STUDI POTENSI KOMPETISI ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN TOKO MODERN PASCA PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 112 TAHUN 2007 DI MADURA

  236

STUDI POTENSI KOMPETISI ANTARA PASAR TRADISIONAL DENGAN

TOKO MODERN PASCA PERATURAN PRESIDEN (PERPRES)

  

NOMOR 112 TAHUN 2007 DI MADURA

Uswat un Hasanah dan Indien Winarwati

  Fakult as Hukum Universit as Trunoj oyo E-mail:

  

Abst r act

The pr esence of Regul at ion t he Pr esi dent No. 112 of 2007 i s expect ed t o r eal i ze t he pr esence of a

moder n st or e t hat can compet e i n a heal t hy and f ai r wi t h t r adi t ional mar ket s. Al t hough i t has been

ment ioned t hat t he est abl i shment of moder n st or es have t o pay at t ent ion spat i al pl an di st r i ct , does

not det r act f r om t he f act zoni ng viol at i ons on t he est abl i shment of a moder n st or e. The st udy was

based on i ndept h i nt er vi ews wit h i nf or mant s, t r adit i onal mar ket s, moder n st or e mer chant s, of f i cial s

i n t he r egion Bangkal an, Sampang, Pamekasan, Sumenep. The r esul t s of t hi s st udy can be concl uded

t hat t he compet i t i on bet ween t he t r adi t ional mar ket wi t h moder n st or es af t er t he enact ment of

Regul at i on t he Pr esi dent i al No. 112 of 2007 i ncr easingl y st r i ngent , as evi denced by t he i ncr easi ng

pr ol i f er at ion of moder n st or es, especi al l y t he mi ni -sal e syst ems and t ypes of mer chandi se simi l ar t o

t he t r adit ional mar ket s. The f act or s t hat became t he dr i vi ng and i nhi bi t i ng compet it ion i s no

r egul at i on and management mat t er s. Ef f or t s ar e bei ng made i n over comi ng t he const r ai nt s of

compet it i on t hr ough i mpr oved physi cal i nf r ast r uct ur e, but have not t ouched on t he pr of essional i sm

of t he management of t r adit ional mar ket s.

  

Key wor ds : compet it i on, t r adi t ional mar ket , moder n st or e af t er t he enact ment Regul at i on t he

Pr esi dent No. 112 of 2007

Abst rak

  Kelahiran Perpres 112 Tahun 2007 diharapkan dapat mewuj udkan kehadiran t oko modern yang dapat bersaing secara sehat dan adil dengan pasar t radisional. Meski t elah disebut kan pendirian t oko modern harus memperhat ikan Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Kabupat en, t idak mengurangi f akt a t erj adinya pelanggaran zonasi pendirian t oko modern. Penelit ian ini didasarkan pada wa- wancara mendalam dengan inf orman, pedagang pasar t radisional, pedagang t oko modern, pej abat t erkait di wilayah Kabupat en Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep. Hasil penelit ian menyim- pulkan kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca Perpres No. 112 Tahun 2007 semakin ket at , dengan meningkat nya j umlah t oko modern minimarket yang sist em penj ualan dan j enis barang dagangannya sama dengan pasar t radisional. Fakt or yang menj adi pendorong dan peng- hambat kompet isi adalah t iadanya legislasi daerah dan aspek manaj emen. Upaya yang t elah dilaku- kan dalam mengat asi kendala kompet isi melalui peningkat an sarana dan prasarana f isik, namun be- lum menyent uh pada sisi prof esionalit as pengelolaan pasar t radisional.

  Kat a kunci: kompet isi, pasar t radisional, t oko modern Pasca Perpres No. 112 Tahun 2007

  

Pendahuluan not abene kondisinya lebih t ert inggal baik dari

  Menj amurnya pasar modern dengan ke- segi f isik maupun manaj emen sepert i kenya- anekaragaman produk-produk yang dit awarkan manan, keamanan, dan kebersihannya diban- dan kenyamanan dalam berbelanj a membawa dingkan t oko modern. Kondisi ini j uga dit un- implikasi bagi eksist ensi pasar t radisional yang j ang f enomena j arak yang berdekat an, bahkan

  St udi Pot ensi Kompet isi ant ar a Pasar Tr adisional dengan Toko Modern Pasca Perat ur an Presiden … 237

  Permasalahan

  Penelit ian ini merupakan penelit ian kua- lit at if deskript if . Penelit ian dilaksanakan mulai

  Met ode Penelitian

  mengat asi kendala kompet isi ant ara pasar t ra- disional dengan t oko modern di Madura.

  ket i ga, mengenai upaya yang dilakukan dalam

  t radisional dengan t oko modern pasca Pera- t uran Presiden (Perpres) No. 112 Tahun 2007 di Madura; kedua, mengenai f akt or yang menj adi pendo-rong dan penghambat kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern; dan

  Per t ama, mengenai kompet isi ant ara pasar

  Berdasarkan lat ar belakang t ersebut , pe- nulis t ert arik unt uk membahas beberapa hal.

  Perat uran Presiden No 112 Tahun 2007 t ent ang Penat aan dan Pembinaan Pasar Tra- disional, Pusat Perbelanj aan dan Toko Modern (selanj ut nya disebut Perpres No. 112 Tahun 2007) merupakan at uran main bagi pelaku usa- ha di bidang perdagangan ant ara pedagang t ra- disional dengan t oko modern agar pasar t ra- disional dapat bersaing dengan pasar modern melalui pengat uran zonasi t ent ang lokasi pen- dirian pusat perbelanj aan diwaj ibkan mengacu pada Rencana Tat a Ruang Wilayah (RTRW) Ka- bupat en. Berkait an it u, pent ing dilakukan pe- nelit ian t ent ang pot ensi kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca dit erbit - kannya Perpres t ersebut .

  gilirannya akan lebih memarj inalkan dan akhir- nya berpot ensi memat ikan pasar t radisional.

  dalam iklim usaha yang sehat , ef ekt if , dan ef i- sien, sehingga dapat mendorong pert umbuhan ekonomi dan bekerj anya ekonomi pasar yang waj ar. Persoalannya di dalam kompet isi pasar rit el, kedudukan part isipan berlapis-lapis, mu- lai dari pelaku usaha besar, menengah, kecil, bahkan mikro. St rat if ikasi pelaku usaha yang sepert i ini t ent unya membut uhkan perlindung- an hukum yang proporsional dengan kedudu- kannya. Oleh karena it u, ket ent uan mengenai zonasi bagi pelaku usaha sepert i hypermarket , supermarket , minimarket , dan pengecer kecil menj adi urgen.

