TUGAS Tanaman Hias Budidaya Bunga Saffro

TUGAS TERSTRUKTUR
BUDIDAYA TANAMAN HIAS DAN OBAT

BUDIDAYA BUNGA SAFFRON (Crocus sativus L.)

Oleh :
Muhammad Azka Fardani
Ajitama Ciko Maulidaan
Muhammad Ivan Hasri

A1L014153
A1D115062
A1D115049

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017

I.


PENDAHULUAN

Saffron (Crocus sativus) adalah tanaman rempah paling mahal di dunia dan satusatunya tanaman yang dijual dalam ukuran gram. Saffron bahkan harga untuk
komoditas ini lebih mahal daripada emas. Tanaman ini biasa digunakan sebagai
pewarna, penyedap dan penguat aroma masakan. Saffron biasanya digunakan sebagai
bumbu tambahan untuk membuat roti, pewarna permen, dan sebagai bumbu penyedap
makanan tradisional khas mediterania.
Saffron termasuk ke dalam family Irridaceae, distribusi geografisnya berada di
kawasan beriklim mediterania, meliputi Asia Timur seperti negara Iran yang memiliki
musim dingin dan musim panas serta curah hujan tahunan yang rendah. Saffron juga
mempunyai prospek ekonomi yang baik. Melalui panenan terbaiknya, safron bernilai
US$ 65 atau setara dengan Rp 860 ribu per gramnya. (CNN, 2017).
Saffron di kawasan Asia Timur dan Eropa dimanfaatkan sebagai tanaman rempah,
namun di Indonesia tanaman ini dinikmati keindahannya sebagai tanaman hias. Saffron
mempunyai warna yang indah dan mempunyai karakter pertumbuhan yang unik dimana
bunganya muncul sebelum pertumbuhan vegetative berlangsung. Pertumbuhannya
dimulai saat musim gugur dan berakhir pada musim semi. Makalah ini akan membahas
mengenai sejarah, potensi ekonomi dan teknik budidayanya tanaman saffron dalam
sudut pandang tanaman hias.


1

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah tanaman saffron
Saffron sudah dibudidayakan lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Saffron
pertama kali dicatat dalam naskah botani asal abad ke-7 SM yang dikumpulkan
atas perintah Ashurbanipal. Sejak itu selama 4.000, safron terus disebut-sebut
orang sebagai obat yang bisa mengobati lebih dari 90 jenis penyakit.
Berdasarkan dokumen sejarah yang otentik saffron kemungkinan bersar berasal
dari Zagros dan gunung Alvand. Beberapa peneliti percaya bahwa asal Saffron
adalah dari beberapa wilayah negara termasuk Yunani, Turki dan Iran. Buktibukti historis menunjukkan kenyataan ini bahwa Iran tertarik dan menaruh
perhatian terhadap emas dan Saffron sejak zaman kuno.
Di era Archeamenian, Saffron digunakan untuk dekorasi roti dan bumbu
makanan. Dalam era Parts, Saffron Iran diekspor ke Yunani dan Roma. Setelah
itu China menjadi pelanggan safron Iran. Pada saat yang sama, Saffron
digunakan sebagai tinta penulis pada kertas-kertas yang mahal, karena
mempunyai jangka waktu yang lama dalam kandungan tinta itu (Neghi, 1999).
B. Potensi ekonomi
Saffron termasuk dalam komoditas yang paling berharga sebagai bahan

baku industri dan merupakan komoditas ekspor yang sangat penting di Iran. Saat
ini Iran termasuk negara produsen Saffron terbesar dimana produksi 65%
Saffron di seluruh dunia berasal dari Iran. Setidaknya tanaman saffron telah
membuka 65.000 lapangan pekerjaan bagi masyarakat Iran (Hossein, 2000).
Di Indonesia sendiri, tanaman saffron tidak dibudidayakan sebagai
tanaman rempah, tapi sebagai tanaman hias. Tanaman hias ini ditanam untuk
dinikmati keindahan bunganya. Saffron mempunyai berbagai spesies yang dapat
dibedakan berdasarkan corak dan warna mahkota bunganya. Di samping warna

