ilmu pengetahuan dan seni dalam perspekt

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pemujaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi secara berlebihan dapat
menimbulkan sikap hidup yang tidak seimbang. Albert Einstein menyatakan bahwa agama
mengarahkan hidup, ilmu memudahkan hidup dan seni menghaluskan serta mengindahkan
hidup. Ketidakseimbangan penerapan agama, ilmu dan seni dalam hidup ini akan dapat
menimbulkan kehidupan yang pincang. Untuk membangun sikap hidup yang seimbang,
agama, ilmu dan seni harus diaplikasikan secara terpadu dengan posisi dan fungsi yang tepat
dan akurat.
Penekanan prioritas kehidupan pada bidang ekonomi dengan mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) tentunya merupakan hal yang mutlak. Tanpa Iptek,
prioritas pada bidang ekonomi tentunya tidak mungkin bisa berhasil dengan baik. Yang patut
diperhatikan adalah mengendalikan dinamika penggunaan Iptek jangan sampai tanpa kendali
spiritual agama dan seni. Peranan agama dalam hidup ini bermaksud menyangkut aspek
spiritual yang dapat memberi arah yang benar, tepat dan akurat.
Iptek bertujuan untuk memberikan berbagai kemudahan hidup. Penerapan Iptek
seperti itu banyak menimbulkan kenikmatan hidup. Kenilcmatan hidup yng dinikmati dengan
batas-batas tertentu dengan kesadaran rokhani tentunya memberi makna pada arti kehidupan.
Nmaun, kenikmatan hidup tanpa dibatasi berdasarkan kesadaran rohani akan menimbulkan
dosa sosial. Demikian menurut pandangan Mahatma Gandhi, Bapak bangsa India.

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ketika
ilmu pengetahuan berkembang dengan otomatis teknologi juga ikut mengalami
perkembanga.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan
lagi dari perkembangan zaman saat ini. Semua hal kini selalu berkenaan dengan teknologi.
Berbagai produk teknologi diluncurkan guna mempermudah kegiatan manusia, semua hal
kini dilakukan dengan bantuan teknologi.

1

Seyogianya

Iptek

itu

sebagai

alat


manusia

untuk

mensukseskan

tujuan

hidupnya,tetapi Hidup yang dimanjakan oleh hasil pengembangan Iptek dapat menimbulkan
“budaya menerabas” budaya yang menimbulkan sikap hidup yang ingin serba cepat dengan
mengabaikan herbagai norma hidup. Untuk mendapatkan kekayaan misalnya, orang yang
memliki peluang akan menggaruk kekayaan dengan mengabaikan norma hukum, etika, sopan
santun maupun norma agama. Misalnya, dalam mentaati suatu prosedur birokrasi, mereka
akan menerabas saja dengan kekuasaan, pengaruh maupun dengan uang. Budaya menerabas
inilah akan menimbulkan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Budaya menerabas ini akan
melemahkan hukum.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang
harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan
tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.


1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan diatas, maka perlu kiranya dibuatkan
sebuah sistem yang bisa digunakan sebagai solusi dari permasalan tersebut di atas, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana Pengertian Agama, IPTEK, dan Seni?
2. Bagaimana pandangan agama Hindu mengenai IPTEK dan Seni?
3. Bagaimana hubungan perkembangan IPTEK dan Seni dengan Agama Hindu?
4. Bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Weda?
5. Bagaimana sraddha jnana dan karma kesatuan dalam yadnya?
6. Bagaimana kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu?
7. Bagaimana pedoman agama Hindu dalam perkembangan IPTEK?
8. Bagaimana Tri Hita Karana dan tanggung jawab alam dan lingkungan?
9. Bagaimana antisipasi agama Hindu terhadap perkembangan IPTEK?
10. Bagaimana manfaat dari perkembagan IPTEK bagi umat agama Hindu?
11. Apakah dampak yang didapat dari perkembangan IPTEK untuk agama Hindu?
2

1.3.Tujuan
Dari apa yang sebelumnya telah terurai pada latar belakang dan juga dari hasil

perumusan masalah maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan dari penulisan
paper ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetagui pengertian Agama, IPTEK, dan Seni.
2. Untuk mengetagui pandangan agama Hindu mengenai IPTEK dan Seni.
3. Untuk mengetagui hubungan perkembangan IPTEK dan Seni dengan Agama
Hindu.
4. Untuk mengetagui ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Weda.
5. Untuk mengetagui sraddha jnana dan karma kesatuan dalam yadnya.
6. Untuk mengetagui kewajiban menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu.
7. Untuk mengetagui pedoman agama Hindu dalam perkembangan IPTEK.
8. Untuk mengetagui Tri Hita Karana dan tanggung jawab alam dan lingkungan.
9. Untuk mengetagui antisipasi agama Hindu terhadap perkembangan IPTEK.
10. Untuk mengetagui manfaat dari perkembagan IPTEK bagi umat agama Hindu.
11. Untuk mengetagui dampak yang didapat dari perkembangan IPTEK untuk agama
Hindu.

