PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) TERHADAP SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA (Studi Analisis Putusan Nomor: 0224Pdt.G2010PA.Amb) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy)

  

PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) TERHADAP

SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA

AMBARAWA (Studi Analisis Putusan Nomor:

0224/Pdt.G/2010/PA.Amb)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Syari’ah (S.Sy)

  

Oleh :

AGUNG WINDIARTO

NIM : 21208016

  

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDI AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  

MOTTO

اَوُهٌِْه َّثَبَو اَهَجْوَس اَهٌِْه َقَلَخَو ٍةَدِحاَو ٍسْفًَ ْيِّه نُكَقَلَخ يِذَّلا ُنُكَّبَر اىُقَّتا ُساٌَّلا اَهُّيَأاَي

اًبيِقَر ْنُكْيَلَع َىاَك َالله َّىِإ َماَحْرَلأْاَو ِهِب َىىُلَءآَسَت يِذَّلا َالله اىُقَّتاَو ًءآَسًَِو اًزيِثَك ًلااَجِر .

  “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan

  

kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada

keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.

  

Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu

saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim.

  Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu .” (An-Nisa`: 1).

  PERSEMBAHAN Dengan segala kebahagiaan dan kerendahan hati, penulis persembahkan skripsi ini untuk :

  Bapak dan Ibu tercinta Selaku orang tua penulis Suyono dan Sri Wahyuni (alm) dengan ketulusan selalu memberikan kasih sayang, curahan do’a semangat dan motivasi kepada penulis

  Isteriku dan anaku Ernawati dan Zaki Aditya Pratama

  Yang selalu memberikan warna dan support dalam keadaan apapun

KATA PENGANTAR

  ميحرلا نمحرلا الله مسب

يلعلا للهاب لاا ةوقلاو لوحلا ني دلاو اين دلاروما ىلع نيعتسن هب و نيملاعلا بر لله دمحلا

لص مهللا هلوسرو هدبع ادمحم نا دهشاو هل كيرشلا هدحو اللهلاا هلالا نا دهشا ميظعلا .

  دعب اما نيعمجا هباحصاو هلا ىلعو دمحم ان ديس ىلع كرابو ملسو Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan taufiq serta hidayah-Nya, tak lupa shalawat serta salam saya sampaikan kepada

  

Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan yang gelap menuju ke jalan

yang terang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Pelaksanaan

Putusan (Eksekusi) Terhadap Sengketa Harta Bersama Di Pengadilan Agama Ambarawa

  (Studi Analisis Putusan Nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb )”.

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Jurusan Syari’ah, Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai bila tanpa bantuan dari berbagai pihak

yang telah berkenan meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk

yang berharga demi terselesainya skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis

menghaturkan terima kasih kepada:

  

viii

1. Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Dra. Siti Zumrotun selaku Dekan Fakultas Syari’ah Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  3. Bapak Sukron Ma’mun, S.HI.,M.Si selaku Kepala Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyyah (AHS) Institu Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi.

  

4. Bapak Farkhani, SH.MH selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan

dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

5. Bapak Drs. Masthur Huda selaku Ketua Pengadilan Agama Ambarawa yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian dan seluruh pegawai, karyawan dan karyawati Pengadilan Agama Ambarawa yang telah membantu selama kegiatan penelitian di Pengadilan Agama Ambarawa.

  

6. Ayahanda Suyono, Ibunda Sri Wahyuni (al marhumah) dan istri tercinta yang telah

banyak memberi bantuan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  

7. Teman-teman semuanya yang telah bersedia memberikan kritik, saran dan

dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

  Semoga amal kebaikannya mendapatkan imbalan setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk

itu diharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat khususnya bagi almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Amiiin yaa rabbal ‘alamiin.

  Salatiga, 15 September 2015 penulis, Agung Windiarto

  

ABSTRAK

Windiarto, Agung. 2015. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Sengketa Harta Bersama di

  Pengadilan Agama Ambarawa (Studi Analisis Putusan Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb). Skripsi. Fakultas Syari’ah. Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:

  Farkhani, SH., MH.