2

dan coraknya yang indah, bunga ini juga menghasilkan aroma yang khas yang
dapat dimanfaatkan sebagai aromatherapy.
C. Botani tanaman saffron
Saffron (Corocus sativus L.) termasuk ke dalam family Irridaceae.
Klasifikasi tanaman saffron sebagai berikut.
Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas
: Liliidae
Ordo
: Liliales
Famili
: Iridaceae
Genus
: Crocus
Spesies
: Crocus sativus L. (Mathew, 1999)
Bunga Saffron (Crocus Sativus) adalah tumbuhan tahunan (perenial)
yang berbunga di musim gugur. Bunga Saffron ini berasal Mediterania timur
tepatnya di pulau Kreta. Bunga saffron ini berwarna ungu tidak dapat melakukan
penyerbukan alami karena bunga ini steril maka dalam penyerbukan bunganya
perlu melalui bantuan manusia. Setelah tanaman selesai berbunga, umbi harus
digali dan dipisah-pisahkan untuk musim tanam berikutnya. Umbinya juga

hanya bertahan semusim dan membelah diri menjadi hingga 10 cabang umbi
untuk kemudian tumbuh menjadi tanaman baru.

3

Gambar 1. Morfologi tanaman saffron
Umbi bunga saffron berbentuk globular (seperti bawang), berdiameter
4,5 cm, dan diselubungi serat yang saling bersilangan di bagian luar. Setelah
mengalami periode estivasi di musim panas, dari umbi muncul sekitar 5–11 helai
daun hijau ramping yang tumbuh ke atas. Panjang helai daun bunga saffron bisa
mencapai 40 cm.
Di musim gugur keluar kuncup bunga berwarna ungu. Bunga saffron
baru berbunga di bulan Oktober setelah sebagian besar tumbuhan berbunga
sudah menghasilkan biji. Bunga berwarna cemerlang, mulai dari warna ungu
terang hingga ungu bernuasa merah jambu. Sewaktu berbunga, tinggi tanaman
rata-rata adalah 30 cm. Dari dalam bunga keluar tiga tangkai putik yang di
ujungnya terdapat kepala putik berwarna merah tua berukuran panjang 25–30
mm (Rudall, 1996).
D. Syarat tumbuh
Crocus sativus dapat tumbuh hapir di seluruh Negara di dunia, terutama

Negara yang terdapat musim panas dan dingin. Persyaratan agroklimat tidak
begitu berpengaruh terhadap pertumbuhan Crocus sativus karena sarat mutlak
keberhasilan terletak pada penggunaan media tanam yang sesuai. Crocus sativus
membutuhkan penyinaran matahari penuh (minimal 6 jam per hari). Saffron
mulai berbunga pada suhu 17oC dan mulai mekar sempurna pada suhu 20 oC.
Saffron dapat bertahan pada titik beku (0oC) selama 2-3 minggu. Tekstur tanah
sangat menentukan pertumbuhan tanaman saffron. Tekstur tanah yang paling
sesuai yaitu tekstur pasir berdebu dengan pH tanah 5-8. Tanah bertekstur liat
tidak sesuai untuk pertumbuhan saffron. Selama masa perkecambahan dan
pertumbuhan awal, tanaman saffron membutuhkan kondisi tanah yang lembab

4

(Molina et al., 2010).
E. Jenis-jenis tanaman saffron
Saffron tersebar di seluruh dataran mediterania seperti Iran, Spanyol dan
India. Setidaknya terdapat lebih dari 80 spesies saffron yang tersebar di hampir
seluruh belahan dunia. Jenis saffron yang biasa dibudidayakan antara lain; wild
saffron (Crocus cartwrightianus), joe quaesem saffron (Crocus pallasii Subsp.
Haussknecthii), Almeh saffron (Crocus almehensis), violet saffron (C.