1. Manfaat
Menyusun paper ini tentunya bukan hanya untuk menyelesaikan tugas tetapi memiliki
manfaat yang sekiranya mampu membantu para pembaca dalam materi ini, adapun
manfaatnya adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Khusus
Memberikan informasi dan materi mengenai ilmu pengetahuan dalam perspektif
Hindu kepada mahasiswa-mahasiswi Fakultas Peternakan pada khususnya, sehingga
mampu membantu dalam proses perkuliahan.
2. Manfaat Umum
Memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pentingnya ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya di agama Hindu, karena IPTEK
tanpa dasar agama tak berarti apa apa.

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Agama, IPTEK, dan Seni
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip
kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan
ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan
berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan

berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).
Definisi

dan

Batasan

Ilmu

Pengetahuan

dan

Teknologi

Ilmu (science) termasuk pengetahuan (knowledge). Yang dimaksud dengan ilmu ialah
pengetahuan yang diperoleh dengan cara tertentu yang dinamakan metode ilmiah. Bidang
yang ditelaah oleh ilmu itu tidak terbatas kepada obyek atau kejadian yang bersifat empiris.
Artinya, obyek atau kejadian tersebut dapat ditangkap oleh panca indera manusia atau alatalat pembantu panca indera. Bidang-bidang di luar jangkauan pengalaman manusia tidak
termasuk dunia empiris, contohnya masalah tentang Tuhan, akhirat, surga dan neraka, dan

sebagainya. Dengan demikian terkandung makna bahwa bidang ilmu itu terbatas
(Tjokronegoro dan Sudarsono, 1999).
Pengertian pengetahuan lebih luas daripada ilmu. Pengetahuan adalah produk
pemikiran. Berpikir merupakan suatu proses yang mengikuti jalan tertentu dan akhirnya
menuju kepada suatu kesimpulan dan membuahkan suatu pendapat atau pengetahuan.
Dengan menerapkan pengetahuan, manusia dapat meringankan kerja dan beban
penderitaannya sehingga kesejahteraan data lebih baik (Tjokronegoro dan Sudarsono, 1999).
Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang artinya pembahasan
sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan. Teknologi yaitu usaha manusia dalam
mempergunakan segala bantuan fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas
manusia melalui pemahaman yang lebih baik, adaptasi dan kontrol, terhadap lingkungannya.
Teknologi merupakan penerapan. Oleh karena itu, teknologi berbeda dalam dimensi ruang
dan waktu (Soemitro, 1990).

4

Nilai lainnya adalah nilai pengetahuan dan informasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa
yang paling penting dalam seni adalah nilai hidup yang diungkapkan di dalamnya. Nilai-nilai
ini berupa problematik yang biasanya dipandang secara filsafati, disadari atau tidak oleh
senimannya. Nilai hidup ini menunjukkan tingkat kepahaman seniman terhadap kehidupan

ini, juga menunjukkan luasnya pandangan seniman. Nilai-nilai seni yang digemari oleh kaum
cendekiawan adalah nilai-nilai ini. Kesenian lalu dipandang sebagai suatu metode untuk
mengungkapkan kepahaman terhadap suatu kehidupan. Kalau ilmuwan dan filosuf
memahami hidup ini dengan disiplin nalarnya, maka seniman bukan hanya bekerja
berdasakan nalar, melainkan dengan seluruh aspek dimensi rohani manusia, seperti
menghayati hidup sehari-hari. Bedanya bahwa bagi ilmuwan penghayatan hidup sehari-hari
berlangsung tanpa bentuk, sedangkan pada seniman penghayatan, dibingkai dalam bentuk
intisari hakiki pemahamannya ( Sumardjo,2000:199-200).

