Jurnal kesehatan masyarakat dan id
Analisis Efektifitas Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi
VI Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013
Effectiveness Analysis of Application of Hospital Information System (SIRS)
Revision VI Regional General Hospital (Hospital) Bangkinang Year 2013
PUTRIAH
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru
ABSTRAK
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang
berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi,
analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit dengan tujuan memberikan data dan informasi yang
lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
pengambilan keputusan diberbagai tingkat administrasi. Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) terdiri dari data rumah sakit, data ketenagaan, kegiatan rumah sakit,
data angka kesakitan dan kematian serta data kunjungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI yang dilihat dari struktur organisasi,
ketersediaan data, sumber daya manusia, peralatan serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dangan metode pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi dan analisis data yang digunakan adalah analisis
isi (content analysis).
Hasil dari penelitian ini menjelaskan masih terdapat format laporan di
instalasi/ruangan terkait yang belum dapat merekap seluruh jenis laporan, tenaga
pengelola SIRS tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun manajemen,
belum semua format laporan dalam bentuk link/aplikasi, Standar Operasional
Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi tidak lengkap dan kurang sistematis, sedangkan SOP pengolahan data
di instalasi/ruangan terkait masih bentuk lisan.
Kesimpulan: penerapan sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI di
Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang Tahun 2013 belum efektif, hal ini
disebabkan oleh kedudukan pengelola SIRS di kasi perbendaharawan ,ada
beberapa jenis format pelaporan instalasi/ruangan terkait belum sempurna, tidak
ada tenaga pengelola SIRS mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun
manajemen, belum semuapengolahan data link/aplikasi atau masih ada secara
manual, SOP belum lengkap.
Daftar Pustaka
: 24 (2009-2013)
Kata Kunci
: Analisis, Efektivitas, Penerapan, SIRS, RSUD
Bangkinang
ABSTRACT
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang
berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi,
analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit dengan tujuan memberikan data dan informasi yang
lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
pengambilan keputusan diberbagai tingkat administrasi. Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) terdiri dari data rumah sakit, data ketenagaan, kegiatan rumah sakit,
data angka kesakitan dan kematian serta data kunjungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI yang dilihat dari struktur organisasi,
ketersediaan data, sumber daya manusia, peralatan serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dangan metode pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi dan analisis data yang digunakan adalah analisis
isi (content analysis).
Hasil dari penelitian ini menjelaskan masih terdapat format laporan di
instalasi/ruangan terkait yang belum dapat merekap seluruh jenis laporan, tenaga
pengelola SIRS tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun manajemen,
belum semua format laporan dalam bentuk link/aplikasi, Standar Operasional
Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi tidak lengkap dan kurang sistematis, sedangkan SOP pengolahan data
di instalasi/ruangan terkait masih bentuk lisan.
Kesimpulan: penerapan sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI di
Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang Tahun 2013 belum efektif, hal ini
disebabkan oleh kedudukan pengelola SIRS di kasi perbendaharawan ,ada
beberapa jenis format pelaporan instalasi/ruangan terkait belum sempurna, tidak
ada tenaga pengelola SIRS mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun
manajemen, belum semuapengolahan data link/aplikasi atau masih ada secara
manual, SOP belum lengkap.
Bibliography: 24 (2009-2013)
Keywords: Analysis, Effectiveness, Implementation, SIRS, hospitals Bangkinang
PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar Negara RI, Tahun 1945 Pasal 29 dan 34 dinyatakan
bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas umum yang layak. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
bathin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Undang-Undang Dasar Negara RI,
Tahun 1945).
Undang-Undang RI No 36 tahun 2009, dinyatakan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
non diskriminatif serta norma-norma agama. Tujuan dari pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
nasional dan ekonomis.
Arahan dan acuan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan harus sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJPK) Tahun 2005-2020. RPJPK Tahun 2005-2020 adalah rencana
pembangunan kesehatan nasional dibidang kesehatan untuk jangka waktu dua
puluh tahun kedepan, yang dijadikan sebagai arah sekaligus acuan bagi
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta dalam mewujudkan pembangunan
kesehatan sesuai dengan dasar, visi, misi dan arah pembangunan kesehatan yang
telah disepakati (RPJPK, 2005-2020).
Bentuk nyata pelaksanaan pembangunan kesehatan tertuang dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2009 dijelaskan bentuk dan tata cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang dasar 1945. Visi dan misi
Indonesia Sehat Tahun 2014 yang tertuang dalam enam rencana strategis Tahun
2010-2014, salah satu misi yang tercantum adalah meningkatkan manajemen
kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk
memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab dalam setiap
tatanan pelayanan kesehatan baik tingkat pusat maupun daerah yang terlihat
dalam bentuk mutu pelayanan di institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas
maupun rumah sakit (Visi dan Misi Indonesia Sehat, Starategi ke 6 Tahun 20102014).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit merupakan
satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, ketiga
pilar tersebut adalah pemilik, profesional kesehatan dan manajemen. Keserasian
atau ketidakserasian antara ketiga pilar tersebut menentukan berhasil atau
tidaknya misi suatu rumah sakit, salah satu penentu suksesnya interaksi yang tidak
harmonis antara ketiga otoritas tersebut adalah data dan informasi. Salah satu
bentuk informasi yang berisi data dan kegiatan pada suatu rumah sakit adalah
sistem informasi rumah sakit (SIRS).
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan,
pengelolaan dan penyajian data rumah sakit se Indonesia. Sistem informasi ini
mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara
publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) maka ketersediaan data dan
informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah
sakit, hal ini dibutuhkan karena data dan informasi dapat mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan zaman (Juknis SIRS Revisi V, 2011).
Menurut Permenkes RI (2010) komponen penting yang akan menentukan
klasifikasi sebuah rumah sakit yang dapat diketahui oleh publik melalui sistem
informasi adalah struktur organisasi, data, sumber daya manusia (SDM), sarana
dan prasarana serta standar operasional prosedur (SOP). Struktur Organisasi
adalah kerangka atau susunan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
dalam suatu organisasi. Data adalah ibarat bahan mentah yang melalui
pengelolaan tertentu lalu menjadi keterangan/informasi. Ketenagaan adalah tenaga
yang bekerja di rumah sakit secara purna waktu dan berstatus pegawai. Sarana
adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun
teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
(umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang
membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan serta SOP adalah prosedur kerja disusun oleh para pelaksana
pelayanan di rumah sakit yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku serta ditetapkan oleh keputusan direktur rumah sakit karena prosedur
kerja merupakan dokumen teknis operasional sebagai jabaran dari dokumendokumen kebijakan yang dibuat oleh direktur rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang merupakan satu-satunya
rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten Kampar.
RSUD Bangkinang merupakan rumah sakit warisan Hindia Belanda yang pada
Tanggal 05 Juni 1996 berdasarkan SK Menkes Nomor: 551/Menkes/SK/VI/1996
tentang Peningkatan Kelas RSUD Bangkinang Milik Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kampar, maka RSUD Bangkinang diakui sebagai rumah sakit
yang tergolong tipe C (Profil RSUD Bangkinang Tahun 2011).
Sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang telah dilaksanakan
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 dengan menggunakan Sistem
Informasi Rumah Sakit Revisi V sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003. Namun pada Bulan Januari Tahun 2011
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, RSUD
Bangkinang menggunakan SIRS Revisi VI yang merupakan penyempurnaan dari
SIRS Revisi V (Juknis SIRS Revisi VI, 2011). Jenis formulir yang ada pada
sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI dapat dilihat pada tabel 1.1 di
bawah ini:
Tabel 1.1
Jenis formulir Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI
NO
1
FORMULIR
Formulir RL 1
Formulir RL 1.1
Formulir RL 1.2
URAIAN
Formulir data rumah sakit
Formulir tentang BOR, LOS, BTO, TOI,
NDR, GDR dan rata-rata kunjungan perhari
selama 1 (satu) tahun serta rata-rata tiap
indikator.
Formulir RL 1.3
2
Formulir RL 2
Formulir tempat tidur rawat inap
Formulir data ketenagaan
3
Formulir RL 3
Formulir data kegiatan rumah sakit
Formulir RL 3.1
Formulir data kegiatan pelayanan rawat inap
Formulir RL 3.2
Formulir pelayanan gawat darurat
Formulir RL 3.3
Formulir RL 3.4
Formulir kegiatan kesehatan gigi dan mulut
Formulir kegiatan kebidanan
Formulir RL 3.5
Formulir kegiatan perinatologi
Formulir RL 3.6
Formulir RL 3.7
Formulir kegiatan pembedahan
Formulir RL 3.8
Formulir kegiatan radiologi
Formulir RL 3.9
Formulir kegiatan laboratorium
Formulir RL 3.10
Formulir kegiatan pelayanan rehabilitasi
medik
Formulir RL 3.11
Formulir kegiatan pelayanan khusus
KET
Formulir RL 3.12
Formulir kegiatan kesehatan jiwa
m.
Formulir RL 3.13
Formulir kegiatan keluarga berencana
Formulir RL 3.14
Formulir kegiatan obat, penulisan dan
pelayanan resep
Formulir RL 3.15
Formulir kegiatan rujukan
Formulir cara pembayaran
4
Formulir RL 4
Formulir RL 4a
Formulir data morbiditas dan mortalitas
pasien rawat inap rumah sakit
Formulir RL 4b
5
Formulir data keadaan morbiditas pasien
rawat jalan rumah sakit
Formulir RL 5
Formulir RL 5.1
Formulir kunjungan rumah sakit
Formulir RL 5.2
Formulir kunjungan rawat jalan
Formulir RL 5.3
Formulir data 10 besar penyakit rawat inap
Formulir RL 5.4
Formulir data 10 besar penyakit rawat jalan
Sumber: Juknis SIRS Revisi VI tahun 2011
Proses pengolahan data diatas dilakukan secara manual dan komputerisasi,
sistem manual dilakukan dengan cara merekapitulasi data-data yang sudah
terkumpul pada unit pengelolaan data untuk dibuat tabel atau grafik yang sesuai
dengan kebutuhan dengan menggunakan alat selain mesin yaitu berupa tulisan
tangan.
Pengolahan
data
secara
komputerisasi
dilakukan
dengan
cara
menginput/entry data yang kemudian dilakukan pengolahan oleh komputer
dengan program masing-masing.
Sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang dengan menggunakan
SIRS Revisi VI pada Januari 2012 dilakukan dengan meminta bantuan pihak
ketiga melalui mekanisme kontrak selama 2 tahun. Hal ini dilakukan karena
pelatihan tentang sistem informasi rumah sakit untuk RSUD Bangkinang baru
dilakukan pada bulan Juni 2012, sedangkan beban yang diberikan kepada petugas
yang dilatih adalah membuat sistem informasi rumah sakit dari Bulan Januari
sampai dengan Desember 2012 sehingga memerlukan waktu yang cukup lama
dalam proses pembuatan maupun adaptasi terhadap sistem informasi rumah sakit
yang baru (peralihan dari SIRS Revisi V ke SIRS Revisi VI). Hasil survey awal
yang dilakukan oleh penulis sampai Bulan Januari 2013 belum seluruh jenis
sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang selesai oleh pihak ketiga,
perjanjian awal antara pihak RSUD Bangkinang dengan pihak ke tiga adalah
sampai akhir tahun 2012 seluruh sistem informasi rumah sakit sudah dalam
bentuk SIRS. Jenis formulir laporan sistem informasi rumah sakit yang selesai
adalah RL 4 dan RL 5 dalam bentuk SIRS yang belum begitu sempurna,
sedangkan formulir RL1
sampai dengan RL 3 masih menggunakan sistem
manual.
Hal diatas menyebabkan keterlambatan dan atau tidak sempurnanya bentuk
penyampaian laporan dari pihak RSUD Bangkinang kepihak eksternal seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, Dinas Kesehatan Propinsi Riau ataupun ke
Dirjen BUK Kementerian Kesehatan yang direncanakan data tersebut dapat
diakses secara on line. Dampak lain dari hal diatas adalah tersendatnya proses
penyajian data dan informasi yang akan mempersulit pihak manajemen dalam
mengambil
keputusan,
perumusan
kebijakan,
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian kegiatan rumah sakit yang sering tidak tepat
sasaran.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis tentang penerapan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang ke Dinas Kesehatan Propinsi dan ke DirJen BUK di Jakarta, dari
lima (5) jenis laporan (RL) yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang baru laporan RL 5 yang bentuk pelaporannya dalam bentuk online,
sedangkan laporan RL1-RL4 masih dalam bentuk manual, Hal ini menyebabkan
keterlambatan pengiriman laporan dalam bentuk SIRS ke unit terkait serta Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUD Bangkinang belum bisa diakses secara
online. Banyak hal yang diperkirakan peneliti menjadi penyebab permasalahan
diatas diantaranya struktur organisasi yang tidak jelas, ketersediaan data, sumber
daya manusia, prasarana serta belum tersedianya Standar Operasional Prosedur
(SOP), dan lain sebaginya. Berdasarkan petunjuk yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan RI DirJen BUK bahwa segala bentuk sistem informasi
rumah sakit harus bisa diakses secara online. Berdasarkan permasalahan diatas
penulis tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut tentang “Analisis Efektifitas
Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.”
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang pada bulan Mei sampai dengan Juni
2013. Subjek dari penelitian ini berjumlah sebelas (11) orang informan. Analisa
data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisa isi (content
analysis) yaitu dengan cara melakukan analisa terhadap data primer dan data
sekunder untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang penerapan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI di RSUD Bangkinang.
HASIL
1.
Hasil Penelitian dari Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama 7 (tujuh)
hari pada Sub. Bagian Keungan Seksi Pembendaharaan dan Verifikasi serta unit
yang terkait seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD,
Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi Medik, hasil yang diperoleh dari kegiatan
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Checklist Pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
8
Variabel yang Diamati
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
Kegiatan pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di
Sub. Bagian Keungan Kasi Pembendaharaan dan Verifikasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Penanggung jawab Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Uraian tugas sumber daya manusia (SDM) Penanggung jawab
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD)
Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanggung jawab Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD)
Kegiatan pengolahan data di unit terkait Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat Inap,
Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi
Medik
Penanggung jawab pengolahan data di unit terkait Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat
Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi
Medik
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengolahan data di unit
terkait Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) seperti Instalansi
Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi,
Laboratorium, Rehabilitasi Medik
Uraian tugas sumber daya manusia (SDM) Penanggung jawab
pengolahan SIRS di unit terkait
Ya
√
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber : Data Primer Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari sembilan (9) variabel yang
diamati dalam pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang diperoleh hasil tujuh (7) variabel ada
sedangkan dua (2) variabel tidak ada
2.
Hasil Penelitian dari Wawancara
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2012
3.
1
Direktur
Lama Tugas
Dalam Jabatan
1 tahun,5 Bulan
2
Kabid Keuangan
3
Kasi Pembendaharaan
Verifikasi
4
No
Jabatan Informan
Pendidikan
Keterangan
Pengambil
keputusan
1 tahun ,5 Bulan
Magister
Kesehatan
Masyarakat
DIII
1 tahun,5 Bulan
SKM .M.Si
Penanggung Jawab
SIRS
Staf pengelola SIRS RSUD
Bangkinang
1
SKM
Pengelola SIRS
5
Kepala Instalasi Rekam Medis
dan Pelaporan
2 tahun,5 Bulan
D III Rekam
Medik,SKM
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
6
Petugas Pengelola Data Rawat
Inap
2 Tahun,5 Bulan
S1 Keperawatan
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
7
Petugas Pengelola Data Rawat
Jalan
2 tahun,5 Bulan
S1 Keperawatan
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
8
Petugas Pengelola Data IGD
2 tahun,5 Bulan
9
Petugas
Pengelola
Data
Penunjang Medik (Radiologi)
2 tahun,5 Bulan
DIII
Keperawatan
S1 Keperawatan,
SH
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
10
Petugas
Pengelola
Penunjang
(Laboratorium)
Data
Medik
2 tahun,5 Bulan
Analis
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
11
Petugas
Pengelola
Penunjang
(Rehabilitasi)
Data
Medik
1 tahun ,5 Bulan
D4 Fisiotrapi
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
dan
Pengawas SIRS
tahun,5 Bulan
Sumber : Data Primer Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat lama tugas informan dalam jabatan di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang adalah berada pada rentang 1
s/d 2 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan informan bervariasi mulai dari tingkat
SLTA sampai Pasca Sarjana yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.
a.
Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara struktural Rumah
Sakit Umum daerah (RSUD) Bangkinang di pimpin oleh seorang Direktur yang
membawahi empat (4) Bagian atau Bidang yaitu Bagian Administrasi Umum,
Bidang Keuangan, Bidang
Pelayanan, Bidang Sumber Daya Manusia dan
Pendidikan. Selanjutnya setiap Bagian atau Bidang membawahi dua (2) atau tiga
(3) Sub Bagian atau Seksi.
b.
Ketersedian data
Seluruh format data dan formulir data di unit terkait telah tersedia walaupun
masih terdapat beberapa formulir yang tidak dapat mengkoordinir seluruh
kebutuhan ruangan seperti masih adanya diagnosa medis yang belum sempurna
atau belum ada pada link/aplikasi sedangkan pada praktek dilapangan dijumpai,
namun proses pengisian data yang sering mengalami masalah seperti komputer
error atau oleh karena pengelola SIRS di unit terkait bukan petugas khusus
melainkan berasal dari perawat yang mempunyai tugas rangkap, sehingga proses
input data sering tidak tepat waktu karena perawat tersebut harus melakukan
pelayanan kepada pasien terlebih dahulu.
c.
Sumber daya manusia
1) Kuantitas sumber daya manusia
Kuantitas sumber daya manusia yang bertugas mengelola SIRS pada Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang masih dirasa cukup walaupun berasal dari berbagai disiplin ilmu yang
tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada mereka
2) Kualitas sumber daya manusia
Semua informan pernah mendapatkan pelatihan tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS)
3) Motivasi sumber daya manusia
Pihak manajemen belum pernah melakukan sejenis umpan balik atau
motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas pengelola SIRS baik pada staf
pengelola SIRS maupun pada petugas pengelola data di unit terkait (Rekam
Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi).
d.
Peralatan pengolahan SIRS
Ketersediaan peralatan untuk pengolahan data SIRS semuanya sudah
menggunakan komputerisasi
e.
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS pada Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang masih dalam proses penyempurnaan. Sedangkan SOP di unit terkait
belum ada
PEMBAHASAN
1.
Struktur Organisasi
Perubahan struktur organisasi yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Bangkinang menurut sebagian informan telah sesuai dengan kebutuhan,
secara struktural Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang dipimpin oleh
seorang Direktur yang membawahi empat (4) Bagian atau Bidang yaitu Bagian
Administrasi Umum, Bidang Keuangan, Bidang Pelayanan, Bidang Sumber Daya
Manusia dan Pendidikan. Selanjutnya setiap Bagian atau Bidang membawahi dua
(2) atau tiga (3) Sub Bagian atau Seksi. Pengelolaan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) berada di bawah Seksi Perbendaharawan dan Verifikasi yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bidang Keuangan.
Secara struktural telah sangat jelas bahwa yang bertanggung jawab pada
pengelolaan SIRS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang adalah
Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Bidang Keuangan yang selanjutnya untuk diteruskan kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang. Pertimbangan
manajemen
meletakkan
pengelolaan
SIRS
di
bawah
Kepala
Seksi
Perbendaharawan dan Verifikasi adalah untuk mempermudah melakukan
verifikasi kebenaran seluruh data yang ada pada SIRS serta untuk mendukung
program prioritas RSUD Bangkinang yaitu untuk menyempurnakan sistem
keuangan yang ditargetkan selesai dalam jangka waktu dua tahun.
Struktur organisasi yang dipergunakan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Bangkinang adalah struktur organisasi garis dan staf. Menurut pendapat
Prayitno (2005:17), struktur organisasi garis dan staf memiliki ciri-ciri seperti
organisasinya bersifat besar dan kompleks, jumlah karyawannya banyak, daerah
kerjanya luas, hubungan kerja yang bersifat langsung, pimpinan dan karyawan
tidak saling mengenal, spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan
dipergunakan secara maksimal, terdapat tiga (3) komponen utama pada struktur
organisasi garis dan staf ini yaitu pimpinan, pembantu pimpinan/staf dan
pekerja/karyawan.
Walaupun struktur organisasi yang diterapkan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Bangkinang telah sesuai dengan kebutuhan, namun dalam hal
pelaksanaan pengelolaan SIRS perlu adanya uraian tugas yang jelas bagi staf
pengelola SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi maupun bagi
petugas pengelola data di unit terkait (Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan,
IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan laporan di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian diperoleh bahwa
penanggung jawab dalam pengelolaan data dan pelaporan di RSJ Tampan adalah
dibawah Sub. Bagian Data dan Pelaporan yang dinaungi oleh Bagian
Perencanaan.
Asumsi dari peneliti penyebab pengelola SIRS RSUD Bangkinang berada
di bawah Kabid Keuangan dan Kasi Verifikasi dan Perbendaharaan adalah karena
manajemen RSUD Bangkinang beranggapan SIRS merupakan sesuatu hal yang
sangat penting sehingga harus ditempatkan pada bidang yang penting pula.