  Kata Kunci: putusan, eksekusi, sengketa harta bersama Putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap sebagai hasil akhir atas

pemeriksaan perkara sengketa, wajib ditaati oleh pihak-pihak yang bersengketa secara

sukarela. Apabila sebuah putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap tidak

dijalankan secara sukarela oleh para pihak yang bersengketa, maka pengadilan yang

mengeluarkan putusan tersebut dapat menjalankan eksekusi. Pada tanggal 10

Nopember 2010 Pengadilan Agama Ambarawa telah mengeluarkan putusan atas

pemeriksaan perkara perceraian dengan nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb. Di dalam

amar putusan tersebut menghukum pihak-pihak yang bersengketa untuk mentaati isi

perjanjian perdamaian tentang persengketaan harta bersama yang telah disepakati

kedua belah pihak sebelum dikeluarkannya putusan itu dan kepada perjanjian

perdamaian tersebut dijalankan eksekusi. Dengan penelitian ini, peneliti berupaya

mencari jawaban atas dua pertanyaan utama yang menjadi rumusan masalah.

Pertanyaan pertama adalah apa yang menjadi dasar ketua Pengadilan Agama Ambarawa

dalam menjalankan eksekusi terhadap sengketa harta bersama setelah adanya

kesepakatan perdamaian tentang pembagian harta bersama antara pihak I dan pihak II,

pertanyaan yang kedua apa yang menjadi keabsahan berita acara eksekusi tanpa tanda

tangan salah satu pihak.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif yuridis yang memfokuskan penelitian mendalam pada objek studi yakni

putusan nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb dan berita acara pelaksanaan putusan

(eksekusi). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yakni suatu

analisis untuk mengetahui apakah eksekusi tersebut sudah sesuai dengan undang-

undang dan peraturan lain yang berlaku.

  Hasil yang didapat dari penelitian ini ketika melihat kasus yang terjadi, dengan

disertai teori tentang harta bersama dan eksekusi, dalam putusan tersebut, penulis menilai dalam putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap telah terkandung wujud hubungan hukum yang tetap dan pasti antara pihak yang berperkara. Dasar Ketua Pengadilan Agama dalam pelaksanaan putusan (eksekusi) perkara nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb, yaitu: Putusan yang telah berkekuatan hukum tetap yang diatur dalam pasal 195 HIR tau pasal 206 R.Bg Putusan tidak dijalankan dengan sukarela oleh Termohon, Adanya pengajuan permohonan Pemohon eksekusi secara tertulis yang disampaikan kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa; Ketidakhadiran Termohon tanpa alasan dianggap tindakan keingkaran memenuhi panggilan. Hal ini menurut pasal 197 ayat 1 HIR atau pasal 208 ayat 1 R.Bb, secara ex officio Ketua Pengadilan Agama dapat langsung mengeluarkan surat perintah eksekusi.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i …………………………………………………….

  HALAMAN LOGO IAIN SALATIGA ........... ii ………………………….

  

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN iv …………………………. v

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………….. vi

  HALAMAN MOTTO ……......…………………………………………. PERSEMBAHAN vii ……………………………………………………….

  KATA PENGANTAR viii …………………………………………………..

  ABSTRAK ix ……….………………………………………………………

  

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah …………………………………........

  B. Rumusan Masalah 6 …………………………………………….

  C. Tujuan Penelitian.

  7 ……………………………………………..

  D. Tinjauan Pustaka 7 …....................…………………………........

  E. Manfaat Penelitian 8 …………………………………………….

  F. Kerangka Teori 9

……………………………………………….

  G. Metodologi Penelitian 10 ……………………………………......

  H.

  14 Sistematika Penulisan …………………………………….......

  BAB II HARTA BERSAMA, PUTUSAN, EKSEKUSI DAN PELAKSANAAN EKSEKUSI A.

  16 Harta Bersama………………………………………………… B.

  22 Putusan …………. …......................................................….......

  C.

  29 Eksekusi.. …………. ….............................................................

  D.

  30 Pelaksanaan Eksekusi.. …………. …........................................

  BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA NOMOR PERKARA 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb A. Profil Pengadilan Agama Ambarawa...........................................

  37 B. Kewenangan Pengadilan Agama

  44 Ambarawa ……………..........

  C. Administrasi Berperkara di Pengadilan Agama Ambarawa....................................................................................

  51 D. Putusan Perkara Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

  54 ….............

  BAB IV ANALISA PELAKSANAAN PUTUSAN SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA NOMOR PERKARA 0224/PDT.G/2010/ PA.AMB A. Analisa Putusan Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb

  74 …………

B. Analisa Keabsahan Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Nomor Perkara

  77 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb……………………………..