2.2.Pandangan Agama Hindu Mengenai IPTEK dan Seni
Pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan, yang
harus dipelajari untuk dapat mempermudah kehidupan manusia, sehingga ketika seseorang
memanfaatkan teknologi maka tetap harus memperhatikan aspek agama sehingga akan
tercapai suatu keseimbangan antara hal yang menyangkut keduniawian dan juga ketuhanan.
Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai
suatu anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma, sehingga ketika sesorang
memanfaatkan pengetahuan itu diharapkan selalu mengingat Ida Sang Hyang Widhi Wasa
sebagai suatu bentuk pengamalan dari berkarma berdasarkan dharma, dan Kemudahan serta
kenikmatan yang dapat diberikan oleh hasil pengembangan Iptek itu tentunya patut disyukuri
sebagai sebagai anugerah Tuhan.

Seni sebagai penyeimbangan antara ilmu pengetahuan, teknologi dan agama untuk
mencapai tujuan agama hindu yaitu Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah atau
kebahagiaan lahir batin.

2.3.Hubungan Agama Hindu dengan Perkembangan IPTEK dan Seni

5

Ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung. Ilmu dapat di pandang sebagai produk, proses dan paradigma. Ethika ilmu
pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri teori keilmuan
adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji, dan dikembangkan dalam falsifikasi yang
sahih ( Modul Akta V B, IA,198211983). Ilmu dapat dibagi dua yaitu, Ilmu dasar
(fundamental science) dan Ilmu terapan (applied science).
Tujuan ilmu dasar mengembangkan ilmu itu sendiri, sedangkan tujuan ilmu terapan
untuk memecahkan masalah-masalah praktis, dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi manusia. Ilmu dasar juga mempunyai tujuan untuk mengetahui dan mendalami
tentang alam dan semua isinya. Hasil-hasil yang telah dicapai ilmu dasar menawarkan
sederetan alternative-alternatif mana yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah praktis
dalam masyarakat. Hasil-hasil ilmu terapan itu masih harus ditransformasikan menjadi bahan

atau prosedur teknik pelaksanaan suatu proses pengelolaan atau produksi. Jadi ilmu
pengetahuan melahirkan prosedur disumbangkan kepada teknologi. Namun kalau suatu
produk walaupun prosedurnya sudah bagus dan konstruksinya kuat kalau dipakai atau
dimanfaatkan menyebabkan tidak nyaman apalagi tidak indah, tidak seni dalam penampilan
tentu tidak akan menarik perhatian orang. Pengertian seni menurut Leo Tolstoi
mengemukakan bahwa seni adalah aktivitas manusia yang terdiri atas ini, bahwa seorang
secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu menyampaikan perasaanperasaan yang telah dihayati kepada orang - orang lain sehingga mereka kejangkitan
perasaan-perasaan ini dan juga mengalaminya”. Sesuai dengan batasan ini memang umat
Hindu khususnya di Bali mereka sudah dijangkiti oleh perasaan-perasaan seni dan langsung
mengalaminya karena didalam kegiatan keagamaan mereka dituntut untuk memerankan seni
sesuai dengan konteknya. Agama dan ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan. Masing masing jenis pengetahuan mempunyai landasan-landasan ontologis, frpistemoiogis dan
aksiologis sendiri. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil-hasil
kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam.
Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang sifatnya umum dan
impersonal. Sèdangkan agama memasukipula daerah penjelajahan bersifat transcendental
yang berada di luar pengalaman manusia.

6

Sekiranya kita bertanya Apakah yang akan terjadi setelah manusia mati‟?. Maka

pertanyaan itu tidak dapat diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama, sebab seorang
ontologis ilmu membatasi din path pengkajian obyek yang berada dalam lingkungan
pengalaman manusia. Ilmu pengetahuan dikaji secara lebih mendalam di dalam agama Ilmu
pengetahuan merupakan kajian sebagian di dalam Weda. Ilmu dan pengetahuan bagaikan dua
sisi mata uang. Kalah satu kabur atau kosong tentu tidak dapat dijadikan transaksi
pembayaran. Demikian pula dengan agama tanpa ilmu akan menjadi egois, takabur, tidak
berdasarkan kebenaran, akan simpang siur tidak tentu arah. Agama tanpa ilmu, tidak akan
berkembang. Sebab ilmu akan‟ menuntut tentang cara mempelajari agama, mengembangkan
agama dan membantu penelitian dalam agama. Luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
manusia merupakan jembatan untuk mengejar atau membantu sraddha mencapai kebenaran.
Ungkapan ini baru tergolong sattwam, namun kalau tidak digerakkan oleh karma untuk
berbuat tentu tidak akan ada apa-apa. Menurut ajaran agama Hindu perbuatan yang dimaksud
adalah perbuatan yang tidak terikat oleh hasil (karmayoga ). Terikat atau tidak kepada hasil
tetapi setiap bekerja tentu dikejar oleh hasil (karma dikejar oleh pahala, sebab merupakan
hukum kodrat).