Bagian/bidang keuangan merupakan bidang prioritas yang harus disempurnakan
dalam 2 tahun di RSUD Bangkinang dikerena bagian/bidang ini merupakan
sangat vital, sehingga diharapkan dengan sempurnanya bidang/bagian keuangan
maka Sistem Informasi Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang menjadi
sempurna.
2.
Ketersediaan Data
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh informan didapatkan informasi
bahwa data yang tersedia di unit terkait untuk diteruskan kepada staf pengelola
SIRS RSUD Bangkinang sudah tersedia hal ini dapat dibuktikan dengan
tersedianya format pelaporan pada semua unit terkait, sistem pengolahan data
SIRS RSUD Bangkinang telah dilaksanakan dengan menggunakan bantuan sistem
komputerisasi, namun belum seluruh pengolahan data tersebut menggunakan
aplikasi/link, sehingga sebagian besar data masih diolah secara manual.
Walaupun hanya sebagain kecil dari unit terkait yang melaporkan tidak
semua jenis laporan mereka yang terekap pada sistem link/aplikasi, namun hal
tersebut sangat mempengaruhi efektivitas pengelolaan SIRS di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang, karena data yang di tampilkan dalam SIRS
tidak lengkap sehingga dapat mengurangi keakuratan data yang tersedia dalam
SIRS. Menurut Buku Petunjuk Teknis SIRS Revisi VI (2011), bahwa Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) data yang ditampilkan pada SIRS merupakan
gamabaran umum pelaksanaan seluruh kegiatan yang ada pada suatu rumah sakit.
Kelengkapan data yang dikirim oleh petugas unit terkait kepada staf
pengelola SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi sangat
mempengaruhi efektivitas pengelolaan SIRS sehingga dapat mempengaruhi
keakuratan data yang terdapat pada SIRS. Menurut Moekijat (2005:7),
mengemukakan pendapat bahwa data merupakan ibarat bahan mentah yang
melalui pengelolaan tertentu lalu menjadi keterangan/informasi. Menurut
pendapat Sabarguna (2004:3), informasi adalah data yang telah diolah dan
dianalisa secara formal, dengan cara yang benar dan secara efektif, sehingga
hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan manajemen. Menurut pendapat
Scott (2002:56), informasi yang baik memiliki kriteria dapat dipercaya, valid,
sesuai, akurat, bermanfaat ganda, dapat disediakan dan tepat waktu. Kriteria mutu
informasi yang dihasilkan sistem informasi manajemen adalah kecepatan,
relevansi, ketepatan, umpan balik dan ketersediaan data yang selektif.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan laporan di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian diperoleh bahwa
seluruh format pelaporan di RSJ Tampan telah tersedia, namun masih terdapat
beberapa ruangan yang terlambat mengirimkan laporannya sehingga hal ini dapat
mempengaruhi pengiriman laporan baik secara internal maupun secara eksternal.
Menurut asumsi peneliti penyebab lengkapnya jenis format laporan yang
ada di pengelola SIRS ataupun unit terkait adalah karena SIRS Revisi ke VI ini
merupakan penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang isinya telah disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit, penyebab tidak semua format pelaporan dapat
mewakili kebutuhan ruangan seperti diagnosa hal ini dikarenakan pola
perkembangan penyakit di tiap wilayah tidak sama, sedangkan jenis format
laporan yang ada dalam SIRS dibuat secara umum sehingga ada beberapa jenis
pelaporan yang tidak dapat mewakili kebutuhan suatu unit atau suatu rumah sakit.
3.
Sumber Daya Manusia Pengelola SIRS
a. Kuantitas Sumber Daya Manusia
Kuantitas sumber daya manusia di Sub. Bagian Perbendaharawan
dan Verifikasi, yang bertanggung jawab mengelola SIRS sudah cukup
karena dikerjakan oleh lima orang petugas, namun petugas yang ada tidak
berasal dari berbagai disiplin ilmu dan tidak ada petugas yang mempunyai
disiplin ilmu administrasi atau manajemen dikarenakan tidak adanya
ketersediaan tenaga tersebut.
Rumah sakit sering kali menghadapi masalah kekurangan tenaga,
untuk kalangan rumah sakit pemerintah, kebijakan zero growth sekarang
ini membuat mereka yang pensiun jadi sulit digantikan. Di pihak lain,
jumlah tenaga yang dibutuhkan di rumah sakit terus meningkat karena
pelayanan yang diberikan juga makin beragam serta semakin canggih.
Menurut pendapat Aditama (2007:42-43), bahwa kurangnya tenaga dapat
membuat beban kerja bertambah, sehingga akhirnya mutu kerja menurun.
Upaya menanggulangi keluhan kekurangan pegawai adalah dengan
menarik pegawai baru, memperbaiki kondisi lingkungan pekerjaan,
menaikan kompensasi serta membuat jenjang karier yang jelas. Sementara
itu penghitungan kebutuhan tenaga di rumah sakit dapat dinilai
berdasarkan sistem rasio yang dibandingkan dengan standar, berdasarkan
need dengan menghitung kebutuhan sesuai beban kerja dan dngan cara
menilai demand yang dihitung menurut kegiatan yang memang benarbenar dilakukan.
Informasi yang diperoleh dari informan didapatkan informasi bahwa
kuantitas sumber daya manusia dalam pengolahan data di unit terkait
(Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium,
Rehabilitasi) sudah mencukupi, pengolahan data di setiap unit terkait
dilakukan oleh kepala instalasi/ruangan atau petugas yang telah ditunjuk,
namun mereka tetap mempunyai tugas rangkap yaitu melayani pasien dan
mengelola SIRS sehingga terjadi penumpukan pekerjaan yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi efektifitas pengelolaan SIRS.
Berbicara masalah sumber daya manusia dapat dilihat dari dua (2)
asfek yaitu kuantitas dan kualitas. Pelaksanaan pengolahan SIRS
memerlukan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun
kualitas karena ke duanya merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan. Tetapi apabila dipertanyakan manakah yang lebih penting dari
dua (2) hal diatas maka peneliti berpendapat asfek kualitas lebih penting
dari asfek kuantitas.
Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia, kurang penting
kontribusinya dalam pelaksanaan pengolahan SIRS jika dibandingkan
dengan asfek kualitas sumber daya manusia. Hal ini penting dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut diperlukan tenaga yang profesional atau
berkualitas baik.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kuantitas sumber daya
manusia tidak mempengaruhi perbaikan dalam pelaksanaan pengolahan
SIRS jika tidak disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2009:2),
bahwa kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan peningkatan
kualitas akan menjadi beban pembangunan suatu bangsa.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa kuantitas sumber daya manusia yang mengelola laporan
di RSJ Tampan masih kurang karena hanya dikerjakan oleh 1 orang staf.
Asumsi peneliti tentang kuantitas sumber daya manusia yang ada di
RSUD Bangkinang khususnya pada pengelolaan data SIRS dan unit terkait
yang tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi dan manajemen
dikarenakan kurangnya tenaga yang mempunyai disiplin ilmu tersebut
sehingga pihak manajemen lebih banyak memanfaat tenaga perawat
sebagai pengelola SIRS atau pengelola data diunit terkait karena tenaga
perawat merupakan kualifikasi ketenagaan terbesar di RSUD Bangkinang.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia
1) Pelatihan tentang Pengolahan SIRS
Menurut informasi yang didapat dari semua informan, didapatkan
informasi bahwa semua informan sudah pernah mengikuti pelatihan
tentang pengolahan SIRS ataupun pengolahan data yang dibutuhkan
SIRS. Namun berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa
tidak semuanya petugas di unit terkait ahli dalam pengolahan data
SIRS. Menurut pendapat Notoatmodjo (2009:17), mengemukakan
bahwa pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu
bentuk investasi, oleh sebab itu setiap organisasi dan instansi yang ingin
berkembang maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus
memperoleh perhatian dari pihak manajemen.
Menurut pendapat Hasibuan (2008:69), pelatihan adalah bagian
dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek dari pada teori.
Pendapat yang dikemukakan oleh Rachmawati (2008:117),
pendidikan dan pelatihan adalah unsur sentral dalam pengembangan
karyawan. Pelatihan dalam bentuk yang kompleks diberikan untuk
membantu
karyawan
mempelajari
keterampilan
yang
akan
meningkatkan kinerja mereka dimana akan membantu organisasi
mencapai sasarannya. Sementara kegiatan pendidikan diberikan untuk
memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan kinerja karyawan
serta akan membantu organisasi mencapai sasaran.
Pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003:18),
pentingnya pendidikan dan pelatihan tersebut bukanlah semata-mata
bermanfaat bagi karyawan atau pegawai yang bersangkutan tetapi juga
keuntungan bagi organisasi. Dengan meningkatnya kemampuan atau
keterampilan para karyawan maka dapat meningkatkan produktivitas
kerja para karyawan. Produktivitas kerja para karyawan meningkat
berarti organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan.
Menurut pendapat Siagian (2006:73), terdapat lima (5) alasan
mengapa program pendidikan dan pelatihan diperlukan, yaitu apabila
terlihat gejala menurunnya produktivitas para karyawannya, para
karyawan banyak melakukan kesalahan dalam melakukan tugas, terlihat
gejala bahwa motivasi karyawan rendah, semangat kerja menurun dan
manajemen puncak menentukan strategi baru.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas
pengelolaan laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil
penelitian diperoleh bahwa semua penanggung jawab pengolahan data
dan pelaporan RSJ Tampan belum pernah mendapatkan pelatihan.
Asumsi peneliti penyebab tidak semuanya petugas di unit terkait
ahli dalam pengolahan data SIRS sedangkan mereka telah pernah
mendapat pelatihan adalah rata-rata petugas yang mengola data SIRS di
unit terkait sudah tergolong tua dan baru tahap belajar sistem
komputerisasi, sehingga akan mempengaruhi kinerja mereka dalam
pengolahan SIRS.
Asumsi peneliti penyebab pihak manajemen tidak memberikan
umpan balik/reward kepada staf adalah karena pihak manajemen menilai
SIRS RSUD Bangkinang masih dalam proses penyempurnaan yang
melibatkan pihak ketiga, penyempurnaan ini meliputi sesegera mungkin
seluruh jenis format laporan sudah dalam bentuk link/aplikasi, hal ini
menjadi penyulit bagi pihak manajemen untuk memberikan penghargaan
kepada staf karena belum semua laporan yang dikerjakan oleh staf dalam
bentuk link/aplikasi.
4. Peralatan Pengolahan SIRS
Dari hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa
semua informan mengatakan ketersediaan peralatan untuk pengolahan
SIRS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang belum
semuanya menggunakan sistem komputerisasi, namun belum semua
format laporan dalam bentuk link/aplikasi, hal ini menyebabkan masih
terdapat beberapa petugas pengelola data di unit terkait mengelola data
secara manual.
