FUNGSI DAN WEWENANG OMBUDSMAN DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK PERSPEKTIF FIQH SIYASAH - Raden Intan Repository

  

FUNGSI DAN WEWENANG OMBUDSMAN

DALAM MENINGKATKAN PENGAWASAN PELAYANAN

PUBLIK PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mendapatkan Gelar

  Sarjana Hukum (SH) dalam Ilmu Syariah Oleh:

  

LIA MARETA SARI

NPM.1421020189

Jurusan : Siyasah

  

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H/2018 M

  

FUNGSI DAN WEWENANG OMBUDSMAN DALAM

MENINGKATKAN PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

Skripsi

  Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Hukum (S.H)

  Dalam Ilmu Syariah dan Hukum

  

Oleh

LIA MARETA SARI

NPM.1421020189

Jurusan : Siyasah

  

Pembimbing I : Dr. H. Khairuddin, M.H.

Pembimbing II : Eko Hidayat, S.Sos., M.H.

  

FAKULTAS SYARIAH & HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1439 H / 2018 M

  

ABSTRAK

FUNGSI DAN WEWENANG OMBUDSMAN DALAM

MENINGKATKAN PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK

PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  Oleh

  

Lia Mareta Sari

1421020189

  Penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan efektif dambaan setiap warga negara. Pelayanan publik dan penegakan hukum merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dari upaya menciptakan pemerintahan yang demokratis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, keadilan kepastian hukum, pemerintah yang bersih dan transparan (clean government and good

  

governance) . Kenyataannya masih banyak terjadi maladministrasi yang di

lakukan oleh pelayanan publik.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik menurut UU Nomor 37 Tahun 2008 ? dan bagaimana fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik perspektif fiqh

  

siyasah ? tujuan penelitian ini untuk mengetahui fungsi dan wewenang

Ombudsman menurut UU Nomor 37 Tahun 2008 dan menurut fiqh siyasah.

  Sedangkan, kegunaannya secara teoritis sebagai ilmu pengetahuan para pembaca dan secara praktis untuk memperluas wawasan bagi penulis.

  Skripsi ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif normatif. Menghimpun dan mendeskripsikan data-data yang berupa Undang-Undang, buku dan literatur yang representatif dan relevan dengan obyek yang dibahas yaitu mengenai fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pelayanan publik perspektif fiqh siyasah.

  Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa, Ombudsman Republik Indonesia dilatar belakangi oleh adanya tuntutan masyarakat yang amat kuat untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih dan penyelenggaraan negara yang baik (clean government and good governance). Fungsi Ombudsman mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik dan berwenang meminta keterangang secara lisan atau tertulis, memeriksa keputusan, meminta klarifikasi, melakukan pemanggilan, menyelesaikan laporan dan membuat rekomendasi. Ombudsman menurut fiqh siyasah sesuai dengan prinsip al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy an al-

munkar , untuk mengerjakan kebaikan dan menghindari yang mungkar. Prinsip al-

amr bi al- ma‟ruf wa al-nahy an al-munkar untuk mewujudkan ketentraman dan

  ketertiban umum dan untuk memperkecil terjadinya hak asasi manusia, seperti fungsi dan wewenang yang dimiliki oleh wilayah al-mazalim dan wilayah al-

  hisbah dalam ketatanegaraan Islam.

  MOTTO

  ِلْذَعْنبِب ُشُيْأَٚ ٌِئ ِشَكًُُْْنا َٔ ِءبَش ْحَفْنا ٍَِع َََُْٰٗٓٚٔ َٰٗب ْشُقْنا ِ٘ر ِءبَخِٚئ َٔ ٌِبَس ْح ِ ْلْأَ َهالل

  . ٌَٔ ُش كَزَح ْىُك هَعَن ْىُكُظ ِعَٚ ۚ ِْٙغَبْنا َٔ

  Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran

  ” (Q.S. An-Nahl 90)

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdullilahirobbilalamin. Dengan menyebut nama Allah SWT Tuhan Yang Maha Penyayang, penuh cinta kasihnya yang telah memberikan saya kekuatan, dan telah menuntun ke jalan yang penuh barokah. Dengan segala kebahagiaan penulis mempersembahkan skripsi ini kepada :

  1. Murobbil Jismi yaitu Bapak dan Ibu (Ahyaudin dan Neli Asmawati) tercinta yang dengan tulus ikhlas merelakan separuh kehidupan untuk merawat dan mendidik saya selalu memberikan doa dan kasih sayang dan motivasi selama ini, semoga saya memberikan yang terbaik di kemudian hari.