  dern dan Dampaknya Terhadap Per dagangan Ri t el Tradisional ” , Jur nal Per sai ngan Usaha, Vol . 4, Tahun

  Konsideran Undang-undang No. 5 Tahun 1999 t ent ang Larangan Prakt ik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (selanj ut nya di- sebut UU Ant i Monopoli) menghendaki adanya kesempat an yang sama bagi set iap warga ne- gara unt uk berpart isipasi di dalam proses pro- duksi dan pemasaran barang dan at au j asa, 1 Dedie S. Mart adi sast ra, “ Persaingan Usaha Rit el Mo-

  . St rukt ur pasar rit el saat ini t e- t ap dikuasai oleh mereka yang mempunyai kemampuan modal dan j aringan dist ribusi yang luas, apalagi dengan dibukanya kesempat an ba- gi perit el asing unt uk berinvest asi di Indonesia.

  2

  ini t elah berj umlah 12, 6 j ut a pedagang pasar t radisional yang t erdiri dari pedagang kecil dan lemah modal

  Kebij akan liberalisasi pasar perdagangan eceran (rit el) di Indonesia sej ak dit andat anga- ninya Let t er of Int ent (LoI) ant ara pemerint ah Indonesia dengan Dana Monet er Int ernasional (IMF) t ahun 1998, yang salah sat u hasil LoI ada- lah memberikan kebebasan kepada invest -t or asing masuk ke indust ri rit el. Hal ini kemudian dit indaklanj ut i dengan dikeluarkan-nya Keppres No. 99/ 1998 dan SK Ment eri Invest asi No. 29/ SK/ 1998. Liberalisasi selanj ut nya semakin men- dapat t empat dengan dikeluarkannya UU Pena- naman Modal No. 25 Tahun 2007 dan UU Per- seroan Terbat as No. 40 Tahun 2007 yang lebih memberikan asing unt uk dapat membuka usaha rit el di seluruh Indonesia. Hal ini berImplikasi bahwa kompet isi semakin kompleks, t idak ha- nya kompet isi ant ara perit el Indonesia dengan perit el asing, t et api j uga ant ara perit el Indo- nesia yait u ant ara perit el modern dengan peri- t el t radisional. Penempat an pedagang rit el mo- dern dengan pedagang t radisional t idaklah t e- pat , karena yang menj adi persoalan adalah pe- rit el modern ada dan mengambil bagian dari kehidupan pasar t radisional, sasaran pembeli pasar t radisional j uga dibidik oleh pasar rit el modern.

1 Perit el t radisional di Indonesia saat

  238 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 2 Mei 2012

  ra, dengan pert imbangan bahwa dengan adanya pembangunan j embat an Suramadu, memuncul- kan pot ensi bagi Madura sebagai wilayah alt er- nat if bagi invest or di bidang perdagangan khu- susnya ret ail. Selain it u, penelit ian t ent ang po- t ensi kompet isi di Madura sepanj ang penge- t ahuan penelit i belum pernah dilakukan sehing- ga orisinalit as penelit ian menj adi bahan per- t imbangan.

  Inf orman dipilih berdasarkan inf ormasi dari inf orman t erdahulu. Inf orman dipilih de- ngan menggunakan model snowbal l sampl i ng yait u menemukan inf orman dari ket erangan- ket erangan yang diberikan oleh inf orman se- belumnya. Inf ormasi t ent ang kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern pasca Perpres No. 112 Tahun 2007 diperoleh melalui observasi at au pengamat an t erlibat ( par t i ci pan

  obser ver ) dan wawancara mendalam (i n-dept i nt er view) dengan pengelola pasar t radisional,

  t oko modern dan pej abat t erkait sebagai inf or- man, sert a st udi dokumen at as regulasi dan le- gislasi daerah yang berkait an dengan pasar t ra- disional dan t oko modern. Dat a yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan t iga j alur ke- giat an yakni mereduksi dat a, menguj i dat a, dan menarik kesimpulan.

  Pembahasan Kompetisi ant ara Pasar Tradisional dengan Toko Modern Pasca Perat uran Presiden (Per- pres) No. 112 Tahun 2007 di Madura

  Berdasarkan dat a yang diperoleh, sej ak pembangunan j embat an Suramadu Agust us Ta- hun 2003 sampai peresmiannya 10 Juni 2009, t erj adi peningkat an j umlah t oko modern di Ma- dura. Dat a di Disperindag Kabupat en se Madu- ra, menunj ukan bahwa Indomaret menempat i posisi pert ama dalam ekspansi pendirian selu- ruh t oko modern di Madura sebanyak 35 gerai (46, 67%), yang diikut i oleh Alf amart 16 gerai (21, 33%) dan Sidogiri 2 gerai (2, 33%), sisanya merupakan minimarket dan supermarket lokal. Hal ini merupakan cerminan posisi Indomaret di t ingkat Indonesia, karena Indomaret dan Alf a- omset rit el modern Indonesia

  3

  . Keadaan t erse- but memungkinkan unt uk t erj adinya perkemba- ngan dan peningkat an j umlah t oko modern di Madura pada masa mendat ang.

  Berdasarkan pengamat an, t idak sedikit pendirian t oko modern t ersebut berdekat an de- ngan pasar t radisional khususnya di Bangkalan. Para pedagang yang lokasinya berdekat an de- ngan t oko modern merasakan dampak adanya pendirian t oko modern. Terut ama pedagang yang menj ual barang yang pasokannya berasal dari indust ri/ pabrikan, merasakan adanya pe- nurunan pengunj ung dan omset nya menurun, sedangkan pedagang yang hanya menj ual ba- rang ment ah at au produk pert anian at au indus- t ri desa cenderung t idak separah sepert i peda- gang sebelumnya. Penelit ian Awan Sant oso di Yogyakart a menunj ukkan penurunan omset penj ualan yang dialami pedagang pasar t radi- sional yang menj ual produk pabrikan sebesar 34%, yang menj ual produk pabrikan dan desa sebesar 18%, yang menj ual produk impor 3 %, yang menj ual produk desa sebesar 45%.