2.4.Ilmu Penegtahuan dan Teknologi dalam Weda
Menurut Albert Einsten, agama masa depan adalah agama alam semesta. Agama yang
menghindari dogma dan teologi. Berlaku secara alamiah dan bathiniah, serta berdasarkan
pengertian agama yang muncul karena berbagai pengalaman, baik fisik maupun spiritual, dan
merupakan satu kesatuan yang sangat berarti.
Alam sebagai satu-kesatuan terdiri atas Bhuta-kala yang meliputi bhuta
(ruang,materi), serta kala (waktu,energi). Interaksi antara keduanya menyebabkan alam (baik
buana agung maupun buana alit) tidak bersifat kekal, tetapi senantiasa mengalami perubahan,
karena hanya perubahanlah yang kekal. Materi (bhuta) berubah karena ulah sang kala. Lalu
adakah aturan untuk semuanya ini?
Alam diciptakan-Nya sebagai suatu paket yang lengkap dengan komposisi, struktur
dan hukumnya. Segala gerak alam diatur dengan hukum alam RTA, sedangkan tingkah laku
manusia diatur dengan dharma. Akan tetapi, mengingat manusia merupakan bagian dari
alam, maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini
7

kemudian menurut Darwin memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) dialah yang akan
menang. Hukum alam ini bersifat mengatur gerak makrokosmos dan mikrokosmos dari
tingkat mikro hingga makro. Benda-benda langit beredar dalam lintasannya menurut RTA.
Demikian pula gerakan-gerakan elektron di sekeliling inti. Hukum alam bersifat rahasia yang
mesti disingkap dengan kemampuan akal budhi (idep) manusia. Selanjutnya RTA
berkembang

menjadi

Ilmu

Pengetahuan

Alam

(IPA)

atau

science.

Petualangan manusia dalam dunia sains berawal dari keragu-raguan dan berakhir dengan
kepercayaan akan adanya ketidakpastian. Sebaliknya, penyerahan diri pada dharma, secara
umum dikenal sebagai ajaran agama. Hal ini bermula dari kepercayaan dan mencapai
puncaknya pada tingkat keyakinan dan kepasrahan. Dengan demikian, sains dan agama
menurut perspektif Hindu bukanlah sesuatu yang bertentangan, tetapi perlu dipadukan untuk
suatu inovasi yang lebih baik. Jika ajaran agama dianggap sebagai filsafat hidup, sementara
filsafat merupakan induk bagi pengetahuan, apakah layak jika anak dan induknya
dipertentangkan?
Memperoleh kebenaran ilmiah, pengetahuan modern memakai langkah-langkah baku
yang dikenal sebagai metode ilmiah. Dalam ajaran agama hindu dikenal dalam falsafat
Samkhya, langkah-langkah itu disebut Tri Premana. Tri Premana merupakan metode ilmiah
dalam Hindu. Jika hidup dipandang sebagai sebuah eksperimen (menyitir pendapat Mahatma
Gandhi), maka Tri Prmana adalah landasannya. Eksperimen bermula dari adanya problema
yang perlu dipecahkan. Pemecahan masalah dilakukan dengan pengamatan atas gejala-gejala
yang timbul (Anumana Premana), mengumpulkan keterangan-keterangan dari sumber tertulis
atau pengalaman (Agama Premana), serta dibuktikan dengan pengamatan langsung
(Praktyasa Premana). Pengetahuan kebenaran yang telah berhasil disingkap harus
disampaikan kepada orang lain dan tidak boleh dikuasai sendiri. Hal ini disebabkan
pengetahuan bersifat mengalir (Saraswati), bagaikan siklus air (Banyu Pinaruh) dalam
kerangka Tri Pramana. Sungguhlah berdosa jika sampai kita memiliki ilmu pengetahuan itu
sendiri tapi hanya kita kuasai sendiri. Agar kita tidak serakah terhadap ilmu, maka ada
baiknya kita mengingat amanat kitab suci WEDA. Seperti nyala api, pengetahuan dan
keterampilan hendaknya disebarluaskan kepada yang lainnya (Rgveda 1.12.6). Dan dalam
Bhagawadgita disebutkan persembahan berupa ilmu pengetahuan lebih bermutu daripada