Peralatan merupakan salah satu unsur penting untuk mendukung
pelaksanaan pengolahan SIRS baik bagi staf pengelola SIRS di Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi maupun bagi petugas pengelola
data di unit terkait. Oleh karena itu ketersediaan peralatan mulai dari yang
sederhana sampai dengan teknologi canggih sangat penting pengaruhnya
terhadap penyelesaian suatu pekerjaan, pengolahan data dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat apabila menggunakan peralatan yang memadai
seperti dengan menggunakan sistem komputerisasi.
Menurut pendapat Amsyah (2003:17), perkembangan peradaban
manusia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan alat penghitung
atau alat pengolah data. Komputer adalah alat pengolah data elektronik
dan tidak bersifat mekanis, semua jenis pengolahan data dapat dilakukan
dengan menggunakan komputer. Selanjutnya menurut pendapat amsyah
(2003:117), menyatakan bahwa komputer dapat merekam dan mengolah
data dari yang sederhana sampai yang paling rumit untuk dijadikan
informasi.
Menurut pendapat Sutabri (2005), penggunaan komputer didalam
SIRS sanagat banyak membantu para manajer dalam pengambilan suatu
keputusan. Komputer dalam SIRS dirumuskan sebagai suatu perlengkapan
elektronik yang mengolah data, mampu menerima masukan maupun
keluaran, memiliki kecepatan yang tinggi, ketelitian yang tinggi dan
mampu menyimpan instruksi untuk memecahkan suatu masalah, oleh
sebab itu komputer sangat penting dalam pengolahan data untuk jumlah
yang besar, pekerjaan yang berulang-ulang dan memerlukan proses yang
cepat.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa ketersediaan peralatan pengolahan data dan pelaporan di
RSJ Tampan belum komputerisasi dan masih banyak yang menggunakan
alat bantu seperti alat tulis, kalkulator dan sebagainya.
Asumsi peneliti penyebab tidak semuanya format pelaporan dalam
SIRS dalam bentuk link/aplikasi adalah karena adanya perubahan bentuk
jenis pelaporan antara manajemen rumah sakit dengan pihak ketiga,
sehingga pihak ketiga harus kembali menyempurnakan aplikasi SIRS
sesuai dengan keinginan pihak manajemen RSUD Bangkinang, hal ini
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga berdampak pada belum
semuanya format pelaporan pengelolaan SIRS dalam bentuk link/aplikasi.
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengolahan SIRS
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
didapatkan informasi bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang
pengolahan SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi sudah
ada dan sudah diberlakukan semenjak SIRS di terapkan di RSUD
Bangkinang.
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan data di unit
terkait menurut pendapat semua informan tidak ada, SOP tentang
pengolahan SIRS di unit terkait pernah disampaikan secara lisan namun
secara tertulis belum ada sehingga petugas kurang mengetahui bagaimana
tata cara pengisian data yang benar.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena dalam rangka
pelaksanaan pengolahan SIRS dan untuk menghasilkan suatu Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang akurat dan tepat hendaknya di
dasarkan pada suatu Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dipergunakan hendaklah
lengkap dan mudah dipahami oleh petugas.
Menurut Sabarguna (2005:19), kelengkapan prosedur merupakan
bagian dari mutu pelayanan dan akreditasi suatu rumah sakit, dengan
adanya
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
diharapkan
dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan pencapaian nilai akreditasi rumah
sakit. Prosedur yang sering disebut dengan PROTAP atau Prosedur Tetap
merupakan pedoman yang memberikan acuan bagi pola kerja yang terarah.
Menurut
Sabarguna
(2005:40),
bahwa
penerapan
Standar
Operasional Prosedur (SOP) hendaklah diupayakan bahwa prosedur secara
resmi dibuat, dalam artian ada Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan
oleh Direktur, adanya petugas yang secara periodik bertugas mengawasi
agar petugas benar-benar menjalankan Standar Operasional Prosedur
(SOP), adanya dilakukan evaluasi tahunan bagi Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang terprogram, sehingga upaya peningkatan dapat
berjalan.
Suatu prosedur tidak ada yang sempurna, apalagi keadaan teknologi
dan peralatan yang makin maju, maka tentunya suatu prosedur harus
mengikuti dan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Jenis teknologi yang ada
Teknologi yang berubah dan semakin canggih perlu penyesuaian
prosedur yang relevan dan dapat mengikutinya.
b. Jenis peralatan
Peralatan khusus yang berbeda tentunya perlu prosedur yang
berbeda pula maka proses penyesuaian harus dilakukan.
c. Penggantian tugas
Petugas yang diganti atau petugas yang baru harus dilatih, jangan
samapi proses penggantian menjadi ganjalan bagi yang lain karena
ketidaktahuan.
Akhirnya peningkatn secara berkelanjutan harus menjadi bagian
dari upaya yang selalu dijalankan agar selalu lebih baik dan mengikuti
perkembangan (Sabarguna, 2005:43).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) di Sub. Bagian
Data dan Pelaporan sudah ada, sedangkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) di unit terkait sebagian besar belum ada.
Asumsi peneliti penyebab belum lengkapnya SOP pengolahan
SIRS di Kasi Pembendaharaan dan Verifikasi dan tidak adanya SOP
diunit terkait adalah karena belum sempurnanya SIRS yang ada
sehingga pihak manajemen perlu mengkaji ulang SOP yang ada yang
disesuaikan dengan SIRS.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang belum efektif yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti berikut:
1.
Dimana
kedudukan
pengelola
SIRS
berada
di
bawah
Kasi
Perbendaharawan dan Verifikasi yang bertanggung jawab langsung
kepala
bidang
Keuangan.
Pertimbangan
manajemen
meletakkan
pengelolaan SIRS di bawah Kasi Perbendaharawan dan Verifikasi adalah
untuk mempermudah melakukan verifikasi kebenaran seluruh data yang
ada pada SIRS serta untuk mendukung program prioritas RSUD
Bangkinang yaitu untuk menyempurnakan sistem keuangan .
2.
Ketersediaan data di instalasi/ruangan terkait telah tersedia, namun ada
beberapa jenis format pelaporan yang tidak dapat mewakili kebutuhan
suatu instalasi/ruangan seperti jenis format RL4a-4b (morbiditas,
mortaditas pasien jawat inap, rawat jalan)
3.
Kuantitas sumber daya manusia di Kasi Perbendaharawan dan Verifikasi
yang bertugas mengelola SIRS dirasakan sudah cukup karena telah
dikerjakan oleh 4 orang, tetapi tidak mempunyai disiplin ilmu
administrasi dan manajemen sedangkan di instalasi/ruangan pengelola
dilakukan oleh kepala instalasi
atau petugas yang ditunjuk .Secara
kualitatif sumber daya manusia sudah pernah mendapat pelatihan.Namum
102
petugas pengelola SIRS masih tahap belajar sistem komputerisasi,
sehingga akan mempengaruhi kinerja mereka dalam pengolahan SIRS.
4.
Peralatan yang dipergunakan untuk pengelolaan data SIRS belum
semuanya menggunakan sistem komputerisasi atau masih ada mengelola
data secara manual
5.
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di kasi
Perbendaharawan dan Verifikasi sudah ada sedangkan SOP di beberapa
instalasi/ruangan terkait pengolahan data dalam bentuk lisan.
B. Saran
1.
Perlu pengkajian ulang oleh pihak manajemen Rumah sakit Umum
daerah (RSUD) Bangkinang tentang kedudukan pengelola SIRS , di
bawah Kasi Perbendaharawan dan verifikasi sehinggan SIRS bisa
dikelola lebih efektif lagi.
2.
Untuk kepentingan pengolahan data yang akurat diharapkan kepada
petugas pengelola SIRS segera mungkin dapat membuat semua jenis
format laporan dalam bentuk link/aplikasi sehingga akan mempermudah
proses pengolahan SIRS.
3.
Kebutuhan sumber daya manusia pada Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi khususnya staf pengelola SIRS diusahakan berasal dari
disiplin ilmu yang sesuai, sehingga mereka dapat bekerja secara
profesional,begitu juga petugas pengelola data di instalasi/ruangan terkait
harus ada tenaga khusus disiplin ilmu administrasi .
4.
Pihak manajemen diharapkan dapat meningkatkan program pelatihan di
dalam atau diluar rumah sakit khususnya pelatihan tentang pengolahan
SIRS sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam
melakukan pengolahan data SIRS.
5.
Perlu adanya standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan
data SIRS bagi petugas pengelola data di instalasi/ruangan terkait yang
menjadi pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam pengelolaan SIRS.
.
VI Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013
Effectiveness Analysis of Application of Hospital Information System (SIRS)
Revision VI Regional General Hospital (Hospital) Bangkinang Year 2013
PUTRIAH
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru
ABSTRAK
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang
berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi,
analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit dengan tujuan memberikan data dan informasi yang
lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
pengambilan keputusan diberbagai tingkat administrasi. Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) terdiri dari data rumah sakit, data ketenagaan, kegiatan rumah sakit,
data angka kesakitan dan kematian serta data kunjungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI yang dilihat dari struktur organisasi,
ketersediaan data, sumber daya manusia, peralatan serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dangan metode pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi dan analisis data yang digunakan adalah analisis
isi (content analysis).
Hasil dari penelitian ini menjelaskan masih terdapat format laporan di
instalasi/ruangan terkait yang belum dapat merekap seluruh jenis laporan, tenaga
pengelola SIRS tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun manajemen,
belum semua format laporan dalam bentuk link/aplikasi, Standar Operasional
Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi tidak lengkap dan kurang sistematis, sedangkan SOP pengolahan data
di instalasi/ruangan terkait masih bentuk lisan.
Kesimpulan: penerapan sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI di
Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang Tahun 2013 belum efektif, hal ini
disebabkan oleh kedudukan pengelola SIRS di kasi perbendaharawan ,ada
beberapa jenis format pelaporan instalasi/ruangan terkait belum sempurna, tidak
ada tenaga pengelola SIRS mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun
manajemen, belum semuapengolahan data link/aplikasi atau masih ada secara
manual, SOP belum lengkap.