  4 Ada-

  pun hasil penelit ian AC Nielson, secara makro menyebut kan kehadiran pasar modern t elah mengancam eksist ensi pasar t radisional dengan meningkat nya pert umbuhan bagi pasar modern sebesar 31, 4%, sedangkan pasar t radisional t e- lah t umbuh secara negat if sebesar 8%.

  5 Ver-

  dasarkan j umlah, komposisi j umlah pasar t radi- sional di Madura lebih banyak yait u 106 pasar t erdiri dari pasar t radisional yang ada di kot a dan kecamat an, sedangkan t oko modern seba- nyak 75 gerai sepert i t erlihat pada t abel 1.

  Terdapat f akt a menarik yang t erj adi di Kabupat en Sumenep, khususnya Pasar Bat upu- t ih yang “ mat i suri” karena munculnya t oko- t oko kelont ong di sekit ar pemukiman masyara- kat yang t elah dapat menyuplai kebut uhan ma- syarakat . Berdasarkan pengamat an, diperoleh 3 Awan Sant osa & Put hut Indroyono, 11 Maret , Pedagang

  Pasar Tr adi si onal Ter ancam, t ersedi a di websi t e ht t p: / di akses 11 Nopember 2011 4 Ibi d. 5 Anoni m, “ Penel it ian Dampak Keberadaan Pasar Mo-dern St udi Pot ensi Kompet isi ant ar a Pasar Tr adisional dengan Toko Modern Pasca Perat ur an Presiden … 239

  f akt a bahwa j arak ant ara rumah dengan pasar agak j auh sehingga masyarakat enggan ke pasar dan masyarakat lebih suka berbelanj a di t oko- t oko yang lebih dekat dengan t empat t inggal mereka dan yang menyediakan segala kebut uh- an harian mereka. Fenomena ini merupakan f akt a bahwa sebuah pasar bisa mat i karena adanya t oko-t oko kelont ong masyarakat dan yang mengelola it u adalah masyarakat sekit ar, sehingga dapat diprediksi apabila t oko-t oko it u berbent uk t oko modern bemodal kuat maka j umlah pasar t radisional yang “ mat i suri” t ent u semakin meningkat .

  Pembangunan j embat an suramadu mem- bawa dampak berupa kelancaran t ransport asi, sehingga merangsang bagi invest or unt uk mena- namkan invest asi mereka, t idak t erkecuali pe- ngelola t oko modern. Berdasarkan pengamat - an, t erj adi peningkat an j umlah t oko modern se- t elah adanya pembangunan Suramadu dan bah- kan bisa meningkat t erus pada t ahun menda- t ang. Hal ini didasari f akt a yang dit unj ukkan oleh t oko modern yang memberikan kenyama- nan dan perbaikan dalam memberikan pelaya- nannya kepada para pembeli. Beberapa perbe- daan yang dit ampilkan oleh t oko modern de-

  Pengert ian pasar t radisional dan t oko modern menurut Pasal 1 angka 2 dan angka 5 Perpres No. 112 Tahun 2007, adalah sebagai be- rikut

  Sumber : dat a pr i mer di ol ah, 2011

  8 Manaj emennya ku- rang t erat ur Pengelola umumnya berbent uk badan usa- ha dengan manaj emen yang t erat ur

  7 Pembayaran umum- nya dilakukan secara t unai Pembayaran umumnya dapat dilakukan seca- ra t unai dan kredit .

  6 Wakt u pelayanan t er bat as Wakt u pelayanan le- bih lama sampai pukul 23. 00

  5 Penat aan barang ku- rang menarik Barang yang dij ual di- paj ang (di spl ay)

  4 Kenyamanan dan ke- bersihan berbelanj a kurang Kenyamanan t oko men j adi pert imbangan khu sus bagi konsumen da- lam memilih di t oko mana ia akan berbe- lanj a

  3 Penj ual layani pem- beli sehingga konsu- men kurang bebas dalam memilih ba- rang Konsumen memilih & mengambil sendiri ba- rang yang hendak di- beli (swalayan)

  2 Barang yang dij ual lebih mencirikan ko- modit i lokal Barang yang dij ual le- bih variat if

  Konsumen t idak dapat menawar harga kare- na t erdapat label har- ga khusus pada barang yang dij ual (bar code)

  1 Harga bisa dit awar, harga t ergant ung pa da kesepakat an pen- j ual dengan pembeli

  Tabel 2 : Perbandingan Pasar Tradisional dan Toko Modern No Pasar tradisional Toko modern

  Hasil pengamat an t ersebut memberikan penj elasan bahwa pasar t radisional perlu men- dapat kan perlindungan. Perlindungan menj adi pent ing karena perlindungan dit uj ukan kepada pihak yang melekat kelemahan-kelemahan, ka- rena f akt or sosial, ekonomi, maupun polit ik. Perlindungan hukum dimaksudkan agar kelema- han t ersebut t idak dimanf aat kan at au dij adi- kan lahan eksploit asi pihak lain.

  Tabel 1 : Jumlah Pasar Tradisional dan Toko Modern No. Kabupat en Jumlah Pasar Tradisional Jml Toko Modern

  75 Sumber : dat a pr i mer di ol ah, 2011

  15 Jumlah 106

  36

  4 Sumenep

  14

  16

  3 Pamekasan

  19

  26

  2 Sampang

  27

  28

  1 Bangkalan

  Pasar t radisional adalah pasar yang di- bangun dan dikelola oleh Pemerint ah, Pemerint ah Daerah, Swast a, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Dae- rah t ermasuk kerj asama dengan swast a dengan t empat usaha berupa t oko, kios, los dan t enda yang dimiliki/ dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya ma- syarakat at au koperasi dengan usaha ska- la kecil, modal kecil dan dengan proses j ual beli barang dagang melalui t awar menawar. Toko modern adalah t oko de- ngan sist em pelayanan mandiri, menj ual berbagai j enis barang secara eceran yang ber-bent uk minimarket , supermarket , de-

  240 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 2 Mei 2012

  (dua ribu met er persegi). Dengan demikian, selebihnya pena- nam modal asing dapat mengikut i kompet isi baik dalam pendirian supermarket di at as 1. 200 m