8

persembahan materi ; dalam keseluruhannya semua kerja ini berpusat pada ilmu pengetahuan
( Bhagawadgita IV.33)

2.5.Sraddha Jnana dan Karma sebagai Kesatuan dalam Yadnya
Ilmu pengetahuan,teknologi dan seni merupakan satu kesatuan yang saling
mendukung. Ilmu dapat dipandang sebagai produk,proses dan paradigma. Ethika ilmu
pengetahuan berusaha memahami alam sebagaimana adanya. Salah satu ciri teori keilmuan
adalah berdaya ramah dan terbuka untuk diuji,dan dikembangkan dalam falsifikasi yang
salah. Ilmu dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Ilmu dasar (fundamental science)
2. Ilmu terapan (applied scince)
Tujuan ilmu dasar yaitu untuk mengembangkan ilmu itu sendiri dan ilmu terapan
untuk memecahkan masalah praktis dan memecahkan kesulitan – kesulitan yang dihadapi
oleh manusia. Ilmu pengetahuan dapat menyumbangkan alternatif- alternatif,prosedur dalam
teknologi, oleh karena itu ilmu pengetahuan harus didasari oleh agama sehingga tidak
membabi buta,karena tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan.
Seni dalam agama Hindu sudah menjangkit dalam perasaan umat karena setiap upacara
agama tentu ada pentas seni sesuai dengan konteksnya. Setiap pekerjaan didasari oleh sikap
beryadnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan tidak terikat oleh hasilnya.

2.6.Kewajiban Menuntut Ilmu dan Mengamalkan Ilmu
Kewajiban menuntut ilmu adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat
yang sedang brahmacari untuk kepentingan kehidupan dalam Grehasta. Dalam tingkat hidup
Grehasta mempunyai tanggung jawab yang prinsipil yaitu membentuk anak yang suputra
yang dapat berguna dalam masyarakat dan taat kepada catur guru. Untuk memdidik anak
menjadi suputra tidak mudah diperlukan persiapan yang matang. Oleh karena itu dalam
tingkat brahmacari harus berhasil dengan baik sehingga bisa mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga. Ilmu pengetahuan yang diperoleh pada saat berguru harus lengkap,baik
ilmu untuk mencari nafkah ataupun agama.
9

2.7.Pedoman Agama Hindu dalam Perkembangan IPTEK
Agama Hindu mengajarkan bahwa manusia sebagai mahluk Tri Pramana yang
dibekali bayu, sabda, dan idep. Bayu adalah kemampuan untuk bergerak, tumbuh,
berkembang, hidup dan didukung oleh sabda yang memberikan kemampuan untuk berbicara,
berkomunikasi serta dimuliakan dengan diberikan idep yang merupakan akal yang memberi
kemampuan untuk berpikir dan menentukan yang baik atau salah (wiweka). Oleh karena itu,
semenjak hidup manusia tidak lepas dari perkembangan baik perkembangan ilmu
pengetahuan maupun teknologi, mulai dari jaman primitif sampai ke jaman modern seperti
sekarang ini.
Dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi agama Hindu selalu
mengajarkan agar berpedoman pada kesucian agar ilmu pengetahuan maupun teknologi yang
dikembangkan senantiasa tidak merusak tatanan kehidupan dan selalu untuk memberi
manfaat yang positif bagi umat manusia. Karena bagaimanapun untuk mengejar
kesejahteraan lahir bathin yang mencakup artha, kama untuk mencapai moksa tentu kita
harus

tetap

berpegangan

pada

ajaran

dharma.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya tetap
berpedoman pada:
1. Tri Samaya
a. Atita

: belajar dengan masa lampau

b. Wartamana

: penyesuaian dengan masa sekarang

c. Nagata

: penyesuaian pengembangan untuk masa yang akan datang

2. Dharma Sidhyartha
a. Iksa

: pemahaman maksud dan tujuan kegiatan

b. Sakti

: kesadaran kemampuan mendukung kegiatan

c. Desa

: penyesuaian tempat kegiatan

d. Kala

: penyesuaian waktu kegiatan

e. Tattwa : pemahaman hakikat kegiatan itu
3. Rasa, utsaha, dan logika (akal).
10

Dan ke semua tersebut harus disesuaikan dengan:
a. Desa = penyesuaian dengan tempat.
b. Kala = penyesuaian dengan waktu.
c. Patra = penyesuaian dengan keadaan.