BAB V PENUTUP A

  82 Kesimpulan ………………………………………………........... B

  84 Saran …………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 1 tahun 1974

  menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Kerjasama yang baik antara suami dan isteri dalam hal menjalankan hak dan kewajiban masing-masing pihak sangat diperlukan dalam mewujudkan tujuan dari suatu perkawinan. Hak adalah sesuatu yang seharusnya diterima seseorang setelah ia memenuhi kewajibanya, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang seharusnya dilaksanakan oleh seseorang untuk mendapatkan hak. Suami isteri wajib saling setia dan mencintai, hormat menghormati, dan saling memberi bantuan secara lahir dan batin. Suami wajib melindungi dan memenuhi keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Demikian pula halnya dengan seorang isteri, wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

  Perkawinan mempunyai akibat hukum tidak hanya terhadap diri pribadi mereka tetapi lebih dari itu mempunyai akibat hukum terhadap harta suami isteri. Hubungan hukum kekeluargaan dan hubungan hukum kekayaan terjalin dengan erat sehingga keduanya dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan. Hubungan hukum kekeluargaan menentukan hubungan hukum kekayaannya dan hukum harta perkawinan tidak lain merupakan hukum kekayaan keluarga (Satrio. 1991: hlm. 5).

  Setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami atau isteri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh sebelum melakukan akad perkawinan. Suami atau isteri yang telah melakukan perkawinan mempunyai harta yang diperoleh selama perkawinan disebut harta bersama.

  Meskipun harta bersama tersebut hanya suami yang bekerja dengan berbagai usahanya sedangkan isteri berada dirumah dengan tidak mencari nafkah melainkan hanya mengurus rumah tangga dan anak-anaknya (Ramulyo, 1999: hlm. 231-232). Suami maupun isteri mempunyai hak untuk mempergunakan harta bersama yang telah diperolehnya tersebut selagi untuk kepentingan rumah tangganya tentunya dengan persetujuan kedua belah pihak. Dan ini berbeda dengan harta bawaan dalam penggunaannya tanpa harus ada persetujuan dari keduanya atau masing- masing berhak mempergunakannya sepanjang para pihak tidak menentukan lain, sebagaimana yang diatur dalam UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pasal 35.

  Dalam hukum Islam tentang harta bersama suami isteri terdapat dalam surat An Nisa ayat 32 yang berbunyi :

  

            

   ฀          

  Atinya : “. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu” (Departemen Agama, 1989: hlm 122. ).

  Perceraian merupakan peristiwa hukum yang menimbulkan serangkaian akibat-akibat hukum, salah satunya adalah adanya pembagian harta kekayaan bersama yang diperoleh selama perkawinan . Pembagian harta kekayaan bersama itu dapat dilakukan secara kekeluargaan atau melalui Pengadilan Agama yang mengeluarkan putusan perceraian tersebut.

  Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang No. 14/1970 pasal 2 bahwa Pengadilan Agama mempunyai tugas menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya.

  Pembagian harta bersama menurut pasal 37 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak ditetapkan secara tegas berapa bagian masing-masing suami atau istri yang bercerai baik cerai hidup maupun cerai mati. Harta bersama ada pada saat perkawinan berlangsung sedangkan harta bawaan diperoleh sebelum berlangsungnya perkawinan. Dalam keluarga banyak yang tidak mencatat tentang harta bersama yang mereka miliki. Pada perkawinan yang masih baru pemisahan harta bawaan dan harta bersama itu masih nampak, akan tetapi pada usia perkawinan yang sudah tua harta bawaan maupun harta bersama itu sudah sulit untuk dijelaskan secara terperinci satu persatu.

  Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan di Indonesia juga berlaku Kompilasi Hukum Islam, yang berkaitan dengan pembagian harta bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 96 dan 97 Kompilsai Hukum Islam tersebut, yang menyebutkan bahwa pembagian harta bersama baik cerai hidup maupun cerai mati ini, masing-masing mendapatkan setengah dari harta bersama tersebut. Selengkapnya pasal 96 Kompilasi Hukum Islam berbunyi: 1)

  Apabila terjadi cerai mati, maka separo harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama.

  2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau mati secara hukum atas dasar keputusan Pengadilan Agama.