  Berdasarkan st udi dokumen, t erungkap bahwa kemudahan prosedur pendirian it u dif asilit asi oleh regulasi yang t ert uang dalam Permendagri No. 53 Tahun 2008 yang membe- rikan pengecualian persyarat an analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat bagi pendirian mi- nimarket , sebagaimana diat ur dalam Pasal 3. Permendagri No. 53 Tahun 2008 j uga membe- rikan bat asan j enis-j enis t oko modern yang da- pat dimasuki oleh penanam modal dalam ne- geri 100% yait u meliput i: per t ama, minimarket dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 400 m

  2

  (empat rat us met er persegi); kedua, Su- permarket dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 1. 200 m

  2

  (seribu dua rat us met er persegi); dan ket i ga Depar t ment St or e dengan luas lant ai penj ualan kurang dari 2. 000 m

  2

  2

  hyper mar ket , dan depar t ment st or e belum

  , depar t ment st or e lebih dari 2000 m2,

  hyper mar ket dan perkulakan. Kondisi ini, pada-

  hal apabila dianalisis lebih mendalam, sebenar- nya pengat uran t oko modern t idak cukup hanya pada pembat asan luas lant ai saj a, t et api se- benarnya yang paling mendasar adalah barang at au komodit as apa saj a yang diperbolehkan unt uk dij ual di dalam supermarket maupun

  hyper mar ket t ersebut . Hal ini pent ing, apabila

  sampai barang-barang pert anian yang segar j uga dij ual di supermarket , akibat nya karena skala ekonominya beda maka t ent u pasar t radi- sional akan menj adi korban dari kompet isi yang t idak seimbang t ersebut .

  Faktor-fakt or yang Menj adi Pendorong dan Penghambat Kompetisi ant ara Pasar Tradisi- onal dengan Toko Modern

  Berdasarkan st udi dokumen t erhadap Pa- sal 12 Perpres No. 112 Tahun 2007, Izin Usaha Toko Modern (IUTM) merupakan syarat unt uk mendirikan t oko modern (minimarket , super- market , depar t ment st or e, hyper mar ket dan perkulakan). IUTM t ersebut harus dilengkapi dengan st udi kelayakan t ermasuk analisis me- ngenai dampak lingkungan (AMDAL) t erut ama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku pedagang eceran set empat dan rencana Kemi- t raan dengan Usaha kecil (Pasal 13 Perpres No. 112 Tahun 2007). Namun, ket ent uan t ersebut diperlunak Permendagri, yang mengat ur bahwa unt uk pendirian minimarket , t idak diperlukan AMDAL sebagaimana yang diwaj ibkan bagi pen- dirian t oko modern lainnya (Pasal 3 Permendag No. 53 Tahun 2008).

  ada. Inf orman pada dasarnya memberikan pen- j elasan. Banyaknya pendirian minimarket di Madura disebabkan prosedur pendiriannya mu- dah, sert a t idak dipersyarat kan adanya analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai- mana t oko modern lainnya.

  (lima ribu met er persegi) Berdasarkan hasil pengamat an, dengan mendasarkan pada klasif ikasi t ersebut , di Ma- dura, t oko modern yang dominan ialah ber- j enis minimarket (Indomaret , Alf amart ) yait u sebanyak 70 gerai, sedangkan berj enis super- market sebanyak 5 gerai, adapun yang berj enis

  Toko modern yang ada, diklasif ikasi menj adi minimarket , supermarket , hyper mar ket , de-

  (empat rat us met er persegi) sampai dengan 5. 000 m

  par t ment st or e, perkulakan, di mana pengkla-

  sif ikasian t ersebut didasarkan pada bat asan lu- as lant ai penj ualan yang digunakan

  6

  . Bat asan t ersebut secara t idak langsung menunj ukkan skala usaha masing-masing. Pasal 9 Permendag No. 53/ M-DAG/ PER/ 12/ 2008 (selanj ut nya dising- kat : Permendag No. 53 Tahun 2008) mengat ur mengenai bat asan luas lant ai penj ual t oko mo- dern sebagai berikut : a. Minimarket , kurang dari 400 m

  2

  (em- pat rat us met er persegi); b. Supermarket , 400 m

  2

  2

  2

  (lima ribu met er persegi);

  c. Hypermarket , lebih dari 5. 000 m

  2

  (li- ma ribu met er persegi); d. Depart ment st ore, lebih dari 400 m

  2

  (empat rat us met er persegi); dan

  e. Perkulakan, lebih dari 5. 000 m

  7 Pengecualian persyarat an St udi Pot ensi Kompet isi ant ar a Pasar Tr adisional dengan Toko Modern Pasca Perat ur an Presiden … 241

  AMDAL bagi pendirian minimarket merupakan salah sat u f akt or menj amurnya minimarket di Madura, sehingga kompet isi ant ara pasar t radi- sional dengan t oko modern semakin meningkat . Perbedaan kedua perat uran perundangan t ersebut dapat dij elaskan pada t abel berikut :

  Tabel 3 : Perbedaan Persyarat an Pendirian Toko Modern Perpres No. 112 Tahun 2007

  cabang perusahaan at aupun kant or perwakilan perusahaan t idak memerlukan permohonan SI- UP lagi karena sudah ada SIUP kant or pusat nya sebagaimana PT Indomaret dan PT Alf amart . Hal t ersebut sesuai dengan ket en-t uan Pasal 4 ayat (1) Pemendag No. 36/ M-DAG/ PER/ 9/ 2007 8 Hasil w awancar a dengan Khairul Sal eh, Kepal a Kant or

  9 Bagi kant or

  bahwa belum dit erapkannya IUTM disebabkan karena sampai saat ini belum ada cont oh rin- cian mat eri penyusunan analisis kondisi sosial ekonomi masyarakat t ersebut .

  8 Berdasarkan wawancara mendalam, diket ahui

  Pendirian t oko modern di Madura masih menerapkan model SIUP sebagai prosedur peri- zinan, karena pengaj uan permohonan ij in dila- kukan sebelum munculnya regulasi t ersebut . Hal yang membedakan penggunaan SIUP de- ngan IUTM adalah adanya persyarat an AMDAL t ersebut . Set elah t ahun 2008, belum ada t oko modern yang mengaj ukan permohonan ij in, kalaupun ada yang mendirikan minimarket , ha- nya mengaj ukan permohonan t anda daf t ar pe- rusahaan (TDP) sepert i Indomaret dan Alf amart karena mereka t elah mempunyai SIUP Pusat .