2.8.Tri Hita Karana dan Tanggung Jawab terhadap Alam dan Lingkungan
Tri hita karana bersifat Universal merupakan landasan hidup menuju kebahagiaan
lahir dan bhatin.tri hita karana berasal dari kata Tri = tiga, Hita = Sejahtera,kebahagiaan
sedangkan karana artinya penyebab,jadi Tri hita karana adalah Tiga penyebab kebahagiaan
atau kesejahtraan yang meliputi,
1. Prahyangan yaitu Keyakinan manusia terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pawongan yaitu manusia sendiri yang bersifat individu dan mahluk sosial
sehingga memerlukan hubungan antar sesam manusia.
3. Palemahan dalam artian luas yaiu,sebagai tempat manusia itu tinggal dan
berkembang sesuai dengan kodratnya, termasuk sarwa prani.
Dengan demikian konsep ‘Tri Hita Karana” telah memberikan pedoman untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi:
1. Menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat
2. Menjadikan dasar tujuan perkembangan manusia indonesia seutuhnya “Amanah
Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah”.
3. Menjadi dasar gerakan lingkungan hidup guna memelihara lingkungan sehat bagi
kehidup manusia.

11

4. Menjadi dasar gerakan keluarga berencana, untuk dapat mengendalikan
pertumbuhan penduduk yang seimbang.
5. Khusus untuh masyarakat Hindu Tri Hita Karana ,menjadi dasar pula untuk
pembentukan perumahan keluarga.

2.9.Manfaat Ilmu Penegetahuan dan Teknologi bagi Agama Hindu
1. Kendaraan bermotor
Umat hindu menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat transpormasi untuk
kegiatan-kegiatan upacara agar lebih cepat, seperti saat ke tempat suci(pura) yang
jaraknya jauh dari rumah, dengan menggunakan kendaraan bermotor akan lebih
praktis. Tetapi, sulinggih sebaiknya tidak mengemudikan kendaraan mengingat resiko
hukum bila terjadi pelanggaran lalu lintas.
2. Melasti
Pada umumnya melasti berjalan kaki beriringan menuju segara atau pantai atau bagi
umat hindu tempat penyucian bagi Bhatara. Tetapi, dianjurkan tidak memakai
kendaraan sepanjang masih memungkinkan.
3. Pemakaian kaset
Dengan adanya kaset/CD umat bisa belajar dari rekaman tersebut, contohnya seperti
pemutaran kaset Puja Trisandya di sekolah. Tetapi, tidak dibenarkan dipergunakan
untuk, mengiringi upacara agama, kecuali untuk mengisi kekosongan sepanjang tidak
merusak suasana keagamaan.
4. Plastik
a. Di dalam memohon dan

mundut/

membawa

tirta

dianjurkan supaya

mempergunakan tempat dan sikap yang patut demi menjaga kesuciannya.

12

b. Tidak dibenarkan memakai alat- alat yang berasal dan plastik, imitasi dan
sejenisnya sebagai pengganti daripada daun bunga dan buah yang berfungsi
sebagai upakara yadnya.
c. Penggunaan: plastik dan barang- barang imitasi sebagai wadah/ hiasan masih bisa
diterima.
5. Kompor
Penggunaan kompor dalam rangkaian pembakaran mayat bisa diterima, sepanjang
tidak merusak suasana dan tidak mengurangi syarat upacara.

6. Seng dan genteng
Keberadaan genteng atau seng ini sangat mengguntungkan bagi mereka yang ingin
atap dari pura(sanggah) tersebut tahan lama. Tetapi, dianjurkan mempergunakan
ilalang, ijuk dan bambu sebagai atap untuk bangunan suci dan sedapat mungkin
menghindari seng dan genteng sebagai atap.
7. Beton cetakan.
a. Guna memenuhi persyaratan asta kosala kosali dan asta bhumi, bangunan
palinggih sebaiknya tidak mempergunakan beton cetakan
b. Kalau penggunaannya bukan untuk palinggih masih bisa diterima.
8. Bayi tabung
a. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami istri.
b. Inseminasi atau pembuahan secara suntik bagi umat Hindu dipandang tidak sesuai
dengan tata kehidupan agama Hindu, karena tidak melalui samskara dan
menyulitkan dalam hukum kemasyarakatan.

2.10.