michelsonii), two flowered saffron (C. biflorus), zigros saffron (C. cancellatus),
ziba saffron (C. speciosus), Caspian saffron (C. caspius), gilan saffron (C.
gilanicus) dan Crocus korokowii (Komarov, 2000).
F. Budidaya tanaman saffron
Tanaman saffron dapat menghasilkan bunga yang banyak dengan kualitas
prima apabila dibudidayakan dengan teknik budidaya yang benar. Berikut ini
adalah tahap-tahap budidaya saffron yang perlu diperhatikan guna mendapatkan
bunga saffron yang berkualitas.
1. Sortasi umbi
Umbi saffron dipilih yang bebas dari luka dan penyakit. Berat umbi yang
baik untuk ditanam idealnya yaitu 8 gram sampai dengan 14 gram per
umbinya.
2. Perlakuan umbi untuk benih
Umbi yang akan ditanam terlebih dahulu dimasukkan ke dalam larutan
fungisida berbahan aktif Mankozeb untuk mencegah pertumbuhan jamur
pathogen. Perkecambahan umbi dilakukan pada germinator cabinet dengan
kelembaban 80%-90%. Seminggu setelah dilakukan perkecambahan di dalam
germinator cabinet, benih siap disortasi untuk kemudian ditanam. Bibit saffron
yang baik ditandai dengan umbi yang berwarna cokelat kekuningan, biasanya
sudah tumbuh akar sepanjang 1 mm.


5

Gambar 2. Umbi bunga saffron sehat (kiri), umbi bunga saffron sakit (kanan)
3. Manajemen nutrisi
Nutrisi untuk pertumbuhan saffron terdiri dari Phospor, Kalium, Mineral,
Carbon, Nitrogen dan beberapa unsur mikro lainnya. Secara umum nutrisi
yang diberikan berupa pupuk organic (kompos, pupuk kandang) dan pupuk
anorganik. Dosis pemupukan yang diajurkan yaitu N (90 kg/ha), P 2O5 (60
kg/ha) dan K2O (50 kg/ha). Pupuk organic diberikan bersamaan dengan
pengolahan tanah dengan dosis 20 kg/ha.
4. Penanaman
Umumnya saffron dibudidayakan dengan siklus tanam panjang selama 10-11
tahun. Siklus tanaman yang direkomendasikan yaitu siklus pendek yang
berkisar antara 4-5 tahun. Umbi saffron ditanam sebanyak 2 buah tiap potnya.
Ukuran pot yang direkomendasikan yaitu pot dengan diameter 25 cm dan
tinggi 20 cm.
5. Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada bulan September hingga awal Oktober untuk
mempercepat pertumbuhan akar dan pembungaan. Penyiraman dilakukan di

pagi hari dan sore hari. Intensitas penyiraman mulai dikurangi ketika tanaman
mulai berbunga.

6

III.

PEMBAHASAN

Saffron (Crocus sativus L.) mempunyai beragam spesies yang berbeda antara lain;
wild saffron (Crocus cartwrightianus), joe quaesem saffron (Crocus pallasii Subsp.
Haussknecthii), Almeh saffron (Crocus almehensis), violet saffron (C. michelsonii), two
flowered saffron (C. biflorus), zigros saffron (C. cancellatus), ziba saffron (C.
speciosus), Caspian saffron (C. caspius), gilan saffron (C. gilanicus) dan Crocus
korokowii (Komarov, 2000). Berikut ini akan dibahas mengenai perbedaan dari jenisjenis tanaman saffron yang biasa dibudidayakan sebagai tanaman hias berdasarkan
morfologi dari tanaman dan bunganya.
1. Wild saffron (Crocus cartwrightianus)
Umbi berdiameter 10-15 mm. Tinggi tanaman 9 cm, jumlah daun 4-5 helai,
berwarna hijau. Bunga berwarna kuning, panjang anther 0,5-1,5 cm, panjang
filament 2,7 cm. Putik berwarna kuning, benangsari berwarna merah. Tumbuh

pada ketinggian tempat 1600 m dpl. Berbunga pada bulan Oktober (Komarov,
2000).