  2. Adik-adikku tercinta Amen Mulia dan Bian Akhyarli yang slalu mendukung dalam kesuksesanku

  

RIWAYAT HIDUP

Lia Mareta Sari, lahir pada tanggal 02 Maret 1996 di Ulak Kerbau Lama,

  Kecamatan tanjung raja, Kayu Agung, Palembang. Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ahyaudin dan Ibu Neli Asmawati. Beralamat di Gang Mitra Kuripan, Kecamatan Kotaagung, Tanggamus Lampung.

  1. Penulis mulai menempuh pendidikan di SDN 4 Kuripan Kotaagung pada tahun 2002.

  2. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di MTsN 1 Kotaagung Tanggamus pada tahun 2008. Selama duduk di bangku MTs, penulis aktif di kegiatan ekstrakulikuler kesenian yakni tari.

  3. Pendidikan menengah atas ditempuh di SMA N 2 Kotaaagung Tanggamus pada tahun 2011 Selama SMA penulis Aktif di PASKIBRA, OSIS sebagai ketua Aubade , Muli Mekhanai Tanggamus 2013.

  4. Pada Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung di Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Siyasah. Penulis Juga Aktif di kegiatan ekstrakulikuler kampus.

KATA PENGHANTAR

  Alhamdulillahirobbilalamin, betapa banyak nikmat yang Allah S.W.T

  berikan namun hanya sedikit manusia yang mampu mensyukuri. Berkat kemurahan-Nya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Fungsi dan Wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik perspektif Fiqh Siyasah. Shalawat teriring salam semoga selalu menggema kepada kekasih kita, Nabi Muhammad S.A.W berkat perjuangan, pengorbanann dan keberaniannya kita dapat bernafas dalam atmosfer Islam yang penuh kedamaian.

  Skripsi Ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada program Strata Satu (S1) Jurusan Hukum Tata Negara (Siyasah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H). Skripsi ini tak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak memberikan kontribusi dan perannya baik secara langsung maupun tidak langsung. Karena itu, penulis sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

  1. Dr. Alamsyah, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung yang selalu tanggap akan kesulitan Mahasiswa.

  2. Drs. Susiadi AS., M.Sos.I. selaku Ketua Jurusan Siyasah yang telah memfasilitasi segala kepentingan Mahasiswa.

  3. Dr. H. Khairuddin, M.H dan Bapak Eko Hidayat, S.Sos., M.H. masing- masing selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini selesai.

  4. Bapak dan Ibu dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung.

  5. Ayah Ahyaudin yang selalu sabar dalam menghadapi anaknya dalam kesukaran dan Ibu Neli Asmawati yang tak pernah henti memberikan semangat dalam mengerkan skripsi ini.

  6. Teman seperjuangan Siyasah D yang telah memberikan pengalaman dan pelajaran selama 3,5tahun, kepada Wilda, Reska, Mae, Ayuna, Oriza, Juju, Enggi, Eka, Riski, Dede, Budi, Caca, Ulvi, Widi, Huda, Mita, Hendra, Ali, Juned dkk yang semoga selalu di lancarkan segala urusannya,

  7. Kelompok 13 KKN Rejo Mulyo terkhusus kepada Adit, Sandi, Andri, Hukiyana, Ali, Tri yang telah mengajarkan arti kekompakan dan kebersamaan.

  8. Kelompok PPS 12 Kalianda yang memberikan pengalaman yang luar biasa.

  9. Para Sahabat seperjuangan yang senantiasa memberikan semangat dalam memberi masukan terkhusus Fiorela, Siska Saputri, Eltrima Sitio, Monica Ayu, Triani, Meri Wulandari.

  10. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Syariah dan Hukum UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa mengajarkan arti kekeluargaan, memberikan pengalaman yang tidak saya dapatkan di lingkup kampus. Sangat bahagia bisa menjadi keluarga Himpunan. Yakusa!

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu tidak lain karena keterbatasan kemampuan, penegtahuan, dan waktu yang dimiliki. Akhirnya dengan keyakinan niat tulus ikhlas dan kerendahan hati semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau peneliti berikutnya untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu siyasah.

  Bandar Lampung , … Februari 2018

  Lia Mareta Sari

  1421020189

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................................ii

PERSETUJUAN ............................................................................................................ iii

PENGESAHAN ............................................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................................ v

PERSEMBAHAN ........................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................viii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. ............................................................................................ P enegasan Judul ........................................................................... 1

  B. ............................................................................................ A lasan Memilih Judul .................................................................. 3 C. ............................................................................................ L atar Belakang Masalah .............................................................. 3

  D. ............................................................................................ R umusan Masalah ...................................................................... 12 E. ............................................................................................ T ujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 12

  F. ............................................................................................. M etode Penelitian ....................................................................... 13 1. ....................................................................................... J enis dan Sifat Penelitian ..................................................... 13

  2. ....................................................................................... D ata dan Sumber Data .......................................................... 14 3. ....................................................................................... M etode Pengumpulan Data.................................................... 15 4. ....................................................................................... M etode Pengolahan Data ....................................................... 16

  5. .......................................................................................