  Sedangkan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam Menyatakan: ”janda atau duda yang cerai hidup masing-masing separo berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan”. Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa, pembagian harta bersama karena cerai hidup dapat dilakukan secara langsung antara bekas istri dan suami dengan pembagian masing-masing separo bagian (Abdurahman, 1992: hlm. 136-137).

  Pada tahun 2010 terdapat kasus mengenai sengketa harta bersama dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama Ambarawa dengan Nomor

  Hasilnya adalah permohonan cerai dikabulkan dan pembagian harta bersama dikabulkan, pada tanggal 27 Oktober 2010 pihak pertama dan pihak kedua telah sepakat mengadakan perjanjian perdamaian yang berisi pasal-pasal dibawah ini : a.

  Pasal 1, bahwa berdasarkan Permohonan Perceraian yang diajukan pihak (1)/ pertama/pemohon; M. Chariri, SE di Pengadilan Agama Ambarawa nomor perkara. 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb, Pihak (1) dan pihak (2) sepakat bercerai.

  b.

Pasal 3, bahwa pihak 1 (satu)/Pemohon :

  1) Tanah dan bangunan, “Rumah kediaman bersama” Terletak di

  Kel. Leyangan, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang, sertifikat

  

2

HM no. 1012/luas 413 .

  2) Tanah dan bangunan yang diperuntukkan dealer motor “TUNAS AGUNG MOTOR” Terletak di Kel. Leyangan, Kec.

  Ungaran Timur, Kab. Semarang, sertifikat HM no. 1579/luas

  2 264 .

  3) Tanah di Leyangan, Kec. Ungaran Timur, Kab. Semarang,

  2

  sertifikat HM no. 1537/luas 148 , yang dirinci menjadi;

  2 (1) , atau senilai Rp.

  Untuk jalan tol seluas 924 288.000.000,- (dua ratus delapan puluh delapan juta rupiah). Dana tersebut berada di bank Mandiri Cabpem.

  Undip Tembalang.,an. M. Chariri, SE

  2

  (3) Honda CS 1 Hitam Lis Merah th 2008 H 2712

  (4) Usaha dealer motor “TUNAS AGUNG MOTOR” di Jl.

  Pabongan Jetis Leyangan (5) 1 TV merk Sharp 21 Inc. Dengan adanya Surat Perjanjian Kesepakatan Perdamaian kedua belah pihak sudah mendapatkan bagiannya masing-masing. Perjanjian

  Kesepakatan Perdamaian tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap diantara pihak yang membuatnya dan mengikat para pihak yang membuat sebagai undang-undang. Tetapi dalam perkara sengketa harta bersama ini, mengapa masih ada pelaksanaan eksekusi yang seharusnya tidak dijalankan.

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik menyusun skripsi dengan judul: PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) TERHADAP SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA (Studi Analisis Putusan Nomor 0224/Pdt.G/2010/PA. Amb).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan peneliti yang muncul yaitu, Apa yang menjadi dasar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa dalam menjalankan eksekusi terhadap sengketa harta bersama setelah adanya kesepakatan perdamaian harta bersama antara pihak I dan pihak II di Pengadilan Agama Ambarawa perkara nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb ? apa yang menjadi keabsahan berita acara eksekusi tanpa tanda tangan salah satu pihak?

  C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan pokok masalah yang dirumuskan didepan, peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut : (1)

  Untuk mengetahui dasar Ketua Pengadilan Agama Ambarawa dalam menjalankan eksekusi terhadap sengketa harta bersama setelah adanya kesepakatan perdamaian harta bersama di Pengadilan Agama Ambarawa nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb .

  (2) Untuk mengetahui keabsahan berita acara eksekusi tanpa tanda tangan dari salah satu pihak.

  D. Tinjaun Pustaka

  Dalam skripsi Siti Nafsiah, 2007,

  “Pembagian Harta Bersama Istri Menurut Fikih dan perundang-undangan di Indonesia (Studi kasus di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2000 dan 2004) , dibahas mengenai

  pembagian harta bersama menurut Fiqh dan Perundang-undangan di Indonesia serta apa pembagian harta bersama di pengadilan agama Salatiga sudah sesuai dengan Fiqh dan Perundang-undangan di Indonesia.