Gambar 3. Wild safron
2. Joe quaesem saffron (Crocus pallasii Subsp. Haussknecthii)
Tinggi tanaman 10 cm, jumlah daun 5-17 helai, berwarna abu-abu hijau.
Bunga berwarna ungu muda, panjang anther 1,7 cm, panjang filament 0,7 cm.

7

Putik berwarna merah, lebih panjang dari benang sari. Tumbuh pada
ketinggian tempat 2300 m dpl. Berbunga pada bulan Oktober hingga
November (Komarov, 2000).

Gambar 4. Joe quaesem saffron (Crocus pallasii Subsp. Haussknecthii)
3. Almeh saffron (Crocus almehensis)
Tinggi tanaman 5-10 cm, jumlah daun 3-4 helai, berwarna abu-abu hijau, agak
berambut. Bunga berwarna kuning, panjang anther 0,8-1,2 cm, panjang
filament 0,5-0,7 cm, glabrous.


Putik berwarna kuning, ukurannya sama

dengan benang sari. Tumbuh pada ketinggian tempat 1300-1600 m dpl.
Berbunga pada akhir musim dingin (Komarov, 2000).

Gambar 5. Almeh saffron (Crocus almehensis)
4. Violet saffron (C. michelsonii)
Tinggi tanaman 10-15 cm, jumlah daun 4-7 helai, berwarna hijau keabuan,
agak berambut. Bunga berwarna ungu pada bagian dekat tangkai dan
berangsur-angsur putih pada bagian ujung mahkota bunga. Jumlah bunga 1

8

atau 2, panjang anther 1,3 cm (pollen berwarna kuning), panjang filament 0,6
cm, glabrous. Putik berwarna kuning, ukurannya sama dengan benang sari.
Tumbuh pada ketinggian tempat 1200-2300 m dpl. Berbunga pada bulan
Februari dan Maret (Komarov, 2000).

Gambar 6. Violet saffron (C. michelsonii)
5. Two flowered saffron (C. biflorus)
Jumlah daun 3-9 helai, berwarna hijau, lebar daun 0,1-0,3 cm. Bunga
berwarna putih dengan corak warna ungu tua yang khas pada bagian tengah
mahkota bunga. Jumlah bunga 1-4, panjang anther 0,7-1,2 cm (pollen
berwarna kuning), panjang filament 0,4 cm, glabrous (Komarov, 2000).

Gambar 7. Two flowered saffron (C. biflorus)
6. Zigros saffron (C. cancellatus)
Tinggi tanaman 10 cm, jumlah daun 3-5 helai, berwarna hijau keabuan, agak
berambut. Bunga berwarna biru keputihan dengan corak biru tua yang khas,
jumlah bunga 3-4.

Tumbuh pada ketinggian tempat 1500-2900 m dpl.
9

Berbunga pada bulan September hingga November (Komarov, 2000).

Gambar 8. Zigros saffron (C. cancellatus)
7. Ziba saffron (C. speciosus)
Tinggi tanaman 12 cm, jumlah daun 3-4 helai, lebar daun 0,4-0,5 cm berwarna
hijau. Bunga berwarna ungu kebiruan, benangsari berwarna oranye bercabang.
Tumbuh pada ketinggian tempat 2000 m dpl. Berbunga pada bulan September
hingga November (Komarov, 2000).