Daftar Pustaka
: 24 (2009-2013)
Kata Kunci
: Analisis, Efektivitas, Penerapan, SIRS, RSUD
Bangkinang
ABSTRACT
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu tatanan yang
berurusan dengan pengumpulan data, pengelolaan data, penyajian
informasi,
analisa dan penyimpulan informasi serta penyampaian informasi yang dibutuhkan
untuk kegiatan rumah sakit dengan tujuan memberikan data dan informasi yang
lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan untuk proses
pengambilan keputusan diberbagai tingkat administrasi. Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) terdiri dari data rumah sakit, data ketenagaan, kegiatan rumah sakit,
data angka kesakitan dan kematian serta data kunjungan rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penerapan sistem
informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI yang dilihat dari struktur organisasi,
ketersediaan data, sumber daya manusia, peralatan serta Standar Operasional
Prosedur (SOP) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif dangan metode pengumpulan data berupa metode observasi, wawancara
mendalam, dan studi dokumentasi. Pengolahan data yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi dan analisis data yang digunakan adalah analisis
isi (content analysis).
Hasil dari penelitian ini menjelaskan masih terdapat format laporan di
instalasi/ruangan terkait yang belum dapat merekap seluruh jenis laporan, tenaga
pengelola SIRS tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun manajemen,
belum semua format laporan dalam bentuk link/aplikasi, Standar Operasional
Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi tidak lengkap dan kurang sistematis, sedangkan SOP pengolahan data
di instalasi/ruangan terkait masih bentuk lisan.
Kesimpulan: penerapan sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI di
Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang Tahun 2013 belum efektif, hal ini
disebabkan oleh kedudukan pengelola SIRS di kasi perbendaharawan ,ada
beberapa jenis format pelaporan instalasi/ruangan terkait belum sempurna, tidak
ada tenaga pengelola SIRS mempunyai disiplin ilmu administrasi maupun
manajemen, belum semuapengolahan data link/aplikasi atau masih ada secara
manual, SOP belum lengkap.
Bibliography: 24 (2009-2013)
Keywords: Analysis, Effectiveness, Implementation, SIRS, hospitals Bangkinang
PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar Negara RI, Tahun 1945 Pasal 29 dan 34 dinyatakan
bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas umum yang layak. Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
bathin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan (Undang-Undang Dasar Negara RI,
Tahun 1945).
Undang-Undang RI No 36 tahun 2009, dinyatakan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
non diskriminatif serta norma-norma agama. Tujuan dari pembangunan kesehatan
adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya,
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
nasional dan ekonomis.
Arahan dan acuan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan harus sejalan
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJPK) Tahun 2005-2020. RPJPK Tahun 2005-2020 adalah rencana
pembangunan kesehatan nasional dibidang kesehatan untuk jangka waktu dua
puluh tahun kedepan, yang dijadikan sebagai arah sekaligus acuan bagi
pemerintah dan masyarakat termasuk swasta dalam mewujudkan pembangunan
kesehatan sesuai dengan dasar, visi, misi dan arah pembangunan kesehatan yang
telah disepakati (RPJPK, 2005-2020).
Bentuk nyata pelaksanaan pembangunan kesehatan tertuang dalam Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) Tahun 2009 dijelaskan bentuk dan tata cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya
bangsa Indonesia dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang dasar 1945. Visi dan misi
Indonesia Sehat Tahun 2014 yang tertuang dalam enam rencana strategis Tahun
2010-2014, salah satu misi yang tercantum adalah meningkatkan manajemen
kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya guna dan berhasil guna untuk
memantapkan desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab dalam setiap
tatanan pelayanan kesehatan baik tingkat pusat maupun daerah yang terlihat
dalam bentuk mutu pelayanan di institusi pelayanan kesehatan seperti puskesmas
maupun rumah sakit (Visi dan Misi Indonesia Sehat, Starategi ke 6 Tahun 20102014).
Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi
dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit merupakan
satu bagian dari sistem pelayanan kesehatan, mempunyai tiga pilar otoritas, ketiga
pilar tersebut adalah pemilik, profesional kesehatan dan manajemen. Keserasian
atau ketidakserasian antara ketiga pilar tersebut menentukan berhasil atau
tidaknya misi suatu rumah sakit, salah satu penentu suksesnya interaksi yang tidak
harmonis antara ketiga otoritas tersebut adalah data dan informasi. Salah satu
bentuk informasi yang berisi data dan kegiatan pada suatu rumah sakit adalah
sistem informasi rumah sakit (SIRS).
Sistem informasi rumah sakit (SIRS) adalah suatu proses pengumpulan,
pengelolaan dan penyajian data rumah sakit se Indonesia. Sistem informasi ini
mencakup semua rumah sakit umum maupun khusus, baik yang dikelola secara
publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 44
Tahun 2009 tentang rumah sakit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) maka ketersediaan data dan
informasi mutlak dibutuhkan terutama oleh badan layanan umum seperti rumah
sakit, hal ini dibutuhkan karena data dan informasi dapat mengalami perubahan
seiring dengan perkembangan zaman (Juknis SIRS Revisi V, 2011).
Menurut Permenkes RI (2010) komponen penting yang akan menentukan
klasifikasi sebuah rumah sakit yang dapat diketahui oleh publik melalui sistem
informasi adalah struktur organisasi, data, sumber daya manusia (SDM), sarana
dan prasarana serta standar operasional prosedur (SOP). Struktur Organisasi
adalah kerangka atau susunan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
dalam suatu organisasi. Data adalah ibarat bahan mentah yang melalui
pengelolaan tertentu lalu menjadi keterangan/informasi. Ketenagaan adalah tenaga
yang bekerja di rumah sakit secara purna waktu dan berstatus pegawai. Sarana
adalah segala sesuatu benda fisik yang dapat tervisualisasi oleh mata maupun
teraba oleh panca-indera dan dengan mudah dapat dikenali oleh pasien dan
(umumnya) merupakan bagian dari suatu bangunan gedung ataupun bangunan
gedung itu sendiri. Prasarana adalah benda maupun jaringan / instansi yang
membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang
diharapkan serta SOP adalah prosedur kerja disusun oleh para pelaksana
pelayanan di rumah sakit yang mengacu pada peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku serta ditetapkan oleh keputusan direktur rumah sakit karena prosedur
kerja merupakan dokumen teknis operasional sebagai jabaran dari dokumendokumen kebijakan yang dibuat oleh direktur rumah sakit
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang merupakan satu-satunya
rumah sakit pemerintah dan rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten Kampar.
RSUD Bangkinang merupakan rumah sakit warisan Hindia Belanda yang pada
Tanggal 05 Juni 1996 berdasarkan SK Menkes Nomor: 551/Menkes/SK/VI/1996
tentang Peningkatan Kelas RSUD Bangkinang Milik Pemerintah Kabupaten
Daerah Tingkat II Kampar, maka RSUD Bangkinang diakui sebagai rumah sakit
yang tergolong tipe C (Profil RSUD Bangkinang Tahun 2011).
Sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang telah dilaksanakan
sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2011 dengan menggunakan Sistem
Informasi Rumah Sakit Revisi V sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1410/MENKES/SK/X/2003. Namun pada Bulan Januari Tahun 2011
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1171/MENKES/PER/VI/2011 Tentang Sistem Informasi Rumah Sakit, RSUD
Bangkinang menggunakan SIRS Revisi VI yang merupakan penyempurnaan dari
SIRS Revisi V (Juknis SIRS Revisi VI, 2011). Jenis formulir yang ada pada
sistem informasi rumah sakit (SIRS) Revisi VI dapat dilihat pada tabel 1.1 di
bawah ini:
Tabel 1.1
Jenis formulir Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI
NO
1
FORMULIR
Formulir RL 1
Formulir RL 1.1
Formulir RL 1.2
URAIAN
Formulir data rumah sakit
Formulir tentang BOR, LOS, BTO, TOI,
NDR, GDR dan rata-rata kunjungan perhari
selama 1 (satu) tahun serta rata-rata tiap
indikator.
Formulir RL 1.3
2
Formulir RL 2
Formulir tempat tidur rawat inap
Formulir data ketenagaan
3
Formulir RL 3
Formulir data kegiatan rumah sakit
Formulir RL 3.1
Formulir data kegiatan pelayanan rawat inap
Formulir RL 3.2
Formulir pelayanan gawat darurat
Formulir RL 3.3
Formulir RL 3.4
Formulir kegiatan kesehatan gigi dan mulut
Formulir kegiatan kebidanan
Formulir RL 3.5
Formulir kegiatan perinatologi
Formulir RL 3.6
Formulir RL 3.7
Formulir kegiatan pembedahan
Formulir RL 3.8
Formulir kegiatan radiologi
Formulir RL 3.9
Formulir kegiatan laboratorium
Formulir RL 3.10
Formulir kegiatan pelayanan rehabilitasi
medik
Formulir RL 3.11
Formulir kegiatan pelayanan khusus
KET
Formulir RL 3.12
Formulir kegiatan kesehatan jiwa
m.
Formulir RL 3.13
Formulir kegiatan keluarga berencana
Formulir RL 3.14
Formulir kegiatan obat, penulisan dan
pelayanan resep
Formulir RL 3.15
Formulir kegiatan rujukan
Formulir cara pembayaran
4
Formulir RL 4
Formulir RL 4a
Formulir data morbiditas dan mortalitas
pasien rawat inap rumah sakit
Formulir RL 4b
5
Formulir data keadaan morbiditas pasien
rawat jalan rumah sakit
Formulir RL 5
Formulir RL 5.1
Formulir kunjungan rumah sakit
Formulir RL 5.2
Formulir kunjungan rawat jalan
Formulir RL 5.3
Formulir data 10 besar penyakit rawat inap
Formulir RL 5.4
Formulir data 10 besar penyakit rawat jalan
Sumber: Juknis SIRS Revisi VI tahun 2011
Proses pengolahan data diatas dilakukan secara manual dan komputerisasi,
sistem manual dilakukan dengan cara merekapitulasi data-data yang sudah
terkumpul pada unit pengelolaan data untuk dibuat tabel atau grafik yang sesuai
dengan kebutuhan dengan menggunakan alat selain mesin yaitu berupa tulisan
tangan.
Pengolahan
data
secara
komputerisasi
dilakukan
dengan
cara
menginput/entry data yang kemudian dilakukan pengolahan oleh komputer
dengan program masing-masing.
Sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang dengan menggunakan
SIRS Revisi VI pada Januari 2012 dilakukan dengan meminta bantuan pihak
ketiga melalui mekanisme kontrak selama 2 tahun. Hal ini dilakukan karena
pelatihan tentang sistem informasi rumah sakit untuk RSUD Bangkinang baru
dilakukan pada bulan Juni 2012, sedangkan beban yang diberikan kepada petugas
yang dilatih adalah membuat sistem informasi rumah sakit dari Bulan Januari
sampai dengan Desember 2012 sehingga memerlukan waktu yang cukup lama
dalam proses pembuatan maupun adaptasi terhadap sistem informasi rumah sakit
yang baru (peralihan dari SIRS Revisi V ke SIRS Revisi VI). Hasil survey awal
yang dilakukan oleh penulis sampai Bulan Januari 2013 belum seluruh jenis
sistem informasi rumah sakit di RSUD Bangkinang selesai oleh pihak ketiga,
perjanjian awal antara pihak RSUD Bangkinang dengan pihak ke tiga adalah
sampai akhir tahun 2012 seluruh sistem informasi rumah sakit sudah dalam
bentuk SIRS. Jenis formulir laporan sistem informasi rumah sakit yang selesai
adalah RL 4 dan RL 5 dalam bentuk SIRS yang belum begitu sempurna,
sedangkan formulir RL1
sampai dengan RL 3 masih menggunakan sistem
manual.