  Dalam karya di atas hanya membahas tentang pembagian harta bersama menurut fiqh dan perundang-undangan Indonesia, peneltian ini berbeda dengan peneltian sebelumnya karena akan membahas pelaksanakan putusan (Eksekusi) terhadap harta bersama setelah adanya

  E. Manfaat Penelitian

  Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat dilakukanya penelitian ini diharapkan: 1)

  Dapat menjadi tambahan informasi masyarakat terhadap kasus serupa, diharapkan pula dapat menjadi penyeimbang antara ketentuan dalam hukum yang sedang berlaku di Inonesia dengan kebutuhan dalam masyarakat sehubungan dengan pelaksanaan eksekusi terhadap harta bersama yang dipersengketakan dalam permohonan harta bersama dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama sehingga tidak menjadi kerancuan dalam pelaksanaan beracara.

  2) Dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap pengembangan putusan hakim menjadi suatu ketentuan yang bersifat umum sehingga dapat dijadikan acuan bagi kasus serupa sehingga kendala yang kerap muncul dalam proses pelaksanaan eksekusi terhadap harta bersama yang dipesengketakakan dalam permohonan harta bersama dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama dapat diantisipasi.

  3) Untuk memenuhi tugas dan persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan (S1) dalam bidang ilmu syari’ah.

  F. Kerangka Teori

  Beberapa teori yang digunakan dalam rangka penelitian sebagai

  1) Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 bab VII tentang harta benda dalam perkawinan yang terdiri dari 3 (tiga) pasal yaitu:

  Pasal 35 ayat 1 : Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Pasal 36 ayat 1 : Mengenai harta bersama suami atau isteri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. Pasal 37 : Bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing.

  2) Harta bersama

  Adalah harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan diluar hadiah atau warisan, maksudnya adalah harta yang di dapat atau usaha mereka sendiri selama masa ikatan perkawinan. 3)

  Perjanjian Kesepakatan Perdamaian perdamaian Adalah Perjanjian Kesepakatan Perdamaian yang berisi hasil musyawarah antara para pihak dalam sengketa kebendaan untuk mengakhiri sengket. 4)

  Eksekusi Adalah pelaksanaan suatu putusan pengadilan karena pihak termohon tidak mau melaksanakan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, meskipun pengadilan telah memperingatkan pihak termohon agar putusan yang telah berkekuatan hukum tetap itu supaya dilaksanakan oleh termohon secara sukarela sebagaimana

  Terdapat indikasi bahwa setelah putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap dan tidak dilaksanakan sita terhadap barang- barang yang disengketakan. Terdapat indikasi bahwa tidak dilaksanakanya dengan sukarela atas putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

  Dengan pemikiran di atas, penilitian ini dapat menyimpulkan analisis pelaksanaan putusan (eksekusi) terhadap sengketa harta bersama oleh Pengadilan Agama Ambarawa nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

G. Metode Penelitian

  Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan metode penelitian yang diantaranya adalah:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian a. Pendekatan

  Penelitian ini berdasarkan pada penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian hukum normatif (yuridis normatif) yaitu metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Dalam penelitian ini yang akan dicari terkait dengan pelaksanaan eksekusi harta bersama nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

b. Jenis Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang secara mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan tentang pelaksanaan putusan (eksekusi) terhadap sengketa harta bersama di Pengadilan Agama Ambarawa nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian ini dilakukan oleh penulis di Pengadilan Agama Ambarawa Jl. Mgr. Sogijopranoto No. 105, Ambarawa. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Pengadilan Agama Ambarawa yang dalam tugas pokoknya menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya, termasuk di dalamnya eksekusi sengketa harta bersama di Pengadilan Agama nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

  3. Sumber Data

  Sumber data adalah subyek hokum dimana data diperoleh. Sumber data dibagi menjadi dua, yaitu: a.

  Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti. Sumber primer dalam penelitian ini adalah putusan nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb tentang pelaksananaan putusan (eksekusi) terhadap sengketa harta bersama. Putusan ini penulis peroleh langsung dari Pengadilan Agama Ambarawa.

  Data sekunder merupakan data yang dapat menunjang, yang diperoleh dari hasil wawancara kepada hakim dan panitera Pengadilan Agama Ambarawa yang menangani kasus tersebut. Data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitianya, bisa berwujud data dokumentasi/data laporan yang tersedia. Data sekunder yang penulis gunakan dalam skripsi ini diantaranya adalah: 1)

  Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama 2)

  Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama yang diterbitkan oleh Pustaka Pelajar 3)

  Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI Direktorat jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

  4) Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah yang diterbitkan oleh Sinar Grafik.