Gambar 9. Ziba saffron (C. speciosus)
8. Caspian saffron (C. caspius)
Jumlah daun 2-7 helai, lebar daun 1,5 cm berwarna hijau. Bunga berwarna
putih dan kuning pada bagian pangkal mahkota bunga, anther berwarna kuning
(panjang 1,2-1,6 cm) lebih panjang dari filament. Tumbuh pada ketinggian
tempat 100-1300 m dpl. Berbunga pada bulan September hingga November
(Komarov, 2000).

10

Gambar 10. Caspian saffron (C. caspius)
9. Gilan saffron (C. gilanicus)
Jumlah daun 3-4 helai, lebar daun 1 cm berwarna hijau. Bunga berwarna putih
keunguan, anther berwarna kuning, jumlah stigma 3-4.

Tumbuh pada

ketinggian tempat 2400 m dpl. Berbunga pada bulan Oktober (Komarov,
2000).

Gambar 11. Gilan saffron (C. gilanicus)
10. Crocus korokowii
Tinggi tanaman 10-20 cm, jumlah daun 7-20 helai, lebar daun 0.3 cm
berwarna hijau. Bunga berwarna ungu keputih, bagian tepi mahkota bunga
berwarna ungu muda, bagian tengah berwarna putih dan kuning pada bagian

11

pangkal mahkota. Anther berwarna oranye, filament berwarna kuning.
Berbunga pada bulan Februari hingga Maret (Komarov, 2000).

Gambar 12. Crocus korokowii
Selain dinikmati keindahannya, benang sari bunga saffron dapat dimanfaatkan
sebagai bumbu masakan, pewarna roti dan bahan industri lainnya. Pengolahan bunga
saffron untuk kepentingan obat, rempah atau industri dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut. Saffron yang hendak diambil benang sarinya sebaiknya dipetik pada
pagi hari dan disimpan pada keranjang yang aerasinya baik. Stigma harus dipisahkan
dalam 10-12 jam setelah bunga dipetik. Saffron dikeringkan pada kisaran suhu 40-50 oC
selama 1 menit dalam oven atau pengering matahari membutuhkan waktu sekitar 4-7
jam.

12

DAFTAR PUSTAKA
CNN. 2017. Safron, si Rempah yang Lebih Berharga dari Emas. (online).
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150603181944-262-57471/safronsi-rempah-yang-lebih-berharga-dari-emas/ . diakses tanggal 17 November 2017.
Hossein,M. 2000. Evaluation of socio-economic consequences of saffron research
during the past 10 years. Scientific and Industrial Research Organization of Iran,
Khoran Center.
Khafi, M., A. Koockheki, M. H. Reshed and M. Nassiri. 2006. SAFFRON (Crocus
sativus) production and processing. Science Publisher. Enfield, USA.
Komarov, V. L. 2000. Flora of the U.S.R. volume 2. IPST Press, Jaerusalem.
Mathew, B. 1999. Botany, taxonomy and cytology of Crocus sativus L. and its allies In
saffron (Crocus sativus). Harwood Academic Publisher, USA.
Molina, R.V., B. Renau-Morata, S.G. Nebauer, A. García-Luis and J.L. 2010. Guardiola.
Greenhouse Saffron Culture – Temperature Effects On Flower Emergence And
Vegetative Growth Of The Plants. International Society for Horticultural
Science.
(Online).
http://www.actahort.org/members/showpdf?
booknrarnr=850_12. Diakses tanggal 17 November 2017.
Nair, S.C., B. Pannikar and K.R. Panikar. 1993. Antitumor activity of saffron (Crocus
sativus). Nutrition and Cancer, 16: 167-172.
Neghi, M. 1999. Saffron (Crocus sativus L.). Harwood Academic Publisher, Amsterdam.
Nehfi, F. A. 2010. Good Practise for Saffron Production in Khasmir. University of
Agriculture Science and Tecnologi of Khasmir, India.
Rudall, P. 1995. Anatomy and systematic if Iridaceae. Botanical Journal of Linnean
Society. 114-121.

13