Hal diatas menyebabkan keterlambatan dan atau tidak sempurnanya bentuk
penyampaian laporan dari pihak RSUD Bangkinang kepihak eksternal seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar, Dinas Kesehatan Propinsi Riau ataupun ke
Dirjen BUK Kementerian Kesehatan yang direncanakan data tersebut dapat
diakses secara on line. Dampak lain dari hal diatas adalah tersendatnya proses
penyajian data dan informasi yang akan mempersulit pihak manajemen dalam
mengambil
keputusan,
perumusan
kebijakan,
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan dan pengendalian kegiatan rumah sakit yang sering tidak tepat
sasaran.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis tentang penerapan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang ke Dinas Kesehatan Propinsi dan ke DirJen BUK di Jakarta, dari
lima (5) jenis laporan (RL) yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang baru laporan RL 5 yang bentuk pelaporannya dalam bentuk online,
sedangkan laporan RL1-RL4 masih dalam bentuk manual, Hal ini menyebabkan
keterlambatan pengiriman laporan dalam bentuk SIRS ke unit terkait serta Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) RSUD Bangkinang belum bisa diakses secara
online. Banyak hal yang diperkirakan peneliti menjadi penyebab permasalahan
diatas diantaranya struktur organisasi yang tidak jelas, ketersediaan data, sumber
daya manusia, prasarana serta belum tersedianya Standar Operasional Prosedur
(SOP), dan lain sebaginya. Berdasarkan petunjuk yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan RI DirJen BUK bahwa segala bentuk sistem informasi
rumah sakit harus bisa diakses secara online. Berdasarkan permasalahan diatas
penulis tertarik mengadakan penelitian lebih lanjut tentang “Analisis Efektifitas
Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2013.”
METODE
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang pada bulan Mei sampai dengan Juni
2013. Subjek dari penelitian ini berjumlah sebelas (11) orang informan. Analisa
data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisa isi (content
analysis) yaitu dengan cara melakukan analisa terhadap data primer dan data
sekunder untuk mendapatkan informasi yang mendalam tentang penerapan Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) Revisi VI di RSUD Bangkinang.
HASIL
1.
Hasil Penelitian dari Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama 7 (tujuh)
hari pada Sub. Bagian Keungan Seksi Pembendaharaan dan Verifikasi serta unit
yang terkait seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD,
Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi Medik, hasil yang diperoleh dari kegiatan
penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Checklist Pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2012
No
1
2
3
4
5
6
7
8
8
Variabel yang Diamati
Kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang tentang Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS)
Kegiatan pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di
Sub. Bagian Keungan Kasi Pembendaharaan dan Verifikasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Penanggung jawab Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Uraian tugas sumber daya manusia (SDM) Penanggung jawab
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD)
Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanggung jawab Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD)
Kegiatan pengolahan data di unit terkait Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat Inap,
Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi
Medik
Penanggung jawab pengolahan data di unit terkait Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) seperti Instalansi Rekam Medik, Rawat
Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi
Medik
Standar Operasional Prosedur (SOP) pengolahan data di unit
terkait Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) seperti Instalansi
Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi,
Laboratorium, Rehabilitasi Medik
Uraian tugas sumber daya manusia (SDM) Penanggung jawab
pengolahan SIRS di unit terkait
Ya
√
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber : Data Primer Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang Tahun 2012
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari sembilan (9) variabel yang
diamati dalam pengolahan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang diperoleh hasil tujuh (7) variabel ada
sedangkan dua (2) variabel tidak ada
2.
Hasil Penelitian dari Wawancara
Tabel 4.2
Karakteristik Informan Wawancara Mendalam
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang Tahun 2012
3.
1
Direktur
Lama Tugas
Dalam Jabatan
1 tahun,5 Bulan
2
Kabid Keuangan
3
Kasi Pembendaharaan
Verifikasi
4
No
Jabatan Informan
Pendidikan
Keterangan
Pengambil
keputusan
1 tahun ,5 Bulan
Magister
Kesehatan
Masyarakat
DIII
1 tahun,5 Bulan
SKM .M.Si
Penanggung Jawab
SIRS
Staf pengelola SIRS RSUD
Bangkinang
1
SKM
Pengelola SIRS
5
Kepala Instalasi Rekam Medis
dan Pelaporan
2 tahun,5 Bulan
D III Rekam
Medik,SKM
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
6
Petugas Pengelola Data Rawat
Inap
2 Tahun,5 Bulan
S1 Keperawatan
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
7
Petugas Pengelola Data Rawat
Jalan
2 tahun,5 Bulan
S1 Keperawatan
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
8
Petugas Pengelola Data IGD
2 tahun,5 Bulan
9
Petugas
Pengelola
Data
Penunjang Medik (Radiologi)
2 tahun,5 Bulan
DIII
Keperawatan
S1 Keperawatan,
SH
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
10
Petugas
Pengelola
Penunjang
(Laboratorium)
Data
Medik
2 tahun,5 Bulan
Analis
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
11
Petugas
Pengelola
Penunjang
(Rehabilitasi)
Data
Medik
1 tahun ,5 Bulan
D4 Fisiotrapi
Penanggung Jawab
SIRS unit terkait
dan
Pengawas SIRS
tahun,5 Bulan
Sumber : Data Primer Penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat lama tugas informan dalam jabatan di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang adalah berada pada rentang 1
s/d 2 tahun. Sedangkan tingkat pendidikan informan bervariasi mulai dari tingkat
SLTA sampai Pasca Sarjana yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.
a.
Struktur Organisasi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa secara struktural Rumah
Sakit Umum daerah (RSUD) Bangkinang di pimpin oleh seorang Direktur yang
membawahi empat (4) Bagian atau Bidang yaitu Bagian Administrasi Umum,
Bidang Keuangan, Bidang
Pelayanan, Bidang Sumber Daya Manusia dan
Pendidikan. Selanjutnya setiap Bagian atau Bidang membawahi dua (2) atau tiga
(3) Sub Bagian atau Seksi.
b.
Ketersedian data
Seluruh format data dan formulir data di unit terkait telah tersedia walaupun
masih terdapat beberapa formulir yang tidak dapat mengkoordinir seluruh
kebutuhan ruangan seperti masih adanya diagnosa medis yang belum sempurna
atau belum ada pada link/aplikasi sedangkan pada praktek dilapangan dijumpai,
namun proses pengisian data yang sering mengalami masalah seperti komputer
error atau oleh karena pengelola SIRS di unit terkait bukan petugas khusus
melainkan berasal dari perawat yang mempunyai tugas rangkap, sehingga proses
input data sering tidak tepat waktu karena perawat tersebut harus melakukan
pelayanan kepada pasien terlebih dahulu.
c.
Sumber daya manusia
1) Kuantitas sumber daya manusia
Kuantitas sumber daya manusia yang bertugas mengelola SIRS pada Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang masih dirasa cukup walaupun berasal dari berbagai disiplin ilmu yang
tidak sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada mereka
2) Kualitas sumber daya manusia
Semua informan pernah mendapatkan pelatihan tentang Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS)
3) Motivasi sumber daya manusia
Pihak manajemen belum pernah melakukan sejenis umpan balik atau
motivasi untuk meningkatkan kinerja petugas pengelola SIRS baik pada staf
pengelola SIRS maupun pada petugas pengelola data di unit terkait (Rekam
Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi).
d.
Peralatan pengolahan SIRS
Ketersediaan peralatan untuk pengolahan data SIRS semuanya sudah
menggunakan komputerisasi
e.
Standar Operasional Prosedur (SOP)
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS pada Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Bangkinang masih dalam proses penyempurnaan. Sedangkan SOP di unit terkait
belum ada
PEMBAHASAN
1.
Struktur Organisasi
Perubahan struktur organisasi yang terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Bangkinang menurut sebagian informan telah sesuai dengan kebutuhan,
secara struktural Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang dipimpin oleh
seorang Direktur yang membawahi empat (4) Bagian atau Bidang yaitu Bagian
Administrasi Umum, Bidang Keuangan, Bidang Pelayanan, Bidang Sumber Daya
Manusia dan Pendidikan. Selanjutnya setiap Bagian atau Bidang membawahi dua
(2) atau tiga (3) Sub Bagian atau Seksi. Pengelolaan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) berada di bawah Seksi Perbendaharawan dan Verifikasi yang
bertanggung jawab langsung kepada Kepala Bidang Keuangan.
Secara struktural telah sangat jelas bahwa yang bertanggung jawab pada
pengelolaan SIRS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang adalah
Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi yang bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Bidang Keuangan yang selanjutnya untuk diteruskan kepada
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang. Pertimbangan
manajemen
meletakkan
pengelolaan
SIRS
di
bawah
Kepala
Seksi
Perbendaharawan dan Verifikasi adalah untuk mempermudah melakukan
verifikasi kebenaran seluruh data yang ada pada SIRS serta untuk mendukung
program prioritas RSUD Bangkinang yaitu untuk menyempurnakan sistem
keuangan yang ditargetkan selesai dalam jangka waktu dua tahun.
Struktur organisasi yang dipergunakan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Bangkinang adalah struktur organisasi garis dan staf. Menurut pendapat
Prayitno (2005:17), struktur organisasi garis dan staf memiliki ciri-ciri seperti
organisasinya bersifat besar dan kompleks, jumlah karyawannya banyak, daerah
kerjanya luas, hubungan kerja yang bersifat langsung, pimpinan dan karyawan
tidak saling mengenal, spesialisasi yang beraneka ragam diperlukan dan
dipergunakan secara maksimal, terdapat tiga (3) komponen utama pada struktur
organisasi garis dan staf ini yaitu pimpinan, pembantu pimpinan/staf dan
pekerja/karyawan.
Walaupun struktur organisasi yang diterapkan di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Bangkinang telah sesuai dengan kebutuhan, namun dalam hal
pelaksanaan pengelolaan SIRS perlu adanya uraian tugas yang jelas bagi staf
pengelola SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi maupun bagi
petugas pengelola data di unit terkait (Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan,
IGD, Radiologi, Laboratorium, Rehabilitasi).