Antisipasi Umat Hindu terhadap Perkembangan IPTEK

13

Dengan merenungkan kembali manfaat IPTEK, maka kita menyadari tentang
penggunaan atau manfaat IPTEK itu. Telah diungkapkan pada bagian awal tulisan ini IPTEK
ibarat pisau bermata dua, di satu pihak akan sangat bermanfaat bila didayagunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, tetapi disisi
lainnya akan sangat tidak ada gunanya jika IPTEK menjerumuskan umat manusia pada
jurang kehancuran, misalnya seperti bom nuklir atau bom kimia yang dapat menghancurkan
umat manusia yang tidak berdosa, mahluk hidup yang lain dan kerusakan alam pada lokasi
bom itu diledakkan atau di-ujicobakan. Dari media massa kita bisa mendapatkan informasi
tentang aktivitas pencinta perdamaian dan lingkungan menentang berbagai percobaan nuklir,
menunjukkan bahwa kemajuan IPTEK akan sangat berbahaya bila digunakan untuk tujuantujuan yang tidak menguntungkan umat manusia.
Dalam pengembangan IPTEK tentunya umat beragama punya tanggung jawab moral,
etika, dan spiritual untuk menjaga pengembangan IPTEK khususnya yang dikembangkan
oleh para pakar bioteknologi untuk tidak mencampuradukkan berbagai gen dan menciptakan
organisme yang kemudian menjadi monster-monster yang mengancam kelestarian alam dan
kesejahteraan umat manusia. Umat beragama kiranya dapat mengantisipasi kemajuan IPTEK
dengan kembali kepada makna IPTEK ditinjau dari sudut pandang agama, yaitu : untuk
mendekatkan diri manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan belajar dari ciptaan-Nya
yang mengagumkan dan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dan kebahagiaan umat
manusia. Sepanjang IPTEK bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,
meningkatkan kecerdasan dan keluhuran budi pekerti serta tanggung jawabnya kepada Tuhan
Yang Maha Esa, umat manusia dan segala ciptaan-Nya, maka agama sangat mendorong
kemajuan IPTEK, tetapi IPTEK yang disalahgunakan untuk menghancurkan umat manusia,
berbagai mahluk hidup serta alam ciptaan-Nya maka IPTEK itu hendaknya ditinggalkan.
Untuk itu kitab suci Veda mendorong umat-Nya untuk senantiasa kreatif dan selalu maju
seperti diamanatkan dalam kitab suci Veda berikut :
“ Wahai umat manusia, maju teruslah kamu, jangan mundur. Aku anugrahkan dua hal yaitu :
Kekuatan dan kecerdasan”(Atharvaveda VIII.1.6)
“ Wahai umat manusia maju dan naiklah, jangan turun dan mundur. Semoga engkau dapat
memecahkan ikatan kematian”(Atharvaveda VIII.1.4)
“ Wahai umat manusia majulah kamu dari kegelapan pikiran, menuju cahaya yang terang”
(Atharvaveda VIII.1.8)
“ Wahai umat manusia, bangkitlah dan tataplah ke depan” (Atharvaveda X.179.1)

14

“Sesungguhnya Tuhan Yang Maha Esa, membuat kemajuan di bumi dengan menurunkan
ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan dan tingkah laku yang bertanggung jawab / terpuji”
(Rgveda X.29.7)
Berdasarkan kutipan tersebut, umat beragama, khususnya mengantisipasi dampak
IPTEK adalah dengan jalan kembali kepada ajaran Tuhan Yang Maha Esa dalam kitab suci
veda maupun susastra Hindu lainnya. Demikian pula dapat dijumpai sebuah adigium di
dalam Hindu yang menyatakan : “Bukanlah seorang maharsi (muni / cendekiawan) bila ia
tidak memberikan pendapat (tafsir kembali) terhadap apa yang dipahami mereka”. Jadi
pengkajian terhadap ajaran agama dengan menyingkapi makna ilmu pengetahuan dan
teknologi serta manfaat penjelmaan dapat mengantar seseorang mencapai kebahagiaan.

2.11.