  M etode Analisa Data ............................................................. 16

  BAB II HISBAH MENURUT FIQH SIYASAH A. ............................................................................................ F iqh Siyasah dan Ruang Lingkupnya ......................................... 17

  B. ............................................................................................ S ejarah Hisbah ............................................................................ 25 C. ............................................................................................ T ugas dan Wewenang Hisbah ..................................................... 30

  BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OMBUDSMAN A. Ombudsman

  1. ...................................................................................... A sal Usul dan perkembangan Ombudsman ....................... 38 2. ...................................................................................... B erbagai Model Ombudsman ............................................. 43

  B. Sejarah dan Dasar Hukum Ombudsman ................................. 47

  C. Ombudsman Republik Indonesia 1. ......................................................................................

  I stilah dan Pengertian Ombudsman ................................... 57 2. ...................................................................................... R uang Lingkup kewenangan Ombudsman ......................... 58

  D. Pengawasan Pelayanan Publik di Indonesia ............................ 72

  E. Eksistensi Ombudsman Indonesia ........................................... 78

  BAB IV ANALISIS DATA A. ............................................................................................ F ungsi dan Wewenang Ombudsman dalam meningkatkan

  pengawasan pelayanan publik menurut UU Nomor 37 Tahun 2008 ......................................................................................... 78 B. ............................................................................................ F ungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik menurut Fiqh Siyasah ........... 80

  BAB V PENUTUP A. ............................................................................................ K esimpulan................................................................................. 83

  B. ............................................................................................ S aran .......................................................................................... 84

  DAFTAR KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Guna memperjelas persepsi pokok bahasan, maka perlu penjelasan

  judul dengan makna atau definisi yang terkandung didalamnya. Judul karya ilmiah ini adalah “FUNGSI DAN WEWENANG OMBUDSMAN DALAM

  MENINGKATKAN PENGAWASAN PELAYANAN PUBLIK PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

  “ Adapun beberapa hal penting yang perlu dijelaskan sehubungan dengan judul tersebut adalah sebagai berikut:

  Fungsi adalah sekelompok aktivitas yang tergolong pada jenis yang

  1 sama berdasarkan sifat atau pelaksanaannya.

  Wewenang adalah Sesuatu yang dilimpahkan atau dari kekuasaan.

  Hak yang dimiliki untuk mengambil keputusan, sikap, atau tindakan berdasarkan tanggung jawab yang diberikan.

  Ombudsman adalah lembaga negara yang mempunyai kewenangan

  mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang di selenggarakan oleh penyelenggara dan pemerintah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayan publik tertentu yang sebagian

  1 atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara

  2 dan /atau anggaran pendapatan dan belanja daerah.

  Meningkatkan adalah menaikkan derajat sesuatu atau seseorang,

  3 serta dapat pula berarti mempertinggi dan memperhebat.

  Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

  pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

  Pelayanan Publik adalah segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam

  bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

  4 undangan.

  Fiqh Siyasah, berasal dari dua kata yaitu Fiqh dan Siyasah, Fiqh ( ّقفنا) berarti “paham yang mendalam”. Fiqh berasal dari faqaha-yafqahu-fiqhan.

  Seperti dikutip Amir Syarifudin, menyebut “fiqh tentang sesuatu” berarti

  5

  mengetahui batinnya sampai kedalamannya. Siyasah secara harfiah berasal dari kata ( ٙسبٛسنا ) yang artinya mengatur (شّبد/شيأ), mengendalikan, mengurus atau membuat keputusan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Fiqh siyasah adalah hukum yang mengatur, mengurus dan memerintah atau pemerintah, politik

  2 3 Agus Dwiyanto, Undang-undang pelayanan publik, (Jakarta, Sinar Grafika, 2014), h.67. 4 M. Marwan & Jimmy, Kamus Hukum, (Surabaya: Reality Publisher, 2009), h.429. 5 Budiono M.A, Op.Cit, h.450.

  Abu Abdillah al-Qurthubiy, al- jami‟ li Ahkam al-Quran, (Kairo: Dar al-kitab al-Arabiy, dan pembuatan kebijaksanaan atas sesuatu yang bersifat politis untuk mencakup sesuatu.