  Kemudahan t ersebut dapat dipandang sebagai bent uk keberpihakan regulasi pada perit el ku- at daripada penerapan semangat keadilan sosi- al sebagaimana amanat UUD NRI 1945. AMDAL adalah analisis mengenai dampak lingkungan t erut ama aspek sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku pedagang eceran set empat . Tidak adanya persyarat an AMDAL dalam pendirian minimarket semakin memberi t empat pada pe- rit el-perit el kuat (Indomaret dan Alf amart ) un- t uk menguasai pasar rit el di Madura.

  h. Keberadaan f asili- t as sosial dan fasi- lit as umum yang sudah ada; negat if yang diaki- bat kan oleh j arak ant ara Hypermar- ket dengan Pasar Tradisional yang t elah ada sebelum nya; dan j . Tanggung j awab sosial perusahaan (Cor porat e Soci al Responsi bi li t y)

  Tradisional seba- gai sarana bagi UM KM lokal;

  c. Kepadat an pendu- duk; d. Pert umbuhan pen- duduk; e. Kemit raan dengan UMKM lokal; f . Penyerapan t ena- ga kerj a lokal; g. Ket ahanan & per- t umbuhan Pasar

  a. Srukt ur penduduk menurut mat a pen caharian dan pen didikan; b. Tingkat pendapat an ekonomi rumah t angga;

  Pasal 3: (1) Pendirian Pasar Tradi sional at au Pusat Per- belanj aan at au t oko Modern selain mini- market harus meme- nuhi persyarat an ke- t ent uan undang-un- dang & harus melaku kan analisa kondisi so sial ekonomi masya- rakat , keberadaan Pa sar Tradisional dan UMKM yang berada di wilayah bersangkut - an. (2) Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan Pasar Tradisional dan UMKM sebagaimana dimak- sud ayat (1) melipu- t i:

  a. St udi kel ayakan t er- masuk analisis menge- nai dampak lingkung- an, t erut ama aspek so sial budaya & dam- paknya bagi pelaku perdagangan eceran set empat ;

  IUTM dileng- kapi dengan:

  2T, IUPP dan

  IUTM unt uk Minimar- ket diut amakan bagi pelaku Usaha Kecil & Usaha Menengah se- t empat (3) Izin melakukan usaha sebagaimana dimak- sud pada ayat (1) di- t erbit kan oleh Bupat i/ Walikot a dan Guber- nur unt uk Pemerint ah Provinsi DKI Jakart a.

  c. Izin Usaha Toko Mo- dern (IUTM) unt uk Mi nimar ket , Super- market , Depart ment St ore, Hypermarket dan Perkulakan. (2)

  b. Izin Usaha Pusat Perbelanj aan (IUPP) unt uk Pert okoan, Mall, Plasa dan Pu- sat Perdagangan.

  Permendag No. 53 Tahun 2008 Pasal 12: (1) Unt uk melakukan usa- ha Pasar Tradisional, Pusat Perbelanj aan & Toko Modern, waj ib memiliki: a. Izin Usaha Pe-ngelo- laan Pasar Tradisio- nal (IUP2T) unt uk Pasar Tradisional.

Pasal 13 Permint aan IUP-

b. Rencana kemit raan de ngan Usaha Kecil.

  242 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 2 Mei 2012

  t ent ang Penerbit an Surat Ij in Usaha Perdagang- an (SIUP) (selanj ut nya disebut Permendagri No.

  36 Tahun 2007) selengkapnya merumuskan se- bagai berikut : (1) Kewaj iban memiliki SIUP sebagai dimaksud Pasal 2 ayat (1) dikecua- likan t erhadap:

  a. Kant or Cabang Perusahaan at au Kant or Perwakilan Perusahaan;

  b. Perusahaan Kecil perorangan yang t idak berbent uk Badan Hukum at au Persekut uan yang diurus, di j alankan at au dikelola sendiri oleh pemiliknya at au anggot a keluarga kerabat t erdekat ; c. Pedagang Keliling, Pedagang Aso- ngan, Pedagang Pinggir Jalan at au

  Pedagang Kaki Lima. (2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huf b dan huruf c dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki yang bersangkut an.

  Berdasarkan st udi dokumen yang dilaku- kan, t erdapat perbedaan pengat uran ant ara Perpres No. 112 Tahun 2007 dengan Permen- dagri No. 53 Tahun 2008 khususnya t ent ang ket ent uan j arak pendirian minimarket . Perpres t elah mengat ur bahwa dalam pendirian t oko modern (minimarket , supermarket , depar t ment

  st or e, hyper mar ket ) waj ib memperhat ikan j a-

  rak pendirian hypermarket dengan pasar t radi- sional yang ada sebelumnya (Pasal 4). Namun karena minimarket t elah dikecualikan oleh Per- mendag No. 53 Tahun 2008 t erkait dengan AM- DAl, berart i sekaligus j uga memberikan penge- cualian dalam art i minimarket dapat t idak memperhat ikan at au boleh mengabaikan keber- adaan pasar t radisional dan UMKM yang berada di wilayah bersangkut an. Tidak adanya penga- t uran pembat asan j arak ant ara minimarket de- ngan pasar t radisional semakin mendesak pe- dagang pasar t radisional dan t oko t radisional khususnya dalam bent uk menurunnya omset penj ualan. Hal ini apabila dibiarkan t erus me- nerus t anpa ada pengat uran t ent u j angka pan- j ang akan dapat memarj inalkan, bahkan mema- t ikan pasar t radisional di wilayah t ersebut . kot a di Madura dalam menghadapi pe-ningkat an minat pendirian t oko modern, ada yang t erbuka (Bangkalan dan Sumenep) dan ada yang t erbuka dengan syarat (Sampang dan Pamekasan). Sej ak pembangunan j embat an Suramadu, di Bangkal- an t erj adi peningkat an j umlah t oko Indomaret , semula 2 gerai t erj adi penambahan 12 gerai sehingga berj umlah 14 gerai, di mana Indoma- ret menyebar di 9 dari 18 kecamat an yait u Ka- mal 2 gerai, Bangkalan 5 gerai, Kwanyar, Ta- nah Merah, Klampis, Sepulu, Tanj ung Bumi, Arosbaya, dan Blega masing-masing 1 gerai. Di Sumenep, meskipun t erbuka, penambahan In- domaret t idak berbanding lurus dengan j umlah kecamat an disebabkan wilayah pemukiman penduduk di Sumenep bersif at memencar se- hingga kurang diminat i oleh Indomaret . penam- bahan 5 gerai di Sumenep yang menyebar di Kecamat an-kecamat an Kot a 2 gerai, Lent eng, Kalianget , dan Prenduan masing-masing 1 ge- rai. Wakil Bupat i (Wabup) Pamekasan meng- himbau agar pembukaan t oko modern hanya di kecamat an kot a, sehingga t erj adi penambahan 5 gerai Indomaret di Pamekasan, semuanya berada di kecamat an kot a. Hal ini dilakukan dalam rangka menj aga kelangsungan pasar dan t oko t radisional karena bagi masyarakat apabila t er-dapat selisih harga, mereka akan memilih yang lebih murah walaupun agak j auh. Pada saat Indomaret mengaj ukan permohonan pen- daf t aran 2 gerai unt uk masing-masing kecamat - an, t idak dikabulkan karena adanya himbauan Wabup t ersebut .