4. Prosedur Pengumpulan Data

  Prosedur pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang diperlukan, relevan serta dapat memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti baik penelitian pustaka ataupun penelitian lapangan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metodologi penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung secara aktif ke lapangan. Prosedur penelitiannya meliputi:

a. Wawancara

  Wawancara adalah tanya jawab secara lisan terhadap informan dengan berhadapan secara langsung. Wawancara dilakukan peneliti kepada Ketua Pengadilan Agama Ambarawa dan Panitera Pengganti pada Pengadilan Agama Ambarawa.

  b.

  Dokumentasi Dokumentasi diperlukan karena sumber data tidak hanya mengenai tempat dan orang, tetapi juga arsip-arsip dan dokumen.

  Oleh karena itu penulis menggunakan metode dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal variabel b erupa tulisan dan buku- buku yang relevan denga tema penulisan skripsi ini. Dokumentasi utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar putusan PA. Ambarawa nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

5. Analisis Data

  Yang dimaksud dengan analisis data yaitu suatu cara yang dipakai untuk menganalisa, mempelajari serta mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkret tentang permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini berpikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian ditarik pada persoalan yang berkaitan dengan penelitian (Nawawi, 1990: hlm. 63). Metode ini digunakan dalam rangka mengetahui bagaimana penerapan kaidah-kaidah normatif dan yuridis dalam perkara permohonan perceraian.

6. Tahap-tahap Penelitian

  Setelah peneliti menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis melakukan penelitian pendahuluan ke Pengadilan Agama Ambarawa guna mendapatkan data awal dengan bertanya kepada Panitera dan Ketua Pengadilan Agama sehingga menghasilkan sebuah catatan-catatan, kemudian mencari permasalahan yang ada. Dari data awal dan pokok masalah yang sudah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data untuk selanjutnya dilakukan proses penyusunan laporan penelitian berupa skripsi.

H. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini perlu adanya sistematika penulisan sehingga dapat diketahui secara jelas kerangka garis besar dari isi skripsi yang ditulis.

  BAB I : PENDAHULUAN berisi tentang pedoman dari penulisan skripsi secara keseluruhan. Dalam bab ini diuraikan persoalan yang berhubungan dengan pembuatan skripsi yaitu latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritik, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

  BAB II : KAJIAN PUSTAKA berisi tentang kajian umum tentang harta bersama, putusan dan pelaksanaan putusan (eksekusi) dalam sengketa harta bersama.

  BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN berisi tentang sejarah Pengadilan Ambarawa, kedudukan dan kewenangan Pengadilan Agama Ambarawa, struktur Pengadilan Ambarawa, putusan perkara nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb dan Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) terhadap sengketa harta bersama nomor: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb.

  BAB IV : ANALISIS PUTUSAN PELAKSANAAN PUTUSAN (EKSEKUSI) TERHADAP SENGKETA HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA AMBARAWA NOMOR: 0224/Pdt.G/2010/PA.Amb berisi tentang analisis dasar pelaksanaan Putusan Ketua Pengadilan Agama Terhadap Pelaksanaan Putusan (Eksekusi) Sengketa Harta bersama setelah adanya perdamaian harta bersama di Pengadilan Agama Ambarawa.

  BAB V : PENUTUP berisi tentang kesimpulan dan saran merupakan bab terakhir yang menyimpulkan isi skripsi disertai saran-saran dari hasil penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA HARTA BERSAMA, PUTUSAN DAN EKSEKUSI 1. Pengertian Harta Bersama Dari segi bahasa, harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya)

  yang menjadi kekayaan (Depdikbad, 1989 hal 199). Sedangkan yang dimaksud harta bersama yaitu harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan di luar hadiah atau warisan, maksudnya adalah harta yang didapat atau usaha mereka sendiri selama masa ikatan perkawinan (Rofiq, 1995 hal 200).

  Harta bersama dibagi dengan seimbang antara mantan suami dan mantan isteri. Apabila tidak ada perjanjian perkawinan mengenai pisah harta dilakukan oleh pasangan suami isteri yang dilakukan sebelum dan sesudah berlangsungnya akad nikah. Adapaun harta bersama pada dasarnya terdiri dari : a.

  Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan berlangsung b.

  Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri dan; c.

  Harta yang diperoleh sebagai hadiah/pemberian atau warisan apabila ditentukan demikian. Sedangkan yang tidak termasuk dalam harta bersama antara lain : a.

  Harta bawaan yang dari masing-masing suami dan isteri b.

  Hibah c. Harta warisan

  Pembentukan hukum keluarga secara umum dipengaruhi dan terdapatnya unsur antara 3 (tiga) sistem hukum, yaitu Hukum Islam , Hukum Barat dan Hukum Adat. Dasar hukum tentang harta bersama dalam hukum Islam dapat ditelusuri melalui undang-undang dan peraturan berikut : a.

  Undang-undang Perkawinan (UU No. 1 Tahun 1974) Masalah harta bersama diatur dalam pasal 35 sampai dengan

  pasal 37, secara garis besar menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama, sedangkan harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain. (Ali, 2006:56). Hal ini dapat diartikan bahwa ketika terjadi perceraian, harta bersama yang diperoleh oleh pasangan suami isteri selama dalam perkawinan dapat diatur dengan menggunakan aturan yang berbeda-beda tergantung pada variasi hukum adat. Pasal-pasal tersebut diatas disusun berdasarkan pada nilai-nilai umumnya yang

  1) Masing-masing pihak dalam perkawinan memiliki hak untuk mengambil keputusan terhadap harta yang mereka peroleh sebelum nikah, dan

  2) Dengan ikatan perkawinan, isteri maupun suami memiliki posisi yang setara dengan kekayaan keluarga terlepas pihak mana yang sebenarnya mengusahakan asset tersebut.

  Dalam pasal 37 UU No, 1 Tahun 1974 mengenai perkawinan menentukan bahwa bila perkawinan putus karena perceraian, harta bersama diatur menurut hukumnya masing-masing. Yang dimaksud dengan hukumnya masing-masing adalah hukum agama, hukum adat, dan hukum lainya.

  b.

  Kompilasi Hukum Islam (KHI)

  Pasal 85 menyebutkan bahwa adanya harta bersama dalam perkawinan itu tidak menutup kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami atau isteri. Pasal ini sudah menyebutkan adanya harta bersama dalam perkawinan.

  Kompilasi Hukum Islam mendukung adanya persatuan harta perkawinan (harta bersama). Meskipun sudah bersatu tidak menuntut kemungkinan adanya sejumlah harta milik masing-masing pasangan baik suami maupun isteri. Kompilasi Hukum Islam mengatur masalah harta bersama dalam perkawinan sebagaimana diatur dalam pasal 85 harta suami dan isteri karena perkawinan, sementara harta isteri tetap menjadi hak isteri dan dikuasai penuh olehnya, demikian juga harta suami tetap menjadikan suami dan dikuasai penuh olehnya (Pasal 86 ayat 1). Adapun harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing berupa hibah, hadiah, sodaqoh, atau lainya (Pasal 87 ayat 1). Suami beretanggung jawab menjaga harta bersama, harta isteri maupun hartanya sendiri, dan sebaliknya isteri turut bertanggung jawab menjaga harta bersama, maupun harta suami yang ada padanya. Dari pengaturan harta tersebut, baik harta bersama, maupun harta asal dan atau harta bawaan berdasarkan Firman Allah Surah An-

  Nisaa’ (4) ayat 34 sebagai berikut.

                    

  .....

   

  Artinya : Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri dibalik pembelakangan suaminya karena Allah telah memelihara (mereka).

  Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 dapat berupa benda berwujud atau tidak berwujud, dimana harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak, benda bergerak dan surat-surat berharga, sedangkan harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak dan kewajiban (Pasal 91 ). Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak atas persetujuan pihak lain, akan tetapi bahwa suami isteri tanpa persetujuan pihak lain tidak diperbolehkan menjual atau memindahkan harta bersama. Sedangkan sehubungan dengan hutang, pertanggungan terhadap hutang suami atau isteri dibebankan pada hartanya masing-masing, tetapi pertanggungan jawaban terhadap hutang yang dilakukan untuk kepentingan keluarga, dibebankan kepada harta bersama. Apabila harta bersama tidak mencukupi, maka dibebankan kepada harta suami dan apabila harta suami tidak mencukupi dibebankan kepada harta isteri (Pasal 93).

  Harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang, masing-masing terpisah dan berdiri sendiri. Pemikiran harta bersama dari perkawinan seorang suami yang mempunyai isteri lebih dari seorang tersebut, dihitung pada saat berlangsungnya akad perkawinan yang kedua, ketiga, atau yang keempat (Pasal 94).

  Apabila terjadi perselisihan antara suami isteri tentang harta Pengadilan Agama (Pasal 88). Apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama, sedangkan pembagian harta bersama bagi suami atau isteri yang isteri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya yang hakiki atau matinya secara hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama (Pasal 96). Pasal 97 mengatur bahwa janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan (Depag Indonesia, 1992 hal 46-50).

  Seperti telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa pembagian harta bersama dilakukan ketika perkawinan berakhir akibat perceraian atau kematian salah seorang pasangan, masing-masing suami isteri memiliki hak yang sama terhadap harta bersama yaitu separo dari harta bersama. Pembagian seperti ini berlaku tanpa harus mempersoalkan siapakah yang berjerih payah untuk mendapatkan harta kekayaan tersebut selama perkawinan berlangsung.

  Ketentuan pembagian harta bersama separuh bagi suami dan separuh bagi isteri hanya sesuai dengan rasa keadilan dalam hak baik suami maupun isteri sama-sama melakukan peran yang dapat menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup keluarga dalam hal ini, pertimbangan bahwa suami maupun isteri berhak atas atas separuh harta bersama adalah berdasarkan peran baik suami maupun isteri, sebagai partner yang saling melengkapi dalam upaya membina keutuhan dan kelestarian keluarga.

2. Putusan (Vonis/Al Qadha)

  Putusan yaitu keputusan pengadilan atas perkara permohonan berdasarkan adanya suatu sengketa atau perselisihan, dalam arti putusan merupakan produk pengadilan dalam perkara-perkara contentiosa, yaitu produk pengadilan yang sesungguhnya.

  Dilihat dari segi fungsinya putusan hakim terdiri atas : a. Putusan akhir (eind vonnis), yaitu putusan yang mengakihiri di persidangan dan putusan ini merupakan produk utama dari suatu persidangan.

  b.

  Putusan sela (tussen vonis), yaitu putusan yang dijatuhkan masih dalam proses persidangan sebelum putusan akhir dibacakan dengan tujuan untuk memperjelas dan memperlancar persidangan.

  c.

  Putusan serta-merta, yaitu putusan pengadilan agama yang pada putusan tersebut oleh salah satu pihak atau para pihak yang berperkara dilakukan upaya hukum baik verzet, banding maupun kasasi dan memakan waktu relatif lama, lalu ada suatu permohonan dari salah satu pihak, agar putusan yang telah dijatuhkan oleh pengadilan agama dilaksanakan terlebih dahulu, tidak lagi menunggu yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Putusan sela dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: a.

  Putusan Provesionil (Provesionil Vonnis), yaitu putusan yang dijatuhkan untuk memberikan jawaban tuntutan pihak yang berperkara agar dilakukan tindakan pendahuluan guna kepentingan pihak pemohon sebelum dijatuhkan putusan akhir, misalnya putusan tentang jaminan.

  b.

  Putusan Prepatoir (Prepatoir Vonnis), yaitu putusan persiapan sebelum putusan akhir. Putusan Prepatoir tidak menyinggung pokok perkara. Putusan tersebut lebih tertuju pada jalanya acara persidangan seperti putusan tentang penundaan sidang, putusan agar pemohon/pemohon prinsipil datang sendiri ke muka sidang.

  c.

  Putusan Insidentil (Incidentiele Vonnis), yaitu putusan yang berhubungan dengan peristiwa (insiden) yang untuk sementara menghentikan pemeriksaan sidang tetapi belum berhubungan dengan pokok perkara misalnya putusan tentang prodeo, eksepsi tidak berwenang, putusan tentang hakim, dan lain-lain.

  d.

  Putusan Interlokotoir (Interlocotoir Vonnis), yaitu putusan yang isinya memerintahkan pembuktian, misalnya putusan pemeriksaan setempat, putusan pemeriksaan saksi-saksi.

  Dilihat dari segi hadir tidaknya para pihak pada saat putusan dijatuhkan, putusan dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu a.