  Dari Uraian istilah judul yang dikemukakan diatas maka yang dimaksud judul skripsi adalah suatu kajian mengenai Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan Publik Perspektif Fiqh Siyasah .

  B. Alasan Memilih Judul

  Ada beberapa alasan yang melatar belakangi sehingga penulis terdorong untuk membahas masalah ini dalam bentuk karya ilmiah, antara lain:

  1. Alasan objektif Kajian tentang Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik perspektif fiqh siyasah masih perlu dibahas. hal ini dikarenakan masih maraknya pemerintahan dalam melaksanakan yang dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik.

  maladministrasi

  2. Alasan subyektif Pembahasan ini diangkat dikarenakan sangat relevan dengan disiplin ilmu pengetahuan yang penulis pelajari di fakultas Syariah jurusan Siyasah.

  C. Latar Belakang masalah

  Penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan efektif merupakan dambaan setiap warga negara dimanapun. Hal tersebut telah menjadi tuntutan masyarakat yang selama ini hak-hak sipil mereka kurang memperoleh perhatian dan pengakuan secara layak, sekalipun hidup di negara hukum Republik Indonesia. Padahal pelayanan kepada masyarakat (pelayanan publik) dan penegakan hukum yang adil merupakan dua aspek yang tidak terpisahkan dari upaya menciptakan pemerintahan demokratis yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, keadilan kepastian hukum, pemerintah yang bersih dan transparan (clean government dan good

  6 governance).

  Sebelum reformasi penyelenggaraan negara dan pemerintahan diwarnai dengan praktek negatif, antara lain terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme, sehingga mutlak diperlukan reformasi demokrasi penyelenggaraan negara dan pemerintah yang adil, demi terwujudnya penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik hanya dapat tercapai dengan peningkatan mutu aparatur penyelenggara negara dan pemerintah, juga penegakan asas-asas pemerintah umum yang baik. Setelah reformasi bergulir, reformasi mengamanatkan perubahan kehidupan, bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat, yaitu kehidupan yang didasarkan pada penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang demokratis. Sejalan dengan semangat reformasi itu, pemerintah melakukan perubahan-perubahan yang mendasar dalam sistem ketatanegaraan dan sistem pemerintahan Republik Indonesia.

  Perubahan yang dimaksud antara lain dengan membentuk lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan yang baru. Salah satu diantaranya adalah Komisi Ombudsman Nasional. Lembaga ini dibentuk pada tanggal 10

  7 Maret 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional.

  Pembentukan Lembaga Ombudsman bertujuan untuk membantu menciptakan dan mengembangkan kondisi yang kondusif dalam 6 Rozikin Daman, Hukum Tata Negara (suatu pengantar), (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1995). h.6. 7 Sunaryati Hartono, dkk, Panduan Investigasi Untuk Ombudsman Indonesia,(Jakarta:PT

  melaksanakan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) melalui

  8

  peran serta masyarakat. Dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, UUD 1945 dengan jelas membedakan cabang-cabang kekuasaan negara dalam bidang legislatif, eksekutif, dan yudikatif yang tercermin dalam fungsi-sungsi MPR, DPR dan DPD, Presiden dan Wakil Presiden, serta Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai lembaga-lembaga negara yang utama (main state organs). Adapun selain itu, seperti Komisi Yudisial, Kepolisian Negara, Tentara Nasional Indonesia, Bank Sentral, Komisi Pemilihan Umum, Dewan Pertimbangan Pesiden, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNASHAM), termasuk Ombudsman Republik Indonesia adalah sebagai lembaga negara bantu (state

  9 auxiliary bodies).

  Akan tetapi kesemua lembaga itu memiliki catatan tersendiri sehingga mengecewakan masyarakat. Lembaga pengawas struktural yang dilakukan oleh inspektorat jendral jelas tidak mandiri karena secara organisatoris merupakan bagian dari kelembagaan atau departemen. Pengawasan fungsional Oleh Badan Pemeriksa Keuangan hanya sempit pada masalah pengawasan negara dan tidak menerima keluhan yang bersifat individual.

  Dewan Perwakilan Rakyat dengan fungsi pengawasan kepada pemerintah lebih bersifat politis karena memang secara kelembagaan adalah lembaga politik dan tidak lepas dari kelompok yang mereka wakili. Kemudian pengawasan LSM karena lembaga swasta dan kurang fokus sehingga sering 8 Sunaryati Hartono, Ombudsman Sebagai Lembaga Penegak Hukum dan pembela hak

  

Asasi manusia, makalah, disajikan pada seminar tentang fungsi dalam Negara demokrasi,

(Jakarta:BPHN-Departeman Kehakiman, 1999),h.26. 9 Galang Asmara, Hukum Kelembagaan Negara (Kedudukan Ombudsman dalam Sistem

  ditanggapi kurang responsif oleh karena itu keberadaan Ombudsman sebagai lembaga negara yang diatur dalam UU Nomor 37 Tahun 2008 yang mandiri dan bebas dari kekuasaan manapun serta menerima pengaduan masyarakat sangat dibutuhkan.