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan laporan di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian diperoleh bahwa
penanggung jawab dalam pengelolaan data dan pelaporan di RSJ Tampan adalah
dibawah Sub. Bagian Data dan Pelaporan yang dinaungi oleh Bagian
Perencanaan.
Asumsi dari peneliti penyebab pengelola SIRS RSUD Bangkinang berada
di bawah Kabid Keuangan dan Kasi Verifikasi dan Perbendaharaan adalah karena
manajemen RSUD Bangkinang beranggapan SIRS merupakan sesuatu hal yang
sangat penting sehingga harus ditempatkan pada bidang yang penting pula.
Bagian/bidang keuangan merupakan bidang prioritas yang harus disempurnakan
dalam 2 tahun di RSUD Bangkinang dikerena bagian/bidang ini merupakan
sangat vital, sehingga diharapkan dengan sempurnanya bidang/bagian keuangan
maka Sistem Informasi Rumah Sakit Umum (RSUD) Bangkinang menjadi
sempurna.
2.
Ketersediaan Data
Berdasarkan informasi yang diberikan oleh informan didapatkan informasi
bahwa data yang tersedia di unit terkait untuk diteruskan kepada staf pengelola
SIRS RSUD Bangkinang sudah tersedia hal ini dapat dibuktikan dengan
tersedianya format pelaporan pada semua unit terkait, sistem pengolahan data
SIRS RSUD Bangkinang telah dilaksanakan dengan menggunakan bantuan sistem
komputerisasi, namun belum seluruh pengolahan data tersebut menggunakan
aplikasi/link, sehingga sebagian besar data masih diolah secara manual.
Walaupun hanya sebagain kecil dari unit terkait yang melaporkan tidak
semua jenis laporan mereka yang terekap pada sistem link/aplikasi, namun hal
tersebut sangat mempengaruhi efektivitas pengelolaan SIRS di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang, karena data yang di tampilkan dalam SIRS
tidak lengkap sehingga dapat mengurangi keakuratan data yang tersedia dalam
SIRS. Menurut Buku Petunjuk Teknis SIRS Revisi VI (2011), bahwa Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) data yang ditampilkan pada SIRS merupakan
gamabaran umum pelaksanaan seluruh kegiatan yang ada pada suatu rumah sakit.
Kelengkapan data yang dikirim oleh petugas unit terkait kepada staf
pengelola SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi sangat
mempengaruhi efektivitas pengelolaan SIRS sehingga dapat mempengaruhi
keakuratan data yang terdapat pada SIRS. Menurut Moekijat (2005:7),
mengemukakan pendapat bahwa data merupakan ibarat bahan mentah yang
melalui pengelolaan tertentu lalu menjadi keterangan/informasi. Menurut
pendapat Sabarguna (2004:3), informasi adalah data yang telah diolah dan
dianalisa secara formal, dengan cara yang benar dan secara efektif, sehingga
hasilnya dapat bermanfaat dalam operasional dan manajemen. Menurut pendapat
Scott (2002:56), informasi yang baik memiliki kriteria dapat dipercaya, valid,
sesuai, akurat, bermanfaat ganda, dapat disediakan dan tepat waktu. Kriteria mutu
informasi yang dihasilkan sistem informasi manajemen adalah kecepatan,
relevansi, ketepatan, umpan balik dan ketersediaan data yang selektif.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan laporan di
Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian diperoleh bahwa
seluruh format pelaporan di RSJ Tampan telah tersedia, namun masih terdapat
beberapa ruangan yang terlambat mengirimkan laporannya sehingga hal ini dapat
mempengaruhi pengiriman laporan baik secara internal maupun secara eksternal.
Menurut asumsi peneliti penyebab lengkapnya jenis format laporan yang
ada di pengelola SIRS ataupun unit terkait adalah karena SIRS Revisi ke VI ini
merupakan penyempurnaan dari SIRS Revisi V yang isinya telah disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit, penyebab tidak semua format pelaporan dapat
mewakili kebutuhan ruangan seperti diagnosa hal ini dikarenakan pola
perkembangan penyakit di tiap wilayah tidak sama, sedangkan jenis format
laporan yang ada dalam SIRS dibuat secara umum sehingga ada beberapa jenis
pelaporan yang tidak dapat mewakili kebutuhan suatu unit atau suatu rumah sakit.
3.
Sumber Daya Manusia Pengelola SIRS
a. Kuantitas Sumber Daya Manusia
Kuantitas sumber daya manusia di Sub. Bagian Perbendaharawan
dan Verifikasi, yang bertanggung jawab mengelola SIRS sudah cukup
karena dikerjakan oleh lima orang petugas, namun petugas yang ada tidak
berasal dari berbagai disiplin ilmu dan tidak ada petugas yang mempunyai
disiplin ilmu administrasi atau manajemen dikarenakan tidak adanya
ketersediaan tenaga tersebut.
Rumah sakit sering kali menghadapi masalah kekurangan tenaga,
untuk kalangan rumah sakit pemerintah, kebijakan zero growth sekarang
ini membuat mereka yang pensiun jadi sulit digantikan. Di pihak lain,
jumlah tenaga yang dibutuhkan di rumah sakit terus meningkat karena
pelayanan yang diberikan juga makin beragam serta semakin canggih.
Menurut pendapat Aditama (2007:42-43), bahwa kurangnya tenaga dapat
membuat beban kerja bertambah, sehingga akhirnya mutu kerja menurun.
Upaya menanggulangi keluhan kekurangan pegawai adalah dengan
menarik pegawai baru, memperbaiki kondisi lingkungan pekerjaan,
menaikan kompensasi serta membuat jenjang karier yang jelas. Sementara
itu penghitungan kebutuhan tenaga di rumah sakit dapat dinilai
berdasarkan sistem rasio yang dibandingkan dengan standar, berdasarkan
need dengan menghitung kebutuhan sesuai beban kerja dan dngan cara
menilai demand yang dihitung menurut kegiatan yang memang benarbenar dilakukan.
Informasi yang diperoleh dari informan didapatkan informasi bahwa
kuantitas sumber daya manusia dalam pengolahan data di unit terkait
(Rekam Medik, Rawat Inap, Rawat Jalan, IGD, Radiologi, Laboratorium,
Rehabilitasi) sudah mencukupi, pengolahan data di setiap unit terkait
dilakukan oleh kepala instalasi/ruangan atau petugas yang telah ditunjuk,
namun mereka tetap mempunyai tugas rangkap yaitu melayani pasien dan
mengelola SIRS sehingga terjadi penumpukan pekerjaan yang secara tidak
langsung akan mempengaruhi efektifitas pengelolaan SIRS.
Berbicara masalah sumber daya manusia dapat dilihat dari dua (2)
asfek yaitu kuantitas dan kualitas. Pelaksanaan pengolahan SIRS
memerlukan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun
kualitas karena ke duanya merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan. Tetapi apabila dipertanyakan manakah yang lebih penting dari
dua (2) hal diatas maka peneliti berpendapat asfek kualitas lebih penting
dari asfek kuantitas.
Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia, kurang penting
kontribusinya dalam pelaksanaan pengolahan SIRS jika dibandingkan
dengan asfek kualitas sumber daya manusia. Hal ini penting dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut diperlukan tenaga yang profesional atau
berkualitas baik.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa kuantitas sumber daya
manusia tidak mempengaruhi perbaikan dalam pelaksanaan pengolahan
SIRS jika tidak disertai dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
sebagaimana pendapat yang disampaikan oleh Notoatmodjo (2009:2),
bahwa kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan peningkatan
kualitas akan menjadi beban pembangunan suatu bangsa.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa kuantitas sumber daya manusia yang mengelola laporan
di RSJ Tampan masih kurang karena hanya dikerjakan oleh 1 orang staf.
Asumsi peneliti tentang kuantitas sumber daya manusia yang ada di
RSUD Bangkinang khususnya pada pengelolaan data SIRS dan unit terkait
yang tidak mempunyai disiplin ilmu administrasi dan manajemen
dikarenakan kurangnya tenaga yang mempunyai disiplin ilmu tersebut
sehingga pihak manajemen lebih banyak memanfaat tenaga perawat
sebagai pengelola SIRS atau pengelola data diunit terkait karena tenaga
perawat merupakan kualifikasi ketenagaan terbesar di RSUD Bangkinang.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia
1) Pelatihan tentang Pengolahan SIRS
Menurut informasi yang didapat dari semua informan, didapatkan
informasi bahwa semua informan sudah pernah mengikuti pelatihan
tentang pengolahan SIRS ataupun pengolahan data yang dibutuhkan
SIRS. Namun berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan fakta bahwa
tidak semuanya petugas di unit terkait ahli dalam pengolahan data
SIRS. Menurut pendapat Notoatmodjo (2009:17), mengemukakan
bahwa pendidikan dan pelatihan dapat dipandang sebagai salah satu
bentuk investasi, oleh sebab itu setiap organisasi dan instansi yang ingin
berkembang maka pendidikan dan pelatihan bagi karyawannya harus
memperoleh perhatian dari pihak manajemen.
Menurut pendapat Hasibuan (2008:69), pelatihan adalah bagian
dari pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan
meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku
dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktek dari pada teori.
Pendapat yang dikemukakan oleh Rachmawati (2008:117),
pendidikan dan pelatihan adalah unsur sentral dalam pengembangan
karyawan. Pelatihan dalam bentuk yang kompleks diberikan untuk
membantu
karyawan
mempelajari
keterampilan
yang
akan
meningkatkan kinerja mereka dimana akan membantu organisasi
mencapai sasarannya. Sementara kegiatan pendidikan diberikan untuk
memperoleh pengetahuan yang akan meningkatkan kinerja karyawan
serta akan membantu organisasi mencapai sasaran.
Pendapat yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003:18),
pentingnya pendidikan dan pelatihan tersebut bukanlah semata-mata
bermanfaat bagi karyawan atau pegawai yang bersangkutan tetapi juga
keuntungan bagi organisasi. Dengan meningkatnya kemampuan atau
keterampilan para karyawan maka dapat meningkatkan produktivitas
kerja para karyawan. Produktivitas kerja para karyawan meningkat
berarti organisasi yang bersangkutan akan memperoleh keuntungan.
Menurut pendapat Siagian (2006:73), terdapat lima (5) alasan
mengapa program pendidikan dan pelatihan diperlukan, yaitu apabila
terlihat gejala menurunnya produktivitas para karyawannya, para
karyawan banyak melakukan kesalahan dalam melakukan tugas, terlihat
gejala bahwa motivasi karyawan rendah, semangat kerja menurun dan
manajemen puncak menentukan strategi baru.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas
pengelolaan laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil
penelitian diperoleh bahwa semua penanggung jawab pengolahan data
dan pelaporan RSJ Tampan belum pernah mendapatkan pelatihan.
