalga. Bogor. Dalam Prihantini, N. B.P, D. Berta Putri & Ratna Yuniati. 2005. Pertumbuhan Chlorella spp. Dalam Medium Ekstrak Tauge (MET) dengan Variasi pH Awal. Universitas Indonesia. Depok.

Safe’i.2007. Pengaruh Media yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tetraselmis

chuii Pada Skala Laboraturium. Sekolah Tinggi Pertanian Surya Dharma Bandar Lampung. Bandar Lampung.

Setyamidjaja. 1984. Kelapa. Balai pustaka. Jakarta.

Steenis, G. V. G. C. 1992. Flora, untuk sekolah di Indonesia cetakan ke-6. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sugara, C. 2009. Teknologi alternatif pemanfaatan limbah air kelapa dalam peningkatan kualitas budidaya rumput laut (euchema cottoni) di daerah endemic desa patas, kecamatan Gerokgak buleleng, Bali. Laporan PKM Universitas Brawijaya. Malang.


(6)

Suriawira,V. 1985. Pengantar Mikrobiologi. Kanisius. Yogyakarta.98-117 hal. Sutomo. 2005. Kultur Tiga Jenis Mikroalga (Tetraselmis sp., Chlorella sp. dan

Chaetoceros gracilis) dan Pengaruh Kepadatan Awal terhadap Pertumbuhan C. gracilis di laboraturium. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia No. 31 : 43-58. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. T.Chrismadha & Nofdianto., Pengaruh konsentrasi nutrien terhadap pertumbuhan

dan produktivitas Chlorella sp. pada kultur semikontinyu. LIMNOTEK 2(1) (1994) 33--43. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang Makara,Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

T.D. Brock & M. T. Madigan. 1991. Biology of microorganism. 6th ed. Prentice Hall Inc., New Jersey, 1991, p893. Dalam Prihantini, N. B. D. Damayanti, & Ratna Yuniati. 2007. Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak Tauge

(MET) Terhadap Pertumbuhan Scenedesmus. Isolat Subang

Makara, Sains, Vol. 11, No. 1: 1-9

T.M. Madigan & J.M. Martinko, J. Parker, Brock biology of micro organisms. 9th ed. Prentice-Hall Inc, New Jersey, 2000, p1011

Triton, P.B. 2005. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Penerbit Andi, Jakarta : vii + 274 hlm.

Vigliar, Renata & Sdepanian, Vera, L & Neto, Ulies Fagundes. 2006. Biochemical profile of coconut water from coconut palms planted in an inland region. Departamento de Pediatria, UNIFESP, Sao Paulo, SP. Brasil.