  10 Pada t ahun 2011, di Sam-

  pang t erj adi penangguhan permohonan 6 TDP t oko modern dengan alasan sampai dikeluar- kannya legislasi daerah t ent ang penat aan t oko modern.

  11 Perbedaan sikap t ersebut j ika dit elusuri

  bermuara dari pemilihan paradigma pembangu- 10 Hasil wawancara mendal am dengan Drs. R. Harr y

  Sucahyono, MM, Kasi Pendaf t ar an Per dagangan Dis- perindag Kab. Pamekasan, t anggal 19 Sept ember 2011. Adanya hi mbauan Wabup ini memuncul kan ekses, di Kecamat an Waru, Indomaret yang sudah menyew a (kont rak t anah) sel ama 10 t ahun dan sudah bero-perasi , saat mengaj ukan pendaf t aran dit ol ak, sehingga sampai St udi Pot ensi Kompet isi ant ar a Pasar Tr adisional dengan Toko Modern Pasca Perat ur an Presiden … 243

  nan yang diyakini benar oleh para pengambil kebij akan. Bagi pihak yang meyakini paradig- ma pembangunan ekonomi lebih berorient asi pada perkembangan ekonomi cenderung men- dukung upaya pemberian keleluasaan bagi pen- dirian t oko modern karena menunj ang perkem- bangan ekonomi daerah yang pangkalnya dapat meningkat kan pendapat an asli daerah (PAD), sedangkan bagi pihak yang meyakini paradigma pembangunan ekonomi yang berorient asi pada ” keadilan sosial” , t ent unya perkembangan eko- nomi yang diharapkan adalah perkembangan dan kemaj uan dalam kont eks kesat uan ekonomi yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat In- donesia.

  Tuj uan UU Ant i Monopoli adalah t ercip- t anya ef isiensi dalam berusaha, namun per- kembangan ekonomi yang ef isien adalah ef i- siensi yang berkeadilan bukan ef isiensi seba- gaimana pengert ian ef isiensi murni sepert i di- anut oleh negara-negara kapit alis

  12

  . Ef isiensi i- ni mengakibat kan pedagang dapat memenang- kan kompet isi dan dapat berkembang menj adi perusahaan-perusahaan besar, UUD 1945 sa- ngat konsist en dengan prinsip ef isiensi berkea- dilan,

  13

  sehingga t ersingkirnya pasar t radisio- nal dan pelaku usahanya disebabkan adanya persaingan yang t idak seimbang adalah sangat t idak adil.

14 Berdasarkan pengamat an, pada aspek

  manaj emen, yang meliput i wakt u layanan, ke- bersihan dan kenyamanan, merupakan f akt or yang mempengaruhi kompet isi. Secara umum, wakt u layanan pasar t radisional rat a-rat a sam- pai pukul 11. 00 WIB kecuali kecamat an Kot a maksimal pukul 16. 00 WIB. Pasar t radisional di Madura dikenal hari pasaran, yait u hari dit a- warkannya produk yang lengkap yait u hari-hari t ert ent u, 1 hari/ minggu sampai 3 hari/ minggu, sedangkan t oko modern, wakt u layanannya 12

  l ihat Sut an Remy Sj ahdeini, “ Larangan Prakt ik Mo- nopol i dan Persai ngan Usaha Ti dak Sehat ” , Jur nal Hukum Bi sni s, Edi si 10, Tahun 2000, Jakart a: Fakul t as Hukum Unika At ma Jaya hl m. 6. 13 Jimat Joj i yon Suhar a, “ Urgensi Redef inisi Asas dan

  set iap hari dan lebih panj ang, di mana Layanan sampai pukul 22. 00 WIB. Harga yang dit awar- kan t oko modern relat if sama dengan pasar t ra- disional, namun demikian produk yang dit awar- kan lebih lengkap, sert a dit ambah kenyamanan dan kebersihan, sehingga semakin menempat - kan pasar t radisional pada posisi dan kondisi yang t idak seimbang. Dalam rangka mengant i- sipasi kompet isi t ersebut , seharusnya pendirian pasar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern mengacu pada RTRW Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang Wilayah Kabu- pat en/ Kot a t ermasuk perat uran zonasinya (Pa- sal 2 ayat (1) Perpres 112 Tahun 2007). Namun, sampai akhir t ahun 2011, dari 4 (empat ) kabu- pat en di Madura, hanya Bangkalan yang sudah memiliki Perda RT RW, sudah ada ket ent uan t ent ang arahan zonasi kawasan perdagangan dan j asa yait u Perda No. 10 Tahun 2009 t ent ang Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en Bang- kalan Tahun 2009-2029 (selanj ut nya disebut Perda RTRW Bangkalan). Tersedianya Perda RT- RW t idak sert a mert a mengindikasikan penat a- an pasar t radisional dan t oko modern lebih baik, karena ada f akt a t elah t erj adi pemindah- an (relokasi) pasar t radisional Ki Lemah Duwur, dulunya berlokasi di dalam kot a yang dekat pe- mukiman penduduk, namun sekarang dipindah- kan ke lokasi yang j auh dari pemukiman pen- duduk dan berdekat an, sert a bersebelahan de- ngan bangunan yang rencananya bernama “ Bangkalan Plasa” .