  Setelah berlakunya Undang-undang Ombudsman Republik Indonesia pada tanggal 7 Oktober tahun 2008 maka Komisi Ombudsman Nasioanal berubah menjadi Ombudsman Republik Indonesia. Perubahan nama tersebut mengisyaratkan bahwa Ombudsman tidak lagi berbentuk komisi Negara yang bersifat sementara, tapi merupakan lembaga negara yang bersifat permanen sebagai mana lembaga-lembaga negara yang lain, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya. Pengaturan ombudsman dalam Undang-Undang tidak hanya mengandung konsekuensi posisi politik kelembagaan, namun juga perluasan kewenangan dan cakupan kerja ombudsman yang akan sampai di daerah-daerah. Dalam Undang-Undang ini di mungkinkan mendirikan kantor perwakilan Ombudsman di darah Provinsi, Kabupaten/Kota.

  Ombudsman berfungsi mengawasi penyelenggaraan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara dan pemerintah baik dipusat maupun didaerah. Dalam hal penanganan laporan juga terdapat perubahan yang fundamental karena Ombudsman diberi kewenangan besar dan memiliki

  subpoena power (kekuatan memaksa), rekomendasi yang bersifat mengikat,

  investigasi, serta sanksi pidana bagi yang mengahalang-halangi Ombudsman

  10 dalam mengangani Laporan. 10 R.M Talib Puspokusumo, “Fungsi Ombudsman dalam Negara Demokrarasi”,

  

Makalah, disajikan pada seminar tentang: Fungsi Ombudsman dalam Negara demokrasi,

  Contohnya selama tahun 2016 dari data yang diterima dari Ombudsman RI periode 1 Januari 2016 - 8 Januari 2017, ada sekitar 10.158 laporan pengaduan yang diterima, 1.200 di antaranya adalah laporan tembusan dari instansi yang diadukan pelayanannya. Instansi yang paling banyak diadukan adalah instansi Pemda sebanyak 4.117 aduan, disusul Kepolisian sebanyak 1.833 aduan, kemudian BUMN/BUMD sebanyak 715, diikuti Badan Pertanahan Nasional (BPN) sebanyak 693 aduan dan Instansi

  11 Pemerintahan/Kementerian sebanyak 685 .

  Salah satu contoh Nur Rakhman Kepala Ombudsman perwakilan

  Lampung menjelaskan, Salah satu bentuk penyelesaian laporan yang ditangani Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung yaitu terkait Proyek pembangunan jalan Tol yang menghubungkan antara Provinsi Lampung dan Palembang atau yang disebut Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) yang notabenya merupakan salah satu program unggulan Presiden Jokowi. Namun, progres pembangunan JTTS masih menyisakan berbagai permasalahan di masyarakat, seperti permasalahan yang terjadi di Desa Rantau Minyak, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan.

  Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Lampung mengatakan, permasalahan bermula ketika Kepala Desa Rantau Minyak menyebarkan surat pernyataan pemotongan dana pembebasan lahan sebesar 3 persen kepada warga. Dan ada sekitar 142 Kepala Keluarga Desa Rantau Minyak terkena pembebasan lahan untuk proyek JTTS. Menurut Nur Rakhman karena merasa adanya kejanggalan, salah seorang warga melaporkan adanya dugaan 11 tersedia di: Ombudsman Republik Indonesia “ (On-Line), penyalahgunaan wewenang oleh Kepala Desa Rantau Minyak yang diperkirakan akan berujung ke tindak pidana korupsi tersebut kepada Ombudsman RI perwakilan Provinsi Lampung, dengan cepat Ombudsman melakukan pemeriksaan secara substantif atas laporan tersebut. “Atas upaya yang telah dilakukan Ombudsman akhirnya pungutan liar yang diperkirakan senilai Rp. 2,4 Milyar dari 142 kepala keluarga tersebut bisa digagalkan,” ujar

12 Nur Rakhman.

  Ombudsman dalam Mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik Menurut kajian fiqh siyasah keberadaan lembaga pengawas sangat penting, hal ini merujuk kepada perintah al-

  Qur‟an yang secara implisit mengamanatkan adanya lembaga pengawasan, yaitu firman Allah SWT dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:

  ِشَكًُُْْنا ٍَِع ٌَ َََُْْٕٓٚٔ ِفُٔشْعًَْنبِب ٌَُٔشُيْأَٚ َٔ ِشْٛ َخْنا َٗنِئ ٌَُٕعْذَٚ ٌت يُأ ْىُكُِْي ٍُْكَخْن َٔ ٌَٕ ُحِهْفًُْنا ُىُْ َكِئ َٰنُٔأ َٔ ۚۚ Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang- orang yang beruntung” (Q.S. Al

13 Imron 104)

  Disini menunjukkan arti pentingnya sebuah lembaga pengawasan, dalam bahasa al- Qur‟an “segolongan umat” yang menjalankan fungsi pengawasan yaitu al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar, meskipun

  al- Qur‟an tidak menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana bentuk dari lembaga pengawasan tersebut. Nabi Muhammad SAW juga memerintahkan

12 Ombudsman RI Perwakilan Lampung, tersedia dihttp://translampung.com/ombudsman-

  pukul 10.03 13 umatnya untuk menegakkan al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar,

  beliau bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Muslim yakni:

  ىهسٔ ّٛهع الله ٗهص ِالله َلُْٕسَس ُجْعًَِس : َلبَق َُُّْع ُالله َِٙضَس ِ٘سْذُخْنا ذِْٛعَس ِٙبَأ ٍَْع ِِّبْهَقِبَف ْعِطَخْسَٚ ْىَن ٌِْاَف ،َِِّبَسِهِبَف ْعِطَخْسَٚ ْىَن ٌِْاَف ،ِِِذَِٛب ُِْشَِّٛغُْٛهَف ًاشَكُُْي ْىُكُِْي َٖأَس ٍَْي : ُلُْٕقَٚ ٌِبًَِْٚلْْا ُفَعْضَأ َكِنَرَٔ

  Artinya:

   : Saya Dari Abu Sa‟id Al Khudri radiallahuanhu berkata mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda:

  “barang siapa dari kalian yang melihat kemunkaran maka cegahlah dengan tangan (kekuasaan), jika tidak mampu maka cegahlah dengan lisan, jika tidak mampu maka cegahlah dengan h ati, dan itu merupakan lemahnya iman”. (HR Muslim)

  Menurut Ibnu Taimiyah dalam kitab

  Siyasah Syar‟iyahnya

  menyatakan bahwa Pengangkatan penguasa adalah untuk al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar. Karena kemaslahatan hamba tidak

  mungkin dicapai kecuali dengan al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al- munkar. Juga karena kemaslahatan kehidupan dan hamba itu harus dengan

  taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itu hanya dapat dicapai dengan menegakkan al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar. Oleh karena

  itu, dalam Islam seoarang pemimpin wajib untuk membentuk suatu

  14 lembaga yang menangani al-amr bi al- . ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar

  Begitu pula menurut pendapat al-Mawardi bahwa imam (khalifah) itu diproyeksikan untuk mengambil alih peran kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia (al-imamah mawdhuatun li khilafatin nubuwwah fi hirasat al-din wa siyasat al-dunya).

  Memperhatikan dalil-dalil dan pendapat-pendapat di atas, serta 14 ketentuan dalam UU Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang

  Ibn Taimiyah, Siyasah Syar‟iyah: Etika Politik Islam (Surabaya:Risalah Gusti 2005), Ombudsman Republik Indonesia. Pada dasarnya Ombudsman yang dibentuk di Indonesia tidak bertentangan dengan fiqh siyasah karena secara umum memilki tujuan yang sama, yaitu untuk al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al- nahy „an al-munkar dan untuk kemaslahatan rakyat. Dalam kajian fiqh siyasah lembaga yang melaksanakan tugas al-amr bi al- ma‟ruf wa al- nahy „an al-munkar dikenal dengan al-Hisbah yang menjalankan fungsi

  pengawasan apabila terjadi penyelewengan pejabat maupun pelanggaran-

  

15

pelanggaran yang dilakukan oleh.

  Menurut al-Mawardi h isbah adalah “memerintah berbuat kebaikan jika kebaikan itu ternyata tidak dikerjakan, dan melarang kemungkaran jika ada tanda- tanda bahwa kemungkaran itu dikerjakan”. Karena itu menurut teori al-Mawardi, hisbah merupakan salah satu bentuk pengawasan bila terjadi pelanggaran terhadap suatu peraturan. Tugas dari

  wilayat al-Hisbah

  adalah “memberi bantuan kepada orang-orang yang tidak dapat mengembalikan haknya tanpa bantuan dari petugas-petugas hisbah”. Sedangkan muhtasib bertugas mengawasi berlakunya tidaknya undang-undang umum dan adab-adab kesusilaan yang tidak boleh

  16 dilanggar oleh seorangpun.