Dampak perkembangan Ilmu Penegtahuan dan Teknologi

terhadap Hindu
Perkembangan teknologi dalam kehidupan agama hindu pasti menimbulkan beberapa
dampak yaitu :
1. Dampak Positif
a. Penyebaran ajaran-ajaran agama hindu bisa dilakukan dengan mudah melalui
teknologi informasi
b. Dengan menggunakan teknologi informasi bisa digunakan sebagai media komunikasi
yang mudah bagi para umat seagama maupun berbeda agama.
c. Bisa membentuk sumber daya manusia yang intensif. Karena umat secara tidak
langsung memperoleh pengetahuan agama melalui penggunaan teknologi informasi.
2. Dampak Negatif

15

a. Bila tidak berpedoman pada agama hindu maka akan terjadi penyalahgunaan terhadap
perkembangan teknologi informasi.
b. Melalui teknologi informasi, penafsiran-penafsiran yang tidak sesuai tentang ajaran
agama hindu (salah penafsiran) akan lebih mudah tersebar.
c. Tata krama dalam agama hindu tidak sepenuhnya bisa dipermudah dengan
menggunakan teknologi informasi.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Agama adalah suatu sistem kepercayaan terhadap Tuhan. Ilmu pengetahuan adalah
sesuatu yang didapat melalui metode ilmiah. Seni adalah sesuatu yang indah dari
ekpresi manusia.
2. Dalam Hindu ilmu pengetahuan adalah suatu hal yang sangat diagungkan sebagai
suatu anugerah Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang didasari dharma.
3. Hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan sangatlah erat. Ilmu pegetahuan tanpa
agama tak akan ada apa-apanya dan hanya akan kearah yang negative karena tanpa
dharma sama seperti agama tanpa ilmu pengetahuan tak akan mampu berkembang.
4. Dalam weda ilmu pengetahuan tersebut harus di sebarkan, sesuai dengan Reg Weda
1.12.6 “Seperti nyala api, pengetahuan dan keterampilan hendaknya disebarluaskan
kepada yang lainnya”

16

5. Sraaddha Jnana Karma sebagai kesatuan yadnya, tidak semua pekerjaan dapat
diselesaikan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi harus berpedoman dari
ketiga hal tersebut yang berdasarkan yadnya.
6. Kewajiban menuntut ilmu adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan oleh umat
yang sedang brahmacari untuk kepentingan kehidupan dalam Grehasta.
7. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini juga kita hendaknya tetap
berpedoman pada Tri Samaya, Dharma Sidhyartha, Rasa, utsaha, dan logika (akal),
serta semua hal tersebut harus disesuaikan dengan Desa, Kala, dan Patra.
8. Dengan konsep Tri Hita Karana dapat menjadi dasar untuk mengamalkan amanah
Moksartham Jagaddhitiaya ca iti dharmah.
9. Perkembangan IPTEK terhadap umat hindu memiliki beberap manfaat yang
setidaknya mampu membntu umat dalam melaksanakan upacara seperti Kendaraan
bermotor, melasti, pemakaian kaset, plastic, kompor, seng dan genteng, beton
cetakan, serta bayi tabung.
10. Walaupun IPTEK banyak manfaat tetapi IPTEK ibarat pisau bermata dua, di satu
pihak akan sangat bermanfaat bila didayagunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup, kemakmuran dan kebahagiaan umat manusia, tetapi disisi lainnya akan sangat
tidak ada gunanya jika IPTEK menjerumuskan umat manusia pada jurang
kehancuran.
11. Terdapat dua dampak dari perkembangan IPTEK terhadap hindu, yaitu dampak
positif dan negatif. Contoh dampak positif adalah penyebaran ajaran-ajaran agama
hindu bisa dilakukan dengan mudah melalui teknologi informasi, sedangan dampak
negatifnya adalah bila tidak berpedoman pada agama hindu maka akan terjadi
penyalahgunaan terhadap perkembangan teknologi tersebut.
3.2. Saran
Ilmu pegetahuan, teknologi dan seni memang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tetapi apa jadinya hal tersebut jika tidak didasari oleh ajaran agama. Hal ini malah akan
meresahkan masyarakat karena akan bersifat merusak. Oleh karena itu ada baiknya perlu
adanya penyeimbangan antara IPTEK, seni dengan ajaran agama.

17

DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.google.com/search?

newwindow=1&biw=1280&bih=699&q=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+pers
pektif+hindu&oq=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+per&gs_
2. https://www.google.com/search?
newwindow=1&biw=1280&bih=699&q=penerapan+teknologi+bagi+agama+hindu&oq=
penerapan+teknologi+bagi+agama+hindu&gs
3. https://www.google.com/search?
newwindow=1&biw=1280&bih=699&q=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+pers
pektif+hindu&oq=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+per&gs
4. https://www.google.com/search?

newwindow=1&biw=1280&bih=699&q=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+pers
pektif+hindu&oq=ilmu+pengetahuan+dan+teknologi+dalam+per&gs

18