Asumsi peneliti penyebab tidak semuanya petugas di unit terkait
ahli dalam pengolahan data SIRS sedangkan mereka telah pernah
mendapat pelatihan adalah rata-rata petugas yang mengola data SIRS di
unit terkait sudah tergolong tua dan baru tahap belajar sistem
komputerisasi, sehingga akan mempengaruhi kinerja mereka dalam
pengolahan SIRS.
Asumsi peneliti penyebab pihak manajemen tidak memberikan
umpan balik/reward kepada staf adalah karena pihak manajemen menilai
SIRS RSUD Bangkinang masih dalam proses penyempurnaan yang
melibatkan pihak ketiga, penyempurnaan ini meliputi sesegera mungkin
seluruh jenis format laporan sudah dalam bentuk link/aplikasi, hal ini
menjadi penyulit bagi pihak manajemen untuk memberikan penghargaan
kepada staf karena belum semua laporan yang dikerjakan oleh staf dalam
bentuk link/aplikasi.
4. Peralatan Pengolahan SIRS
Dari hasil wawancara dengan informan didapatkan informasi bahwa
semua informan mengatakan ketersediaan peralatan untuk pengolahan
SIRS di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkinang belum
semuanya menggunakan sistem komputerisasi, namun belum semua
format laporan dalam bentuk link/aplikasi, hal ini menyebabkan masih
terdapat beberapa petugas pengelola data di unit terkait mengelola data
secara manual.
Peralatan merupakan salah satu unsur penting untuk mendukung
pelaksanaan pengolahan SIRS baik bagi staf pengelola SIRS di Sub.
Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi maupun bagi petugas pengelola
data di unit terkait. Oleh karena itu ketersediaan peralatan mulai dari yang
sederhana sampai dengan teknologi canggih sangat penting pengaruhnya
terhadap penyelesaian suatu pekerjaan, pengolahan data dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat apabila menggunakan peralatan yang memadai
seperti dengan menggunakan sistem komputerisasi.
Menurut pendapat Amsyah (2003:17), perkembangan peradaban
manusia tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan alat penghitung
atau alat pengolah data. Komputer adalah alat pengolah data elektronik
dan tidak bersifat mekanis, semua jenis pengolahan data dapat dilakukan
dengan menggunakan komputer. Selanjutnya menurut pendapat amsyah
(2003:117), menyatakan bahwa komputer dapat merekam dan mengolah
data dari yang sederhana sampai yang paling rumit untuk dijadikan
informasi.
Menurut pendapat Sutabri (2005), penggunaan komputer didalam
SIRS sanagat banyak membantu para manajer dalam pengambilan suatu
keputusan. Komputer dalam SIRS dirumuskan sebagai suatu perlengkapan
elektronik yang mengolah data, mampu menerima masukan maupun
keluaran, memiliki kecepatan yang tinggi, ketelitian yang tinggi dan
mampu menyimpan instruksi untuk memecahkan suatu masalah, oleh
sebab itu komputer sangat penting dalam pengolahan data untuk jumlah
yang besar, pekerjaan yang berulang-ulang dan memerlukan proses yang
cepat.
Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa ketersediaan peralatan pengolahan data dan pelaporan di
RSJ Tampan belum komputerisasi dan masih banyak yang menggunakan
alat bantu seperti alat tulis, kalkulator dan sebagainya.
Asumsi peneliti penyebab tidak semuanya format pelaporan dalam
SIRS dalam bentuk link/aplikasi adalah karena adanya perubahan bentuk
jenis pelaporan antara manajemen rumah sakit dengan pihak ketiga,
sehingga pihak ketiga harus kembali menyempurnakan aplikasi SIRS
sesuai dengan keinginan pihak manajemen RSUD Bangkinang, hal ini
memerlukan waktu yang cukup lama sehingga berdampak pada belum
semuanya format pelaporan pengelolaan SIRS dalam bentuk link/aplikasi.
5. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengolahan SIRS
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan
didapatkan informasi bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang
pengolahan SIRS di Sub. Bagian Perbendaharawan dan Verifikasi sudah
ada dan sudah diberlakukan semenjak SIRS di terapkan di RSUD
Bangkinang.
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan data di unit
terkait menurut pendapat semua informan tidak ada, SOP tentang
pengolahan SIRS di unit terkait pernah disampaikan secara lisan namun
secara tertulis belum ada sehingga petugas kurang mengetahui bagaimana
tata cara pengisian data yang benar.
Hal ini perlu mendapatkan perhatian karena dalam rangka
pelaksanaan pengolahan SIRS dan untuk menghasilkan suatu Sistem
Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang akurat dan tepat hendaknya di
dasarkan pada suatu Standar Operasional Prosedur (SOP). Selain itu
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dipergunakan hendaklah
lengkap dan mudah dipahami oleh petugas.
Menurut Sabarguna (2005:19), kelengkapan prosedur merupakan
bagian dari mutu pelayanan dan akreditasi suatu rumah sakit, dengan
adanya
Standar
Operasional
Prosedur
(SOP)
diharapkan
dapat
meningkatkan mutu pelayanan dan pencapaian nilai akreditasi rumah
sakit. Prosedur yang sering disebut dengan PROTAP atau Prosedur Tetap
merupakan pedoman yang memberikan acuan bagi pola kerja yang terarah.
Menurut
Sabarguna
(2005:40),
bahwa
penerapan
Standar
Operasional Prosedur (SOP) hendaklah diupayakan bahwa prosedur secara
resmi dibuat, dalam artian ada Surat Keputusan (SK) yang dikeluarkan
oleh Direktur, adanya petugas yang secara periodik bertugas mengawasi
agar petugas benar-benar menjalankan Standar Operasional Prosedur
(SOP), adanya dilakukan evaluasi tahunan bagi Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang terprogram, sehingga upaya peningkatan dapat
berjalan.
Suatu prosedur tidak ada yang sempurna, apalagi keadaan teknologi
dan peralatan yang makin maju, maka tentunya suatu prosedur harus
mengikuti dan memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Jenis teknologi yang ada
Teknologi yang berubah dan semakin canggih perlu penyesuaian
prosedur yang relevan dan dapat mengikutinya.
b. Jenis peralatan
Peralatan khusus yang berbeda tentunya perlu prosedur yang
berbeda pula maka proses penyesuaian harus dilakukan.
c. Penggantian tugas
Petugas yang diganti atau petugas yang baru harus dilatih, jangan
samapi proses penggantian menjadi ganjalan bagi yang lain karena
ketidaktahuan.
Akhirnya peningkatn secara berkelanjutan harus menjadi bagian
dari upaya yang selalu dijalankan agar selalu lebih baik dan mengikuti
perkembangan (Sabarguna, 2005:43).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tarmizi (2009), tentang Analisis efektivitas pengelolaan
laporan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau, hasil penelitian
diperoleh bahwa Standar Operasional Prosedur (SOP) di Sub. Bagian
Data dan Pelaporan sudah ada, sedangkan Standar Operasional
Prosedur (SOP) di unit terkait sebagian besar belum ada.
Asumsi peneliti penyebab belum lengkapnya SOP pengolahan
SIRS di Kasi Pembendaharaan dan Verifikasi dan tidak adanya SOP
diunit terkait adalah karena belum sempurnanya SIRS yang ada
sehingga pihak manajemen perlu mengkaji ulang SOP yang ada yang
disesuaikan dengan SIRS.
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pengelolaan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Bangkinang belum efektif yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti berikut:
1.
Dimana
kedudukan
pengelola
SIRS
berada
di
bawah
Kasi
Perbendaharawan dan Verifikasi yang bertanggung jawab langsung
kepala
bidang
Keuangan.
Pertimbangan
manajemen
meletakkan
pengelolaan SIRS di bawah Kasi Perbendaharawan dan Verifikasi adalah
untuk mempermudah melakukan verifikasi kebenaran seluruh data yang
ada pada SIRS serta untuk mendukung program prioritas RSUD
Bangkinang yaitu untuk menyempurnakan sistem keuangan .
2.
Ketersediaan data di instalasi/ruangan terkait telah tersedia, namun ada
beberapa jenis format pelaporan yang tidak dapat mewakili kebutuhan
suatu instalasi/ruangan seperti jenis format RL4a-4b (morbiditas,
mortaditas pasien jawat inap, rawat jalan)
3.
Kuantitas sumber daya manusia di Kasi Perbendaharawan dan Verifikasi
yang bertugas mengelola SIRS dirasakan sudah cukup karena telah
dikerjakan oleh 4 orang, tetapi tidak mempunyai disiplin ilmu
administrasi dan manajemen sedangkan di instalasi/ruangan pengelola
dilakukan oleh kepala instalasi
atau petugas yang ditunjuk .Secara
kualitatif sumber daya manusia sudah pernah mendapat pelatihan.Namum
102
petugas pengelola SIRS masih tahap belajar sistem komputerisasi,
sehingga akan mempengaruhi kinerja mereka dalam pengolahan SIRS.
4.
Peralatan yang dipergunakan untuk pengelolaan data SIRS belum
semuanya menggunakan sistem komputerisasi atau masih ada mengelola
data secara manual
5.
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan SIRS di kasi
Perbendaharawan dan Verifikasi sudah ada sedangkan SOP di beberapa
instalasi/ruangan terkait pengolahan data dalam bentuk lisan.
B. Saran
1.
Perlu pengkajian ulang oleh pihak manajemen Rumah sakit Umum
daerah (RSUD) Bangkinang tentang kedudukan pengelola SIRS , di
bawah Kasi Perbendaharawan dan verifikasi sehinggan SIRS bisa
dikelola lebih efektif lagi.
2.
Untuk kepentingan pengolahan data yang akurat diharapkan kepada
petugas pengelola SIRS segera mungkin dapat membuat semua jenis
format laporan dalam bentuk link/aplikasi sehingga akan mempermudah
proses pengolahan SIRS.
3.
Kebutuhan sumber daya manusia pada Kasi Perbendaharawan dan
Verifikasi khususnya staf pengelola SIRS diusahakan berasal dari
disiplin ilmu yang sesuai, sehingga mereka dapat bekerja secara
profesional,begitu juga petugas pengelola data di instalasi/ruangan terkait
harus ada tenaga khusus disiplin ilmu administrasi .
4.
Pihak manajemen diharapkan dapat meningkatkan program pelatihan di
dalam atau diluar rumah sakit khususnya pelatihan tentang pengolahan
SIRS sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas kinerjanya dalam
melakukan pengolahan data SIRS.
5.
Perlu adanya standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pengolahan
data SIRS bagi petugas pengelola data di instalasi/ruangan terkait yang
menjadi pedoman atau acuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam pengelolaan SIRS.
.