  Ombudsman merupakan lembaga negara yang mempunyai fungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan 15 Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta

  Hasbi Ash-Shiddieqi, peradilan dan hukum Acara Islam, ( Yogyakarta; PT Ma‟arif, 1994), h.78. 16 Imam Almawardi, Al-Ahkam As-sulthaniyyah hokum-hukum penyelenggaraan

  atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu. Ombudsman berwenang menerima laporan atas dugaan

  

maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dari laporan

  tersebut, Ombudsman berhak melakukan investigasi terhadap perbuatan aparat yang dilaporkan atau dikeluhkan. Atas dasar hasil investigasi, Ombudsman lalu mengeluarkan Rekomendasi.

  Ombudsman juga berwenang melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap dugaan dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Jadi tanpa didahului oleh adanya suatu laporan/pengaduan atau keluhan masyarakat (pasal 7 huruf d UU RI No. 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia). Dengan demikian, menurut penulis apabila melihat posisi dan kewenangan yang dijalankan oleh Ombudsman syarat dengan pengawasan yang dijalankan oleh al-Hisbah dalam ketatanegaraan Islam. Dengan kata lain Ombudsman mengambil prinsip- prinsip lembaga pengawasan dalam Islam. Secara posisi kelembagaan, Ombudsman sebagai lembaga pengawasan negara yang independen, memiliki kesamaan dengan al-Hisbah yaitu sebagai lembaga peradilan Islam yang juga independen dari kekuasaan Khalifah. Hanya bedanya Ombudsman sebagai lembaga negara yang mandiri di Indonesia sedangkan wilayat al-Hisbah. Secara kewenangan dan mekanisme kerjanya, Ombudsman juga memiliki kesamaan dengan wilayat al-Hisbah. Yaitu Ombudsman berwenang menerima laporan atas dugaan

  

maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, kemudian

  melakukan investigasi terhadap perbuatan aparat yang dilaporkan atau dikeluhkan, dan selanjutnya mengeluarkan rekomendasi. wilayat al-

  Hisbah juga demikian, dimana muhtasib menerima pengaduan dari

  masyarakat atas pelanggaran terhadap suatu peraturan kemudian memberikan sanksi

  ta‟zir (sanksi disiplin). Keduanya juga mempunyai

  tugas dan wewenang yang sama untuk berinisiatif sendiri melakukan pengawasan atas suatu perbuatan maladministrasi atau pelanggaran terhadap peraturan yang berada dalam kompetensinya. Singkatnya, menurut penulis bahwa dibentuknya Ombudsman di Indonesia sesuai dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip pengawasan dalam fiqh siyasah. Yaitu prinsip al-amr bi al-

  ma‟ruf wa al-nahy „an al-munkar untuk

  mewujudkan ketentraman dan ketertiban umum dan untuk memperkecil terjadinya hak asasi manusia seperti yang fungsi yang dimiliki oleh al-

  Hisbah dalam ketatanegaraan Islam.

  Berdasarkan penjelasan beberapa istilah diatas dapat disimpulkan bahwa maksud fungsi dan wewenang ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik perspektif fiqh siyasah adalah kajian ilmiah dengan cara mengkaji fungsi dan wewenang ombudsman dalam fiqh

  siyasah dalam meningkatkan pelayanan publik.

  D. Rumusan Masalah

  Adapun rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah :

  1. Bagaimana Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik menurut UU Nomor 37 tahun 2008?

  2. Bagaimana Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik menurut Fiqh Siyasah ?

  E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

  1. Adapun tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah : a. Untuk mengetahui Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pengawasan pelayanan publik menurut UU Nomor

  37 Tahun 2008.

  b. Untuk mengetahui Fungsi dan wewenang Ombudsman dalam meningkatkan pelayanan publik perspektif Fiqh siyasah.

  2. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : a. Secara teoritis yaitu sebagai berbagi ilmu pengetahuan kepada para pembaca untuk mengetahui Fungsi dan Wewenang Ombudsman menurut Undang-undang dan Fiqh Siyasah dalam meningkatkan pengawasan pelayanan Publik.

  b. Secara praktis yaitu unutuk memperluas wawasan bagi penulis untuk memenuhi syarat ujian akhir semester dalam menyelesaikan studi di Fakultas Syariah.