  Perda RTRW Bangkalan mengat ur me- ngenai zonasi kawasan perdagangan dan j asa dit et apkan dengan memperhat ikan ket ent uan j arak pendirian pasar modern at au t oko mo- dern t erhadap pasar t radisional dengan radius 1 km (Pasal 104 huruf g Perda RTRW Bangkalan). Namun, rupanya saat t erj adinya pemin-dahan lokasi pasar t radisional Ki Lemah Duwur Bang- kalan t idak memperhat ikan ket ent uan t ersebut . Kondisi demikian bukan hanya bert ent angan dengan Perda RTRW, t et api j uga membawa implikasi bahwa apabila pusat perbelanj aan t ersebut beroperasi, hal yang t idak bisa dihin-

  244 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 2 Mei 2012

  18 Upaya relo-

  Berdasarkan st udi dokumen, diket ahui bahwa pendirian minimarket selain harus me- miliki ij in, j uga harus memperhat ikan kepada- t an penduduk, perkembangan pemukiman baru, aksebilit as wilayah (arus lalu lint as), dukungan/ ket ersediaan inf rast rukt ur sert a memperhat i- kan keberadaan pasar t radisional dan warung/ t oko di wilayah sekit ar yang lebih kecil daripa- da minimarket t ersebut . Pendirian minimarket diut amakan unt uk diberikan kepada pelaku usa- ha yang domisilinya sesuai dengan lokasi mini- market dimaksud (Pasal 9 j o Pasal 10 Permen- 17 Hasil waw ancara mendal am dengan Imam Sukandi ,

  t i ga, IUTM unt uk Minimarket , Supermarket , De- par t ment St or e, Hyper mar ket dan Perkulakan.

  Ket ent uan Pasal 10 Permendagri No. 53 Tahun 2008 mengat ur bahwa bagi pelaku usa-ha yang akan melakukan kegiat an usaha di bidang pasar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern, diwaj ibkan memiliki: per t ama, IUP2T unt uk Pasar Tradisional; kedua, UPP unt uk Per- t okoan, Mall, Plasa dan Pusat Perdagangan; ke-

  Tugas khusus Kement erian Perdagangan t erhadap pasar t radisional adalah pada kebij a- kan pembinaan dan pengawasan. Pembinaan berupa pencipt aan sist em manaj emen penge- lolaan pasar, pelat ihan t erhadap sumberdaya manusia (SDM), konsult asi, f asilit asi kerj asama, pembangunan dan perbaikan sarana maupun prasarana pasar, sedangkan pengawasan adalah pengawasan t erhadap pengelolaan usaha pasar t radisinal, pusat perbelanj aan dan t oko modern (Pasal 18 dan Pasal 19 Permendagri No. 53 Ta- hun 2008).

  kasi dan renovasi pasar t radisional menj adi se- mi modern j uga t erj adi di pasar Ki Lemah Du- wur Bangkalan yang lokasinya bersebelahan de- ngan pusat perbelanj aan.

  Sampang t elah dilakukan pembenahan 47 kios Pasar Omben dan pada t ahun 2012 direncana- kan pembenahan 11 pasar berupa pavingisasi j alan, pengerasan, perbaikan selokan, perbaik- an los, t oilet dan lahan parkir.

  marj inalkan, sesuai dengan logika kompet isi yakni “ zer o sum game” yang kuat akan t et ap bert ahan dan yang lemah akan menghilang.

  17 Sement ara it u, pada t ahun 2011 di

  Dal am Ikl i m Persaingan Usaha Yang Dinami s Di Kot a sus (DAK).

  but sebagai f akt a bahwa pasar t radisional me- rupakan t empat penampungan t enaga kerj a yang t idak t erserap di sekt or lain. Pada t ahun 2011 di Sumenep mulai dilakukan pembangunan Pasar Anom 2 lant ai sekaligus sebagai upaya perbaikan akibat sebagian t erbakar t ahun 2007, kemudian pada t ahun 2012 direncanakan pem- benahan t erhadap 7 pasar t radisional yang da- nanya berasal dari Anggaran Pendapat an dan Belanj a Daerah (APBD) dan Dana Alokasi Khu- 15 Anoni m, “ Anal isis Keberl anj ut an Pasar Tradi sional

  masing-masing kabupat en dalam rangka me- ningkat kan kompet isi dengan t oko modern, t elah melakukan peningkat an sarana dan pra- sarana pasar t radisional. Berdasarkan wawan- cara mendalam, diperoleh dat a bahwa di Pame- kasan, pada 2011 t elah dilakukan pavingisasi di Pasar Lent eng dan Pusat Pasar “ Shopping” . Pa- da 2012, direncanakan unt uk renovasi Pasar 17 Agust us Pamekasan, bahkan apabila permint aan pedagang unt uk berj ualan di Pasar Kolpaj ung semakin meningkat , rencana pembangunan pa- sar Kolpaj ung menj adi 2 lant ai saat mendat ang t idak dapat dihindari lagi.

  Pemerint ah Kabupat en (Pemkab) memi- liki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar sebagai pihak yang bert anggung j awab at as pembinaan dan pengelolaan pasar t radisional di wilayahnya. Berbagai upaya t elah dilakukan mulai dari renovasi bangunan maupun pening- kat an sarana dan prasarana. Namun, peran Pemkab sebagai pengelola pasar baru mempo- sisikan pasar t radisonal sebagai pot ensi sumber pendapat an asli daerah (PAD) dan belum me- nyert ainya dengan pengelolaan pasar yang pro- f essional.

  Upaya yang Dilakukan dalam Rangka Meng- at asi Kendala Kompet isi

15 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pasar

16 Peningkat an t erse-

  St udi Pot ensi Kompet isi ant ar a Pasar Tr adisional dengan Toko Modern Pasca Perat ur an Presiden … 245

  dagri No. 53 Tahun 2008). Lokasi pendirian pa- sar t radisional, pusat perbelanj aan dan t oko modern waj ib mengacu pada Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang wilayah Kabupat en/ Kot a t er- masuk perat uran zonasinya. Bagi Kabupat en/ Kot a yang belum memiliki Rencana Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a dan Rencana Det ail Tat a Ruang Wilayah Kabupat en/ Kot a t idak di- perbolehkan memberi izin lokasi unt uk pemba- ngunan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanj aan dan Toko Modern (Pasal 2 Permendagri No. 53 Tahun 2008).