F. Metode Penelitian

   Agar kegiatan praktis dalam penelitian dan penyusunan karya ilmiah

  ini terlaksana dengan objektif, ilmiah serta mencapai hasil yang optimal, maka penulis merumuskan beberapa macam langkah atau metode penelitian yang dipakai dalam karya ilmiah ini adalah metode deskriptif. Hal ini di maksudkan agar penulisan karya ilmiah sesuai dengan syarat ilmiah yang sudah ditentukan. Adapun syarat-syarat tersebut terdapat didalam metode sebagai berikut : 1. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis penelitian

  Dilihat dari jenisnya ini termasuk dalam penelitian pustaka

  (library research). Penelitian Pustaka yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik berupa buku, catatan, maupun laporan hasil penelitian dari

  17 peneliti terdahulu yang digunakan sebagai data primer.

  b. Sifat penelitian Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini bersifat deskriptif Analitis. Yang dimaksud deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu objek yang bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis dan objektif mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, ciri-ciri, serta hubungan di

  18 antara unsur-unsur yang ada dan fenomena tertentu.

2. Data dan Sumber data

  19 Sumber data adalah tempat dari mana data itu diperoleh.

  Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data sekunder yaitu kesaksian atau sumber data yang tidak berkaitan

  20

  langsung dengan sumbernya yang asli, antara lain mencakup dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya. Sumber data yang penulis gunakan ada dua yakni: a. Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, terdiri dari Al-

  Quran, Hadits, UUD 1945, dan Undang-undang yang berkaitan 17 dengan Ombudsman misalnya UU tentang Pelayanan Publik.

  Drs. Susiadi, M.Sos.I., Metodelogi Penelitian, (Bandar Lampung : Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M IAIN Raden Intan Lampung, 2015) h. 10. 18 19 Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiyah, ( Bandung:Tarsito, 1996),h. 143.

  Suharsimi Arikunto, Prosedure Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : Rineka Cipta, 1998) ,h. 114. 20 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung : PT Citra Aditya b. Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, meliputi hasil-hasil penelitian dan pendapat pakar hu kum berupa buku, Koran, media “online”, karya tulis, jurnal dan artikel-artikel yang dapat mendukung dalam penulisan penelitian dan relevan dengan penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi, suatu teknik pengumpulan data dengan cara penelusuran dan penelitian kepustakaan, yaitu mencari data mengenai obyek penelitian dan mengumpulkan data mengenai suatu hal atau variable tertentu yang berupa catatan, buku, surat

  21

  kabar, artikel dan lain sebagainya. Metode ini dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis dan mempelajari data-data yang berupa bahan-bahan pustaka yang berkaitan serta dengan cara menelaah sumber-sumber kepustakaan tersebut.

  4. Metode Pengolahan Data Setelah sumber mengenai data yang sudah terkumpul berdasarkan sumber diatas, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diproses yang sesuai dengan kode etik penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut. Studi Pustaka dilakukan melalui tahap identifikasi sumber data, identifikasi bahan politik yang diperlukan dan inventarisasi bahan yang 21 dibutuhkan tersebut. Data yang sudah terkumpul kemudian di olah melalui tahap pemeriksaan (editing), penandaan (coding), Penyusunan (reconstructing), sistematisasi berdasarkan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang diidentifikasi dari rumusan

  22 masalah (systematizing).

  5. Metode Analisa Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan kedekatan berfikir Induktif. Yakni suatu cara penganalisaan obyek ilmiah tertentu dari ketentuan-ketentuan khusus kemudian menarik kesimpulan umum.

  22

BAB II HISBAH MENURUT FIQH SIYASAH A. Fiqh Siyasah dan Ruang Lingkup 1. Fiqh Siyasah Kata “fiqh siyâsah” yang tulisan bahasa Arabnya adalah “ ّقفنا

  ٙسبٛسنا” berasal dari dua kata yaitu kata fiqh (ّقفنا) dan yang kedua adalah al-siyâsî ( ٙسبٛسنا).

  Kata fiqh secara bahasa adalah faham. Ini seperti yang diambil dari ayat Alquran, yakni: لٕقح بًي اشٛثك ّقفَ بي بٛعش بٚ إنبق

  Artinya:

  “kaum berkata: Wahai Syu‟aib, kami tidak memahami banyak

  23 Secara istilah, menurut ulama usul, dari apa yang kamu bicarakan”.

  kata fiqh berarti mengerti hukum-hukum syariat yang sebangsa amaliah

  24 yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci.

  Secara istilah, menurut ulama usul, kata fiqh berarti: ىهعنا

  تٛهٛصفخنا بٓخندأ ٍي بسخكًنا تٛهًعنا تٛعششنا وبكحلأبب yaitu “mengerti hukum- hukum syariat yang sebangsa amaliah yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci”.

  • – Sedangkan al-siyâsî pula, secara bahas a berasal dari “ سبس