  Persoalannya sampai saat ini, 4 (empat ) kabupat en di Madura belum memiliki perat ur- an daerah yang mengat ur t ent ang penat aan dan perlindungan pasar t radisional. Perat uran yang ada hanya bersif at bagaimana pasar t radisional dikelola sebagai sumber PAD melalui peningkat - an penarikan ret ribusi, sepert i Perda Kabupa- t en Bangkalan No. 19 Tahun 2008 t ent ang Pena- t aan, Pengelolaan Pasar dan Ret ribusi Pasar Daerah, Perda Kabupat en Sampang No. 5 Tahun 2011 t ent ang Ret ribusi Jasa Umum, sement ara di Sumenep, Perda yang mengat ur t ent ang re- t ribusi pasar t ert uang dalam Perda t ent ang Ja- sa Usaha, di mana saat penelit ian berlangsung, Perda sedang dalam proses pengundangan da- lam lembaran daerah, sehingga belum dapat disebut kan nomor dan t ahunnya, di Pamekasan hal t ersebut j uga sedang dalam proses pemba- hasan. Bagi peda-gang pasar t radisional, berba- gai upaya renovasi maupun relokasi yang dila- kukan, pangkalnya adalah meningkat nya harga sewa kios dan los sehingga semakin memper- kecil pendapat an mereka. Hal ini mengakibat - kan t idak sedikit kios-kios di pasar t radisional yang t elah direnovasi masih banyak yang kosong sepert i yang t erj adi di Pasar Srimangunan Sam- pang.

  Belum adanya legislasi daerah t ent ang penat aan pasar t radisional dan t oko modern membawa implikasi pada belum dapat dit erap- kannya sekaligus dit egakkannya ket ent uan Per- mendagri No. 53 Tahun 2008 khususnya t ent ang pembina dan pengawas pasar t radisional pada

  “ hukum ekonomi” yang mengandung proposisi bahwa t erdapat hubungan t erbalik ant ara pena- waran dengan harga, dalam art i semakin ba- nyak penawaran semakin rendah harganya. Menj amurnya t oko modern di Madura diharap- kan t erj adi kompet isi, sehingga harga menj adi murah dan konsumen diunt ungkan. Menj amur- nya t oko modern memang mengunt ungkan kon- sumen, t et api t idak demikian halnya dengan kepent ingan pasar t radisional. Tidak adanya sinkronisasi Permendagri dengan Perpres khu- susnya t ent ang persyarat an AMDAL bagi pendiri- an minimarket , menunj ukkan perbedaan peng- gunaan “ asas keseimbangan kepent ingan pelaku usaha dengan kepent ingan umum t ermasuk ke- pent ingan konsumen” sebagaimana diat ur da- lam ket ent uan Pasal 2 UU Ant i Monopoli seba- gai landasan pemilihan priorit as ant ara perkem- bangan ekonomi dengan perlindungan pasar t radisional. Menurut Suhara, asas keseimbangan dalam Pasal 2 UU Ant i Monopoli berbeda de- ngan f okus Pasal 33 ayat (4) UUD NRI 1945 yang menekankan keseimbangan pada kemaj uan dan kesat uan ekonomi nasional. Perbedaan ini sa- ngat signif ikan karena pengert ian keseimbang- an pelaku usaha dengan kepent ingan umum sangat kabur, sehingga menyebabkan banyak yang menaf sirkan asas at au prinsip dasar UU Ant i Monopoli dengan UU Ant it rust Amerika

  19 .

  Sebagian Pemkab melakukan upaya pem- bat asan pendirian t oko modern dalam rangka mendorong kompet isi ant ara pasar t radisional dengan t oko modern, sebagaimana yang dila- kukan Pemkab Sampang dan Pamekasan, se- dangkan sebagian yang lain memberikan kele- luasaan pendirian t oko modern sebagaimana Pemkab Bangkalan dan Sumenep. Sikap pem- berian keleluasaan t ersebut t idak lain sebagai wuj ud penerapan asas ” kesempat an berusaha yang sama” dalam UU Ant i Monopoli sehingga pasar t radisional harus berhadapan dengan t oko modern. Persoalannya, ket ika pasar t radisional harus berkompet isi dengan t oko modern dengan posisi st at us, modal, manaj emen yang t idak se-

  246 Jurnal Dinamika Hukum Vol . 12 No. 2 Mei 2012

  bas t anpa campur t angan pemerint ah, maka dist orsi dan eksploit asi oleh pihak yang kuat t erhadap pihak yang lemah t idak dapat dihin- dari. Pasar t radisional dengan karakt erist ik lemah modal, lemah manaj emen pada akhirnya akan menanggung kekalahan dalam kompet isi.

Dokumen yang terkait

“ANALISIS SIKAP PEDAGANG TERHADAP RELOKASI PASAR TRADISIONAL KE PASAR SEMI MODERN DI KECAMATAN KARANGPLOSO”

1 43 3

"ANALISIS SIKAP PEDAGANG TERHADAP RELOKASI PASAR TRADISIONAL KE PASAR SEMI MODERN DI KECAMATAN KARANGPLOSO"

4 35 25

RESPON PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DALAM PERSAINGAN DENGAN PASAR MODERN SEBAGAI DAMPAK PERDAGANGAN BEBAS (STUDY KASUS DI PASAR DINOYO DAN PASAR BLIMBING MALANG)

0 7 33

ASPEK HUKUM BISNIS TOKO MODERN TERHADAP KEBERLANGSUNGAN USAHA KECIL DAN PASAR TRADISIONAL DITINJAU DARI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT

0 5 17

ASPEK HUKUM BISNIS TOKO MODERN TERHADAP KEBERLANGSUNGAN USAHA KECIL DAN PASAR TRADISIONAL DITINJAU DARI PERSAINGAN USAHA YANG SEHAT

5 51 10

IMPLEMENTASI PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN JEMBER DI TINJAU DARI PERPRES NO. 112 TAHUN 2007 JO. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NO. 53/M-DAG/PER/12/2008 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

0 5 15

IMPLEMENTASI PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN JEMBER DI TINJAU DARI PERPRES NO. 112 TAHUN 2007 JO. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NO. 53/MDAG/ PER/12/2008 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

0 4 8

KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL PASCA RELOKASI DAN PEMBANGUNAN PASAR MODERN

0 1 14

MODEL PENGUKURAN DAMPAK PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL TERHADAP PDRB DI KABUPATEN BOYOLALI

0 0 98

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENERAPAN PENENTUAN JARAK ANTARA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN - ANALISIS TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN JARAK ANTARA PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN DAERAH - repo unpas

0 0 50